PENDAHULUAN
dalam dunia globalisasi di bidang pendidikan peran orang tua harus di tingkatkan
anak – anak dan remaja di Indonesia serta berkurangnya tingkat belajar dan prestasi
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
sarana prasarana, dan orang tua. Salah satu yang sangat penting adalah terkait peran
orang tua. Didalam sebuah keluarga peran orang tua sangat penting bagi anak,
terlebih lagi ketika anak memasuki usia sekolah dan usia menempuh pendidikan.
1
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Th 2003, Tentang Sistem Pendidikan, Pasal 1 Ayat 1.
1
2
menjadi anak yang baik, cerdas, patuh, dan terampil. Selain itu banyak lagi harapan
lainnya tentang anak, yang kesemuanya berbentuk sesuatu yang positif. Pada sisi
lain, setiap orang tua berkeinginan untuk mendidik anaknya secara baik dan
berhasil. Mereka berharap mampu membentuk anak yang beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia berbakti kepada orang tua, berguna
bagi dirinya, keluarga, masyarakat, nusa, bangsa, negara, juga bagi agamanya, serta
Maka di sini akan terlihat bagaimana pola asuh orang tua saat belajar di
rumah. Berkaitan dengan hal tersebut, pada awalnya banyak orang tua yang
menjadi dampak negatif bagi anak jika disalah gunakan. Namun seiringnya waktu,
Peran orang tua dalam menentukan prestasi belajar siswa sangatlah besar.
Pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang atau bahkan tidak berhasil
dalam belajarnya. Sebaliknya, orang tua yang selalu memberi perhatian pada
anaknya, terutama perhatian pada kegiatan belajar mereka dirumah, akan membuat
anak lebih giat dan lebih bersemangat dalam belajar karena ia tahu bahwa bukan
2
M. Sahlan Syafei, Bagaimana Anda Mendidik Anak, 2th ed. (Bogor; Penerbit Ghalia Indonesia, 2006),
h. 1.
3
dirinya sendiri saja yang berkeinginan untuk maju, akan tetapi orang tuanya juga
memiliki keinginan yang sama. Sehingga hasil belajar atau prestasi belajar yang
Orang tua juga harus memantau perkembangan anak dalam belajar mereka
dan memantau hobi mereka untuk masa depan anak, makanya dari orang tua harus
berfikir terhadap anaknya bila mereka mengalami masalah dalam belajar maupun
tugas mereka di sekolah jangan sampai anak kehilangan konsentrasi belajar dan
minat mereka dalam belajar yang akan mengakibatkan anak mereka ketinggalan
dalam hal prestasi di sekolah dan akan menganggu masa depan anak.
Tuhan yang dibebankan kepada orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua harus
mengabdi kepada Allah SWT, keluarga, masyarakat dan bangsa. Sistem pendidikan
yang baik harus menunjukan proses pendidikan dalam keluarga sebagai realisasi
3
Lilia Kusuma Ningrum, Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Di
Kelurahan Margorejo 25 Polos Kecamatan Metro Selatan, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (Iain) Metro, 2019), h.1.
4
Peran orang tua merupakan peran yang memiliki andil dalam mendukung
Orang tua berperan untuk mengupayakan perkembangan potensi anak, baik potensi
afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Motivasi yang diberikan orang tua tidak
hanya sebatas ucapan, tetapi juga bentuk lain sehingga mampu membangkitkan
Orang tua juga harus mengikuti arus globalisasi supaya tidak tertipu oleh
anaknya dalam hal internet serta bisa memantau mereka dalam melakukan
pencarian tugas dalam hal internet supaya anak tidak melihat hal – hal yang belum
pantas untuk di lihat. Orang tua juga harus memantau anak mereka dalam hal game
online supaya anak tidak melakukan tindakan criminal yang akan merugikan orang
4
Hening Hangesty Anurraga, Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik
Usia 6-12 Tahun (Studi Pada Program Home Visit Di Homeschooling Sekolah Dolan Malang), Jurnal
Visi Ilmu Pendidikan 7, No. 3 (2019): h. 4.
5
Peran orang tua dalam pendidikan anak sangatlah kurang. Kita bisa lihat
dalam kahidupan sehari – hari, tetangga kita misalnya Orang tua cenderung
dari orang tua terhadap anak, anak akan cenderung bebas untuk bergaul. Biasanya
pergaulan yang semacam itu akan menjurus ke hal – hal yang negatif. Dari itu,
maka kita sebagai generasi muda harus mampu untuk merubah paradigma berfikir
seperti ini. Karena juga merupakan calon orang tua masa depan yang diharapkan
mampu lebih baik daripada orang tua saat ini. Baik dalam hal keimanan, moral,
bahkan finansial sekali pun untuk membentuk anak sebagai pribadi yang mampu
bersaing di era globalisasi saat ini dan masa yang lebih maju akan datang.5
Proses pendidikan bagi anak tidak serta merta hanya orang tua yang menjadi
faktor utama, akan tetapi anakpun menjadi hal-hal yang perlu diperhatikan, dalam
konteks ini misalnya sebagai orang tua dalam menjalankan perannya sudah baik
akan tetapi kondisi anak tidak mengalami perubahan, itu artinya kondisi anaklah
yang perlu dievaluasi. Didalam proses belajar ada beberapa faktor yang menjadi
hambatan bagi anak diantaranya intelegensi, bakat, minat, motivasi dan kesehatan
mental.6
5
https://Peran-Orangtua-Dalam-Pendidikan-Anak-Di-Era-Globalisasi
6
Ningrum, Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Di Kelurahan Margorejo 25
Polos Kecamatan Metro Selatan, h. 3.
6
Oleh karena itu, orang tua harus menyiapkan anak mereka sebagai generasi
masa depan, orang tua harus mempersiapkan anak mereka untuk memiliki karakter
yang mampu bertahan dan bersaing serta mumpuni dalam bidang tertentu.
Indonesia. Pendidikan ini dilakukan baik secara formal maupun non formal dengan
yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Peserta Didik setelah mempelajari
peserta didik. Untuk membangun manusia yang memiliki nilai – nilai karakter
cinta tanah air, dan tanggung jawab dalam belajar untuk masa depan mereka yang
7
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 32 Tahun 2013 Tentang Standard Nasional
Pendidikan. Pasal 1
7
kedepannya.
dasar negara Indonesia, yaitu pancasila. Namun, jika dilihat kondisi masyarakat
maka outcome yang ada ternyata belum sesuai makna karakter. Pendidikan di
dalam membentuk karakter religius seseorang. Hal ini sesuai dengan tujuan
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka,
bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga.9 Pendidik atau Pembina
8
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
9 32
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta, PT Bulan Bintang, 2003), h. 35 Zakiah
Daradjat, Ibid, h. 74
8
pertama adalah orang tua, kemudian guru. Semua pengalaman yang dilalui oleh
anak waktu kecilnya, akan merupakan unsur penting dalam pribadinya. Orang tua
hendaknya bertingkah laku dan bersikap adil terhadap anak – anaknya. Mereka juga
dituntut untuk memberikan contoh kepribadian yang baik kepada anak – anaknya
melalui sikap.
Berikut ini beberapa peran Orang Tua yang dapat dijadikan sebagai
penting yang semestinya dibangun adalah agar anak didik menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sungguh, inilah hal penting
kesadaran beriman dan bertakwa kepada Tuhan itu akan menjadi kekuatan yang
bisa melawan apabila anak didik terpengaruh untuk melakukan perbuatan yang
tidak terpuji. Apalagi, hal ini semakin dikuatkan dengan mengembangkan karakter
10
Husain Mazhahari, Opcit, h. 201-207
9
11
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. (Cet. I;Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011) h. 12.
