Anda di halaman 1dari 36

1

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fungsi utama pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam
upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan potensi yg
dimilikinya sehingga dia memperoleh kepuasan dalam seluruh aspek kehidupan
pribadi dan kehidupan sosialnya (Crow and crow, 1960). Pendidikan diawali dari
pendidikan dalam keluarga, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan formal
ketika anak telah memasuki usia yang tepat untuk sekolah. Maka untuk itu, tugas
orangtua dan pendidik lah mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar
kecerdasan anak agar bertahan sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan
faktor lingkungan dan stimulasi yang baik untuk merangsang dan
mengoptimalkan fungsi otak dan kecerdasan anak.
Sekolah Dasar (SD) yang merupakan jenjang pendidikan formal yang
terendah menyelenggarakan pendidikan bagi siswa melalui berbagai macam
kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang dilakukan melalui
bermacam-macam mata pelajaran maupun di luar mata pelajaran.  Tujuan pend
SD  harus selalu mengacu pada tujuan pend nasional dan tujuan pend dasar serta
memperhatikan tahap dan karakteristik perkembangan siswa, kesesuaianya dgn
lingkungan dan kebutuhann pembanguna daerah, arah pembangunan nasional
serta memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
kehidupan umat manusia secara global. Secara teknis pendi sekolah dasar dapat
diartikan sebagai proses /usaha sadar untuk menciptakan suasana belajar dan
proses pembelaj agar anak/peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinnya untuk memiliki kemampuan dasar aspek intelektual,social,personal dan
spiritual yg sesuai dgn karakteristik perkembangannya sehingga dia mampu
melanjutka pendidikan di SMP/sederajat. Pendidikan dasar diselenggrakan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta meberikan peng danketrampilan
dasar yg diperlukan untuk hidup didlm masy serta mempersiapkan peserta didik
yg memenuhi persyratan utk mengikuti pend menengah.
Salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di SD adalah matematika.
Sesuai dengan yang tercantum pada peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
Pasal 77I Ayat 1. Pelajaran matematika sangat penting karena akan berpengaruh
terhadap kehidupan siswa, misalnya untuk berfikir dan memecahkan suatu
masalah yang dia hadapi. Roger Bacon mengemukakan, “mathematics is the gate
and key of sciences”. Matematika merupakan gerbang dan kunci dari berbagai
ilmu pengetahuan. Dengan demikian, telah jelas bahwa dengan mempelajari
matematika, maka siswa akan lebih mudah untuk mempelajari ilmu pengetahuan
lainnya (Linda Campbell, dkk, 2002).
Namun jika kita lihat secara langsung dilapangan akan ditemukan berbagai
masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika. Matematika
2

merupakan salah satu matapelajaran di sekolah yang mendapatkan perhatian


khusus oleh para guru, orangtua maupun anak. Walaupun menyadari hal tersebut
faktanya masih terdapat anak yang belum dibekali kemampuan untuk berprestasi
cemerlang di bidang matematika. seolah-olah mereka, dihadapkan pada dua hal
yang dilematis, di satu sisi mereka harusnmenguasai matematika, di sisi lain ia
merasa lemah untuk belajar matematika. Rendahnya minat siswa untuk menekuni
matematika salah satunya disebabkan oleh adanya image yang mengganggu
pikiran sebagian besar siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang super
rumit, rajanya pelajaran studi (Abdul Halim, 2009).
Oleh sebab itu penyebab permasalahan ini menjadi slah satu pemikiran
yang perlu diteliti. Apakah hal ini dikarenakan kekeliruan sistem pendidikan, pola
asuh orang tua yang salah, pengaruh lingkungan, tidak merasa penting dengan
matematika, ataupun potensi matematisnya tidak dikembangkan sejak usia dini.
Tentunya masih banyak hal yang mempengaruhi hal ini untuk dikaji lebih lanjut.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa pengasuhan anak merupakan hal
yang penting bagi anak. Kurangnya perhatian dari orang tua menjadi
permasalahan yang sering dialami pada saat sekarang ini. Tanpa disadari banyak
anak yang diabaikan oleh orang tuanya karena alasan terntentu, misalnya
pekerjaan. Utamanya Ayah sebab cenderung berada diluar rumah karena harus
bekerja mencari nafkah untuk keluarga. Perhatian dari Ayah menjadi kurang
karena fikirannya lebih mengutamakan pemenuhan materi yang cukup.
Berdasarkan keseharian yang kita lihat di dalam masyarakat, sesuai dengan
observasi awal yang dilakukan peneliti melalui pengamatan dan wawancara maka
kita secara langsung dapat melihat keadaan seperti ini. Yaitu tugas ayah hanyalah
mencari nafkah dan ibu lebih banyak berperan atau bahkan secara penuh
pengasuhan anak diserahkan kepada ibu.
Berdasarkan masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika
yang berhungan dengan peran ayah dalam pengasuhan maka akan berakibat
kepada kecerdasan matematisnya. Meskipun sekolah menjadi tempat yang khusus
untuk belajar matematika dari guru, namun diperlukan peran ayah untuk
memberikan waktu bersama anak, baik ketika anak belajar dirumah bahkan
bermain sekalipun sebagai bentuk perhatian yang ia butuhkan. Sebab kecerdasan
anak disekolah bukanlah sepenuhnya tanggung jawab guru.
Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, peneliti ingin melakukan
penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Peran Ayah Dalam Pengasuhan dan
Kecerdasan Matematis pada Siswa SD di Kecamatan Sipirok”
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas dapat dikemukakan masalah yaitu:
1. Apakah terdapat hubungan antara peran Ayah Dalam Pengasuhan terhadap
Kecerdasan Matematis pada Siswa SD di Kecamatan Sipirok?
3

2. Bagaimanakah hubungan peran ayah dalam pengasuhan terhadap kecerdasan


matematis siswa SD di Kecamatan Sipirok.
1.3. Hipotesis Penelitian
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan ynag
signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan Kecerdasan Matematis pada
Siswa SD di Kecamatan Sipirok”
1.4. Luaran Penelitian
Adapun luaran dari penelitian terdapat pada tabel di bawah ini :
1. Publikasi di jurnal ilmiah nasional yang Terakreditasi
2. Pemakalah dalam temu ilmiah
4

BAB 2. RENSTRA DAN PETA JALAN PENELITIAN

Secara umum penelitian yang akan dilaksanakan pada tiga tahun ke depan
yaitu:
1. Peningkatan kualitas pendidikan
2. Penelitian dan publikasi ilmiah
3. Hasilnya diharapkan dapat sebagai dasar dalam pengabdian kepada
masyarakat.
Peta jalan penelitian bisa dilihat pada bagan berikut :

PERAN AYAH

2017 2018 2019

Pengetahuan peran
Pemahaman kepada Pelaksanaan
ayah dalam
masyarakat pentingnya konseling tentang
pengasuhan dan
peran ayah dalam peran ayah dalam
kecerdasan pengasuhan pengasuhan
matematis anak
5

