Anda di halaman 1dari 12

Pembentukan Karakter AUD

dengan Perhatian, Cinta dan Kasih Sayang

OLEH: SUMAIYAH ADILATUS SARAH

NIM:

Sebagai Pemenuhan Tugas Mata Kuliah

Ibu Henny
Abstrak

Mengajar di lembaga PAUD-TK sekarang tak bisa dianggap remeh lagi. Sebab
jumlah sekolah untuk tingkat usia tersebut terus meningkat seiring dengan meningkatnya
bonus demografi. Apalagi sekarang guru PAUD-TK dituntut harus dari lulusan S1
jurusan PG-PAUD atau PG –TK/RA. Makin menunjukkan betapa pentingnya kualitas
tenaga pendidik sekolah PAUD-TK agar mampu tercapai mutu pendidikan sesuai dengan
target pemerintah.

Anak usia dini biasanya belum belajar akan banyak hal saat berada di rumah
bersama keluarganya. Apalagi bila kedua orangtuanya sibuk, tidak diasuh langsung oleh
orangtuanya, ataupun kedua orangtuanya kurang memiliki semangat edukasi. Kemudian
orangtua/wali akan mengandalkan sekolah dan guru secara penuh.

Pendidik pasti akan menemui beragam karakter anak usia dini dalam proses
KBM. Memang diperlukan tenaga pendidik yang berkualitas, berkarakter baik dan sesuai
dengan kompetensi pedagogisnya. Selain itu pendidik harus memiliki dan menunjukkan
perhatian, cinta dan kasih sayang dalam KBM. Agar mampu mengajar sesuai dengan
pemahaman yang benar mengenai peserta didiknya dan pola pendidikan yang harus
diterapkan sesuai kebutuhan mereka. Serta mampu menjadi teladan yang baik bagi anak-
anak dan menumbuhkan jiwa penuh kepedulian dan kasih sayang pada sesama dan
lingkungan.
Pendahuluan

Genap satu tahun dunia dilanda penyakit pandemi COVID-19 yang berasal dari
Wuhan, China. Pandemic berhasil merubah lifestyle hingga kondisi perekonomian dan
sosial masyarakat secara global. Termasuk negeri kita Indonesia, dengan statusnya
sebagai Negara berkembang, pandemic ini memberikan dampak yang besar. Terlebih
bagi masayarakat menengah ke bawah yang jumlahnya cukup besar dan merata di seluruh
Indonesia.

Aspek yang paling mengalami dampak adalah aspek perekonomian. Sebab adanya
pandemic benar-benar menghentikan aktivitas manusia dengan manusia yang lain di
berbagai lini kehidupan. Menuntut terjadinya penutupan banyak UMKM, wirausaha dan
bisnis, merumahkan pekerja/karyawan dan PHK. Sontak segala aspek dari berbagai
lapisan masyarakat mengalami penurunan produktivitas ekonomi. Kemudian
memengaruhi aspek-aspek cabang lainnya yang sangat mengandalkan aspek ekonomi
seperti pendidikan.

Pendidikan Indonesia mau tak mau berubah drastis seiring mewabahnya covid-19.
Mulai dari sekolah diliburkan paksa, UN dihapuskan, seluruh siswa diwajibkan mulai
menerapkan digitalisasi dalam proses sekolah (sekolah daring), dst. Meski dalam kondisi
perkembangan digitalisasi yang masih berkembang, terbatas dan belum merata, terpaksa
kita mengikutinya

Meski sekolah diliburkan dan diganti belajar dari rumah tak menghentikan kasus
bullying antar anak kembali terjadi. Tepatnya sekitar Agustus tahun 2020 di Surakarta,
yang videonya beredar hingga ditangani kepolisian (merdeka.com). Tentu ini menjadi
kekhawatiran para orangtua dan keluarga. Sebab di usia sekolah dasar saja anak sudah
berani merencanakan untuk melakukan kekerasan bahkan secara bersama-sama.

