Anda di halaman 1dari 4

Nama : Syakila Anggraini

Nim : 205112249
Kelas : PKO 2A
UTS
1. Bagaimana peran orang tua, lingkungan dan sekolah terhadap perkembangan social emosional
terhadap anak usia sekolah menengah?
Jawaban
perkembangan sosial emosional merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial.
Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri
terhadap norma-norma kelompok, moral, dan tradisi, meleburkan diri menjadi satu kesatuan
dan saling berkomunikasi dan kerjasama. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
sosial emosional yaitu :
1)Keluarga
2)Kematangan
3)Pendidikan
4)Kapasitas mental : Emosi dan Intelegensi
Faktor penyebab terbentuknya perilaku sosial emosional yang bermasalah :
1)Sikap orang tua yang overprotected
2)Sikap orang tuayang pencela, membandingkan, dan mencemooh anak.
3)Sempitnya kesempatan bergaul dengan anak lain.
4)Pola asuh otoriter
5)Lingkungan yang buruk
Dari hal hal diatas dapat diketahui bahwa peran orangtua, lingkungan, dan pendidikan sangat
penting bagi perkembangan social emosional seorang anak.
a. Orang tua
Orang tua memegang peranan utama dan pertama bagi pendidikan anak, mengasuh,
membimbing dan mendidik anak merupakan tugas mulia yang tidak lepas dari berbagai
halangan dan tantangan, sedangkan guru disekolah merupakan pendidik yang kedua setelah
orang tua dirumah. peranan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anakorang tua
merupakan model bagi anak, serta pada amasa anak-anak, mereka masih berada pada fase
meniruDenagn begitu hendaknya para orang tua menjadi seseorang yang bias menerima
emosi-emosi anak dan kita harus mengajari anak-anak bagaimana emosi yang harus kita
kendalikan
b. Lingkungan
Lingkungan memengang andil besar terhadap perkembangan seorang anak karena
dilingkungan lah anak lebih banyak melakukan interaksi terhadap orang orang. Namun
lingkungan tidak hanya berisi orang orang yang sudah dikenal kepribadiannya ada juga
orang orang baru yang membawa pengaruh terhadap seorang anak. Maka dari itu seorang
anak harus diperhatikan lebih ekstra jika sedang berada atau bermain di lingkungan.
Lingkungan pertemanan juga sangat berpengaruh bersar dalam perkebangan seorang anak
Karena anak lebih cenderung meniru hal yang dilakukan temannya baik itu hal yang baik
maupun hal yang buruk sekalipun. Maka dari itu harus pandai pandai dalam memilih
linkungan pergaulan.
c. Sekolah
Sekolah bisa disebut juga sebagai rumah kedua bagi para pelajar karena hamper setengah
harinya dihabiskan berada di sekolah bersama teman teman dan guru guru. Sekolah para
murid diawasi oleh guru namun tak semua hal dapat dikendalikan oleh guru jadi seorang
anak harus bisa memilih pergaulan pertemanan disekolah dengan baik, agar tidak
menggangu perkembangan social emosionalnya terutap pada usia yang menginjak 10
hingga 18 tahun harus dalam pengawasan orang tua maupun guru