10
dari peserta didik masih kurang minat dan bakat dalam proses pembelajaran. Proses
pembelajaran di sekolah ini yang dijalankan oleh tenaga pendidik sebagai pengganti
orang tua mereka di sekolah sudah menjalankan tugasnya dengan sebaik mungkin
dengan cara mengajarkan kepada para siswa nya dengan sabar dan membimbing
mereka untuk meningkatkan proses belajar yang sangat menyenangkan dan bisa
dimengerti oleh mereka di sekolah dan untuk mengulang pembelajaran para guru ini
memberikan suatu tugas yang akan di berikan dan mereka kerjakan di rumah sekaligus
untuk mengulang materi yang tadi di ajarkan di sekolah. Sungguh, sebagus apa pun
cara pengajaran guru di sekolah akan tetapi para siswa maupun siswinya tidak
mempelajari materi yang sudah disampaikan oleh gurunya di sekolah akan terasa sia-
sia karena siswa atau anak akan lupa di hari berikutnya pada saat pelajaran yang sama
untuk melangkah ke masa depan mereka akan sulit tercapai apa yang telah diharapkan.
Atas dasar inilah peneliti bermaksud untuk meneliti permasalahan tentang “PERAN
DEPOK”.
3. Masih ada orang tua yang tidak menghiraukan kasih dan sayang terhadap anak
5. Menurunnya rasa sopan santun anak – anak terhadap kedua orang tua dan guru
6. Terdapat anak – anak yang melakukan pelanggaran norma – norma agama di dalam
masyarakat
11
7. Terdapat anak-anak yang mencuri ayam, warung hasil kebun dan sebagainya
Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, maka agar dalam
pembatasan masalah tidak meluas dan berfokus pada pembahasanya maka peneliti
membatasi masalah pada kecerdasan emosional anak terhadap teknologi informasi dan
komunikasi dalam dunia pendidikan dan Subyek yang digunakan penulis dalam
sebagai berikut:
pendidikan?
2. Apa saja solusi dan hambatan yang akan di hadapi oleh orang tua dan guru
1. Tujuan Penelitian
a. Untul mengetahui peran orang tua dan guru dalam membentuk kecerdasan
b. Untuk mendeskripsikan solusi dan hambatan yang akan di hadapi oleh orang
2. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
2. Secara Praktis
a. Bagi Guru
Guru adalah pengganti orang tua yang di rumah yang akan mengajarkan
atau wali murid nanti supaya orang tua juga memantau anak mereka di
b. Bagi Sekolah
13
mereka raih
Penelitian ini mempunyai banyak kegunaan dan manfaat, baik untuk kalangan
diklasifikasikan menjadi 2 (dua) jenis, yaitu ditinjau dari segi teoritis dan praktis.12
1. Secara teoritis
permasalahan tanggung jawab orang tua kepada anak di era digital dengan
2. Secara praktis
masyarakat khususnya orang tua tentang tanggung jawab orang tua kepada
anaknya di era digital saat ini sehingga dapat meminimalisir pengaruh buruk
yang terjadi akibat kecanggihan teknologi dan sistem informasi saat ini.
12
Wiratna sujarweni, metodelogi penelitian (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), 56.
14
b) Penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukkan atau referensi dari pada
solusi hukum dari gejala dan peristiwa hukum yang sangat bervariatif seperti
hukum keluarga Islam di Indonesia berdasarkan atas uji teori yang digunakan
untuk menganalisis tanggung jawab orang tua kepada anak di era digital.
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Kecerdasan emosional (Emotional Quotient) terdiri dari dua kata, yaitu emosional
(emotional) dan kecerdasan (quetiont) dengan demikian penulis akan menjelaskan satu
persatu.
1. Emosional
(emosional) yang dalam kamus lengkap psikologi berarti “suatu keadaan yang
oleh evolusi. Akar kata emosional berasal dari bahasa latin yakni movere, yang
13
6James P, Dictionary of Psychology, Terj. Kartini kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2011), h. 165.
14
James P, Dictionary of Psychology, terj. Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, h. 7.
16
kamus lengkap bahasa Indonesia “emosional adalah keadaan perasaan yang meluap
bertindak”.16 Sedangkan menurut Crow yang telah dikutip oleh E. Usman Efendi
dan Juhaya S. Praja menyatakan bahwa emosional merupakan suatu keadaan yang
keselamatan individu.17
suatu keadaan atau luapan perasaan yang mendalam dan bergejolak yang terjadi
a. Quotient (kecerdasan)
Menurut William Stem yang dikutip oleh Usman Efendi dan Juhaya S.
umum pada individu yang secara sadar untuk menyesuaikan fikirannya pada
15
8EM Zul Fajr & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Difa Publiser), h. 280.
16
Daniel Gileman, Kecerdasan Emosional, terj. T. Hermaya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998), h.
411.
17
E. Usman Effendi, Juhaya S. Praja S, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa 1989), h. 81.
18
EM Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 253.
19
E. Usman Effendi, Juhaya S. Praja S. Praja, Pengantar Psikologi, h. 88.
17
pelajaran dan hikmah dari setiap persoalan sekaligus upaya mereka untuk
cara individu bertingkah laku dan bertindak, yaitu cepat atau lambatnya
2. Kecerdasan Emosional
kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain,
sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain. Kemampuan yang berbeda namun
yang cerdas, dalam arti terpelajar akan tetapi lemah dalam kecerdasan emosional,
ternyata bekerja dengan orang yang ber-IQ lebih rendah tetapi unggul dalam
kecerdasan emosional.21
atas 3 komponen yaitu kalbu, akal dan nafsu. Kecerdasan qalbiah meliputi
20
Tim Penyusun Kamus, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), h. 108.
21
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosinal, terj. T. Hermaya ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003), h.
512.
18
dan agresif. Kecerdasan ini mengarahkan seseorang untuk bertindak secara hatihati,
waspada, tenang, sabar dan tabah ketika mendapat musibah, dan berterimah kasih
Hal lain yang menekankan pentingnya menjaga hati adalah bahwasanya hati
Menurut Daniel Goleman yang dikutif oleh Jeane Siagel menuliskan bahwa
empati sebagai keterampilan dasar manusia, sehingga orang yang memiliki empati
diri, mengelolah emosional dengan baik dan mampu membina hubungan dengan
orang lain yang menunjukkan seseorang mempunyai kepedulian terkait etika dan
22
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam( Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2002), h. 325.
23
Khalid bin Abdullah Al Mushlih, Hati Yang Bersih, Official Website of Khalid Bin Abdullah Al Mushlih, (1 juli
2014), (diakses 1 September 2020).
24
Jeane Seagel, Melejikan Kepekaan Emosional :Cara Baru Praktis Untuk Menggunakan Potensi Insting dan
Kekuatan Emosi Anda, terjemahan dari Raising your Emotinal Intelligence, terj. Ari Nilandari (cet. II,
Bandung: 2001), h. 139.
19
perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari
Kesadaran diri membuat kita lebih waspada terhadap suasana hati maupun pikiran
tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu yang menjadi mudah larut
dalam aliran emosional dan dikuasai oleh emosional. Kesadaran diri memang
emosional.25
b) Mengelola Emosional
dalam menghadapi perasaan agar dapat terungkap dengan tepat, sehingga tercapai
keselarasan dalam diri individu. Menjaga agar emosional yang merisaukan tetap
yang meningkat dalam waktu yang relatif lama akan mengganggu kestabilan
Suharsono mengutip sebuah hadist Nabi riwayat Hakim dan Ibnu Hibban
yang artinya “ada tiga hal yang apabila dilakukan akan dilindungi oleh Allah dalam
25
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional Terjemahan, T. Hermaya, h. 513
26
1Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional Terjemahan, T. Hermaya, h.516
27
Suharsono, Melejitkan IQ, EQ, SQ. (cet, I, Jakarta: Ummah Publishing, 2009), h.203.
20
individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan
dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan memotivasi diri yang
Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli,
empati lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan
yang diingankannya dan sulit memahami keinginan serta kemauan orang lain.28
secara garis besar terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
a. Faktor Internal
Faktor internal ialah apa yang ada dalam diri individu yang dapat
sumber yaitu segi jasmani dan psikologis. Segi jasmani adalah faktor fisik dan
28
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional Terjemahan, T. Hermaya, h.520.
