Anda di halaman 1dari 46

1

Upaya Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini Melalui

Kegiatan Pembelajaran Akuatik di PAUD Al-Fathiyah Kelompok B (dalam

pedoman, judul bukan masuk poin A ya?)

A. Latar Belakang

Undang-Undang pasal 28 No. 20/2003 ayat 1 tentang Sistem Pendidikan

Nasional meyebutkan bahwa anak yang termasuk anak usia dini adalah anak

yang berusia 0-6 tahun. Anak usia dini dibagi menjadi tiga tahapan yang

berdasarkan keunikan dan perkembangannya, yaitu anak masa baru lahir sampai

12 bulan, anak usia 1-3 tahun yang dikatakan masa batita (toddler), anak usia 3-6

tahun yang dikatakan masa prasekolah, dan anak usia 6-8 tahun yang dikatakan

masa kelas awal.1

Pendapat lain mengatakan bahwa anak usia dini adalah sekelompok anak

yang berada di dalam proses pertumbuhan dan perkembangan yang mempunyai

sipat yang unik. Yaitu, dalam pola pertumbuhan dan perkembangan (koordinasi

motorik kasar dan motorik halus), dalam pola inteligensi (daya cipta, daya piker,

kecerdasan spiritual, dan kecerdasan emosi), dalam pola sosial emosional

(perilaku dan sikap serta agama), pola bahasa, dan pola komunikasi yang khusus

yang sesuai dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan. Jadi dapat

disimpulkan anak usia dini adalah anak yang berusia antara 0-6 tahun yang

mempunyai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat luar biasa sehingga

1
Undang-undang pasar 28 no 20/2003 ayat 1 tentang system pendidikan nasional.
2

mampu memuculkan berbagai keunikan pada dirinya. Pada tahapan inilah, masa

yang sangat tepat untuk menanamkan nilai-nilai dalam kebaikan yang nantinya

dapat membentuk kepribadiannya.2

Pertumbuhan dan perkembangan adalah dua istilah yang mempunyai

pengertian yang berbeda, tetapi keduanya memiliki keterkaitan yang begitu erat

bahkan tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Pertumbuhan merupakan

pertambahan atau kenaikan ukuran dalam bagian-bagian tubuh. Pendapat lain

mengatakan pertumbuhan adalah suatau pertunjuk dalam perubahan kuantitatif,

yang dapat dihitung atau diukur yang semakin lama semakin membesar dan

semakin memanjang, seperti pertumbuhan badan, berat tubuh, pertumbuhan kaki,

tangan, kepala, jantung, paru-paru dan seterusnya.3Sedangkan perkembangan

adalah suatu perubahan kualitatif berdasarkan setiap fungsi kepribadian yang

disebabkan berdasankan pertumbuhan dan belajar. 4

Anak usia dini adalah anak dalam rentang usia 0-6 tahun, dimana pada

masa itu semua aspek yang ada di dalam dirinya sedang mengalami

perkembangan yang sesuai dengan pertumbuhannya. Terdapat beberapa aspek

perkembangan yang dapat dilihat secara langsung pada diri anak. Seperti, aspek

perkembangan kognitif, bahasa, sosial, emosional, moral, dan daya imajinasi atau

2
Muhamad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012),
hlm 18-19.
3
Desmita, Pisikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Offset, 2009), hlm 10.
4
Muhamad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012),
hlm 32.
3

fantasi. Masing-masing aspek perkembangan ini akan berjalan dan berkembang

secara alamiah bersamaan dengan fase-fase usia pada anak itu sendiri. 5 Dari

beberapa pengertia diatas dapat disimpulkan bahwa aspek perkembangan begitu

penting untuk dikembangkan sejak usia dini, terutama aspek perkembangan

sosial dan emosional. Pada masa anak usia dini tidak akan pernah tergantikan

pada masa yang akan datang, sehingga masa ini disebut masa golden age.Masa

golden age sangat berpengruh terhadap tahap pertumbuhan dan perkembanagn

selanjutnya. Masa ini juga hanya berlangsung satu kali di dalam hidup setiap

individu. Maka dari itu proses pertumbuhan dan perkembangannya harus sangat

diperhatikan oleh guru maupun orng tua.

Sosial dan emosional merupakan dua kata yang memiliki makna yang

berbeda, tetapi keduanya tidak dapat dipisahkan karena kedua aspek ini saling

bersinggungan satu samalain.6 Perkembangn sosial merupakan hubungan ataupun

interaksi dengan orang lain. Setiap manusia merupakan mahluk sosial yang tidak

akan bisa terlepas dari orang lain. Perkembangan sosial mempunyai dua aspek

penting, yaitu tanggu jawab dan kompetensi sosial. Yang dimaksut dengan

tanggung jawab sosial diantaranya ditunjukan komitmen terhadap tugas-

tugasnya, mampu menghargai perbedaan individual, dan dapat memperhatikan

lingkungannya. sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi sosial adalah

menggambarkan kemampuan anak untuk beradaptasi di lingkungan sosialnya

5
Ibid, hlm 37.
6
Ina Maria dan Eka Rizki Amalia, Perkembangan Aspek Sosial-Emosional dan Kegiatan
Pembelajaran yang Sesuai untuk Anak Usia 4-6 Tahun, Jurnal Nasional, hlm 2.
4

secara efektif. Contohnya ketika temanya menyukai mainan yang digunakannya,

ia mampu berbagi atau bergantian sesame temannya.7

Emosi merupakan suatu keadaan atau perasaan yang dimiliki oleh seorang

anak, baik seperti perasan senang maupun sedih. Perkembangan emosi yang

terdapat dalam diri anak akan muncul ketika dia sedang mengalami interakasi

dengan seseorang yang ada dilingkingannya. Perasaan seorang anak itu

ditunjukan melalui berbagai ekspresi ataupun respon yang dapat dilakukannnya.

Contoh ketika seorang anak yang menginginkan sesuatu seperti menginginkan

mainan, tetapi tidak segera diberikan maka perasaan anak tersebut akan merasa

sedih dan marah dan kemudian ditunjukan dengan cara menangis dengan suara

sekencang kencanggnya.8

Untuk mengoptimlakan perkembanagn sosial emosional pada anak dapat

dilakukan dengan cara mengajak anak mengenal dirinya sendiri dan mengenal

lingkungan disekitarnya. Proses pengenalan ini dapat dilakukan dengan cara

intraksi anak dengan keluarga untuk membuat anak membangun konsep yang

ada pada dirinya. Dapat juga dilakuakn dengan cara bermain dengan teman

sebaya tujuannya untuk melatih dan meningktkan kemampuan perkembangan

sosial anak. Kemudian, guru maupun orang tua dapat membangun atau

mengembangkan aspek ini melalui beberapa cara, seperti melakukan kegiatan

beribadah, saling berintraksi dengan orang lain, cara belajar, bekerja sama, dan
7
Muhamad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Jogjakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2012),
hlm 50.
Rifda El Fiah, Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini, (Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
8

PERSADA, 2017), hlm 161.


5

lainnya. Semakin sering sosial dilatih, maka kemampuan problem solving-nya

akan semakin baik, maka dari itu orangtua maupun guru harus sering mengajak

anak melakukan bermain permainan yang mampu melatih sosial emosional anak.

Ketika orangtua dan guru mampu memberikan stimulasi dan intervensi yang baik

dan didukung oleh lingkungan yang semakin baik pula, maka kemampuan sosial

emosional anak akan semakin berkembang dengan optimal. Namun dalam

kenyataan perkembangan sosial emosional anak masih rendah.