Terlepas dari pergaulan yang salah, lingkungan terdekat anak tentu sangat
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Keluarga dan sekolah harus benar-
benar menjalankan peran mendidik anak dengan baik sesuai dengan kebutuhan dan
tumbuh kembang anak.
Perkembangan Anak Usia Dini

Perkembangan anak ditentukan dengan perubahan kemampuan yang dimiliki


anak. Bertujuan untuk mempraktekan dan melihat pencapaian mereka dari hal-hal yang
diajarkan atau dicontohkan kepada mereka. Perkembangan awal anak sejatinya lebih
penting daripada perkembangan selanjutnya karena saat itulah mereka mengalami proses
belajar dan mendapatkan pengalaman baru. Lingkungan di sekitarnya merupakan tempat
anak berinteraksi dan pembentukan awal kehidupannya dan memengaruhi kemampuan
bawaan anak. Seperti keluarga, tempat tinggalnya,pola pengasuhan,peran keluarga,dll.

Karena perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar, polanya


dapat diukur/diprediksi. Polanya adalah bahwa semua anak kecil mengikuti pola perilaku
umum yang relatif beraturan. Semua itu berlaku untuk berbagai aspek perkembangan
seperti motorik, perilaku, emosional, bicara, perilaku sosial, dst. Tidak melupakan
perkembangan anak dipengaruhi cukup besar juga oleh kondisi saat pralahir dan pasca
lahir beberapa bulan awal.

Setiap anak pada faktanya dan secara alamiahnya punya proses perkembangan
yang berbeda-beda. Perbedaan yang terjadi dipengaruhi oleh adanya pengaruh bawaan
dari kondisi lingkungan tiap anak tersebut. Lingkungan sekitar anak jauh lebih membawa
pengaruh besar bagi perkembangan tiap anak dibandingkan faktor keturunan/genetik.
Pengaruh dari lingkungan itu pun berlaku bagi perkembangan fisik maupun
perkembangan psikologis. Maka perlunya kita memahami karakteristik anak sesuai fase
usia mereka agar dapat memperlakukan anak dengan perbedaan yang dimiliki.

Pentinganya tiap anak menjalani tiap proses perkembangan dengan diberikan


tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan harapan sosial. Maka keluarga/orangtua
(lingkungan ke-1) dan guru PAUD-TK sebagai lingkungan kedua harus mengetahui pada
usia berapa saja anak mampu mengusai bermacam pola. Anak harus mendapatkan tugas
perkembangan sesuai dengan masanya secara tepat, sebab jika tidak atau ketinggalan
anak akan mendapatkan penolakan sosial kemudian kurang percaya diri dan tidak
bahagia. Akhirnya anak merasa rendah diri dan kesulitan dalam melanjutkan tugas
perkembangan selanjutnya.
Pendidikan Anak Usia Dini

Menurut Rahman (2005:4) Pendidikan Anak Usia Dini adalah upaya yang
berencana dan sistematis yang dilakukan oleh pemdidik atau pengasuh anak 0-8 tahun
dengan tujuan agar anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.

Sedangkan, Solehudin (2000:56) mengemukakan ada 5 fungsi Pendidikan Anak


Usia Dini. Yaitu pengembangan potensi, penanaman dasar-dasar akidah dan keimanan,
pembentukan dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan, pengembangan
pengetahuan dan keterampilan dasar yang diperlukan, serta pengembangan motivasi dan
sikap belajar yang positif. Semua hal tersebut harus saling berkaitan dan tidak boleh
dipisahkan.

Fungsi lainnya dari pemberian layanan bagi anak usia dini yang lain adalah
sebagai: Pertama, fungsi adaptasi dan sosialisasi, yang membantu anak dalam
penyesuaian diri dengan lingkungan dan menanamkan keterampilan-keterampilan yang
kelak berguna di masa depan. Kedua, fungsi pengembangan yang berkaitan dengan
Pendidikan Anak Usia Dini dalam mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak.
Ketiga, fungsi bermain yang berperan memberikan kesempatan pada anak untuk bermain.
Keempat, fungsi ekonomik pendidikan yang terencana pada anak usia dini. Maksudnya
adalah fungsi tersebut merupakan investasi jangka panjang bagi masa depan anak atau
ibarat fondasi (sikap, perilaku, mental) yang kokoh bagi pertumbuhan anak di masa
selanjutnya.

