Anda di halaman 1dari 52

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan di suatu Negara merupakan suatu usaha dalam meningkatkan

kecerdasan warga Negaranya, karena dengan pendidikan tersebut kualitas sumber

daya manusianya akan meningkat sehingga diharapkan dapat bersaing dengan Negara

lain apa lagi di era globalisasi.

Berdasarkan Undang–Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, tentang

Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 ayat (1) menyatakan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan

dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Pendidikan merupakan bagian dalam pembangunan yang bertujuan untuk

mengembangkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan yang mampu

mendukung pembangunan masa depan adalah pendidikan yang mampu

mengembangkan potensi peserta didik yang menyentuh potensi nurani maupun

potensi kompetensi peserta didik.

1
Dalam Undang-Undang Tentang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun

2003, menyatakan fungsi dan tujuan pendidikan nasional adalah :

Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadikan warga Negara yang demokratis serta

bertanggung jawab.

Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh perubahan dan pembaharuan segala

komponen pendidikan yang meliputi kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa dan

model pengajaran yang tepat. Mengingat pentingnya pembelajaran Fisika, maka

pembelajaran harus dilaksanakan secara maksimal dan sesuai dengan kurikulum yang

telah dicanangkan pemerintah. Kurikulum adalah perangkat mata pelajaran dan

program pendidikan yang diberikan oleh suatu penyelenggara pendidikan yang berisi

rancangan pembelajaran yang akan diberikan kepada peserta didik agar terlaksana

proses belajar mengajar dengan baik dalam rangka mencapai tujuan pendidikan.

Ilmu Fisika merupakan ilmu alam yang mempelajari materi beserta gerak dan

perilakunya dalam lingkup ruang dan waktu. Fisika salah satu ilmu sains paling dasar.

Tujuan utama Fisika adalah memahami bagaimana alam semesta bekerja.

Pembelajaran Fisika ditingkat SMA/MA menjadi mata pelajaran mandiri yakni mata

pelajaran Fisika. Pelajaran Fisika dikenal sebagai pelajaran yang

rumit/membosankan. Mengingat pentingnya pelajaran Fisika, maka pembelajaran

2
harus dilaksanakan secara maksimal dan sesuai dengan kurikulum yang telah

dicanangkan pemerintah.

Pembelajaran Fisika disekolah masih terfokus kepada buku sehingga

pembelajaran Fisika berkesan membosankan. Hal ini juga bisa berdampak pada

kurangnya minat belajar siswa. Perkembangan pendidikan tidak lepas dari peran

seorang guru, bagaimana guru bisa meningkatkan minat belajar siswa dan dapat

mencapai tujuan pendidikan. Guru sebagai salah satu kunci utama dalam memajukan

pendidikan harus mampu menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran agar

proses pembelajaran lebih menarik perhatian peserta didik. Inilah sebab pentingnya

usaha-usaha guru dalam meningkatkan minat belajar siswa, sehingga dapat

meningkatkan hasil belajar Fisika siswa.

Setelah melakukan obsevasi lapangan di MAS Al-Ikhlas Tarutung Dua maka

peneliti melihat secara langsung adanya beberapa masalah yang dapat diangkat dalam

proses penelitian ini. Kurangnya minat peserta didik untuk lebih memahami materi

dan bertanya dalam belajar, kurangnya perhatian dan patisipasi peserta didik saat

guru memberikan materi pelajaran Fisika serta strategi pembelajaran dan media yang

digunakan guru masih kurang efektif, rendahnya hasil belajar peserta didik terlihat

dari bagaimana respon peserta didik terhadap pelajaran.

Salah satustrategi yang ditawarkan dalam hal meningkatkan minat belajar siswa

adalah dengan adanya strategi pembelajaran Discovery Learning. Pada Pembelajaran

Discovery Learning ini dimana siswa di tuntut untuk mampu mengamati,

menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat

kesimpulan, dan sebagainya. Dengan teknik ini siswa dibiarkan menemukan sendiri

3
atau mengalami proses mental sendiri, sehingga siswa banyak mencari tau dan dapat

meningkatkan minat belajar siswa.

Menurut Sani (2014) Discovery adalah penemuan konsep melalui serangkaian

data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.Discovery

Learning merupakan suatu model pemecahan masalah yang akan bermanfaat bagi

peserta didik dalam menghadapi kehidupannya di kemudian hari. Karena model

discovery learning ini dalam prosesnya menggunakan kegiatan dan pengalaman

langsung sehingga akan lebih menarik perhatian peserta didik

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat belajar siswa yaitu

dengan menggunakan bahan ajar discovery learning berbantuan teka-teki silang.

Pemilihan bahan ajar discovery learning berbantuan teka-teki silang sebagai

penunjang media pembelajaran dapat menyebabkan siswa terlibat aktif dalam

pembelajaran. Bahan ajar ini bersifat visual sehingga dapat meningkatkan daya ingat

siswa, meningkatkan minat belajar siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Pengembangan bahan ajar discovery learning berbantuan teka-teki silang

diharapkan dapat lebih mempermudah siswa pada saat menemukan konsep-konsep

dan rumus pada materi hukum II newton, dengan demikian diharapkan meningkatnya

minat belajar siswa dan hasil belajar yang diperoleh juga baik.

4
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :PENGEMBANGAN BAHAN

AJAR FISIKA BERBASIS DISCOVERY LEARNING BERBANTUAN TEKA

TEKI SILANG UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DI

MAS AL-IKHLAS TARUTUNG DUA.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi

beberapa masalah dalam penelitian ini, antara lain :

1. Kurangnya minat belajar Fisika siswa di MAS Al-Ikhlas Tarutung Dua

2. Media pembelajaran yang dipakai guru masih kurang tepat.

3. Hasil belajar Fisika peserta didik masih rendah.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya ruang lingkup permasalahan dalam penelitian ini maka

untuk mempermudah dalam melakukan penelitian, penulis perlu membatasi masalah

yang akan diteliti sehingga penelitian difokuskan pada :

1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran discovery

learning

2. Materi pokok yang diberikan adalah Hukum II Newton.

3. Subjek yang akan diteliti adalah siswa kelas X MIA MAS Al-Ikhlas Tarutung

Dua

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan,

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

5
1. Bagaimana pengembangan bahan ajar Teka Teki Silang pembelajaran Fisika

bebasis Discovery Learning pada materi Hukum II Newton yang valid?

2. Bagaimana pengembangan bahan ajar Teka Teki Silang pembelajaran Fisika

bebasis Discovery Learning pada materi Hukum II Newton yang Praktis?

3. Bagaimana pengembangan bahan ajar Teka Teki Silang pembelajaran Fisika

berbasis Discovery Learning pada materi Hukum II Newton yang efektif?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas maka yang

menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :

1. Dihasilkan bahan ajar Teka Teki Silang berbasis discovery learning yang valid

pada pembelajaran Fisika MAS Al-Ikhlas Tarutung Dua untuk materi Hukum II

Newton

2. Dihasilkan bahan ajar Teka Teki Silang berbasis discovery learning yang praktis

pada pembelajaran Fisika MAS Al-Ikhlas Tarutung Dua untuk materi Hukum II

Newton

3. Dihasilkan bahan ajar Teka Teki Silang berbasis discovery learning yang efektif

pada pembelajaran Fisika MAS Al-Ikhlas Tarutung Dua untuk materi Hukum II

Newton

F. Manfaat Penelitan

Berdasarkan pada tujuan penelitian yang hendak dicapai, maka penelitian ini

diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

6
1. Bagi peserta didik

a. Memberikan suasana belajar yang menarik dan menyenangkan sehingga

peserta didik menjadi lebih aktif dalam pembelajaran

b. Meningkatkan minat belajar Fisika siswa

2. Bagi Guru

a. Sebagai bahan masukan untuk memperbarui cara menyampaikan materi

pelajaran Fisika seperti penggunaan media Teka Teki Silang berbasis

discovery learning yang lebih menarik dan mudah untuk dipahami oleh para

peserta didik.

b. Memberikan suatu pilihan untuk mengatasi masalah pembelajaran Fisika,

khususnya terkait dengan upaya peningkatan minat belajar peserta didik.

3. Bagi sekolah

a. Menjadikan bahan pertimbangan dalam menyusun program peningkatan

proses pembelajaran dalam tahap selanjutnya.

b. Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam memilih metode pembelajaran

yang lebih mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengajar yang

dapat meningkatkan minat belajar peserta didik.

