Anda di halaman 1dari 13

Anak yang mengalami kesulitan belajar adalah anak yang memiliki ganguan satu atau 

lebih dari
proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan, gangguan
tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak sempurna dalam
mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis, mengeja atau menghitung.

Batasan tersebut meliputi kondisi-kondisi seperti gangguan perceptual, luka pada otak, diseleksia
dan afasia perkembangan. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan
sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan
belajarnya dengan lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain tidak sedikit
pula siswa yang justru dalam belajarnya mengalami berbagai kesulitan.

Kesulitan belajar siswa ditunjukkan oleh hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil
belajar, dan dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya
dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya.

Kesulitan belajar siswa mencakup pengertian yang luas, diantaranya : (a) learning disorder; (b)
learning disfunction; (c) underachiever; (d) slow learner, dan (e) learning diasbilities. Di bawah
ini akan dijelaskan dari masing-masing pengertian tersebut.

1.    Learning Disorder atau kekacauan belajar adalah keadaan dimana proses belajar seseorang
terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami
kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau
terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang
dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa
dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan
dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.

2.    Learning Disfunction merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak
berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya
subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang
memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun
karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan
volley dengan 1.

MANFAAT MEMPELAJARI PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Psikologi pendidikan merupakan penerapan psikologi dalam dunia pendidikan adalah suatu ilmu yang
menghubungkan antara dua disiplin ilmu, yaitu psikologi dan pendidikan, dan teutama menekankan
pada penggunaan metode-metode psikologi dalam proses belajar mengajar. Mempelajari psikologi
pendidikan memberikan manfaat kepada seorang calon guru untuk tahu bagaimana proses belajar
mengajar yang baik di sekolah. Psikologi pendidikan tidak hanya untuk calon guru dan tidak hanya
diterapkan di sekolah, tapi juga dapat dimanfaatkan bagi diri sendiri. Kita sebagai calon orang tua juga
harus punya ilmu psikologi pendidikan agar bisa memahami karakteristik anaknya serta memahami
pertumbuhan dan perkembangan anak juga tahu bagaimana mendidik anak yang baik. Selain itu dengan
belajar psikologi pendidikan kita juga bisa lebih mengonsep atau mengatur diri sendiri dalam hal belajar.
Di bawah ini adalah manfaat-manfaat mempelajari psikologi pendidikan :

Bagi Diri Sendiri

Mampu memahami karakteristik diri sendiri

Dapat menentukan strategi atau metode belajar yang sesuai dengan karakteristik pribadi.

Dapat memahami dan mengembangkan diri-sendiri untuk menjadi seseorang yang percaya diri akan
kemampuannya.

Dapat menjadi semakin peka terhadap lingkungan sekitar. Misal saya memiliki teman yang suatu hari
tidak bertegur sapa dengan saya, mungkin dia sedang marah terhadap saya.

Mampu memahami proses berpikir dan berperilaku seseorang. Misal saya mampu mengetahui mengapa
seseorang dapat menjadi introvert, hal ini terjadi karena di dalam keluarganya memiliki sistem otoriter

Mampu memecahkan masalah pribadi, seperti bila saya sedang bertengkar dengan saudara. Saya dapat
menyelesaikannya dengan cara yang tepat

Mampu menyusun teknik-teknik yang dapat digunakan untuk meningkatkan semangat belajar 

Sebagai calon orang tua, mampu mengetahui dan melaksanakan cara yang terbaik dalam mendidik
seorang anak hingga dewasa.

Sebagai Calon Guru

Dapat menentukan dan merumuskan tujuan pendidikan yang akan dicapai yang selaras dengan
perkembangan dan karakteristik siswa secara individual.

Dapat memilih dan menentukan merumuskan tujuan pendidikan bahan pelajaran yang selaras dan
cocok dengan keadaan siswa untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

Dapat memilih dan alat bantu belajar yang cocok.

Dapat memilih dan menentukan perangkat kegiatan belajar dan pembelajaran yang tepat. Dapat
memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling pada murid-muridnya.

Dengan memahami psikologi pendidikan, guru juga dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat
dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.

Dapat memilih dan menentukan cara menilai proses dan hasil belajar yang cocok.

Dapat memilih dan menentukan upaya pemberian bantuan kepada siwa yang menghadapi kesulitan
belajar dalam proses belajar dan pembelajaran.
Bisa manjadi guru yang sukses dengan memahami masalah akademik dan profesional, seperti mengerti
motif siswa, kepribadian, kemampuan, gaya berpikir dan belajar, serta tingkah laku sosial siswa.