Pendidikan anak usia dini yang dilakukan oleh pendidik dan orang tua dalam
proses perawatan, pengasuhan, dan pendidikan pada anak, diharapkan mampu
memberikan suasana dan lingkungan yang kondusif. Maknanya anak dapat
mengeksplorasi sendiri pengalaman yang telah diberikan untuk dirinya mampu
mengetahui dan memahami pengalaman belajar yang didapatkan dari lingkungan.

Kepribadian tiap anak memiliki keunikan masing-masing dalam tiap tahap


perkembangannya. Maka pendidik dan orang tua dapat memberikan kesempatan anak
untuk mengeksplorasi dirinya dengan tetap memperhatikan karakter yang disesuaikan
dengan tahap perkembangan kepribadian anak yang seharusnya.
Kemudian tujuan dari pendidikan anak usia dini adalah mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman orang tua dan guru dan pihak terkait lainnya. Namun,
secara khusus tujuan yang ingin dirai dari pendidikan anak usia dini ada beberapa hal:

1. Mengidentifikasi perkembangan fisiologis anak usia dini dan mengaplikasikan


hasilnya dalam perkembangan fisiologisnya
2. Memahami perkembangan kreativitas anak usia dini dan usaha-usaha untuk
mengembangkannya
3. Memahami kecerdasan jamak dan kaitannya dengan perkembangan anak usia dini
4. Memahami arti bermain bagi perkembangan anak usia dini
5. Memahami pendekatan pembelajaran dan aplikasinya bagi perkembangan usia
kanak-kanak
6. Membantu menyiapkan anak untuk mencapai kesiapan akademik/belajar di
sekolah
7. Mengintervensi dini dengan memberikan stimulus/rangsangan sehingga mampu
menumbuhkan/memunculkan potensi-potensi yang tersembunyi dari dimensi
perkembangan anak (meliputi bahasa, intelektual, emosi, sosial, motoric, konsep
diri, minat dan bakat)
8. Melakukan deteksi dini terhadap kemungkinan terjadinya gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangan potensi-potensi yang dimilki anak.

Perilaku Sosial Anak Usia Dini

Perilaku sosial merupakan perilaku yang dilakukan secara sukarela yang dapat
menguntungkan/menyenangkan orang lain tanpa antisipasi reward eskternal. Perilaku
sosial dilakukan dengan niat/tujuan yang baik. Perilaku sosial itu meliputi segala bentuk
tindakan yang dilakukan dan direncankan tanpa ada motif-motif penolong.

Kemampuan sosial anak dapat diperoleh dari berbagai kesempatan dan


pengalaman dirinya bergaul dengan orang-orang di lingkungannya. Kebutuhan anak
berinteraksi dengan orang lain telah dirasakan sejak anak berusia 6 bulan. Yaitu saat anak
sudah mampu mengenali lingkungannya, ibunya dan anggota keluarganya. Anak mulai
mampu membedakan arti senyum, ekspresi marah dan kasih saying. Semua itu karena
manusia sebagai makhuq sosial yang tidak bisa memenuhi kebutuhannya sendiri dan
saling membutuhkan orang lain.

Pola perilaku sosial menurut Elizabeth B. Hurlock (1980:118) yaitu meniru,


persaingan, kerja sama simpati, empati, dukungan sosial, membagi, dan perilaku akrab.
Penjelasan dari tiap katatersebut adalah:

1. Meniru artinya agar sama dengan kelompok lainnya. Misalnya, anak meniru sikap
dan perilaku orang/tokoh yang sangat dikaguminya. Anak mau meniru petunjuk
dari yang guru peragakan
2. Persaingan artinya keinginan untuk mengalahkan orang lain sudah tampak pada
anak usia 4 tahun. Misalnya, anak bersaing pada perlombaan dari permainan dan
menunjukkan antusiasme dalam mengerjakan sesuatu
3. Kerja sama artinya anak mampu bekerja sama dengan orang lain. Misalnya saat
anak sedang bermain bersama temannya dan saling membantu dalam aktivitas
tersebut
4. Simpati artinya anak mampu menyapa dan membantu orang lain. Misalnya: anak
menyapa temannya saat baru datang dan anak membantu guru merapikan meja
dan mainan
5. Empati artinya peka terhadap perasaan orang laindan bersikap respek. Misalnya
menghargai teman dengan memujinya
6. Dukungan sosial artinya anak mendapatkan dukungan sosial dari teman
sebayanya. Misal saat anak menuruti nasihat guru atau mengikuti pendapat
temannya
7. Membagi artinya anak mampu membagi apa yang dimilikinya denganteman
sebaya. Misal mau berbagi mainan atau makanan dengan temannya
8. Perilaku akrab artinya anak mampu memberikan kasih sayan pada guru dan
temannya. Misalnya anak memberikan senyum pada guru dan temannya, sering
mengajak ngobrol guru, bercanda debgab temannya, dll.
Sementara itu ada pula faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial
diantaranya adalah keluarga, kematangan diri anak, status sosial ekonomi, pendidikan,
kapasitas mental emosi dan intelegensi.

Peran guru terhadap AUD

Guru adalah suri teladan (uswah) artinya setiap perilaku dan ucapannya akan
menjadi contoh bagi anak didiknya. Berawal dari sosok guru yang baik nan mulia akan
lahir pribadi anak didik yang berakhlaq mulia. Maka pemerintah pun mengatur guru TK-
PAUD haruslah lulusan yang tersertifikasi dengan jelas dan sesuai dengan aturan
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 Pasal 25 Ayat 1. Selain itu juga ada tenaga
pendidik atau guru pendamping PAUD dan pendamping muda PAUD juga diatur
Permendikbud Nomor 137 Tahun 2014 Pasal 26 Ayat 1 dan Pasal 27 Ayat 1.

Pentingnya kompetensi guru PAUD diharapkan dapat memberikan pengajaran


yang sesuai dengan kurikulum yang ditetapkan pemerintah. Sehingga nilai-nilai
pendidikan pada anak PAUD yang mengacu pada standar tingkat pencapaian
perkembangan anak usia dini bisa benar-benar tercapai dengan baik. Standar itu
mencakup nilai agama dan moral, fisik-motorik, kognitif, bahasa, sosial-emosional dan
seni. Hal ini sebagai upaya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa karena pendidikan
anak usia dini adalah fase penting dalam perkembangan anak-anak dan membentuk
karakter anak yang baik.

Pelaksanan pembelajaran pada anak usia dini dilakukan dengan bermain dan guru
harus memerhatikan secara interktif, inspiratif, menyenangkan, kontekstual, dan berpusat
pada anak untuk mau berpartisipasi aktif. Serta memberikan keleluasaan
prakarsa,kreativitas, kemandirian sesuai bakat, minat dan perkembangan fisik dan
psikologis anak.

Proses pembelajaran yang interaktif adalah yang mengutamakan interaksi anak


dengan anak, anak dengan guru, dan anak dengan lingkungannya. Kemudian perlu juga
diadakan dalam suasana bebas dan nyaman untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal itu
sejalan dengan PP No. 32 Tahun 2013 Pasal 19.

Dikatakan oleh Gordon daalam Purwanti adalah salah satu ciri hubungan antara
guru dengan anak itu baik, salah satunya adalah penuh perhatian. Wujud dari perhatian
guru seperti yang dikatakan Gordon bahwa guru harus dapat memilih topik yang tepat.
Pemilihan dan penyajian topik yang tepat bukanlah pekerjaan yang mudah, tapi perlu
penguasaan dan pemahaman materi yang mendalam. Dikatakan topik yang tepat adalah
topik yang sesuai dengan kebutuhan, taraf perkembangan dan tingkat intelektual serta
emosional anak.

Bentuk dari bimbingan guru yang benar terhadap anak didik adalah: pertama,
adalah pemahaman tentang siswanya karena tiap siswa punya karakter dan sifat yang
berbeda. Kedua, pemberian informasi dari guru pada orang tua akan perkembangan anak
selama belajar di sekolah sebab keberhasilan anak di sekolah perlu dukungan besar dari
orang tua atau keluarga. Ketiga, pemberian nasihat oleh guru sebagai pengganti orang tua
di sekolah. Keempat, penempatan anak sesuai bakat dan minatnya. Kelima, pemecahan
masalah oleh guru atas tiap kesulitan masing-masing anak yang pasti berbeda-beda.
Keenam, pembiasaan oleh guru akan kemandirian, adab-adab, akhlaq yang baik, sopan
santun, dll.

Mendidik Dengan Cinta

Cinta adalah karunia yang dianugerahkan Allah kepada manusia bersamaan


dengan pengetahuan dan kebeneran sehingga memungkinkan manusia hidup dengan
penuh semangat, energis, dan bergelora. Dengan cinta apapun bisa dilakukan/diusahakan
tanpa mengenal lelah. Cinta juga mampu mendongkrak pemahaman dan membangkitkan
yang kita cintai untuk balik mencintai kita.

Pembelajaran dengan cinta melahirkan manusia-manusia besar seperti Imam


Syafi’I (ulama fiqih besar), Al Khawarizmi (bapak matematika), Ibnu Khaldun, Ibnu Sina
(bapak kedokteran), Imam Ja’far dan generasi-generasi hebat pertama di dunia. Mereka
para ilmuwan mulai menggeluti bidang masing-masing diawali dengan pengenalan awal
yang menyenangkan kemudian mereka mencintai ilmu yang mereka pelajari hingga
mampu menghasilkan penemuan-penemuan hebat.

Cinta dalah kebaikan dan bisa dikatakan sebagai kebaikan universal. Karenanya
cinta dapat melejitkan kecerdasan majemuk anak. Sebab pertama, kekuatan otak baru
akan muncul secara dahsyat apabila seseorang berada pada balutan energi positif dan
cinta membuat anak merasa dalam kondisi tersebut. Kedua, hendaknya anak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran sehingga ia bisa melejitkan potensinya. Ketiga,
cinta mengajarkan orang tua dan guru bahwa setiap kecerdasan bisa menjadi ‘jalan
masuk’ bagi anak untuk senang dalam belajar.

Jika anak berhasil mencintai belajar dan sekolah maka insyaaAllah hanya hal-hal
positif yang dicerna anak sehari-hari. Sehingga karakter yang terbentuk pada anak tidak
lepas dari apa yang dia dapatkan dari belajar dan apa yang diajarkan dan dicontohkan
gurunya. Anak-anak akan memiliki karakter atau sifat yang baik dan bisa menyaring hal-
hal yang tidak baik dan terhindar dari bersikap buruk kepada sesamanya.
Penutup

Anak-anak usia dini adalah aset bangsa yang sangat berharga dan perlu dijaga
sejak dini dan dirawat dengan benar. Pendidikan Anak Usia Dini adalah bentuk upaya
merawat, mengasuh dan mendidik anak agar kelak mereka jadi pribadi yang mandiri dan
sukses di masa depan sesuai degan yang mereka inginkan/cita-citakan.

Membentuk karakter anak yang baik diperlukan upaya-upaya yang terukur dan
dilaksanakan oleh tenaga pendidik yang memahami kebutuhan serta standar PAUD
dengan benar. Maka guru PAUD haruslah tenaga pendidik yang memiliki sertifikasi atau
lulusan yang sesuai dengan kompetensi yang diminta sebagi pendidik PAUD. Agar
mampu menjalankan standar yang akan dicapai dalam pendidikan anak usia dini.

Selain itu guru PAUD haruslah mendidik anak-anak dengan perhatian, cinta dan
kasih sayang. Sebab dengan begitu sifat karakter anak akan dapat diketahui dan
dengannya kebutuhan anak-anak akan bisa diberikan secara tepat. Dengan begitu anak-
anak akan mencintai belajar dan mencontoh hal-hal baik yang disampaikan gurunya dan
guru dapat melahirkan anak-anak yang memiliki karakter baik.
Daftar Pustaka

Susanto, Ahmad. 2018. Pendidikan Anak Usia Dini (Konsep dan Teori). Jakarta. Bumi
Aksara

Pangastuti, Ratna. 2014. Edutainment PAUD. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai