Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan

manusia, dan dalam kehidupan masyarakat. Pendidikan memiliki cakupan yang

sangat luas yaitu selain mengasuh, mendidik atau memelihara anak, pendidikan

juga mencakup terhadap pengembangan keterampilan, pengembangan wawasan,

dan pengembangan pelatihan-pelatihan yang di barengi dengan sebuah

pengalaman.

Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan masalah

yang selalu mendapat perhatian yang mutlak bagi pelaksanaan pembangunan

masyarakat suatu negara. Pembangunan bangsa Indonesia yang berorientasi pada

pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya, menjadikan pembangunan bidang

pendidikan menempati posisi yang sangat penting.

Dalam hal ini pendidikan tidak hanya dapat dilakukan di lingkungan

sekolah yang sekaligus merupakan lembaga pendidikan formal, tetapi pendidikan

juga dapat dilakukan di lingkungan keluarga. Pendidikan dalam keluarga

merupakan basis pendidikan yang pertama dan utama. Dimana orang tua atau ibu

dan ayah memegang peranan yang sangat penting dan paling berpengaruh atas

1
pendidikan anak-anaknya. Sejak seorang anak lahir, ibunyalah yang selalu ada

disampingnya. Oleh karena itu anak kadang meniru sifat dan tabiat ibunya,

seorang anak lebih cinta kepada ibunya, apabila ibu itu menjalankan tugasnya

dengan baik. Ibu merupakan orang yang mula-mula dikenal anak, yang mula-mula

menjadi temanya dan mula-mula dipercayainya. Apapun yang dilakukan ibu dapat

dimaafkanya, kecuali apabila ia ditinggalkan. Dengan memahami segala sesuatu

yang terkandung didalam hati anaknya, juga jika anak telah mulai agak besar,

disertai kasih sayang, dapatkah ibu mengambilo hati anaknya untuk selama-

lamanya.

Pengaruh ayah terhadap anaknya besar pula. Dimata anaknya ia adalah

seorang yang tertinggi gengsinya dan terpandai diantara orang-orang yang

dikenalnya. Cara ayah itu melakukan pekerjaannya sehari-hari berpengaruh pada

cara pekerjaan anaknya. Ayah merupakan penolong utama, lebih-lebih bagi anak

yang agak besar, baik bagi laki-laki maupun perempuan, bila ia mau mendekati

dan dapat memahami hati anaknya.

Pada dasarnya kenyataan-kenyataan yang telah dikemukakan itu berlaku

dalam kehidupan keluarga atau rumah tangga dengan yang bagaimanapun juga

keadaannya. Hal itu menunjukan ciri-ciri dari watak rasa tanggung jawab orang

tua atas kehidupan anak-anak mereka untuk masa kini dan masa yang akan datang.

2
Situasi keluarga yang harmonis dan bahagia akan melahirkan anak atau

generasi-generasi penerus yang baik dan bertanggung jawab, karena itu orang tua

memiliki ikatan batin yang sangat kuat bagi anak, sehingga peran orang tua sangat

menentukan motivasi belajar anak dalam mencapai suatu hasil belajar yang

optimal. Keharmonisan dan kebahagiaan akan memberikan dorongan kepada anak

untuk memenuhi harapan dari orang tua yaitu belajar yang baik.

Tanggung jawab orang tua terhadap anaknya bukan hanya sekedar

kebutuhan yang berupa materi akan tetapi pemenuhan kebutuhan perhatian,

kepedulian, kasih sayang sangat penting dalam kebutuhan seorang anak demi

menunjang keberhasilan kegiatan belajar sebagaimana firman Allah dalam Al-

Qur,an Surat At-Tahrim ayat 6 dituliskan:

      


       
       

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa
yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”.
Dari ayat diatas telah dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan

manusia untuk menjaga diri dan keluarganya dari hal-hal buruk yang akan

merugikan mereka sendiri. Perintah ini dapat dilakukan salah satunya dengan cara

orang tua perduli terhadap pendidikan anak. Dengan memberikan kepedulian

3
terhadap anak, maka para orang tua setidaknya memberikan bekal hidup bagi

anak-anak mereka, dengan bekal yang baik seorang anak diharapkan memiliki

motivasi belajar yang tinggi terhadap Pembelajaran Agama Islam.

Efektifitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) mengandung

banyak faktor diantaranya yaitu sifat kepedulian orang tua, selain itu juga kesiapan

diri siswa. Dalam hal ini berarti siswa tidak lepas dari kepedulian dan bimbingan

orang tua. Di dalam lslam orang yang paling bertanggung jawab terhadap

pendidikan anak adalah orang tua yaitu bapak dan ibu.

Motivasi belajar bagi siswa merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan

dalam mencapai tujuan pembelajaran. Karena dengan adanya motivasi akan

menumbuhkan semangat belajar dan rasa senang terhadap apa yang dipelajari.

Sebaliknya tanpa adanya suatu perhatian dalam belajar merupakan masalah yang

penting untuk dibangkitkan oleh pendidik dan orang tua.

Kita sering melihat orang tua yang sibuk dengan pekerjaannya atau

mempunyai masalah di dalam rumah tangganya, akibatnya kepedulian orang tua

terhadap motivasi belajar siswa menjadi kurang di perhatikan, anak menjadi

terlantar tidak ada tempat untuk berkomunikasi. Hal ini menyebabkan anak tidak

bergairah dalam belajar di kelas bahkan lebih parahnya lagi menjadikan sekolah

sebagai ajang permainan.

4
Kita sering menjumpai siswa yang malas belajar, membuat masalah di

dalam kelas, bahkan jarang masuk sekolah ini bisa disebabkan oleh kurangnya

kepedulian keluarga terhadap motivasi belajar siswa.

Untuk mengetahui sejauh mana kepedulian orang tua terhadap motivasi

belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) siswa. Maka dari permasalahan di atas

penulis merasa tertarik untuk mengangkat judul: “PENGARUH KEPEDULIAN

ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK

PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA AL-

HIDAYAH KECAMATAN IBUN KABUPATEN BANDUNG”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka dapat di

rumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kepedulian orang tua siswa di MA Al-Hidayah Kecamatan

Ibun Kabupaten Bandung ?

2. Bagaimana tingkat motivasi belajar Pendidikan Agama Islam di MA AL-

Hidayah Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung ?

3. Bagaimana pengaruh kepedulian orang tua terhadap motivasi belajar

Pendidikan Agama Islam di MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun ?

5
C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian, maka tujuan

penelitian yang ingin di capai adalah:

1. Untuk mengetahui tingkat kepedulian orang tua siswa di MA Al-Hidayah

Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung.

2. Untuk mengetahui tingkat motivasi belajar Pendidikan Agama Islam di MA

AL-Hidayah Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung.

3. Untuk mengetahui pengaruh kepedulian orang terhadap motivasi belajar

Pendidikan Agama Islam di MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun Kabupaten

Bandung.

D. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bisa memberikan informasi yang jelas

tentang ada tidaknya pengaruh kepedulian orang tua terhadap motivasi belajar

siswa pada Pendidikan Agama Islam (PAI). Dari informasi tersebut diharapkan

dapat memberikan manfaat secara teoritik maupun secara praktis, yaitu:

1. Teoritis

Secara teoritis penelitian ini di harapkan dapat memberi wawasan

keilmuan, khususnya bagi penulis dan umumnya kepada pembaca mengenai

pengaruh kepedulian orang tua terhadap motivasi belajar siswa.

6
2. Praktis

Diharapkan dapat memperoleh pemahaman arti pentingnya kepedulian

orang tua terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI). Sehingga

dari pemahaman tersebut orang tua dapat senantiasa memberikan bimbingan

dan pengarahan kepada anak dalam memberikan pendidikan agama Islam.

E. Kerangka Pemikiran

Sebagaimana landasan dalam penelitian ini di perlukan suatu kajian yang

bersifat teoritis dan ada relefansinya dengan permasalahan yang diteliti, sehingga

dapat terlihat dengan jelas hubungan antara realitas lapangan dengan kerangka

teori yang penulis gunakan. Penulis memfokuskan pengaruh kepedulian orang tua

terhadap motivasi belajar pendidikan agama Islam, yaitu:

1. Kepedulian Orang Tua

Kepedulian dalam kamus bahasa Indonesia ( Depdikbud, 1991 ) diartikan

sebagai “Prihal pemusatan perhatian, fokus, sikap mengindahkan”.

Kepedulian adalah segala usaha berupa bimbingan, exsion dan pengaruh yang

diberikan seseorang terhadap orang lain (Slameto, 1991:107)

Orang tua adalah antara ayah ibu dan seorang anak, baik melalui hubungan

biologis maupun sosial. (Daradjat, 1970:55).

Orang tua adalah Pembina pribadi yang pertama dalam hidup anak (Daradjat,

1970:56).

7
Dari definisi di atas maka penulis dapat menyimpulkan bahwa kepedulian

orang tua adalah segala usaha berupa bimbingan, pengarahan dan pengaruh

yang diberikan orang tua terhadap anak agar proses belajarnya baik di sekolah

ataupun di masyarakat dapat berlangsung dengan baik yang akhirnya mencapai

tujuan pendidikan agama Islam.

2. Motivasi Belajar

Motivasi berasal dari kata motif yang berarti sebagai daya upaya yang

mendorong dari segi intern maupun ekstern subjek untuk melaksanakan

aktifitas-aktifitas tertentu demi mencapai tujuan, bahkan motif dapat di artikan

sebagai suatu kondisi intern. Berawal dari kata motif itu maka motivasi dapat di

artikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Ahmadi, 1999:14).

Menurut penulis motivasi adalah suatu dorongan atau keinginan yang

timbul dalam diri seseorang untuk mencapai sebuah tujuan tertentu.

Belajar adalah proses orang yang mencoba untuk mendapatkan perubahan

prilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu

sendiri dalam ineraksi degan lingkungan.

Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu

amat bergantung pada proses belajar serta ketekunan belajar yang dilakukan

siswa, baik ketika berada di sekolah maupun di lingkungan rumah. Nana

Sudjana mengatakan (1987:28) “Belajar adalah proses yang aktif, belajar adalah

mereaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu, belajar adalah

8
proses yang diarahkan kepada tujuan, proses berbuat melalui berbagai

pengalaman”.

Dari beberapa pengertian belajar yang telah dikemukakan oleh para ahli di

atas, dapat disimpulkan oleh penulis bahwa motivasi belajar adalah dorongan

atau keinginan yang timbul dalam diri seseorang yang ingin mencoba dan

mengetahui segala sesuatu sehingga menambah wawasan, pengalaman dan

kreatifitasnya.

3. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan merupakan suatu usaha yang dengan sengaja di pilih untuk

mempengaruhi dan membantu anak yang bertujuan untuk meningkatkan ilmu

pengetahuan, jasmani, dan akhlak sehingga secara perlahan bisa mengantarkan

anak kepada tujuan tujuan dan cita-citanya yang paling tinggi.

Agama islam merupakan satu-satunya agama yang diturunkan dan

disyariatkan Allah SWT serta satu-satunya agama yang di akui dan di terima

oleh Allah SWT. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam Al-Qur’an

surat Ali Imran ayat 19 yang berbunyi:

     

Artinya: “Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam”.

(Q.S. Ali Imran: 19)

9
Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta

didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan agama Islam melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan (Marimba, 1992:73)

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa jika pengaruh

kepedulian orang tua dilaksanakan secara penuh tanggung jawab, maka

motivasi belajar anak dalam pendidikan agama Islam akan muncul secara baik.

Dari uraian di atas penulis menjelaskan dalam bentuk skema sebagai berikut:

Gambar.1 Skema Kerangka Berpikir

PENGARUH

VARIABEL X Variabel Y
Kepedulian Orang Tua
Motivasi Belajar PAI
1. Kepedulian orang tua 1. Anak rajin mengikuti

terhadap anak keagamaan di rumah

2. Memberikan bimbingan 2. Anak suka bertanya

dan arahan tentang mengenai pembelajaran

pendidikan agama Islam PAI

3. Menjaga dan merawat 3. Anak gemar mencatat dan

kesehatan anak membaca pelajaran PAI

4. Orang tua menyediakan 4. Tertib mengerjakan

fasilitas belajar Tugas PAI

5. Orang tua mengawasi 5. Anak selalu Fokus ketika

anak dalam ibadah guru atau orang tua


menerangkan

RESPONDEN

10
F. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau sub

masalah yang diajukan oleh peneliti, yang dijabarkan dari landasan teori atau

kajian teori dan masih harus diuji kebenaranya (Riduwan 2009:37). Adapun

jawaban sementara dari penelitian ini adalah:

Ho : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepedulian orang

tua terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di

sekolah.

Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara kepedulian orang tua

terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa di

sekolah.

G. Langkah-langkah Penelitian

Untuk menjawab permasalahan yang ada serta untuk membuktikan

hipotesa yang penulis ajukan, di perlukan data yang akurat sehingga menghasilkan

data yang signifikan sebagai jawaban yang sesungguhnya. Untuk memenuhi

harapan ini maka di perlukan adanya metodologi.

1. Menentukan Jenis data

Data yang dikumpulkan dalam memecahkan permasalahan penelitian

adalah data kuantitatif tentang pengaruh kepedulian orang tua terhadap motivasi

belajar Pendidikan Agama Islam (PAI).

11
Karena data yang penulis teliti hasil dari observasi, wawancara, angket,

maka jenis data yang terkumpul dapat di nyatakan jenis data kuantitatif yakni

berupa :

a) Data teoritik, diperoleh dari buku-buku dan sumber lainya yang relevan

dengan pembahasan judul skripsi sebagai bahan acuan.

b) Data empirik, diperoleh dari hasil penelitian langsung di MA Al-Hidayah

Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung, kepada Kepala Sekolah, Guru,

Karyawan, dan Pegawai Tata Usaha, dan sejumlah siswa.

2. Sumber Data

a. Penentuan Lokasi Penelitian

Lokasi yang diambil untuk penelitian ini adalah MA AL-Hidayah

Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung, alasanya untuk mengetahui

bagaimana “PENGARUH KEPEDULIAN ORANG TUA TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA PELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI MA AL-HIDAYAH KECAMATAN

IBUN KABUPATEN BANDUNG”.

b. Populasi dan Sample

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. (Suharsimi, 1998:115).