Berdasarkan observasi awal yang sudah peneliti lakukan di PAUD Al-

Fathiyah Dusun Serumbung Desa Lendang Ara Kecamatan Kopang Kabupaten

Lombok Tengah pada kelompok B yaitu anak yang berumur 5-6 tahun masih

sangat kurang terhadap perkembangan sosial emosionalnya. Interaksi guru dan

siswa masih kurang ketikan melakukan sebuah pembelajaran seperti, melakukan

kegiatan belajar mengajar hanya guru saja yang berbicara jarang ada timbal balik

dari peserta didik, kurangnya kebersamaan anak dengan teman sebanyanya

seperti kegiatan makan bersama, mealakukan kegiatan pembelajaran secara

kelompok, tidak mentaati peraturan yang sudah dibut oleh sekolah seprti masuk

sudah melebihi jam masuk dan pulang sebelum jam pulang.9

Peneliti juga sudah melakukan wawancara terhadap guru-guru yang ada

di PAUD Fathiyah Dusun Serumbung Desa Lendang Ara Kecamatan Kopang

Kabupaten Lombok Tengah. Hasil wawancara menunjukan kurangnya

9
Istiazah S.Pd, “Wawancara”, PAUD Al-Fathiyah Dusun Serumbung Desa Lendang ARA
Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah, 01, Desember, 2019. (lihat contoh footnote untuk
wawancara dan observasi seperti apa)
6

perkembangan sosial emosional karena disebabkan juga oleh model

pembelajaran yang hanya diajarkan menulis dan menbaca, sedangkan yang kita

ketahui dari pendapat Direktor Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan

Menengah nomor 1839/C.C2/TU/2009 tentang pendidikan Taman Kanak-Kanak

dan penerimaan siswa di Sekolah Dasar, sebenarnya tidak dibolehkan untuk

mengajar calistung (membaca, menulis dan berhitung) dalam tingkat pendidikan

anak usia dini.10 Disebabkan juga dengan tidak ada kegiatan bermain sambil

belajar sedangkan dalam pembelajaran anak usia dini kita ketahui bahwa dunia

anak adalah dunia bermain.11

Anak usia dini mempunyai karakteristik yaitu, senang bermain, bergerak,

bekerja dalam kelompok, dan senang melakukan sesuatu secara langsung. Oleh

sebab itu guru seharusnya menerapkan pembelajaran yang mengandung unsur

permainan, yaitu mengusahakan siswa berpindah atau bergerak, belajar atau

bekerja dalam sebuah kelompok, serta memberikan kesempatn untuk tetap

terlibat secara langsung dalam pembelajaran.12

Dari gambaran permasalahan tersebut yaitu kurangnya perkembangan

sosial emosional anak usia dini maka sangat diperlukan strategi atau metode yang

akan dilakukan oleh guru dalam mengajar, karena strategi pembelajaran adalah

salah satu hal terpenting yang harus dipahami atau dimiliki oleh setiap guru,
10
“Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah nomor 1839/C.C2/TU/2009 tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Taman Kanak-Kanak”, dalam Surat Edaran Direktorat.
11
Istiazah S.Pd, “Wawancara”, PAUD Al-Fathiyah Dusun Serumbung Desa Lendang ARA
Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah, 01, Desember, 2019.
12
Desmita, Pisikologi Perkembangan Peaerta Didik, (Bandung: PT REMAJA
ROSDAKARYA, 2009), hlm 35.
7

karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antarsiswa, guru, dan

lingkungan belajar. Maka dari itu pembelajaran harus diatur sedemikian rupa

supaya memperoleh dampak yang lebih baik lagi.13 Mengingat pentingnya

perkembangan sosial emosional pada anak usia dini maka peneliti akan

menerapkan metode bermain sambil belajar yang akan diterapkan diluar kelas

atau outbonedyang merupakan kegiatan outing class yaitu bermaik akuatik.

Belajar diluar kelas atau outbond merupakan tempat proses pembelajaran

yang sangat menarik terutama dalam pembelajaran anak usia dini karena di

laksanakan di alam terbuka dan akan mendapatkan pengalaman langsung.

Berdasarkan prinsip belajar melalui pengalaman langsung (exsperiental

learning) yang bersipat kreatif, rekreatif, edukatif, dan petualangan yang bisa

dijadikan media penyampaian dengan melibatkan anak dalam berbagai kegiatan

yang dilakukan.

Penerapan metode bermain sambil belajar yang akan diterapkan diluar

kelas atau outbond yang merupakan kegiatan outing class yaitu bermaik akuatik.

Mengasumsikan dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional di PAUD

Al-Fathiyah Dusun Serumbung Desa Lendang Ara Kecamatan Kopang

Kabupaten Lombok Tengah pada kelompok B.

B. Sasaran Tindakan

Hamzah B. Uno dan Nurudin Mohamad, Belajar dengan pendekatan PAILKEM, (Jakarta:
13

PT Bumi Aksara 2011), hlm 4.


8

Dalam penelitian ini yang akan menjadi sasaran tindakanya adalah

kelompok B PAUD Al-Fathiyah Dusun Serumbung Desa Lendang Ara

Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah tahun pelajaran 2019/2020 yang

berjumlah 12 siswa yaitu yang terdiri dari 7 siswa laki-laki dan 5 siswa

perempuan.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakng masalah yang telas diuraikan diatas, maka

dapat ditemukan rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk kegiatan akuatik dalam meningkatkat perkembangan sosial

emosional anak usia dini?

2. Bagaiman implikasi kegiatan akuatik terhadap perkembanagn sosial

emosional anak usia dini?

D. Tujuan Penelitian

Berdasaran rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui Bagaimana bentuk kegiatan akuatik dalam meningkatkan

perkembangan sosial emosional anak usia dini.

2. Bagaimana mengetahui implikasi kegiatan akuatik terhadap perkembangan

sosial emosional anak usia dini. (sesuaikan dengan contoh di atas)

E. Manfaat dan hasil Peneltian


9

Berdasarkan dari hasil penelitian, diharapkan bisa memberikan manfaat

baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoretis

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menambah ilmu

pengetahuan terkait dengan teori-teori dalam aspek perkembanagn khususnya

dalam aspek perkembanagn sosial emosional bagi peserta didik baik kepada

lembaga sekolah pada umumnya dan kepada semua guru-guru yang ada di

PAUD Al-Fathiyah hususnya guru yang ada di kelompok B. Hasil penelitian

ini dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk memperkaya dan memperluas

ilmu pengetahuan. Dari hasil yang diperoleh peneliti sekiranya dapat

memberikan konstribusi dalam pemikiran yang dapat dijadikan sebagai bahan

acuan atau rujukan bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Lembaga

Dengan adanya penelitian ini dapat di

jadikansebagaibahanalternatifbagi PAUD Al-Fathiyah dalam

meningkatkan perkembangan sosial emosional demi meningkatkan mutu

kualitas pendidikan.

b. Bagi Guru

Diharapkan dapat menambah informasi bagi para pendidik (Guru)

terkat dengan cara meningkatkan aspek perkembangan khususnya


10

perkembabgan sosial emosional bagi peserta didik melalui kegiatan

akuatik.

c. Bagi Siswa

Membantu peserta didik untuk meningkatkan aspek perkembangan

sosial emosional dengan cara yang lebih asik dan menyenangkan sehingga

peserta didik lebih cepat mencapai aspek perkembangan.

d. Bagi Peneliti

Sebagai calon guru diharapkan agar hasil penelitian ini dapat

memperkaya dan menambah wawasan mengenaicara meningkatkan aspek

perkembangan sosial emosional melalaui kegiatan akuatik.

F. Kajian Pustaka

Ketika peneliti akan melakukan karya tulis ilmiah, terlebih dahulu akan

mengkaji tentang penelitian-penelitian terdahulu. Adapun penelitian yang relevan

dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pertama penelitian yang dilakukan oleh Mita Nugraheni yang berjudul

“Peningkatkan Kemampuan Sosial Emosional Melalui Media Power Point Pada

Anak Usia dini 5-6 Tahun Di TK SD Selman“. Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan

sosial emosional anak usia dini dapat meningkat dengan menggunakan media

power point. Dapat dibuktikan, sebelum dilakukan tindakan terdapat 30% tentang

perkembanagn sosial emosional dalam setiap indikator dengan kriteria 3 sekor.