Dapat memahami dan mengembangkan diri-pribadinya untuk menjadi seorang guru yang efektif dan
patut diteladani.

Mampu berinteraksi secara tepat dengan siswanya. Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan
memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi
sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya. 2.

Peran Guru dalam Pembelajaran


Dalam melakukan proses pembelajaran dikelas maupun membimbing anak-anak dan siswa guru
harus memperhatikan segala aspek psikologi ,perkembangan ,ingatan, memori dan pola berpikir
anak .Hal ini penting untuk menumbuhkan kepercayaan dan mengembangkan potensi yang ada
pada siswa atau anak agar anak dan siswa mampu tumbuh dan perkembang sesuai dengan
harapan orang tua,guru dan masyarakat Permasalahan yang ada pada anak hendaknya
penyelesaiannya melibatkan komponen orang tua, guru , masyarakat dan konsuler.

Orang tua,guru dan masyarakat harusnya memahami bahwa tugas sebagai guru hanya
kesuksesan anak itu bukan hanya mampu mendapatkan nilai yang tinggi tetapi juga mampu
mengembangan nilai spritual (kecerdasan spritual) dan kecerdasan emosian yang terkadang
kecerdasan emosian dan spiritual yang mampu membawa kesuksesan terhadap anak dalam
kehidupan di masyarakat.

Dalam belajar haruslah diperhatikan faktor yang mempebaruhi sisiwa dalam memperoleh dan
mengingat pengetahuan . Oleh sebab itu guru haruslah memperhatikan hal tersebut dalam
memlakukan pembelajaran dikelas dengan memperhatikan hal tersebut pengetahuan yang
diberikan oleh guru akan menjadi ingatan yang setia dalam memori siswa.

tetap menyampaikan apa yang sudah dugariskan dalam kurikulum tersebut. 2. Guru berperan
membelajarkan anak Pada pendekatan ini guru berpegang pada panduan kemampuan yang akan dicapai
anak dengan cara memahami minat, perasaan dan pengalaman anak. Guru hanya berperan sebagai
fasilitator dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan pengalaman,
perasaannya melalui berbagai interaksi kepada guru maupun teman sebaya. Dalam hal ini anak dapat
dengan leluasa mengekspresikan apa saja yanga ada dalam pikirannya Pendekatan semacam ini
merupakan pendekatan yang efektif dan terbaik karena anak dapat berkembang secara utuh (Tini
Sumartini, 2005 :47) B. Peran Orang Tua dalam Pendidikan Anak Usia Dini Orang tua sebagai guru
alamiah akan mampu melihat dan mengerti serta menanggapi kemauan anak. Melalui berbagai
komunikasi serta interaksi dengan orang tua akan terbentuk sikap, kebiasaan dan kepribadian seorang
anak, selain itu ada pula faktor lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan
anak, seperti halnya dengan kebudayan. Kebudayaan (culture) secara tidak langsung ikut mewarnai
situasi, kondisi ataupun corak interaksi di mana anak itu berada. Selain faktor-faktor di atas, faktor
agama juga sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi dan kebiasaan anak. Salah satunya
adalah anak mulai tahu tentang kebersihan, yakni dengan melakukan buang air di tempat yang biasa
dilakukan oleh orang tuanya. Pendidikan anak usia dini, suatu pembinaan yang ditunjukan kepada anak
sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun, yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalm
memasuki pendidikan lebih lanjut. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang kedua setelah
pendidikan keluarga. Maka dari itu sekolah mempunyai peranan penting untuk meneruskan dasar-dasar
pendidikan keluarga. Pada umumnya sekolah merupakan tempat anak didik untuk memperoleh
pengalaman-pengalaman, pengetahuan, keterampilan sehingga anak didik akan mendapat bekal hidup
kelak bekerja di lingkungan masyarakat luas. Anak usia dini pada hakikatnya adalah manusia yang
memerlukan bimbingan, secara kodrati seorang anak sangat perlu pendidikan dan bimbingan dari orang
dewasa. Masyarakat sebagai lingkungan terbesar dalam kehidupan, berguna untuk melatih jiwa anak
dalam bersosialisasi terhadap masyarakat, seperti bermain dan bergaul. Yang harus diperhatikan
pengaruh lingkungan dan kebudayaan masyarakat terhadap perkembangan pribadi anak misalnya anak
yang terdidik dalam keluarga yang religius, setelah dewasa akan cenderung menjadi manusia yang
religius pula. Lingkungan dan keluarga sebagai pendidikan kedua setelah sekolah, orang tua memiliki
peran yang cukup strategis dalam membantu guru memaksimalkan proses pembelajaran bagi anak-anak
usia prasekolah. Dalam menyikapi berbagai perubahan sosial dan teknologi yang begitu cepat dalam
masyarakat, maka orang tua harus memiliki pegangan edukatif dalam menciptakan suasana
pembelajaran. Tugas pokok orang tua yang dapat diberdayakan guru dalam meningkatkan perannya
adalah : 1. Memberi nama yang tepat. Pemberian nama akan memberi identitas kepada anak. Dengan
berbagai kemajuan dan perubahan sosial nama anak semakin baik dan beragam, namun identitas
keklaminan justru sangat penting. 2. Kebiasaan memberikan pakaian yang sesuai. Berikan pakaian yang
sesuai dengan anak agar nantinya Orangtua tidak bingung dengan kebiasaan anak yang kelaki-lakian
atau keperempuan-perempuanan akibat dari seringnya memberikan pakaian yang tidak sesuai. 3.
Pemilihan warna yang tepat, sebab warna dan motif juga sangat berpengaruh terhadap identitas
kekelaminan. 4. Pengembangan hobi yang menunjang. Kecenderungan biasanya terbaca sejak kecil
sehingga pengembangan hobi yang sesuai akan memberikan bekal yang baik untuk perkembangan anak.
5. Memberikan batasan-batasan, aturan-aturan dengan bimbingan yang tepat 6. Memperhatikan tugas
dalam rumah tangga. Secara tidak langsung anak akan memperhatikan dan mengerti tugas dan peran
yang harus dimainkan.

Faktor perkembangan anak


2 Perkembangan Biologis

Perkembangan bilogis atau fisik manusia berkaitan erat dengan terjadinya proses evolusi manusia.
Proses evolusi biologis merupakan proses perubahan secara berangsur-angsur dalam jangka waktu lama
yang berkaitan dengan sikap tubuh dan cara bergerak, perubahan fungsi bagian tertentu tubuh manusia,
perubahan bentuk dan volume kepala, perkembangan fungsi alat indera terutama hidung dan mata.
Berikut akan dijelaskan tentang perubahan atau evolusi tersebut.

Perkembangan Fisik

Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan
masa bayi. Anak – anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga
keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan – ketrampilan motorik, anak – anak terus
melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping
itu, anak – anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti
senam, berenang, dll.

Perkembangan Perseptual

Peseptual adalah kemampuan memahami dan menginterpretasikan informasi sensori, atau kemampuan
intelek untuk mencarikan makna dari data yang diterima oleh berbagai indera.

Perseptual merupakan suatu keterampilan yang dipelajari, maka proses pengajaran dapat memberikan
dampak langsung   terhadap kecakapan perceptual.

Aktivitas perceptual pada dasarnya merupakan proses pengenalan individu terhadap lingkungannya.
Semua informasi tentang lingkungan sampai kepada individu melalui alat – alat indra yang kemudian
diteruskan melalui saraf sensorik ke bagian otak kiri. Informasi tentang objek penglihatan diterima
melalui indra mata, informasi tentang objek pendengaran diterima melalui indra telinga, objek sentuhan
melalui kulit, objek penciuman melalui hidung. Tanpa penglihatan, pendengaran, penciuman, dan indar-
indra lainnya, otak manusia akan terasing dari dunia yang ada disekitarnya.
Ada tiga proses aktivitas perceptual yang perlu dipahami, yaitu : sensasi, persepsi, dan atensi. Sensasi
adalah peristiwa penerimaan informasi oleh indra penerima. Sensasi berlangsung disaat terjadi kontak
antara informasi dengan indra penerima. Dengan demikian, dalam sensasi terjadi proses deteksi
informasi secara indrawi. Missal, sensasi pendengarn terjadi saat ada gelombang udara yang bergetar
diterima oleh telinga bagian luar dan diteruskan ke bagian saraf pendengaran. Persepsi adalah
interpretasi terhadap informasi yang ditangkap oleh indra penerima. Persepsi merupakan proses
pengolahan informasi lebih lanjut dari aktivitas sensi. Missal, orang menjadi tahu kalau suara yang
didengarnya adalah suara music, suara mobilitas , suara binatang dll. Atensi mengacu kepada selektifitas
persepsi. Dengan atansi, kesadaran seseorang bias hanya tertuju pada suatu objek atau informasi
dengan mengabaikan objek – objek lain.