Adapun menurut Sugiono (2009:117) populasi adalah wilayah generalisasi

yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang di tetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

12
kesimpulanya. Sedangkan sampel adalah bagian bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009:118).

Suharsimi Arikunto (2009:117) mengatakan sampel adalah bagian dari

populasi atau (wakil populasi yang di teliti). Apabila subjeknya kurang dari

100, lebih baik di ambil semuanya, tetapi jika subjeknya lebih dari 100 maka

di ambil sekitar 10-15 % atau 20-25 % tergantung kemampuan peneliti.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa MA

AL-Hidayah Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung yang berjumlah 108

peserta didik. Maka dari itu dalam menentukan jumlah sampel, penulis

mengambil sampel 56% yakni sekitar 60 peserta didik yang di ambil secara

acak dari kelas X, XI di MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun Kabupaten

Bandung.

Tabel I

Tabel Populasi Siswa MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun

N Kelas Laki-laki Perempuan Jaumlah siswa

O
1 X 15 24 38
2 XI 14 25 39
3 XII 18 23 31
Jumlah 47 72 108

3. Menentukan Metode dan Teknik Pengumpulan Data

13
a. Menentukan Metode Penelitian

Metode penelitian yang penulis gunakan ialah metode deskriptif, yaitu

metode penelitian yang digunakan untuk meneliti hal-hal yang sedang terjadi

di lapangan. Metode deskriptif berusaha memberikan dengan sistematika dan

menurut fakta-fakta actual dan sifat populasi tertentu.

Nana Sudjana (2009:64) menyatakan bahwa: “Penyelidikan deskriptif

tertuju pada pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Metode

penyelidikan deskriptif lebih merupakan istilah penyelidikan yang

menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasi, penyelidikan dengan teknik

survey, dengan teknik interview, angket, observasi, test, dan analisa

kuantitatif”.

Adapun alasan penulis menggunakan metode deskriptif, karena dalam

penelitan ini bersifat kesiswaan yang mana hal ini menuntut harus terjun ke

lapangan dalam rangka memecahkan masalah yang sedang penulis hadapi

sekarang tentang pengaruh kepedulian orang tua terhadap motivasi belajar

Pendidikan Agama Islam (PAI) di MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun

Kabupaten Bandung. Yaitu mula-mula dengan mengumpulkan data

kemudian dianalisa untuk selanjutnya diadakan penafsiran seperlunya.

b. Teknik Pengumpulan Data

Dalam teknik pengumpulan data ini, penulis menggunakan cara

sebagai berikut:

1) Observasi

14
Sugiyono (2009:203) adalah teknik pengumpulan data yang

mempunyai ciri khas yang spesifik, maka tidak terbatas pada orang tetapi

juga obyek-obyek alam yang lain. Teknik pengumpulan data dengan

observasi digunakan bila, peneliti berkenan dengan prilaku manusia, proses

kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Teknik observasi di bagi menjadi 2 macam yaitu:

a) Teknik observasi langsung, yaitu peneliti mengadakan pengamatan secara

langsung (tanpa alat) terhadap gejala gejala subyek yang diselidiki baik

dilakukan dalam keadaan sebenar-benarnya maupun dalam keadaan

situasi buatan.

b) Teknik Observasi tak langsung, yaitu peneliti mengadakan pengamatan

dengan menggunakan sebuah alat, dan pelaksanaanya dapat berlangsung

dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi yang buatan.

2) Wawancara

Sugiyono, (2009:199) merupakan teknik pengumpulan data apabila

peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menentukan permasalahan

yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari

responden yang lebih mendalam. Sementara itu menurut Winarno

Surakhmad, (1998:162), wawancara adalah teknik dimana penyelidik

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan komunikasi langsung dengan

subyek penyelidikan, baik didalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi

buatan.

15
Dalam hal ini penulis mengadakan wawancara dengan kepada Kepala

Sekolah, Guru Pendidikan Agama Islam, siswa, serta orang tua siswa untuk

memperoleh data non fisik seperti kegiatan pembelajaran.

3) Angket

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengirimkan

suatu daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi. Model angket yang

digunakan adalah angket tertutup, yaitu peneliti telah membatasi jawaban

yang telah ditentukan sehingga responden hanya tinggal memilih salah satu

jawaban yang paling benar. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan

data yang berisi sejumlah pertanyaan untuk mengungkapkan pendapat,

aspirasi, dan sikap seseorang/kelompok.

4) Survey

Menurut Faenkel dan Wallen, 1990:117 Survey merupakan penelitian

yang mengumpulkan informasi dari satu sampel dengan menanyakan

melalui angket atau interview supaya nantinya menggambarkan berbagai

aspek dari populasi.

5) Dokumentasi

Menurut Winarno Surakhmad, 1998:132 Dokumenter adalah

penyelidikan yang mengaplikasikan metode pemecahan masalah serta untuk

melengkapi penelitian dengan data-data tertulis maka perlu digunakan

metode pengumpulan data dokumentasi yaitu pengumpulan data tertulis

yang berkaitan dengan subjek penelitian.

16
6) Studi Kepustakaan

Teknik ini digunakan untuk menemukan data-data teoritik tentang

permasalahan yang diteliti yang dikaji dari buku-buku yang berkenaan

dengan permasalahan tersebut.

Dalam hal ini penulis melakukan penelitian melalui buku-buku yang

relevan serta meneliti data-data documenter MA AL-Hidayah Kecamatan

Ibun Kabupaten Bandung.

4. Analisis Data

Menurut Wiradi (2009:115) analisis merupakan sebuah aktivitas yang

memuat kegiatan memilah, mengurai, membedakan sesuatu untuk di golongkan

dan di kelompokan menurut kriteria tertentu lalu dicari ditaksir makna dan

kaitanya. Oleh karena itu penulis menganalisa data yang diperoleh untuk

mencari ada tidaknya pengaruh kepedulian orang tua terhadap motivadi belajar

siswa dalam Pembelajaran Agama Islam.

Dalam menganalisis data yang diperoleh, penulis menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Analisis Parsial

Tahap analisis ini dimaksudkan untuk menguji dan menghitung variabel X

dan Y secara terpisah, langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Analisis parsial perindikator dengan criteria:

17
∑ fX
Untuk variabel X dengan rumus: M =
N

Jika diinterpretasikan ke dalam skala lima normal absolut untuk variabel

Y adalah sebagai berikut:

Skor 0,5 – 1,5 = sangat rendah

Skor 1,5 – 2,5 = rendah

Skor 2,5 – 3,5 = tinggi

Skor 4,5 −5,5 = sangat tinggi (Suharsimi Arikunto, 1999:245)

2) Uji normalitas tiap variabel dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menentukan (R) dengan rumus:

R = (Xt-Xr) + 1

b. Menentukan banyak kelas interval (K) dengan rumus:

K = 1 + 33 Log n (Sudjana,1996:47).

c. Menentukan panjang kelas interval (PK), dengan rumus:

Rentang
PK = (Sudjana,
Banyak Kelas

1996:47).

d. Membuat tabel distribusi Frequensi

3) Analisis tendensial sentral dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Mencari rata-rata (mean) dengan rumus:

∑ fi . xi
Me = (Sudjana, 1996:67).
∑ fi

18
b. Mencari median (Md) dengan rumus:

1
n−fkb
Md = b + p ( 2 ) (Sudjana,
fi

1996:79).

c. Mencari modus (Mo) dengan rumus:

b1
Mo = b + p ( ¿
b 1−b 2

(Sudjana,1996:79).

d. Menghitung standar deviasi (Sd) dengan rumus:

n ∑ fix i 2
SD = (Sudjana,
( n−1)

1996:95).

e. Membuat tabel dengan frekuensi observasi dan ekspetasi masing-

masing variabel, dengan menghitung Z skor.

Tabel Li dan Ei dengan ketentuan :

BK −x
Z skor =
SD

Li = Luas interval

Fi = Li Xn

Z tabel = angka Z hitung dalam tabel

f. Menentukan nilai ( X 2 ) dengan rumus:

x 2= ∑ ¿ ¿ (Sudjana, 1996:293).

19
g. Menentukan derajat kebebasan (dk) dengan rumus: dk = k – 3

h. Mencari hasil nilai chi kuadrat dan daftar ( x 2) dengan menggunakan

taraf signifikan 5% (Sudjana, 2005,273).

i. Menginterpretasikan hasil pengujian normalitas, dengan ketentuan:

- Jika x 2o hitung < x 2I tabel, maka data tersebut distribusi normal.

- Jika x o hitung > x 2i tabel, maka data tersebut berdistribusi tidak

normal.

4) Penafsiran tiap variabel

Klasifikasi tiap kategori variabel X dan Y dengan menafsirkan

tendensi sentral dan dibagi oleh jumlah item berdasarkan pada skala

penilaian sebagai berikut:

Skor 1 – 20 = buruk

Skor 21 – 40 = kurang

Skor 41 – 60 = cukup

Skor 61 − 80 = baik

Skor 81 − 100 = baik

Catatan: Jika data keduanya berdistribusi normal, maka dalam

penafsiran dlihat meanya saja, akan tetapi jika data tersebut berdistribusi

20
tidak normal, maka dilihat ketiga-tiganya, yaitu mean, median, dan

modus.

b. Analisis Korelasional

Analisis ini dimaksudkan untuk mengukur kadar keterkaitan antara

variabel X dan Y. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

1) Menentukan persamaan regresi linier dengan rumus:

Y = α +bx, dimana:

(∑ X i 2)( ∑ Xi)(∑ XiYi )


α=
n . ∑ Xi−(∑ Xi)

n ∑ XiYi−(∑ Xi)(∑Yi)
b= (Sudjana,
n ∑ Xi−( ∑ Xi)

1996,315).

2) Menghitung koefisiensi korelasi dengan ketentuan:

 Jika F tchitung> F tabel, = regresi linier

 Jika F tchitung< F tabel, = regresi tidak linier

3) Menghitung koefisien korelasi dengan ketentuan:\

Jika kedua variabel berdistribusi normal dan persamaan regresinya

linier, maka rumus korelasi yang digunakan adalah rumus korelasi

Product Moment, yaitu:

N ∑ xy – ( ∑ x ) (∑ y )
A= r xy = (Arkunto, 1998:259).
√[N ∑2¿ −( ∑ x ) ]¿ ¿ ¿

21
Jika salah satu atau kedua variabel tidak berdistribusi normal atau

persamaan regrasinya tidak linier, maka digunakan rumus rank difference

correolation, yang dikemukakan oleh spearman, yaitu:


2
rho xy = 1- 6 ∑b (Arikunto, 1998:262).
N ¿¿

4) Menguji Hipotesis

Untuk menguji hipotesis penulis menggunakan langkah-langkah

sebagai berikut:

a. Menghitung harga t hitung , dengan rumus:

r √n−2
t= (Sudjana, 1996:377).
√ 1−r 2
b. Menghitung derajat kebebasan (db) dengan rumus db = n− 2

c. Menghitung t tabel dengan taraf signifikan 5%

d. Pengujian hipotesis dengan ketentuan

Hipotesis di terima, jika t hitung> t tabel

Hipotesis ditolak, jika t hitung < t tabel

22
BAB II

KAJIAN TEORITIK PENGARUH KEPEDULIAN ORANG TUA TERHADAP

MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Kepedulian Orang Tua

1. Pengertian Kepedulian

Kepedulian memiliki makna yang beragam. Banyak literatur yang

menggolongkan-Nya berdasarkan orang yang peduli, orang yang dipedulikan

dan sebagainya. Oleh karena itu kepedulian menyangkut tugas, peran, dan

hubungan. Kata peduli juga berhubungan dengan pribadi, emosi dan kebutuhan.

(Tronto, 2007:85) mendefinisikan peduli sebagai pencapaian terhadap sesuatu

23
diluar dari dirinya sendiri. Peduli juga sering dihubungkan dengan kehangatan,

postif, penuh makna, dan hubungan.

Menurut Lenginer, (1981:119) Kepedulian adalah perasaan yang

ditujukan kepada orang lain, dan itulah yang memotivasi dan memberikan

kekuatan untuk bertindak atau beraksi, dan mempengaruhi kehidupan secara

konstruktif dan positif, dengan meningkatkan kedekatan dan self actualization

satu sama lain

Menurut Djamarah (2002:48), “Mendidik berarti membimbing dan

mengarahkan serta memperhatikan anak kepada kedewasaannya, dewasa secara

etis, psikologi dan sosial”. Dengan demikian, sebenarnya anak bisa

mengembangkan kemampuan mereka karena adanya tindakan kepedulian yang

diberikan oleh orang tua.

Menurut Bender (2003:116) kepedulian adalah menjadikan diri kita

terkait dengan orang lain dan apapun yang terjadi terhadap orang tersebut.

Orang yang mengutamakan kebutuhan dan perasaan orang lain dari pada

kepentingannya sendiri adalah orang yang peduli. Orang yang peduli tidak akan

menyakiti perasaan orang lain. Mereka selalu berusaha untuk menghargai,

berbuat baik, dan membuat yang lain senang. Banyak nilai yang merupakan

bagian dari kepedulian, seperti kebaikan, dermawan, perhatian, membantu, dan

rasa kasihan. Kepedulian juga bukan merupakan hal yang dilakukan karena

mengharapkan sesuatu sebagai imbalan.

24
Sedangkan menurut Walgito menjelaskan bahwa “Kepedulian merupakan

pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan pada

sesuatu atau sekumpulan obyek”. Orang yang menaruh minat pada suatu

aktivitas akan memberikan sifat keperdulian yang besar. Ia tidak segan

mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut. Oleh karena itu

seorang siswa yang perduli akan prestasinya terhadap suatu pelajaran, ia pasti

akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan cara

belajar (Dakir, 1993:116).

Kepedulian juga dapat didefenisikan sebagai sesuatu yang memiliki tiga

komponen, yaitu :

1. Pemahaman dan empati kepada perasaan dan pengalaman orang lain

2. Kesadaran kepada orang lain

3. Kemampuan untuk bertindak berdasarkan perasaan tersebut dengan

perhatian dan empati.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa kepedulian

merupakan cara memelihara hubungan dengan orang lain yang bemula dari

perasaan dan ditunjukkan dengan perbuatan seperti memperhatikan orang lain,

bebelas kasih, dan menolong.

a. Dimensi Kepedulian

Menurut Swanson (2000:87), ada lima dimensi penting dalam kepedulian

yaitu :

25
1) Mengetahui
Berusaha keras memahami kejadian-kejadian yang memiliki makna
dalam kehidupan orang lain. Pada aspek ini menghindari asumsi tentang
kejadian yang dialami orang lain sangat penting, berpusat pada kebutuhan
orang lain, melakukan penilaian yang mendalam, mencari isyarat verbal
dan non verbal, dan terlibat pada kedua isyarat tersebut.
2) Turut hadir
Hadir secara emosi dengan menyampaikan ketersedian, berbagi perasaan,
dan memantau apakah orang lain terganggu atau tidak dengan emosi yang
diberikan.
3) Melakukan
Melakukan sesuatu bagi orang lain, seperti melakukannya untuk diri
sendiri, apabila memungkinkan, seperti menghibur, melindungi, dan
mendahulukan, seperti melakukan tugas-tugas dengan penuh keahlian dan
kemampuansaat mem- pertahankan martabat.
4) Memungkinkan
Memfasilitasi perjalanan hidup dan kejadian yang tidak biasa yang
dimiliki oleh orang lain dengan memberikan informasi, memberikan
penjelasan, memberikan dukungan, fokus pada perhatian yang sesuai, dan
memberikan alternative.

5) Mempertahankan keyakinan
Mendukung keyakinan orang lain akan kemampuannya menjalani
kejadian atau masa transisi dalam hidupnya dan menghadapi masa yang
akan datang dengan penuh makna. Tujuan tersebut untuk memungkinkan
orang lain dapat memaknai dan memelihara sikap yang penuh harapan.

b. Tujuan Kepedulian

Menurut Leininger (1981) adapun maksud dari kepedulian dapat

ditunjukkan dengan melihat tujuan dari kepedulian tersebut. Tujuan pertama

dari kepedulian adalah untuk memudahkan pencapaian self actualization

satu sama lain. Mencapai potensial secara maksimal merupakan tujuan yang

paling penting dalam kehidupan. Beberapa diantara kita terus berusaha

mencapai prestasi yang ingin dicapai. Prestasi tidak hanya berarti kita dapat

memproduksi sebuah buku terbaik misalnya, menjadi Presiden dari sebuah

26
perusahaan, kepalastaf dan lain sebagainya. Prestasi berarti mengembangkan

kemampuan, kemampuan untuk mengetahui dan mengalami secara penuh

human being, kemampuan untuk bersabar, melakukan kebaikan, terharu,

kasih, dan kepercayaan, dan kemampuan untuk melatih kemampuan fisik

yang tersembunyi, wawasan, imajinasi dan kreatifitas. Pada intinya, prestasi

merupakan kemampuan untuk memenuhi ambisi, tujuan, dan impian,

sehingga mendapat kepuasaan terhadap hidup dan kemajuannya, dan

akhirnya menjadi manusia yang berpotensial penuh.

Tujuan berikutnya adalah memperbaiki perhatian seseorang, kondisi,

pengalaman, dan being, kemudian untuk melanjutkan hubungan dengan

kepedulian, dan mengekspresikan perasaan mengenai hubungan ( Leininger,

1981).

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepedulian

Kepedulian merupakan fenomena universal, dimana sebuah perasaan

yang secara alami menimbulkan pikiran tertentu dan mendorong perilaku

tertentu di seluruh budaya di dunia. Bisa jadi semua orang mengalami

perasaan yang mirip ketika peduli dengan orang lain. Bagaimanapun

kepedulian itu dipikirkan dan diwujudkan dalam bentuk perilaku, kepedulian

dipengaruhi oleh kondisi budaya dan variabel-variabel lainnya. Menutut

(Leininger, 1981:214) pengalaman dari perasaan peduli (ketika mencapai

level perasaan dan perilaku) melalui sebuah proses intrepretasi dari bahasa

27
dan tindakan yang merupakan simbol dan perwujudan dari perasaan yang

hanya bisa diekspresikan secara sosial, contohnya:

1) Budaya mempengaruhi bagaimana kepedulian tersebut diekspresikan dan


diwujudkan ke dalam tindakan. Budaya mengendalikan bagaimana aksi
atau tindakan tersebut diwujudkan. Penerimaan sosial dan harapan sosial
juga mempengaruhi bagaimana kepedulian diberikan di tempat tertentu.
2) Nilai yang dianut oleh individu berpengaruh terhadap proses
pengambilan keputusan bagi seseorang, seperti bagaimana menentukan
prioritas, mengatur keuangan, waktu dan tenaga. Motivasi, maksud dan
tujuan juga bergantung pada nilai yang dianut.
3) Faktor selanjutnya merupakan harga. Harga apa yang kita dapatkan
ketika kita bersedia untuk memberikan waktu, tenaga, bahkan uang,
harus sesuai dengan nilai dari hubungan kita dengan orang lain.
Kepedulian yang sungguh-sungguh tidak akan membuat waktu, uang,
dan tenaga yang bersedia kita berikan menjadi sia-sia atau tidak
bijaksana. Untuk mencapai suatu tujuan yang sangat penting (misalnya
demi keselamatan nyawa), orang yang peduli mungkin akan melukai
dirinya sendiri. Tetapi jika mengarah kepada hal yang membahayakan
tentu saja bukan termasuk wujud dari kepedulian.
4) Faktor berikutnya adalah ke eksklusifan. Pada sebuah hubungan, hal ini
bisa saja dialami. Jika hal ini terus terjadi, maka faktor ini akan
memberikan pengaruh yang negatif dan oleh karena itu bukan lagi
merupakan wujud dari kepedulian. Hubungan lain terlihat sebagai
kebutuhan untuk kondisi manusia seperti untuk bertumbuh, stimulasi,
memperdulikan, tetapi bagi hubungan yang eksklusif, hal ini tidak akan
diberikan.
5) Level kematangan dari keprihatinan seseorang dalam sebuah hubungan
kepedulian dapat berpengaruh terhadap kualitas dan tipe hubungan
kepedulian tersebut. Hubungan kepedulian membutuhkan kesatuan dari
kepedulian yang dilengkapi dengan keintegritasan dari kepribadian
seseorang.

2. Pengertian Orang Tua

Mengenai pengertian orang tua dalam kamus besar bahasa Indonesia

disebutkan “Orang tua artinya ayah dan ibu” (Poewardamita, 1987: 688).

Sedangkan dalam penggunaan bahasa Arab Al-walid pengertian tersebut dapat

dilihat dalam QS. Lukman ayat 14:

28
       
       
 
Artinya: “Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang
bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah
kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah
kembalimu”.

Menurut (Nasution 1986: 1) “Orang tua adalah setiap yang bertanggung

jawab dalam suatu keluarga atau tugas rumah tangga yang dalam kehidupan

sehari-hari di sebut sebagai bapak dan ibu”.

Seorang bapak atau ayah dan ibu dari anak-anak mereka tentunya

memiliki kewajiban yang penuh terhadap keberlangsungan hidup bagi anak-

anaknya, karena anak memiliki hak untuk diurus dan dibina oleh orang tuanya

hingga beranjak dewasa.

Orang tua akan bersikap sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan

dalam Al-Quran surat At-Tahrim ayat 6:

      


       
       
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu
dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap
apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan”.

Dari ayat di atas menyatakan bahwa tugas orang tua di haruskan perduli

terhadap pendidikan anak. Orang tua memiliki kewajiban untuk mendidik,

29
menjaga, memberikan kasih sayang kepada si anak, agar kelak anak tersebut

terhindar dari perbuatan dosa.

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka dapat di disimpulkan

bahwa kepedulian orang tua adalah suatu tindakan beserta pemusatan energy

fsikis yang di lakukan oleh orang tua terhadap anaknya, dengan tujuan untuk

menjaga, mendidik, dan memberikan kasih sayang yang utuh.

Menurut Endang Purwaningsih, orang tua adalah orang yang paling

berperan penting dalam pendidikan anak terutama dalam penyadaran,

penanaman, dan pengembangan nilai moral sosial dan budaya. Adapun proses

pendidikan nilai menurut Djahiri, mencakup:

Pertama, identification process yakni memahami, merespon, dan memilih


nilai-nilai yang hendak diberikan kepada anak. Keluarga dalam hal ini orang tua
mempunyai peranan untuk membimbing dan mempengaruhi perasaan anak agar
memahami nilai-nilai sampai anak mampu merespon atau menanggapi nilai-
nilai tersebut. Sehingga pada akhirnya anak akan mampu mengevaluasi atau
merenungi kemudian memilih nilai-nilai tersebut.
Kedua, internalization process yaitu proses dimana nilai-nilai itu diserap
dan dibatinkan di dalam diri anak sehingga menjadi sistem nilai. Pada tahap ini
orang tua berperan membimbing anak untuk mengalami proses pembatinan
nilai-nilai sehingga nilai-nilai itu akan menjadi tatanan anak dalam dirinya.
Ketiga, proses pemodelan adalah anak yang sudah mampu membatinkan
nilai-nilai tertentu dalam dirinya, pada tahap berikutnya akan melakukan proses
pemodelan yakni proses pelakonan nilai-nilai.
Keempat, direct reproduction artinya dari proses pelakonan tersebut
diatas akan lahir proses pembakuan yang selanjutnya akan mampu melahirkan
tertanamnya nilai moral atau isi peran perilaku kedalam diri anak.

Dari uraian di atas kepedulian orang tua dalam memberikan pendidikan

terhadap anak pada hakikatnya merupakan fungsi dari institusi keluarga itu

sendiri yang harus terlaksana secara menyeluruh. Sehingga anggota keluarga

30
memiliki pengalaman yang banyak yang diperoleh dari proses pendidikan yang

di berikan orang tua terhadap anaknya. Pendidikan keluarga mencakup berbagai

ruang lingkup dan nilai yang tercipta secara alami dalam kehidupan sehari-hari.

Adapun hal-hal yang perlu dilakukan oleh orang tua yaitu:

a. Menanamkan pemahaman agama yang baik khususnya yang terkait dengan

motivasi.

b. Mengungkap harapan-harapan yang realistis terhadap anak.

c. Mengontrol perkembangan belajar anak. Orang tua perlu menyediakan

waktu untuk mengontrol kegiatan anak.

d. Melatih anak untuk memecahkan masalahnya sendiri, orang tua melakukan

pembimbingan seperlunya.

e. Tanyakanlah keinginan dan cita-cita mereka. Berikan dukungan terhadap

keingginan dan cita-cita mereka. Arahkan mereka untuk meraih cita-cita itu

dengan benar.

f. Menggunakan hasil evaluasi yang diberikan oleh guru untuk menumbuhkan

motivasi belajar selanjutnya.

Orang tua yang mampu mendidik anak-anaknya dengan baik, akan

menghasilkan individu yang baik ketika dewasa, oleh karena itu orang tua

memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pendidikan anak. Namun

terkadang orang tua terlalu berlebihan dalam memberikan perhatian, atau

kepedulian kepada anak sehingga menyebabkan anak menjadi manja, minder,

31
atau bahkan frustasi. Oleh karena itu dalam memberikan kepedulian terhadap

pendidikan anak orang tua harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1) Jadilah konsisten

Anak selalu ingin tahu hal-hal baru yang masih asing baginya dan akan

menanyakan banyak hal kepada orang tua. Oleh karena itu sikap orang tua

harus konsisten terhadap jawaban, jangan sekali-sekali menjadi orang tua

yang plin-plan ketika menjawab pertanyaan anak.

2) Tetapkan batas

Batas di sini dapat berupa peraturan maupun proteksi fisik terhadap anak.

Menurut Jim Cunningham, seorang penulis, penelitian “Pengaruh Pagar

Pembatas Tanaman Bermain di Sekolah terhadap Anak”. Ketika padar

dihilangkan, anak-anak cenderung cemas dan merasa tidak aman dalam

bermain. Ketika keesokan harinya pagar tersebut kembali di pasang, anak

merasa aman kembali dan bermain dengan bebas di taman. Dari penelitian

tersebut dapat di tarik kesimpulan bahwa dalam segala sesuatu tentu kita

membutuhkan batasanya, sama seperti proteksi fisik tersebut, dalam hati

anak juga merasa tidak ingin hidup di dunia tanpa batas. Anak-anak ingin

orang tuanya menetapkan batasan untuk melindungi, memelihara, dan

membimbing dirinya hingga menjadi dewasa.

3) Jangan memaksa anak seperti diri anda

Seringkali orang tua menganggap bahwa anak-anaknya merupakan visi

kecil dari dirinya. Orang tua cenderung memperlakukan anaknya sesuai

32
dengan apa yang diinginkanya ketika masih kanak-kanak. Padahal padahal

kondisi anak jaman sekarang tentu berbeda dengan situasi orang tua jaman

dulu, karena perbedaan generasi dan lingkungan juga mempengaruhi sifat

anak.

4) Mendorong perilaku positif pada anak

Orang tua hendaknya mencari tau hal-hal baik dan yang tidak pada anak

kemudian orang tua perlu mendorong perilaku positifnya dengan cara

memberikan pujian dan sebagainya.

5) Memberikan sedikit hukuman terhadap kesalahan anak

Jika anak melakukan kesalahan sekali dua kali, anda hanya perlu

menasehatinya saja dan memberitahu hal yang benar. Tetapi jika kesalahan

anak tersebut terus di ulangi, anda dapat memberikan sedikit hukuman yang

sifatnya positif seperti mengurangi jam bermainya di luar.

6) Menghargai pendapat atau pilihan anak

Orang tua sudah tahu bahwa anak memiliki pandangan yang keliru

tentang sesuatu hal. Namun orang tua tidak bisa mengubah pandangan yang

salah itu dengan marah besar terhadap anak. Jika orang tua ingin anak

mendengarkan apa yang orang tua katakana, maka dengarkanlah anak

terlebih dahulu.

33
3. Peran Orang Tua dalam Keluarga Terhadap Anak

Keluarga sebagai tempat pendidikan pertama dalam proses perkembangan

setiap anak. Anak-anak memiliki kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi orang tua. Menurut Megawangi, ”Ada tiga kebutuhan dasar anak yang

harus dipenuhi untuk terciptanya kepribadian yang baik, yaitu maternal

bonding (kedekatan psikologis ibu dengan anak), rasa aman, dan stimulasi fisik

dan mental”.

Maternal bonding adalah dasar yang sangat penting untuk membentuk

karakter anak berkaitan dengan pembentukkan kepercayaan dalam diri anak

kepada orang lain”.

Menurut Erickson, dasar kepercayaan yang ditumbuhkan melalui

hubungan ibu dan anak pada tahun-tahun pertama kehidupan seorang anak akan

menjadi bekal bagi kesuksesan anak dalam kehidupan sosialnya ketika ia

dewasa”. Dengan kata lain, ikatan emosional yang erat antara ibu dan anak di

usia awal dapat membentuk kepribadian yang baik pada anak.

Sigmund Freud dengan konsep Father Image (citra kebapaan)

menyatakan bahwa ”Perkembangan jiwa keagamaan anak dipengaruhi oleh

citra anak terhadap bapaknya”. Jika seorang bapak menunjukkan sikap dan

tingkah laku yang baik, maka anak cenderung mengindentifikasikan sikap dan

tingkah laku sang bapak pada dirinya. Demikian pula sebaliknya, jika bapak

menampilkan sikap buruk juga akan berpengaruh terhadap pembentukan

kepribadian anak.

34
Orang tua sebagai individu sekaligus anggota keluarga sangat berperan

dalam pembentukkan pribadi anak, karena orang tua adalah panutan dan cermin

yang pertama kali mereka lihat dan mereka tiru sebelum mereka berpaling

kepada lingkungan sekitarnya. Anak bagi orang tua adalah amanat Allah SWT,

dan tanggung jawabnya kepada Allah SWT untuk mendidiknya, mengisi

fitrahnya dengan karimah, iman dan amal saleh.

Pendidikan yang menjadi tanggung jawab orang tua, menurut Zakiah

Daradjat, sekurang-kurangnya dalam bentuk sebagai berikut:

a. Memelihara dan membesarkan anak. Ini adalah bentuk yang paling


sederhana dari tanggung jawab setiap orang tua dan merupakan dorongan
alami utnuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia.
b. Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang
untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin
yang dapat dicapainya.
c. Memberi pengajaran dalam arti luas sehingga anak memperoleh peluang
untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin
yang dapat dicapainya.
d. Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan pandangan
dan tujuan hidup muslim.

Keteladanan orang tua menjadi sangat penting dalam perkembangan jiwa

anak. Jika orang tua selalu memberikan contoh dalam pelaksanaan ibadah, baik

dalam bentuk perkataan, maupun perbuatan orang tua dalam kehidupan sehari-

hari, maka kelak anak akan memiliki akhlak mulia dan menjauhkan diri dari

perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama.

Sifat teladan bagaikan magnet yang dapat menarik anak mengikuti apa

yang mereka lihat sendiri. Tidak ada yang meragukan betapa efektifnya sikap

tauladan orang tua dalam mendidik anak.

35
Disinilah peran penting orang tua, mereka dituntut mampu mamainkan

peran edukatifnya dengan memberikan pendidikan terutama pendidikan

keagamaan yang benar sekaligus sebagai figur identifikasi bagi anak-anaknya.

Dalam lingkungan keluarga, anak pertama kali mendapatkan pendidikan

mengenai agama, baik melalui contoh, perbuatan, perlakuan, kata-kata dan

sebaginya. Segala yang anak lihat dan anak rasakan di dalam lingkungan

keluarganya terutama orang tuanya, akan menjadi contoh dan panutan bagi

anak.

Hal ini sesuai dengan pendapat Zakiah Daradjat yaitu ”Kepribadian orang

tua, sikap, dan cara hidup mereka merupakan unsur-unsur pendidikan yang

tidak langsung dengan sendirinya akan masuk ke dalam pribadi anak yang

sedang berkembang”.

Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan yang dapat dilakukan orang

tua dengan memberikan contoh misalnya membiasakan menjalankan ibadah

shalat, berdoa, membaca Al-Qur’an, dan menjauhi hal-hal yang munkar.

Demikian pula penanaman sifat jujur, menghargai waktu, disiplin, senang

membaca, cinta kerja, cinta ilmu pengetahuan, dan menghargai orang lain,

sehingga hal tersebut dapat membentuk persepsi positif terhadap pengenalan,

pengetahuan, pemahaman, dan keyakinan akan agama yang dianut sesuai

dengan tahap perkembangannya, dan menimbulkan kesadaran beragama dan

menumbuhkan nilai-nilai agama terhadap anak dalam penerapan perilaku

sehari-hari.

36
Selanjutnya bahwa setiap orang tua hendaknya menyadari bahwa dalam

pembinaan pribadi anak sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-

latihan yang cocok dan sesuai dengan perkembangan jiwanya. Karena

pembiasaan dan latihan itu akan membentuk sikap tertentu pada anak, yang

lambat laun sikap itu akan terlihat jelas dan kuat, sehingga masuk dan menjadi

bagian dari pribadinya.

Peranan orang tua terhadap pembinaan ibadah anak dapat dilakukan

dengan membiasakan dan melatih anak sejak dini untuk melaksanakan hal-hal

yang baik, terpuji dan meninggalkan perbuatan-perbuatan yang kurang baik

agar kelak anak terbiasa untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik.

Latihan yang menyangkut ibadah, seperti shalat, doa, dan membaca Al-

Quran, shalat berjamaah di rumah, di sekolah, di masjid, harus dibiasakan sejak

kecil, sehingga lama kelamaan tumbuh rasa senang melakukan ibadah tersebut.

Anak dibiasakan sedemikian rupa, sehingga dengan sendirinya anak akan

terdorong untuk melakukannya tanpa suruhan dari luar, tapi dorongan dari

dalam.

Pembiasaan dan latihan jika dilakukan dengan berulang-ulang maka akan

menjadi kebiasaan, kebiasaan itulah yang nantinya membuat anak cenderung

melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk dengan mudah.

Dari berbagai uraian tentang peran orang tua dalam keluarga diatas, maka

dapat disimpulkan bahwa peran orang tua dalam mendidik anak antara lain

37
dengan memberikan keteladanan atau contoh kepada anak dan memberikan

pendidikan dengan pembiasaan dan latihan.

B. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi

Kata motivasi adalah berasal dari Bahasa Inggris yakni “Motivation“.

Perkataan asalnya ialah “Motive” yang juga telah dipinjam oleh Bahasa

Melayu/Bahasa Malaysia kepada motif, yakni bermakna tujuan.

Pengertian motivasi menurut para ahli diantaranya sebagai berikut:

Motivasi adalah daya pendorong dari keinginan kita agar terwujud. Energi

pendorong dari dalam agar apapun yang kita inginkan dapat terwujud. Motivasi

erat sekali hubungannya dengan keinginan dan ambisi, bila salah satunya tidak

ada, motivasi pun tidak akan timbul.

a. Mc. Donald “Motivation is an energy change within the person

characterized by affective arousal and anticipatory goal reaction” (motivasi

adalah perubahan energi dari dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai

dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.

b. Menurut Wexley dan Yukl motivasi adalah pemberian atau penimbulan

motif, dapat pula diartikan hal atau keadaan menjadi motif.

38
c. Soemanto secara umum mendefinisikan motivasi sebagai suatu perubahan

tenaga yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi pencapaian

tujuan. Karena kelakuan manusia itu selalu bertujuan, kita dapat

menyimpulkan bahwa perubahan tenaga.

d. Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong

kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas (Davies dan

Ivor K, 1986:214).

e. Morgan mengemukakan bahwa motivasi bertalian dengan tiga hal yang

sekaligus merupakan aspek-aspek dari motivasi. Ketiga hal tersebut adalah:

keadaan yang mendorong tingkah laku (motivating states), tingkah laku yang

di dorong oleh keadaan tersebut (motivated behavior), dan tujuan dari pada

tingkah laku tersebut (goals or ends of such behavior).

f. Mitchell motivasi mewakili proses-proses psikologikal, yang menyebabkan

timbulnya, diarahkanya, dan terjadinya persistensi kegiatan-kegiatan

sukarela (volunter) yang diarahkan ke tujuan tertentu.

g. Motivasi adalah kekuatan tersembunyi di dalam diri kita yang mendorong

kita untuk berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khas (Davies dan

Ivor K, 1986:214).

h. Yamin Matinis yang dikutip oleh Iskandar dalam bukunya Psikologi

Pendidikan mengatakan bahwa “Motivasi berhubungan dengan arah

perilaku, usaha, dan ketahanan perilaku”.

Menurut Hamalik (2000:175), fungsi motivasi ialah:

39
1) Sebagai suatu perubahan, artinya tanpa motivasi tidak akan timbul
perbuatan seperti belajar.
2) Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian
tujuan yang diinginkan.
3) Sebagai penggerak, ia berfungsi sebagai mesin bagi mobil. Besar kecilnya
motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan.
Dari pendapat ini, terkandung makna bahwa motivasi berfungsi untuk

mendorong timbulnya kelakuan dan mempengaruhi serta mengubah kelakuan,

sebagai pengarah dan sebagai penggerak. Begitu juga dalam kegiatan atau

proses belajar mengajar baik di sekolah maupun di lingkungan keluarga,

motivasi sangat penting. Karena bisa jadi anak yang intelegensinya tinggi bisa

gagal dalam belajar jika anak tersebut tidak mempunyai motivasi baik yang

timbul dari dalam diri mereka sendiri maupun dari orang tua.

Menurut Pupuh Fathurrahman, menyatakan bahwa ”Motivasi belajar

terbagi menjad dua, yaitu:

1) Motivasi instrinsik yaitu jenis motivasi yang timbul dari dalam diri individu
sendiri tanpa ada paksaaan atau dorongan yang lain tapi atas dasar kemauan
sendiri.
2) Motivasi ekstrinsik yaitu jenis motivasi yang timbul sebagai akibat pengaruh
dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari
orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu
atau belajar. Pengaruh tersebut bisa timbul dari ajakan teman, guru, orang
tua, maupun masyarakat.

Dalam kegiatan belajar mengajar, motivasi dapat dikatakan sebagai

keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa untuk belajar. Oleh karena itu

seorang guru harus memahami pengertian, hakekat, dan sumber-sumber serta

berbagai tehnik untuk memberikan motivasi kepada siswanya. Kompetensi guru

40
dalam membangkitkan motivasi sangat dibutuhkan untuk mendorong siswa

menyenangi belajar dan akhirnya mencapai keberhasilan yang maksimal.

2. Jenis dan Bentuk Motivasi Belajar

Dilihat dari berbagai sudut pandang bahwa jenis dan macam-macam

motivasi belajar adalah sebagai berikut:

a. Memberi angka dalam hal ini sebagai simbol dari nilai kegiatan belajarnya.

Angka-angka yang baik itu bagi para siswa merupakan motivasi yang sangat

kuat.

b. Hadiah

Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi. Berikan hadiah untuk siswa

yang berprestasi. Hal ini akan memacu semangat mereka untuk bisa belajar

lebih giat lagi. Di samping itu, siswa yang belum berprestasi akan

termotivasi untuk bisa mengejar siswa yang berprestasi.

c. Kompetisi (persaingan)

Saingan atau kompetisi dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk

mendorong belajar siswa. Persaingan, baik persaingan individual maupun

persaingan kelompok dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Persaingan

disini bisa berupa:

1) Memberi Ulangan

41
Para siswa akan menjadi giat belajar kalau mengetahui akan ada ulangan.

Oleh karena itu memberi ulangan juga merupakan sarana motivasi.

2) Ego-involvement

Menumbuhkan kesadaran kepada siswa agar merasakan pentingnya tugas

dan menerimanya sebagai tantangan sehingga bekerja keras dengan

mempertaruhkan harga diri adalah sebagai salah satu bentuk motivasi

yang cukup penting.

3) Mengetahui hasil

Dengan mengetahui hasil pekerjaan yang menimbulkan sebuah kemajuan,

akan mendorong siswa untuk lebih giat belajar. Semakin mengetahui

bahwa grafik hasil belajar meningkat, maka ada motivasi pada diri siswa

untuk terus belajar, dengan suatu harapan hasilnya terus meningkat.

4) Pujian

Memberikan pujian kepada siswa menimbulkan rasa puas dan senang,

sehingga membuat siswa tersebut merasa ingin melakukan hal yang lebih

baik lagi dari sebelumnya.

5) Hukuman

Hukuman merupakan reinforcement negatif, akan tetapi Jika diberikan

secara tepat dan bijakmaka dapat menjadi alat motivasi. Hukuman

diberikan kepada siswa yang berbuat kesalahan saat proses belajar

mengajar. Hukuman ini diberikan dengan harapan agar siswa tersebut

mau merubah diri dan berusaha memacu motivasi belajarnya.

42
6) Motivasi belajar

Motivasi belajar mengandung arti Adanya unsur kesengajaan untuk

belajar. Hal ini akan lebih baik, jika dibandingkan dengan segala sesuatu

kegiatan yang tidak jelas maksudnya. Membangkitkan dorongan kepada

anak didik untuk belajar. Strateginya adalah dengan memberikan

perhatian maksimal ke peserta didik.

Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, maka minat dapat dijadikan

sebagai alat motivasi yang pokok. Proses belajar itu akan berjalan lancar

apabila disertai dengan minat.

7) Tujuan yang diakui

Rumusan tujuan yang diakui dan diterima baik oleh siswa, merupakan

alat motivasi yang sangat penting. Sebab dengan memahami tujuan maka

makin besar motivasi dalam belajar. Motivasi sangat diperlukan, sebab

seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar, tidak akan

mungkin melakukan aktivitas belajar (Sardiman, 1994:91).

Menurut Ardan N. Frandism mengatakan bahwa hal yang mendorong

siswa untuk belajar adalah sebagai berikut:

1) Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
2) Adanya sifat kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju.
3) Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru,
dan teman-teman.
4) Adanya keinginan ingin memperbaiki kegagalan yang lalu dengan
usaha yang baru, baik dengan koperasi maupun dengan kompetensi.
5) Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman.
6) Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir dari pada belajar.

43
Indikator yang dapat dijadikan sebagai acuan bagi motivasi belajar siswa

adalah sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil dalam belajar


2) Adanya keinginan, semangat kebutuhan dalam belajar.
3) Memiliki harapan dan cita-cita masa depan.
4) Adanya pemberian penghargaan dalam proses belajar.
5) Adanya lingkungan yang kondusif untuk belajar dengan baik.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

itu bukan hanya berfungsi sebagai penentu terjadinya suatu perbuatan tetapi

juga merupakan penentu hasil perbuatan, dimana dalam ajaran Islam motivasi

sama dengan disebut sebagai ”Niat”. Dengan demikian niat itu sama dengan

motivasi yang akan mendorong semua orang untuk bekerja atau belajar atau

melakukan suatu perbuatan dengan sungguh-sungguh (tekun) dan selanjutnya

niat/motivasi guru berdasarkan gejala-gejala yang tampak pada diri siswa yang

mengalami kesulitan belajar.

C. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Sebelum membahas mengenai pendidikan Agama Islam akan

dikemukakan terlebih dahulu pengertian pendidikan.

Definisi pendidikan menurut para ahli, diantaranya adalah menurut

Purwanto (1990:4) dalam bukunya Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

disebutkan bahwa “Pendidikan ialah segala usaha orang dewasa dalam

44
pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan

rohaninya ke arah kedewasaan’’ (Purwanto, 2007:4).

Menurut Frederick J. Mc Donald, pendidikan adalah suatu proses atau

kegiatan yang diarahkan untuk merubah tabiat (behavior) manusia. Yang

dimaksud dengan behavior adalah setiap tanggapan atau perbuatan seseorang,

sesuatu yang dilakukan oleh seseorang.

Menurut M.J. Langeveld, pendidikan adalah setiap pergaulan yang terjadi

adalah setiap pergaulan yang terjadi antara orang dewasa dengan anak-anak

merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu

berlangsung.

Menurut Ahmad D. Marimba “Pendidikan adalah bimbingan atau

pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan

rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama”.

Jadi pada dasarnya pendidikan dalam pengertian tersebut di atas, adalah

terjadinya pergaulan antara orang dewasa dengan anak-anak. Pergaulan yang

dimaksud adalah pergaulan yang dapat menolong anak menjadi orang yang

kelak dapat dan sanggup memenuhi tugas hidupnya atas tanggung jawab

sendiri.

Dalam buku Pengantar Ilmu Pendidikan, sebagaimana dikutip oleh Siti

Meichati disebutkan bahwa “Pendidikan ialah bantuan yang diberikan dengan

sengaja kepada anak dalam pertumbuhan jasmani maupun rohaninya untuk

mencapai tingkat dewasa.” Disini yang menonjolkan adalah pemberian bantuan

45
secara sengaja atau secara sadar kepada anak dengan tujuan agar anak tersebut

dapat mencapai tingkat kedewasaannya.

Jika pendidikan itu ditinjau dari sudut, maka dapat dikatakan bahwa:

”Hakekat pendidikan adalah usaha orang dewasa secara sadar untuk

membimbing dan mengembangkan kepribadian serta kemampuan dasar anak

didik baik dalam bentuk pendidikan formil dan nonformil”

Dengan demikian dari keseluruhan pengertian Pendidikan di atas, dapat

disimpulkan bahwa pendidikan pada hakekatnya adalah ikhtiar manusia untuk

membantu dan mengarahkan fitrah manusia supaya berkembang sampai pada

taraf insan rabbani.

Unsur-unsur yang terdapat dalam pendidikan dalam hal ini adalah:

1) Usaha (kegiatan), usaha itu bersifat bimbingan (pimpinan atau pertolongan)

dan dilakukan secara sadar.

2) Ada pendidik, pembimbing, atau penolong

3) Ada yang dididik atau si terdidik.

4) Bimbingan itu mempunyai dasar dan tujuan.

5) Dalam usaha itu tentu ada alat-alat yang dipergunakan.

Agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad

shallallahu alaihi wa sallam. Dengan agama inilah Allah menutup agama-

agama sebelumnya. Allah telah menyempurnakan agama ini bagi hamba-

46
hambaNya. Dengan agama Islam ini pula Allah menyempurnakan nikmat atas

mereka. Allah hanya meridhoi Islam sebagai agama yang harus mereka peluk.

Oleh sebab itu tidak ada suatu agama pun yang diterima selain agama Islam.

Allah SWT berfirman dalam surat Ali-Imran ayat 19:

     

Artinya: “Sesungguhnya agama disisi Allah hanyalah Islam”… (QS. Ali-Imran

ayat 19)

Sebagai muslim dan muslimat kita bersyukur memeluk agama Islam.

Tetapi kesyukuran itu harus diikuti dengan mempelajari agama Islam secara

sistematis, baik dan benar serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satunya melalui pendidikan agama Islam di dalam keluarga dan di

sekolah.

Sebagaimana telah di jelaskan mengenai definisi pendidikan menurut para

ahli dan pengertian Agama islam menurut Al-Quran, maka penulis dapat

menarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan Pendidikan Agama Islam

ialah proses pelatihan, pemberian wawasan, dan informasi mengenai Agama

Islam, yang dipakai sebagai suatukepercayaan, dan pedoman hidup demi

keselamatan serta kesejahteraan di dunia maupun akhirat”.

Menurut Abdul Rahman Nahlawi bahwa pendidikan Islam ialah

pengaturan pribadi dan masyarakat yang karenanya dapatlah memeluk Islam

47
secara logis dan sesuai secara keseluruhan baik dalam kehidupan individu

maupun kehidupan kolektif’’.

Menurut ahmad Marimba, ”Pendidikan Agama Islam ialah bimbingan

jasmani dan rohani berdaarkan hokum-hukum agama Islam menujub

terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam.

Menurut Zakiah Darajat “Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan

melalui ajaran-ajaran agama islam, yaitu berupa bimbingan dan asuhan

terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat

memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama islam yang

telah diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama islam

sebagai suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup

di dunia maupun di akhirat kelak’’.

Dalam pendidikan harus memiliki tujuan dimana tujuan pendidikan itu

yang berada dalam konsep islam harus mengarah pada hakikat pendidikan yang

meliputi aspek tujuan dan tugas hidup manusia, memperhatikan sifat dasar

manusia, tuntutan masyarakat, dan dimensi-dimensi ideal Islam, sebagaimana

sesuai dalam firman Allah SWT dalam Surat Al-Qashas ayat 77 sebagai

berikut:

         


          
         
Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu

48
dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain)
sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S Al-Qashas:77)

Dari uraian tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa para ahli

didik Islam berbeda pendapat mengenai rumusan Pendidikan Agama Islam.

Ada yang menitik beratkan pada segi pembentukan akhlak anak, ada pula yang

menuntut pendidikan teori pada praktek, sebagian lagi menghendaki

terwujudnya kepribadian muslim dan lain-lain. Namun dari perbedaan pendapat

tersebut dapat diambil kesimpulan, bahwa adanya titik persamaan yang secara

ringkas dapat di kemukakan sebagai berikut: pendidikan agama Islam ialah

bimbingan yang dilakukan oleh orang dewasa kepada terdidik dalam masa

pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian muslim yang sejati.

2. Fungsi dan Tujuan Pendidikan Agama Islam

Zakia Daradjat dalam bukunya “Ilmu Pendidikan Islam” mengemukakan

tentang pentingnya fungsi pendidikan Islam baik di rumah, di sekolah maupun

di lingkungan masyarakat. Secara garis besar dikatakan bahwa Pendidikan

agama Islam mempunyai fungsi yang sangat penting untuk pembinaan dan

penyempurnaan kepribadian dan mental anak, karena pendidikan agama Islam

mempunyai dua aspek terpenting, yaitu aspek pertama yang ditujukan kepada

jiwa atau pembentukan kepribadian anak, dan kedua, yang ditujukan kepada

pikiran yakni pengajaran agama Islam itu sendiri (Zakia Daradjad, 20014:26).

49
Aspek pertama dari pendidikan Islam adalah yang ditujukan pada jiwa

atau pembentukan kepribadian. Artinya bahwa melalui pendidikan agama Islam

ini anak didik diberikan keyakinan tentang adanya Allah SWT.

Aspek kedua dari pendidikan Agama Islam adalah yang ditujukan kepada

aspek pikiran (intelektualitas), yaitu pengajaran Agama Islam itu sendiri.

Artinya, bahwa kepercayaan kepada Allah swt, beserta seluruh ciptaan-Nya

tidak akan sempurna manakala isi, makna yang dikandung oleh setiap firman-

Nya tidak dimengerti dan dipahami secara benar. Di sini anak didik tidak hanya

sekedar diinformasikan tentang perintah dan larangan, akan tetapi justru pada

pertanyaan apa, mengapa dan bagaimana beserta argumentasinya yang dapat

diyakini dan diterima oleh akal.

Fungsi pendidikan Agama Islam disini dapat menjadi inspirasi dan

pemberi kekuatan mental yang akan menjadi bentuk moral yang mengawasi

segala tingkah laku dan petunjuk jalan hidupnya serta menjadi obat anti

penyakit gangguan jiwa.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa fungsi pendidikan Agama

Islam adalah:

a. Mendidik anak didik agar taat dan hormat kepada orang tua dan serta tidak

merusak lingkungannya.

b. Memperkenalkan dan mendidik anak didik agar meyakini ke-Esaan Allah

SWT, pencipta semesta alam beserta seluruh isinya; biasanya dimulai

dengan menuntunnya mengucapkan la ilaha illallah.

50
c. Memperkenalkan kepada anak didik apa, atau mana yang diperintahkan dan

dilarang (hukum halal dan haram).

d. Menyuruh anak agar sejak dini dapat melaksanakan ibadah, baik ibadah

yang menyangkut hablumminallah maupun ibadah yang menyangkut

hablumminannas.

Dari uraian tersebut di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa

pendidikan Agama Islam adalah sebuah proses yang dilakukan untuk

menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya, beriman dan bertaqwa kepada

allah SWT serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah Allah di

muka bumi yang berdasarkan kepada ajaran Al-Qur’an dan Sunnah.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Tujuan ialah suatu yang diharapkan tercapai setelah sesuatu usaha atau

kegiatan selesai. Maka pendidikan, karena merupakan suatu usaha dan kegiatan

yang berproses melalui tahap-tahap dan tingkatan-tingkatan, tujuanya bertahap

dan bertingkat. Tujuan pendidikan bukanlah suatu benda yang berbentuk tetap

dan statis, tetapi ia merupakan suatu keseluruhan dari kepribadian seseorang,

berkenaan dengan seluruh aspek kehidupan.

Kalau kita melihat kembali pengertian pendidikan Islam, akan terlihat

dengan jelas sesuatu yang diharapkan terwujud setelah orang mengalami

pendidikan Islam secara keseluruhan, yaitu kepribadian seseorang yang

membuatnya menjadi “insan kamil” dengan pola takwa Insan kamil artinya

51
manusia utuh rohani dan jasmani, dapat hidup dan berkembang secara wajar

dan normal karena takwanya kepada Allah SWT.

Dalam buku “Ilmu Pendidikan Islam” karangan Zakia Daradjat, ada

beberapa tujuan dalam pendidikan yaitu diantaranya:

a. Tujuan Umum

Tujuan Umum ialah tujuan yang akan dicapai dengan semua kegiatan

pendidikan, baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan itu meliputi

seluruh aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan,

kebiasaan, dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur,

kecerdasan, situasi dan kondisi, dengan kerangka yang sama. Bentuk insan

kamil dengan pola takwa harus dapat tergambar pada pribadi seseorang yang

sudah dididik walaupun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai

dengan tingkat-tingkat tersebut.

Tujuan umum pendidikan Islam harus dikaitkan pula dengan tujuan

pendidikan nasional Negara tempat pendidikan Islam itu dilaksanakan dan

harus dikaitkan pula dengan tujuan institusional lembaga yang

menyelenggarakan pendidikan itu. Tujuan umum itu tidak dapat dicapai kecuali

setelah melalui proses pengajaran, pengalaman, pembiasaan, penghayatan dan

keyakinan akan kebenaranya.

52
b. Tujuan Akhir

Tujuan akhir pendidikan Islam dapat dipahami dalam firman Allah yang

terdapat dalam QS. Ali-Imran ayat 102 yang berbunyi :

         
  

Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah

dengan sebenar-benarnya takwa, dan janganlah kamu mati kecuali dalam

keadaan muslim (menurut ajaran Islam)”. (QS. Ali-Imran:102).

Dari ayat tersebut maka dapat di jelaskan bahwa mati dalam keadaan

berserah diri kepada Allah sebagai muslim yang merupakan ujung dari takwa

sebagai akhir dari proses hidup jelas berisi kegiatan pendidikan. Inilah akhir

dari proses pendidikan itu yang dapat dianggap sebagai tujuan akhirnya. Insan

kamil yang mati dan akan menghadap TuhanNya merupakan tujuan akhir dari

proses pendidikan Islam.

c. Tujuan Sementara

Tujuan sementara ialah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi

sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam suatu kurikulum

pendidikan formal. Tujuan oprasional dalam bentuk tujuan intruksional yang

dikembangkan menjadi tujuan instruksional umum dan khusus (TIU dan TIK),

dapat dianggap tujuan sementara dengan sifat yang agak berbeda.