Sesudah melakukan penelitian kecerdasan sosial emosional pada anak usia dini
11

sudah meningkat yang dibuktikan pada siklus I terdapat dari 51.6% dan pada

siklus II peningkatan sosial emosional menjadi 91.6%. Adapun persamaan dari

penelitian ini yaitu memiliki variabel yang sama yaitu untuk meningkatkan

perkembangan sosial emosional anak usi dini, menggunakan model penelitian

tindakan kelas, dan sama-sama meneliti anak usia dini yang berumur 5-6 tahun.

Adapun perbedaan penelitian ini untuk meningkatkan perkembangan sosial

emosional menggunakan media power poin sedangkan peneliti menggunakan

model kegiatan akuatik. 14

Selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Farina Nurullita yang

berjudul “Upaya Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional Melalui

Kegiatan Bermain Peran Pada Anak Kelompok ATK Islam Al-Anis, Jiwan,

Ngemplak, Kartasura Tahun Pelajaran 2012/2013”. Penelitian ini merupakan

penelitian tindakan kelas. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa kemampuan

sosial emosional anak usia dini dapat meningkat dengan menggunakan kegiatan

bermain peran. Dapat dibuktikan, sebelum dilakukan tindakan terdapat hasil

perkembangan sosial emosional anak sebesar 39,74%. Sesudah melakukan

penelitian kecerdasan sosial emosional pada anak yang dilaksanakan pada siklus I

dikatakan meningkat mencapai 58.33% dan pada siklus II peningkatan sosial

emosional mecapai 81.89%. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan dapat

menyimpulkan bahwa perkembangan sosial emosional dapat meningkat. Adapun

14
Mita Nugraheni, Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional Melalui Media Powor Poin
Pada Anak Usia Dini 5-6 Tahun di TK SD Selman., Skripsi Universitas Negeri Yogyakarta.
12

persamaan dari penelitian ini memiliki variabel yang sama yaitu meningkatkan

perkembangan sosial emosional anak usia dini, dan menggunakan model

penelitian tindakan kelas. Adapun perbedaanya penelitian ini untuk meningkatkan

perkembangan sosial emosional anak usia dini melalui kegiatan bermain peran

sedangkan peneliti menggunakan model pembelajaran akuatik, penelitian ini

meneliti di kelompok A sedangkan peneliti akan meneliti di kelompok B, dan

penelitian ini meneliti pada tahun pelajaran 2012/2013 sedangkan peneliti akan

meneliti pada tahun pelajaran 2019/2020.15

Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Bahtiyar Heru Susanto dan

Ferawati Listianingsisih yang berjudul “Model Pembelajaran Akuatik Berbasis

permainan Tradisional Untuk Meningkatkan Keterampilan Berenang Siswa

Sekolah Dasar”. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan

pengembangan (research dan development). Penelitian ini menunjukan bahwa

dengan model pembelajaran akuatik berbasis permainan tradisional dapat

meningkatkan kealamiahan isi pembelajaran, meningkatkan strategi belajar dan

menciptakan suasana interaksi sosial yang dapat menciptakan suasana belajar bagi

siswa. Adapun persamaan dari penelitian ini sama-sama menggunakan model

pembelajaran akuatik. Adapun perbedaannya penelitian ini menggunakan

pendekatan penelitian dan pengembangan sedangkan peneliti menggunakan

penelitian tindakan kelas, dan penelitian ini meneliti pada tingkat Sekolah Dasar

15
Farina Nurullita, Upaya Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional melalui kegiatan
bermain peran pada anak kelompok A TK Islam Al-Anis, Jiwan, Ngemplak, Kartasura Tahun Ajaran
2012/2013, Naskah Publikasi Universitas Muhamadiyah Surakarta.
13

sedangkan peneliti akan meneliti di tingkat Pendidikan Anak Usia Dini.16

Selanjutnya Penelitian yang dilakukan oleh Ermawan Susanto yang berjudul

“Model Pembelajaran akuatik siswa prasekolah”. Penelitian ini menggunakan

pendekatan penelitian dan pengembangan. Penelitian ini menunjukan bahwa

dengan model pembelajaran akuatik berbasis sekolah memberikan pengaruh yang

baik terhadap aspek motorik (pisikomotorik), aspek sosial (afektif), dan aspek

kognitif. Adapun persamaan dari penelitian ini sama-sama menggunakan model

pembelajaran akuatik. Adapun perbedaannya penelitian ini menggunakan

pendekatan penelitian dan pengembangan sedangkan peneliti menggunakan

penelitian tindakan kelas.17

G. Kajian Teori

1. Kegiatan Akuatik

a. Hakekat Pembelajaran Akuatik Usia Perasekolah

Pendidikan anak usia dini merupakan tempat pemberikan

rangsangan pendidikan untuk membantu meningkatkan pertumbuhan dan

perkembangan jasmani dan rohani supaya anak memiliki kesiapan ketika

memasuki pendidikan selanjutnya. Anak usia 4-6 tahun adalah anak usia

dini yang berada pada usia lahir sampe 6 tahun yang disebut sebagai usia

prasekolah. Dimana pada usia 4-6 tahun disebut masa peka bagi anak.

Masa peka merupakan masa pematangan fisik dan fisikis yang siap

16
Bahtiyar Heru Susanto dan Ferawati Listianingsih, Jurnal Elementary School, Volume 6
Nomer 1 Januari 2019.
17
Ermawan Susanto, Jurnal Of Physical Education and Sports, JPES 1 2012.
14

menerima stimulasi yang di dapatkan dari lingkungan. Masa ini

merupakan masa awal untuk mengembangkan kemampuan fisik, bahasa,

kognitif, konsep diri, disiplin, sosial emosional, seni, kemandirian, moral

dan nilai-nilai agama. Maka dari itu dibutuhkan kondisi, stimulasi yang

sesuai dengan kebutuhan anak supaya pertumbuhan dan perkembangan

tercapai secara optimal.18

Proses pembelajaran adalah bentuk usaha yang dilaksanakan untuk

menambah kualitas pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

Di dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dibutuhkan

pengetahuan terhadap pertumbuhan, perkembangan, dan karakteristik,

prinsip-prinsip belajar gerak, metode atau pendekatan yang akan

digunakan, materi yang akan diajarjan, serta pendukung lainnya supaya

proses pembelajaran dapat dilaksanakan dengan baik sesuai dengan

tujuannya.19

Usia prasekolah adalah usia yang sangat penting untuk

pertumbuhan dan perkembangan anak, karena pertumbuhan dan

perkembangan intelegensi dan motorik anak berkembang sangat cepat.

Proses pembelajaran akuatik, sangat berbeda dengan aktivitas jasmani

yang lain dan sangat berkaitan dengan prinsip-prinsip psikologi. Prinsip

psikologi merupakan hal yang berhubungan erat dengan faktor-


18
Ermawan Susanto, Pembelajaran Akuatik Prasekolah, (Yogyakarta: UNY , 2014), hlm 2.
19
Ermawan Susanto, Model Pembelajaran Akuatik Siswa Prasekolah, Jurnal Of Physical
Education and Sports.
15

faktorkejiwaan, dimana faktor tersebut harus dikembangkan terhadap diri

anak dalam mengikuti pembelajaran akuatik agar berjalan secara efektif

dan efisien, (1) menciptakan rasa senang terhadap pembelajaran akuatik,

(2) menumbuhkan rasa keberanian pada diri sendiri, (3) meningkatkan

rasa percaya diri, (4) meningkatkan ketekunan dalam proses belajar.20

b. Pendekatan Pembelajaran Akuati Prasekolah

Pendekatan dalam pembelajaran TK dan RA berpedoman pada

suatu program kegiatan yang sudah disusun sehingga kemampuan dan

seluruh prilaku yang ada dalam diri anak dapat dikembangkan dengan

sebaik-baiknyasesuai dengan Standar Kompetensi pada Taman Kanak-

Kanak tahun 2003, yaitu sebagai berikut:

Pertama: mempunyai perinsip-prinsip, yaitu: (a) Anak Akan merasa

aman dan tentram secara psikologis ketika melakukan proses belajar

apabila kebutuhan fisikisnya terpenuhi, (b)siklus yang akan dilaksanakan

dalam proses belajar anak selalu berhubungan, (c) anak belajar melalui

interaksi sosial bersama anak-anak serta dengan orang dewasa, (d) minat

dan rasa keingintahuan yang ada pada diri anak akan memotivasi

belajarnya, dan (e) belajar dan perkembangan anak harus memperhatikan

perbedaan dalam individu.