21
b. Faktor eksternal
dipisahkan
1) Faktor Psikologi
Faktor psikologi merupakan faktor yang berasal dari dalam diri individu.
efektif. Menurut Goleman kecerdasan sangat erat kaitannya dengan keadaan otak
emosional. Bagian otak yang mengurusi emosional dalam system limbic. Sistem
limbic terletak jauh dalam himsper otak besar terutama bertanggungjawab atas
emosional. Puasa yang dimaksud disini adalah salah satunya puasa Sunnah
seninkamis.
22
kebiasaan, dan rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang berujung pada
berkembang menjadi kebiasaan. Pengendalian diri tidak muncul begitu saja tanpa
emosional yang negatif agar tidak dilampiaskan begitu saja sehingga mampu
menjaga tujuan dari puasa itu sendiri. Kejernihan hati yang terbentuk mellui
puasa senin-kamis akan menghadirkan suara hati yang jernih sebagai landasan
3) Faktor Pendidikan
kecerdasan akademik saja, memisahkan antara kehidupan dunia dan akhirat, serta
29
Ary GinanjarnAgustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan spiritual ESQ Emotional
spitirual quotient bersasarkan 6 rukun imam dan 5 rukun islam,(cet. I, Jakarta: Arga Publishing, 2001), h. 87.
23
digunakan oleh Allah dalam mendidik para hamba-Nya. Dalam konteks yang
lebih spesifik, yakni pendidikan anak usia dini, kisah atau cerita ternyata mampu
menyentuh emosional spiritual anak didik dengan cara yang memukau. Seluk
beluk sebuah cerita atau kisah menghanyutkan emosional anak sehingga mereka
seolah-olah merasa hidup dan terlibat langsung dalam kisah tersebut. Tidak heran
jika anak bias menitikan air mata ketika menyimak kisah-kisah yang megharukan
adalah berdzikir, karena dzikir dan kecerdasan mempunyai koneksi yang kuat.
kecerdasan tersebut akan membentuk kecerdasan baru yang disebut oleh Abdul
Pendidikan Islam membina dan meluruskan hati terlebih dahulu dari penyakit-
penyakit hati dan mengisi dengan akhlak yang terpuji, seperti ikhlas, jujur, kasih
demikian inilah yang menjadi titik berat dalam proses pendidikan Islam.32
kehidupan sehari-hari.
30
Suyadi, Ternyata Anakku Bisa Kubuat Genius, Inilah Panduannya Untuk Para Orangtua dan Guru
(Yogyakarta: Power Books, 2009), h. 145.
31
6Suyadi, Quantum Dzikir, ( Interaksi Dzikir dan Optimasi Kecerdasan Manajemen Dzikir Berorientasi
Sempurnanya SQ, EQ, dan IQ, (Jogjakarta : Diva Press, 2008), h. 5.
32
Ishak w. Thalibo, Membangun Kecerdasan Emosional Dalam Perspektif Islam, jurnal Iqra’.word press.com,
2008.
24
Dalam kamus besar bahasa Indonesia orang tua adalah ayah kandung. Keluarga
terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak (termasuk keluarga kecil) jika terdapat nenek dan
kakek maka termasuk kedalam keluarga besar yang terbentuk dari ikatan perkawinan yang
Sedikit perbedaan dengan hal tersebut jika secara umum dalam masyarakat orang
tua merupakan orang yang telah melahirkan kita yakni ibu dan ayah saja. 33 Hal tersebut
menjadi pengendali penting dalam memengaruhi pendidikan anak sejak dini. Jadi, orangtua
merupakan orang – orang pertama yang dikenal anak dan darinya pula sang anak
mengetahui berbagai macam tentang dunia dari mereka meskipun kelak nantinya sang anak
juga akan terjun langsung di lingkungan setidaknya beberapa pengetahuan dasar itu telah
Dari beberapa pengertian tersebut maka orangtua juga merupakan orang yang
bertanggung jawab dalam perkembangan anaknya. Orang tua harus mendidik anaknya
dengan hal – hal yang baik. Orang tua berkewajiban memberikan yang dimiliki kepada
anak – anaknya.
Peran sebagai orangtua bukan lah suatu hal yang mudah. Orangtua juga memiliki
peran sentral pada nasib anak-anaknya dalam bencana hidup di dunia. Peran tersebut
bermacam-macam biasanya perlakuan orang tua itu disebut dengan pola asuh.
Sifat manusia itu berbeda-beda mereka juga berprilaku berbeda pula, sedangkan
orangtua juga merupakan manusia mereka memiliki pola prilaku yang berbeda hal tersebut
juga akan berdampak pada bagaimana pola asuh yang diterapkan oleh masing-masing
orangtua terhadap anaknya dalam mendidik.35 Pola asuh orangtua ini nantinya akan
membentuk kepribadian anak, sehingga penting bagi orangtua untuk menerapkan pola asuh
33
Abdul Wahib, “Konsep Orang Tua dalam Membangun Keprbadian Anak”, Magetan, Vol 2, No 1, Tahun
2015, h 2.
34
Mardiyah, “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak”, Vol
3, No 2, thn 2015, h 112.
35
Abdul Wahib, “Konsep Orang Tua dalam Membangun Kepribadian Anak”, Vol 2, No 1, thn 2015, h 4.
25
Tugas sebagai orangtua merupakan suatu tugas yang luhur dan berat. Sebab ia tidak
hanya menyelamatkan anaknya di kehidupan dunia saja tetapi juga memiliki amanat yang
berat yakni menyelamatkan mereka dari siksa neraka di akhirat kelak dimana anak
Orang tua memiliki beberapa peran atau tugas sebagai berikut :36
anak.
agama.
akhlak mulia.
terhadap anak – anaknya demi kebaikan keluarganya dihadapan Allah dan masyarakat
memilih wanita yang sholehah sebagai ibu dari anak-anaknya begitu pula
seorang wanita memiliki kewajiban untuk memilih laki – laki yang sholeh untuk
36
Mardiyah, “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak”, Vol
3, No 2, thn 2015, h 113.
37
Hasan Langgunglung, Manusia dan Pendidikan, (Pustaka Al Husna Baru: Jakarta) cet 5
38
, h 326
26
sebuah nama yang baik bagi anaknya sebab sebuah nama adalah perwujudan
c. Bersifat adil terhadap anak – anaknya. Orang tua bekerja sama dengan lembaga
sampaikan oleh guru mereka serta melatih otak mereka supaya bisa lebih cepat nangkap
Guru atau pendidik adalah orang dewasa yang memiliki tanggung jawab dalam
memberikan bimbingan atau bantuan kepada peserta didik dalam perkembangan rohani
mau pun jasmaninya sehinga peserta didik mampu mencapai kedewasaaannya, mampu
menjalankan tugasnya sebagai makhluk Allah, sebagai makhluk sosial dan juga sebagai
Sudah umum diketahui bahwa peran guru sangat penting dalam kemajuan
pendidikan. Peran guru yang dimaksud disini adalah peran yang berkaitan dengan peran
Dr. Oemar Hamalik dalam bukunya Psikologi Belajar dan Mengajar menuliskan bahwa
peran guru yang pertama adalah sebagai pengajar, memberikan pelayanan kepada para
siswa supaya mereka selaras dengan tujuan sekolah. Peran yang kedua, yakni
memberikan bimbingan dan bantuan terhadap setiap individu siswa agar mampu
39
Yohana Afliani Ludo Buan, Guru dan Pendidikan Karakter Sinegritas Peran Guru
dalam Menanamkan Nilai-nilai Pendidikan Karakter di Era Milenial, (Indramayu: Penerbit
Adab, 2020), h. 1.
40
Askhabul Kirom, Peran Guru Dan Peserta Didik Dalam Proses Pembelajaran
Berbasis Multikultural, Jurnal Al-Murrabi: Jurnal Pendidikan Agama Islam, Vol. 3 No. 1,
Desember 2017, h. 73.
27
Sementara itu, menurut Gery Flewing dan William Hingginson salah satu peran
dari empat peran guru yang mereka ungkapkan adalah dengan memberikan stimulasi
kepada siswa dengan menyediakan tugastugas pembelajaran yang kaya dan terencana
Kecerdasan emosional anak bisa dilihat dari bagaimana karakternya, sehingga guru
akan berperan dalam melakukan pendidikan karakter anak. Dikatakan bahwa meski
maka hasilnya hanya membuat rakyat kesulitan sementara pihak yang berkuasa dan yang
Kita dapat melihat bagaimana Negara di belahan dunia yang lain mengaplikasikan
pendidikan karakter pada siswanya. Seperti Finlandia yang menjadi Negara maju karena
tingkat kejujuran yang menjadi asas pembangunan negaranya, Jepang dengan nilai
terhadap orang lain.43 Artinya, ketika sebuah bangsa didominasi oleh orang-orang yang
cerdas secara intelektual dan kurang baik dalam kecerdasan emosi, maka pihak-pihak ini
Namun tidak memikirkan dampak buruk yang mereka hasilkan kepada orang lain.
Jika ada orang cerdas namun tidak jujur, orang cerdas namun tidak santun, atau orang yang
cerdas namun pemarah dan juga pendendam. Justru dampaknya bisa saja merugikan orang
lain. Penjahat yang cerdas sungguh berbahaya. Namun orang yang kurang cerdas namun
41
Ibid.
42
Asep Ediana Latip, Pembangunan Karakter Peserta Didik pada Jenjang Pendidikan
Dasar, (Repository FITK Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, diakses pada 23 Januari 2021,
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/39107/1/Asep-FITK), h. 307.
43
Ibid, h. 307.
28
Jika melihat betapa besar efek sebuah pendidikan bagi sebuah bangsa, maka
seharusnya pendidik perlu mengambil perhatian untuk meningkatkan peran dan kontribusi
dalam mendidik siswanya. Bukan hanya dalam mencerdaskan intelektualnya saja, namun
juga mencerdaskan karakter siswa sebagai salah satu aspek dari kecerdasan emosional.
Dengan begitu, kelak anak-anak di Negara ini akan tumbuh menjadi orang yang cerdas
Tugas pendidik atau guru adalah mendidik, mengajar, melatih, mengevaluasi, dan
terus memperbaiki sampai peserta didik berlanjut menuju jenjang pendidikan selanjutnya.
Proses ini harus dilakukan oleh pendidik sebagai sebuah proses kehidupan di dalam dunia
pendidikan. Sementara itu, tugas pendidik menurut Ag. Soejono dalam bukunya Ahmad
Tafsir mengatakan:
a. Wajib mengetahui dan menemukan hal yang ada pada diri anak sebagai sebuah
b. Berusaha menolong anak didik dalam mengembangkan hal-hal bawaan yang positif
dan menekan perkembangan hal-hal bawaan yang tidak baik agar tidak
berkelanjutan.
c. Memberi gambaran kepada peserta didik mengenai tugas orang dewasa dengan cara
d. Melakukan evaluasi setiap waktu agar mengetahui perkembangan yang terjadi pada
Selain memiliki tugas, guru juga memiliki peran yang sangat penting dalam
pendidikan karakter siswa karena guru adalah sosok yang mampu memberikan contoh
44
Yohana, Op.Cit. h. 3-5
29
kepada peserta didik. Guru mampu dijadikan teladan dan contoh yang tepat karena
memiliki tugas dalam mendidik siswa dan memiliki kesempatan untuk berinteraksi
langsung dengan siswa.45 Guru sebagai teladan dapat dilihat dari tiga aspek yakni sikap,
perkataan, dan perbuatan. Tiga aspek ini pasti ada dalam diri manusia dan memiliki
keterkaitan satu sama lain karena sikap seseorang dapat dilihat melalui bagaimana ia
bertutur kata. Dan juga sikap seseorang bisa dinilai dari bagaimana tindakannya. Dengan
tiga aspek ini, guru diharapkan mampu memunculkannya dalam dirinya sendiri untuk bisa
Karakteristiknya
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil
proses pematangan. Hal ini menyangkut beragam proses diferensiasi dari sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ, dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa yang kemudian
Anak usia dini mulai peka atau atau sensitif untuk menerima berbagai rangsangan.
Setiap anak memiliki masa peka yang berbeda seiring dengan laju pertumbuhan dan
perkembangan sang anak sebagai individu. Peletakan dasar pengembangan aspek bahasa,
moral, agama, kognitif, fisik, motorik, sosial, dan emosional sangat baik dilakukan pada
masa usia ini. Sebab itulah perkembangan anak usia dini dijadikan sebagai masa keemasan
Perkembangan sosial dan emosional anak usia dini dimulai dari masa konsepsi.
Anak akan selalu berkembang melalui stimulus yang diberikan kepadanya. Dalam berbagai
aspek perkembangan, setiap anak memiliki masa peka yakni pada rentang usia 4 sampai 6
45
Ibid.
46
Soedjiningsih, Tumbuh Kembang Anak, (Jakarta: EGC, 1995), h. 1.
47
Tien Asmara Palintan, Membangun Kecerdasan Emosi dan Sosial Anak Sejak Usia Dini,
(Bogor: Penerbit Lindan Bestari, 2020), h. 1.
30
tahun. Usia tersebut adalah masa peka perkembangan aspek sosial emosional anak. Anak
dan masa lalu dan emosi ini dapat berbentuk sesuatu yang spesifik seperti sedih, senang,
takut, dan marah.50 Setiap anak memiliki kebutuhan emosional yaitu kebutuhan untuk
dicintai, dihargai, merasa aman, merasa kompeten, dan kebutuhan untuk mengoptimalkan
kompetensi. Apabila kebutuhan emosi ini dapat dipenuhi dengan baik maka akan
Pada usia 6 tahun, anak-anak memahami konsep emosi yang lebih kompleks seperti
kesulitan dalam menafsirkan emosi orang lain. Pada usia 7-8 tahun, perkembangan emosi
anak telah menginternalisasikan rasa bangga dan juga rasa malu. Konflik emosi yang
dialami anak mampu ia verbalisasikan. Semakin bertambah usia anak, ia akan semakin
menyadari perasaan dirinya dan orang lain. Mereka mulai belajar untuk memahami
Untuk anak usia 9-10 tahun, anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi
sosial dan dapat memberikan respon terhadap distress emosional atau sebuah stress negatif
yang menimbulkan rasa tidak nyaman yang terjadi pada orang lain. Anak juga mampu
mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya
marah, sedih, atau takut sehingga ia juga belajar untuk beradaptasi agar emosi tersebut
dapat dikontrol.53 Pada usia 11-12 tahun, anak sudah mulai lebih mengenal pengertian
tentang baik dan buruk, tentang norma-norma aturan serta nilainilai yang berlaku di
48
Ibid, h. 2.
49
Papalia Olds Feldman, Human Development (Perkembangan Manusia), (Jakarta:
Salemba Humanika, 2008), h. 262.
50
Tien Asmara Palintan., Loc.cit, h. 12.
51
Erna Labudasari dan Wafa Sriastria, Perkembangan Emosi pada Anak Sekolah Dasar,
Jurnal Pendidikan Dasar dan Pebelajaran 9 (1), 58, Tahun 2019, h. 2.
52
Ibid, h. 6.
53
Ibid.
31
masyarakat sekitar lingkungannya dan menjadi lebih fleksibel tidak sekaku saat di usia
kanak-kanak awal. Anak akan mulai memahami bahwa ada penilaian baik dan buruk atau
aturan yang ada dapat berubah tergantung bagaimana keadaan dan situasi munculnya
perilaku tersebut. Nuansa emosi anak pada usia ini menjadi semakin beragam.54 Peran dan
fungsi emosi pada perkembangan anak adalah sebuah bentuk komunikasi dan berperan
dalam mempengaruhi kepribadian dan penyesuaian diri anak dengan lingkungan sosialnya.