Faktor Hereditas ( Keturunan / Pembawaan )

Faktor hereditas merupakan factor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu. Dalam hal ini
hereditas diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak atau
segala potensi, baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi ( pembuahan ovum
oleh sperma ) sebagai pewarisan dari pihak orang tua melalui gen – gen.
Setiap individu yang lahir ke dunia dengan suatu hereditas tertentu. Hereditas pada individu merupakan
bawaan sejak lahir “specific genen. Bawaan/warisan atau hereditas tersebut berasal dari kedua orang
tuanya (Genes) dan tidak dapat direkayasa. Bawaan memiliki peranan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan anak. Ia lahir membawa berbagai ragam warisan yang berasal dari kedua ibu-bapak atau
kakek-nenek.

Warisan atau turunan  tersebut yang terpenting, antara lain: bentuk tubuh, raut muka, warna kulit,
intelegensi, bakat, sifat-sifat, dan penyakit.

Mengetahui sifat atau watak anak mendalam, akan membantu guru untuk mendidiknya. Misalnya, anak
yang penakut perlu dibangkitkan semangatnya agar menjadi berani mengemukakan pendapatnya.
Demikian pula dengan anak yang merasa minder, perlu dibangkitkan rasa harga dirinya agar jiwanya
tidak semakin tertekan.

Intelegensi adalah kemampuan yang bersifat umum untuk mengadakan penyesuaian terhadap suatu
situasi atau masalah. Kemampuan yang bersifat umum tersebut meliputi berbagai jenis kemampuan
psikis seperti: abstrak, berpikir mekanis, matematis, memahami, mengingat, berbahasa dan sebagainya.

Sebagai contoh yang dapat diambil, contoh seorang anak kecil berumur empat tahun sedang bermain di
taman bunga. Ia melihat bunga-bunga berwarna-warni, lari mengejar kupu-kupu, mencium bunga-bunga
itu, dan sebagainya. Tindakan-tindakan itu masih berkadar intelegensi yang rendah karena unsure
rasionya juga rendah. Akan tetapi anak yang lebih besar, misalnya sudah berumur tujuh tahun, ia
menghitung berapa macam bunga yang ada di taman itu dan apa saja warnanya. Tindakan kedua ini
sudah lebih berintelegensi daripada yang pertama. Anak yang sudah SMP mungkin sudah dapat
menyebutkan warna bunga-bunga itu satu per satu, mengetahui golongan rumpun apa berikut nama
Latin mereka. Sementara itu, seorang insinyur pertanian mampu mengadakan perkawinan  silang antara
bunga-bunga tersebut.

Bakat adalah kemampuan khusus yang menonjol di antara berbagai jenis kemampuan yang dimiliki
seseorang. Kemampuan khusus itu biasanya berbentuk keterampilan atau suatu bidang ilmu, misalnya
kemampuan khusus (bakat) dalam bidang seni musik, seni suara, olahraga, matematika, bahasa,
ekonomi, teknik, keguruan, social, agama, dan sebagainya. Seseorang umumnya memiliki bakat tertentu
yang terdiri dari satu atau lebih kemampuan khusus yang menonjol dari bidang lainnya. Tetapi ada juga
yang tidak memiliki bakat sama sekali, artinya dalam semua bidang ilmu dan keterampilan dia lemah
atau sedang. Ada pula sebagian orang memiliki bakat serba ada, artinya hampir semua bidang ilmu dan
ketrampilan, dia mampu dan menonjil. Orang seperti itu tergolong istimewa dan sanggup hidup di mana
saja.

Bakat  sebagaimana halnya dengan intelegensi merupakan warisan dari orang tua, nenek, kakek dari
pihak ibu dan bapak. Warisan dapat dipupuk dan dikembangkan dengan bermacam cara terutama
dengan pelatihan dan didukung dana yang memadai. Seseorang yang memiliki bakat tertentu sejak
kecilnya, namun tidak memperoleh kesempatan untuk mengembangkannya sebab tidak memiliki dana
untuk latihan, maka bakatnya tidak dapat berkembang. Hal seperti ini dikatakan  bakat terpendam.
Faktor Lingkungan

Lingkungan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan adalah keluarga
yang mengasuh dan membesarkan anak, sekolah tempat mendidik, masyarakat tempat anak bergaul
juga bermain sehari-hari dan keadaan sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. Besar kecilnya
pengaruh lingkungan terhadap pertumbuhan dan perkembangannya bergantung pada keadaan
lingkungan anak itu sendiri serta jasmani dan rohaninya.

Keluarga, tempat anak diasuh dan dibesarkan, berpengaruh besar terhadap pertumbuhan dan
perkembangannya, terutama keadaan ekonomi rumah tangga serta tingkat kemampuan orangtua dalam
merawat yang sangat besar pengaruhnya terhadap pertumbuhan jasmani anak. Sementara tingkat
pendidikan orang tua juga besar pengaruhnya terhadap perkembangan rohaniah anak, terutama
kepribadian dan kemajuan pendidikannya.

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program
bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka membantu siswa agara mampu mengembangakan
potensinya, baik yang menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional, maupun sosial.

Masyarakat adalah lingkungan tempat tinggal anak. Mereka juga termasuk teman-teman anak di luar
sekolah. Kondisi orang-orang di lingkungan desa atau kota tempat tinggal  anak juga turut
mempengaruhi perkembangan jiwanya. Anak-anak yang dibesarkan di kota berbeda pola pikirnya
dengan anak yang tinggal di desa. Anak kota umumnya lebih bersikap dinamis dan aktif bila
dibandingkan anak desa yang cenderung bersikap statis dan lamban. Semua perbedaan sikap dan pola
pikir di atas adalah akibat pengaruh dari lingkungan masyarakat yang berbeda antara kota dan desa.

Kelompok teman sebaya mempunyai peranan yang cukup penting terutama pada saat terjadinya
perubahan dalam struktur masyarakat. Aspek kepribadian remaja yang berkembang secara menonjol
dalam pengalamannya bergaul dengan teman sebaya adalah Social cognitium : kemampuan untuk
memikirkan tentang pikiran, perasaan, motif, dan tingkah laku dirinya dan orang lain. Kemampuan
memahami orang lain berpengaruh kuat terhadap minat remaja untuk bergaul atau membentuk
persahabatan dengan teman sebayanya( sigelman&Shaffer, 1995: 372-376). Konformitas : motif untuk
menjadi sama, sesuai, seragam, dengan nilai-nilai, kebiasaan, kegemaran(hobi), atau budaya teman
sebayanya.

Kedaan alam sekitar tempat tinggal anak juga berpengaruh bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Alam tempat tinggal manusia memiliki bentuk yang berbeda, seperti pegunungan, dataran rendah
dan daerah pantai. Keadaan alam sekitar adalah lokasi tempat anak bertempat tinggal. Sebagai contoh,
anak yang tinggal di daerah pegunungan akan cenderung bersifat lebih keras daripada anak yang tinggal
di daerah pantai, anak yang tinggal di daerah dingin akan berbeda dengan anak yang tinggal di daerah
panas. Perbedaan di atas adalah akibat pengaruh keadan alam yang berbeda. Keadaan alam yang
berbeda akan berpengaruh terhadap perkembangan pola pikir atau kejiwaan anak.

Peranan Hereditas dan Lingkungan


Antara hereditas dan lingkungan terjadi hubungan atau interaksi. Setiap faktor hereditas beroperasi
dengan cara yang berbeda-beda menurut kondisi dan keadaan lingkungan yang berbeda-beda pula.
Selain dengan interaksi, hubungan antara hereditas dan lingkungan dapat pula digambarkan sebagai
additive contribution. Menurut pandangan ini, hereditas dan lingkungan sama-sama menyumbang bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisiologi dan bahkan juga tingkah laku individu secara jointly
(bersama-sama). Pertumbuhan dan perkembangan memerlukan kondisi kesehatan jasmani dan rohani
anak.

Implikasi Bagi Kegiatan Belajar Mengajar

Hal yang perlu disadari bahwa perkembangan biologis dan perseptual anak itu memiliki keterjalinan
dengan aspek-aspek perkembangan lainnya. Artinya permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam
perkembangan fisik dan perseptual anak bisa berdampak negatif terhadap aspek-aspek perkembangan
lainnya. Oleh karena itu, agar pendidik memberikan perhatian yang cukup terhadap aspek
perkembangan fisik dan perseptual anak.

Implikasi bagi penyelenggaraan pembelajaran. Anak SD sudah lebih mampu mengontrol tubuhnya
daripada anak usia sebelumnya. Tetapi, kondisi fisik mereka masih jauh dari matang dan masih terus
berkembang. Fisik mereka masih memerlukan banyak gerak, baik untuk peningkatandan pengayaan
ketrampilan-ketrampilan motoriknya maupunpemenuhan kebutuhan gerak dan kesenangan mereka.
Oleh karena itu, perlu pembelajaran sesuai karakteristik kebutuhan fisik dengan cara memberikan
bamyak kesempatan kepada anak untuk memfungsikan unsur-unsur fisik atau aspek perseptualnya. Cara
pembelajaran: programnya disusun secara sederhana serta memperhatikan perbedaan individual anak,
tidak dilakukan secara monoton, dan melibatkan penggunaan berbagai media dan sumber belajar.