4. Bagi Peneliti

a. Menambah ilmu pengetahuan yang telah dimiliki peneliti sebagai wahana

untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang didapat dibangku kuliah

b. Sebagai bahan masukan yang bermanfaat sebagai calon guru untuk

dilaksanakan disekolah.

7
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar dan Pembelajaran

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses internal yang komplek, yang terlibat dalam proses

internal tersebut adalah seluruh mental, yang meliputi ranah kognitif, afektif dan

psikomotorik. Belajar adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk

memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai

hasil pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan lingkungannya.

Menurut Slameto (dalam Nunuk Suryani dan Leo Agung 2012:35) belajar

adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu

perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya

dalam berinteraksi dalam lingkungannya.

Menurut Slameto (2015:2) menurut pengertian secara psikologis, belajar

merupakan suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil

interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-

perubahan tersebut akan nyata dalam seluruh aspek tingkah laku.

Menurut Oemar Hamalik (2015:36) belajar adalah modifikasi atau

memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Sedangkan menurut Sardiman A. M

(2016 : 21) belajar adalah berubah dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha

mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-

individu yang belajar.

8
Dari defenisi para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu

proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan

dalam bentuk peningkatan kecakapan pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman,

ketrampilan, daya fikir, dan lain-lain kemampuannya.

2. Pengertian Pembelajaran

Dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan

bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan

sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Oemar Hamalik (2014:57)

pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi,

material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai

tujuan pembelajaran.

Jamil Suprihatiningrum (2013:75) mengungkapkan bahwa pembelajaran

adalah serangkaian kegiatan melibatkan informasi dan lingkungan yang disusun

secara terencana untuk memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang

dimaksud tidak hanya berupa tempat, tetapi juga metode, media, dan peralatan yang

diperlukan untuk menyampaikan informasi.

Pembelajaran menurut Abdullah Sani (2013:40) merupakan penyediaan

kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik.

Penyediaan kondisi dapat dilakukan dengan bantuan pendidik (guru) atau ditemukan

sendiri oleh individu (belajar secara otodidak).

Pembelajaran ialah suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk

memperoleh perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari

pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

9
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat penulis simpulkan bahwa

pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses

belajar pada peserta didik.

3. Pembelajaran Fisika

Pembelajaran fisika merupakan suatu proses belajar Fisika, dimana pada

pembelajaran ini lebih menekankan kepada Fisika sebagai produk, sebagai proses

dan sebagai sikap, Fisika sebagai produk merupakan kumpulan pengetahuan yang

berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, dan teori mengenai gejala alam. Substansi

Fisika ini perlu dikuasai oleh siswa melalui pendidikan Fisika, siswa diharapkan

dapat mengerti dan mengaplikasikan sains untuk tujuan pemecahan masalah dan

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Fisika sebagai proses, menurut

Sutrisno, pemahaman Fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci

fenomena, dugaan, pengamatan, pengukuran, penyelidikan dan publikasi.

Fisika sebagai sikap The way of thinking merupakan hakikat Fisika di mana

gagasan kreatif, atau ide-ide yang menjelaskan suatu gejala alam dapat disusun. Sikap

tersebut dapat mendasari dalam setiap kegiatan pengukuran, penyelidikan, dan

percobaan.

Pembelajaran Fisika bertujuan untuk membekali peserta didik memiliki

sederajat kompetensi teori dan konsep Fisika yang telah dijabarkan dalam standar

kompetensi teori dan kompetensi dasar yang tersirat dalam permendiknas nomor 22

tahun 2007 tentang standar isi dan nomor 23 tentang standar kompetensi lulusan

khusus untuk pelajaran fisika.

10
4. Bahan Ajar

Bahan ajar adalah seperangkat sarana atau alat pembelajaran yang berisikan

materi pembelajaran, metode, batasan-batasan, dan cara mengevaluasi yang

didesain secara sistematis dan menarik dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan, yaitu mencapai kompetensi atau subkompetensi dalam segala

kompleksitasnya.

Bahan ajar dapat juga diartikan sebagai bentuk bahan yang disusun secara

sistematis yang memugkinkan siswa dapat belajar dengan dirancang sesuai

kurikulum yang berlaku. Dengan adanya bahan ajar, guru akan lebih runtut

dalam mengajarkan materi kepada siswa dan tercapai semua kompentensi yang

telah ditentukan sebelumnya.

Dampak positif dari bahan ajar adalah guru akan mempunyai lebih banyak

waktu untuk membimbing siswa dalam proses pembelajaran, membatu siswa

memperoleh pengetahuan baru dari segala sumber atau referensi yang digunakan

dalam bahan ajar, dan peranan guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuan

menjadi berkurang.

a. Karakteristik Bahan Ajar

Ada berangam bentuk buku, baik yang digunakan untuk sekolah maupun

perguruan tinggi contohnya buku referensi, modul ajar, buku praktikum, dan

bahan ajar.

11
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan bahan ajar yang

membatu siswa untuk belajar madiri dan memperoleh ketuntasan dalam

pembelajaran sebagai berikut:

1) Memberikan contoh-contoh dan ilustrasi yang menarik dalam rangka

mendukung pemaparan materi pembelajaran.

2) Memberikan kemungkinan bagi siswa untuk memberikan umpan balik

atau mengukur peguasaannya terhadap materi yang diberikan dengan

memberikan soal-soal latihan, tugas, dan sejenisnya.

3) Kontekstual, yaitu materi yang disajikan terkait dengan suasana atau

konteks tugas dan lingkungan siswa.

4) Bahasa yang digunakan cukup sederhana karena siswa hanya

berhadapan dengan bahan ajar ketika belajar secara mandiri.

b. Jenis- Jenis Bahan Ajar

Bahan ajar memiliki beragam jenisnya yang cetak maupun non cetak.

Bahan ajar cetak yang sering di jumpai antara lain berupa buku, modul,

brosur, dan lembar kerja siswa. Sedangkan bahan ajar non cetak meliputi bahan

ajar dengar ﴾ audio﴿ seperti kaset, radio, dan compact disk audio.

c. Fungsi Bahan Ajar

Secara garis besar, fungsi bahan ajar bagi guru adalah untuk mengarahkan semua

aktivitasnya dalam proses pembelajaran sekaligus merupakan substansi

kompetensi yang seharusya diajarkan kepada siswa. Sedangkan bagi siswa akan

12
menjadi pedoman dalam proses pembelajaran dan merupakan substansi

kompetesi yang seharusya dipelajari. Bahan ajar juga berfungsi sebagai alat

evaluasi pencapaian hasil pembelajaran. Berdasarkan strategi pembelajaran yang

digunakan, fungsi bahan ajar dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu:

1) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran klasikal antara lain:

a) Sebagai satu-satunya sumber informasi serta pengawas dan pengendali

proses pembelajaran.

b) Sebagai bahan pedukung proses pembelajaran yang diseleggarakan.

2) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran individual antara lain:

a) Sebagai media utama dalam proses pembelajaran.

b) Sebagai alat yang digunakan utuk menyusun dan mengawasi proses

peserta didik dalam memperoleh informasi.

c) Sebagai penunjang media pembelajaran individual lainnya.

3) Fungsi bahan ajar dalam pembelajaran kelompk antara lain:

a) Sebagai bahan yang terintegrasi dengan proses belajar kelompok, dengan

cara memberikan informasi tentang latar belakang materi, informasi

tentang peran orang-orang yang terlibat dalam belajar kelompok, serta

petunjuk tentang proses pembelajaran kelompoknya sendiri.

b) Sebagai bahan pedukung bahan ajar utama dan apabila dirancang

sedemikian rupa, maka dapat menigkatkan motivasi belajar siswa.

13
d. Keungulan dan Kelemahan Bahan Ajar

Pengembangan bahan ajar ini memiliki keunggulan dan kelemahan. Adapun

keunggulan bahan ajar antara lain dikemukakan sebagai berikut:

1) Berfokus pada kemampuan individual siswa, karena pada hakikatnya

siswa memiliki kemampuan untuk bekerja sendiri dan lebih tanggung

jawab atas tindakan-tindakanya.

2) Adanya kontrol terhadap hasil belajar mengenai penggunaan standar

kompetensi dalam setiap bahan ajar yang harus dicapai oleh siswa.

3) Relevasi kurikulum ditujukkan dengan adanya tujuan dan cara

pencapaiannya.