BAB 3. TINJAUAN PUSTAKA

3.1. Peran Ayah


3.1.1. Pengertian Peran Ayah
Sentuhan ayah memiliki efek positif yang sama dengan ibu dalam hal
kesehatan dan perkembangan anak. Ayah yang bermain bersama dengan anak
secara sensitif, suportif dan menantang sesuai usia nya, menyemangati, akan
memiliki hubungan yang baik dan dekat dengan anak. Anak nantinya memiliki
hubungan saling percaya dengan ayahnya hingga dewasa. Anak yang pada usia
balita dekat dengan ayahnya, akan tumbuh menjadi anak yang percaya diri dan
mampu bergaul saat di usia sekolah
Parenting adalah suatu peran yang berkaitan dengan tugas untuk
mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik dan
biologis (Garbarino & Benn, 1992). Parenting adalah suatu hubungan yang intens
berdasarkan kebutuhan yang berubah secara pelan sejalan dengan perkembangan
anak. Parenting adalah suatu perilaku yang pada dasarnya mempunyai kata-kata
kunci yaitu hangat, sensitif, penuh penerimaan, bersifat resiprokal, ada pengertian,
dan respon yang tepat pada kebutuhan anak (Garbarino & Benn, 1992).
Pengasuhan dengan ciri-ciri tersebut melibatkan kemampuan untuk memahami
kondisi dan kebutuhan anak, kemampuan untuk memilih respon yang paling tepat
baik secara emosional afektif maupun instrumental. Selain itu keterlibatan dalam
parenting mengandung aspek waktu, interaksi, dan perhatian (Andayani &
Koentjoro, 2004).
Peran ayah atau fathering lebih merujuk dengan pengertian parenting. Hal
ini karena fathering merupakan bagian dari parenting. Idealnya, ayah dan ibu
mengambil peranan yang saling melengkapi dalam menjalankan rumah tangga
dan perkawinan, termasuk di dalamnya berperan memberikan model yang lengkap
bagi anak-anak dalam menjalani kehidupan (Andayani & Koentjoro, 2004).
Berdasar pemahaman diatas, peran ayah (fathering) dapat dijelaskan
sebagai suatu peran yang dimainkan seorang ayah dalam kaitannya dengan tugas
untuk mengarahkan anak menjadi mandiri di masa dewasanya, baik secara fisik
dan biologis. Peran ayah sama pentingnya dengan peran ibu dan memiliki
6

pengaruh pada perkembangan anak walau pada umumnya menghabiskan waktu


relatif lebih sedikit dengan anak dibandingan dengan ibu.
3.1.2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peran Ayah (Fathering)
Berikut ini akan diuraikan faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh
orang tua, yang berarti tercakup di dalamnya peran ayah :
1. Faktor personal orang tua
2. Karakteristik anak
3. Besar keluarga
4. Status sosial ekonomi
5. Pendidikan
6. Kesukuan dan Budaya
3.1.3. Peran Ayah Dalam Keluarga
Peran ayah dan ibu dalam parenting menurut Hoffman (dalam Lamb,
1981) memiliki paling sedikit empat dimensi. Pertama, orang tua menjadi teladan
bagi anak baik melalui perkataan maupun tindakannya. Kedua, orang tua
memberikan disiplin pada anak dan memberikan penjelasan mengapa mereka
mendukung tingkah laku tertentu dan tidak mendukung tingkah laku yang lain.
Ketiga, orang tua sebagai orang yang utama dalam memenuhi kebutuhan kasih
sayang anak. Keempat, orang tua bertindak sebagai penghubung antara anak
dengan masyarakat yang lebih luas, dalam cara : (1) membawa tuntutan dan
harapan masyarakat ke dalam rumah dan melaksanakannya pada anak; (2)
berdasar pada posisi ayah dan ibu di masyarakat, mereka memberikan status
tertentu pada anak yang khususnya menjadi penting ketika anak mulai memahami
dunia luar di mana ia berpijak.
Selanjutnya, beberapa penelitian lain diantaranya oleh McAdoo (2002)
menyimpulkan bahwa ayah dalam keluarga memainkan peranan sebagai: (1)
Provider (penyedia dan pemberi fasilitas), (2) Protector (pemberi perlindungan),
(3) Decision Maker (pembuat keputusan), (4) Child Specialiser and Educator
(pendidik dan yang menjadikan anak sosial) dan (5) Nurtured Mother
(pendamping ibu).
(5) Monitor and Disciplinarian
7

Bertentangan dengan keyakinan umum, ayah bukanlah pemeran utama


dalam mendidik disiplin pada anak. Khususnya di dua tahun pertama usia anak,
ibu yang lebih mengajarkan disiplin pada anak. Namun demikian, ayah juga
memenuhi peran penting ini dengan memonitor/mengawasi perilaku anak,
terutama begitu ada tanda-tanda awal penyimpangan sehingga disiplin anak bisa
segera ditegakkan. (6) Protector Ayah mengontrol dan mengorganisasi
lingkungan anak sehingga anak terbebas dari kesulitan resiko/bahaya, serta
mengajarkan bagaimana anak seharusnya menjaga keamanan diri mereka
terutama selagi ayah atau ibu tidak bersamanya, misalnya agar tidak berbicara
dengan orang asing. (7) Advocate Ayah menjamin kesejahteraan anaknya dalam
berbagai macam bentuk, termasuk memenuhi kebutuhan anak ketika berda dalam
institusi lain di luar keluarga. Selain itu, ayah siap membantu, mendampingi dan
membela anak jika ada kesulitan/masalah, dengan demikian anak merasa aman,
tidak sendiri, dan ada tempat untuk berkonsultasi, dan itu adalah ayahnya sendiri.
Contohnya, penelitian telah menunjukkan bila keterlibatan ayah dalam kegiatan
sekolah anaknya berhubungan dengan baiknya prestasi belajar anak. (8) Resource
Dengan berbagai cara dan bentuknya, ayah dapat mendukung keberhasilan anak
dengan memberikan dukungan di belakang layar. Contohnya, seorang ayah dapat
menyediakan dukungan emosional bagi ibu dan membantu kegiatan perawatan
anak. Selain itu, ayah dapat juga memenuhi kebutuhan anak dengan
menghubungkan anak dengan keluarga besar atau sumber-sumber masyarakat.
Dengan memperkenalkan anak pada keluarga besar, ayah melakukan transmisi
sejarah keluarga dan pengetahuan budaya pada anak. Secara khusus pada anak
yang lebih tua, hubungan dengan sumber-sumber masyarakat dapat menolong
anak membangun kemampuan sosialnya.
3.2 Kecerdasan Matematis
3.2.1 Pengertian Kecerdasan Matematika
Kecerdasan matematika (logic smart) merupakan kemampuan seseorang
dalam menghitung, mengukur, dan menyelesaikan hal-hal yang bersifat
matematis. Secara bahasa, logika berasal dari kata logos (bahasa Yunani), yang
artinya kata, ucapan, pikiran. Kecerdasan logika dikenalkan oleh Prof. Howard
Garner, Kecerdasan logika matematika sering dipandang dan dihargai lebih tinggi
8

dari jenis-jenis kecerdasan lainnya. Kecerdasan ini dicirikan sebagai kemampuan


yang dimiliki otak kiri.
Berikut ini beberapa pengertian kecerdasan logika matematika dari beberapa
sumber buku:
 Menurut Bobi de Porter, kecerdasan logika matematika (logis mathematis)
merupakan kecerdasan yang mencakup kemampuan menghitung,
bereksperimen mengungkap fakta dan kemampuan memecahkan masalah-
masalah matematika (Suparlan, 2004:47). 
 Menurut Amstrong, Logic smart (kecerdasan logis) adalah kemampuan
menggunakan angka dengan baik dan melakukan penalaran yang benar.
Kemampuan ini, meliputi kemampuan menyelesaikan masalah,
mengembangkan masalah, dan menciptakan sesuatu dengan angka dan
penalaran, cerdas secara matematis-logis berarti cerdas angka dan cerdas dalam
hukum logika berpikir penalaran (Musfiroh, 2008:3). 
 Menurut Prasetyo & Andriani (2009:50), kecerdasan logika adalah
kapasitas untuk Berdasarkan beberapa pengertian tersebut di atas, dapat
disimpulkan bahwa kecerdasan logika-matematika merupakan kemampuan
seseorang dalam menghitung, mengukur, menggunakan angka-angka,
memecahkan soal-soal matematis, berpikir secara deduktif dan induktif, serta
membuat pola-pola dan hubungan-hubungan yang logis dalam kehidupan
sehari-hari.
1) Ciri-ciri Kecerdasan Logika Matematika 
Kecerdasan logika matematika mempunyai karakteristik atau ciri-ciri yang
dapat membedakan dengan jenis-jenis kecerdasan lainnya, yaitu sebagai berikut
(Linda Campbell, dkk, 2002:41):
1. Merasakan berbagai tujuan dan fungsi mereka dalam lingkungannya.
2. Mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitas, waktu dan hubungan
sebab dan akibat. 
3. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan secara nyata
(konkret), baik objek maupun konsep-konsep.
4. Menunjukkan keterampilan pemecahan masalah secara logis.
5. Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan. 
6. Mengajukan dan menguji hipotesis.
9

7. Menggunakan bermacam-macam keterampilan matematis seperti


memperkirakan (estimating), perhitungan algoritme (calculating algorithms),
menafsirkan statistik (interpreting statistics), dan menggambarkan informasi
visual dalam bentuk grafik (gambar).
8. Menyukai operasi yang kompleks seperti kalkulus, fisika, pemrograman
komputer, atau metode penelitian.
9. Berpikir secara matematis dengan mengumpulkan bukti, membuat
hipotesis, merumuskan berbagai model, mengembangkan contoh-contoh
tandingan dan membuat argumen-argumen yang kuat.
10. Menggunakan teknologi untuk memecahkan masalah matematis.
11. Mengungkapkan ketertarikan dalam karir-karir seperti akuntansi,
teknologi komputer, hukum, mesin dan ilmu kimia.
12. Menciptakan model-model baru atau memahami wawasan baru dalam
ilmu pengetahuan alam dan matematika.
Anak yang memiliki kecerdasan logis-matematis yang tinggi cenderung
menyenangi kegiatan menganalisis dan mempelajari sebab akibat terjadi sesuatu.
Ia menyenangi berfikir secara konseptual, misalnya menyusun hipotesis,
mengadakan kategorisasi dan klasifikasi terhadap apa yang dihadapinya. Anak
semacam ini cenderung menyukai aktivitas berhitung dan memiliki kecepatan
tinggi dalam menyelesaikan problem matematika (Hamzah B. Uno dkk, 2010:11).
Sedangkan menurut Masykur dan Fathani (2008:105-106), seseorang yang
memiliki kecerdasan logika matematika memiliki beberapa ciri-ciri sebagai
berikut:
1. Menghitung problem aritmatika dengan cepat di luar kepala. 
2. Suka mengajukan pertanyaan yang sifatnya analisis, misalnya mengapa
hujan turun?. 
3. Ahli dalam permainan catur, halma, dan sebagainya. 
4. Mampu menjelaskan masalah secara logis. 
5. Suka merancang eksperimen untuk membuktikan sesuatu.
6. Menghabiskan waktu dengan permainan logika seperti teka-teki,
berprestasi dalam matematika dan IPA.
10

2) Komponen Kecerdasan Logika Matematika 


Kecerdasan matematika dibedakan dalam enam komponen, yaitu: (1)
kemampuan abstraksi, (2) kemampuan logika berpikir, (3) pemahaman yang
spesifik, (4) kekuatan intuitif, (5) kemampuan menggunakan rumus / formula, (6)
daya ingat/imajinasi berpikir matematika. Menurut Haecker dan Ziehen, prinsip
dasar dari pola pikir matematika terbagi kedalam empat komponen, yaitu
(Rikayanti, 2005:32):
1. Komponen spasial yang terdiri dari (a) memahami bentuk bangun ruang
dan kompleksitasnya; (b) ingatan terhadap bentuk bangun ruang; (c) abstraksi
spasial/ kemampuan dalam menggeneraliasi bentuk dalam ruang dan objek; (d)
kombinasi spasial/ ruang yakni memahami dan memiliki kemandirian dalam
menemukan generalisasi, koneksi dan relasi antara objek bangun ruang. 
2. Komponen logika yang terdiri dari (a) menyusun/ memahami konsep dan
keterkaitan antar konsep; (b) memahami, mengingat dan mandiri dalam
memberikan konklusi/ kesimpulan dan membuktikan berdasarkan bukti formal
yang logis.
3. Komponen numerik yang terdiri dari (a) memahami/ menyusun konsep
bilangan; (b) ingatan mengenai bilangan/ pola dan mencari solusi yang
berkaitan dengan bilangan. 
4. Komponen simbolisasi yang terdiri dari (a) memahami simbol; (b)
mengingat simbol; (c) mengoperasikan dan menggunakan simbol.
Menurut Linda & Bruce Campbell, kecerdasan logika matematika biasanya
melibatkan beberapa komponen, yaitu perhitungan secara matematis, pemecahan
masalah, pertimbangan induktif (penjabaran ilmiah dari khusus ke umum),
pertimbangan deduktif (penjabaran ilmiah secara umum ke khusus), dan
ketajaman pola-pola serta hubungan-hubungan (Masykur dan Fathani, 2008:153).
3) Cara Melatih Kecerdasan Logika Matematika 
Kecerdasan logika matematika adalah kemampuan dalam penalaran,
mengurutkan, berfikir dalam pola sebab-akibat, menciptakan hipotesis, mencari
keteraturan konseptual dan pola numerik, dan pandangan hidupnya umumnya
bersifat rasional.
3.3 Tujuan Pembelajaran Matematika di SD
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sangat penting,
karena penggunaan matematika berhubungan langsung dengan kehidupan sehari-
11

hari siswa. Cockroft (Hamzah B. Uno dan Masri Kudrat Umar, 2009: 108)
mengungkapkan pemikirannya tentang matematika. Matematika perlu diajarkan
karena matematika sangat dibutuhkan dan berguna dalam kehidupan sehari-hari,
bagi sains, perdagangan dan industri, dan karena matematika itu menyediakan
suatu daya, alat komunikasi yang singkat dan tidak ambigius serta berfungsi
sebagai alat untuk mendeskripsikan dan memprediksi.
Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa kehidupan manusia tidak dapat
dipisahkan dengan matematika karena manfaatnya yang begitu besar bagi
manusia. Pendapat lain disampaikan oleh Moch. Masykur Ag dan Abdul Halim
Fathani (2008: 43) yang menyatakan bahwa belajar matematika merupakan
sebuah langkah awal untuk dapat berkecimpung di dunia sains, teknologi, maupun
disiplin ilmu yang lain karena matematika dapat disebut sebagai ilmu dasar untuk
menguasai disiplin ilmu yang lain. Hal senada diungkapkan oleh Morris Kline
(Lisnawaty Simanjuntak, dkk, 1993: 72), bahwa matematika melandasi semua
ilmu pengetahuan dan filsafat, serta merupakan salah satu jalan untuk menuju
pemikiran yang jelas, tepat, teliti, bahkan kemajuan suatu negara tergantung dari
kemajuan di bidang matematika.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan,
matematika perlu diberikan sejak SD untuk membekali siswa dengan kemampuan
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, dan kemampuan bekerja sama,
yang diberikan supaya siswa dapat mempunyai kemampuan memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang
selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif. Lebih lanjut, dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional ini dijabarkan mengenai tujuan mata pelajaran matematika.
Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:
a) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan
mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,
dalam pemecahan masalah, b) menggunakan penalaran pada pola dan sifat,
melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika, c) memecahkan masalah
12

yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,


menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, d)
mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk
memperjelas keadaan atau masalah, serta e) memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam
pemecahan masalah.
Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di SD disampaikan oleh
Heruman (2007: 2), bahwa tujuan akhir dari pembelajaran matematika di SD
adalah agar siswa terampil dalam menggunakan konsep-konsep matematika dalam
kehidupan sehari-hari. Dengan mempelajari matematika, diharapkan siswa
mampu mengaplikasikan konsep-konsep matematika dalam keseharian mereka.
Berdasarkan pendapat-pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan
pembelajaran matematika adalah supaya siswa mempunyai keterampilan untuk
menggunakan konsep-konsep matematika dalam memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan mempelajari
matematika, diharapkan siswa akan memiliki kemampuan berpikir logis, analitis,
sistematis, kritis, kreatif, serta mempunyai sikap ulet dan percaya diri dalam
memecahkan berbagai permasalahan.
2.4 Pengertian Pengasuhan
Pengasuh erat kaitannya dengan kemampuan suatu keluarga/ rumah tangga
dan komunitas dalam hal memberikan perhatian, waktu dan dukungan untuk
memenuhi kebutuhan fisik, mental, dan social anak-anak yang sedang dalam masa
pertumbuhan serta bagi anggota keluarga lainnya (ICN 1992 dalam Engel et al.
1997). Hoghughi (2004) menyebutkan bahwa pengasuhan mencakup beragam
aktifitas yang bertujuan agar anak dapat berkembang secara optimal dan dapat
bertahan hidup dengan baik. Prinsip pengasuhan menurut Hoghughi tidak
menekankan pada siapa (pelaku) namun lebih menekankan pada aktifitas dari
perkembangan dan pendidikan anak. Oleh karenanya pengasuhan meliputi
pengasuhan fisik, pengasuhan emosi dan pengasuhan social.
Pengasuhan fisik mencakup semua aktifitas yang bertujuan agar anak dapat
bertahan hidup dengan baik dengan menyediakan kebutuhan dasarnya seperti
makan, kehangatan, kebersihan, ketenangan waktu tidur, dan kepuasan ketika
membuang sisa metabolisme dalam tubuhnya. Pengasuhan emosi mencakup
13

pendampingan ketika anak mengalami kejadian-kejadian yang tidak


menyenangkan seperti merasa terasing dari teman-temannya, takut, atau
mengalami trauma. Pengasuhan emosi ini mencakup pengasuhan agar anak
merasa dihargai sebagai seorang individu, mengetahui rasa dicintai, serta
memperoleh kesempatan untuk menentukan pilihan dan untuk mengetahui
resikonya. Pengasuhan emosi ini bertujuan agar anak mempunyai kemampuan
yang stabildan konsisten dalam berinteraksi dengan lingkungannya, menciptakan
rasa aman, serta menciptakan rasa optimistic atas hal-hal baru yang akan ditemui
oleh anak. Sementara itu, pengasuhan sosial bertujuan agar anak tidak merasa
terasing dari lingkungan sosialnya yang akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya. Pengasuhan sosial ini menjadi
sangat penting karena hubungan sosial yang akan berpengaruh terhadap
perkembangan anak pada masa-masa selanjutnya. Pengasuhan sosial ini menjadi
sangat penting karena hubungan sosial yang dibangun dalam pengasuhan akan
membentuk sudut pandang terhadap dirinya sendiri dan
lingkungannya.pengasuhan sosial yang baik berfokus pada memberikan bantuan
kepada anak untuk dapat terintegrasi dengan baik di lingkungan rumah maupun
sekolahnya dan membantu mengajarkan anak akan tanggung jawab sosial yang
harus diembannya (Hughoghi, 2004).
Berns (1997) menyebutkan bahwa pengasuhan merupakan sebuah proses
interaksi yang berlangsung terus-menerus dan mempengaruhi bukan hanya bagi
anak juga bagi orang tua. Senada dengan Berns, Brooks (2001) juga
mendefinisikan pengasuhan sebagai sebuah proses yang merujuk pada
serangkaian aksi dan interaksi yang dilakukan orang tua untuk mendukung
perkembangan anak. Proses pengasuhan bukanlah sebuah hubungan satu arah
yang mana orang tua mempengaruhi anak namun lebih dari itu, pengasuhan
merupakan proses interaksi antara orang tua dan anak yang dipengaruhi oleh
budaya dan kelembagaan sosial dimana anak dibesarkan.
Beberapa definisi tentang pengasuhan tersebut menunjukkan bahwa konsep
pengasuhan mencakup beberapa pengertian pokok, antara lain: (i) pengasuhan
bertujuan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan anak secara optimal,
baik secara fisik, mental maupun sosial, (ii) pengasuhan merupakan sebuah proses
interaksi yang terus menerus antara orang tua dengan anak, (iii)pengasuhan adalah
sebuah proses sosialisasi, (iv) sebagai sebuah proses interaksi dan sosialisasi
proses pengasuhan tidak bisa dilepaskan dari sosial budaya dimana anak
dibesarkan.
14

BAB 4. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

4.1 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui hubungan antara peran Ayah Dalam Pengasuhan dan
Kecerdasan Matematis pada Siswa SD di Kecamatan Sipirok
2. Untuk mengetahui bagaimana hubungan peran ayah dalam pengasuhan
terhadap kecerdasan matematis siswa SD dikecamatan Sipirok.
4.2 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Teoritik
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi kajian
psikologi perkembangan pendidikan, terutama kajian pengasuhan dan kecerdasan
matematis pada siswa. Juga untk memberikan informasi tambahan dan
kelengkapan penelitian tenang peran ayah dalam pengasuhan dan kecerdasan pada
siswa.
2. Praktis

a. Dapat memberikan informasi kepada siswa dan pengajar/dosen untuk

meningkatkan kopetensi profesi guru dalam membimbing siswa untuk

memahami kecerdasan matematis siswa, khususnya peran ayah dalam

meningkatkan kecerdasan anak..

b. Manfaat penelitian bagi orang tua, khususnya ayah dalam mengasuh dan

mendidik anak untuk meningkatkan kecerdasan matematis siswa.

c. Manfaat penelitian bagi pihak sekolah khususnya Pendidikan Matematika,

diharapkan sekolah dapat memahami hal-hal yang menyebabkan rendahnya

prestasi akademik siswa.


15

BAB 5. METODOLOGI PENELITIAN

5.1. Jenis Penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan pendekatan korelasional dengan tujuan untuk mengetahui
apakah terdapat hubungan yang signifikan antara hubungan peran ayah dalam
pengasuhan dengan kecerdsasan matematis siswa. Tahapan dalam penelitian
meliputi empat tahap, yaitu: (1) Tahap penyusunan instrument penelitian, (2)
Tahap Validasi instrument (3) tahap uji coba instrument, dan (4) Tahap
pelaksanaan. Setiap tahapan dirancang sedemikian sehingga dapat diperoleh data
yang valid sesuai dengan karakteristik variabel yang sesuai dengan tujuan
penelitian.
5.2. Waktu dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, tahun akademik 2017 / 2018
pada semester genap dengan subjek penelitian adalah siswa SD di Kecamatan
Sipirok.
5.3 Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel Terikat : Kecerdasan Matematis

Variabel Bebas : Peran Ayah dalam Pengasuhan

5.4. Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian
terdiri dari angket penelitian. Angket ini digunakan untuk mengupulkan data dan
memudahkan pekerjaan sehingga hasilnya lebih baik.
5.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengupulkan data dan informasi yang sesuai dengan tujuan
penelitian, digunakan teknik pengupulan data dengan menggunakan angket dan
lembar observasi. Sehingga dapat melihat hubungan antara peran ayah dalam
pengasuhan dengan kecerdasan siswa.
5.6 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penilitian ini akan dibedakan atas 2 macam, yaitu (1)
Analisis validitas dan reliabilitas instrument angket penelitian, (2) Analisis data
untuk menjawab pertanyaan peneliti yang terdapat pada rumusan masalah.
16

BAB 6. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI

6.1 Hasil yang Dicapai

Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari angket peran ayah
dalam pengasuhan dan kecerdasan matematik anak untuk mengetahui hubungan
antara peran Ayah Dalam Pengasuhan dan Kecerdasan Matematis pada Siswa SD
di Kecamatan Sipirok dan bagaimana hubungannya. Data-data tersebut kemudian
dinalaisis secara deskriptif untuk mengetahui frekuensi dari masing-masing
variabel. Berikut akan diuraikan hasil masing-masing variabel:
a. Peran Ayah dalam Pengasuhan
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh penyebaran data
dalam bentuk distribusi frekuensi dengan melalui langkah berikut:
a) Jangkauan = Data terbesar – data terkecil

= 120 – 80

= 40

b) Banyak kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 25

= 1 + 3,3(1,39)

= 1 + 4,17

= 5,17 6

c) Panjang kelas =

= 6,67 7

Hasil dari langkah perhitungan tersebut di atas maka dapat dibuat tabel
distribusi frekuensi seperti tampak pada tabel berikut.
17

Tabel 6.1 Distribusi Frekuensi Peran Ayah dalam Pengasuhan


No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif
1 80 - 86 2 8%
2 87 - 93 8 32 %
3 94 - 100 5 20 %
4 101 - 107 2 8%
5 108 - 114 6 24 %
6 115 - 121 2 8%
Jumlah 25 100 %

Berdasarkan data tersebut di atas maka nilai rata-rata sebesar 99,28, dan
jumlah frekuensi terbanyak ialah berada pada interval 87 – 93 yaitu 8. Adapun
sebaran dari masing-masing dari tabel distribusi frekuensi dapat sajikan pada
model grafik seperti berikut.

Grafik 6.1 Distribusi Frekuensi Peran Ayah dalam Pengasuhan

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang sudah mencapai
persentase terbanyak ialah berada pada interval 87 - 93 sebesar 32 %.

b. Kecerdasan Matematis
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh penyebaran data
dalam bentuk distribusi frekuensi terhadap kecerdasan matematis dengan melalui
langkah berikut:
d) Jangkauan = Data terbesar – data terkecil

= 111 – 80

= 31
18

e) Banyak kelas = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 25

= 1 + 3,3(1,39)

= 1 + 4,17

= 5,17 6

f) Panjang kelas =

= 5,16 6

Hasil dari langkah perhitungan tersebut di atas maka dapat dibuat tabel
distribusi frekuensi seperti tampak pada tabel berikut.
Tabel 6.2 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Matematis
No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif
1 80 - 85 1 4%
2 86 - 91 7 28 %
3 92 - 97 2 8%
4 98 - 103 10 40 %
5 104 - 109 2 8%
6 110 - 115 3 12 %
Jumlah 25 100 %

Berdasarkan data tersebut di atas maka nilai rata-rata sebesar 97,28, dan
jumlah frekuensi terbanyak ialah berada pada interval 98 – 103 yaitu 10. Adapun
sebaran dari masing-masing dari tabel distribusi frekuensi dapat sajikan pada
model grafik seperti berikut.
19

Grafik 6.2 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Matematis

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang sudah mencapai
persentase terbanyak ialah berada pada interval 98 - 103 sebesar 40 %.
Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan rumus korelasi Rank
Spearman. Sebelum melanjutkan pengujian terlebih dahulu merumuskan
hipotesis. Berikut adalah hipotesis dalam penelitian ini:
H1 : Terdapat hubungan ynag signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan
dan Kecerdasan Matematis pada Siswa SD N Padangbujur di Kecamatan
Sipirok
H0 : Tidak terdapat hubungan ynag signifikan antara peran ayah Dalam
Pengasuhan dan Kecerdasan Matematis pada Siswa SD N Padangbujur di
Kecamatan Sipirok

Berikut adalah tabel perhitungan menggunakan analisis korelasi Rank


Spearman.
Tabel 6.3 Perhitungan Analisis Korelasi Rank Spearman
D = Rx -
  x Rx y Ry Ry D^2
1 120 1,5 111 1 0,5 0,25
2 120 1,5 110 2,5 -1 1
3 113 3 110 2,5 0,5 0,25
4 112 4 109 4 0 0
5 111 5 104 5 0 0
6 110 6 102 6 0 0
7 109 7 101 8,04158 -1,04158 1,084889
8 108 8 101 8,04158 -0,04158 0,001729
9 106 9 101 8,04158 0,95842 0,918569
10 103 10 100 10 0 0
20

11 100 11,5 99 12,5499 -1,0499 1,10229


12 100 11,5 99 12,5499 -1,0499 1,10229
13 99 13 99 12,5499 0,4501 0,20259
14 97 14 99 12,5499 1,4501 2,10279
15 95 15 98 15 0 0
16 90 17,5357 96 16 1,5357 2,358374
17 90 17,5357 92 17 0,5357 0,286974
18 90 17,5357 90 18,5 -0,9643 0,929874
19 90 17,5357 90 18,5 -0,9643 0,929874
20 89 20,5 89 20,5 0 0
21 89 20,5 89 20,5 0 0
22 88 22 88 22,5 -0,5 0,25
23 87 23 88 22,5 0,5 0,25
24 86 24 87 24 0 0
25 80 25 80 25 0 0
Jumlah
          13,02024

Tabel tersebut di atas maka analisis nilai ialah:

ρ=1-

ρ=1-

ρ=1-

ρ = 1 – 0,005
ρ = 0,995
Kemudian nilai ρ hitung dibandingkan dengan nilai ρ tabel dengan dk = 25
pada taraf signifikan 5% maka ρ tabel = 0,339 dengan demikian ρ hitung > ρ tabel
yaitu 0,995 > 0,339 . dapat disimpulkan bahwa H1 diterima H0 ditolak artinya
Terdapat hubungan yang signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan
Kecerdasan Matematis pada Siswa SD N Padangbujur di Kecamatan Sipirok
dengan kategori sangat kuat. Untuk melihat kontribusi atau sumbangan peran
ayah terhadap kecerdasan maka dilakukan analisis terhadap koefisien determinan
dengan perhitungan sebagai berikut.
KD = ρ2 x 100%
KD = (0,995)2 x 100%
KD = 99 %
Artinya peran ayah dalam pengasuhan terhadap kecerdasan matematis sebesar
99 % dan sisanya 1 % ditentukan oleh paktor lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa
besarnya kecerdasan anak sangat bergantung kepada peran ayah.
21

6.2 Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam pengujian hipotesis untuk
melihat hubungan yang signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan
Kecerdasan Matematis pada Siswa SD N Padangbujur di Kecamatan Sipirok
dapat dikemukakan bahwa setelah angket di berikan kepada kedua variabel maka
data kedua angket tersebut di analisis menggunakan korelasi Rank Spearman
kemudian dibandingkan dengan koefisien signifikan pada tabel ρ. Adapun rata-
rata peran ayah dalam pengasuhan ialah sebesar 99,28 sedangkan rata-rata
kecerdasan matematis sebesar 97,28. Dari hasil perhitungan analisis dalam
menjawab hipotesis penelitian diperoleh ρ hitung = 0,995 dengan kategori sangat
kuat dan ρ tabel = 0,339 . Sehingga dapat disimpulkan Terdapat hubungan yang
signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan Kecerdasan Matematis pada
Siswa SD N Padangbujur di Kecamatan Sipirok dengan kontribusi sebesar 99%.
Artinya peran ayah dalam pengasuhan sangat dibutuhkan dalam membentuk
kecerdasan matematis siswa.

6.3 Luaran yang Dicapai


Luaran yang dicapai adalah:
1. Jurnal Nasional terakreditasi masih dalam bentuk draf
2. Pemakalah dalam Seminar Nasional
22

BAB 7. KESIMPULAN

7.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang sudah dilakukan tentang hubungan ynag signifikan
antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan Kecerdasan Matematis pada Siswa SD
N Padangbujur di Kecamatan Sipirok, maka diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan
Kecerdasan Matematis pada Siswa SD N Padangbujur di Kecamatan Sipirok
sebesar 0,995 dengan kategori sangat kuat.
2. Besarnya hubungan yang signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan
Kecerdasan Matematis pada Siswa SD N Padangbujur di Kecamatan Sipirok
ialah sebesar 99% dan sisanya 1 % ditentukan oleh paktor lain. Sehingga dapat
dikatakan bahwa besarnya kecerdasan anak sangat bergantung kepada peran
ayah.

7.2 Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti
menyarankan:
1. Bagi guru-guru yang ingin mengajar lebih banyak memotivasi para siswa agar
selalu mendengarkan nasehat-nasehat orang tua khususnya lagi bagi anak yang
hanya memiliki seorang ayah.
2. Bagi siswa ialah harus mendengarkan nasehat dari oorang tua.
3. Bagi sekolah agar melakukan pertemuan rutin dengan orang tua para siswa
agar memotivasi dan mengarahkan orang tua supaya membantu mendidik
anak-anaknya agar hasil belajar para anak juga semakin meningkat.
4. Untuk melakukan penelitian yang lain di sekolah yang berbeda dan di kelas
yang berbeda guna memastikan kesimpulan yang sudah diperoleh saat ini.
23

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Fathani. (2009). Matematika: Hakikat & Logika. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Ansor, M. U (2005). Pendidikan dan Pengasuhan Anak. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utana.
Arikunto, S. 2006. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Campbell, Linda, Campbell, Bruce, & Dickinson, Dee. (2002). Multiple
Intelligences: Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Penerjemah: Tim
Inisiasi. Depok: Inisiasi Press.
Hurlock, Elizabeth B. (1978). Perkembangan Anak. Penerjemah: Meitasari
Tjandrasa. Jakarta: Erlangga
Moch. Masykur Ag & Abdul Halim Fathani. (2008). Mathematical Intelligence:
Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Oemar Hamalik. (2002). Psikologi Belajar dan Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Rita Eka Izzaty, dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY
Press.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta.
Hamalik, O. 2005. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara.
Hartono, 2008. Statistik Untuk Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Marno, & Idris, M. (2014). Strategi, Metode, dan Teknik Mengajar. Yogyakarta:
AR-RUZZ Media.
Orclich, D.C., Harder, R.J., Callahan, R.C., & Gibson, H.W. 1998. Teaching
Strategies. Boston New York: Houghton Mifflin Company.
24

LAMPIRAN 1

Angket Peran Ayah dalam Pengasuhan

SKALA PERAN AYAH


Skala ini bertujuan untuk melihat sejauhmana hubungan peran ayah dalam
pengasuhan pada keluarga yang berkenaan dengan pembentukan kecerdasan
matematis anak.
I. Identitas Diri :
Nama :
Kelas :
Alamat :

II. Petunjuk Mengerjakan :


Sebelum anda mengerjakan, perhatikan petunjuk pengisian berikut ini :
1. Bacalah pernyataan dengan seksamabdan berilah tanda ( ) pada lembaran
jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan anda, dengan keterangan
jawaban sebagai berikut:
TP : Bila pernyataan tidak pernah sesuai dengan keadaan anda
J : Bila pernyataan jarang sesuai dengan keadaan anda
KK : Bila pernyataan kadang-kadang sesuai dengan keadaan anda
SS : Bila pernyataan ssangat sering sesuai dengan keadaan anda
2. Semua jawaban adalah benar asalkan seseuai dengan keadaan pribadi
anda
3. Usahakan semua nomor terjawab dan jangan sampai ada yang
terlewatkan.
25

No Pernyataan TP J KK S SS
1 Ayah selalu membeli buku dan pensil
saya tiap semester
2 Ayah selalu memberikan uang membeli
buku yang saya perlukan
3 Ayah menyediakan kursi dan meja
belajar saya
4 Ayah membayar SPP ke sekolah saya
5 Ayah mengantarkan sayake sekolah
6 Setiap malan ayah memeriksa kamar
saya dari gigitan nyamuk
7 Ayah marah apabila saya tidak makan
ke sekolah
8 Setiap sakit ayah segera membawa saya
berobat kedokter
9 Jika sepatu saya rusak ayah yang
membelinya
10 Ayah
11 Ayah memilihkan sekolah untuk saya
12 Jika saya sakit ayah mengantarkan
kedokter
13 Ayah memilihkan saya les privat
matematika
14 Ayah menentukan uang jajan sekolah
saya
15 Jika berangkat ke sekolah ayah
mengantarkan saya
16 Ayah mengajarkan saya mau berbagi
makanan pada teman-teman saya
17 Ayah menasehati saya mengunjungi
teman-teman yang sakit
18 Ayah mengajarkan saya memberikan
sedekah pada orang tak mampu
19 Ayah mengajarkan saya bertatakrama
pada orang yang lebih tua
20 Ayah menasehati saya tidak sombong
21 Setiap berangkat ke sekolah ayah
menyiapkan pakaian saya
22 Jika sakit ayah ikut mendampingi saya
23 Ayah ikut membantu menyiapkan
sarapan pagi saya
24 Jika ibu tidak di rumah ayah
menggantikan tugas di rumah
25 Jika ibu saya sakit ayah mengurus anak-
26

anaknya
26 Setipa malam ayah memeriksa pelajaran
saya
27 Setiap hari ayah menanyakan kesulitan
di sekolah yang saya alami
28 Ayah mengajarkan saya tepat waktu
29 Ayah melarang saya berbicara
saatmakan
30 Ayah mengajarkan saya mengerjakan
PR setiap malam

Selamat Bekerja
LAMPIRAN 2
Angket Kecerdasan Matematis

SKALA KECERDASAN MATEMATIS

Skala ini untuk mengukur kecerdasan matematis anak, melihat sejauhmana


hubungan kedua variabel x ( peran ayah dalam pengasuhan) dan variabel y
( kecerdasan matematis).
I. Identitas Diri :

Nama :
Kelas :
Alamat :

II. Petunjuk Mengerjakan :


Sebelum anda mengerjakan, perhatikan petunjuk pengisian berikut ini :
1. Bacalah pernyataan dengan seksamabdan berilah tanda ( ) pada lembaran
jawaban yang tersedia sesuai dengan keadaan anda, dengan keterangan
jawaban sebagai berikut:
SS : Bila pernyataan sangat sesuai dengan keadaan anda
S : Bila pernyataan sesuai dengan keadaan anda
TS : Bila pernyataan tidak sesuai dengan keadaan anda
27

STS : Bila pernyataan sangat tidak sesuai dengan keadaan anda


2. Semua jawaban adalah benar asalkan seseuai dengan keadaan pribadi anda
3. Usahakan semua nomor terjawab dan jangan sampai ada yang terlewatkan.

No Pernyataan SS S R TS STS
1 Saya dapat menghitung angka di luar
kepala dengan cepat
2 Saya mampu menyelesaika soal
perkalian dengan mudah dan tepat
3 Saya dapat menghafal rumus
matematika dan menggunakannya
dengan cepat
4 Saya senang berpikir dalam
memecahkan soal matematika
5 Saya lebih menyukai bahan bacaan
yang memiliki alat peraga
6 Saya tertarik mencari hubungan dan
sebab dari peristiwa yang saya lihat
7 Saya senang dengan permainan halma
8 Matematika adalah mata pelajaran
favorit saya di sekolah
9 Saya senang memecahkan teka-teki
yang menuntut penalaran logis (masuk
akal)
10 Saya mampu menjelaskan mengapa
hujan bisa turun ke bumi
11 Saya senang dengan pembuktian yang
dapat diterima akal
12 Saya memecahkan masalah dengan
masuk akal
13 Saya melakukan praktek setelah di
pelajari di sekolah
14 Saya dapat mencoba praktek membuat
bangun ruang di rumah
15 Saya dapat menyimpulkan sebuah cerita
setelah di urutkan alurya
16 Saya senang bermain memakai angka
matematika
17 Saya dapat melakukan permainan teka-
teki karena dapat mengasah otak
18 Saya selalu mencari pola, keteraturan,
atau urutan logika
19 Matematika mengembangkan
kemampuan saya dalam memecahkan
masalah kehidupan
28

20 Saya sering mencoba-coba menerapkan


ilmu matematika dalam kehidupan saya

Selamat Bekerja

LAMPIRAN 3
Dokumentasi Penelitian

Gambar 3.1. Siswa sedang menjawab angket


29

Gambar 3.2. Peneliti sedang memperhatikan siswa

Gambar 3.3. Siswa sedang menjawab angket

LAMPIRAN 4
Draf Jurnal

HUBUNGAN ANTARA PERAN AYAH DALAM PENGASUHAN DAN


KECERDASAN MATEMATIS PADA SISWA SD N PADANG BUJUR
DI KECAMATAN SIPIROK

Yulia Anita Siregar 1, Nurhasanah Pardede 2

Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, Jl. Sutan Moh. Arief no. 32
Padangsidimpuan
Email: yulia_regar@yahoo.co.id 2nurhasanah.nh26@gmail
1