Selain itu, tingkah laku yang sama dan berulang-ulang kali dilihat atau dialaminya dapat
pengendalian emosi sebagai rumusan dari kecerdasan emosional menurut teori Daniel
a. Self Knowing
Self knowing adalah suatu keadaan di mana seseorang mampu melatih kematangan
emosinya sehingga ia mampu mengenal dirinya sendiri. Hal ini akan menjadikan seseorang
mampu mengoptimalkan potensi yang ada pada dirinya karena ia sudah mengetahui apa
kelebihan dan kekurangan dirinya. Ketika anak usia MI/SD dikenalkan untuk mampu
emosional yang perlu dilatih terus menerus sampai anak matang secara emosi.56 Perlu
dilakukan proses refleksi sebagai salah satu cara untuk mengajarkan self knowing kepada
anak. Refleksi di sini adalah sebuah proses merenungi perasaan yang dimiliki oleh peserta
didik dan bisa dilakukan dengan memberikan self affirmative misalnya, mengapa saya
marah? Mengapa saya harus merasa sedih? Dan sebagainya. Jawaban yang diberikan atas
pertanyaan tersebut akan memunculkan perasaan tahu dan sadar akan potensi emosi yang
dimilikinya.39
54
Ibid.
55
56
Nafia Wafiqni, M.Pd dan Asep Ediana Latip, Psikologi Perkembangan Anak Usia
MI/SD Teori dan Grand Desain Pendidikan Berbasis Perkembangan (Education Based
Child’s Development), Ciputat: UIN Press, 2015), h. 133. 39Ibid, h. 134.
32
b. Managing Emotion
Ketika ada seseorang mendapat masalah yang membuatnya merasa stress atau
tertekan, lalu kemudian ia menjadi sensitive dan mudah marah, maka akar persoalannya
seseorang mampu menyelesaikan masalah dalam kondisi emosi yang baik dan stabil,
mengendalikan dan mengolah emosi dengan baik. Ketika seseorang kecerdasannya tinggi
maka seharusnya ia mampu mengendalikan emosinya dengan lebih baik karena intelegensi
adalah dasarnya. Kecerdasan dan emosi adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan. Ketika
seseorang mengalami masalah, ia harus cerdas dalam mencari cara penyelesaian dan cerdas
dalam mengatur tingkat emosinya sehingga tidak berlebihan baik dalam pikiran maupun
tindakan.
c. Motivating Oneself
Motivasi dapat hadir bergantung dengan suasana hati seseorang. Suasana emosi
yang baik, mampu menjadi motivasi bagi siswa dalam menjalankan aktivitas mau pun
belajar. Ketika anak usia MI/SD memiliki suasana emosi yang damai dan tidak tertekan,
maka motivasi belajarnya pun akan meningkat.58 Desnita menjelaskan, bahwa emosi
adalah bahan bakar yang melahirkan motivasi dan motivasi adalah ujung tombak
terealisasinya sebuah aktivitas yang penuh dengan semangat. Motivating oneself adalah
proses memotivasi diri sendiri mau pun memotivasi orang lain. Ketika seseorang
mendengar motivator berbicara, menonton, dan mendengar sebuah kisah yang akhirnya
59
memicu seseorang untuk lebih termotivasi. Contoh sederhananya, ketika seseorang
menonton film tentang semangat mengejar mimpi dan cita-cita. Maka orang tersebut akan
57
Ibid.
58
Ibid, h. 135.
59
Ibid.
33
terpicu untuk ikut mengejar mimpinya dan merasa sangat bersemangat dalam
menjalankannya.
d. Empathy
Empati adalah sebuah bagian kecil dari emosi positif yang menjadikan seseorang
menjadi matang dan dewasa. Ketika individu ditampilkan sebuah peristiwa di masyarakat,
kisah yang dialami seseorang, tentu akan memicu rasa empati. Ini adalah salah satu upaya
untuk mengoptimalkan rasa empati seseorang.60 Empati dan kepedulian kepada orang lain
e. Handling Relationship
Emosi yang berkembang dalam diri seorang anak tidak terlepas dari
kemampuannya membangun relasi dengan teman sebayanya, orang tua, maupun dengan
guru. Kemampuan membangun hubungan adalah salah satu ciri matangnya emosi. Saat
kematangan emosi ini tercapai, tanda yang muncul biasanya berupa percaya diri, ramah,
dan menyayangi. Sementara ketika seseorang terganggu emosinya maka muncul sikap
Secara khusus, aspek-aspek yang termasuk ke dalam lima komponen utama di atas
terbagi ke dalam dua bagian. Yang pertama adalah kecakapan pribadi dan yang kedua
A. Kecakapan Pribadi
sendiri. Kecakapan pribadi terbagi menjadi kesadaran diri, pengaturan diri, dan motivasi.
60
Ibid.
61
Gita Sekar Prihanti, Empati dan Komunikasi (Dilengkapi Modul Pengajaran dengan
Model Pendidikan Berbasis Komunitas), (Malang: Penerbitan Universitas Muhammadiyah
Malang, 2017), h. 32.
62
Nafia Wafiqni, Op.Cit., h.137.
34
a. Kesadaran Diri
Kesadaran diri akan membantu seseorang untuk mengetahui dan peka terhadap
kondisi diri sendiri, kesukaan, sumber daya dan intuisi. Selain itu, seseorang akan mampu
mengenali emosi dirinya sendiri dan apa efeknya. Penilaian diri yang teliti juga termasuk
ke dalam kesadaran diri, yakni mengetahui kekuatan dan batas diri. Bentuk lain dari
kesadaran diri adalah percaya diri, merasa yakin tentang betapa berharga dan penting
b. Pengaturan Diri
Dalam pengaturan diri, seseorang akan mengelola kondisi, impuls, dan sumber daya
diri. Beberapa hal diantaranya adalah, yang pertama, mengenali dirinya sendiri yakni
mengelola emosi dan desakan hati yang merusak. Kedua, sifat dapat dipercaya yakni
mampu memelihara norma kejujuran dan integritas. Ketiga, memiliki kewaspadaan artinya
luwes ketika terjadi perubahan. Dan yang terakhir, mampu berinovasi seperti mudah
menerima dan terbuka terhadap gagasan atau informasi baru yang diperoleh.
c. Motivasi
Beberapa aspek dari motivasi adalah memiliki dorongan prestasi seperti memiliki
dorongan untuk menjadi lebih baik, memiliki komitmen, inisiatif, dan optimis artinya
B. Kecakapan Sosial
hubungan. Kecakapan atau keterampilan sosial biasanya ditunjukkan dengan sikap mudah
berbicara sebagai tanda lain dari kecerdasan emosional. Mereka yang kuat keterampilan
63
Lauw Tjun Tjun dkk, Pengaruh Kecerdasan Emosional terhadap Pemahaman
Akuntansi Dilihat dari Perspektif Gender, Jurnal Akuntansi Vol I, No. 2, November 2009:
101118, h. 104.
35
sosialnya biasanya adalah tipikal orang yang mampu bekerja di dalam tim. Daripada
mau membantu orang lain untuk berkembang, dapat mengatasi perselisihan, seorang
komunikator yang baik dan mampu membangun dan mempertahankan sebuah hubungan.
64
Kecakapan sosial terdiri dua hal, sebagai berikut:
a. Empati
orang lain. Beberapa tanda dari empati adalah mampu memahami orang lain seperti
mengerti perspektif dan mampu menunjukan kepedulian terhadap minat mau pun keadaan
mereka.
b. Keterampilan Sosial
dikehendaki pada orang lain. Beberapa bagian dari keterampilan sosial adalah mampu
berkomunikasi, memiliki kemampuan dalam memimpin, dan mampu bekerja sama dengan
c. Penerimaan Emosi
mendorong pandangan orang lain dengan terbuka pada emosi mereka. Selain itu, juga
memberikan upaya dalam memfasilitasi arus masuk dan arus ke luarnya emosi sehingga
sendiri.67 Daya penerimaan emosi yang baik mampu membuat seseorang secara pribadi dan
sosial menjadi kompeten. Dan bahkan lebih jauhnya, reseptor emosi atau penerimaan
64
Sandhya Mehta dan Namrata Singh, Development of The Emotional Intelligence Scale,
International Journal of Management & Information Technology Vol. 8, No. 1, 2013, h.1253.
65
Ibid.