Implikasi bagi penyelenggaraan Pendidikan Olahraga. Program pendidikan olahraga yang rutin dan
teratur sangat diperlukan bagi anak SD. Olahraga penting untuk merangsang perkembangan fisik dan
perseptual anak. Dua hal yang perlu dijadikan dasar dalam penyelenggaraan program olahraga anak SD.
Pertama, pada usia SD sistem otot dan lemak anak mulai berkembang sehingga anak menguasai
gerakan-gerakan secara relatif sempurna. Kedua, dunia anak adalah dunia gerak dan bermain.

Implikasi bagi pemeliharaan kesehatan dan nutrisi anak. Kesehatan merupakan faktor utama
pertumbuhan fisik anak. Anak yang sering sakit akan mengalami gangguan dan keterlambatan dalam
pertumbuhan fisiknya.penanaman kebiasaan berperilaku sehat terhadap anak SD perlu difahami dan
diterapkan sejak dini. Kebiasaan hidup sehat hendaknya dilakukan secara menyeluruh mulai dari
kebersihan pakaian dan tubuh, kebersihan makanan, pemeliharaan kebersihan lingkungan sekitar, serta
mendisiplinkan diri untuk tidak membuang sampah sembarangan. Di pihak lain, makanan yang
mengandung gizi secara seimbang juga merupakan aspek penting dalam perkembangan anak, yaitu
makanan empat sehat lima sempurna.

ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN
A. Perkembangan Fisik
Yang dimaksud dengan perkembangan fisik adalah perubahan – perubahan pada
tubuh, otak, kapasitas sensorik dan keterampilan motorik (Papalia & Olds, 2001).
Perubahan pada tubuh/fisik ditandai dengan pertambahan tinggi dan berat tubuh,
pertumbuhan tulang dan otot, dan kematangan organ seksual dan fungsi reproduksi.
Tubuh remaja mulai beralih dari tubuh kanak-kanak yang cirinya adalah pertumbuhan
menjadi tubuh orang dewasa yang cirinya adalah kematangan.
4 aspek perkembangan fisik menurut Kuhlen dan Thompson (Hurlock, 1956) antara
lain sebagai berikut :
1. Sistem syaraf (perkembangan kecerdasan dan emosi)
2. Otot – otot (kekuatan dan kemampuan gerak motorik)
3. Kelenjar Endokrin (perubahan – perubahan pola tingkah laku baru)
4. Struktur fisik/tubuh (perubahan tinggi, berat, dan proporsi)
Perubahan fisik (otak) juga merupakan aspek yang sangat penting bagi kehidupan
manusia karena otak adalah sentral perkembangan dan fungsi kemanusiaan sehingga
semakin sempurna struktur otak maka akan meningkatkan kemampuan kognitif (Piaget
dalam Papalia dan Olds, 2001).
3 tahap pertumbuhan otak menurut para ahli (Vasta, Heih & Miller, 1992) yaitu :
1. Cell production (produksi sel)
2. Cell migration (perpindahan sel)
3. Cell laboration (elaborasi sel)
Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
1. Perkembangan motorik kasar
Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh
perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh anggota
tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh.
Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak. Karena
proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan seorang anak bisa
saja berbeda dengan anak lainnya.
2. Perkembangan motorik halus
Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan anak yang
menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh tertentu.
Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk belajar dan
berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun balok termasuk contoh
gerakan motorik halus.
B. Perkembangan Intelegensi/Kognitif
Perkembangan intelegensi/kognitif adalah perubahan kemampuan mental seperti
belajar, memori, menalar, berpikir, dan bahasa. Piaget (dalam Papalia & Olds, 2001)
mengemukakan bahwa pada masa remaja terjadi kematangan kognitif, yaitu interaksi dari
struktur otak yang telah sempurna dan lingkungan sosial yang semakin luas untuk
eksperimentasi memungkinkan remaja untuk berpikir abstrak. Piaget menyebut tahap
perkembangan kognitif ini sebagai tahap operasi formal (suatu tahap dimana seseorang
sudah mampu berpikir secara abstrak).
Pada tahap ini, remaja juga sudah mulai mampu berspekulasi tentang sesuatu,
dimana mereka sudah mulai membayangkan sesuatu yang diinginkan di masa depan.
Perkembangan kognitif yang terjadi pada remaja juga dapat dilihat dari kemampuan
seorang remaja untuk berpikir lebih logis. Remaja sudah mulai mempunyai pola berpikir
sebagai peneliti, dimana mereka mampu membuat suatu perencanaan untuk mencapai
suatu tujuan di masa depan (Santrock, 2001).
Salah satu bagian perkembangan kognitif masa kanak-kanak yang belum
sepenuhnya ditinggalkan oleh remaja adalah kecenderungan cara berpikir egosentrisme
(ketidakmampuan melihat suatu hal dari sudut pandang orang lain) (Piaget dalam
Aspek perkembangan anak

