Anda di halaman 1dari 8

Indanah, Yulisetyaningrum/ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.

1 (2019) 221-228 | 221

PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA PRA SEKOLAH


Indanaha*, Yulisetyaningrum a
a
Program Studi D3 Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Kudus
*
indanah@umkudus.ac.id

Abstrak

Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak dimana
anak diminta untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Dengan
kata lain, perkembangan sosial merupakan proses belajar anak dalam menyesuaikan diri dengan norma,
moral dan tradisi dalam sebuah kelompok. Banyak faktor yang berpengaruh dalam perkembangan
sosial emosional anak. Faktor tersebut antara lain faktor Hereditas/Genetis/Keturunan, faktor
Lingkungan, faktor Umum/interaksionisme antara genetis dan lingkungan. Tujuan Penelitian ini
untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, jumlah saudara, Pendidikan orangtua, pendapatan orangtua,
tipe keluarga dan pola asuh keluarga dengan perkembangan sosial emosional anak usia pra sekolah di
Desa Kramat Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak
usia pra sekolah di Desa Kramat Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan Teknik stratified Random Sampling dengan jumlah 84 responden. Hasil
dan kesimpulan dalam penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin,
jumlah saudara, Pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, tipe keluarga dan pola asuh keluarga dengan
perkembangan sosial emosional anak usia pra sekolah dengan nilai p value sebesar < 0.05.

Kata Kunci: Perkembangan social emosional anak prasekolah

berada di usia antara 3-6 tahun. Hakikat


anak usia dini menurut (Augusta, 2012)
adalah individu yang unik dimana ia
PENDAHULUAN memiliki pola pertumbuhan dan
Setiap anak akan melewati tahap perkembangan dalam aspek fisik, kognitif,
tumbuh kembang secara fleksibel dan sosioemosional, kreativitas, bahasa dan
berkesinambungan. Tumbuh kembang komunikasi yang khusus yang sesuai
pada masa anak sudah dimulia sejak dalam dengan tahapan yang sedang dilalui oleh
kandungan sampai usia 18 tahun. Hal ini anak tersebut. Pada tahap usia ini anak
sesuai dengan pengertian anak menurut akan mengalami tahap tahap pertumbuhan
WHO yaitu sejak terjadinya konsepsi dan perkembangan, baik fisik maupun
sampai usia 18 tahun (Fida, 2012). mental.
Periode penting dalam proses tumbuh Perkembangan sosial emosional anak
kembang anak adalah masa lima tahun merupakan perkembangan tingkah laku pada
pertama. Masa ini merupakan masa anak dimana anak diminta untuk
kehidupan emas individu atau disebut menyesuaikan diri dengan aturan yang
dengan the golden periode. Pada Masa ini berlaku dalam lingkungan masyarakat.
anak lebih terbuka untuk pembelajaran dan Dengan kata lain, perkembangan sosial
menyerap segalah bentuk informasi. anak merupakan proses belajar anak dalam
berada dalam kesempatan untuk mengasah menyesuaikan diri dengan norma, moral dan
seluruh aspek perkembagannya di masa tradisi dalam sebuah kelompok.(Yusuf dalam
golden periode (Budiharjo, 2010). Yahro,2009).
Beichler dan Snowman (Dwi Yulianti, Perkembangan sosial emosional semakin
2010), anak usia dini yaitu anak yang dipahami sebagai sebuah krisis dalam
222 |. Indanah, Yulisetyaningrum ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 221-228