Kedua: berorientasi pada kebutuhan anak, yaitu kegiatan

pembelajaran yang dilakukan pada anak harus senantiasa berorientasi


20
Ermawan Susanto, Pembelajaran Akuatik Prasekolah, (Yogyakarta: UNY , 2014), hlm 2.
16

terhadap kebutuhan anak. Anak usia dini sangat membutuhkan

pendidikan untuk mencapai optimalisasi dalam aspek perkembangan

yaitu perkembangan fisik dan psikis (intelektual, motoric, bahasa, dan

sosial emosional).

Ketiga: bermain sambil belajar. Bermain adalah pendekatan dalam

melaksanakan pembelajaran pada anak usia TK dan RA. Supaya

pendidikan yang diberikan oleh pendidik seharusnya dilaksanakan dalam

situasi yang menyenangkan seharusnya menggunakan strategi, metode,

bahan/materi dan mengunakan media yang menarik dan mudah diikuti

oleh anak.

Keempat: menggunakan pendekatan tematik. Pembelajaran

menggunakan pendekatan tematik yang beranjak dari tema yang dapat

menarik minat anak. Tema mempunyai tujuan sebagai berikut: (a)

menyatukan isi kurikulum di dalam satu kesatuan yang utuh, (b) dalam

pembelajaran tematik harus memperkaya pembedaharaan kata anak

sehinggal dalam pemilihan tema harus dari hal-hal yang dekat dengan

anak, sederhana, dan menarik minat anak.

Kelima: kreativ dan inovatif. Pembelajaran yang kreativ dan

inovatif dapat dilaksanakan oleh pendidik melalui kegiatan yang menarik,

mampu membangkitkan rasa ingin tahu anak, memberi motivasi kepada

anak untuk berfikir kritis dan dapat menemukan hal-hal baru. Pengelolaan
17

pembelajaran juga harus dilakukan secara dinamis. Yaitu anak juga harus

sebagai subjek dalam proses pembelajaran tidak hanya sebagai objek.

Keenam: lingkungan kondusif. Lingkungan dalam proses

pembelajaran hendaknya diciptakan semenarik mungkin dan

menyenangkan agar anak selalu betah di dalam lingkungan sekolah baik

di dalam maupun diluar. Harus memperhatikan keamanan dan

kenyamananketika anak bermain. Penataan ruangan harus disesuaikan

dengan ruang gerak anak dakam kegiatan bermain sehingga interaksi

dengan pendidik dan temannya dapat dilaksanakan secara demokratis.

Ketujuh: mengembangkan kecakapan hidup. Proses pembelajara

yaitu untuk mengembangkan kecakapan hidup. Program akuatik

prasekolah adalah bentuk program jasmani di TK dan kegiatan renang

merupakan salah satu program akuatik yang memiliki banyak manfaat

baik dalam fisikologi dan psikologis. Reaksi anak kepada pembelajaran

akuatik berkaitan dengan beberapa faktor yaitu seperti usia, bahasa,

karakter fisik, pengembangan kognitif, tingkatan sosialisasi, serta faktor

emosional.21

c. Bentuk-bentik kegiatan akuatik berbasis permainan

Program akuatik merupakan segala aktivitas yang dilaksanakan di

dalam air atau aktivitas air yang bisa dilakukan di sungai, laut, danau,

pantai, dan kolam renangyang bertujuan untuk melatih anak dalam


21
Ibid, hlm 30.
18

22
memperoleh kemajuan potensi motorik, afektif, kognisi, dan sosial.

Upanya-upaya dalam pendidikan yang diberikan oleh seorang pendidik

hendaknya dilakukan di dalam situasi yang menyenangkan dengan

menggunakan metode, strategi, media yang sangat menarik dan mudah

diikuti oleh anak. Melalaui kegiatan permainan anak diminta untuk

bereksplorasi, menemukan serta memanfaatkan objek-objek yang

berkaitan dengan kedekatan anak, supaya pembelajaran menjadi lebih

bermakna. Permainan bagi setiap anak merupakan proses kreatif dalam

bereksplorasi, mampu mempelajari keterampilan yang baru dan mampu

menggunakan symbol dalam menggambarkan dunianya. Ketika

melakukan kegiatan bermain, mereka dapat membangun pengertian yang

berhubungan dengan pengalamannya.

Hakikat permainan adalah segala aktivitas jasmani yang

dilaksanakan dengan sungguh-sugguh, sukarena, dan sangat

menyenangkan. Bermain bagi anak usia dini merupakan hal yang tidak

asing lagi. Setiap ada anak usia dini, pasti di situ dijumpai yang namanya

kegiatan bermain. Berman beserta anak usia dini diumpamakan sama

halnya seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan yaitu antara

sisi yang satu dengan sisi yang lainnya yaitu saling melengkapi. Karena

bermain adalah dunia anak-anak sehingga sering kita dengar dunia anak

adalah dunia bermain. Bermain merupakan serangkaian kegiatan atau


22
Ibid, hlm 121.
19

aktivitas anak-anak untuk bersenang-senang. Apa pun bentuk kegiatanya,

selama semua itu terdapat unsur kesenangan dan kebahagiaan bagi anak

usia dini, maka dikatakan bermain. 23

Salah satu aspek yang sangat menentukan seorang guru dalam

mengajar adalah metodologi pengajaran yang akan dipakai. Salah satu

metodologi yang digunakan oleh guru dalam mengajar yang paling epektif

adalah bermain. Pada usia dini, anak-anak akan lebih senang bila diajak

bermain. Pada saat-saat bermain inilah, guru memberikan atau

menanamkan ilmu, wawasan, keterampilan, dan kreativitas sedikit demi

sedikit. Di dalam bermain tidak boleh yang namanya penekanan,

pemaksaan, dan harus didasari dengan kelembutan, keramahan, dan

kesantunan. 24

Dari pengertiam diatas mengenai bermain. Beramin mempunyai

tujuan. Tujuan bermain bagi anak usia dini, yaitu: Pada dasarnya, bermain

mempunyai tujuan yang berbeda-beda diantaranya untuk memelihara

perkembangan dan pertumbuhan anak usia dini melalui pendekatan dalam

bermain yang bersifat kreatif, rekreatif, menarik, menyenangkan serta

menantang. . Kegiatan bermain terlihat seperti pekerjaan yang hanya dapat

menggerakkan sebagian anggota tubuh saja, tetapi dibalik semua aktivitas

tersebut memiliki banyak makna yang begitu mendasar dan sulit untuk

23
Fadlillah, Bermain dan Permainan Anak Usi Dini, (Jakarta: Kencana: 2017), hlm 6.
24
Jamal Ma’mur Asmani, Buku Pintar Playgroup (Jogjakarta: Bukubiru, 2010), hlm 146.
20

dipercaya. Bermain juga memiliki tujuan yang lain diantaranya dapat

mengembangkan fisik, linguistic, kognitif, spiritual, social dan

emosional.25

Bentuk-bentuk kegiatan permainan terhadap pengenalan air yang

dikelompokan menjadi beberapa pokok kegiatan yang disesuaikan dengan

tujuannya, yaitu sebagai berikut:

1. NAMA PERMAINAN : Lomba Lari dengan Menggendong

CARA BERMAIN : Anak akan berpasangan dengan orang dewasa

(orang tua), dibuat menjadi beberapa kelompok, posisi siap dengan

pasangan yang sudah digendong di ujung kolam, ketika peluit

dibunyikan, lalu berlari sambil menggendong sampai ujung kolam,

siapa yang paling cepat sampe dan tidak melakukan kesalahan itu yang

mendapat juara.

TUJUAN : Melatih kekompakan orang tua dengan anak

PERLENGKAPAN : Kolam berenang26

25
Hasbi dan Ahyar Rasidin, Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini, (Jember: Pustaka
Abadi; 2017), hlm 43.
26
Boyke Mulyana, Aktivitas Aquatik, silabus , hlm 9.
21

2. NAMA KEGIATAN : Kartu Alfabet

CARA BERMAIN : peserta didik dibagai menjadi beberapa

kelompok, lalu guru menyebutkan kata, (cotoh ‘renang’ atau air’), lalu

setiap kelompok satu orang–satu orang mengambil hurup alphabet

yang sudah disiapkan di masing-masing kelompok sesuwai kata yang

disebutkan oleh guru, pesetra berlari menyebrangi kolam, memanjat

kolam lalu membentuk susunan kata tersebut. Kelompok pertama yang

berhasil menyusun hurup seswai yang disebutkan itu yang akan

menjadi pemenang. Metode ketika masuk, keluar kolam, dan gerak

menuju air bisa divariasikan sesuai standar siswa dan menambah

variasi dalam permainan.

TUJUAN :untuk melatih kemampuan ketika masuk dan keluar kolam,

serta kecepatan dalam merespon.

PERLENGKAPAN : kartu alphabet plastik berukuran besar, peluit,

kolam renang.27

27
Ermawan Susanto, Pembelajaran Akuatik Prasekolah, (Yogyakarta: UNY , 2014), hlm 126.
22

3. NAMA PERMAINAN : Ular Naga Panjangnya

CARA BERMMAIN : guru memerintahkan kepada peserta didik

membuat dua kelompok, masing-masing kelompok berjumlah 5 orang

(dua orang diminta menyatukan tanganya keatasa sehingga berbentuk

seperti anak panah yang tiganya diminta berdiri berurutan saling

berpegangan), lalu bersiap-siap melewati tangan dari dua temanya

yang sudah berbentuk panah. Saat aba-aba dimulai, masing-masing

kelompok terlebih dahulu melewati anak panah kelompoknya lalu

dilanjutkan ke anak panah kelompok yang lain. kelompok pertama

yang berhasil melewati semua anak panah dan kembali ketempat awal

akan menjadi pemenang.

TUJUAN : untuk mengembangkan rasa percaya diri ketika berada di

dalam air, selama badanya aktif bergerak.

PERLENGKAPAN : kolam renang28

28
Ibid, hlm 136
23

2. Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini

Sosial emosional anak usia dini adalah suatu proses pembelajaran

bagaimana berintraksi sesuai dengan aturan sosial yang ada. Sosial emosional

berlangsung secara bertahap melalui proses penguatan dan modeling. Rosmala

Dewi menyatakan sosial emosional adalah kemampuan berintraksi atau

mengadakan hubungan dengan orang lain, terbiasa bersikap sopan santun,

mematuhi semua peraturan dan disiplin di dalam kehidupan sehari-hari, dan

mampu menunjukan reaksi yang wajar.

a. Hakikat Perkembangan Sosial Anak Usia Dini

Perkembangan sosial sangat diperlukan bagi perkembangan anak usia

dini. Sebab, suatu saat mereka akan hidup didalam lingkungan masyarakat

yang dimana pasti setiap orang akan saling membutuhkan antara satu sama

yang lainnya. Dengan menumbuhkan atau membiasakan anak untuh hidup

bersosialisasi, maka itu yang akan memudahkan mereka hidup atau

berintraksi dengan orang lain ketika merekan sudah dewasa dan hidup

didalam masyarakat.

Menurut Arnold Gessell dalam sebuah penelitiannya menyatakan

bahwa perkembangan sosial anak yaitu meliputi hal sebagai berikiut:29 (1).

Usia 0,2 tahun, yaitu anak sudah mulai tersenyum dan mampu memandang

orang lain. (2) Usia 0,3 tahun, yaitu anak mampu tersenyum kembali, dan

29
Muhamad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Medi, 2012 ), hlm
52.
24

mampu mengeluarkan berbagai macam bunyi suara sebagai jawaban

maupun rangsangan dari luar. (3) Usia 0,4 tahun, yaitu anak dapat

mengeluarkan airmatanya (menangis), yaitu sebagai tanda anak tidak setuju

terhadap orang yang mengadakan hubungan. (4) Usia 0,5 tahun, yaitu anak

sudah mampu menggerakan mata atau mampu mengikuti gerakan orang

yang lalu lalang. (6) Usia 0,6 tahun, yaitu anak mampu mengeluarkan reaksi

ketika bertemu dengan seseorang yang sipatnya pemarah atau orang yang

ramah. (7) Usia 0,7 tahun, anak sudah mulai aktif mengadakan hubungan.

Mereka mencoba mengadakan aksi, baik itu berbentuk gerakan ataupun

suara-suara. (8) Usia 0,8 tahun, anak sudah mampu bermain, seperti

bermain sembunyi-sembunyian dan mampu memanggil sebutan mama,

papa, adik, kaka dan sebagainya. (9) Usia 0,10 tahun, yaitu anak sudah

mampu menarik perhatian orang dewasa. (10) Usia 1,0 tahun, yaitu anak

sudah mulai mengerti bahasa isyarat-isyarat yang sederhana, seperti “bay-

bay” dengan melambaikan tangannya, dan menunjukan dengan jari satu

dengan yang lain-lainnya.

b. Hakikat Perkembangan Emosi Anak usia Dini

Emosi, secara bahasa adalah perasaan yang berkembang dan akan

surut pada waktu yang begitu singkat. Sedangkan pengertian emosi secara

umum yaitu suwatu yang berlangsung dalam waktu yang relefan sangat

singkat yang akan menjadikan emosi itu berbeda dengan mood.

Moodmerupakan perasaan hati yang pada umumnya berlangsung lebih lama


25

daripada emosi, akan tetapi intensitassnya sangat kurang jika dibandingkan

dengan emosi. Contohnya, jika seseorang yang mengalami perasaan seperti

kebencian (emosi), maka kebencian tersebut tidak mudah hilang begitu

saja.30

Emosi dalam perkembangan anak usia dini dapat diartikan sebagai

beberapa perasaan yang sangat kuat berupa perasaan takut, marah, benci,

sedih, senang, dan perasaan cinta. Perasaan senang, bersemangat, bergairah,

dan rasa ingin tahu yang tinggi disebut sebagai emosi positif, sedangkan

perasaan tidak senang, tidak bergaerah, dan kecewa disebut sebagai emosi

negativ.

Table 1.1. Karakteristik Anak Usia Dini

Tentang Perkembangan Emosi31

Emosi Yang Stabil (Sehat) Emosi yang Tidak Stabil (Tidak


Sehat)

30
Ibid, hlm 21.
31
Ibid, hlm 44.
26

1. Menunjukan wajah yang cerah 1. Menunjukan wajah yang murung


2. Dapat bergaul sesame 2. Mudah tersinggung
temannya dengan baik 3. Sulit bergaul dengan orang lain
3. Bergairah dalam belajar 4. Suka marah-marah
4. Konsentrasinnya sangat baik 5. suka mengganggu teman
dalam belajar 6. Tidak percaya diri
5. Mampu menghrgai diri sendiri
dan orang lain

c. Karakteristik Perkembangan Sosial dan Emosional Anak Usia Dini

Karakteristik perkembanagan sosial anak usia dini bisa diartika

sebagai ciri khas dalam berbagai perubahan terkait dengan kemampuan

anak usia 0-6 tahun didalam menjalin kegiatan relasi dengan dirinya sendiri

maupun relasi dengan orang lain untuk mendapatkan keinginanya.32

Perkembanagan sosial dimulai pada usia 4-6 tahun, dalam hal ini nampak

dari kemampuan mereka dalam melakukan sesuatu dengan cara

berkelompok. Karakteristik pada tahapan ini yaitu anak mulai mengetahui

aturan-aturan yang ada disekitarnya, lalu mereka mulai tunduk pada aturan

tersebut, kemudian anak mulai menyadari betapa pentingnya hak orang lain,

dan mereka mulai bermain bersama teman sebayanya.33

Perkembanagn emosi anak usia dini berkembang secara bersamaan

dengan perkembangan sosial anak usia dini. Karakteristik emosi pada anak

usia dini diantaranya: berlangsung sangat singkat dan berakhir secara tiba-

32
Nova Ardy Wiyani, Mengelola Dan Mengembangkan Kecerdasan Sosial Dan Emosi Anak
Usia Dini, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), hlm 29.
33
Ina Maria, Eka Rizki Amalia, Perkembanagn Aspek Sosial Emosional dan Kegiatan
Pembelajaran yang Sesuai untuk Anak Usia 4-6 Tahun, Jurnal Nasional, hlm 10.
27

tiba, terlihat lebih hebat dan kuat, bersifat sementara, lebih sering terjadi,

mampu diketahui dengan jelas dari semua tingkah lakunya, dan reaksi

mampu mencerminkan individualitas. Perkembanagn emosi pada anak usia

dini dapat ditandai dengan munculnya emosi evaluative yang didasarkan

oleh rasa bangga, malu, dan rasa bersalah, kemunculan emos ini mampu

menunjukan bahwa anak sudah mampu memahami dan mampu

menggunakan norma sosial untuk dijadikan penilaian perilaku mereka. 34

Dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Repunlik Indonesia No 137 tahun 2014 tentang standar Nasional

Pendidikan anak usia dini bahwa tingkat pencapaian perkembangan sosial

emosional anak usia 5-6 tahun yaitu, (1). Kesadaran diri, yang dimana

mencakup tentang memperhatikan kemampuan diri sendiri untuk

menyesuaikan dengan situasi dan kondisi, memperhatikan kehati-hatian

terhadap orang yang belum dikenal, dan mengenal prasaan diri sendiri dan

mengelolanya secara wajar. (2). Rasa tanggung jawab untuk diri sendiri

dan orang lain, yang mencakup tahu akan haknya, mentaati aturan atau

kegiatan kelas, dapat mengatur diri sendiru, dan mampu bertanggung jawab

atas perilaku terhadap kebaikan diri sendiri. (3). Perilaku persosialan, yang

mencakup bermain dengan teman sebaya, dapa mengetahui perasaan

34
Ibid, hlm 11.
28

temanya dan mampu merespon secara wajar, dan mampu berbagi dengan

orang lain. 35

d. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial dan Emosional

Anak Usia Dini

Anak berkembang secara tertentu seperti beberapa individu lain dan

terdapat persamaan secara umum dalam pola perkembangan yang terjadi

dalam setiap anak secara bervariasi yang terjadi setiap saat. Hal tersebut

disebabkan pada dasarnya perkembangan merupakan suatu proses yang

saling berhubungan dengan kompleks yang melibatkan beberapa faktor

yang berpengaruh satu sama lain. Faktor-faktor tersebut diantaranya:36

1) Faktor Hereditas

Faktor hereditas adalah faktor yang berhubungan dengan hal-hal yang

diturunkan oleh orang tua kepada anak cucunya. Faktor hereditas

merupakan salah satu terpenting yang memberikan pengaruh terhadap

perkembangan, termasuk perkembangan sosial emosional anak usia

dini. Karakteristik seorang anak sangat dipengaruhi oleh keturunannya

yang merupakan karakeristik bawaan dari orangtuanya. Gen adalah

cetakan biru perkembangan yang turun temurun dari generasi ke

generasi.

35
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 137 Tentang
Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, hlm 28.
36
Nova Ardy Wiyani, Mengelola Dan Mengembangkan Kecerdasan Sosial Dan Emosi Anak
Usia Dini, (Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014), hlm 43-50.
29

2) Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan adalah kekuatan yang kompleks dari dunia fisik,

sosial yang sangat berpengaruh terhadap susunan biologis dan

psikologis, yaitu pengalaman sosial dan emosi anak sejak belum dan

sesudah lahir. Faktor lingkungan meliputi pengaruh-pengaruh berikut

ini: keluarga, sekolah dan masyarakat.

3) Faktor Umum

Faktor umum adalah golongan dari faktor hereditas dan lingkungan.

Faktor umum yang mempengaruhi perkembangan sosial emosional

anak diantaranya: jenis kelamin dan kesehatan.

H. Metode Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di PAUD Al-Fathiyah Dusun

Serumbung Desa Lendang Ara Kecamata Kopang Kabupaten Lombok.

Alasan mengambil penelitian di PAUD Al-Fathiyah, yaitu karna ditemukan

permasalahan bahwa peserta didik yang ada di kelompok B bahwa tingkat

perkembangan sosial emosionalnya masih rendah. Karena kurangnya

pemahaman guru terhadap teri perkembangan khususnya cara meningkatkan

perkembangan sosial emosional pada peserta didik.

2. Sasaran Penelitian

Sasaran penelitian ditujukan kepada siswa dan guru. Sasaran untuk

siswa yaitu dapat meningkatkan perkembangan sosial emosional anak usia


30

dini setelah mengikuti kegiatan pembelajaarn menggunakan metode kegiatan

akuatik. Sasaran untuk guru yaitu menambah wawasan atau pengetahuan

tentang meningkatkan perkembangan sosial emosional dan mampu

menerapkan metode kegiatan akuatik.

3. Rencana Tindakan

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Dari

namanya saja penelitian tindakan kelas, sudah pasti dapat di pahami isi yang

ada didalamnya, yaitu suatu kegiatan penelitian yang dilaksanakan di dalam

kelas.37 Selama ini sering terjadi yang namanya perselisihan atau

kesalahpahaman termasuk dalam mengartikan PTK, khusunya pada istilah

kata “kelas” dan “tindakan”. Tindakan kelas merupakan “tempat“dimana

terjadinya proses belajar mengajar. Yang diartikan tempat belum tentu berupa

atau berbentuk kelas, tetapi sebaliknya kelas (dalam artian fisik) pasti

termasuk tempat. Yang menjadi inti dari semuanya adalah tempatnya, bukan

kelasnya. Maka, jika disebut tempat, lapangan, emperan rumah, dan taman

terdapat sekelompok siswa yang sedang melaksanakan pembelajaran secara

bersama dan diajarkan oleh seorang guru, maka tempat bisa memenuhi

kriteria untuk disebut dengan “kelas”. Dengan, demikian PTK bisa dilakukan

di berbagai tempat , tidak mesti dilaksanakan atau dilakukan di kelas, asalkan

37
Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasikanya pada Pendidikan
Anak Usia Dini, (Jakarta: PT Kharisma Putri Utama, 2013), hlm 117.
31

disitu terdapat sekelompok siswa yang sedang belajar bersama danada guru

yang mengajarkan.38

Penelitian tindakan kelas (PTK), yang direncanakan akan dilaksanakan

dalam 2 siklus. Jikan siklus 1 tidak tuntas makan akan dilanjutkan dengan

siklus selanjutnya. Dan dilaksanakn secara berulang-ulang. Penelitian

tindakan kelas (PTK) terdiri dari 4 tahap dalam setiap siklus: yaitu,

perencanaan atau planning, tindakan atau acting, pengamatan atau observing,

dan refleksi atau reflecting. Adapun bentuk kerja dari siklus ke siklus dalam

penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto (2006:

16), yaitu sebagi berikut:

Gambar 1.1

Siklus Penelitian Tindakan Kelas Model Suharsimi Arikunto.39 Emang ada

model Suharsimi Arikunto? Arikunto ini penulis buku, dia menulis berdasarkan

model dari pada para pakar. Silahkan baca dan cek lagi apa saja model PTK
38
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Jogjakarta: DIVA Press, 2010), hlm 19.
39
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2006), hlm 16
32

perencanaan

Refleksi SIKLUS I Pelaksanaan

Pengamatan

perencanaan
Berdasarkan gambar siklus penelitian tindakan kelas di atas dapat

diuraikan sebagai berikut:


Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan
1. Siklus 1

a. Perencanaan Tindakan
Pengamatan
Dalam tahap ini hal-hal yang akan dilakukan peneliti dan guru sebagai

berikut:

1) Membuat kesepakatan, peneliti bekerja sama dengan guru-guru yang

ada di PAUD Al-Fathiyah, terutama guru kelompok B, siapa yang

akan menjadi pengajar (guru) dan siapa yang akan menjadi observer

2) Menjelaskan materi atau tehnik kegiatan yang akan dilaksanakan

kepada guru-guru yang ada di PAUD Al-Fathiyah


33

3) Membuat rencana pelaksanaa pembelajaran harian (RPPH)

4) Menyiapkan alat dan bahan serta tempat yang akan digunakan untuk

melaksanakan penelitian

5) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa

6) Menyiapkan lembar evaluasi

b. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan yaitu menerapkan apa yang sudah direncanakan pada

tahap perencanaan, yaitu melakukan tindakan. Setiap tindakan harus

sesuai dengan tahap perencanaan, tetapi harus mempunyai kesan alamiah

dan tidak direkayasa.40Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap ini

adalah:

 Nama Permainan : memasukan bola kedalam keranjang

 Tujuan permainan :

a) Meningkatkan perkembangan sosial anak, yaitu ketika anak

mampu berkomonikasi, berintraksi atau bekerja sama dengan

kelompoknya

b) Mampu mengontrol perkembangan emosi seorang anak yaitu

mendapat kemenangan maupun kekalahan ketika melakukan

sebuah bermainan

40
Suyadi, Panduan Penelitian Tindakan Kelas, (Jogjakarta: DIVA Press, 2010), hlm 62.
(setelah tulisan “hlm” itu ada titik atau tidak?) ini berlaku untuk semua footnote ya. Tolong dicek
semua.
34

c) Mengembangkan kecerdasan logis matimatis yaitu ketika anak

sudah memasukan bola kedalam keranjang, anak dapat

menghitung berapa jumlah bolah yang didapatkan

d) Mampu mengenalkan maacam-macam warna pada bola warna

yang digunakan dalam permainan

 Peralatan yang dibutuhkan dalam permainan

a) Kolam renang

b) Keranjang plastik

c) Bola warna warni

d) Peluit

 Durasi permainan

Durasi dalam pelaksanaan pembelajaran akuatik yaitu 20 menit dalam

satu putaran

 Pelaksanaan

a) Sebelum permainan dimulai, peserta didik disarankan melakukan

pemanasan dalam bentuk gerakan statis dam dinamis

b) Peserta didik dibagi dalam 3 kelompok, di dalam satu kelomok

berjumlah 4 anak
35

c) Seluruh peserta didik di bariskan terlebih dahulu sebelum mesuk

ke dalam kolam berenang seswai dengan kelomopknya

d) Sebelum peserta didik melakukan kegiatan permainan terlebih

dahulu peneliti beserta guru berkolaborasi untuk mencontohkan

permainan yang akan dilaksanakan

e) Peserta didik diminta masuk kedalam kolam dengan cara

didampingi oleh setiap gurunya, satu kelompok satu guru yang

mendampinginya sampe kegiatan permainan selesei

f) Setelah berbaris rapi seswai dengan kelompokya, guru

menyiapkan aba-aba tanda permainan segera dimulai yang

ditandai dengan bunyi pluit atau aba-aba awas,,,,, dan “yak!

g) Setelah permainan dimulai peserta didik diminta memasukan bola

kedalam keranjang satu orang satu bola yang dimasuka dengan

cara bergantian dengan teman kelompoknya, yang sudah melepar

bola pindah kebelakang, begitupun seterusnya sampe dengan

durasi waktu yang sudah ditentukan. Dengan cara tetap

didampingi oleh satu guru satu kelompok.

 Jarak Keranjang

Jarak keranjang plastik dengan tempat lempar bola 40 cm

 Aturan
36

Dalam permainan ini jika terjadi salah satu dari tiap-tiap kelompok

sengaja melakukan kecurangan seperti memasukan dua bola sekaligus

maka diberikan sangsi berupa pengurangan satu poin

 Pemenang

Dalam permainan ini yang akan menjadi pemenangnya yaitu peserta

didik yang paling banyak dan kompak dalam memasukan bola ke

dalam keranjang plastik dan yang menjadi juara akan diberi

penghargaan (reward)

c. Pengamatan

Yaitu melakukan proses pengamatan oleh peneliti ketika proses

tindakan yang sedang dilaksanakan oleh guru. Guru yang sedang

melakukan sebuah tindakan dikatakan sebagai guru pelaksana, dan

seorang pengamat yang mengadakan observasi kepada proses tindakan

disebut peneliti.41 Guru bisa menjadi guru pelaksana, guru juga bisa

menjadi pengamat, begitu juga dengan peneliti bisa menjadi guru

pelaksana bisa juga menjadi pengamat. Pada tahap pengamatan ini, yaitu

sebagai berikut:

1) Mengamati kegiatan yang dilakuakan oleh guru dan siswa, sesuai

dengan proses belajar mengajar

2) Membimbing sekaligus membantu siswa untuk perkembangannya

dalam melaksanakan kegiatan


41
Ibid, hlm126.
37

d. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan mengemukakan lagi apa yang sudah

dilakukan. Tempat melihat berbagai kekurangan yang sudah dilaksanakan

oleh guru selama melakukan tindakan. Pada tahap ini, peneliti beserta

guru mengkaji hasil observasi dari evaluasi yang sudah dilaksanakan.

Dari hasil analisis peneliti bersama observer mendiskripsikan kekurangan

yang ada dalam tahap pelaksanaan serta menganalisa penyebabnya dan

mencari solusi untuk digunakan sebagai dasar merencanakan serta

melakukan siklus berikutnya.

2. Siklus II

Siklus II dilaksanakan apabila kegiatan pembelajaran pada siklus I

dinilai belum mencapai keberhasilan atau belum sesuai dengan apa yang

diinginkan dalam proses belajar mengajar. Sedangkan langkah-langkah yang

akandilakukan dalam siklus II sama dengan siklus I. Perbedaan pada siklus II

dilakukan untuk perbaikan terhadap kekurangan pada siklus I.

4. Jenis Instrumen dan Cara Penggunaan

Instrument pengumpulan data adalah alat bantu yang digunakan oleh

peneliti untuk mengumpulkan data-data maupun informasi dalam penelitian.

Adapun dalam penelitian ini, data diambil dengan menggunakan dua


38

instrumen penelitian yaitu:

a. Observasi

Observasi merupakan tekhnik pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang

berlangsung.Observasi menjadi instrument utama yang digunakan untuk

pengumpulan data, karena disebabkan observasi sebagai proses

pengamatan secara langsung dan merupakan instrument yang sangat

cocok untuk memantu atau melihat kegiatan pembelajaran yang sedang

berlangsung mengenai perilaku guru maupun perilaku siswa.42

Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini

diantaranya:

1) Lembar Observasi Untuk Guru

Lembar observasi guru termasuk sejumlah aktivitas yang dilakukan

oleh guru pada masing-masing pertemun dari setiap siklus yang

bertujuan untuk melihat keberhasilan dalam menerapkan kegiatan

pembelajaran akuatik untuk meningkatkan perkembangan sosial

emosional pada peserta didik.

2) Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Pada lembar observasi siswa yaitu sejumlah kegiatan yang dilakukan

oleh siswa selama proses pembelajaran berlangsung.


42
Wina sanjaya, Penelitian Tindakan Kelas (Jakarta : Kencana, 2012), hlm 86-87.
39

b. Dokumentasi

Arikunto mengatakan dokumentasi artinya barang-barang yang tertulis. Di

dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti meneliti benda-benda

tertulis seperti buku-buku, dukumen, majalah, peraturan-peraturan, notulen

rapat, catatan harian, dan sebagainya. Peneliti menggunakan metode

dokumentasi ini untuk mendapatkan data atau informasi tentangkeadaan

siswa dan proses pembelajaran di dalamnya.

5. Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian ini mencakup beberapa lingkup

penelitian yang bertujuan untuk membatasi penelitian dalam memperlancar

proses pelaksanaan penelitian.

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di kelompok B PAUD Alfathiyah Dusun

Serumbung Desa Lendang Ara Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok

Tengah Tahun Pelajaran 2010/2020.

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap

c. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelompok B yang berjumlah 12 siswa.

d. Objek Penelitian
40

Objek dalam penelitian ini adalah penerapan model pembelajaran kegiatan

akuatik (kegiatan dalam air) untuk meningkatkan perkembangan sosial

emosional peserta didik

6. Cara Pengamatan (Monitoring)

Setelah melakukan tindakan, peneliti melakukan pengamatan terhadap

pelaksanaan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Pada tahap ini yang

dilakukan oleh peneliti adalah mengamati guru yang sedang memberikan

pembelajaran untuk meningkatkan perkembangan sosial emosional kepada siswa

kelompok B di PAUD Al-Fathiyah Dusun Serumbung Desa Lendang Ara

Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah dengan model pembelajaran

akuatik yaitu kegiatan memasukan bola kedalam keranjang yang dilaksanakan di

dalam kolam renang yang dipelajari sesuai dengan rencana pelaksanaan

pembelajaran harian yang dibuat dan juga disiapkan. Adapun yang diamati

adalah bagaimana pelaksanaan tindakan, bagaimana sikap siswa dan apakah

proses pembelajaran sudah sesuai dengan scenario yang dibuat.

7. Analisis Data danRefleksi


Untuk mengetahui keefektifitasan suatu metode dalam kegaitan

pembelajaran, perlu dilaksanakan analisis data. Pada penelitian tindakan

kelas ini, digunakan analisis deskripsi kualitatif, yaitu suatu metode

penelitian yang bersifat menggambarkan kenyataan atau fakta sesuai dengan


41

data diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui hasil perkembangan sosial

emosional dalam pembelajaran akuatik yang dicapai peserta didik,

Keberhasilan proses kegiatan pembelajaran juga dilihat dari hasil pengamatan

observasi aktivitas guru dan aktivitas siswa.

a. Lembar Observasi Untuk Aktivitas Guru

Penelaian ini di dapatkan dari lembar observasi guru selama

proses kegiatan pembelajaran berlangsung. Adapun rumus yang

digunakan sebagai berikut:

R
NP= × 100
SM

Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan

R= sekor mentah yang diperoleh guru

M = Sekor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 = bilangan tetap43

Table 1.2

Pedoman Konversi Katagori Aktivitas Guru44

No Presentase ketuntasan aktivitas guru Keterangan


1 80-100% Sangat baik

43
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2008), hlm 102.
44
Ibid, hlm 103.
42

2 76-85% Baik
3 60-75% Cukup
4 55-59% Kurang
5 ≤ 54 % Kurang sekali

b. Lembar Observasi Untuk Siswa.

Penelaian ini di dapatkan dari pengamatan aktivitas siswa selama proses

kegiatan pembelajaran. Dalam menghitung nilai aktivitas siswa

menggunakan rumus sebagai berikut:

R
NP= × 100
SM

Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan

R= sekor mentah yang diperoleh guru

M = Sekor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 = bilangan tetap45

Table 1.3

Pedoman Konversi Kategori Aktivitas Siswa46

No Presentase ketuntasan aktivitas guru Keterangan


1 80-100% Sangat baik
2 76-85% Baik
45
Ibid, hlm 102.
46
Ibid, hlm 103.
43

3 60-75% Cukup
4 55-59% Kurang
5 ≤ 54 % Kurang sekali

I. Rencana Jadwal Kegiatan Penelitian

Penelitian dilaksanaan bulan November-Maret. Yang tiperlihatkan

pada table 1.4. Sebagai berikut:

Table 1.4 Jadwal Penelitian

No kegiatan Bulan

Nov Des Jan Feb Mar


44

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Penyusunan
Proposal
2 Seminar
Proposal
3 Persiapan
Penelitian
4 Membuat
Draf
Laporan
5 Diskusi
Draf
Laporan
6 Penyempurn
aan Laporan

Keterangan: jadwal kegiatan penelitian ini sewaktu-waktu akan berubah sesuai

dengan situas dan kondisi yang terjadi dilapangan.

Daftar Pustaka (tolong cek penulisan DP yang benar seperti

apa)

Alfira Mulya Astuti, Statistik Penelitian, (Mataram: Insan Madani


Publishing Mataram, 2016).

Bahtiyar Heru Susanto dan Ferawati Listianingsih, Jurnal Elementary School,


Volume 6 Nomer 1 Januari 2019.
45

Desmita, Pisikologi Perkembangan Peserta Didik, Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset, 2009.
Ermawan Susanto, Jurnal Of Physical Education and Sports, JPES 1 201.

Ermawan Susanto, Model Pembelajaran Akuatik Siswa Prasekolah, Jurnal Of


Physical Education and Sports.

Ermawan Susanto, Pembelajaran Akuatik Prasekolah, Yogyakarta: UNY


Press, 2014).

Fadlillah, Bermain dan Permainan Anak Usi Dini, Jakarta: Kencana: 2017.
Farina Nurullita, Upaya Meningkatkan Perkembangan Sosial Emosional
melalui kegiatan bermain peran pada anak kelompok A TK Islam Al-Anis, Jiwan,
Ngemplak, Kartasura Tahun Ajaran 2012/2013, Naskah Publikasi Universitas
Muhamadiyah Surakarta.

Hamzah B. Uno dan Nurudin Mohamad, Belajar dengan pendekatan


PAILKEM, Jakarta: PT Bumi Aksara 2011.

Hasbi dan Ahyar Rasidin, Pengembangan Fisik Motorik Anak Usia Dini,
Jember: Pustaka Abadi; 2017.

Hasbi, Kegiatan Outbound Yang Menyenangkan, Mataram: Percetakan


RISTIA, 2015.

Ina Maria dan Eka Rizki Amalia, Perkembangan Aspek Sosial-Emosional


dan Kegiatan Pembelajaran yang Sesuai Untuk Anak Usia 4-6 Tahun, Jurnal
Nasional
Istiazah S.Pd, “Wawancara”, PAUD Al-Fathiyah Dusun Serumbung Desa
Lendang ARA Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah, 01, Desember, 2019.

Jamal Ma’mur Asmani, Buku Pintar Playgroup, Jogjakarta: Bukubiru, 2010.

Johni Dimyati, Metodologi Penelitian Pendidikan dan Aplikasikanya pada


Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta: PT Kharisma Putri Utama, 2013.
Mita Nugraheni, Peningkatan Kemampuan Sosial Emosional Melalui Media
Powor Poin Pada Anak Usia Dini 5-6 Tahun di TK SD Selman., Skripsi
Universitas Negeri Yogyakarta.
46

Muhamad Fadlillah, Desain Pembelajaran PAUD, Jogjakarta: Ar-Ruzz Medi,


2012.
Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tehnik Evaluasi Pengajaran,
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008).

Nova Ardy Wiyani, Mengelola Dan Mengembangkan Kecerdasan Sosial Dan


Emosi Anak Usia Dini, Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA, 2014.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 137


Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 137
Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.

Rifda El Fiah, Bimbingan dan Konseling Anak Usia Dini, Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2017.

Sugiyono, Metodologi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R dan D,


Bandung: ALFABETA, CV. 2012.
Suharsimi Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT Bumi Aksara,
2006.
Undang-undang pasar 28 no 20/2003 ayat 1 tentang system pendidikan
nasional.

Anda mungkin juga menyukai