Abstrak
Perkembangan sosial emosional anak merupakan perkembangan tingkah laku pada anak dimana
anak diminta untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku dalam lingkungan masyarakat. Dengan
kata lain, perkembangan sosial merupakan proses belajar anak dalam menyesuaikan diri dengan norma,
moral dan tradisi dalam sebuah kelompok. Banyak faktor yang berpengaruh dalam perkembangan
sosial emosional anak. Faktor tersebut antara lain faktor Hereditas/Genetis/Keturunan, faktor
Lingkungan, faktor Umum/interaksionisme antara genetis dan lingkungan. Tujuan Penelitian ini
untuk mengetahui hubungan jenis kelamin, jumlah saudara, Pendidikan orangtua, pendapatan orangtua,
tipe keluarga dan pola asuh keluarga dengan perkembangan sosial emosional anak usia pra sekolah di
Desa Kramat Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak
usia pra sekolah di Desa Kramat Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Teknik pengambilan sampel
pada penelitian ini menggunakan Teknik stratified Random Sampling dengan jumlah 84 responden. Hasil
dan kesimpulan dalam penelitian menunjukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jenis kelamin,
jumlah saudara, Pendidikan orangtua, pendapatan orangtua, tipe keluarga dan pola asuh keluarga dengan
perkembangan sosial emosional anak usia pra sekolah dengan nilai p value sebesar < 0.05.
Pada tahap usia pra sekolah anak berada pra sekolah. Dan Suka Meniru segala
pada fase Inisiatif vs Rasa Bersalah. Pada sesuatu yang di lihat, dengar dan di rasa
masa ini anak dengan segala kan dan adanya perasaan ingin bersaing
kecakapannya anak mulai berinteraksi Karaktristik emosi pada anak berbeda
dengan lingkungan sekitarnya sehingga dengan karakteristik yang terjadi pada
menimbulkan rasa ingin tahu terhadap orang dewasa, dimana karekteristik emosi
segala hal yang dilihatnya. Mereka pada anak itu antara lain: berlangsung
mencoba melakukan beberapa kegiatan, singkat dan berakhir tiba-tiba, terlihat
tetapi karena kemampuan anak tersebut lebih hebat atau kuat, bersifat sementara
terbatas adakalanya ia mengalami atau dangkal, lebih sering terjadi, dapat
kegagalan, dan kegagalan-kegagalan diketahui denganjelas dari tingkah
tersebut menyebabkan anak memiliki lakunya, dan reaksi mencerminkan
perasaan bersalah, dan untuk sementara individualitas.
waktu dia tidak mau berinisatif atau Faktor Yang mempengaruhi
berbuat. (Kartini Kartono:2012). Perkembangan Sosial Emosional Anak
Anak usia pra sekolah Cenderung USia Paa Sekolah
Bersifat Egoentris. Anak memandang Perkembangan emosional anak tidak
dunia luar dari pandangannya sendiri, selamanya stabil. Banyak faktor yang
sesuai dengan pengetahuan dan mempengaruhi stabilitas emosi dan
pemahamannya sendiri, dibatasi oleh kesanggupan sosial anak, baik yang berasal
perasaan dan pikirannya yang masih dari anak itu sendiri maupun berasal dari luar
sempit. Anak sangat terpengaruh oleh dirinya. Berbagai faktor yang mempengaruhi
akalnya yang masih sederhana sehingga perkembangan emosi anak antar alain :
tidak mampu menyelami perasaan dan Keadaan di dalam individu, Konflik-konflik
pikiran orang lain. dalam proses perkembangan, dan lingkungan.