Sedangkan keterbatasan dari penggunaan bahan ajar adalah kurikulum

betuk ini memberikan mata pelajaran secara terpisah-pisah, satu dengan yang

lain tidak ada saling hubungan. Hal itu memungkinkan terjadinya memperoleh

pegalaman secara terlepas-lepas tidak sesuai keyataan.

B. Model Pembelajaran

1. Pengertian Model Pembelajaran

Seperangkat strategi pembelajaran yang berdasarkan teori dan penelitian disebut

juga model pembelajaran. Menurut Hosnan (2014:337) model adalah prosedur yang

sistematis tentang pola belajar untuk mencapai tujuan belajar serta sebagai pedoman

bagi pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembelajaran.

Trianto (2013:22) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah suatu

perancangan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan

14
pembelajaran di kelas atau pembelajatran dalam tutorial dan untuk menentukan

perangkat-perangkat pembelajaran yang termasuk di dalamnya buku-buku, film-film,

komputer, kurikulum, dan lain-lain.

Model pembelajaran adalah unsur penting dalam kegiatan belajar mengajar untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Model pembelajaran digunakan guru sebagai

pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Joyce &weil (dalam Rusman,

2012:40) berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola

yang dapat digunakan untuk membentuk kurukulum (rencana Pembelajaran Jangka

Panjang), merencanakan bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing di kelas atau

yang lainnya.

Menurut Adi (dalam Suprihatiningrum, 2013:67) memberikan definisi model

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur dalm

mengorganisasikan pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Pengertian Model Discovery Learning

Discovery Learning merupakan suatu model pemecahan masalah yang akan

bermanfaat bagi peserta didik dalam menghadapi kehidupannya di kemudian hari.

Karena model discovery learning ini dalam prosesnya menggunakan kegiatan dan

pengalaman langsung sehingga akan lebih menarik perhatian peserta didik.

Menurut Sani (2014:97) Discovery adalah penemuan konsep melalui

serangkaian data atau informasi yang diperoleh melalui pengamatan atau percobaan.

Sedangkan menurut Sund ( dalam Roestiyah 2012:20) Discovery adalah proses

mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Proses

15
mental tersebut ialah mengamati, mencerna, mengerti, mengolongkan, membuat

dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan dan sebagainya.

Menurut Darsono “Discovery Learning adalah teori belajar yang mengatur

pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa memperoleh pengetahuan yang

sebelumnya belum diketahuinya”. Sedangkan Roestiyah menyatakan bahwa

“discovery learning adalah proses mental dimana siswa mengasimilasi suatu konsep

atau prinsip. Proses mental tersebut misalnya mengamati, membuat dugaan,

menjelaskan, mengukur membuat kesimpulan, dan sebagainya.

Jadi model pembelajaran Discovery Learning adalah suatu pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam proses kegiatan mental melalui pendapat dengan berdiskusi,

membaca sendiri dan mencoba sendiri, agar peserta didik memperoleh pengetahuan

yang sebelumnya belum diketahuinya.

3. Langkah-Langkah Pelaksanaan Model Discovery Learning

Pengaplikasian model Discovery Learning dalam pembelajaran, terdapat

beberapa tahapan yang harus dilaksanakan. Kurniasih & Sani (2014:68-71)

mengemukakan langkah-langkah operasional model Discovery Learning yaitu

sebagai berikut.

a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsang) Pada tahap ini siswa dihadapkan

pada sesuatu yang menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak

memberi generalisasi, agar timbul keinginan untuk menyelidiki sendiri. Guru

dapat memulai dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca buku, dan

belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan masalah.

16
b) Problem statemen (pernyataan/identifikasi masalah) Guru memberikan

kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan

dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam

bentuk hipotesis.

c) Data collection (pengumpulan data) Tahap ini siswa diberi kesempatan untuk

mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati

objek, wawancara, melakukan uji coba sendiri untuk menjawab pertanyaan atau

membuktikan benar tidaknya hipotesis.

d) Data processing (pengolahan data) Pengolahan data merupakan kegiatan

mengolah data dan informasi yang telah diperoleh siswa melalui wawancara,

observasi dan sebagainya. Tahap ini berfungsi sebagai pembentukan konsep dan

generalisasi, sehingga siswa akan mendapatkan pengetahuan baru dari alternatif

jawaban yang perlu mendapat pembuktian secara logis.

e) Verification (pembuktian) Pada tahap ini siswa melalakukan pemeriksaan secara

cermat untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi

dengan temuan alternatif dan dihubungkan dengan hasil pengolahan data.

f) Generalization (menarik kesimpulan) Tahap generalisasi/menarik kesimpulan

adalah proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum

dan berlaku untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan

memperhatikan hasil verifikasi.

17
4. Kelebihan dan Kekurangan Model Discovery Learning

Pemilihan model pembelajaran yang akan digunakan dalam pembelajaran harus

diiringi dengan suatu pertimbangan untuk mendapatkan suatu kebaikan ataupun

kelebihan. Hosnan (2014:287-288) mengemukakan beberapa kelebihan dari model

Discovery Learning yakni sebagai berikut :

a) Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-

keterampilan dan proses-proses kognitif

b) Pengetahuan yang diperoleh melalui model ini sangat pribadi dan ampuh karena

menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.

c) Dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk memecahkan masalah.

d) Membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan

bekerja sama dengan yang lain.

e) Mendorong keterlibatan keaktifan siswa

f) Mendorong siswa berfikir intuisi dan merumuskan hipotestis sendiri

Kurniasih & Sani (2014: 66-67) juga mengemukakan beberapa kelebihan dari

model Discovery Learning, yaitu sebagai berikut.

a) Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan

berhasil.

b) Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

c) Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

d) Siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar.

18
Menurut Marzano (dalam Hosnan, 2014:288), selain kelebihan yang telah

diuraikan, masih ditemukan beberapa kelebihan dari model Discovery Learning, yaitu

sebagai berikut.

a) Menumbuhkan sekaligus menanamkan sikap discovery.

b) Pengetahuan bertahan lama dan mudah diingat.

c) Hasil belajar Discovery mempunyai efek transfer yang lebih baik.

d) Meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan berpikir bebas

e) Melatih keterampilan-keterampilan kognitif siswa untuk menemukan dan

memecahkan masalah tanpa pertolongan orang lain.

Hosnan (2014:288-289) mengemukakan beberapa kekurangan dari model

Discovery Learning yaitu :

a) Menyita banyak waktu karena guru dituntut mengubah kebiasaan mengajar yang

umumnya sebagai pemberi informasi menjadi fasilitator, motivator, dan

pembimbing,

b) Kemampuan berpikir rasional siswa ada yang masih terbatas, dan

c) Tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Setiap model

pembelajaran pasti memiliki kekurangan, namun kekurangan tersebut dapat

diminimalisir agar berjalan secara optimal

Westwood (dalam Sani, 2014: 98) mengemukakan pembelajaran dengan model

Discovery akan efektif jika terjadi hal-hal berikut:

a) Proses belajar dibuat secara terstruktur dengan hati-hati,

b) Siswa memiliki pengetahuan dan keterampilan awal untuk belajar,

19
c) Guru memberikan dukungan yang dibutuhkan siswa untuk melakukan

penyelidikan

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli, peneliti

menyimpulkan bahwa kelebihan dari model Discovery Learning yaitu dapat melatih

siswa belajar secara mandiri, melatih kemampuan bernalar siswa, serta melibatkan

siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan sendiri dan

memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Kekurangan dari model Discovery

Learning yaitu menyita banyak waktu karena mengubah cara belajar yang biasa

digunakan, namun kekurangan tersebut dapat diminimalisir dengan merencanakan

kegiatan pembelajaran secara terstruktur, memfasilitasi siswa dalam kegiatan

penemuan, serta mengonstruksi pengetahuan awal siswa agar pembelajaran dapat

berjalan optimal.

5. Media Teka-Teki Silang (Crossword Puzzle)

Menurut Kholilullah (2012:23),”Teka-Teki Silang merupakan sebuah permainan

yang cara permainannya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang berbentuk kotak

dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai dengan petunjuk”.

Menurut Haryono (2013:128) tujuan teka-teki silang adalah untuk mengasah otak

dalam berpikir peserta didik dalam mempelajari kosakata pada suatu mata pelajaran.