ABSTRAK

Penelitian dilaksanakan di SD N Padang Bujur di Kecamatan Sipirok. Penelitian


menggunakan penelitian korelasi Rank Spearman. Penelitian bertujuan untuk:
Mengetahui hubungan antara peran Ayah Dalam Pengasuhan dan Kecerdasan
Matematis pada Siswa SD di Kecamatan Sipirok dan bertujuan Untuk
mengetahui bagaimana hubungan peran ayah dalam pengasuhan terhadap
30

kecerdasan matematis siswa SD dikecamatan Sipirok. Penelitian ini


menghasilkan rata-rata peran ayah dalam pengasuhan ialah sebesar 99,28
sedangkan rata-rata kecerdasan matematis sebesar 97,28. Dari hasil perhitungan
analisis dalam menjawab hipotesis penelitian diperoleh ρ hitung = 0,995 dengan
kategori sangat kuat dan ρ tabel = 0,339 . Sehingga dapat disimpulkan Terdapat
hubungan yang signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan Kecerdasan
Matematis pada Siswa SD N Padangbujur di Kecamatan Sipirok dengan
kontribusi sebesar 99%. Artinya peran ayah dalam pengasuhan sangat dibutuhkan
dalam membentuk kecerdasan matematis siswa.

Kata Kunci: Peran Ayah, Pengasuhan, Kecerdasan Matematis

PENDAHULUAN
Fungsi utama pendidikan adalah bimbingan terhadap individu dalam
upaya memenuhi kebutuhan dan keinginan yang sesuai dengan potensi yg
dimilikinya sehingga dia memperoleh kepuasan dalam seluruh aspek kehidupan
pribadi dan kehidupan sosialnya. Pendidikan diawali dari pendidikan dalam
keluarga, kemudian dilanjutkan dengan pendidikan formal ketika anak telah
memasuki usia yang tepat untuk sekolah. Maka untuk itu, tugas orangtua dan
pendidik lah mempertahankan sifat-sifat yang menjadi dasar kecerdasan anak agar
bertahan sampai tumbuh dewasa, dengan memberikan faktor lingkungan dan
stimulasi yang baik untuk merangsang dan mengoptimalkan fungsi otak dan
kecerdasan anak.
Sekolah Dasar (SD) yang merupakan jenjang pendidikan formal yang
terendah menyelenggarakan pendidikan bagi siswa melalui berbagai macam
kegiatan baik di dalam kelas maupun di luar kelas yang dilakukan melalui
bermacam-macam mata pelajaran maupun di luar mata pelajaran.  Tujuan pend
SD  harus selalu mengacu pada tujuan pend nasional dan tujuan pend dasar serta
memperhatikan tahap dan karakteristik perkembangan siswa, kesesuaianya dgn
lingkungan dan kebutuhann pembanguna daerah, arah pembangunan nasional
serta memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan
kehidupan umat manusia secara global. Secara teknis pendi sekolah dasar dapat
diartikan sebagai proses /usaha sadar untuk menciptakan suasana belajar dan
proses pembelaj agar anak/peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
31

dirinnya untuk memiliki kemampuan dasar aspek intelektual,social,personal dan


spiritual yg sesuai dgn karakteristik perkembangannya sehingga dia mampu
melanjutka pend di SMP/sederajat. Pendidikan dasar disekenggrakan untuk
mengembangkan sikap dan kemampuan serta meberikan peng danketrampilan
dasar yg diperlukan untuk hidup didlm masy serta mempersiapkan peserta didik
yg memenuhi persyratan utk mengikuti pend menengah.
Salah satu mata pelajaran yang wajib diberikan di SD adalah matematika.
Sesuai dengan yang tercantum pada peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013
Pasal 77I Ayat 1. Pelajaran matematika sangat penting karena akan berpengaruh
terhadap kehidupan siswa, misalnya untuk berfikir dan memecahkan suatu
masalah yang dia hadapi. Roger Bacon mengemukakan, “mathematics is the gate
and key of sciences”. Matematika merupakan gerbang dan kunci dari berbagai
ilmu pengetahuan. Dengan demikian, telah jelas bahwa dengan mempelajari
matematika, maka siswa akan lebih mudah untuk mempelajari ilmu pengetahuan
lainnya (Linda Campbell, dkk, 2002).
Namun jika kita lihat secara langsung dilapangan akan ditemukan berbagai
masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika. Matematika
merupakan salah satu matapelajaran di sekolah yang mendapatkan perhatian
khusus oleh para guru, orangtua maupun anak. Walaupun menyadari hal tersebut
faktanya masih terdapat anak yang belum dibekali kemampuan untuk berprestasi
cemerlang di bidang matematika. seolah-olah mereka, dihadapkan pada dua hal
yang dilematis, di satu sisi mereka harusnmenguasai matematika, di sisi lain ia
merasa lemah untuk belajar matematika. Rendahnya minat siswa untuk menekuni
matematika salah satunya disebabkan oleh adanya image yang mengganggu
pikiran sebagian besar siswa bahwa matematika adalah pelajaran yang super
rumit, rajanya pelajaran studi (Abdul Halim, 2009).
Oleh sebab itu penyebab permasalahan ini menjadi slah satu pemikiran
yang perlu diteliti. Apakah hal ini dikarenakan kekeliruan sistem pendidikan, pola
asuh orang tua yang salah, pengaruh lingkungan, tidak merasa penting dengan
matematika, ataupun potensi matematisnya tidak dikembangkan sejak usia dini.
Tentunya masih banyak hal yang mempengaruhi hal ini untuk dikaji lebih lanjut.
Sebagaimana telah disebutkan bahwa pengasuhan anak merupakan hal
yang penting bagi anak. Kurangnya perhatian dari orang tua menjadi
permasalahan yang sering dialami pada saat sekarang ini. Tanpa disadari banyak
anak yang diabaikan oleh orang tuanya karena alasan terntentu, misalnya
pekerjaan. Utamanya Ayah sebab cenderung berada diluar rumah karena harus
bekerja mencari nafkah untuk keluarga. Perhatian dari Ayah menjadi kurang
karena fikirannya lebih mengutamakan pemenuhan materi yang cukup.
Berdasarkan keseharian yang kita lihat di dalam masyarakat, sesuai dengan
observasi awal yang dilakukan peneliti melalui pengamatan dan wawancara maka
32

kita secara langsung dapat melihat keadaan seperti ini. Yaitu tugas ayah hanyalah
mencari nafkah dan ibu lebih banyak berperan atau bahkan secara penuh
pengasuhan anak diserahkan kepada ibu.
Berdasarkan masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika
yang berhungan dengan peran ayah dalam pengasuhan maka akan berakibat
kepada kecerdasan matematisnya. Meskipun sekolah menjadi tempat yang khusus
untuk belajar matematika dari guru, namun diperlukan peran ayah untuk
memberikan waktu bersama anak, baik ketika anak belajar dirumah bahkan
bermain sekalipun sebagai bentuk perhatian yang ia butuhkan. Sebab kecerdasan
anak disekolah bukanlah sepenuhnya tanggung jawab guru. Menurut Linda &
Bruce Campbell, kecerdasan logika matematika biasanya melibatkan beberapa
komponen, yaitu perhitungan secara matematis, pemecahan masalah,
pertimbangan induktif (penjabaran ilmiah dari khusus ke umum), pertimbangan
deduktif (penjabaran ilmiah secara umum ke khusus), dan ketajaman pola-pola
serta hubungan-hubungan (Masykur dan Fathani, 2008:153).
Sesuai dengan uraian latar belakang diatas, peneliti ingin melakukan
penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Peran Ayah Dalam Pengasuhan dan
Kecerdasan Matematis pada Siswa SD di Kecamatan Sipirok” bertujuan Untuk
mengetahui bagaimana hubungan peran ayah dalam pengasuhan terhadap
kecerdasan matematis siswa

METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dengan pendekatan korelasional dengan tujuan untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan yang signifikan antara hubungan peran ayah dalam pengasuhan dengan
kecerdsasan matematis siswa. Tahapan dalam penelitian meliputi empat tahap,
yaitu: (1) Tahap penyusunan instrument penelitian, (2) Tahap Validasi instrument
(3) tahap uji coba instrument, dan (4) Tahap pelaksanaan. Setiap tahapan
dirancang sedemikian sehingga dapat diperoleh data yang valid sesuai dengan
karakteristik variabel yang sesuai dengan tujuan penelitian. Instrumen penelitian
yang digunakan untuk pengumpulan data penelitian terdiri dari angket penelitian.
Dan di analisis menggunakan analisis korelasi Rank Spearman.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian

a. Peran Ayah dalam Pengasuhan


Data yang diperoleh dalam penelitian ini berasal dari angket peran ayah
dalam pengasuhan dan kecerdasan matematik anak untuk mengetahui hubungan
antara peran Ayah Dalam Pengasuhan dan Kecerdasan Matematis pada Siswa SD
di Kecamatan Sipirok dan bagaimana hubungannya. Data-data tersebut kemudian
33

dinalaisis secara deskriptif untuk mengetahui frekuensi dari masing-masing


variabel. Berikut adalah tabel distribusi frekuensi seperti tampak pada tabel
berikut.
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Peran Ayah dalam Pengasuhan
No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif
1 80 – 86 2 8%
2 87 – 93 8 32 %
3 94 – 100 5 20 %
4 101 – 107 2 8%
5 108 – 114 6 24 %
6 115 – 121 2 8%
Jumlah 25 100 %

Berdasarkan data tersebut di atas maka nilai rata-rata sebesar 99,28, dan
jumlah frekuensi terbanyak ialah berada pada interval 87 – 93 yaitu 8. Adapun
sebaran dari masing-masing dari tabel distribusi frekuensi dapat sajikan pada
model grafik seperti berikut.

Grafik 1 Distribusi Frekuensi Peran Ayah dalam Pengasuhan

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang sudah mencapai
persentase terbanyak ialah berada pada interval 87 - 93 sebesar 32 %.

b. Kecerdasan Matematis
Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan diperoleh penyebaran data
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi seperti tampak pada tabel berikut.
Tabel 2 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Matematis
No Nilai Frekuensi Frekuensi Relatif
1 80 – 85 1 4%
2 86 – 91 7 28 %
34

3 92 – 97 2 8%
4 98 – 103 10 40 %
5 104 – 109 2 8%
6 110 – 115 3 12 %
Jumlah 25 100 %

Berdasarkan data tersebut di atas maka nilai rata-rata sebesar 97,28, dan
jumlah frekuensi terbanyak ialah berada pada interval 98 – 103 yaitu 10. Adapun
sebaran dari masing-masing dari tabel distribusi frekuensi dapat sajikan pada
model grafik seperti berikut.

Grafik 2 Distribusi Frekuensi Kecerdasan Matematis

Dari grafik tersebut dapat dilihat bahwa siswa yang sudah mencapai
persentase terbanyak ialah berada pada interval 98 - 103 sebesar 40 %.
Perhitungan menggunakan analisis korelasi Rank Spearman diperoleh nilai ρ
hitung dibandingkan dengan nilai ρ tabel dengan dk = 25 pada taraf signifikan 5%
maka ρ tabel = 0,339 dengan demikian ρ hitung > ρ tabel yaitu 0,995 > 0,339 .
dapat disimpulkan bahwa H1 diterima H0 ditolak artinya Terdapat hubungan yang
signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan Kecerdasan Matematis pada
Siswa SD N Padangbujur di Kecamatan Sipirok dengan kategori sangat kuat.
Untuk melihat kontribusi atau sumbangan peran ayah terhadap kecerdasan maka
dilakukan analisis terhadap koefisien determinan sebesar 99%. Artinya peran ayah
dalam pengasuhan terhadap kecerdasan matematis sebesar 99 % dan sisanya 1 %
ditentukan oleh paktor lain. Sehingga dapat dikatakan bahwa besarnya kecerdasan
anak sangat bergantung kepada peran ayah.

Pembahasan Hasil Penelitian


Berdasarkan hasil-hasil yang diperoleh dalam pengujian hipotesis untuk
melihat hubungan yang signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan
35

Kecerdasan Matematis pada Siswa SD N Padangbujur di Kecamatan Sipirok


dapat dikemukakan bahwa setelah angket di berikan kepada kedua variabel maka
data kedua angket tersebut di analisis menggunakan korelasi Rank Spearman
kemudian dibandingkan dengan koefisien signifikan pada tabel ρ. Adapun rata-
rata peran ayah dalam pengasuhan ialah sebesar 99,28 sedangkan rata-rata
kecerdasan matematis sebesar 97,28. Dari hasil perhitungan analisis dalam
menjawab hipotesis penelitian diperoleh ρ hitung = 0,995 dengan kategori sangat
kuat dan ρ tabel = 0,339 . Sehingga dapat disimpulkan Terdapat hubungan yang
signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan Kecerdasan Matematis pada
Siswa SD N Padangbujur di Kecamatan Sipirok dengan kontribusi sebesar 99%.
Artinya peran ayah dalam pengasuhan sangat dibutuhkan dalam membentuk
kecerdasan matematis siswa.

KESIMPULAN

Dari hasil analisis yang sudah dilakukan tentang hubungan ynag signifikan
antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan Kecerdasan Matematis pada Siswa SD
N Padangbujur di Kecamatan Sipirok, maka diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Terdapat hubungan yang signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan
Kecerdasan Matematis pada Siswa SD N Padangbujur di Kecamatan Sipirok
sebesar 0,995 dengan kategori sangat kuat.
2. Besarnya hubungan yang signifikan antara peran ayah Dalam Pengasuhan dan
Kecerdasan Matematis pada Siswa SD N Padangbujur di Kecamatan Sipirok
ialah sebesar 99% dan sisanya 1 % ditentukan oleh paktor lain. Sehingga dapat
dikatakan bahwa besarnya kecerdasan anak sangat bergantung kepada peran
ayah.
Saran
Berdasarkan hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka peneliti
menyarankan:
1. Bagi guru-guru yang ingin mengajar lebih banyak memotivasi para siswa agar
selalu mendengarkan nasehat-nasehat orang tua khususnya lagi bagi anak yang
hanya memiliki seorang ayah.
2. Bagi siswa ialah harus mendengarkan nasehat dari oorang tua.
3. Bagi sekolah agar melakukan pertemuan rutin dengan orang tua para siswa
agar memotivasi dan mengarahkan orang tua supaya membantu mendidik
anak-anaknya agar hasil belajar para anak juga semakin meningkat.
4. Untuk melakukan penelitian yang lain di sekolah yang berbeda dan di kelas
yang berbeda guna memastikan kesimpulan yang sudah diperoleh saat ini.

UCAPAN TERIMAKASIH

Pada kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:


Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan yang telah memberikan
dana pelaksanaan penelitian, LPPM Universitas Muhammadiyah Tapanuli
Selatan dan SD N Padang Bujur di Kecamatan Sipirok
36

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim Fathani. (2009). Matematika: Hakikat & Logika. Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media.
Campbell, Linda, Campbell, Bruce, & Dickinson, Dee. (2002). Multiple
Intelligences: Metode Terbaru Melesatkan Kecerdasan. Penerjemah: Tim
Inisiasi. Depok: Inisiasi Press.
Moch. Masykur Ag & Abdul Halim Fathani. (2008). Mathematical Intelligence:
Cara Cerdas Melatih Otak dan Menanggulangi Kesulitan Belajar.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Anda mungkin juga menyukai