66
Sandhya Mehta dan Namrata Singh, Op.Cit., h.1256
67
Nur Asiah, Analisis Kemampuan Praktik Strategi Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Mahasiswa PGMI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung, Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Dasar, Vol. 4, No. 1 Tahun 2017, h. 24.
36
emosi ini mampu membuat individu menjadi berempati dan peka terhadap kebutuhan orang
lain.
Menurut Schutte dkk, kecerdasan emosi yang lebih tinggi dapat berhubungan
dengan perasaan hati yang lebih baik dan kontrol yang lebih bersifat keinginan hati. Hal ini
akan membuat orang lain mengaitkan bahwa kecerdasan emosi yang rendah akan berkaitan
dengan tingkat gangguan kendali impuls dan gangguan adiktif yang tinggi. Beberapa studi
yang dilakukan oleh Bracket, Mayer dan Warner, Riley dan Schutte, juga Trinidad dan
Johnsin menemukan bahwa ketika kecerdasan emosional yang rendah dikaitkan dengan
dalam persepsi dan pengolahan emosi. Sementara pada orang yang memiliki kecerdasan
emosional yang lebih baik, akan memiliki rasa percaya diri yang lebih tinggi. Mereka akan
memiliki keyakinan bahwa mereka mampu berhasil mengatasi masalah kehidupan tanpa
menggunakan obat-obatan. Dengan kecerdasan emosi yang baik, seseorang akan melawan
Artinya ketika ada seseorang yang memiliki pengendalian emosi yang baik atau
cerdas secara emosi, mereka mampu mengalihkan pikiran dan mencari cara untuk
mengatasi kesulitan yang mereka alami dengan cara yang lebih positif dan bukan dengan
Orang dengan kecerdasan emosional yang baik lebih mungkin untuk mencapai
kesuksesan karena mereka tahu bagaimana cara mengidentifikasi emosi sehingga mampu
memahami emosi itu dengan baik. Hal ini diperlukan bagi mereka karena merupakan
sebuah keterampilan yang bukan hanya meningkatkan pertumbuhan dirinya saja, namun
juga meningkatkan hubungannya dengan orang lain. Meskipun kecerdasan emosional ini
penting dan sudah bisa dijelaskan, namun pendekatan dalam proses mengelola dan
mendidiknya masih belum terjadi terlalu luas dan besar. Cara dalam membesarkan anak
68
Inderjit Kaur, Nicola S. Schutt, Einar B. Thorsteinsson, “Gambling Control
Selfefficacy as a Mediator of the Effects of Low Emotional Intelligence on Problem
Gambling”, J Gambl Stud (2006) Vol. 22, h. 406.
37
akan sangat dipengaruhi oleh emosi dan kompetensi sosial anak-anak itu sendiri.69
Sehingga emosi orang lain di sekitarnya juga akan mempengaruhi pertumbuhan emosi
seseorang.
agar melakukan sesuatu dengan pikiran jernih dan objektif yang mampu dilakukan dengan
mengenali faktor yang mempengaruhinya dan unsur yang ada di dalamnya terlebih dahulu.
Faktor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional ini adalah dengan mampu melihat,
memilih, dan memprioritaskan sesuatu dengan baik. Selain itu, menurut Ginanjar, unsur di
dalam kecerdasan emosi meliputi suara hati, kesadaran diri, motivasi, etos kerja, keyakinan,
guru tentang masalah emosional anak dan memotivasi pendidik untuk menangani masalah
71
kecerdasan emosional ini dengan serius. Kecerdasan emosional memang bukan sebuah
cara paling ajaib untuk berbagai masalah hidup. Namun banyak bukti yang menunjukkan
bahwa kemampuan dalam memahami dan menangani emosi secara efektif memainkan
Keterlibatan orang tua menjadi aspek utama dalam perkembangan anak, khususnya
dalam belajar anak. Efek dari adanya campur tangan orangtua dalam dunia pendidikan pada
saat belajar anak secara umum anak menjadi sukses dalam pembelajaran di sekolah
(lembaga pendidikan formal), karena orangtua mendukung dan terlibat dalam pendidikan
anak. Kegiatan belajar anak di sekolah cukup terbatas, sedangkan anak waktu terbanyaknya
69
Helen Y. Sung, “The Influence of Culture on Parenting Practices of East
Asian
Families and Emotional Intelligence of Older Adolescents A Qualitative Study”, School
Psychology International (2010), Vol. 31, No. 2, h. 200.
70
Nofianty Djafri, Loc.,Cit.
71
Moshe Zeidner, Israel Richard D. Roberts, Gerald Matthews, “Can
Emotional
Intelligence Be Schooled? A Critical Review”, Educational Psychologist Journal, Vol.
37 No. 4, Tahun 2002, h. 229.
72
Mihaly Csikszentmihalyi dan Isabella Selega Csikszentmihalyi, Library of Congress
Cataloging in Publication Data, (New York: Oxford University Press, 2006), hal. 104.
38
anak belajar saat anak berada di rumah menjadi penentu pencapaian prestasinya di sekolah.
Keterlibatan orangtua dalam belajar sang anak menjadi kebutuhan terlebih lagi bagi anak
Peran orangtua yang utama dalam ruang lingkup keluarga merupakan mengurus
buah hati dengan penuh cinta dan perhatian. Agar anak tumbuh dengan penuh rasa bahagia.
anak-anaknya. Terutama memberikan anak pendidikan yang layak dalam menuntut ilmu.
a. Pendidik (Edukator)
Pendidik (Edukator) dalam islam adalah orangtua, orangtua memiliki hak dan
yang terbaik bagi anaknya agar potensi dalam diri sang anak dapat berkembang secara
seimbang.
b. Pendorong (Motivator)
melakukan sebuah pekerjaan. Motivasi terdapat dua jenis yakni motivasi yang berasal dari
dalam diri sendiri atau sering disebut dengan interinsi hal tersebut sangat berkaitan dengan
kesadaran diri sendiri terhadap sesuatu dan motivasi yang berasal dari luar atau sering
disebut dengan eksterinsik yakni sebuah dorongan yang berasal dari orang-orang terdekat
c. Fasilitator
alat tulis, buku tulis dan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan belajar.
39
d. Pembimbing
Peran orangtua juga menjadi pembimbing dan pengawasan saat di rumah dalam
Pengawasan dan bimbingan tersebut mutlak dilakukan saat anak berada dirumah
agar mereka mengetahui kesulitan dalam proses belajar sang anak hal tersebut juga agar
anak memiliki kedisiplinan dalam mengerjakan tugas sekolah. Terlebih pada masa pandemi
ini anak sepenuhnya belajaran dirumah. Maka dalam hal tersebut orangtua menjadi guru
selama masa belajar anak. Orangtua menjadi pembimbing dengan menjelaskan materi –
materi yang belum anak ketahui serta memberikan fasilitas sebagai bahan belajar anak
banyak tenaga pendidikan serta sekolah di liburkan oleh karena itu pemerintah Indonesia
daring ( pembelajaran tatap muka melalui media online seperti zoom maupun google
disebut dengan pembelajaran daring. Penggunaan sosmed dan berbagai aplikasi untuk
diselenggarakan untuk kelas belajar online secara massif dalam jangkauan jaringan
internet. Internet tersebut bisa secara gratis (data dari pihak lembaga yang merupakan
fasilitas) ataupun yang secara prabayar (data dari pihak mandiri atau pribadi masing
masing).73
kekuatan jaringan internet untuk online dalam mengikuti proses pembelajaran yang sedang
berlangsung atau diikutinya. Jika pendidik mampu merancang model pendidikan tersebut
dengan menarik maka akan menjadi proses pembelajaran yang menarik bagi peserta didik
73
Minanti Tirta Yanti, Eko Kuntarto, Agung Rimba Kurniawan, “Pemanfaatan Rumah Portal Belajar
Kemendikbud Sebagai Model Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar”, Vol 5, No 1, tahun 2000, h 62.