perkembangan anak. Hal ini disebabkan Hereditas/Genetis/Keturunan, faktor


karena anak terbentuk melalui sebuah Lingkungan, faktor Umum/interaksionisme
perkembangan dalam proses belajar. Proses antara genetis dan lingkungan.
belajar pada masa inilah yang mempengaruhi (Meggitt,Carolyn,2013).
perkembangan pada tahapan selanjutnya. Berdasarkan berbagai penjelasan yang
Masa perkembangan bayi hingga memasuki diatas, maka peneliti tertarik
sekolah dasar menjadi “fondasi” belajar yang untuk melakukan penelitian terhadap
kuat bagi anak untuk mengembangkan Faktor factor yang berhubungan dengan
kemampuan sosial emosinya menjadi lebih perkembangan social emosional anak usia pra
sehat dan anak siap menghadapi tahapan sekolah.
perkembangan selanjutnya yang lebih rumit.
Pada tahap krisis inilah menjadi waktu yang LANDASAN TEORI
tepat dalam meletakkan dasar-dasar Perkembangan Sosial Emosional
pengembangan kemampuan sosial emosional Anak Usia Pra Sekolah
(Briggs,2012). Perkembangan sosial emosional adalah
Permasalahan kesehatan mental sudah suatu proses belajar menyesuaikan diri
umum terjadi pada usia muda dan mulai untuk memahami keadaan serta persaan
muncul pada usia anak-anak. Satu dari ketika berinteraksi dengan orang
sepuluh anak memiliki masalah kesehatan dilingkungannya baik orang tua, saudara,
mental yang serius dan dapat mengganggu teman sebaya atau orang lain dikehidupan
fungsi serta peran serta anak dalam sehari harinya (Zulkifli L, 2009).
lingkungan rumah, sekolah, dan komunitas. Perkembangan sosioemosional meliputi
Kompetensi sosial-emosional selama masa perkembangan dalam hal emosi,
prasekolah merupakan salah satu tugas kepribadian, dan hubungan interpersonal.
perkembangan yang dapat digunakan untuk Pada tahap awal masa kanakkanak,
memprediksi kesehatan mental di kemudian perkembangan sosial emosional berkisar
hari. Perkembangan sosial-emosional yang tentang proses sosialisasi, yaitu proses
buruk pada anak usia dini merupakan faktor ketika anak mempelajari nilai-nilai dan
risiko masalah psikososial seperti depresi dan perilaku yang diterima dari masyarakat
kesepian, penyalahgunaan obat, serta (Muhidin, 2010).
tindakan kriminalitas di usia dewasa. Anak usia pra sekolah merupakan anak
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar yang berada pada usia 0-6 tahun
(Riskesdas) 2013 yang menggunakan SRQ (Patmonodewo, 2009). Usia dini
(Self Reporting Questionnaire) untuk menilai merupakan usia yang sangat penting bagi
kesehatan jiwa penduduk, prevalensi perkembangan anak sehingga disebut
gangguan mental emosional pada penduduk golden age. Anak pra sekolah sedang
Indonesia yang berumur lebih dari 15 tahun dalam tahap pertumbuhan dan
sebesar 6,0 %. Provinsi Daerah Istimewa perkembangan yang paling pesat, baik
Yogyakarta memiliki prevalensi gangguan fisik maupun mental. Anak pra sekolah
mental emosional di atas rata-rata yaitu belajar dengan caranya sendiri. Anak
sebesar 8,1% dan termasuk dalam kategori bukan miniature orang dewasa. Periode
yang tinggi (Riskesdas, 2013). Sekitar 9,5% anak teritama pada periode usia dini
sampai 14,2% anak prasekolah memiliki merupakan periode yang penting yang
masalah sosial emosional yang berdampak perlu mendapat penanganan sedini
negatif terhadap perkembangan dan kesiapan mungkin. Abu Ahmadi dan Munawar
sekolahnya Penelitian menunjukkan bahwa Sholeh (2012) berpendapat bahwa usia 3 -
sekitar 8 sampai 9% anak prasekolah 6 tahun merupakan periode sensitif atau
mengalami masalah psikososial khususnya masa peka pada anak, yaitu suatu periode
masalah sosial-emosional seperti kecemasan dimana suatu fungsi tertentu perlu
atau perilaku agresif. dirangsang, diarahkan sehingga tidak
Banyak faktor yang berpengaruh dalam terhambat perkembangannya.
perkembangan sosial emosional anak. Faktor
tersebut antara lain faktor
Indanah, Yulisetyaningrum/ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 221-228 | 223