Dengan menggunakan teka-teki silang sebagai pembelajaran kosa kata, maka selain

peserta didik termotivasi untuk belajar juga memberi pemahaman terhadap kosa kata

yang mudah dan mendalam. Karena dalam teka-teki silang terdapat unsur permainan

20
yang dapat menimbulkan kegairahan dan rasa senang dalam belajar tanpa harus

berhadapan dengan situasi yang menjemukan.

Teka teki silang (crossword puzzle) adalah suatu permainan mengisi ruang-ruang

kosong berupa kotak. Didalam ruang kosong tersebut berisi jawaban berupa huruf-

huruf yang membentuk sebuah kata sesuai dengan pertanyaan yang terdapat dibawah

kotak-kotak atau petunjuk yang diberikan. Petunjuk pengisi jawaban bisa mendatar

atau menurun. Teka teki silang merupakan salah satu media permainan yang

menyenangkan karena berguna untuk mengasah daya pikir anak secara kreatif, aktif,

pemikiran yang logis dan dapat menghafal kosa kata secara tidak langsung ketika

menjawab.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa media teka teki silang merupakan

media permainan mengasah otak yang terdiri dari kategori mendatar dan menurun.

Meskipun hanya sebuah kumpulan soal teka teki, namun hal ini mengantar pemikiran

peserta didik menjadi lebih logis, mendidik, menambah wawasan dan mengasah

kemampuan berfikir secara cepat.Penerapan media teka-teki silang ini juga dapat

meningkatkan daya ingat dan mengembangkan kemampuan berfikir khususnya dalam

pengetahuan siswa.

a. Manfaat media teka-teki silang

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penggunaan media teka teki silang

sebagai berikut :

a) Mengasah daya ingat siswa.

b) Melatih siswa untuk berfikir kreatif

c) Mengembangkan kemampuan analisis.

21
d) Merangsang kreativitas berfikir siswa.

e) Menghibur dalam hal evaluasi siswa.

b. Kelebihan dan kekurangan media teka teki silang

Adapun kelebihan yang dimiliki dari penggunaan media teka teki silang ini

adalah :

a) Media ini menekankan sebagai pembelajaran kosakata sehingga

menimbulkan semangat siswa dalam belajar dan memudahkan siswa dalam

memahami materi terhadap kosakata yang mudah dan mendalam.

b) Terdapat unsur permainan yang menimbulkan rasa senang pada siswa dalam

belajar dan tidak merasa berhadapan dengan situasi kelas yang dirasa

menjenuhkan.

c) Mengembangkan instuisi peserta didik agar berupaya memahami materi

melalui penggunaan banyaknya kosakata yang dilalui melalui soal teka teki

silang karena terdapat unsur tantangan yang menimbulkan rasa penasaran

pada siswa.

Adapun kekurangan yang dimiliki pada penggunaan media teka teki silang ini

antara lain :

a) Media ini susah digunakan dalam pelajaran menghitung seperti matematika,

kimia, fisika, dan lain sebagainya. Hal itu merupakan salah satu faktor yang

sulit dalam pembuatan media.

b) Waktu yang digunakan relative cukup lama karena pembuatannya yang

rumit harus menyesuaikan antara pertanyaan dan jawaban, serta kolom-

kolom jawaban yang dibutuhkan.

22
c) Tidak ada pemaparan dan penjelasan jawaban dalam menggunakan media

teka-teki silang, karena berupa kosa kata singkat.

c. Prosedur penggunaan teka-teki silang dalam pembelajaran adalah sebagai

berikut:

a) Menjelaskan beberapa istilah atau nama-nama penting yang terkait dengan

mata pelajaran yang telah diajarkan.

b) Menyusun sebuah teka-teki sederhana berkait dengan materi yang diajarkan.

c) Menyusun kata-kata pemandu pengisian teka-teki silang. Menggunakan jenis

berikut; definisi singkat, sebuah kategori yang cocok dengan unsurnya,

sebuah contoh, sinonim atau antonim.

d) Membagi teka-teki kepada siswa, baik perorangan maupun kelompok.

e) Menetapkan batas waktu.

f) Memberikan penghargaan kepada individu atau kelompok yang paling

banyak memiliki jawaban benar.

C. Minat Belajar

1. Pengertian minat belajar

Menurut Sukardi dalam (Susanto, Ahmad 2013), minat dapat diartikan sebagai

suatu kesukaan, kegemaran atau kesenangan akan sesuatu. Adapun menurut Sardiman

dalam (Susanto, Ahmad 2013), minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila

seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan

keinginan-keinginan atau kebutuhan-kebutuhan sendiri. Oleh karena itu, apa saja

yang dilihat seseorang barang tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang

23
dilihat itu mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Hal ini

menunjukkan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa seseorang terhadap

sesuatu objek, biasanya disertai dengan perasaan senang, karena itu merasa ada

kepentingan dengan sesuatu itu.

Dari beberapa gambaran definisi minat di atas, kiranya dapat ditegaskan di sini

bahwa minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang

menimbulkan ketertarikan atau perhatian secara efektif, yang menyebabkan

dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama-

kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya.

Menurut Bloom dalam (Susanto, Ahmad 2013:57), minat adalah apa yang

disebutnya sebagai subject-related affect, yang di dalamnya termasuk minat dan sikap

terhadap materi pelajaran. Namun ternyata sulit menemukan pembatas yang jelas

antara minat dan sikap terhadap materi pelajaran yang tampak adalah sebuah

kontinum yang terentang dari pandangan-pandangan negatif atau afek (affect) negatif

terhadap pelajaran. Ini dapat diukur dengan menanyakan kepada seseorang apakah ia

mempelajari itu, apa yang disukai atau tidak disukainya mengenai pelajaran dan

berbagai pendekatan dengan menggunakan kuesioner yang berupaya meningkatkan

berbagai pendapat, pandangan, dan preferensi yang mungkin menunjukkan suatu afek

positif atau negatif terhadap pelajaran.

24
1. Unsur-Unsur Minat Belajar

Adapun unsur-unsur dari minat belajar ialah sebagai berikut :

(1) Perhatian

Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini

akan berpengaruh pula terhadap minat peserta didik dalam belajar. Menurut Sumadi

Suryabrata (2012:14), menyatakan bahwa : “Perhatian adalah banyak sedikitnya

kesadaran yang menyertai aktivitas yang dilakukan. Kemudian Wasti Sumanto

(2014:32) berpendapat bahwa : “Perhatian adalah pemusatan tenaga dan kekuatan

jiwa tertentu kepada suatu obyek, atau pendayagunaan kesadaran untuk menyertai

suatu aktivitas”.

Dengan demikian dapat dikatan bahwa, seseorang yang memiliki minat pada

suatu aktivitas tertentu akan memberikan perhatian yang besar pada hal tersebut.

Maka dari itu, guru sebagai seorang tenaga pendidik harus bisa menarik perhatian

peserta didik agar peserta didik dapat memiliki minat dalam mengikuti proses

pembelajaran.

(2) Perasaan

Unsur yang tak kalah penting lainnya adalah perasaan dari peserta didik terhadap

pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Menurut (Winkel, 2013:30), menyatakan

bahwa : “Perasaan merupakan aktivitas psikis yang didalamnya subyek menghayati

nilai-nilai suatu obyek”. Sejatinya, perasaan senang yang dirasakan oleh peserta

didik saat mengikuti proses pembelajaran akan menimbulkan dampak positif dalam

dirinya yang tentu akan menimbulkan minat belajar. Sementara perasaan yang tidak

senang, akan membawa peserta didik kedalam dampak yang negative, yang tentu

25
tidak dapat menunjang minat peserta didik tersebut dalam mengikuti proses

pembelajaran.

(3) Motivasi

Motivasi diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk

melakukan sesuatu. Menurut (Sardiman, 2015:73), berpendapat bahwa : “Motivasi

dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam diri ssubyek untuk melakukan

kreativitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan”.

Secara sederhana, motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong

aktivitas belajar peserta didik dalam mengikuti suatu proses pembelajaran. Hingga

pada akhirnya menimbulkan minat belajar dalam diri peserta didik, karena sejatinya

minat merupakan motivasi dalam belajar.

2. Fungsi Minat Belajar

Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai kekuatan yang mendorong

peserta didik untuk belajar. Peserta didik yang berminat pada pelajaran akan

terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan peserta didik yang sikapnya

hanya menerima pelajaran. Peserta didik jenis ini hanya tergerak untuk belajar tetapi

sulit untuk tekun karena tidak ada pendorongnya. Untuk memperoleh hasil yang baik

dalam belajar peserta didik harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga

mendorong peserta didik tersebut untuk terus belajar.

Minat berfungsi sebagai pendorong keinginan seseorang, penguat hasrat dan

sebagai penggerak dalam berbuat yang berasal dari dalam diri seseorang untuk

melakukan sesuatu dengan tujuan yang jelas serta arah tingkah laku sehari-hari. Hal

26
ini diterangkan oleh (Sardiman, 2013:84) yang menyatakan berbagai fungsi minat,

yakni sebagai berikut :

(1). Mendorong manusia untuk berbuat, yaitu sebagai penggerak atau motor yang

melepaskan energi,

(2). Menentukan arah perbuatan, yakni kearah tujuan yang hendak dicapai,

(3). Menyeleksi perbuatan, yakni menentukan perbuatan-perbuatan apa yang serasi

guna mencapai tujuan.

Sementara itu, fungsi minat dalam kaitannya dengan pelaksanaan studi adalah

sebagai berikut ;

(1) Minat melahirkan perhatian yang serta merta,

(2) Minat memudahkan tercapainya konsentrasi,

(3) Minat mencegah gangguan perhatian dari luar,

(4) Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan,

(5) Minat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri.

D. Hukum II Newton

Hukum Gerak Newton adalah tiga hukum fisika yang menjadi dasar

mekanika-mekanika klasik. Hukum ini menggambarkan hubungan antara gaya yang

bekerja pada suatu benda yang disebabkannya.

Hukum II Newton menyebutkan “percepatan sebuah benda berbading lurus

dengan gaya total yang bekerja padanya dan berbanding terbaik dengan massanya.

Arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya”.

27
Hukum 1 Newton dapat dirumuskan :

Hukum II Newton dapat menjelaskan pengaruh dari perubahan kecepatan dan

massa suatu benda terhadap besarnya resultan gaya yang bekerja pada suatu benda.

Jika benda bergerak dengan percepatan lebih tinggi, maka resultan gaya yang

dihasilkan juga semakin tinggi. Resultan gaya akan menjadi lebih besar ketika benda

bergerak dengan percepatan lebih besar. Resultan gaya akan menjadi besar pada

benda yang massanya lebih besar dan bergerak dengan percepatan yang sama.

3. Penerapan Hukum II Newton dalam kehidupan sehari-hari

Contohnya, pada saat kita sedang menimba air disumur menggunakan katrol.

Pada kegiatan ini akan menimbulkan gaya akibat menarik tali yang dihubungkan

ember berisi air melalui sebuah katrol.

E. Kajian Penelitian yang Relevan

Kajian penelitian yang relevan merupakan salah satu acuan dasar dalam

melakukan penelitian, sehingga memperkaya teori-teori yang digunakan dalam

mengkaji penelitian ini.

28
Ada beberapa pemaparan dalam penelitian yang relevan mencakup judul

penelitian, tahun pelaksanaan penelitian, peneliti, aspek yang diteliti, dalam rangka

apa serta hasil penelitian. hal ini bertujuan agar tidak terjadi tumpang tindih

(overlapping) terhadap apa yang diteliti.

Penelitian yang peneliti lakukan menggunakan beberapa referensi dari

penelitian sebelumnya yang berkenaan dengan judul penelitian. Beberapa penelitian

yang relevan dengan penelitian ini adalah :

Tabel 2.1 Penelitian yang Relevan diambil dari Jurnal yang Berbeda

No Judul Pengaruh Model Pembelajaran Discovery

Learning Berbantuan Vidio dan Problem Based

Learning Terhadap Motivasi dan Hasil Belajar

Siswa
Tahun penelitian 2020
1 Peneliti Mira Wabula, dkk
Aspek yang diteliti Discovery Learning, Motivasidan Hasil Belajar

Siswaf
Dalam rangka Menyelesaikan Studi S 1 (Strata 1)
Hasil penelitian Dalam jurnal pendidikan, biologi dan terapan

hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan

model pembelajaran Discovery Learning

berbantuan vidio berpengaruh terhadap hasil

belajar siswa dengan uji ANCOVA (p<0,05).


Judul Pengaruh Model Pembelajaran Penemuan

Discovey Learning Terhadap Kemampuan

Koneksi Matematika Siswa Kelas VII SMP N 2

29
2 Sindangagung
Tahun penelitian 2016
Peneliti Alif Lingga Persada
Aspek yang diteliti Model Pembelajaran Discovey Learning dan

Kemampuan Koneksi Matematika


Dalam rangka Menyelesaikan Studi S 1 (Strata 1)
Hasil penelitian Hasil penelitian dari uji hipotesis menunjukkan

bahwa nilai t hitung pada variable model

pemebalajaran penemuan discovery learning

adalah 6,760, nilai pada t tabel adalah 2,045.

Maka dapat disimpulkan bahwa t hitung > t tabel

artinya ada pengaruh penerapan model

pembelajaran penemuan discovery learning

terhadap kemampuan koneksi matematika siswa.

F. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori

berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang

penting.

Pendidikan di suatu Negara merupakan suatu usaha dalam meningkatkan

kecerdasan warga Negaranya, karena dengan pendidikan tersebut kualitas

30
sumberdaya manusianya akan meningkat sehingga diharapkan dapat bersaing dengan

Negara lain apa lagi di era globalisasi.

Dalam dunia pendidikan yang semakin maju sekarang ini tidak bisa lepas dari

peran masyarakat yang sangat kompleks. Hal ini perlu adanya pembaharuan

(modernisasi) dalam pendidikan. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi

olehperubahan dan pembaharuan segala komponen pendidikan yang meliputi

kurikulum, sarana prasarana, guru, siswa dan model pengajaran yang tepat.

Kurangnya pendidikan akan sulit bagi masyarakat untuk mencapai tujuan yang

diinginkan, banyak ahli pendidikan yang berpandangan bahwa pendidikan merupakan

kunci yang membuka kearah modernisasi.

Guru sebagai salah satu kunci utama dalam memajukan pendidikan harus

mampu menggunakan berbagai macam strategi pembelajaran agar proses

pembelajaran lebih menarik perhatian peserta didik. Mengingat pentingnya

pembelajaran Fisika, maka pembelajaran harus dilaksanakan secara maksimal dan

sesuai dengan kurikulum yang telah dicanangkan pemerintah. Ada banyak bahan ajar

yang dapat membantu guru dalam proses pembelajaran salah satunya adalah model

pembelajaran Discovery Learning. Bahan ajar Discovery Learningakan berpengaruh

terhadap hasil belajar peserta didik pada bidang studi Fisika Kelas X MAS Al-Ikhlas

Tarutung Dua

Adapun kerangka berpikir dalam penelitian ini dapat digambarkan seperti

sebagai berikut:

Permasalahan pembelajaran fisika di MAS


1. Kurangnya minat belajar fisika siswa di MAS Al-Ikhlas Tarutung Dua

2. Media pembelajaran yang dipakai guru masih kurang tepat.


31
3. Hasil belajar fisika peserta didik masih rendah.
Belum tersedianya bahan ajar Teka-Teki Silang dalam pembelajaran Fisika
berbasis discovery learning yang valid, praktis dan efektif

Pengembangan Bahan Ajar Fisika Berbasis Discovery Learning Berbantuan Teka-


Teki Silang

Hasil belajar peserta didik meningkat

Skema 2.3 Kerangka Berpikir

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Untuk memperoleh data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini,

maka yang menjadi tempat penelitian adalah MAS Al-Ikhlas Tarutung Dua

Kecamatan Pahae Jae Kabupaten Tapanuli Utara. Penelitian ini dilaksanakan ± 2

32
(dua) bulan sejak Juli – September 2021 atau setelah proposal diseminarkan sehingga

keluar surat permohonan izin penelitian dari Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan.

B. Jenis Penelitian

a. Model Pengembangan

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan maka jenis penelitian

yang dilakukan adalah penelitian pengembangan (Research and Development), yang

menghasilkan produk. kegiatan yang dilakukan pada penelitian ini adalah

mengembangkan bahan ajar fisika berbasis Discovery Learning berbantuan Teka-

Teki Silang.

Penelitian pengembangan digunakan untuk membuat suatu produk baru dalam

pembelajaran yaitu mengembangkan bahan ajar Fisika berbasis Discovery Learning

berbantuan Teka-Teki Silang. Pembelajaran fisika pada materi Hukum II Newton

yang berbasis model pembelajaran Discovery Learning. Bahan ajar Fisika berbasis

Discovery Learning berbantuan Teka-Teki Silang yang digunakan untuk

pembelajaran siswa MAS Al-Ikhlas Tarutung Dua. Bahan ajar Fisika yang dirancang

sesuai dengan langkah-langkah model pembelajaran berbasis Discovery Learning.

Model yang digunakan dalam pengembangan ini adalah model pengembangan

4-D Model (Four D Model), yang terdiri dari empat tahapan yaitu: pendefenisian

(define), perancangan (design), pengembangan (develop), dan penyebaran

(dessiminate). Bahan ajar Fisika yang dihasilkan akan diuji validitasnya,

praktikalitasnya serta efektifitasnya sehingga menjadi perangkat pembelajaran yang

efektif dan berkualitas.

33
Menurut Trianto (2010:243-244) penelitian pengembangan adalah metode

penelitian untuk mengembangkan produk dan penyempurnaan produk. Sedangkan

menurut Sugiyono (2008:407) metode penelitian dan pengembangan adalah metode

penelitian yang menghasilkan suatu produk. Dalam hal ini peneliti akan

mengembangkan bahan ajar Fisika dengan model pembelajaran berbasis Discovery

Learning yang dirancang menjadi bahan ajar yang efektif, efesien dan berkualitas.

b. Prosedur Pengembangan

Kegiatan penelitian dimulai dari kegiatan pendefinisian yang terdiri dari tiga

kegiatan, yaitu analisis kurikulum, analisis siswa, dan analisis materi. Selanjutnya

merancang bahan ajar Fisika. Tahap selanjutnya adalah melakukan pengembangan

Teka-Teki Silang sesuai dengan rancangan yang dibuat, melakukan validasi, menguji

kepraktisan dan efektifitas. Setelah diperoleh bahan ajar Fisika yang valid, praktis dan

efektif, maka bahan ajar Fisika berbasis discovery learning berbantuan teka teki

silang tersebut sudah dapat disebarkan untuk dapat digunakan dalam proses

pembelajaran.

Langkah-langkah rancangan pengembangan bahan ajar bahan fisika berbasis

discovery learning berbantuan teka-teki silang diatas dapat dirinci sebagai berikut:

1. Tahap Pendefinisian (Define) Bahan Ajar Fisika

Tahap pertama dalam penelitian ini dimulai dengan tahap Define. Pada tahap

Define ini dilakukan penetapan syarat-syarat pembelajaran dengan menganalisis

standar kompetensi dan batasan materi pelajaran yang akan diajarkan oleh guru

34
berdasarkan standar isi kurikulum 2013. Tahap ini terdiri dari 3 langkah kegiatan

yaitu analisis kurikulum, analisis konsep, dan analisis peserta didik (siswa).

a. Analisis Kurikulum

Analisis kurikulum dilakukan untuk memantau tingkat pencapaian tujuan

pendidikan sesuai dengan standar nasional, maka pemerintah membentuk BSNP yang

menyusun KI dan KD. Analisis kurikulum dilakukan berdasarkan pada Permendiknas

No.67 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah dan

Permendiknas No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan

Dasar dan Menengah. Peraturan tersebut digunakan sebagai pedoman dalam

menganalisis kurikulum. Untuk menganalisis kurikulum harus mengacu kepada

prinsip-prinsip pengembangan kurikulum, yaitu 1) berpusat pada potensi,

perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan lingkungannya, 2)

beragam dan terpadu, artinya kurikulum dianalisis dengan memperhatikan

karakteristik peserta didik, kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, 3)

tanggap terhadap perkembangan IPTEK, 4) relevan dengan kebutuhan hidup, 5)

menyeluruh dan berkesinambungan disemua bidang, 6) memperhatikan proses belajar

sepanjang hayat, dan 7) seimbang antara kepentingan daerah dan nasional.

Penjabaran KI dan KD pada materi Hukum II Newton secara umum dilakukan

melalui pengembangan media pembelajaran dan lebih rinci secara operasional

dikembangkan melalui bahan ajar teka teki silang. Penyusunan bahan ajar teka teki

silang materi Hukum II Newton yang dilakukan guru masih belum optimal, yang

terlihat dari indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran yang hanya

terpaku pada aspek pengetahuan saja. Bahan ajar yang digunakan guru adalah buku

35
paket yang diterbitkan oleh penerbit. Walaupun buku paket yang terbit sudah

memenuhi Standar Isi Kurikulum 2013, namun alangkah baiknya jika guru

merancang bahan ajar materi Hukum II Newton sendiri agar sesuai dengan model

pembelajaran yang diterapkan.

Bahan ajar pada materi Hukum II Newton disekolah dilihat dimana

kekurangannya, dan kekurangan itu diperbaiki dengan pengembangan bahan ajar yang

sesuai pada materi Hukum II Newton Kurikulum 2013 dengan model pembelajaran

berbasis Discovery Leaning pada setiap bahan ajar yang dikembangkan.

b. Analisis Materi

Langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan analisis materi yang

akan diajarkan. Analisis materi bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci dan

menyusunnya secara sistematis konsep-konsep utama dari materi Hukum II Newton

yang dibutuhkan dalam pengembangan bahan ajar, sehingga tergambar bahan ajar

yang bagaimana yang sesuai untuk pembelajaran materi Hukum II Newton. Analisis

KI dan KD dikhususkan pada materi Hukum II Newton.

Jenis-jenis materi pembelajaran dapat diklasifikasi sebagai berikut:

1) Fakta yaitu segala hal yang bewujud kenyataan dan kebenaran, meliputi nama-

nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian

atau komponen suatu benda, dan sebagainya.

2) Konsep yaitu segala yang berwujud pengertian-pengertian baru yang bisa timbul

sebagai hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, hakikat, inti/isi

36
dan sebagainya.

3) Prinsip yaitu berupa hal-hal utama, pokok, dan memiliki posisi terpenting,

meliputi dalil, rumus, postulat, paradigma, teorema, serta hubungan antar konsep

yang menggambarkan implikasi sebab akibat.

4) Prosedur merupakan langkah-langkah sistematis atau berurutan dalam

mengerjakan suatu aktivitas dan kronologi suatu sistem.

Analisis materi juga memberikan gambaran umum tentang metode dan

pendekatan yang sesuai digunakan untuk mempelajari materi Hukum II Newton.

Analisis ini ditujukan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara

sistematis konsep-konsep utama materi hukum II Newton yang diperlukan untuk

menyusun bahan ajar teka teki silang.

c. Analisis Siswa

Analisis siswa bertujuan untuk melakukan telaah terhadap karakteristik

siswa yang meliputi usia, hasil belajar terhadap pembelajaran Fisika, karakter yang

berkembang pada diri siswa, serta tingkat kemampuan (intelektual). Analisis siswa ini

akan berpengaruh terhadap proses pemilihan dan perancangan pengembangan bahan

ajar Fisika yang akan dilaksanakan agar bahan ajar fisika yang dihasilkan sesuai

dengan karakteristik siswa.

2. Tahap Perancangan (Design) Bahan Ajar Fisika

Pada tahap ini dilakukan perancangan terhadap bahan ajar Teka-Teki Silang,

bahan ajar Fisika berbasis Discovery Learning berbantuan Teka-Teki Silang pada

tahap perancangan dilakukan dua tahap, yaitu: penyusunan instrumen yang

diperlukan dalam penelitian ini dan perancangan Bahan ajar Teka-Teki Silang.

37
Panduan rancangan pembelajaran merujuk kepada Kurikulum 2013. Sebelum bahan

ajar Teka-Teki Silang dikembangkan, maka harus ditentukan tahapan perancangan

pembelajaran terlebih dahulu.

a. Perancangan bahan ajar Teka-Teki Silang

Bahan ajar yang dirancang yaitu Teka-Teki Silang menggunakan model

pembelajaran berbasis Discovery learning. Berikut rincian dari tahap perancangan

bahan ajar Teka-Teki Silang:

1. Teka-Teki Silang berbantuan teknik Discovery Learning yang dirancang setelah

analisis materi. Teka-Teki Silang didesain dengan menarik dan format

penyusunanya mudah dibaca oleh siswa. Teka-Teki Silang dilengkapi juga dengan

KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, contoh soal, soal latihan yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran dan daftar rujukan serta rangkuman.

Setelah tahap perancangan pada masing-masing Teka-Teki Silang yang

dikembangkan selesai, dilakukan perencanaan awal secara keseluruhan. Perencanaan

awal dilakukan dengan penulisan, penelaahan dan pengeditan Teka-Teki Silang yang

telah disusun.

3. Tahap Pengembangan (Develop)

Tahap pengembangan merupakan tahap untuk menghasilkan produk

pengembangan yang dilakukan melalui dua langkah, yakni: 1) penilaian ahli (expert

appraisal) yang diikuti dengan revisi, dan 2) uji coba pengembangan terbatas pada

siswa (Developmental Testing). Tahap pengembangan ini menghasilkan bentuk akhir

Teka-Teki Silang berbasis Discovery Learning pada materi Hukum II Newton setelah

melalui revisi berdasarkan masukan para pakar ahli/praktisi dan data hasil uji coba.

38
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan Teka-Teki Silang yang valid, praktis,

dan efektif. Tahap pengembangan yang dimaksud meliputi :

a. Validasi Bahan Ajar Teka-Teki Silang

Uji validasi ini dilakukan melalui para ahli dan praktisi untuk mengoreksi

produk layak atau tidak layak digunakan. Dalam hal ini menggunakan 3 validator

yang ahli dalam bidangnya, yaitu bidang materi, bahasa dan media

No Validator Bidang Keterangan


1 Irga Riani S. Pd Materi Guru Fisika
2 Edu Nainggolan, S. Pd.i Bahasa Guru Bahasa
3 Elisa, M. Pd Media Dosen Fisika

b. Uji Coba Bahan Ajar Teka-Teki Silang

Dalam hal ini penulis menguji coba bahan ajar Fisika pada subyek penelitian

yaitu kelompok kecil. Sampel harus dipilih secara refresentatif sehingga produk

tersebut dapat dapat berlaku secara umum. Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui

tingkat kemenarikan suatu media.

4. Tahap Penyebaran (Disseminate)

Tahap ini merupakan tahap penggunaan bahan ajar Fisika yang telah

dikembangkan pada skala terbatas, misalnya dikelas lain oleh guru yang lain. Bahan

ajar Fisika yang disebarkan adalah bahan ajar yang sudah valid, praktis dan efektif di

kelas uji coba. Karena keterbatasan waktu, tenaga dan biaya, bahan ajar teka teki

silang hanya disebarkan di kelas X MAS Al-Ikhlas Tarutung Dua.

a. Desain UjiCoba

39
Desain uji coba yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan hasil

tes siswa dikelas yang menggunakan bahan ajar Fisika dan kelas yang tidak

menggunakan bahan ajar Fisika. Desain uji coba ini digunakan untuk mengetahui

tingkat kemenarikan bahan ajar Fisika.

b. Subyek Uji Coba

Subyek uji coba yang dilakukan penelitian ini adalah siswa kelas X MAS Al-

Ikhlas Tarutung Dua yang berjumlah 25 siswa.

c. Data Uji Coba

Data uji coba ini digunakan untuk mengetahui keefektifan suatu produk yang

telah dihasilkan. Adapan data uji coba ini adalah:

1. Hasil pre test dan post test siswa kelas eksperimendan kelas kontrol.

Hasil tersebut digunakan untuk membandingkan peningkatan hasil belajar siswa

sebelum dan sesudah menggunakan bahan ajar teka teki silang pada kelas

eksperimen dan tidak menggunakan bahan ajarsama sekali pada kelas kontrol.

2. Hasil angket siswa setelah menerima treatment. Angket tersebut bertujuan

untuk mengetahui tingkat motivasi siswa setelah menggunakan bahan ajar teka-

teki silang.

3. Hasil observasi. Observasi dilakukan selama proses pembelajaran dan

penggunaan bahan ajar teka-teki silang pada saat pembelajaran.

a. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang dikembangkan untuk mengumpulkan data pada

penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Instrumen Pengumpulan Data

40
No Kriteria Instrumen
1. Define  Lembar angket motovasi

 Lembar pre-test

 Lembar observasi

2. Valid

 Lembar bahan ajar Fisika

3. Praktis  Angket respon guru terhadap praktikalitas bahan ajar

Fisika

 Angket respon siswa terhadap praktikalitas bahan ajar

Fisika
4. Efektif  Lembar penilaian sikap, keterampilan dan pengetahuan

 Angket respon siswa terhadap efektifitas bahan ajar

Fisika

1) Instrumen Tahap Pendefinisian

Instrumen pada tahap Define digunakan untuk melakukan analisis kurikulum,

analisis materi, dan analisis siswa. Untuk analisis kurikulum digunakan lembar

kontrol berupa essay, analisis materi digunakan lembar kontrol berupa essay dan

instrumen analisis siswa digunakan observasi.

2) Instrumen Validasi bahan ajar Fisika

Lembaran ini terdiri dari lembar validasi teka teki silang. Semua lembar

validasi yang digunakan dalam penelitian ini divalidasi terlebih dahulu dengan

41
menggunakan lembar penilaian instrumen validasi. Penilaian instrumen validasi

penting dilakukan agar data mengenai validasi bahan ajar Fisika yang dihasilkan

valid. Penilaian instrumen validasi dilakukan oleh validator, penilaian dilakukan

sampai instrumen validasi yang dinilai berada pada kategori valid.

3) Instrumen Kepraktisan Produk

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data kepraktisan bahan ajar

teka teki silang. Instrumen praktikalitas yang digunakan angket respon peserta didik,

dan angket respon guru.

Angket respon peserta didik digunakan untuk mendapatkan respon peserta

didik terhadap kepraktisan bahan ajar Fisika yang dikembangkan. Angket ini diisi

oleh peserta didik setelah mengikuti proses pembelajaran. Sementara itu, angket

respon guru digunakan untuk mengetahui respon guru terhadap perangkat

pembelajaran yang telah dibuat. Instrumen ini diisi oleh guru dan siswa setelah proses

pembelajaran berlangsung.

4) Instrumen Keefektifan Penggunaan Bahan Ajar Fisika

Instrumen ini digunakan untuk mengumpulkan data keefektifan penggunaan

bahan ajar Fisika yang dikembangkan. Instrumen ini terdiri dari:

1. Lembar Penilaian Sikap

Lembar validasi ini berisikan beberapa aspek penilaian yang terdiri dari

persepsi peserta didik tentang pembelajaran berdasarkan model pembelajaran

Discovery Learning, Hasil belajar peserta didik terhadap pembelajaran berdasarkan

model pembelajaran Discoery Learning pada Hukum II Newton, kesukaan peserta

42
didik terhadap pembelajaran berdasarkan model pembelajaran Discovery Learning

pada materi Hukum II Newton dan hasil belajar peserta didik dalam mempelajarinya.

2. Lembar Penilaian Keterampilan

Lembar validasi ini berisikan beberapa aspek penilaian yang terdiri dari

mempersiapkan alat dan bahan, kemampuan menggunakan alat dan bahan,

kemampuan melakukan urutan kerja sesuai dengan langkah-langkah dan

mendiskusikan hasil percobaan. Lembaran ini diisi dengan mengamati kegiatan

siswa oleh dua observer pada saat pembelajaran berlangsung.

3. Lembar Penilaian Pengetahuan

Tes kompetensi yang telah valid dan reliable, digunakan untuk mendapatkan

data yang diperlukan untuk menentukan persentase keberhasilan siswa setelah

mengikuti pembelajaran menggunakan bahan ajar fisika Hukum II Newton dalam

model pembelajaran berbasis discovery learning. Data ini diperoleh dari

implementasi alat evaluasi saat uji coba.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Menurut Sugiyono , bahwa : “populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulan”.

43
Berdasarkan pendapat tersebut diatas, maka yang dijadikan populasi

penelitian ini adalah peserta didik di kelas X MIA MAS Al-Ikhlas Tarutung Dua.

Untuk lebih jelasnya berikut adalah tabel populasi penelitian

Tabel 3.3

Populasi Peserta Didik

No Kelas P L Jumlah peserta didik


1 X MIA 1 14 12 26 orang
Sumber Data : Tata Usaha MAS Al-Ikhlas Tarutung Dua

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Menurut Sugiono

bahwa: “sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut”. Menurut Suharsimi Arikunto bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil

populasi yang diteliti”. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan sampling

jenuh dimana semua anggota populasi digunakan menjadi sampel.

3.4 Sampel Penelitian

No Kelas P L Jumlah peserta didik

1 X MIA 1 14 12 26 orang

D. Teknik Pengumpulan Data

44
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data mengenai

respon siswa terhadap penggunaan bahan ajar discovery learning berbantuan teka-teki

silang menggunakan kuesioner dan wawancara. Kuesioner juga sering dikenal

sebagai angket. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada

responden untuk dijawabnya.

1. Wawancara

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti

ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus

diteliti dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih

mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Wawancara yang dilakukan untuk

mengetahui data awal dalam penelitian dan informasi yang diperoleh digunakan

dalam pengembangan media pembelajaran Animasi.

2. Angket (kuisioner)

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Angket digunakan pada saat evaluasi dan uji coba bahan ajar. Evaluasi

bahan ajar discovery learning berbantuan teka-teki silang dilakukan oleh validator

ahli media dan validator ahli materi. Sedangkan uji coba media pembelajaran animasi

dengan memberikan angket peserta didik uji coba skala kecil dan peserta didik uji

coba lapangan.

E. Teknik Analisis Data

45
Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, yaitu dengan

mendeskripsikan validitas, kepraktisan dan efektifitas bahan ajar Fisika dengan

menggunakan model pembelajaran Discovery learning.

a. Analisis Validitas Bahan Ajar Fisika

Di dalam penelitian ini, validitas yang dilihat adalah validitas isi, konstruk, dan

bahasa. Analisis validitas dilakukan dengan menggunakan skala Likert skor 1-4

dengan ketentuan seperti Table 3.2

Tabel 3.2 Penskoran Menggunakan Skala Likert

Sko Interval (%)


Kategori
r
1 0 – 25 Sangat Tidak Setuju (STS)
2 26 – 50 Tidak Setuju (TS)
3 51 – 75 Setuju (S)
4 76 – 100 Sangat Setuju (SS)
Skor yang telah didapat dicari persentasenya menggunakan persamaan dibawah ini:

T
V= x 100 % …………………………………………………..(1)
U

Keterangan:

V = nilai validalitas

T = skor yang diperoleh

46
U = skor maksimum

Kategori validitas perangkat pembelajaran berdasarkan nilai akhir yang


didapatkan dalam skala (0-100) dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.3 Kategori Kevalidan Bahan Ajar Fisika

No Interval (%) Kategori


1 0 – 20 Sangat tidak valid
2 21 – 40 Tidak valid
3 41 – 60 Kurang valid
4 61 – 80 Valid
5 81 – 100 Sangat valid

b. Analisis Kepraktisan Bahan Ajar Fisika

Analisis praktikalitas diperoleh dari instrumen pengamatan keterlaksanaan

RPP yang ditulis dalam lembar observasi, dan angket respon siswa dan angket

respon guru berkaitan dengan kepraktisan penggunaan bahan ajar Fisika yang telah

dibuat. Penskoran untuk masing-masing kategori dilakukan dengan menggunakan

skala likert dengan ketentuan seperti Tabel 3.6.

Perhitungan data nilai akhir untuk masing-masing kategori dianalisis dalam

skala (0-100) dilakukan dengan menggunakan persamaan dibawah ini:

Q
P= × 100 % ……………………………………………….. (2)
R
Keterangan:

P= Nilai Praktikalitas

Q = Skor yang diperoleh

R = Skor maksimum

47
Kategori praktikalitas bahan ajar fisika berdasarkan nilai akhir yang
didapatkan dapat dilihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Kategori Praktikalitas Bahan Ajar Fisika

No Interval (%) Kategori


1 0 – 20 Sangat tidak praktis
2 21 – 40 Tidak praktis
3 41 – 60 Kurang praktis
4 61 – 80 Praktis
5 81 – 100 Sangat praktis
c. Analisis Aktivitas peserta didik

Data hasil pengisisan lembaran aktivitas siswa dianalisis dengan perhitungan

presentase:

B
A= x 100 % ……………………………………………………. (3)
C

Keterangan:

A = Nilai Aktivitas

B = Skor yang diperoleh

C = Skor maksimum.

Kategori aktivitas peserta didik sesuai kriteria seperti Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Kategori Aktivitas peserta didik

No Interval Kategori
1 0 – 20 % Tidak Aktif
2 21 – 40 % Kurang Aktif
3 41 – 60 % Cukup Aktif
4 61 – 80 % Aktif
5 81 – 100 % Sangat Aktif

d. Analisis Hasil Pembelajaran peserta didik

48
1) Hasil Belajar Kompetensi Pengetahuan

Untuk melihat hasil belajar dari kompetensi pengetahuan yaitu berdasarkan

nilai yang diperoleh. Peserta didik dikategorikan tuntas apabila telah mencapai nilai ≥

KKM. Untuk menganalisis data kompetensi peserta didik dilakukan analisis

deskriptif. Untuk menganalisis data hasil belajar peserta didik digunakan analisis

deskriptif. Persentase ketuntasan kompetensi peserta didik menurut Arikunto (2006)

baik secara individu maupun klasikal untuk ranah pengetahuan menggunakan

persamaan:

SB
KI = x 100 % ……………………………………… … (4)
SM

JT
KK = x 100 % ………………………………………… (5)
JS

Dimana, KI adalah ketuntasan individu, SB adalah skor benar yang diperoleh, dan

SM adalah skor maksimum, KK adalah ketuntasan klasikal, JT adalah jumlah siswa

yang tuntas, dan JS adalah jumlah seluruh siswa.

Sedangkan kriteria Ketuntasan peserta didik menggunakan klasifikasi seperti

Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Kategori Penilaian Kompetensi Pengetahuan

No Pengetahuan
Nilai Konversi
Predikat
1 A 96– 100 4.00
2 A– 91-95 3.66
3 B+ 85-90 3.33
4 B 80-84 3.00

49
5 B– 75-79 2.66
6 C+ 70-74 2.33
7 C 65-69 2.00
8 C- 60-64 1.66
+
9 D 55-59 1.33
10 D ≤ 54 1.00
(Permendikbud No 81A : 24)

Peserta didik dikategorikan sudah kompeten jika memperoleh predikat B - ke

atas dan peserta didik dikategorikan belum kompeten jika memperoleh predikat C +

ke bawah.

2) Hasil Kompetensi Sikap

Analisis data hasil belajar siswa pada kompetensi sikap dianalisis

menggunakan persamaan:

skor yang diperoleh


Nilai Sikap ( NS )= x 100 % …….. (6)
skor maksimum

Penilaian aspek sikap dikategorikan tuntas apabila telah mencapai nilai MB

atau MK, sesuai dengan kriteria penilaian sesuai dengan Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Kategori Kompetensi Penilaian Sikap

No Interval Kategori
1 0 – 25 BT (Belum terlihat)
2 26 – 50 MT (Mulai Terlihat)
3 51 – 75 MB (Mulai Berkembang)
4 76 – 100 MK (Membudaya)
3). Hasil Belajar Keterampilan

Untuk melihat kompetensi peserta didik dari aspek keterampilan berdasarkan

nilai yang diperoleh, peserta didik dikategorikan tuntas jika mampu memperoleh nilai

≥ KKM dan peserta didik dikategorikan tidak tuntas apabila memperoleh nilai <

50
KKM. Untuk MAS AL-Ikhlas Tarutung Dua ditetapkan KKM mata pelajaran fisika

yaitu 75.

Tabel 3.8 Kategori Kompetensi Keterampilan

No Nilai Konversi Interval Predika


Nilai
t

1 ≤54 1,00 0,00< Nilai ≤ 1,00 D


Kurang
2 55 – 59 1,33 1,00< Nilai ≤ 1,33 D+

3 60 – 64 1,66 1,33< Nilai ≤1,66 C-

4 65 -69 2,00 1,66< Nilai ≤ 2,00 C Cukup

5 70 -74 2,33 2,00< Nilai ≤ 2,33 C+

6 75 – 79 2,66 2,33< Nilai ≤ 2,66 B-

7 80 – 84 3,00 2,66< Nilai ≤ 3,00 B Baik

8 85 – 90 3,33 3,00< Nilai ≤ 3,33 B+

9 91 – 95 3,66 3,33< Nilai ≤ 3,66 A-


Sangat Baik
10 96 – 100 4,00 3,66< Nilai ≤ 4,00 A

(Permendikbud No 81A : 25)

Peserta didik dikategorikan sudah kompeten jika memperoleh predikat B - ke

atas dan siswa dikategorikan belum kompeten jika memperoleh predikat C+ ke

bawah.

51
52

Anda mungkin juga menyukai