40
pembelajaran daring tetapi seorang pendidik juga harus tetap memperhatikan kompetensi
Pembelajaran daring memiliki dasar yang dilakukan secara virtual melalui aplikasi
yang tersedia. Walaupun seperti itu, pembelajaran juga memiliki aspek yang kompleks
sehingga perlu adanya perencanaan serius seperti pembelajaran yang dilakukan secara tetap
muka. Sehingga pembelajaran daring bukan hanya memindahkan materi dan pemberian
soal melalui aplikasi menggunakan internet tetapi juga harus memiliki tujuan pembelajaran
bertujuan untuk lebih memanfaatan teknologi dan internet. Pembelajaran daring dianggap
efektif dilakukan pada masa pandemi ini karena siswa dan guru tetap dapat melakukan
Akan tetapi ada sebuah kekurangan dan kelebihan yang di akibatkan dalam system
fleksibel.
2. Biaya yang terjangkau untuk para peserta akses yang tidak terbatas
Dari kelebihan yang telah dijelaskan tersebut, adapula kekurang dari pembelajaran
74
Ibid.
75
Albitar Septian Syarifudin, “Implementasi Pembelajaran Daring Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan
Sebagai Dampak Diterapkannya Social Distancing”, tahun 2020, vol 5, No 2, h 32.
76
Roman Andrianto, Pangondian, Paulus Insap Santoso, Eko Nugroho, Faktor-faktor Yang
MempengaruhiKesuksesan Pembelajaran Daring dalam Revolusi Industri 4.0, tahun 2019, h 57
77
Ibid.
41
mengajar.
diri.
dengan belajar dirumah diharapkan dapat menekan angka penularan penyebaran Covid-19.
Pembelajaran daring yang dilakukan di rumah menjadikan orang tua harus selalu aktif.
pembelajaran yang terpisahkan oleh jarak antara pendidik dengan siswa dengan cara
Namun hal itu tidak pasti berjalan sesuai dengan harapan. Segala usaha dan kegiatan
yang dilakukan pasti memiliki kendala dalam pelaksanaannya seperti sinyal dan kuota yang
seringkali bermasalah karena letak rumah dengan pemancar. Kondisi hanphone juga
kurang menunjang akan berdampak pada penyampaian materi yang kurang baik, sehingga
ada siswa yang kurang mengerti dan merasa tidak terbimbing dengan baik dalam
Oleh karena itu, dibutuhkan peran orang tua sebagai pengganti guru di rumah dalam
membimbing anaknya selama proses pembelajaran jarak jauh. Menurut Winingsih terdapat
empat peran orang tua selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) yaitu:79
78
Haerudin, Adinda Cahyani, Nur Siti hanifah, Rizky Nurul Setiani, Siti Nurhayati, Veronika Oktaviana,
Yuliani Indiani Sitorus, “Peran Orang Tua dalam Membimbing Anak Selama Pembelajaran di Rumah
Sebagai Upaya Memutus Covid-19”, h 4
79
Ibid.
42
1. Orang tua memiliki peran sebagai guru di rumah, yang di mana orang
tua dapat membimbing anaknya dalam belajar secara jarak jauh dari
rumah.
2. Orang tua sebagai fasilitator yakni orang yang memberikan sarana dan
Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan mengenai peran orang tua dalam
melakukan proses pembelajaran daring ada empat, yaitu: Pertama, orangtua sebagai
pembimbing yang selalu membimbing anak dalam belajar. Kedua, orangtua sebagai
fasilitator atau penyedia kebutuhan belajar anak. Ketiga, orangtua sebagai Pendorong atau
motivator yang mana selama belajar dirumah orangtua harus memberi dorongan semangat
belajar anak. Keempat, orang tua sebagai pengaruh yang dapat membuat anak selalu ingin
belajar.
43
I. Kendala yang akan di hadapi oleh orang tua terkait system daring serta
1. M engura ngi biaya. dengan 1. Interaksi secara tatap muka yang terjadi
dapat menghemat waktu dan uang antara peserta didik dengan peserta didik
pembelajaran. Dengan
2. Pembelajaran yang dilakukan lebih
pembelajaran daring dapat
cenderung ke pelatihan bukan
diakses dari berbagai lokasi dan
tempat. pendidikan.
2.1.7 Cara pengawasan orang tua terhadap anak pada kemajuan teknologi informasi
Orang tua harus lebih selektif kepada anaknya dalam hal pengawasan karena
internet atau zaman globalisasi makin lama semakin modern dan akibatnya akan terjadi
tindak kekerasan kepada anak atau pemerkosaan yang dilakukan anak anak remaja atau
dewasa akibat salah pergaulan maupun tontonan yang ada pada zaman sekarang
gedgetnya pada saat pencarian informasi terkait dengan tugasnya yang di kasih oleh guru
atau anak anak yang masih kecil lebih baik tidak di berikan hp takutnya di salah gunakan.
Pengawasan orang tua dalam globalisasi dan system daring seperti apa
gedgetnya
2. Mereka juga harus berhati hati dalam membuka browsing jangan sampai
anak melihat atau buka hpnya terdapat konten seksual atau video porno
3. Membatasi anak dalam melihat youtube dan konten konten yang akan
4. Membatasi anak dalam hal permainan game yang di lakukan melalui game
umurnya
5. Menanamkan kepada anak dalam hal kebaikan dan beribadah supaya mental
6. Membatasi anak dalam hal pergaulan yang tidak pantas di ajarkan oleh
orang lain
BAB III
METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif
yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih memperhatikan
mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. selain itu, penelitian deskriptif
tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada variable – variabel yang
diteliti, melainkan mengambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Satu – satunya perlakuan
yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang dilakukan melalui observasi,
hal ini dilakukan untuk menjelaskan berbagai macam persoalpersoalan yang berkenaan
dengan pokok permasalahan yang dikaji. Selain itu penelitian ini juga dirancang untuk
mendapatkan informasi tentang Peran orang tua dalam mendukung kegiatan pembelajaran
di rumah pada masa pandemi Covid-19 dan globalisasi di bidang pendidikan di SDN 1
MAMPANG DEPOK. Dengan demikian penelitian ini di rancang untuk mengatahui Peran
orang tua dalam mendukung kegiatan pembelajaran di rumah pada masa pandemi Covid-
1. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah 10 responden di SDN 1 MAMPANG DEPOK, mereka
merupakan orang tua yang bertanggung jawab dalam mendukung kegiatan pembelajaran
80
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011). h. 73.
32
46
di rumah pada masa pandemi Covid-19. teknik pengambilan sampel menggunakan teknik
Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan
tertentu. Peneliti mengambil teknik Purposive Sampling dikarenakan peranan orang tua
dalam pembelajaran daring lebih banyak, karena materi yang diberikan lebih sulit untuk
tingkat anak kelas tinggi. Oleh karena itu peneliti mengambil sampel 10 orang tua dari anak
Hasil penelitian ini diperoleh dari data-data yang telah dikumpulkan, datadata yang
telah sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian dan akan menghasilkan suatu kesimpulan
yang tepat, sehingga dalam menentukan data-data yang diperlukan dalam penelitian maka
peneliti harus bisa memilih alat-alat instrumen yang tepat untuk mendapatkan data yang
valid dan akurat, peneliti menggunakan instrumen berupa lembar observasi dan
Key Informan adalah mereka tidak hanya bisa memberi keterangan tentang sesuatu
kepada peneliti tetapi juga bisa memberikan sarana tentang sumber bukti yang mendukung
dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang
penelitian, ia berkewajiban secara sukarela menjadi tim anggota penelitian walaupun hanya
bersifat informal.
47
a. Key Informan
b. Informan
a. Informed consent
untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah agar subyek mengerti
maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia, maka
Peneliti wajib melihat waktu akan dilakukannya penelitian melihat tugas daripada
baik.
bersangkutan.
4) Berikan penjelasan kepada informan bahwa wawancara ini akan direkam pada
nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar
pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan. Jadi anonymity berarti
nama responden tidak dicantumkan tetapi hanya diberi nomor/ kode responden saja.
c. Confidentiality (kerahasian)
Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jeminan kerahasian hasil
tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset Jadi setiap data yang diperoleh dari
Dalam penelitian ini yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti sendiri dibantu
kuesioner yaitu :
di rumah.