Dalam kehidupan anak, ada dua proses yang berlangsung secara kontiyu, yaitu
pertumbuhan dan perkembangan. Kedua proses ini berlangsung secara
interdependen, saling bergantung satu sama lainnya. Pertumbuhan dan
perkembangan merupakan proses alamiah yang terjadi pada setiap mahluk
hidup. Pada masa balita, proses pertumbuhan dan perkembangan ini terjadi
dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi pada seorang anak pun tidak
hanya meliputi perubahan fisik, tetapi juga perkembangan berpikir, perasaan,
sosial, dan lainnya.

Menurut Dr. Kartini Kartono (1995) dalam bukunya psikologi anak,


mendefinisikan pertumbuhan dengan perubahan secara fisiologis sebagai hasil
dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal pada
anak yang sehat, dalam peredaran waktu tertentu. Sedangkan perkembangan
diartikan sebagai perubahan-perubahan psiko-fisik sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi psikis dan fisik pada anak, ditunjang oleh faktor-
faktor lingkungan dan proses belajar dalam peredaran waktu tertentu menuju
kedewasaan.

Yang jelas, perkembangan anak tidak berlangsung secara mekanis-otomatis.


Tapi, sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan, yaitu (1) faktor
keturunan (warisan sejak lahir, bawaan); (2) Faktor lingkungan yang
menguntungkan atau yang merugikan; (3) Kematangan fungsi-fungsi organis
dan psikis; dan (4) Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan,
memiliki kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, memiliki emosi,
dan berusaha membangun diri sendiri.

Menyikapi faktor penentu perkembangan anak di atas, maka setidaknya ada


tujuh aspek perkembangan anak yang harus dibina. (1) Perkembangan gerakan
motorik kasar. Gerakan motorik adalah semua gerakan yang dilakukan oleh
seluruh tubuh. Sedangkan yang termasuk gerakan motorik kasar ialah apabila
gerakan yang dilakukan melibatkan sebagian besar dari kegiatan tubuh dan
biasanya memerlukan tenaga, karena dilakukan oleh otot-otot besar. Misalnya,
duduk tanpa dibantu; merangkak, bangkit, dan berdiri tanpa dibantu; dan
lainnya.

(2) Perkembangan motorik halus. Yaitu gerakan yang dilakukan oleh bagian-
bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil. Karena biasanya
tidak begitu memerlukan tenaga, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat.
Misalnya, menjangkau, mencekam, memasukan benda ke mulut, mengenal
benda dengan menggunakan jempol dan satu jari, memindahkan benda dari
tangannya, dan lainnya.

(3) Perkembangan komunikasi yang pasif. Dalam hal ini, kemampuan anak
untuk mengerti isyarat dan pembicaraan orang lain. Misalnya, menengok ke
arah sumber bunyi, menghentikan kegiatan kalau mendengar ada kata perintah,
memberikan reaksi yang berbeda terhadap macam-macam jenis suara, dan
lainnya.

(4) Perkembangan komunikasi aktif. Yakni kemampuan anak untuk


mengungkapkan keinginan dan perasaan dalam bentuk kata-kata. Misalnya,
membuat bunyi-bunyi seperti tangisan, mengulangi bunyi (mengoceh) kalau
sedang sendiri atau diajak bicara, mencoba meniru bunyi menurut kemampuan
anak, dan lainnya.

(5) Perkembangan kecerdasan. Kecerdasan ini mengandung makna kemampuan


daya ingat, daya tangkap seorang anak pada umur tertentu. Anak yang pandai
akan cepat tanggap dalam membandingkan dan membedakan ide. Kemampuan
kecerdasan anak ini, apabila tidak terlaksana pada waktunya, akan
menimbulkan kesukaran pada diri anak. Misalnya, mengikuti benda bergerak
dengan mata, mengikuti gerakan dan perbuatan, mengenal orang berbeda-
beda, memberikan reaksi pada orang yang belum dikenal dengan menangis atau
menatap terus-menerus, dan lainnya.
(6) Perkembangan kemampuan menolong diri sendiri. Dalam hal ini, adalah
ketrampilan dan kemampuan menolong diri sendiri pada saat umur tertentu.
Walaupun secara alamiah seorang anak masih harus ditolong, tetapi hendaknya
sudah mulai belajar untuk dapat melakukan sendiri tanpa ada pertolongan
orang lain, agar anak tidak merasa canggung lagi melakukannya. Misalnya,
menyuapkan biskuit ke mulut, memegang cangkir/gelas dengan tangan tidak
dibantu, dan lainnya.

(7) Perkembangan tingkah laku sosial. Yaitu tingkah laku yang mencerminkan
kemampuan hidup berdampingan dengan orang lain. Perkembangan ini
berdampak terhadap bagaimana seseorang anak dapat membiasakan
menyesuaikan diri dengan lingkungan, dapat menerima, membantu, dan
menghargai orang lain. Misalnya, tersenyum secara spontan, menaruh
perhatian kalau namanya sendiri disebut, memberikan reaksi terhadap
perkataan "tidak", dan lainnya.

Beberapa contoh perkembangan anak di atas, merupakan kemampuan yang


harus dicapai oleh anak umur 0 - 1 tahun. Semoga ketujuh aspek tersebut
menjadi perhatian para orangtua yang mengharapkan anaknya dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik.
 
Aspek-aspek perkembangan anak

1. Perkembangan Fisik (Motorik)


Perkembangan fisik (motorik) merupakan proses tumbuh kembang kemampuan
gerak seorang anak. Setiap gerakan yang dilakukan anak merupakan hasil pola
interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan sistem dalam tubuh yang dikontrol
oleh otak.

Perkembangan fisik (motorik) meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik


halus.

o Perkembangan motorik kasar


Kemampuan anak untuk duduk, berlari, dan melompat termasuk contoh
perkembangan motorik kasar. Otot-otot besar dan sebagian atau seluruh
anggota tubuh digunakan oleh anak untuk melakukan gerakan tubuh.

Perkembangan motorik kasar dipengaruhi oleh proses kematangan anak.


Karena proses kematangan setiap anak berbeda, maka laju perkembangan
seorang anak bisa saja berbeda dengan anak lainnya.

o Perkembangan motorik halus


Adapun perkembangan motorik halus merupakan perkembangan gerakan
anak yang menggunakan otot-otot kecil atau sebagian anggota tubuh
tertentu.

Perkembangan pada aspek ini dipengaruhi oleh kesempatan anak untuk


belajar dan berlatih. Kemampuan menulis, menggunting, dan menyusun
balok termasuk contoh gerakan motorik halus.

2. Perkembangan Emosi
Perkembangan pada aspek ini meliputi kemampuan anak untuk mencintai; merasa
nyaman, berani, gembira, takut, dan marah; serta bentuk-bentuk emosi lainnya.
Pada aspek ini, anak sangat dipengaruhi oleh interaksi dengan orangtua dan orang-
orang di sekitarnya.

Emosi yang berkembang akan sesuai dengan impuls emosi yang diterimanya.
Misalnya, jika anak mendapatkan curahan kasih sayang, mereka akan belajar untuk
menyayangi.

3. Perkembangan Kognitif
Pada aspek koginitif, perkembangan anak nampak pada kemampuannya dalam
menerima, mengolah, dan memahami informasi-informasi yang sampai kepadanya.
Kemampuan kognitif berkaitan dengan perkembangan berbahasa (bahasa lisan
maupun isyarat), memahami kata, dan berbicara.

4. Perkembangan Psikososial
Aspek psikososial berkaitan dengan kemampuan anak untuk berinteraksi dengan
lingkungannya. Misalnya, kemampuan anak untuk menyapa dan bermain bersama
teman-teman sebayanya.

Dengan mengetahui aspek-aspek perkembangan anak, orangtua dan pendidik bisa


merancang dan memberikan rangsangan serta latihan agar keempat aspek tersebut
berkembang secara seimbang.

Rangsangan atau latihan tidak bisa terfokus hanya pada satu atau sebagian aspek.
Tentunya, rangsangan dan latihan tersebut diberikan dengan tetap memerhatikan
kesiapan anak, bukan dengan paksaan

Anda mungkin juga menyukai