2. Adakah hubungan kognitif ketika anak di sekolah dasar dengan sekolah menengah?
Jawaban
Perkembangan kogitif anak usia dasar tentu tidak bisa disamakan dengan
kemampuan kognitif anak remaja dan orang dewasa. Pada umumnya, kemampuan
kognitif anak usia dasar masih terbatas dalam hal-hal yang bersifat konkret dan nyata,
misalnya anak usia 6 atau 7 tahun dapat memahami gelas bisa pecah apabila dibenturkan
dengan lantai, anak belum bisa menjawab penyebab pecahnya gelas tersebut secara
ilmiah. Anak usia dasar memiliki keterbatasan berfikir terhadap hal yang bersifat abstrak,
misalnya ketika anak usia 7-9 diberi pertanyaan tentang mengapa bumi mengelilingi
matahari. Anak akan mengalami kesulitan bahkan merasa kebingungan untuk menjawab
pertanyaan yang demikian secara ilmiah dan ketika dipaksa, justru anak akan merasa
setres, karena kemampuan kognitifnya belum sampai pada tahap berfikir yang rumit.
Pada proses penyelenggaraan pendidikan Sekolah Dasar (SD) pemahaman tentang
perkembangan kognitif anak usia dasar sangat penting untuk menjadi acuan dalam rangka
mendidik dan mengajar. Faktanya, hasil dari suatu penelitian membuktikan bahwa
terdapat ketidaksesuiaian antara materi yang terdapat di buku siswa (K13) dengan taraf
kemampuan berfikir anak di SD/MI, sehingga tidak jarang di temukan para guru
melakukan pengembangan bahan ajar secara personal dengan menyesuaikan kemampuan
kognitif. Kemampuan kognitif anak usia tujuh tahun (kelas satu SD/MI)Kemampuan
kognitif anak pada usia ini masih pada tahap pengetahuan dan pemahaman yang masih
terbatas, fase ini seperti menyusun daftar, mengingat, menyebutkan, mengenali,
menuliskan kembali, mengulang, menamai, mengelompokan dan membedakan hal
bersifat sederhana.
Perkembangan kognitif anak usia dasar merupakan salah satu aspek penting yang
mesti dipahami dalam proses pendidikan khususnya kegiatan belajar mengajar (KBM).
Kemampuan kognitif anak usia dasar berbeda-beda disetiap tingkatan usianya.
Sebagaimana menurut teori kognitif Piaget, pada anak usia dasar, perkembangan kognitif
anak terbagi menjadi dua fase yaitu pertama fase operasional konkret (usia 7-11 tahun)
adalah fase dimana anak sudah bisa berfikir logis, rasional, ilmiah dan objektif terhadap
sesuatu yang bersifat konkret atau nyata. Pada fase ini, dalam KBM, guru mesti
memberikan materi pembelajaran yang bersifat empirik (nyata) bukan yang bersifat
abstrak atau khayal. Proses KBM yang dilakukan mesti dikontekstualisasikan dalam
kehidupan nyata, misalnya dengan menghadirkan contoh langsung dari materi yang
dipelajari (modeling) dan melakukan praktek langsung (eksperimen).Kedua fase
operasional formal (11-12 tahun keatas) yaitu fase dimana anak sudah dapat memikirkan
sesuatu yang akan atau mungkin terjadi (hipotesis) dan sesuatu bersifat abstrak. Pada fase
ini, anak dapat berfi kir kritis dan berfi kir tingkat tinggi. Anak sudah dapat menggunakan
pemikiran hopotesis-deduktif dan berfikir sistematis dalam menyusun langkah-langkah
strategis untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dalam proses KBM, anak sudah bisa
diterapkan model pembelajaran kontruktivisme dan inkuiri yang pada prinsipnya
membutuhkan penalaran tinggi dan menuntut siswa untuk aktif berfi kir, beride dan
menarik makna dari hal yang empirik maupun abstrak.Pentingnya pemahaman terhadap
setiap tingkatan kemampuan kognitif anak tersebut menjadi pedoman prioritas dalam
proses penyelenggaraan pendidikan. Mengingat, KBM akan efektif dan anak akan
mendapatkan pengetahuan secara maksimal apabila materi, strategi, model dan metode
pembelajaran yangdigunakan sesuai dengan kemampuan kognitif anak, mulai dari tahap
pemikiran yang konkret hingga pada tahap pemikiran yang formal.

3. Sebagai calon guru coba anda jelaskan bagaimana cara memperhatikan aspek-aspek
perkembangan dalam pembelajaran!
Jawaban
mempelajari dan memahami aspek perkembangan peserta didik adalah salah satu
kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, melalui pemahaman tentang aspek-
aspek perkembangan serta faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta
didik, dapat diantisipasi tentang berbagai upaya memfasilitasi perkembangan tersebut,
baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Semua orang memiliki aspek perkembangan yang jumlahnya sama tetapi
memiliki kemampuan pengembangan aspek perkembangan yang berbeda-beda. Setiap
manusia memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing begitupun anak sekolah
dasar. Ada yang unggul dalam hal akademik tetapi rendah dalam hal nonakademik, ada
yg unggul aspek kognitifnya tetapi rendah dalam aspek sosial begitupun sebaliknya. Hal
tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor gen dan faktor lingkungan.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik perkembangan
seseorang berbeda-beda, tergantung faktor yang mempengaruhi perkembangan
seseorang. Karakteristik perkembangan anak usia sekolah berbeda dengan karakteristik
perkembangan remaja dan karakteristik perkembangan masa dewasa. Karakteristik
perkembangan anak usia sekolah meliputi perkembangan fisik motorik, perkembangan
intelektual, perkembangan bahasa, perkembangan emosi, perkembangan sosial, dan
perkembangan kesadaran beragama. Ada banyak faktor yang mempengaruhi
perkembangan yang akan menimbulkan masalah dalam perkembangan. Faktor tersebut
meliputi faktor genetika dan faktor lingkungan. Dasam proses perkembangan ketujuh
aspek tersebut, terkadang menimbulkan masalah, Masalah–masalah tersebut bisa
diperbaiki dengan dukungan dari orang-orang terdekatnya, terutama keluarga. Setiap
orang memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, sehingga seorang anak tidak
boleh dipaksakan untuk menguasai seluruh aspek perkembangan.

Anda mungkin juga menyukai