Pada tahap usia pra sekolah anak berada pra sekolah. Dan Suka Meniru segala
pada fase Inisiatif vs Rasa Bersalah. Pada sesuatu yang di lihat, dengar dan di rasa
masa ini anak dengan segala kan dan adanya perasaan ingin bersaing
kecakapannya anak mulai berinteraksi Karaktristik emosi pada anak berbeda
dengan lingkungan sekitarnya sehingga dengan karakteristik yang terjadi pada
menimbulkan rasa ingin tahu terhadap orang dewasa, dimana karekteristik emosi
segala hal yang dilihatnya. Mereka pada anak itu antara lain: berlangsung
mencoba melakukan beberapa kegiatan, singkat dan berakhir tiba-tiba, terlihat
tetapi karena kemampuan anak tersebut lebih hebat atau kuat, bersifat sementara
terbatas adakalanya ia mengalami atau dangkal, lebih sering terjadi, dapat
kegagalan, dan kegagalan-kegagalan diketahui denganjelas dari tingkah
tersebut menyebabkan anak memiliki lakunya, dan reaksi mencerminkan
perasaan bersalah, dan untuk sementara individualitas.
waktu dia tidak mau berinisatif atau Faktor Yang mempengaruhi
berbuat. (Kartini Kartono:2012). Perkembangan Sosial Emosional Anak
Anak usia pra sekolah Cenderung USia Paa Sekolah
Bersifat Egoentris. Anak memandang Perkembangan emosional anak tidak
dunia luar dari pandangannya sendiri, selamanya stabil. Banyak faktor yang
sesuai dengan pengetahuan dan mempengaruhi stabilitas emosi dan
pemahamannya sendiri, dibatasi oleh kesanggupan sosial anak, baik yang berasal
perasaan dan pikirannya yang masih dari anak itu sendiri maupun berasal dari luar
sempit. Anak sangat terpengaruh oleh dirinya. Berbagai faktor yang mempengaruhi
akalnya yang masih sederhana sehingga perkembangan emosi anak antar alain :
tidak mampu menyelami perasaan dan Keadaan di dalam individu, Konflik-konflik
pikiran orang lain. dalam proses perkembangan, dan lingkungan.
Karakteristik lain anak usia pra sekolah Keadaan di dalam individu yang
adalah jiwa Sosial Yang Primitif (belum mempengaruhi perkembangan social emosi
bisa berempati dengan lingkungan sekitar). anak antara lain keadaan fisik, intelegensi,
Anak belum sadar dan mengerti adanya dan lain-lain dapat mempengaruhi
orang lain dan benda lain di luar dirinya perkembangan individu. Hal yang cukup
yang sifatnya berbeda dengan dia. Anak menonjol terutama berupa cacat tubuh atau
berkeyakinan bahwa orang lain apapun yang dianggap oleh diri anak sebagai
menghayati dan merasakan suatu peristiwa kekurangan akan sangat mempengaruhi
sama halnya dengan penghayatannya perkembangan emosinya.
sendiri. Penghayatan anak terhadap Konflik-konflik dalam proses
sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan perkembangan juga menjadi factor yang
secara bebas, spontan, dan jujur baik mempengaruhi perkembangan social
dalam mimik, tingkah laku maupun emosional anak .Di dalam menjalani fasefase
bahasanya. Anak tidak dapat berbohong perkembangan, tiap anak harus melalui
atau bertingkah laku pura-pura, anak beberapa macam konflik yang pada umumnya
mengekspresikannya secara terbuka dapat dilalui dengan sukses, tetapi ada juga
(Munandar, 2010). anak yang mengalami gangguan atau
Anak usia pra sekolah juga memiliki hambatan dalam menghadapi konflikkonflik
Sikap hidup yang fisiognomis, yaitu ini. Anak yang tidak dapat mengatasi konflik-
pandangan bahwa apa yang ada di konflik tersebut biasanya mengalami
sekitarnya dianggap memiliki jiwa yang gangguan emosi.
merupakan makhluk hidup yang memiliki Faktor Lingkungan yang berpengaruh
jasmani dan rohani sekaligus, seperti antara lain Lingkungan keluarga dan factor
dirinya sendiri. Oleh karena itu anak pada dari luar rumah. Di antara faktor yang terkait
usia ini sering bercakapcakap dengan dengan lingkungan keluarga dan banyak
binatang, boneka dan sebagainya berpengaruh terhadap perkembangan sosial
(Munandar, 2010). Rasa Ingin Tahu Yang anak adalah: status sosial ekonomi keluarga
Besar juga menjadi karakteristik anak usia serta Sikap dan kebiasaan orang tua (dilihat
224 |. Indanah, Yulisetyaningrum ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 221-228