Karakteristik lain anak usia pra sekolah Keadaan di dalam individu yang
adalah jiwa Sosial Yang Primitif (belum mempengaruhi perkembangan social emosi
bisa berempati dengan lingkungan sekitar). anak antara lain keadaan fisik, intelegensi,
Anak belum sadar dan mengerti adanya dan lain-lain dapat mempengaruhi
orang lain dan benda lain di luar dirinya perkembangan individu. Hal yang cukup
yang sifatnya berbeda dengan dia. Anak menonjol terutama berupa cacat tubuh atau
berkeyakinan bahwa orang lain apapun yang dianggap oleh diri anak sebagai
menghayati dan merasakan suatu peristiwa kekurangan akan sangat mempengaruhi
sama halnya dengan penghayatannya perkembangan emosinya.
sendiri. Penghayatan anak terhadap Konflik-konflik dalam proses
sesuatu dikeluarkan atau diekspresikan perkembangan juga menjadi factor yang
secara bebas, spontan, dan jujur baik mempengaruhi perkembangan social
dalam mimik, tingkah laku maupun emosional anak .Di dalam menjalani fasefase
bahasanya. Anak tidak dapat berbohong perkembangan, tiap anak harus melalui
atau bertingkah laku pura-pura, anak beberapa macam konflik yang pada umumnya
mengekspresikannya secara terbuka dapat dilalui dengan sukses, tetapi ada juga
(Munandar, 2010). anak yang mengalami gangguan atau
Anak usia pra sekolah juga memiliki hambatan dalam menghadapi konflikkonflik
Sikap hidup yang fisiognomis, yaitu ini. Anak yang tidak dapat mengatasi konflik-
pandangan bahwa apa yang ada di konflik tersebut biasanya mengalami
sekitarnya dianggap memiliki jiwa yang gangguan emosi.
merupakan makhluk hidup yang memiliki Faktor Lingkungan yang berpengaruh
jasmani dan rohani sekaligus, seperti antara lain Lingkungan keluarga dan factor
dirinya sendiri. Oleh karena itu anak pada dari luar rumah. Di antara faktor yang terkait
usia ini sering bercakapcakap dengan dengan lingkungan keluarga dan banyak
binatang, boneka dan sebagainya berpengaruh terhadap perkembangan sosial
(Munandar, 2010). Rasa Ingin Tahu Yang anak adalah: status sosial ekonomi keluarga
Besar juga menjadi karakteristik anak usia serta Sikap dan kebiasaan orang tua (dilihat
224 |. Indanah, Yulisetyaningrum ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 221-228
dari latar belakang pendidikan) . factor dari Data pada penelitian ini dianalisis
luar rumah bias berupa lingkungan sekolah. menggunakan satu program komputer. Data
Maupun factor lain. Faktor sekolah yang dianalisis dengan menggunakan analisis
dapat menimbulkan gangguan emosi dan univariat, dan bivariat. Dengan menggunakan
menyebabkan terjadinya tingkah laku pada analisis chi square.
anak antara lain: hubungan yang kurang
harmonis antara anak dan guru dan hubungan HASIL DAN PEMBAHASAN
yang kurang harmonis dengan teman-teman. Penelitian ini membuktikan dan
Hal ini bisa dipengaruhi oleh tingkat menjawab pertanyaan penelitian yaitu
pendidikan orang tua, karena rata-rata apakah ada hubungan antara jenis kelamin,
pendidikan orang lulusan dari sekolah dasar. Jumlah saudara, pendapatan dan pendidikan
Faktor lingkungan rumah yang berpengaruh orang tua, tipe dan pola asuh keluarga
antara lain hubungan mereka dengan teman dengan perkembangan social emosional
sebaya dan orang dewasa di luar rumah.. anak usia pra sekolah di Desa Kramat,
Faktor pengaruh pengalaman sosial awal Kecamatan Dempet, Kabupaten Demak..
menentukan perilaku kepribadian Karakteristik Responden
selanjutnya (Rachmawati, 2010). Responden dalam penelitian ini adalah
Lawrence ( Suyadi 2009 ) Perkembangan orangtua yang memiliki anak usia pra
sosial emosional anak dipengaruhi beberapa sekolah (4 – 6 tahun ). Dari 84 responden
faktor yaitu: keluarga, Jenis kelamin, jumlah rata rata memiliki anak berusia 4,43 tahun
anak kematangan, status Sosial Ekonomi, dengan usia termuda 3 tahun dan usia
Pendidikan dan kasitas Mental : Emosi dan tertua 6 tahun, sebagian besar memiliki
Intelegensi anak dengan jenis kelamin laki laki (55
anak/ 65,5%). Berdasarkan karakteristik
METODE PENELITIAN orangtua, sebagian besar orang tua bekerja
Penelitian ini merupakan penelitian sebagai petani (34,45) dan hanya
kuantitatif dengan menggunakan deskripsi berpendidikan dasar (39,3%).
analitik dengan desain penelitian cross
sectional Penelitian dilakukan selama 1 Analisa Univariat
bulan yaitu bulan Maret 2018. Hasil analisis terhadap variabel
Populasi dalam penelitian ini adalah orang perkembangan social emosional terlihat
tua yang memiliki anak usia pra sekolah (3-6 bahwa sebagian besar responden yaitu
tahun) di yang mengikuti Pendidikan Anak 59,5% responden aanak memiliki masalah
Usia Dini di Wilayah Desa Kramat dalam perkembangan social emosional
Kecamatan Dempet Kabupaten Demak, (Diagram 1).
sejumlah 106 orang. Teknik pengambilan Diagram 1
sampel pada penelitian ini menggunakan Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan
tekhnik Stratified random sampling sejumlah perkembangan social emosional( n=84)
84 responden. Penelitian ini menggunakan
Pediatric Symptom Checklist-17(PSC) untuk
mengukur perkembangan social emosional TIdak Ada Masalah
34 (40%)
anak. PSC Ini dirancang untuk mengenali Ada Masalah
50(60%)
masalah kognitif, emosi dan perilaku pada
anak. Untuk karakteristik responden dan
variable bebas (jenis kelamin, jumlah
saudara, pendapatan keluarga, Pendidikan
orangtua, tipe keluarga dan pola asuh
keluarga) menggunakan cek list dan
kuesioner yang yang telah dilakukan uji Tabel 1. Menjelaskan hasil analisis terhadap
validitas dan reliabilitas dengan dengan variable jenis kelamin, jumlah saudara,
menggunakan korelasi Pearson product pendapatan keluarga, Pendidikan orangtua,
moment. tipe keluarga dan pola asuh keluarga.
Diagram 2
Distribusi Frekuensi Responden ( n=84)
Indanah, Yulisetyaningrum/ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 221-228 | 225
69 67
47
37
33 32
19 17
15
P. Menengah
Demokratis
P. Tinggi
P. Dasar
K. Besar
Otoriter
K. Inti
UMR
UMR
<
>
0 33 100 0,000*
96,9 32 100
100 19 100
5 Tipe Keluarga
Keluarga Inti 3 49,3 34 50,7 67 100 15,529 0,00
3 5,9 16 94,1 17 100 (1.947 – 1*
Keluarga Besar
1
123.843)
tentang posisi ekonomi keluarga dalam Ada hubungan antara pola asuh
masyarakat yang merupakan jumlah seluruh keluarga dengan perkembangan social
penghasilan. Pendapatan untuk mencukupi emosional anak (p value : 0,0001; α :
semua kebutuhan keluarga umumnya berasal 0,05). Pola asuh akan memberikan
dari penghasilan pekerjaan para anggota pengaruh yang berbeda-beda pada anak.
keluarga. Pendapatan keluarga dapat ditinjau Pola asuh otoriter memberikan dampak
dari sumber pendapatan seseorang yang akan pada karakter anak yang mudah
memberikan dampak kearah yang baik atau tersinggung, anak penakut, pemurung,
kearah yang buruk, pendapatan akan tidak bahagia, mudah terpengaruh, mudah
berpengaruh terhadap penyediaan gizi yang stress, tidak mempunyai arah masa depan
cukup, dimana kurangnya pendapatan akan yang jelas, serta tidak bersahabat. Pola
menghambat aktivitas baik yang bersifat asuh permisif terhadap anak, ini akan
materialistik maupun non materialistik. memberikan dampak pada sikap impulsif
Pendidikan orangtua berhubungan dan agresif, suka memberontak, kurang
secara signifikan dengan perkembangan memiliki rasa percaya diri dan
social emosional anak (p value : 0,0000; pengendalian diri, suka mendominasi,
α : 0,05). Hal tersebut terlihat pada Tabel tidak jelas arah hidupnya serta prestasinya
1. Pendidikan merupakan salah satu faktor rendah. Sementara pengaruh pola asuh
yang mempengaruhi terbentuknya demokratis terhadap anak akan
perilaku. Perilaku atau tindakan yang memberikan dampak anak menjadi
dihasilkan oleh pendidikan didasarkan pemaaf, pemurah, bahagia, memiliki arah
pada pengetahuan dan kesadaran yang masa depan yang jelas. Perbedaan
terbentuk melalui proses pembelajaran dan pengasuhan dan pola asuh orangtua
perilaku. Pendidikan Orangtua berpengaruh terhadap perkembangan
berkontribusi dalam perkembangan anak. social emosional anak.
Anak yang di besarkan dalam Secara fisik dibutuhkan rumah yang
lingkungan keluarga Inti 15,5 kali beresiko penuh sarana dan prasarana bermain sesuai
mengalami masalah social emosional. Hal dengan umur, keamanan perlu dijaga
tersebut berdasarkan hasil analisis bivariat karena anak senang melakukan eksplorasi
pada table 1 yang menunjukkan bahwa terhadap lingkungan, dan keterlibatan
Odd Rasio pada variable Tipe keluarga orang tua terhadap stimulasi. Orang tua
dan Perkembangan social emosional anak merupakan tokoh sentral dalam
sebesar 15,52. Dan terdapat hubungan perkembangan anak terutama dalam pola
yang signifikan (p value : pengasuhan anak.
0,0001; α : 0,05). Pada kelompok anak Bersikap positif sangat diperlukan dalam
yang mempunyai tipe keluarga inti membimbing tumbuh kembang anak agar
sebagian besar 34/ 50,7) memiliki masalah sesuai dalam tahapan perkembangannya.
perkembangan social emosional. Setiap keluarga memiliki pola asuh yang
Keluarga inti merupakan tipikal berbeda-beda dalam mengasuh dan mendidik
keluarga kecil yang terdiri dari orangtua anaknya. Di dalam pola asuh tersebut,
dan anak. Anak hanya berinteraksi dengan interaksi (hubungan timbal balik) antara anak
orangtua saja sebagai anggota keluarga, dengan orang tua akan tertata dengan baik.
sehingga ketika anak harus berhadapan Disamping tersampainya keinginan anak
dengan lingkungan di luar rumah, anak kepada orang tua, interaksi yang kondusif
cenderung mengalami kesulitan dalam juga akan membentuk akhlak dan moral sang
perkembangannya. Hal tersebut berbeda anak melalui didikan yang positif, seperti
dengan anak yang berada di lingkungan anjuran, larangan maupun pengendalian
keluarga besar yang selain orang tua juga aktivitas anak. Lingkungan pengasuhan yang
ada anggota keluarga lain, seperti nenek, kondusif dibutuhkan untuk perkembangan
maupun saudara lainnya. Keluarga dengan anak.
jumlah anggota keluarga yang banyak
akan membantu anak belajar bagaimana
bersosialisai dan mengendalikan emosi.
228 |. Indanah, Yulisetyaningrum ./ Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.10 No.1 (2019) 221-228