Pada tujuan sementara bentuk insan bentuk Insan Kamil dengan pola

takwa sudah kelihatan meskipun dalam ukuran sederhana, sekurang-kurangnya

53
beberapa cirri pokok sudah kelihatan pada pribadi anak didik. Tujuan

pendidikian islam seolah-olah merupakan suatu lingkaran kecil. Semakin tinggi

tingkat pendidikannya, lingkaran tersebut semakin besar. Tetapi sejak dari

tujuan pendidikan tingkat permulaan, bentuk lingkarannya sudah harus

kelihatan. Bentuk lingkaran inilah yang menggambarkan Insan Kamil itu.

Disinilah barangkali perbedaan yang mendasar bentuk tujuan pendidikan Islam

dibandingkan dengan pendidikan lainya.

d. Tujuan Oprasional

Tujuan oprasional ialah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah

kegiatan pendidikan tertentu. Dalam tujuan oprasional ini lebih banyak dituntut

dari anak didik suatu kemampuan dan keterampilan tertentu. Sifat

oprasionalnya lebih ditonjolkan dari sifat penghayatan dan kepribadian. Untuk

tingkat yang lebih rendah, sifat yang berisi kemampuan dan keterampilan yang

ditonjolkan. Misalnya, ia dapat berbuat, terampil melakukan, lancar

mengucapkan, mengerti, memahami, meyakini dan menghayati adalah soal

kecil. Dalam pendidikan hal ini terutama berkaitan dengan kegiatan lahiriyah,

seperti bacaan dan kaifiyat salat, akhlak dan tingkah laku. Pada masa permulaan

yang penting ialah anak didik mampu dan terampil berbuat, baik perbuatan itu

perbuatan lidah (ucapan) ataupun perbuatan anggota badan lainnya.

Dengan demikian, semakin jelas bahwa tujuan Pendidikan Agama Islam

bukan saja diarahkan menjadi manusia dalam bentuk mengamalkan ajaran

54
beragama dan berakhlak mulia, akan tetapi juga mampu mengembangkan

seluruh potensi yang dimilikinya terutama aspek fisik, psikis, intelektual,

kepribadian dan sosial yang sesuai dengan tuntutan kehidupan, kemajuan illmu

dan budaya, perkembangan masyarakat serta harapan ajaran Islam itu sendiri,

terutama dalam menjadikannya mampu menunaikan tugas sebagai khalifah dan

insan yang mengabdi kepada Allah.

BAB III

55
ANALISIS EMPIRIK PENGARUH KEPEDULIAN ORANG TUA

TERHADAP MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATA

PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A. Kondisi Objektif MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung

1. Sejarah berdirinya MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun

MA AL-Hidayah adalah sekolah yang berlandaskan nilai-nilai yang

Universal. Sejak awal berdiri MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun dirancang dan

dikembangkan berdasarkan system pendidikan yang integral dan komprehensif

dalam kerangka islam, dengan harapan dapat menjadi Madrasah masa depan

yang memiliki keunggulan komparatif dan kompetitif dalam sistem, proses, dan

hasil pendidikannya.

MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun berdiri pada tahun 2012 dengan status

Swasta, yang didirikan oleh Rahmat, A.Ma yakni beliau sebagai Ketua Yayasan

Pesantren Pendidikan AL-Hidayah Ibun. Dengan nomor Izin Oprasional :

D/Kw. 10/MA/0078/2012 pada tanggal 20 Desember 2012, Nomor Statistik

Madrasah (NSM) : 131232040083, dan NPSN : 609788082. MA AL-Hidayah

sekarang dipimpin oleh Hakin Najili, S.H.I. Pendirian Sekolah ini memang

tepat, mengingat animo masyarakat untuk menyekolahkan anaknya cukup

tinggi. Hal ini terbukti dari tahun ke tahun jumlah siswa terus meningkat, yakni

dari jumlah siswa angkatan pertama sebanyak 33 orang, sekarang pada tahun

pelajaran 2016/2017 total keseluruhan telah menjadi 108 orang. Mengenai

56
status akreditasi, pada tahun 2016 sekolah ini resmi berstatus Terakreditasi

dengn nilai Terakreditasi B.

2. Letak Geografis MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun

Letak geografis yang dimaksudkan disini adalah daerah tempat MA AL-

Hidayah Ibun berada. Berdasarkan observasi, luas tanah yang dimiliki MA AL-

Hidayah Kecamatan Ibun kurang lebih 1.445 M 2dengan luas tanah bangunan

800 M 2 . K eadaan sekolah ini terletak kurang lebih 200 meter dari Kantor Desa

Laksana, dengan posisi yang strategis seperti itu tidak heran apabila sekolah ini

dalam waktu yang relative singkat telah menjadi sekolah yang maju, baik dari

jumlah siswa maupun dari aspek sarana penunjang lainya, seperti gedung

sekolah, staf pengajar, lapangan olah raga, tempat ibadah dan lain sebagainya.

Adapun Visi dan Misi MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun ialah:

a. Visi MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun

Menciptakan Madrasah Aliyah yang unggul dalam ilmu pengetahuan,

teknologi, dan keterampilan berlandaskan iman dan taqwa (IMTAQ).

b. Misi MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun

1) Melaksanakan dan mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) dan kurikulum 2013 serta kurikulum Kementrian

Agama.

2) Menumbuhkan semangat dalam aktivitas keagamaan.

57
3) Melakukan intensifikasi proses pembelajaran dan penilaian.

4) Melaksanakan pengelolaan berdasarkan MBS (Manajemen Berbasis

Sekolah).

5) Melaksanakan RAPBM yang transparan.

6) Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana pendidikan.

7) Meningkatkan kualitas pendidikan dan tenaga kependidikan.

8) Mengupayakan peningkatan kerjasama dengan stake holder.

9) Meningkatkan lulusan berakhlakul karimah dan menguasai IPTEK.

3. Keadaan Guru dan Struktur Organisasi Lain

Berdasarkan hasil wawancara kepada Kepala Sekolah MA Al-Hidayah

Hakin Najili, S.H.I beserta staf pengajar MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun

Winda Widiyawati S.Pd, bahwasanya tenaga kependidik di MA AL-Hidayah

tercatat sebanyak 13 orang.

Tabel II

58
Data Pendidik dan tenaga Kependidikan MA AL-Hidayah

NO Nama Guru NUPTK Tugas


1 Hakin Najili, S.H.I 8744757658200032 Kepala Madrasah
2 Anggraeni, S.Pd.I 9438758659300042 Wakaur Kurikulum
3 Cucu Supriatna, S.Pd.I 6160757658110043 Wakaur Kesiswaan
4 Aep Yana Juhana, S.Pd 7253757659200023 Pembina Olahraga
5 Deden Rohmawan, SE 1856756657120002 Kep. Perpustakaan
6 Igus Herlina, S.Pd 20276004189001 Wali Kelas X
7 Winda Widiawati, S.Pd 1756768669210042 Wali Kelas XI
8 Iman Nurjaman, S.T 4436765666120002 Kep. Lab. Komputer
9 Leo Agustianto, SE 20275498169001 Wali Kelas XII
10 Hani Yuliani, S.Pd 20276004192001 Guru Kelas X, XI, XII
11 Anggraeni C. Dewi, S.Pd 9542753656300002 Guru Kelas X, XI, XII
12 Dadan Suhandana, S.Pd.I 1637761660200002 Kaur Tata Usaha
13 Laela Jamilah, S.Pd.I 1941768669300012 Staf tata Usaha

(Sumber : Hasil Penelitian di MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun)

STRUKTUR ORGANISASI MA AL-HIDAYAH IBUN KECAMATAN IBUN

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

YPP AL-HIDAYAH IBUN


Rahmat, A.Ma

KOMITE MADRASAH

Jaja Jaenudin

59
KEPALA MADRASAH KAUR TATA USAHA

Hakin Najili, S.H.I Dadan Suhandana, S.Pd.I

WAKAUR KURIKULUM WAKAUR KESISWAAN

Anggraeni, S.Pd.I Cucu Supriatna, S.Pd.I

WAKAUR HUMAS WAKAUR SARPRAS

Endang Mohamad T., S.Pd.I Sutandi, S.Pd.I

GURU-GURU

PESERTA DIDIK

(Sumber : Hasil Penelitian di MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun)

4. Keadaan Peserta Didik di MA Al-Hidayah

a. Tabel jumlah siswa-siswi

JUMLAH SISWA

Keteranga Kelas X Kelas XI Kelas XII Kelas X s/d


n Kelas XII

20016-2017 L P L P L P JUMLAH
15 25 14 25 18 23 109

60
(Sumber : Hasil Penelitian di MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun)

5. Sarana dan Prasarana

Sarana dan Prasarana

No Nama Unit Jumlah Keterangan


1 Ruang Kepala Sekolah 1
2 Ruang Guru 1
3 Ruang Kelas 3
4 Perpustakaan 1
5 Masjid 1
6 Lapang Olah raga 1
7 WC Guru 1
8 WC Siswa 4
9 Ruang TU 1
10 Laboratorium 1
11 Ruang UKS 1
12 Ruang Osis 1

61
B. Deskripsi Pengaruh Kepedulian Orang Tua Terhadap Motivasi Belajar

Peserta Dididik Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam.

Penelitian pengaruh kepedulian orang tua terhadap motivasi belajar yang di

lakukan di sekolah MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung di kelas

X dan XI. Maka berdasarkan hasil dari penyebaran 15 item variabel x, dan 15 item

variabel y terhadap 60 orang responden di dapat di tempuh melalui:

1. Analisis Data

a. Statistik Deskriptif

Statistics

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15

Valid 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
N Missi
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
ng
Mean 4.4667 3.9833 2.9833 3.0833 3.3000 3.8500 3.0667 3.0833 4.2333 3.7667 4.3167 4.1167 4.4000 3.9667 3.6667
Median 5.0000 4.0000 3.0000 3.0000 3.0000 4.0000 3.0000 3.0000 4.5000 3.0000 4.0000 4.0000 5.0000 4.0000 3.0000
Mode 5.00 4.00 3.00 3.00 3.00 4.00 3.00 3.00 5.00 3.00 5.00 4.00 5.00 5.00 3.00
Std. Deviation .70028 .79173 .79173 .78744 .84973 .95358 1.0393 .82937 .90884 .96316 .72467 .88474 .69380 .90135 .93277

62
Range 2.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 2.00 3.00 3.00
Minimum 3.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00 2.00 2.00
Maximum 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00

Statistics

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15

Valid 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60
N
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Mean 3.7000 3.9000 3.1667 2.9333 3.0000 3.9333 3.3833 3.1500 4.0500 4.2667 3.3500 2.9167 4.0500 3.7000 3.0833
Median 3.0000 4.0000 3.0000 3.0000 3.0000 4.0000 3.0000 3.0000 4.0000 4.0000 3.0000 3.0000 4.0000 4.0000 3.0000
Mode 3.00 4.00 3.00 2.00 3.00 4.00 3.00 3.00 5.00 5.00 3.00 3.00 4.00 3.00 3.00
Std. Deviation .84973 .77460 .88618 1.0062 .75913 .84104 .97584 .93564 .87188 .75614 .97120 .86928 .79030 .76579 .84956
Range 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00 3.00
Minimum 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00 2.00
Maximum 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00 5.00

b. Tabel Frekuensi X (Kepedulian Orang Tua)

X1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3.00 7 11.7 11.7 11.7

4.00 18 30.0 30.0 41.7


Valid
5.00 35 58.3 58.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

X2

63
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent

2.00 1 1.7 1.7 1.7

3.00 16 26.7 26.7 28.3

Valid 4.00 26 43.3 43.3 71.7

5.00 17 28.3 28.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

X3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 16 26.7 26.7 26.7

3.00 32 53.3 53.3 80.0

Valid 4.00 9 15.0 15.0 95.0

5.00 3 5.0 5.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

X4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 12 20.0 20.0 20.0

3.00 35 58.3 58.3 78.3

Valid 4.00 9 15.0 15.0 93.3

5.00 4 6.7 6.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

X5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid 2.00 7 11.7 11.7 11.7

3.00 36 60.0 60.0 71.7

4.00 9 15.0 15.0 86.7

64
5.00 8 13.3 13.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

X6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 5 8.3 8.3 8.3

3.00 17 28.3 28.3 36.7

Valid 4.00 20 33.3 33.3 70.0

5.00 18 30.0 30.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

X7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 21 35.0 35.0 35.0

3.00 23 38.3 38.3 73.3


Valid 4.00 7 11.7 11.7 85.0

5.00 9 15.0 15.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

X8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid 2.00 14 23.3 23.3 23.3

3.00 31 51.7 51.7 75.0

4.00 11 18.3 18.3 93.3

65
5.00 4 6.7 6.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

X9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 3 5.0 5.0 5.0

3.00 10 16.7 16.7 21.7

Valid 4.00 17 28.3 28.3 50.0

5.00 30 50.0 50.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

X10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 1 1.7 1.7 1.7

3.00 33 55.0 55.0 56.7

Valid 4.00 5 8.3 8.3 65.0

5.00 21 35.0 35.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

X11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid 2.00 1 1.7 1.7 1.7

3.00 6 10.0 10.0 11.7

4.00 26 43.3 43.3 55.0

66
5.00 27 45.0 45.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

X12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 4 6.7 6.7 6.7

3.00 8 13.3 13.3 20.0

Valid 4.00 25 41.7 41.7 61.7

5.00 23 38.3 38.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

X13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

3.00 7 11.7 11.7 11.7

4.00 22 36.7 36.7 48.3


Valid
5.00 31 51.7 51.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

X14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 2 3.3 3.3 3.3

3.00 19 31.7 31.7 35.0

Valid 4.00 18 30.0 30.0 65.0

5.00 21 35.0 35.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

67
X15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 4 6.7 6.7 6.7

3.00 27 45.0 45.0 51.7

Valid 4.00 14 23.3 23.3 75.0

5.00 15 25.0 25.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Analisa : Berdasarkan tabel frequensi di atas dapat di buktikan bahwa data

variabel X dinyatakan valid.

c. Tabel frekuensi Y (Motivasi Belajar Peserta Didik).

Y1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 1 1.7 1.7 1.7

3.00 30 50.0 50.0 51.7

Valid 4.00 15 25.0 25.0 76.7

5.00 14 23.3 23.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Y2

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

68
2.00 1 1.7 1.7 1.7

3.00 18 30.0 30.0 31.7

Valid 4.00 27 45.0 45.0 76.7

5.00 14 23.3 23.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Y3

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 13 21.7 21.7 21.7

3.00 30 50.0 50.0 71.7

Valid 4.00 11 18.3 18.3 90.0

5.00 6 10.0 10.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Y4

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 27 45.0 45.0 45.0

3.00 15 25.0 25.0 70.0

Valid 4.00 13 21.7 21.7 91.7

5.00 5 8.3 8.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Y5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 14 23.3 23.3 23.3

3.00 35 58.3 58.3 81.7

Valid 4.00 8 13.3 13.3 95.0

5.00 3 5.0 5.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

69
Y6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 2 3.3 3.3 3.3

3.00 17 28.3 28.3 31.7

Valid 4.00 24 40.0 40.0 71.7

5.00 17 28.3 28.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Y7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 11 18.3 18.3 18.3

3.00 25 41.7 41.7 60.0

Valid 4.00 14 23.3 23.3 83.3

5.00 10 16.7 16.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Y8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 15 25.0 25.0 25.0

3.00 28 46.7 46.7 71.7

Valid 4.00 10 16.7 16.7 88.3

5.00 7 11.7 11.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

70
Y9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 2 3.3 3.3 3.3

3.00 15 25.0 25.0 28.3

Valid 4.00 21 35.0 35.0 63.3

5.00 22 36.7 36.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Y10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 1 1.7 1.7 1.7

3.00 8 13.3 13.3 15.0

Valid 4.00 25 41.7 41.7 56.7

5.00 26 43.3 43.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Y11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 10 16.7 16.7 16.7

3.00 30 50.0 50.0 66.7

Valid 4.00 9 15.0 15.0 81.7

5.00 11 18.3 18.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

71
Y12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 22 36.7 36.7 36.7

3.00 24 40.0 40.0 76.7

Valid 4.00 11 18.3 18.3 95.0

5.00 3 5.0 5.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Y13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 2 3.3 3.3 3.3

3.00 11 18.3 18.3 21.7

Valid 4.00 29 48.3 48.3 70.0

5.00 18 30.0 30.0 100.0

Total 60 100.0 100.0

Y14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 1 1.7 1.7 1.7

3.00 26 43.3 43.3 45.0

Valid 4.00 23 38.3 38.3 83.3

5.00 10 16.7 16.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

72
Y15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

2.00 15 25.0 25.0 25.0

3.00 29 48.3 48.3 73.3

Valid 4.00 12 20.0 20.0 93.3

5.00 4 6.7 6.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Analisa : Berdasarkan tabel frequensi di atas dapat dibuktikan bahwa data

variabel Y dinyatakan valid.

d. Histogram Variabel X (Kepedulian Orang Tua)

73
74
75
76
77
78
Histogram Variabel Y (Motivasi Belajar Peserta Didik)

79
80
81
82
83
2. Uji Validitas dan Reliabilitas

Correlations

X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 X13 X14 X15 TOTAL_


X

Correlation
1.000 .519** .033 .218 .224 .246 .229 .167 .187 .208 .281* .047 .367* .379* .211 .470**
Coefficient

X1 Sig. (2-
. .000 .803 .094 .086 .058 .078 .202 .153 .110 .030 .720 .004 .003 .105 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.519** 1.000 .232 .136 .308* .154 .290* .394* .245 .427* .288* .289* .445* .293* .239 .613**
Coefficient

X2 Sig. (2-
.000 . .075 .301 .017 .241 .025 .002 .059 .001 .026 .025 .000 .023 .066 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.033 .232 1.000 .300* .493** .153 442* .408* .221 .342* .391** .215 .354* .137 .349* .593**
Coefficient

X3 Sig. (2-
.803 .075 . .020 .000 .242 .000 .001 .090 .007 .002 .098 .006 .297 .006 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.218 .136 .300* 1.000 .493** .264* .258* .310* .100 .065 .077 .029 .214 .189 .280* .416**
Coefficient

X4 Sig. (2-
.094 .301 .020 . .000 .042 .046 .016 .445 .622 .560 .828 .100 .147 .030 .001
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.224 .308* .493** .493** 1.000 .144 .217 .293* .167 .243 .139 .297* .408* .142 .236 .561**
Coefficient

X5 Sig. (2-
.086 .017 .000 .000 . .273 .096 .023 .201 .061 .290 .021 .001 .278 .069 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

X6 Correlation
.246 .154 .153 .264* .144 1.000 .190 .214 .359* .067 .101 .462* .337* .364* .358* .538**
Coefficient

Sig. (2- .058 .241 .242 .042 .273 . .146 .101 .005 .612 .445 .000 .008 .004 .005 .000
tailed)

84
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation 1.00
.229 .290* .442** .258* .217 .190 .428* .130 .209 .216 .031 .149 .153 .441* .535**
Coefficient 0

X7 Sig. (2-
.078 .025 .000 .046 .096 .146 . .001 .323 .109 .097 .815 .257 .243 .000 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation 1.00
.167 .394** .408** .310* .293* .214 .428 .274* .200 .154 .259* .367* .303* .309* .601**
Coefficient 0

X8 Sig. (2-
.202 .002 .001 .016 .023 .101 .001 . .034 .126 .240 .045 .004 .019 .016 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.187 .245 .221 .100 .167 .359** .130 .274* 1.000 .420* .437** .273* .412* .266* .249 .572**
Coefficient

X9 Sig. (2-
.153 .059 .090 .445 .201 .005 .323 .034 . .001 .000 .035 .001 .040 .055 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.208 .427** .342** .065 .243 .067 .209 .200 .420** 1.000 .315* .145 .382* .070 .272* .545**
Coefficient

X10 Sig. (2-


.110 .001 .007 .622 .061 .612 .109 .126 .001 . .014 .268 .003 .594 .036 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.281* .288* .391** -.077 .139 .101 .216 .154 .437** .315* 1.000 .252 .339* .188 .149 .503**
Coefficient

X11 Sig. (2-


.030 .026 .002 .560 .290 .445 .097 .240 .000 .014 . .052 .008 .151 .255 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.047 .289* .215 .029 .297* .462** .031 .259* .273* .145 .252 1.000 .392* .234 .315* .522**
Coefficient

X12 Sig. (2-


.720 .025 .098 .828 .021 .000 .815 .045 .035 .268 .052 . .002 .071 .014 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

X13 Correlation .367** .445** .354** .214 .408** .337** .149 .367* .412** .382** .339** .392** 1.00 .261* .376* .702**
Coefficient 0

85
Sig. (2-
.004 .000 .006 .100 .001 .008 .257 .004 .001 .003 .008 .002 . .044 .003 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation 1.00
.379** .293* .137 .189 .142 .364** .153 .303* .266* .070 .188 .234 .261* .265* .493**
Coefficient 0

X14 Sig. (2-


.003 .023 .297 .147 .278 .004 .243 .019 .040 .594 .151 .071 .044 . .041 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation 1.00
.211 .239 .349** .280* .236 .358** .441 .309* .249 .272* .149 .315* .376* .265* .596**
Coefficient 0

X15 Sig. (2-


.105 .066 .006 .030 .069 .005 .000 .016 .055 .036 .255 .014 .003 .041 . .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.470** .613** .593** .416** .561** .538** .535 .601* .572** .545** .503** .522** .702* .493* .596* 1.000
TOT Coefficient
AL_ Sig. (2-
.000 .000 .000 .001 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .
X tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Analisa : Berdasarkan analisis data korelasi di atas, r sperman variabel x lebih dari

0,364 dinyatakan semua data variabel x valid. Hal ini dapat dibuktikan dengan

melihat nilai t tabel lebih besar dari r tabel. Jika melihat r tabel dengan jumlah sample

n=60, maka didapat r tabel sebesar 0,254, dan di sini nilai t tabel lebih > 0,254.

86
Korelasi Variabel Y (Motivasi Belajar)

Correlations

Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10 Y11 Y12 Y13 Y14 Y15 TOTAL_


Y

Correlation
1.000 .345* .472** .471** .479** .518* .437* .544* .525** .278* .114 .336** .419* .312* .450* .699**
Coefficient

Y1 Sig. (2-
. .007 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .031 .385 .009 .001 .015 .000 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.345** 1.000 .372** .239 .428** .181 .164 .318* .514** .444** .253 .128 .299* .221 .260* .546**
Coefficient

Y2 Sig. (2-
.007 . .003 .066 .001 .167 .211 .013 .000 .000 .051 .329 .020 .090 .044 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.472** .372** 1.000 .245 .275* .295* .341* .442* .536** .392** .300* .237 .150 .230 .346* .648**
Coefficient

Y3 Sig. (2-
.000 .003 . .059 .033 .022 .008 .000 .000 .002 .020 .069 .252 .077 .007 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.471** .239 .245 1.000 .620** .321* .534* .274* .408** .206 .141 .305* .186 .290* .093 .371**
Coefficient

Y4 Sig. (2-
.000 .066 .059 . .000 .012 .000 .034 .001 .114 .284 .018 .154 .025 .479 .004
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.479** .428** .275* .620** 1.000 .395* .400* .245 .521** .313* .227 .298* .291* .342* .277* .554**
Coefficient

Y5 Sig. (2-
.000 .001 .033 .000 . .002 .002 .059 .000 .015 .081 .021 .024 .008 .032 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Y6 Correlation 1.00
.518** .181 .295* .321* .395** .067 .245 .411** .342** .027 .238 .488* .032 .422* .510**
Coefficient 0

Sig. (2- .000 .167 .022 .012 .002 . .611 .059 .001 .007 .836 .068 .000 .806 .001 .000
tailed)

87
N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation 1.00
.437** .164 .341** -.534** .400** .067 .479* .395** .072 .397* .323* .212 .313* .204 .523**
Coefficient 0

Y7 Sig. (2-
.000 .211 .008 .000 .002 .611 . .000 .002 .585 .002 .012 .104 .015 .118 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation 1.00
.544** .318* .442** .274* .245 .245 .479* .458** .167 .205 .243 .290* .277* .458* .632**
Coefficient 0

Y8 Sig. (2-
.000 .013 .000 .034 .059 .059 .000 . .000 .201 .116 .061 .024 .032 .000 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.525** .514** .536** .408** .521** .411* .395* .458* 1.000 .466** .266* .389** .410* .286* .453* .776**
Coefficient

Y9 Sig. (2-
.000 .000 .000 .001 .000 .001 .002 .000 . .000 .040 .002 .001 .027 .000 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.278* .444** .392** .206 .313* .342* .072 .167 .466** 1.000 .430* .194 .277* .221 .259* .589**
Coefficient
Y1
Sig. (2-
0 .031 .000 .002 .114 .015 .007 .585 .201 .000 . .001 .138 .032 .089 .046 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation 1.00
.114 .253 .300* .141 .227 .027 .397* .205 .266* .430** .424** -.017 .297* .192 .512**
Coefficient 0

Y11 Sig. (2-


.385 .051 .020 .284 .081 .836 .002 .116 .040 .001 . .001 .900 .021 .141 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.336** .128 .237 .305* .298* .238 .323* .243 .389** .194 .424* 1.000 .317* .400* .444* .567**
Coefficient

Y12 Sig. (2-


.009 .329 .069 .018 .021 .068 .012 .061 .002 .138 .001 . .014 .002 .000 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Y13 Correlation .419** .299* .150 .186 .291* .488* .212 .290* .410** .277* -.017 .317* 1.00 .177 .282* .534**
Coefficient 0

88
Sig. (2-
.001 .020 .252 .154 .024 .000 .104 .024 .001 .032 .900 .014 . .175 .029 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation 1.00
.312* .221 .230 .290* .342** .032 .313* .277* .286* .221 .297* .400** .177 .251 .517**
Coefficient 0

Y14 Sig. (2-


.015 .090 .077 .025 .008 .806 .015 .032 .027 .089 .021 .002 .175 . .053 .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation 1.00
.450** .260* .346** .093 .277* .422* .204 .458* .453** .259* .192 .444** .282* .251 .614**
Coefficient 0

Y15 Sig. (2-


.000 .044 .007 .479 .032 .001 .118 .000 .000 .046 .141 .000 .029 .053 . .000
tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Correlation
.699** .546** .648** .371** .554** .510* .523* .632* .776** .589** .512* .567** .534* .517* .614* 1.000
TO Coefficient

TA Sig. (2-
.000 .000 .000 .004 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000 .
L_Y tailed)

N 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60 60

Analisa : Berdasarkan analisis data korelasi di atas, r spearman variabel Y lebih dari

0,254 jadi dinyatakan semua data variabel Y dinyatakan Valid. Hal ini dapat

dibuktikan dengan melihat nilai t tabel lebih besar dari r tabel. Jika melihat r tabel

dengan jumlah sample n=60, maka didapat r tabel sebesar 0,254, dan di sini nilai t

tabel lebih > 0,254.

89
Mencari validitas dilakukan cara membandingkan nilai koefisien korelasi

r hitung dengan r tabel, jika melihat r tabel dengan jumlah sample n=60

responden, maka di dapat r tabel sebesar 0,254. Hal ini belarti semua item valid

dan digunakan untuk penelitian seperti dijelaskan pada tabel dibawah ini;

Uji Validitas R Hitung R Tabel Keterangan


X1 Correlation 0,470** 0,254 Valid
Coeficient
X2 Correlation 0,613** 0,254 Valid
Coeficient
X3 Correlation 0,593** 0,254 Valid
Coeficient
X4 Correlation 0,416** 0,254 Valid
Coeficient
Sperman’s X5 Correlation 0,561** 0,254 Valid

rho Coeficient
X6 Correlation 0,538** 0,254 Valid
Coeficient
X7 Correlation 0,535** 0,254 Valid
Coeficient
X8 Correlation 0,601** 0,254 Valid
Coeficient
X9 Correlation 0,572** 0,254 Valid
Coeficient
X10 Correlation 0,545** 0,254 Valid
Coeficient
X11 Correlation 0,503** 0,254 Valid
Coeficient
X12 Correlation 0,522** 0,254 Valid
Coeficient
X13 Correlation 0,702** 0,254 Valid

90
Coeficient
X14 Correlation 0,493** 0,254 Valid
Coeficient
X15 Correlation 0,596** 0,254 Valid
Coeficient
Y1 Correlation 0,699** 0,254 Valid
Coeficient
Y2 Correlation 0,546** 0,254 Valid
Coeficient
Y3 Correlation 0,648** 0,254 Valid
Sperman’s
Coeficient
rho Y4 Correlation 0,371** 0,254 Valid
Coeficient
Y5 Correlation 0,554** 0,254 Valid
Coeficient
Y6 Correlation 0,510** 0,254 Valid
Coeficient
Y7 Correlation 0,523** 0,254 Valid
Coeficient
Y8 Correlation 0,632** 0,254 Valid
Coeficient
Y9 Correlation 0,776** 0,254 Valid
Coeficient
Y10 Correlation 0,589** 0,254 Valid
Coeficient
Y11 Correlation 0,512** 0,254 Valid
Coeficient
Y12 Correlation 0,567** 0,254 Valid
Coeficient
Y13 Correlation 0,534** 0,254 Valid
Coeficient
Y14 Correlation 0,517** 0,254 Valid
Coeficient
Y15 Correlation 0,614** 0,254 Valid

91
Coeficient

3. Uji Reliabilitas

a) Kepedulian Orang Tua (Variabel X)

Case Processing Summary

N %
Valid 60 100.0
a
Cases Excluded 0 .0

Total 60 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.834 15

Berdasarkan Uji Reliabilitas maka diperoleh hasil analisis X= 0,834 dan


nilai tersebut berada pada interval 0,80 – 1,00 berarti sangat tinggi.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Scale Variance if Corrected Item-Total Cronbach's Alpha if


Deleted Item Deleted Correlation Item Deleted

X1 51.8167 45.135 .411 .826


X2 52.3000 43.502 .514 .820
X3 53.3000 43.332 .531 .819
X4 53.2000 44.976 .369 .829
X5 52.9833 43.203 .499 .821
X6 52.4333 42.928 .453 .824
X7 53.2167 42.647 .425 .827
X8 53.2000 43.078 .526 .819

92
X9 52.0500 42.726 .500 .821
X10 52.5167 43.440 .404 .827
X11 51.9667 45.626 .342 .830
X12 52.1667 44.141 .389 .828
X13 51.8833 43.325 .623 .816
X14 52.3167 44.186 .375 .829
X15 52.6167 42.173 .533 .819

b) Uji Reliabilitas Motivasi Belajar (Variabel Y)

Case Processing Summary

N %

Valid 60 100.0

Cases Excludeda 0 .0

Total 60 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.804 15

Berdasarkan Uji Reliabilitas maka diperoleh hasil Y= 0,804 dan nilai


tersebut berada pada interval 0,80 – 1,00 berarti sangat tinggi.

Item-Total Statistics

Scale Mean if Scale Variance Corrected Item- Cronbach's


Item Deleted if Item Deleted Total Correlation Alpha if Item
Deleted

Y1 48.8833 37.495 .635 .776

93
Y2 48.6833 39.440 .492 .788
Y3 49.4167 37.908 .562 .781
Y4 49.6500 50.909 .494 .862
Y5 49.5833 39.298 .520 .786
Y6 48.6500 39.655 .421 .792
Y7 49.2000 38.942 .405 .794
Y8 49.4333 37.843 .530 .783
Y9 48.5333 36.558 .712 .770
Y10 48.3167 39.915 .454 .790
Y11 49.2333 38.995 .403 .794
Y12 49.6667 38.904 .476 .788
Y13 48.5333 39.846 .436 .791
Y14 48.8833 40.240 .411 .793
Y15 49.5000 37.949 .588 .780

Tabel Indeks Koefisien Reliabilitas

No Nilai Interval Kriteria


1 < 0,2 Sangat Rendah
2 0,20 – 0,399 Rendah
3 0,40 – 0,599 Cukup
4 0,60 – 0,799 Tinggi
5 0,80 – 1,00 Sangat Tinggi

Analisa : Jika dilihat dari Nilai Conbach’s Alpha varabel x sebesar 0,834 dan

variabel y sebesar 0,804, maka dapat disimpulkan bahwa item pertanyaan

kedua variabel tersebut memiliki reliable tinggi.

3) Regression

94
Correlations

X Y

Correlation Coefficient 1.000 .596**

X Sig. (2-tailed) . .000

N 60 60
Spearman's rho
Correlation Coefficient .596** 1.000

Y Sig. (2-tailed) .000 .

N 60 60

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Analisa : Dari output diatas didapatkan nilai r (Correlation Coeficient) sebesar

0,596 dapat diartikan bahwa variabel X (kepedulian Orang Tua) memiliki

korelasi kuat. (Bandingan dengan tabel interpretasi Korelasi nilai r berada pada

interval 0,50 – 0,75) dengan variabel Y (Motivasi Belajar).

Tabel Indeks Koefisien Korelasi

Nilai Interval Kriteria


0 Tidak Ada Korelasi
0,00 - 0,25 Korelasi Sangat Rendah
0,25 - 0,50 Korelasi Cukup
0,50 - 0,75 Korelasi Kuat
0,75 – 0,99 Korelasi Sangat Kuat
1 Korelasi Sempurna

ANOVA Table

Sum of df Mean F Sig.


Squares Square

Y*X (Combined) 1647.960 24 68.665 2.203 .000

Between Linearity 963.506 1 963.506 30.909 .000


Groups Deviation
684.453 23 29.759 .955 .538
from Linearity

Within Groups 1091.024 35 31.172

95
Total 2738.983 59

Analisa : Melihat hasil output diatas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat

Linearitas antara variabel y (Kepedulian orang tua) dan variabel x (Motivasi

Belajar), hal ini diperlihatkan dengan nilai signifikansi (Sig.) pada Linearitas

sebesar 0,000, nilai tersebut < 0,05.

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate

1 .593a .352 .341 5.53278

a. Predictors: (Constant), X

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 20.354 5.807 3.505 .001


1
X .574 .102 .593 5.610 .000

a. Dependent Variable: Y

Analisa : Jika dilihat dari tabel Model Summary, di dapatkan nilai R Square ( R2

) = 0,352 artinya 35,2% variabel motivasi belajar (y) dipengaruhi oleh

kepedulian orang tua (x), dan sisanya 65,8% di pengaruhi oleh variabel lain.

Output kedua adalah tabel Coefficient, dari tabel diatas didapat bentuk

96
persamaan regresi yaitu : y = a + bx ) ------------ y = 20,354 + 0,574x,

konstanta memiliki nilai sebesar 0,574, artinya jika variabel kepedulian orang

tua (x) nilai 0, maka motivasi belajar (y) nilainya 20,354. Koefisien regresi

variabel x memiliki nilai sebesar 0,574, artinya jika variabel x mengalami

kenaikan 1 satuan (% atau point), maka variabel y akan mengalami

pertambahan sebesar 0,574. Koefisient memiliki nilai (+) ini belarti kedua

variabel memiliki hubungan yang positif.

C. Pengujian Persyaratan Analisis

1. Uji Normalitas

97
Berdasarkan kurva diatas bahwa dapat diperhatikan bahwa bentuk kurva

memiliki bentuk lonceng, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model

memiliki distribusi normal.

98
Berdasarkan scaterplot diatas dapat diperhatikan bahwa nampak titik

tersebut menyebar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model memiliki

distribusi normal.

2. Uji Linearitas

Case Processing Summary

Cases

Included Excluded Total

N Percent N Percent N Percent

TOTAL_Y *
60 100.0% 0 0.0% 60 100.0%
TOTAL_X

99
Report
TOTAL_Y

TOTAL_X Mean N Std. Deviation

42.00 47.0000 2 4.24264


43.00 40.0000 1 .
45.00 42.5000 2 3.53553
47.00 45.0000 1 .
48.00 44.0000 1 .
49.00 50.3333 3 7.57188
50.00 50.0000 3 4.58258
51.00 50.0000 1 .
52.00 47.8571 7 6.20292
53.00 51.5000 2 2.12132
54.00 55.0000 2 .00000
55.00 53.6667 3 1.15470
56.00 57.0000 2 1.41421
57.00 50.2500 4 3.86221
58.00 59.2500 4 10.46821
59.00 49.3333 3 6.65833
60.00 57.0000 2 7.07107
61.00 56.5000 2 6.36396
62.00 62.0000 2 4.24264
64.00 60.0000 3 1.73205
65.00 57.0000 3 3.60555
66.00 55.0000 1 .
67.00 56.3333 3 4.93288
68.00 52.5000 2 3.53553
69.00 62.0000 1 .
Total 52.6833 60 6.81348

100
ANOVA Table

Sum of df Mean F Sig.


Squares Square

(Combined) 1647.960 24 68.665 2.203 .000

Between Linearity 963.506 1 963.506 30.909 .000

TOTAL_Y Groups Deviation from


684.453 23 29.759 .955 .538
TOTAL_X Linearity

Within Groups 1091.024 35 31.172

Total 2738.983 59

Analisa : Melihat hasil output diatas dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat

Linearitas antara variabel x dengan variabel y, hal ini diperlihatkan dengan nilai

signifikasi (Sig.) pada Linieritas sebesar 0,000, nilai tersebut < 0,05.

D. Pengujian Hipotesis

1. Analisis Korelasi dan Regresi

Model Summary

Model R R Square Adjusted R Std. Error of the


Square Estimate
a
1 .593 .352 .341 5.53278

a. Predictors: (Constant), TOTAL_X

Analisa : Dari tabel Model Summary di atas didapatkan nilai R sebesar 0,593

dapat diartikan bahwa variabel x memiliki hubungan yang kuat dengan variabel

y dan hubungan ini memiliki arah yang positif. Dari tabel diatas juga didapat

nilai R2= 0,352 artinya 35,2% variabel motivasi belajar (y) dipengaruhi oleh

101
kepedulian orang tua variabel (x) dan sisanya 65,8% dipengaruhi oleh faktor

lain yang tidak diteliti.

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients Standardized t Sig.


Coefficients

B Std. Error Beta

(Constant) 20.354 5.807 3.505 .001


1
TOTAL_X .574 .102 .593 5.610 .000
a. Dependent Variable: TOTAL_Y

Dari tabel diatas dilakukan uji hipotesis; “Pengaruh Kepedulian Orang

Tua Terhadap Motivasi Belajar Peserta didik Pada Mata Pelajaran Pendidikan

Agama Islam di MA AL-HIdayah Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung”,

dengan cara menyusun Ho dan Ha.

Ho : tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kepedulian orang

tua terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam di MA

AL-Hidayah Kecamatan Ibun.

Ha : terdapat hubungan yang signifikan antara kepedulian orang tua

terhadap motivasi belajar Pendidikan Agama Islam di MA AL-

Hidayah Kecamatan Ibun.

Dari tabel diatas didapatkan nilai t hitung = 5,610 sedangkan nilai t tabel

0,254, dari output di atas (dk=n-2=60-2=58, α = 5% uji dua pihak), sehingga

diperoleh ternyata t hitung lebih besar dari t tabel maka Ho ditolak Ha diterima,

102
artinya terdapat hubungan antara kepedulian orang tua terhadap motivasi

belajar peserta didik di MA AL-Hidayah Kecamatan Ibun.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Kepedulian adalah perasaan yang ditujukan kepada orang lain, dan itulah

yang memotivasi dan memberikan kekuatan untuk bertindak atau beraksi pada

seseorang, dan mempengaruhi kehidupan secara lebih baik dan positif, dengan

meningkatkan kedekatan satu sama lain.

Tugas Orang tua yaitu salah satunya memberikan pendidikan yang baik

bagi anak-anak meraka, memberikan kasih sayang, dan peduli terhadap apa

yang mereka lakukan. Dalam memberikan sikap kepedulian terhadap anak

orang tua bukan hanya sekedar memberikan perhatian secara materil dimana

orang tua sibuk mencari uang demi masa depan anak, tetapi anak juga butuh

perhatian dari segi moril. Seperti contohnya member kasih sayang, selalu

bertanya tentang kegiatanya, berbagi pendapat tentang pengalaman masa

belajar, memahami terhadap apa yang mereka lakukan dan inginkan.

Motivasi adalah dorongan atau keinginan yang timbul pada diri seseorang

untuk melakukan sesuatu hal yang lebih baik lagi. Motivasi di bagi menjadi 2;

pertama, motivasi intrinsik yaitu dorongan yang timbul dari keinginan anak itu

sendiri, dan yang kedua, motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang timbul karna

adanya dorongan dari luar, seperti contohnya dorongan orang tua.

103
Berdasarkan penyebaran angket kepada 60 orang peserta didik sebagai

responden, sebanyak 15 item soal Variabel X (Kepedulian Orang Tua), dan 15

item soal Variabel Y (Motivasi Belajar), maka diperoleh analisis hasil bahwa

X,y Vaid. Reliabilitas X = 0,834 yang mana angka tersebut berada pada rentang

0,80 – 1,00 artinya katagori koefisien Reliabilitas sangat kuat dan Y = 0,804

berada pada rentang 0,50 – 0,75 artinya katagori Korelasi kuat. Sedangkan T

Hitung = 5,610 T tabel 0,254 ….(t.ketelitian 5% , dk= n-2= 58), t hitung ¿ t

tabel artinya Hipotesis signifikan dan diterima. Selanjutnya Uji Normalitas

Histogram berbentuk lonceng artinya data tersebut adalah normal. Linieritas

0,00 ¿ 0,05....artinya data linier, dan R Square 35,2 jika di (%) menjadi 35,2%.

Pengaruh Kepedulian Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Peserta Didik

Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di MA AL-Hidayah Kecamatan

Ibun yang dihasilkan dari analisis SPSS maka hasil dari pengaruh variabel X

(Kepedulian Orang Tua) terhadap Y (Motivasi Belajar) di MA AL-Hidayah

Kecamatan Ibun adalah 35,2% dan 65,8% adalah factor lain yang tidak di teliti

oleh peneliti.

104

Anda mungkin juga menyukai