dari latar belakang pendidikan) . factor dari Data pada penelitian ini dianalisis
luar rumah bias berupa lingkungan sekolah. menggunakan satu program komputer. Data
Maupun factor lain. Faktor sekolah yang dianalisis dengan menggunakan analisis
dapat menimbulkan gangguan emosi dan univariat, dan bivariat. Dengan menggunakan
menyebabkan terjadinya tingkah laku pada analisis chi square.
anak antara lain: hubungan yang kurang
harmonis antara anak dan guru dan hubungan HASIL DAN PEMBAHASAN
yang kurang harmonis dengan teman-teman. Penelitian ini membuktikan dan
Hal ini bisa dipengaruhi oleh tingkat menjawab pertanyaan penelitian yaitu
pendidikan orang tua, karena rata-rata apakah ada hubungan antara jenis kelamin,
pendidikan orang lulusan dari sekolah dasar. Jumlah saudara, pendapatan dan pendidikan
Faktor lingkungan rumah yang berpengaruh orang tua, tipe dan pola asuh keluarga
antara lain hubungan mereka dengan teman dengan perkembangan social emosional
sebaya dan orang dewasa di luar rumah.. anak usia pra sekolah di Desa Kramat,
Faktor pengaruh pengalaman sosial awal Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak..
menentukan perilaku kepribadian Karakteristik Responden
selanjutnya (Rachmawati, 2010). Responden dalam penelitian ini adalah
Lawrence ( Suyadi 2009 ) Perkembangan orangtua yang memiliki anak usia pra
sosial emosional anak dipengaruhi beberapa sekolah (4 – 6 tahun ). Dari 84 responden
faktor yaitu: keluarga, Jenis kelamin, jumlah rata rata memiliki anak berusia 4,43 tahun
anak kematangan, status Sosial Ekonomi, dengan usia termuda 3 tahun dan usia
Pendidikan dan kasitas Mental : Emosi dan tertua 6 tahun, sebagian besar memiliki
Intelegensi anak dengan jenis kelamin laki laki (55
anak/ 65,5%). Berdasarkan karakteristik
METODE PENELITIAN orangtua, sebagian besar orang tua bekerja
Penelitian ini merupakan penelitian sebagai petani (34,45) dan hanya
kuantitatif dengan menggunakan deskripsi berpendidikan dasar (39,3%).
analitik dengan desain penelitian cross
sectional Penelitian dilakukan selama 1 Analisa Univariat
bulan yaitu bulan Maret 2018. Hasil analisis terhadap variabel
Populasi dalam penelitian ini adalah orang perkembangan social emosional terlihat
tua yang memiliki anak usia pra sekolah (3-6 bahwa sebagian besar responden yaitu
tahun) di yang mengikuti Pendidikan Anak 59,5% responden aanak memiliki masalah
Usia Dini di Wilayah Desa Kramat dalam perkembangan social emosional
Kecamatan Dempet Kabupaten Demak, (Diagram 1).
sejumlah 106 orang. Teknik pengambilan Diagram 1
sampel pada penelitian ini menggunakan Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
tekhnik Stratified random sampling sejumlah perkembangan social emosional( n=84)
84 responden. Penelitian ini menggunakan
Pediatric Symptom Checklist-17(PSC) untuk
mengukur perkembangan social emosional TIdak Ada Masalah
34 (40%)
anak. PSC Ini dirancang untuk mengenali Ada Masalah
50(60%)
masalah kognitif, emosi dan perilaku pada
anak. Untuk karakteristik responden dan
variable bebas (jenis kelamin, jumlah
saudara, pendapatan keluarga, Pendidikan
orangtua, tipe keluarga dan pola asuh
keluarga) menggunakan cek list dan
kuesioner yang yang telah dilakukan uji Tabel 1. Menjelaskan hasil analisis terhadap
validitas dan reliabilitas dengan dengan variable jenis kelamin, jumlah saudara,
menggunakan korelasi Pearson product pendapatan keluarga, Pendidikan orangtua,
moment. tipe keluarga dan pola asuh keluarga.
Diagram 2
Distribusi Frekuensi Responden ( n=84)
Indanah, Yulisetyaningrum/ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 221-228 | 225

