Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

DALAM PENDIDIKAN DASAR (SD) APA YANG ERAT KAITANNYA


DENGAN GURU DAN SISWA SERTA GURU YANG LAIN DAN
MASYARAKAT SEKOLAH
Dosen Pengampuh: Abdul Aziz M.Pd

Oleh:
Muh.Nurul Maula
NPM: (220102277)

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR (PGSD)


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN (FIP)
UNIVERSITAS HAMZANWADI
2023/2024
A. Dalam Pendidikan Dasar (SD) Apa Yang Erat Kaitannay Dengn guru dan
siswa
1. Landasan Psikologi Pendidikan
Psikologi pendidikan merupakan cabang dari psikologi. Secara harfiah,
psikologi berasal dari kata “psyche” yang berarti jiwa dan “logos” yang berarti
ilmu. Psikologi mengandung arti Landasan psikologi merupakan dasar-dasar
pemahaman dan pengkajian sesuatu dari sudur karakteristik dan perilaku
manusia, khususnya manusia sebagai individu. Landasan psikologi pendidikan
lebih fokus pada interaksi pendidikan yaitu interaksi antara siswa dengan
guru, yang berlangsung dalam suatu lingkungan. Ruang lingkup psikologi
pendidikan mengenai interaksi guru dengan siswanya. Seperti yang
dikemukakan oleh Soerjabrata (1974: 6-13) ruang lingkup kajian psikologi
pendidikan yaitu tentang siswa yang berada dalam situasi pendidikan dalam
peninjauan statis dan dinamins serta kajian hal-hal lain yang erat kaitannya
dengan situasi dan proses pendidikan di kelas. Sedangkan dalam peninjauan
dinamis, mencakup kajian psikologi tentang individu siswa dalam pendidikan,
yakni perubahan tingkah laku dan cara-cara penilaiannya dalam pendidikan
yang mencakup:
(1) perubahan perilaku karena pertumbuhan dan perkembangan,
(2) perubahan perilaku karena belajar merupakan faktor terpenting dalam
proses pendidikan dan pembelajaran,
(3) cara-cara mengukur atau mengevaluasi pencapaian karena perubahan-
perubahan tersebut, khususnya karena belajar (La Sulo, 1990: 16) Selain itu,
kajian psikologi pendidikan tentang bimbingan dan konseling, penyimpangan
psikis (jiwa), sosial, dan fisik, dan kajian mengenai implikasi pendidikan tidak
hanya terbatas pada sistem persekolahan namun juga di luar sistem
persekolahan. Dengan kata lain, psikologi pendidikan mencakup semua
penerapan prinsip-prinsip psikologis dalam proses pendidikan dan
pembelajaran peserta didik di kelas di berbagai institusi pendidikan, baik di
lembaga pendidikan formal, informal, dan nonformal. Guru sebagai orang
pertama yang terlibat langsung dalam interaksi pendidikan dengan siswa, lalu
yang kedua dalam interaksi ini. Berbagai bentuk aktivitas mendidik, mengajar,
melatih, dan membimbing yang dilakukan guru, tuntutan kemampuan
profesional serta latar belakang sosial pribadi dari guru menjadi bahan studi
selanjutnya dalam landasan psikologi pendidikan. Demikian juga hubungan
antara guru dan siswa. Hal ini diperkuat dengan pendapat Slameto (1988: 68)
menyatakan agar proses pembelajaran di kelas dapat maksimal dan optimal,
maka hubungan antara guru dan peserta didik dan hubungan peserta didik
dengan sesama peserta didik yang lain harus timbal balik dan komunikatif satu
sama lain. Guru yang kurang komunikatif dan edukatif dalam berinteraksi
dengan siswanya, akan menyebabkan proses pembelajaran di kelas berjalan
tidak optimal dan maksimum. Selain itu, siswa akan menjauhkan diri dari guru
sehingga siswa tersebut tidak dapat aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran di kelas. Oleh karena itu, para calon guru dan para guru yang
telah mengajar harus menguasai pengetahuan tentang didaktik dan metodik
pembelajaran, misalnya mengetahui dan mengaplikasikan strategi
pembelajaran, interaksi dan motivasi belajar mengajar, dan berbagai
pendekatan dalam proses beajar mengajar.
2. Keberagaman Peserta Didik
Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang memiliki banyak kelebihan
dibandingkan makhluk ciptaan Tuhan lainnya, disampping juga memiliki
banyak keterbatasan. Pandangan tersebut merupakan pandangan yang
universal, karena pada hakikatnya manusia tetap memiliki keragaman.
Keragaman tersebut merupakan potensi/kekuatan yang dapat dikembangkan
melalui upaya pendidikan. Keberagaman menurut Banks (2005) adalah sebuah
jenis yang alami pada manusia dan siswa pada umumnya selalu berbeda siswa
satu dengan yang lain dalam hal tertentu. Setiap peserta didik memiliki
keragaman yang berbeda-beda, mulai dari perbedaan individu dari segi psikis
maupun fisik. a. Perbedaan individu dari segi aspek psikis Perbedaan individu
dari segi psikis yaitu daris egi intelektual, emosi, sosial, dan moral.
Keragaman ini muncul sesuai dengan periode perkembangan yang dilalui
manusia. perkembangan ini dipengaruhi oleh faktor kematangan (maturity),
faktor kesiapan (readiness), irama dan tempo perkembangan yang dilalui
seseorang dan intervensi faktor lingkungan. Selain itu, faktor
genetik/keturunan juga merupakan faktor yang dapat memunculkan
keragaman/perbedaan individu. Salah satu permasalahan yang timbul adalah
perbedaan latar belakang peserta didik. Ada siswa yang memiliki latar
belakang yang berasal dari keluarga mampu sehingga ia tumbuh kembang
dengan fasilitas yang memadai, ada yang memanfaatkannya dengan baik
adapula yang tidak memanfaatkannya untuk perkembangan dirinya yang baik.
Adapula yang berasal dari keluarga kurang mampu sehingga semuanya serba
terbatas, untuk makan pun susah apalagi harus memenuhi anak mengenyam
pendidikan. Namun karena keterbatasan ini banyak yang menjadi pemicu
peserta didik untuk bangkit melawan keterbatasan ini, banyak anak yang
sukses walaupun berasal dari keluarga yang kurang mampu. Keterbatasan
bukan menjadi penghalang untuk melangkah maju. Langkah pertama yang
dilakukan guru untuk mengetahui kondisi psikologi siswanya adalah
mengetahui latar belakang siswanya, mempunyai data yang lengkap mengenai
peserta didiknya. Sehingga guru memahami keberagaman yang ada di
kelasnya untuk membantu guru dalam menentukan pembelajaran yang tepat
tanpa membuat peserta didiknya merasa terasingkan karena berbeda latar
belakangnya dengan teman lainnya. b. Perbedaan Individu dari segi aspek
fisik Dari segi fisik mudah untuk diamati perbedaan individu seperti tinggi
badan, raut wajah, proporsi tubuhm yang dalam ini dipengaruhi oleh faktor
keturunan. Namun tidak dipungkiri fator lingkungan juga berpengaruh pada
perbedaan individu segi aspek fisik Salah satu permasalahan yang kerap
timbul dari perbedaan individu dari segi aspek adalah bullying. Bullying kerap
terjadi antara peserta didik yang bertubuh besar sebagai penguasa sedangkan
peserta didik yang bertubuh kecil dan lemah. Peserta didik yang bertubuh
besar merasa lebih kuat dibandingkan yang lain sehingga ia merasa berkuasa
untuk menyakiti yang lebih lemah dan kecil dibancingkan dia, mulai dari
mengejeknya di kelas, memeras meminta uang saku, memakasa mengerjakan
pekerjaan rumah, dan lain-lain. Bullying sampai sekarang masih saja menjadi
permasalahan yang belum dapat dipecahkan. Salah satu langkah awal guru
untuk mencegah bullyng di kelasnya adalah menanamkan rasa kebersamaan,
mengeratkan indahnya perbedaan dalam pertemanan. Guru merangkul semua
peserta didik untuk saling menghormati satu sama lain dan menajarkan cara
bertutur kata dan besikap yang sopan.
3. Karakteristik Peserta Didik
Setelah guru mengetahui latar belakang siswanya, guru mengasesmen peserta
didiknya, sebaiknya guru melakukan asesmen ketika siswa memasuki kelas 1.
Asesmen dapat dilakukan dengan menanyakan karakteristik anak ketika di
rumah dan di Taman Kanak-Kanak, mulai dari bagaimana dia
mengekpresikan marahnya, kesenangannya, dan sebagainya. Setiap kelas
memiliki karakteristik yang berbeda. Heterogenetias kelas menjadi salah satu
keniscayaan yang dihadapi oleh guru. Sebagai pendesain pembelajaran guru
harus menjadikan karakteristik siswa sebagai salah satu tolok ukur bagi
perencanaan dan pengelolaan proses belajar mengajar. proses belajar mengajar
di SD berbeda dengan sekolah menengah. Karakteristik siswa sekolah dasar
sedang berada di tahap perkembangannya. Menurut teori perkembangan
Piaget, anak pada usia 7 – 11 tahun berada dalam masa operasional konkrit,
yaitu dimana anak sudah bisa berpikir logis, sistematis, dan memecahkan
masalah yang bersifat konkret. Mereka sudah mampu mengerjakan
penambahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian. Setiap individu peserta
didik memiliki keunikan yang membedakan ia dengan yang lain, hal tersebut
disebut karakter. Ada yang memiliki arakter yang baik adapula yang jahat.
Ada yang mudah marah adapula yang penyabar. Melalui asesmen, guru
mengetahui karakteristik semua peserta didiknya, guru akan memahaminya,
dan membuat rancangan pembelajaran yang tepat sesuai dengan krakateristik
masing-masing peserta didik untuk menunjang prestasi belajarnya.
4. Gaya Belajar
Gaya belajar merupakan cara termudah bagi seseorang uuntuk menyerap,
menerima, mengatur, dan mengolah informasi yang diterima. Menurut Brown
(2000) gaya belajar merupakan cara menerima informasi seseorang dan
memproses informasi tersebut dalam proses pembelajaran. Ada tiga gaya
belajar, yaitu auditori, visual, dan kinestetik.
a. Auditori Peserta didik auditori lebih mudah menerima materi dengan
mendengarkan, lebih senang berdiskusi daripada bahan bacaan, lebih senang
mendengarkan guru, cerita, dan lagu-lagu, dan mereka menikmati variasi,
seperti refleksi suara dan intonasi.
b. Visual Peserta didik visual belajar dari apa yang dia lihat dan mereka baca.
Mereka menyukai ilustrasi gambar dan diagram-diagram. Grafis yang
terorganisir adalah alat yang berguna untuk membangun makna visual.
c. Kinestetik Peserta didik kinestetik belajar dengan menggunakan gerak,
keterlibatan secara fisik dalam melakukan aktivitas pembelajaran yang
bermakna dan relevan dalam kehidupan manusia.

B.Membangun Kedekatan dan Hubungan Baik antara Guru, Siswa, dan Orang Tua

Relasi orangtua dan guru dapat berpengaruh terhadap perkembangan belajar siswa. Sebagai
contoh, hubungan antara relasi orang tua dengan guru terhadap hasil belajar siswa tampak saat
implementasi pembelajaran daring beberapa waktu yang lalu, tepatnya ketika pandemi Covid-19
sedang terjadi. Pada waktu itu, peranan orang tua dan guru sama-sama penting dan dibutuhkan
oleh siswa Bahkan dalam pembelajaran luring seperti sekarang, relasi guru dan orang tua murid
yang baik masih memegang peranan penting. Mengapa harus ada hubungan baik antara orangtua,
guru, dan siswa? Salah satu manfaat yang didapatkan adalah rasa aman dan nyaman siswa ketika
belajar.

Membangun hubungan baik antara guru, orang tua, dan murid dalam pendidikan anak juga
diperlukan supaya kegiatan belajar mengajar dapat berlangsung dengan lancar. Hubungan yang
harmonis akan membuat anak lebih bersemangat belajar dan dapat mengikuti proses
pembelajaran dengan sebaik-baiknya.

Akan tetapi, kenyataan di lapangan tidak semudah itu. Masalah relasi dan komunikasi antara
guru, siswa, dan orang tua bisa sangat beragam. Bagaimana caranya supaya sinergi antara peran
guru dan orang tua dapat dimaksimalkan demi membangun dan menjaga kedekatan dengan
siswa?

1. Kedekatan Guru dan Orang Tua untuk Mengenali Karakter dan Kebutuhan
Siswa
Mengenali ragam karakter dan kebutuhan siswa yang berbeda-beda bisa menjadi
tantangan tersendiri bagi guru. Dengan membangun hubungan baik antara guru
dengan orang tua murid, karakter anak akan lebih mudah dipahami. Guru juga
dapat menentukan metode yang lebih tepat untuk berinteraksi dengan siswa,
bahkan merancang pembelajaran yang lebih sesuai.
2. Bersikap Sabar Dan Terbuka Dalam Menjalani Komunikasi

Untuk menjaga keharmonisan hubungan guru dengan siswa maupun orang tua dengan
anak, sikap sabar sangat diperlukan. Guru tidak dapat memilih akan berhadapan dengan
tipe orang tua dan siswa yang seperti apa. Sebaliknya, tidak semua siswa dapat
memenuhi ekspektasi guru dan orang tua. Oleh karena itu, untuk membentuk generasi
yang berprestasi dan sejahtera, baik guru maupun orang tua diharapkan dapat menyadari
bahwa setiap anak punya sifat dan keunikannya sendiri-sendiri.

Untuk membangun hubungan yang kuat antara guru, siswa, dan orang tua, komunikasi
yang terbuka dari masing-masing pihak sama-sama diperlukan. Terkadang guru dan
orang tua dituntut untuk meredam emosi demi melakukan pendekatan kepada anak. Di
sekolah, persepsi siswa yang baik terhadap guru dapat membantu kelancaran proses
belajar mengajar.

3. Menunjukkan Semangat DanAntusiasme Terhadap Ilmu Pengetahuan

Sebagaimana hubungan orang tua dengan anak, hubungan guru dengan siswa adalah
hubungan dua arah. Ketika guru menunjukkan semangat dan antusiasme saat mengajar,
siswa pun akan memberikan respon yang positif. Semangat, antusiasme, dan nilai-nilai
positif yang ditunjukkan oleh guru akan menular kepada siswa. Demikian pula, nilai-nilai
yang diyakini oleh orang tua terhadap ilmu pengetahuan juga akan diserap oleh anak.
Sinergi antara peran guru dan orang tua, baik di sekolah maupun di rumah, dapat
berpengaruh terhadap semangat belajar siswa.

Di sisi lain, jika guru mengajar dengan ogah-ogahan dan semaunya sendiri, siswa akan
menunjukkan perilaku yang sama. Anak yang tumbuh dalam keluarga dengan semangat
menuntut ilmu yang rendah juga cenderung malas-malasan belajar. Itulah sebabnya,
hubungan antara guru, siswa, dan orangtua bisa saling mendukung atau, sebaliknya,
justru saling menjatuhkan.

4. Manfaat Hal-hal Yang Disukai Siswa Pembelajaran

Membangun hubungan yang kuat antara guru, siswa, dan orang tua sebenarnya tidak
selalu rumit. Siswa pasti memiliki ketertarikan terhadap hal-hal tertentu. Supaya lebih
mudah "masuk" ke dalam dunia siswa, guru dapat menggunakan hal-hal yang disukai
siswa tersebut sebagai penunjang pembelajaran. Cara seperti ini dapat membuat siswa
merasa lebih terlibat secara emosional.

Misalnya, siswa suka dengan K-pop. Guru dapat menggunakan idol tertentu sebagai
tokoh dalam pembelajaran. Cara lainnya, guru dapat menyisipkan informasi yang sedang
viral supaya siswa lebih antusias mengikuti pembelajaran di kelas. Di luar kelas, guru
dapat memasukkan pesan-pesan moral melalui kegiatan ekstrakurikuler ataupun di jam
istirahat tanpa menimbulkan kesan keras dan kaku bagi siswa. Orang tua perlu
memahami hal-hal seperti ini sebagai cara guru menjaga minat dan semangat anak untuk
belajar. Justru relasi orangtua dan guru dapat menyediakan "ruang belajar" bagi anak
yang menyenangkan

5. Menghargai Usaha Dan Pencapaian Siswa

Cara menjaga kedekatan dengan siswa, salah satunya, adalah dengan memberikan
penghargaan atau apresiasi yang mampu mendorongnya untuk terus belajar dan menjadi
lebih baik dari sebelumnya. Cara ini pun sebenarnya dapat diterapkan oleh orang tua
karena manfaat yang didapatkan adalah anak yang lebih percaya diri.
Banyak sekali bentuk-bentuk apresiasi yang dapat diberikan kepada siswa. Contoh bentuk
apresiasi guru kepada siswa antara lain pemberian hadiah, tepukan di bahu, senyuman,
pujian, dan lain sebagainya. Relasi guru dan orang tua murid yang baik, dalam hal ini,
dapat menentukan bentuk apresiasi yang lebih sesuai bagi siswa. Penghargaan yang tepat
akan mendorong siswa untuk mengulangi keberhasilan yang telah diraihnya, bahkan
mungkin dapat memotivasi siswa lainnya.

Sebagai partner guru, orang tua memiliki peranan penting dalam tercapainya tujuan
pembelajaran. Karena setiap keluarga memiliki beragam latar belakang, membangun
hubungan baik antara guru dengan orang tua murid dan siswa sekaligus bisa menjadi
tantangan tersendiri. Oleh sebab itu, pertemuan rutin antara guru dengan orang tua bisa
menjadi wadah komunikasi yang sangat bermanfaat bagi kedua belah pihak.

.
DAFTAR PUSTAKA

http://nailufadhilatullaili.blogs.uny.ac.id/wp-content/uploads/sites/
15448/2017/10/Menjadi-Pendidik-yang-Mengakomodasi-Keberagaman-
Siswa-Sekolah-Dasar-Melalui-Landasan-Psikologi-Pendidikan.
https://ejournal.unp.ac.id/index.php/pedagogi/article/view/2243
kupintar.id/info-pintar/-/blogs/membangun-kedekatan-dan-hubungan-baik-
antara-guru-dengan-siswa

Anda mungkin juga menyukai