3. Studi Dokumentasi yaitu dengan melihat, mempelajari catatan serta dokumen yang
sudah ada. Dokumentasi juga dilakukan dengan alat foto dan rekaman.
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari sumber lain seperti melihat
atau dokumentasi prestasi anak di sekolah dalam bentuk formal dan non formal
Analisa data yang digunakan adalah analisa isi (analisys content) yaitu dengan :
3) Mengimpretasikan data yang telah direduksi dan disajikan dalam bentuk narasi
Pemeriksaam keabsahan data dilakukan untuk mengurangi data yang bias dan terlalu
1. Triangulasi sumber
50
Melakukan pemeriksaan data/ informasi dari informan yang berasal dari minimal
tiga informan terdiri dari kelompok yang berbeda seperti kepala sekolah, guru,
komite sekolah dan siswa kemudian dilakukan cross check data dengan fakta dari
sumber lain sehingga hasilnya dapat saling memperkuat antara satu dengan lainnya.
2. Triangulasi metode
Pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data tidak hanya melalui
3. Triangulasi data
Dengan cara melakukan analisis data, membuat kesimpulan dan meminta feedback
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada tahun 1998 SD NEGERI MAMPANG 1 adalah salah satu satuan pendidikan
dengan jenjang SD di Mampang, Kec, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Dalam
dibangun oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan masih berdiri sampai saat ini.
” Membentuk anak agar menjadi anak yang unggul, religious dan berkarakte ”.
b) Terwujudnya bakat dan minat peserta didik melalui program pengembangan diri
d) Terbiasanya salam, senyum, sapa, sopan dan santun dalam kehidupan sehari –
hari.
sehari-hari.
52
Dini.
Gambar 1
Kelas B3 Toilet
Ruang
Kelas A Kelas B1 Kelas B2
Guru
Taman
Bermain
Lapangan
Gerbang
Masuk
53
Keadaan Guru
Tabel 1
No Nama Jabatan
Jumlah Siswa
Tabel 2
Jumlah Siswa
No Kelas Jumlah Total Siswa Keterangan
Pr Lk
1 3 1 Rombel 15 25 40
2 4 1 Rombel 15 25 40
3 5 1 Rombel 15 25 40
4 6 1 Rombel 15 25 40
1 Ruang Guru 1
2 Ruang Kelas 4
3 Toilet 1
Jumlah seluruhnya 6
Berdasarkan data di atas, jenis sarana dan prasarana yang dimiliki oleh
inginkan. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa peran guru sulit
digantikan oleh orang lain.41 Jadi guru sangat berperan dalam meningkatkan
berbagai cara yang dimulai dari peserta didik itu sendiri, kketika anak sudah
berada pada lingkup sekolah maka gurulah yang memiliki andil untuk
41
Udin Syaefudin Sa’ud, Pengembangan Profesi Guru, (Jakarta: Alfabeta, 2009), h. 3
56
42
Hasil Wawancara, Ibu Guru Kelas 06 Januari 2020
57
yang stabil maka sikap dan perilaku yang ditunjukkan oleh siswa akan
dengan Ibu Lilis, Ibu Siti juga selaku guru pendamping menambahkan,
Dalam hal ini peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa peran guru
sentral, dengan bimbingan dan arahan yang dilakukan oleh guru sehingga
43
Hasil Observasi Di Sekolah
44
Hasil Wawancara, Ibu guru 06 Januari 2020
45
Hasil wawancara ibu guru pendamping 06 januari 2020
58
yang baik.
Emosional Anak
anak di sekolah ini yaitu guru- guru saling membantu karena tidak
hanya guru kelas atau guru pendamping kelas saja yang ikut andil
pun berperan.47
46
Hasil Wawancara Ibu guru kelas 06
47
Hasil Wawancara Ibu guru kelas 06
59
dari pihak sekolah itu sendiri, yaitu adanya kerjasama antara guru
emosiona anak agar dapat membentuk siswa menjadi pribadi yang baik.
memaparkan :
48
Hasil Wawancara Kepala sekolah
60
kelas mengatakan :
Sekolah mengatakan :
orang tua kurang memberikan arahan, perhatian dan kasih sayang kepada
anak sehingga anak mencari semua itu di luar rumah bahkan di lingkungan
untuk mendidik anak menjadi pribadi yang baik, karena siswa tidak dalam
lingkungan sekolah 24 jam, maka dari itu di situlah peran peran sebagai
orang tua dalam mengawasi anak ketika dalam lingkungan di luar sekolah.
Wawancara dengan Ibu Lilis selaku guru kelas berikut ini hasil
wawancaranya:
52
Hasil wawancara dengan ibu lilis 06 januari
62
teguran pada siswa. Berikut ini hasil wawancara peneliti dengan guru
ibu sholikah:
C. PEMBAHASAN
Dalam penelitian yang telah terlaksana telah ada hasil wawan cara dari Ibu guru
53
Hasil wawancara dengan ibu guru kelas 6 07 januari 2020
54
Hasil wawancara dengan ibu guru kelas 6 06 januari 2020
63
dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi itu merupakan respon dari
stimulus yang diberikan yang berupa tujuan yang berkaitan dengan tujuan.
belajar mengajar dan segala aktifitas yang ada di dalamnya, dalam lokasi
faktor yang memang datang dari diri siswa sendiri. Kedua, Faktor eksternal
adalah faktor yang datang dari luar dirinya, misalnya orang tua, guru,
lingkungan sekitar.
mencerdaskan kemampuan emosional siswa itu ada dua sebab faktor internal
dan eksternal.
Faktor internal ini berasal dari dalam siswa sendiri, dapat berupa sifat
malas, acuh, dan sebagainnya. Untuk mengatasi masalah ini dapat dengan
dapat diintegrasikan.
Kedua, pendidikan saat ini sudah berubah dari orientasi nilai dan
pandangan yang melihat manusia sebagai makhluk yang paling mulia dan
65
memiliki potensi yang bukan hanya potensi intelektual (akal), tetapi juga
potensi emosional.
kosong yang dapat diisi oleh guru dengan sekehendak hati, dan bukan
merupakan bagian dari potensi yang dimiliki manusia harus dilakukan oleh
baik dengan Allah, manusia, alam semesta, dan sekalian makhluk tuhan lainnya,
kecuali setan dan iblis. Berbagai kekurangan dalam dunia pendidikan mulai dari
sesuai dengan tuntunan zaman, dan bertolak dari pandangan manusia sebagai
secara seimbang
66
diri
5) Terbiasanya salam, senyum, sapa, sopan dan santun dalam kehidupan sehari
– hari.
Para peserta didik dari kelas 1 sampai kelas 6 itu sudah diajarkan oleh guu
saling mengormati dengan guru, berkomunikasi dengan baik agar peserta didik SD
diskolah dam juga agar kedepannya generasi muda penerus memiliki jiwa dari 5S
tersebut.
mengurus buah hati dengan penuh cinta dan perhatian. Agar anak tumbuh dengan
Oramg tua harus koordinasi dengan guru selaku orang tua di sekolah tentang
apa saja yamg dilakukan atau diajarkan kepada anak-anak mereka agar kami
sebagai orang tua bisa mengajarkan, mengawasi, dan sebagai contoh yang baik bagi
67
anak dirumah supaya tidak melenceng dari 5S tersebut dan agar akhlak anak
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
terhadap sessama apalagi yang lebih tua maupun sebaya dan juga guru harus
mencontohkan kepada para siswa nya agar mencontoh yang baik dari gurunya
nasehat dan pengertian kepada anak untuk slalu berbuat baik terhadap orang
lain. Guru juga berperan dalam ketrampilan anak, yang dilakukan dengan
yang baik pada anak didiknya, sehingga kesan dan pesan yang dilihat dan
komunikasi antara pendidik dan peserta didik, dan lingkungan belajar, faktor
5.2 Saran
emosional anak. Sehingga guru dapat memberikan perhatian yang cukup luas agar
dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak, serta dapat memahami apa itu
kecerdasan emosional anak dan manfaatnya bagi anak dan guru. Adapun indikator
mengajar harus lebih memadai dari yang sekarang untuk menunjang dalam