Dari Tabel 1. tersebut dapat dijelaskan sifat, bentuk dalam menunjukkan


bahwa dari 84 reponden sebagian besar emosinya di bandingkan dengan anak
memiliki anak dengan jenis kelamin laki perempuan.
laki (65,5%), dengan jumlah saudara 1-2 Pada variable jumlah saudara terlihat pada
anak (79,8%), memiliki orangtua dengan Tabel 1, bahwa pada kelompok anak yang
berlatar belakang pendidikan dasar memiliki sedikit saudara (1-2 anak) sebagian
(39,3%) dengan pendapatan < Upah besar ada masalah dalam perkembangan
Minimum Regional (UMR) (82,1%), dan social emosional (34/ 50,7%). Sedangkan
dengan latar belakang tipe keluarga inti pada kelompok anak yang mempunya saudara
(79,8%) serta berada dalam situasi pola lebih dari 2 sebagian besar (16/ 94,1%) juga
asuh keluarga yang cenderung otoriter mengalami amsalah social emosional. Dari
(56%) hasil analisis menunjuukan nilai p value ;
emosional anak pra sekolah didapatkan hasil 0,001 (α : 0,05) dapat disimpulkan bahwa
yang dapat dilihat pada tabel 1. Berdasarkan terdapat hubungan yang signifikan anatara
tabel 1 didapatkan bahwa terdapat hubungan jumlah saudara dengan perkembangan social
yang signifikan antara variable bebas (jenis emosional anak. Odd Rasio sebesar 15,5
kelamin, jumlah saudara, Pendidikan menunjukkan bahwa anak dengan jumlah
orangtua, pendapatan orangtua, tipe keluarga saudara yang banyak beresiko 15,5 kali
dan pola asuh keluarga ) dengan mengalami masalah social emosional.
perkembangan sosial emosional anak, dengan Keluarga yang mempunyai keluarga
nilai p value < 0,05. (α : 0,05) berukuran sedikit akan menunjukkan perilaku
Berdasarkan table 1.1., terlihat bahwa pada yang berbeda terhadap masingmasing anggota
anak laki laki sebagian besar (30/ 54,5%) keluarga jika dibandingkan dengan keluarga
tidak memiliki masalah dalam perkembangan yang berukuran besar. Hubungan antar
social emosional sedangkan pada anak saudara kandung merupakan interaksi total
perempuan sebagian besar (25/ 86,2%) (fisik maupun komunikasi verbal dan
memiliki masalah social emosional. nonverbal) dari dua atau lebih
Berdasarkan analisis bivariat terdapat
hubungan yang signifikan antara jenis
kelamin dengan perkembangan social
emosional anak (p value ; 0,000; α : 0,05).
dengan Odd Rasio 7,5 yang berarti bahwa
anak perempuan cenderung 7,5 kali beresiko
mengalami masalah dalam perkembangan
social emosional.
Jenis kelamin adalah perbedaan antara
perempuan dengan laki-laki secara
biologis sejak seseorang lahir. Perbedaan
tersebut meliputi perbedaan dalam hal

69 67

47
37
33 32

19 17
15
P. Menengah

Demokratis
P. Tinggi
P. Dasar

K. Besar

Otoriter
K. Inti
UMR
UMR
<

>

endidikan Orang Tua Pendapatan Tipe Keluarga Pola Asuh


Orang Tua
perbedaan peran dalam menentukan
individu yang
perkembangan berasal
social dari orangtua
emosional biologis
pada anak. 2lain. Hal
Jumlahtersebut
Saudarambentuk perkembangan
variabel social emosional anak.
Sedikit ( 1 -2 anak) 33 49.3 34
gan social yang
Anak lakisama. Mencakup lebih
laki cenderung sikap, persepsi,
ekspresif
Banyak (>2 anak) 1 5.9 16
keyakinan
226 |. Indanah,dan perasaan terhadap
Yulisetyaningrum satu
./ Jurnal Ilmu sama dan Kebidanan
Keperawatan 3 Vol.10 No.1 (2019)
Pendapatan Orang221-228
Diagram 2
Tua
Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan perkembangan social emosional
< UMR anak( n=8 4) 34 49,3 35
Perkembangan > UMR 0 0 15
Sosial Emosion al 4 Pendidikan Orang
Total OR
No Variabel Tidak Tua
Ada Ada Masalah
(95%CI )
P Value
Masalah Pendidikan Dasar 33 100 0
n % n % Pendidikan
n Menengah
% 1 3.1 31
1 Jenis Kelamin Pendidikan Tinggi 0 0 19
Laki-Laki 3 54,5 25 45.5 55 100 7.5 0,
0 000
Perempuan 4 13.8 25 86.2 29 100 (2.301-24.442)

50.7 67 100 15.529 0,001*


94.1 17 100 (1.947-123.843)

50.7 69 100 0.57 0,000*


100 15 100 (0,402-0,640)

0 33 100 0,000*
96,9 32 100
100 19 100

5 Tipe Keluarga
Keluarga Inti 3 49,3 34 50,7 67 100 15,529 0,00
3 5,9 16 94,1 17 100 (1.947 – 1*
Keluarga Besar
1
123.843)

6 Pola Asuh Keluarga


Otoriter 27 57,4 20 42,6 47 100 5,786 0,001*
Demokratis 7 18,9 30 81,1 37 100 (2,117 – 15,815)

Pendapatan orangtua berhubungan


signifikan dengan perkembangan social
emosional anak (Tabel 1). Hal tersebut
merupakan kesimpulan berdasarkan analisis
bivariat yang menunjukkan bahwa p value :
0,000 (α : 0,05).
Pendapatan atau penghasilan merupakan
faktor yang paling menentukan kuantitas dan
kualitas perkembangan anak. Orang tua
dengan pendapatan yang rendah berarti akan
terbatasi pula kebutuhan pokoknya untuk
belajar. Keadaan ekonomi keluarga erat
hubungannya dengan perkembangan anak.
Anak yang sedang dalam tahap pertumbuhan
dan perkembangan selain harus terpenuhi
kebutuhan pokoknya, misalnya makan,
minum, pakaian, perlindungan kesehatan,
juga membutuhkan fasilitas belajar
berkembangnya. Tingkat penghasilan atau
pendapatan adalah gambaran yang lebih jelas
Indanah, Yulisetyaningrum/ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 221-228 | 227

tentang posisi ekonomi keluarga dalam Ada hubungan antara pola asuh
masyarakat yang merupakan jumlah seluruh keluarga dengan perkembangan social
penghasilan. Pendapatan untuk mencukupi emosional anak (p value : 0,0001; α :
semua kebutuhan keluarga umumnya berasal 0,05). Pola asuh akan memberikan
dari penghasilan pekerjaan para anggota pengaruh yang berbeda-beda pada anak.
keluarga. Pendapatan keluarga dapat ditinjau Pola asuh otoriter memberikan dampak
dari sumber pendapatan seseorang yang akan pada karakter anak yang mudah
memberikan dampak kearah yang baik atau tersinggung, anak penakut, pemurung,
kearah yang buruk, pendapatan akan tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah
berpengaruh terhadap penyediaan gizi yang stress, tidak mempunyai arah masa depan
cukup, dimana kurangnya pendapatan akan yang jelas, serta tidak bersahabat. Pola
menghambat aktivitas baik yang bersifat asuh permisif terhadap anak, ini akan
materialistik maupun non materialistik. memberikan dampak pada sikap impulsif
Pendidikan orangtua berhubungan dan agresif, suka memberontak, kurang
secara signifikan dengan perkembangan memiliki rasa percaya diri dan
social emosional anak (p value : 0,0000; pengendalian diri, suka mendominasi,
α : 0,05). Hal tersebut terlihat pada Tabel tidak jelas arah hidupnya serta prestasinya
1. Pendidikan merupakan salah satu faktor rendah. Sementara pengaruh pola asuh
yang mempengaruhi terbentuknya demokratis terhadap anak akan
perilaku. Perilaku atau tindakan yang memberikan dampak anak menjadi
dihasilkan oleh pendidikan didasarkan pemaaf, pemurah, bahagia, memiliki arah
pada pengetahuan dan kesadaran yang masa depan yang jelas. Perbedaan
terbentuk melalui proses pembelajaran dan pengasuhan dan pola asuh orangtua
perilaku. Pendidikan Orangtua berpengaruh terhadap perkembangan
berkontribusi dalam perkembangan anak. social emosional anak.
Anak yang di besarkan dalam Secara fisik dibutuhkan rumah yang
lingkungan keluarga Inti 15,5 kali beresiko penuh sarana dan prasarana bermain sesuai
mengalami masalah social emosional. Hal dengan umur, keamanan perlu dijaga
tersebut berdasarkan hasil analisis bivariat karena anak senang melakukan eksplorasi
pada table 1 yang menunjukkan bahwa terhadap lingkungan, dan keterlibatan
Odd Rasio pada variable Tipe keluarga orang tua terhadap stimulasi. Orang tua
dan Perkembangan social emosional anak merupakan tokoh sentral dalam
sebesar 15,52. Dan terdapat hubungan perkembangan anak terutama dalam pola
yang signifikan (p value : pengasuhan anak.
0,0001; α : 0,05). Pada kelompok anak Bersikap positif sangat diperlukan dalam
yang mempunyai tipe keluarga inti membimbing tumbuh kembang anak agar
sebagian besar 34/ 50,7) memiliki masalah sesuai dalam tahapan perkembangannya.
perkembangan social emosional. Setiap keluarga memiliki pola asuh yang
Keluarga inti merupakan tipikal berbeda-beda dalam mengasuh dan mendidik
keluarga kecil yang terdiri dari orangtua anaknya. Di dalam pola asuh tersebut,
dan anak. Anak hanya berinteraksi dengan interaksi (hubungan timbal balik) antara anak
orangtua saja sebagai anggota keluarga, dengan orang tua akan tertata dengan baik.
sehingga ketika anak harus berhadapan Disamping tersampainya keinginan anak
dengan lingkungan di luar rumah, anak kepada orang tua, interaksi yang kondusif
cenderung mengalami kesulitan dalam juga akan membentuk akhlak dan moral sang
perkembangannya. Hal tersebut berbeda anak melalui didikan yang positif, seperti
dengan anak yang berada di lingkungan anjuran, larangan maupun pengendalian
keluarga besar yang selain orang tua juga aktivitas anak. Lingkungan pengasuhan yang
ada anggota keluarga lain, seperti nenek, kondusif dibutuhkan untuk perkembangan
maupun saudara lainnya. Keluarga dengan anak.
jumlah anggota keluarga yang banyak
akan membantu anak belajar bagaimana
bersosialisai dan mengendalikan emosi.
228 |. Indanah, Yulisetyaningrum ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 221-228

KESIMPULAN Mansur, 2013, pendidikan anak usia dini,


Kesimpulan utama dari penelitian ini Yogyakarta: pustaka pelajar
adalah terdapat hubungan yang signifikan Muhibbin Syah. 2013, Psikologi
antara variable bebas (jenis kelamin, jumlah Pendidikan,Dengan Pendekatan Baru ,
saudara, Pendidikan orangtua, pendapatan BandungPT Remaja Rosdakarya.
orangtua, tipe keluarga dan pola asuh Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013.
keluarga ) dengan perkembangan sosial Pedoman Pewawancara
emosional anak, dengan nilai p value < 0,05. PetugasPengumpul Data. Jakarta: Badan
(α : 0,05). Litbangkes, Depkes RI, 2013
DAFTAR PUSTAKA Briggs. (2012). Masa Perkembangan Bayi
Augusta. 2012. Pengertian Anak Usia Dini. Hingga Memasuki Anak Usia Dini.
Diambil dari Budiharjo. (2010). Sekolah Pintu masuk
http://infoini.com/pengertiananak usia Perbaikan Pengetahuan Sikap dan
dini diakses tanggal 17 Februari 2012. Perilaku Gizi Seimbang Masyarakat.
Dwi Yulianti. 2010. Bermain sambil Belajar Fida. (2012). Perkembangan Sosial Emosi
Sains di taman kanak-kanak. Jakarta:PT Pada Anak Usia Prasekolah
indeks Meggit, Carolyn. (2013). Memahami
Femmi Nurmalitasari. 2015. Perkembangan Perkembang Anak
Sosial Emosi pada Anak Usia Potmonodewo. (2009). Hubungan antara
Prasekolah, Volume 23, No.2, Pola Asuh Orang Tua dengan
Desember. Kemandirian Anak Usia Prasekolah
Hungu. 2007.Pengertian Jenis Kelamin. di TK Kamaliah Kuto Baro Aceh
Dapat dibuka pada Besar.
situshttp://www.scribd.com/doc/143354 Suryadi. (2010). Cara Ekfektif Memahami
392/BAB-II-Tinjauan-Gender. Perilaku Anak Usia Dini. Jakarta :
Isjoni. 2011. Model Pembelajaran Anak Usia EDSA Mahkota.
Dini. Bandung: Alfabeta.Joanne P. M. Kartini Kartono (2012). Psikologi
Tangkudung. Proses Adaptasi Menurut Perkembangan. Jakarta: Bumi Aksara.
Jenis Kelamin Dalam Menunjang Studi
Mahasiswa Fisip Universitas Sam Utami Munandar. (2010). Bakat dan Potensi
Ratulangi . Journal “Acta Diurna” Anak Usia Dini. Jakarta: Rineka Cipta.
Volume III. No.4. Tahun2014. Zulkifli L. (2009). Psikologi Perkembangan.

Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai