Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak usia prasekolah menurut para ahli psikologi disebut sebagai masa

penjelajah dan usia bertanya karena mereka pada masa kini gemar menjelajahi

lingkungan, terdapat dorongan rasa ingin tahu mengenai apa yang ada

disekitarnya baik perasaan maupun mekanisme kehidupan yang ada di

lingkungannya. Anak-anak cenderung sering bertanya, oleh karena itu lingkungan

tidak bosan menjawab pertanyaan mereka. Alternatif untuk anak anak yaitu sering

diajak jalan-jalan untuk menyalurkan hasrat ingin tahu mengenai lingkungan dan

alam sekitarnya (Sabri,1993:1).

Anak usia pra sekolah adalah anak yang berada direntang usia 3-5 tahun

atau 36-72 bulan, yang memiliki ciri khas tersendiri dalam segi pertumbuhan dan

perkembangannya (Wong, 2008). Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran dan

jumlah sel serta jaringan intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan

struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan, yang bersifat kuantitatif

hingga dapat diukur dengan satuan panjang dan berat (IDAI, 2002 dalam

Susilaningrum dkk, 2013).

Pertumbuhan fisik anak pada tahun ketiga terjadi penambahan berat badan

1,8 sampai dengan 2,7 kg dan rata-rata berat badan anak usia pra sekolah adalah

14,6 kg dan penambahan tinggi badan anak usia pra sekolah sekitar 7,5cm dan

rata-rata tinggi badan mereka adalah 95cm (Wong, 2008). Sedangkan

perkembangan adalah perubahan mental yang berlangsung secara bertahap dan

1
dalam waktu tertentu, seperti, kecerdasan, sikap dan tingkah laku (Susanto, 2011).

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan kualitatif yaitu perubahan yang

progresif, koheren dan teratur (Somantri, 2012).

Penilaian perkembangan anak pra sekolah oleh Frankerburt, (1981) dalam

Soetjiningsih, (2012) dibagi menjadi empat domain yaitu personal sosial,motorik

kasar, bahasa dan motorik halus, sedangkan menurut Piaget dalam Wong (2008)

anak akan mengalami tahap perkembangan kognitif atau perkembangan

kecerdasan atau berfikir.

Untuk menilai perkembangan anak khususnya anak pra sekolah dapat

dilakukan dengan beberapa cara antara lain: observasi, wawancara, skrinning

dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrinning (KPSP), tes skrinning

perkembangan anak dengan DDST (Denver Developmental Screening Test ), test

IQ dan test psikologi (Hidayat, 2008). Metode pengkajian yang digunakan peneliti

untuk menilai perkembangan anak pra sekolah pada penelitian ini adalah KPSP

(Kuesioner Pra Skrinning). KPSP adalah salah satu alat deteksi dini yang sudah

baku dan di keluarkan oleh Depkes serta sudah teruji validitasnya (Susanti, 2014).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa sajakah program pemerintah untuk anak usia prasekolah ?


2. Apa saja intervensi yang dilakukan oleh seorang bidan untuk memantau

pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia prasekolah ?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui apa saja program pemerintah untuk anak usia

prasekolah

2
3. Untuk mengetahui intervensi apa saja yang dilakukan oleh seorang bidan

untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan pada anak usia

prasekolah

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anak Usia Prasekolah

3
2.1.1 Definisi Anak Usia Prasekolah

Anak diartikan seseorang yang berusia kurang dari delapan belas tahun

dalam masa tumbuh kembang dengan kebutuhan khusus, baik kebutuhan fisik,

psikologis, sosial dan spiritual (Hidayat, 2005).

Anak usia pra sekolah adalah anak yang berusia 3-6 tahun yang

mempunyai berbagai macam potensi. Potensi-potensi itu dirancang dan

dikembangkan agar pribadi anak tersebut berkembang secara optimal (Supartini,

2004).

2.1.2 Tingkat Perkembangan Anak Usia Prasekolah


Menurut Whalley dan Wong (2008), perkembangan anak prasekolah dibagi

atas perkembangan kepribadian dan perkembangan fungsi mental.


1. Perkembangan Kepribadian
Perkembangan kepribadian terdiri dari perkembangan psikososial,

perkembangan psikoseksual, dan perkembangan mental.


a. Perkembangan Psikososial
Menurut Nursalam (2005), masalah psikososial, mengatakan krisis yang

dihadapi anak pada usia 3 dan 6 tahun disebut inisiatif versus rasa

bersalah. Dimana orang terdekat anak usia prasekolah adalah keluarga.


Rasa takut pada anak usia 4-6 tahun biasanya lebih menakutkan

dibandingkan usia lainnya, rasa takut yang umumnya terjadi seperti takut

kegelapan, ditinggal sendiri terutama pada saat menjelang tidur, perasaan

takut anak prasekolah muncul dan berasal dari tindakan dan penilaian orang

tua. Menghadapi anak dengan objek yang membuatnya takut dalam

lingkungan yang terkendali, dan memberikan anak kesempatan untuk

menurunkan rasa takutnya (Muscari, 2005).


Untuk mencapai kematangan kepribadian psikososial anak harus

melewati beberapa tahap yaitu : tahap percaya dan tidak percaya (1-3

4
tahun), tahap kemandirian versus malu-malu (2-4 tahun), tahap inisiatif

versus rasa bersalah (3-6 tahun), tahap terampil versus minder (6-12 tahun),

tahap identitas versus kebingungan peran (12-18 tahun) (Wong, 2008, hlm

117).
b. Perkembangan Psikoseksual
Teori perkembangan psikoseksual pertama kali dikemukakan oleh

Sigmun Freud, ia menggunakan istilah psikoseksual untuk menjelaskan

segala kesenangan seksual.


c. Perkembangan Mental
Menurut Whalley dan Wong (1998), perkembangan kognitif salah satu

tugas yang berhubungan dengan periode prasekolah adalah kesiapan untuk

sekolah dan pelajaran sekolah. Disini terdapat fase praoperasional (piegat)

pada anak usia 3-5 tahun. Fase ini termasuk perkembangan prakonseptual

pada usia 2-4 tahun, dan fase pikiran intuitif pada usia 4-7 tahun.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
Menurut Nursalam (2005), ada beberapa faktor yang mempengaruhi

perkembangan yaitu: keturunan, nutrisi, hubungan interpersonal, tingkat sosial

ekonomi, penyakit, bahaya lingkungan, stress pada masa kanak-kanak dan

pengaruh media, pola asuh orang tua.


1. Keturunan
Dalam semua budaya, sikap dan harapan dalam semua jenis budaya berbeda

sesuai dengan jenis kelamin anak. Jenis kelamin dan determinan keturunan sangat

kuat mempengaruhi hasil akhir pertumbuhan dan laju perkembangan untuk

mendapatkan hasil akhir tersebut. Pada dimensi kepribadian dapat kita lihat saat

tempramen, tingkat aktivitas, koresponsifan, dan kecenderungan ke arah rasa

malu, diyakini dapat diturunkan. Anak yang mengalami gangguan mental dan

5
fisik yang diturunkan akan mengubah atau mengganggu pertumbuhan emosi, fisik

dan interaksi anak dengan lingkungan sekitar (Nursalam, 2005).


2. Nutrisi
Faktor nutrisi mempengaruhi pertumbuhan pada semua tahap

perkembangan. Selama periode pertumbuhan pranatal yang cepat, nutrisi buruk

dapat mempengaruhi perkembangan dari waktu invlantasi ovum sampai kelahiran.

Selama bayi dan anak-anak, kebutuhan kalori dan protein lebih tinggi

dibandingkan pada saat periode perkembangan pascanatal. Nafsu makan amal

akan berfluktuasi sebagai respon terhadap keberagaman sampai pertumbuhan

turbulen dimasa remaja (Soetjiningsih, 2002).

3. Hubungan Interpersonal
Pada masa anak-anak, hubungan dengan orang terdekat memainkan peran

penting dalam perkembangan, terutama dalam perkembangan emosi, intelektual

dan kepribadian. Anak yang melakukan kontak dengan orang lain dapat

memberikan pengaruh pada anak yang sedang berkembang. Tetapi dengan luasnya

rentak kontak dapat menjadi pelajaran dalam perkembangan kepribadian sehat

(Whalley dan Wong, 1998)


4. Tingkat Sosial Ekonomi
Keluarga dengan tingkat perekonomian yang rendah mungkin akan kurang

memiliki pengetahuan atau sumber daya yang diperlukan untuk memberikan

lingkungan yang aman, menstimulasi dan kaya nutrisi untuk membantu

perkembangan optimal anak. Pada anak yang sosial ekonominya rendah tidak

mampu memenuhi nutrisi yang lengkap untuk anaknya sehingga dapat

mempenaruhi proses perkembangan anak baik perkembangan psikososial dan

perkembangan kognitif anak karena gizi yang masuk tidak memenuhi kebutuhan

anak (Whalley dan Wing, 1998).

6
5. Penyakit
Perubahan pertumbuhan dan perkembangan adalah salah satu manifestasi

klinis dan sejumlah gangguan herediter, gangguan pertumbuhan pada anak-anak

terlihat pada gangguan skeletal, seperti berbagai bentuk dwarfisme dan sedikitnya

satu anomaly koromosom, gangguan pada pencernaan dan gangguam absopsi

nutrisi tubuh pada anak akan menyebabkan efek merugikan pada pertumbuhan

dan perkembangan anak (Hidayat, 2005).


6. Bahaya Lingkungan
Agen berbahaya yang paling sering dikaitkan dengan resiko kesehatan

adalah bahan kimia dan radiasi. Air dan udara serta makanan yang terkontaminasi

dari berbagai sumber telah didokumentasikan dengan baik. Inhabilasi asap rokok

secara pasif oleh anak sangat berbahaya pada proses perkembangan anak (Riyadi

dan Sukarmin, 2009).


7. Pola Asuh Orang Tua
Untuk membantu anak berhasil dalam kehidupan kelak, orang tua perlu

mencermati hal-hal mendasar yang dibutuhkan anak sebagai pondasi keberhasilan

pertumbuhan dan perkembangan. Tetapi, hal yang mendasar juga harus

diperhatikan seperti konsep diri anak, sikap, rasa tanggung jawab, dan motivasi

dalam diri yang tinggi (Chairnniza, 2008).

2.2 Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Prasekolah

Deteksi dini tumbuh kembang anak adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk

menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan

anak prasekolah. Dengan ditemukan secara dini penyimpangan atau masalah

tumbuh kembang anak, maka intervensi akan mudah dilakukan, tenaga kesehatan

7
juga mempunyai waktu dalam membuat rencana tindakan yang tepat terutama

untuk melibatkan ibu dan keluarga (Depkes, 2012, hlm. 40).

Melalui kegiatan SDIDTK kondisi terparah dari penyimpangan

pertumbuhan anak seperti gizi buruk dapat dicegah, karena sebelum anak jatuh

dalam kondisi gizi buruk, penyimpangan pertumbuhan yang terjadi pada anak

dapat terdeteksi melalui kegiatan SDIDTK. Selain mencegah terjadinya

penyimpangan pertumbuhan, kegiatan SDIDTK juga mencegah terjadinya

penyimpangan perkembangan dan penyimpangan mental emosional (Hermawan,

2011).

Menurut Depkes RI (2012) ADA 3 jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan

oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya yaitu :

1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dengan cara mengukur Berat

Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan Lingkar Kepala (LK).

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu meliputi :

Pendeteksian menggunakan kuisioner Pra Skrining Perkembangan

(KPSP)

Tes Daya Lihat (TDL)

Tes Daya Dengar (TDD)

3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu menggunakan :

Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME)

Check list for autism in toddlers (CHAT) atau cek list deteksi dini

autis

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)

8
2.2.1 Deteksi Dini Penyimpangan Pertumbuhan

Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui atau

menemukan status gizi kurang atau buruk dan mikro atau makrosefali. Jenis

kegiatan yang dilaksanakan meliputi pengukuran berat badan terhadap tinggi

badan (BB/TB) dan pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) (Depkes, 2012,

hlm.41).

2.2.2 Deteksi dini penyimpangan perkembangan

1. Skrining Atau Pemeriksaan Perkembangan Anak Menggunakan

Kuisioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP)

Tujuan skrining atau pemeriksaan perkembangan anak menggunakan KPSP

adalah untuk mengetahui perkembangan anak normal atau ada penyimpangan.

Jadwal skrining atau pemeriksaan KPSP rutin adalah pada umur

3,6,9,12,15,18,21,24,30,36,42,48,54,60,66 dan 72 bulan. Skrining atau

pemeriksaan dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK dan petugas PAUD

terlatih. alat atau instrumen yang digunakan adalah formulir KPSP menurut umur,

alat bantu pemeriksaan berupa pensil, kertas, bola tenis, bola besar dan kubus

(Depkes, 2012, hlm 52).

Cara penggunaan KPSP yaitu :

a) Pada waktu pemeriksaan atau skrining anak harus dibawa.

b) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal, bulan dan tahun anak

lahir. Bila umur anak lebih 16 hari dibulatkan jadi 1 bulan.

c) setelah menentukan umur anak, pilih KPSP yang sesuai dengan umur

anak.

9
d) KPSP terdiri ada 2 macam pertanyaan, yaitu : pertanyaan yang dijawab

oleh ibu atau pengasuh anak, dan perintah kepada ibu atau pengasuh

anak untuk melaksanakan tugas yang tertulis pada KPSP . Tanyakan

pertanyaan secara berurutan, satu persatu. Setiap pertanyaan hanya ada

1 jawaban, Ya atau Tidak. Catat jawaban tersebut pada formulir

tersebut. Teliti kembali apakah semua pertanyaan telah terjawab

(Depkes, 2012, hlm 52).

Interpretasi hasil KPSP yaitu dengan menghitung jawaban YA, bila ibu atau

pengasuh anak menjawab :anak bisa atau pernah atau sering atau kadang kadang

melakukan nya. sedangkan jawaban TIDAK, bila ibu atau pengasuh menjawab

anak belumpernah melakukan atau tidak pernah atau ibu atau pengsuh tidak tahu.

Jumlah jawaban Ya = 9 atau 10, perkembangan anak sesuai dengan tahap

perkembangan (S). Jumlah jawaban Ya =7 atau 8, perkembangan anak

meragukan (M). Jumlah jawaban Ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada

penyimpangan (P). Untuk Jawaban TIDAK , perlu diperincikan jumlah jawaban

Tidak menurut jenis keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,

sosialisasi dan kemandirian) (Depkes, 2012, hlm 53).

Intervensi hasil pemeriksaan KPSP yaitu bila perkembangan anak sesuai

umur (S) maka beri pujian pada ibu atau pengasuh, teruskan pola asuh anak sesuai

dengan tahap perkembangan anak, berikan stimulasi sesering mungkin, sesuai

dengan tahap perkembangan anak dan lakukan pemeriksaan atau skrining rutin

menggunakan KPSP setiap 3 bulan pada anak yang kurang dari 24 bulan dan

setiap 6 bulan untuk anak umur 24 sampai 72 bulan (Depkes, 2012, hlm 53).

10
Bila perkembangan anak meragukan (M), beri petunjuk pada ibu untuk

melakukan stimulasi perkembangan anak lebih sering lagi, ajari ibu melakukan

intervensi stimulasi perkembangan anak untuk mengatasi penyimpangan atau

mengejar ketertinggalannya. Lakukan pemeriksan kesehatan untuk mencari

kemungkinan adanya penyakit yang menyebabkan penyimpangan perkembangan

anak. lakukan penilaian ulang KPSP 2 minggu kemudian dengan menggunakan

daftar KPSP yang sesuai dengan umur anak. Jika hasil KPSP ulang Ya tetap 7

atau 8 maka kemungkinan ada penyimpangan (P) (Depkes, 2012, hlm 53).

Bila tahap perkembangan terjadi penyimpangan (P), maka rujuk ke rumah

sakit dengan menulis jenis dan jumlah penyimpangan perkembangan (gerakan

kasar, gerakan halus, bicara dan bahasa, sosialisasi dan kemandirian) (Depkes,

2012, hlm 53).

Kuesioner Praskrining untuk Anak 60 bulan

1. Isi titik-titik di bawah ini dengan jawaban anak. Jangan membantu kecuali

mengulangi pertanyaan.

Apa yang kamu lakukan jika kamu kedinginan?

Apa yang kamu lakukan jika kamu lapar?

Apa yang kamu lakukan jika kamu lelah?

Jawab YA biia anak merjawab ke 3 pertanyaan tadi dengan benar, bukan

dengan gerakan atau isyarat.

Jika kedinginan, jawaban yang benar adalah menggigil ,pakai mantel

atau masuk kedalam rumah.

Jika lapar, jawaban yang benar adalah makan

11
Jika lelah, jawaban yang benar adalah mengantuk, tidur,

berbaring/tidur-tiduran, istirahat atau diam sejenak

2. Apakah anak dapat mengancingkan bajunya atau pakaian boneka?

3. Suruh anak berdiri satu kaki tanpa berpegangan. Jika perlu tunjukkan

caranya dan beri anak ands kesempatan melakukannya 3 kali. Dapatkah ia

mempertahankan keseimbangan dalam waktu 6 detik atau lebih?

4. Jangan mengoreksi/membantu anak. Jangan menyebut kata lebih

panjang.

Perlihatkan gambar kedua garis ini pada anak.

Tanyakan: Mana garis yang lebih panjang?

Minta anak menunjuk garis yang lebih panjang.

Setelah anak menunjuk, putar lembar ini dan ulangi pertanyaan

tersebut.

Setelah anak menunjuk, putar lembar ini lagi dan ulangi pertanyaan tadi.

Apakah anak dapat menunjuk garis yang lebih panjang sebanyak 3 kali

dengan benar?

5. Jangan membantu anak dan jangan memberitahu nama gambar ini, suruh

anak menggambar seperti contoh ini di kertas kosong yang tersedia.

Berikan 3 kali kesempatan. Apakah anak dapat menggambar seperti

12
contoh ini?

6. Ikuti perintah ini dengan seksama. Jangan memberi isyarat dengan

telunjuk atau mats pads saat memberikan perintah berikut ini: Letakkan

kertas ini di atas lantai.

Letakkan kertas ini di bawah kursi.

Letakkan kertas ini di depan kamu

Letakkan kertas ini di belakang kamu

Jawab YA hanya jika anak mengerti arti di atas, di bawah, di depan

dan di belakang

7. Apakah anak bereaksi dengan tenang dan tidak rewel (tanpa menangis atau

menggelayut pada anda) pada saat anda meninqgalkannya?

8. Jangan menunjuk, membantu atau membetulkan, katakan pada anak :

Tunjukkan segi empat merah

Tunjukkan segi empat kuning

Tunjukkan segi empat biru

Tunjukkan segi empat hijau

13
Dapatkah anak menunjuk keempat warna itu dengan benar?

9. Suruh anak melompat dengan satu kaki beberapa kali tanpa berpegangan

(lompatan dengan dua kaki tidak ikut dinilai). Apakah ia dapat melompat

2-3 kali dengan satu kaki?

10. Dapatkah anak sepenuhnya berpakaian sendiri tanpa bantuan?

2. Tes Daya Dengar (TDD)

Tujuan tes daya dengar adalah untuk menemukan gangguan pendengaran

sejak dini, agar dapat segera ditindaklanjuti untuk meningkatkan kemampuan

daya dengar dan bicara anak. Jadwal TDD adalah setiap 3 bulan pada bayi umur

kurang dari 12 bulan dan setiap 6 bulan pada anak umur 12 bulan keatas. Tes ini

dilaksanakan oleh tenaga kesehatan, guru TK, tenaga PAUD dan petugas terlatih.

Alat yang diperlukan adalah instrumen TDD menurut umur anak, gambar

binatang (ayam, anjing, kucing) dan manusia, mainan (boneka, kubus, sendok,

cangkir, bola) (Depkes, 2012. hlm. 70).

Cara melakukan TDD :

14
a) Tanyakan tanggal bulan dan tahun anak lahir, hitung umur anak dalam

bulan.

b) Pilih daftar pertanaan TDD yang sesuai denga umur anak.

c) Pada anak umur kurang dari 24 bulan semua pertanyaan dijawab oleh

orang tua atau pengasuh anak. Bacakan pertanyaan dengan lambat dan

jelaskan, tunggu jawaban dari orang tua atau pengasuh anak. jawaban YA

jika menurut orang tua atau pengasuh, anak dapat melakukannya adlam

sebulan terakhir. Jawaban TIDAK jika menurut orang tua atau pengasuh

anak tidak dapat melakukannya dalam sebulan terakhir.

d) Pada anak umur 24 bulan atau lebih, pertanyaan-pertanyaan berupa

perintah melalui orang tua atau pengasuh untuk dikerjakan oleh anak.

Amati kemampuan anak dalam melakukan perintah orang tua atau

pengasuh. Jawaban YA jika ank dapat melakukan perintah orang tua atau

pengasuh. Jawaban TIDAK jika anak tidak dapat atau tidak mau

melakukan perintah orang tua atau pengasuh(Depkes, 2012. hlm. 70).

Interpretasi yaitu hasil pemeriksaan TDD yaitu bila ada satu atau lebih

jawaban TIDAK, kemungkinan anak mengalami gangguan pendengaran.

Intervensinya dengan melakukan tindak lanjut sesuai dengan buku pedoman atau

rujuk bila tidak dapat diatanggulangi (Depkes, 2012. hlm. 70).

Instrumen Tes Daya Dengar Menurut Umur Anak

NO UMUR LEBIH DARI 3 TAHUN Ya Tidak

1. Perhatikan benda-benda disekeliling anak seperti

sendok, cangkir, bola, bunga dan sebagainya.

15
Suruh anak menyebutkan nama benda tersebut.

Apakah anak dapat menyebut nama benda-benda

tersebut dengan benar ?


2. Suruh anak duduk, anda duduk dalam jarak 3

meter didepan anak. suruh naka mengulangi

angka-angka yang telah anda ucapkan : Empat,

satu, delapan, atau meniru dengan jari

tangannya. kemudian tutup mulut anda dengan

buk/kertas, ucap empat angka yang berlainan.

Apakah anak dapat mengulangi atau meniru

ucapan anda dengan menggunakan jati tangannya?

( anda dapat mengulanginya dengan suara yang

lebih keras.
3. Tes Daya Lihat (TDL)

Tujuan tes daya lihat adalah untuk mendeteksi secara dini kelainan daya

lihat agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk

memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar. Jadwal tes daya lihat

dilakukan setiap 6 bulan pada anak usia prasekolah umur 36 sampai 72 bulan. Tes

ini dilakukan oleh tenaga kesehatan, guru TK, dan petugas terlatih. Alat atau

sarana yang diperlukan yaitu dua buah kursi, poster E atau snellen chart (Depkes,

2012, hlm 71).

16
Cara melakukan tes daya lihat :

a. Pilih ruangan yang bersih dan nyaman

b. Gantung poster E atau snellen chart setinggi mata anak pada posisi duduk

c. Letakkan sebuah kursi sejauh 3 meter dari poster E atau snellen chart,

menghadap ke poster E atau snellen chart .

d. Letakkan sebuah kursi lainnya disamping poster E atau snellen chart untuk

pemeriksa.

e. Pemeriksa memberikan kartu E pada anak, latih anak dalam mengarahkan

kartu E yang ada ditangannya mengahadap atas, bawah, kanan, kiri, sesuai

petunjuk pada poster E atau snellen chart. lakukan hal ini dengan benar

sampai anak dapat mengarah kan kartu E dengan benar.

f. Selanjutnya anak diminta menutup mata dengan kertas atau buku, dengan

alat penunjuk, tunjuk huruf E pada poster E atau snellen chart, satu

persatu, mulai baris pertama sampai baris keempat atau baris E terecil

17
yang masih dapat dilihat. Puji anak setiap kali dapat mencocokkan kartu E

yang ada di tangannya dengan yang ada di poster E atau snellen chart.

Ulangi pemeriksaan tersebut pada mata yang belum diperiksa dengan cara

yang sama.

g. Tulis baris E terkecil yang masih dapat dilihat, pada kertas yang telah

tersediakan: Mata kanan :. Mata kiri:

Interpretasi hasil pemeriksaan TDL yaitu bila kedua mata anak tidak dapat

melihat baris ketiga poster E atau snellen chart, artinya anak tidak dapat

mencocokkan arah kartu E yang dipegangnya dengan yang ada pada poster E atau

snellen chart pada baris ketiga yang ditunjuk oleh pemeriksa. kemungkinan anak

mengalami gengguan daya lihat. Intervensi yang dilakukan bila kemungkinan

anak mengalami gangguan penglihatan maka minta anak datang.

2.2.3 Deteksi Dini Penyimpangan Mental Emosional Pada Anak Prasekolah

Deteksi Dini Penyimpangan mental Emosional adalah kegiatan atau

Pemeriksaan untuk menemukan secara dini adanya masalah mental emosional,

autisme gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas pada anak, agar dapat

segera dilakukan tindakan intervensi. Bila penyimpangan mental emosional

terlambat diketahui , maka intervensinya akan lebih sulit dan hal ini akan

berpengaruh pada tumbuh kembang anak. Jenis kegiatan yang dilaksanakan

meliputi : Deteksi dini masalah mental emosional pada anak prasekolah

menggunakan Kuesioner Masalah Mental Emosional (KMME), deteksi dini autis

18
pada anak prasekolah menggunakan ceklist for Autism in Todlers (CHAT) dan

deteksi dini gangguan pemusatan parhatian dan Hiperaktivitas pada anak pra

sekolah menggunakan kuesioner Gangguan Pemusatan Perhatian Dan

Hiperaktivitas (GPPH) (Depkes, 2012, hlm.74).

1. KMME (Kuesioner Masalah Mental Emosional)

Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya penyimpangan atau

masalah mentah pada anak pra sekolah. Jadwal deteksi dini masalah mental

emosional rutin dilakukan setiap 6 bulan pada anak umur 36 bulan sampai 72

bulan. Jadwal ini sesuai dengan jadwal skrining atau pemeriksaan perkembangan

anak.

Alat yang digunakan adalah KMME (Kuesioner Masalah Mental

Emosional) yang terdiri dari 12 pertanyaan untuk mengenali masalah mental

emosional umur 36 bulan-72 bulan. (Depkes, 2012, hlm.74).

Cara melakukan Deteksi Dini Masalah Mental Emosional Pada Anak yaitu

tanyakan dengan lambat, jelas dan nyaring, satu persatu prilaku yang tertulis pada

KMME pada orang tua atau pengsuh anak. Catat jawaban YA kemudian hitung

jumlah jawaban YA.

Interpretasi hasil pemeriksaan KMEE yaitu apabila ada jawaban YA, maka

kemungkinan anak mengalami masalah mental emosional. Intervensi yang

dilakukan bila ada jawaban YA hanya 1 (satu), maka lakukan konseling pada ibu

dan lakukan evaluasi setelah 3 bulan, bila anak tidak ada perubahan maka rujuk

kerumah sakit. bila Jawaban YA ditemukan 2 atau lebih maka rujuk anak kerumah

sakit yang memiliki fasilitas tumbuh kembang atau kejiwaan. Rujukan harus

19
disertai informasi mengenai jumlah dan masalah mental emosional yang

ditemukan.

Kuesioner Masalah Mental Emosional

NO Pertanyaan Ya Tidak

1. Apakah anak anda sering terlihat marah tanpa sebab


yang jelas ? (seperti banyak menangis, mudah
tersinggung, atau bereaksi berlebihan terhadap halhal
yang sudah biasa dihadapinya)

2. Apakah anak anda tampak mengindar dari teman-


temanya atau anggota keluarganya? (seperti ingin
merasa sendirian, menyendiri atau metrasa sedih
sepanjang waktu, kehilangan minat terhadap hal-hal
yang biasa dinikmatinya)

3. Apakah anak anda terlihat berprilaku merusak an


menentang terhadap lingkungn sekitarnya? Seperti
melanggar peraturan yang ada, mencuri, seringkali
melakukan perbuatan yang berbahaya bagi dirinya,
atau menyiksa binatang atau anak anak lainya) Dan
tampak tidak peduli terhadap nasihat-nasihat yang
sudah diberikan kepadanya?

4. Apakah anak anda memperlihatkan adanya rasa


ketakutan atau kecemasan yang berlebihan yang
tidak dapat dijelaskan asalnya dan tidak sebnding
dengan anak lain yang seusianya?

5. Apakah anak anda mengalami keterbatasan oleh


karena adanya konsentrasi yang buruk atau muah
teralihkan perhatiannya. sehingga mengalami
penurunan dalam aktivitas sehari-hari atau prestasi
belajarnya?

6. Apakah anak anda menunjukkan prilaku


kebingungan sehingga mengalami kesulitan dalam
komunikasi dan membuat keputusan?

7. Apakah anak anda menunjukan perubahan pola


tidur ? (seperti sulit tidur sepanjang waktu, terjaga

20
sepanjang hari, sering terbangun saat tidur malam
oleh karena mimpi buruk, mengigau).

8. Apakah anak anda mengalami perubangan pola


makan? (seperti ekhilangan nafsu makan, makan
berlebihan atau tidak mau makan sama sekali)

9. Apakah anak anda seringkali mengeluh sakit kepala,


sakit perut, atau keluhan-keluhan fisik lainnya?

10. Apakah anak anda sering mengeluh sering putus asa


atau berkeinginan untuk mengakhiri hidupnya?

11. Apakah anak anda menunjukkan adanya kemunduran


prilaku atau kemampuan yang dimilikanya? (seperti
ngompol kembali, menghisap jempol, atau tidak mau
berpisah dengan orang tua atau pengasuhnya

12. Apakah anak anda melakukan perbuatan yang


berulang-ulang tanpa alasan yang jelas?

2. Deteksi Dini Autis Pada Anak Prasekolah

Tujuannya adalah untuk mendeteksi secara dini adanya autis pada anak

umur 18-36 bulan. Jadwal deteksi dini autis pada anak prasekolah dilakukan atas

indikasi atau bila ada keluhan dari ibu atau pengasuh atau ada kecurigaan tenaga

kesehatan, kader, BKB, petugas PAUD , Pengelola TPA, dan guru TK. Keluhan

tersebut dapat berupa keterlambatan berbicara, gangguan komunikasi atau

interaksi sosial, prilaku yang berulang-ulang. Alat yang digunakan adalah CHAT

(checklist for Autim in Toddlers).

Dalam CHAT ada 2 jenis pertanyaan yaitu : 9 pertanyaan yang ditanyakan

pada orang tua atau pengasuh anak, dan 5 perintah bagi anak untuk menjelaskan

tugas yang tertulis pada CHAT. Bila setelah diperiksa anak resiko menderita autis

21
atau kemungkinan ada gangguan perkembangan, rujuk kerumah sakit yang

memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak (Depkes, 2012,

hlm.76).

A Pertanyaan

1. Apakah anak senang diayun-ayun atau diguncang naik turun


(bounched) dipaha anda ?

2. Apakah anak tertarik (memperthatikan) anak lain ?

3. Apakah anak suka memanjat-manjatseperti memanjat tangga ?

4. Apakah anak suka bermain Ciluk Ba, petak umpet

5. Apakah anak suka bermain seolah-olah membuat secangkir teh

Menggunakan mainan berbentuk cangkir dan teko, permainan lain ?

6. Apakah anak pernak menunjuk atau meminta sesuatu dengan


menunjukkan jari ?

7. Apakah anak pernah menggunakan jari untuk menunjuk sesuatu agar


anda melihat kesana ?

8. Apakah anak dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil/kubus)

9. Apakah anak pernah memberikan sesuatu benda untuk menunjukkan


sesuatu ?

B Pengamatan

1. Selama pemeriksaan apakah anak menatap mata dengan pemeriksa ?

2. Usahakan menarik perhatian anak kemudian pemeriksa menunjukkan


sesuatu diruangan pemeriksaan sambil mengatakan lihat itu ada bola
atau (mainan lain)

Perhatikan mata anak, apakah ia melihat benda yang ditunjuk bukan


melihat tangan pemeriksa ?

3. Usahakan menarik perhatian anak berikan mainan gelas / cangkir dan


teko. Katakan pada anak : buatkan secangkir susu buat mama!

4. Tanyakan pada anak. tunjukkan mana gelas (gelas dapat diganti

22
dengan nama benda yang dikenal anak dan ada disekitar kita)

Apakah anak menunjukkan benda tersebut dengan jari ? atau menatap


wajah anda ketika menunjuk ke suatu benda

5. Apakah anak dapat menumpuk beberapa kubus/balok menjadi suatu


menara

3. Deteksi Dini Gangguan Pemusatan perhatian dan Hiperaktivitas


(GPPH) Pada Anak Prasekolah

Tujuannya adalah untuk mengetahui secara dini adanya gangguanpemusatan

perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) pada anak 36 bulan keatas. Jadwal deteksi

dini GPPH pada anak prasekolah dilakukan atas indikasi atau bila ada keluhan

dari ibu atau pengasuh atau ada kecurigaan tenaga kesehatan , kader, BKB,

petugas PAUD, Pengelola TPA, dan guru TK, keluhannya dapat berupa anak tidak

bisa duduk tenang, anak selalu bergerak atnpa tujuan dan tidak mengenal lelah,

perubahan suasana hati yang mendadak atau impulsive (Depkes, 2012, hlm.78).

Alat yang digunakan adalah formulir deteksi dini gangguan pemusatan

perhatian dan hiperaktivitas (GPPH), yang terdiri dari 10 pertanyaan yang

ditanyakan kepada orang tua atau pengasuh anak atauguru TK dan pertanyaan

yang perlu pengamatan pemeriksa.

Cara menggunakan Formulir deteksi dini GPPH yaitu:

a. Ajukan pertanyaan dengan lambat, jelas dan nyaring, stu persatu prilaku

yang tertulis pada formulir GPPH

b. Lakukan pengamatan kemampuan anak sesuai dengan pertanyaan pada

formulir deteksi dini GPPH.

23
c. Keadaan yang ditanyakan atau diamati ada pada anak dimanapun anak

berada, misal ketika dirumah, disekolah, pasar, toko, dll) setiap saat dan

ketika anak dengan siapa saja.

d. Catat jawaban dan hasil pengamatan prilaku anak selama dilakukan

pemeriksaaan.

Interpretasi hasil pemeriksaan GPPH yaitu dengan memberi nilai

masingmasing jawaban sesuai dengan bobot nilai, nilai 0 bila keadaan tersebut

tidak ditemukan pada anak, nilai 1 bila keadaan tersebut kadang-kadang

ditemukan pada anak, nilai 2 jika keadaan tersebut sering ditemukan pada anak.

nilai 3 bila keadaan tersebut selalu ada pada anak. Bila nilai total 13 atau lebih,

kemungkinan anak dengan GPPH. Intervensi yang dilakukan jika jumlah nilai

terbesar anak berkemungkinan dengan GPPH perlu dirujuk kerumah sakit yang

memiliki fasilitas kesehatan jiwa atau tumbuh kembang anak untuk konsultasi

lebih lanjut (Depkes, 2012, hlm.78).

Formulir Deteksi Dini Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Hiperaktif (GPPH)


(Abbreviated Conner Ratting Scale)

NO. KEGIATAN YANG DIAMATI 0 1 2 3

1. Tidak kenal lelah atau aktifitas yang


berlebihan

2. Mudah menjadi gembira atau impulsive

3. Mengganggu anak-anak

4. Gagal menyelesaikan kegiatan yang telah


dimulai, rentang perhatian pendek

5. Menggerak-gerakkan anggota badan atau


kepala secara terus menerus

24
6. Kurang perhatian, mudah teralihkan

7. Permintaannya harus segera terpenuhi,


mudah menjadi frustasi

8. Sering dan mudah menangis

9. Suasana hatinya mudah berubah dengan


cepatdan drastic

10. Ledakan kekesalan, tingkah laku eksplosif


dan tak terduga

Jumlah

Nilai Total

2.3 Intervensi Dan Rujukan Dini Penyimpangan Perkembangan Anak

Depkes (2012), menyatakan tujuan intervensi dan rujukan dini

perkembangan adalah anak adalah untuk mengoreksi, memperbaiki, dan

mengatasi masalah atau penyimpangan perkembangan sehingga anak dapat

tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensinya, waktu yang

paling tepat untuk melakukan intervensi dan rujukan penyimpangan

perkembangan anak adalah sesegera mungkin ketika usia anak masih dibawah

lima tahun.

a. Intervensi Dini Penyimpangan Perkembangan

Intervensi dini penyimpangan perkembangan dalah tindakan tertentu

pada anak yang yang perkembangan kemampuannya menyimpang karena

tidak sesuai dengan umurnya, penyimpangan perkembangan anak terjadi pada

salah satu atau lebih kemampuan anak yaitu kemampuan gerak kasar, gerak

25
halus, bicara dan bahasa, serta sosialisasi dan kemandirian anak (Depkes,

2012, hlm.80).

Tindakan intervensi dini tersebut berupa stimulasi perkembangan terarah

yang dilakukan secara intensif di rumah selama dua minggu, yang diikuti

dengan evaluasi hasil intervensi stimulasi perkembangan. Intervensi

perkembangan anak dilakukan atas indikasi, yaitu:

1. Perkembangan anak meragukan (M) artinya kemampuan anak tidak sesuai

dengan yang seharusnya dimiliki anak, yaitu bila pada umur skrining

3,6,9, 12,15,18 bulan dan seterusnya, pemeriksaan KPSP jawaban YA=

7 atau 8. Contoh tindakan intervensi yang dilakukan pada anak prasekolah

misalnya seorang anak umur 42 bulan belum bisa menggambar

lingkaran, maka tindakan intervensi yang dilakukan adalah membantu

anak memegang pensil dengan benar, ajak anak melihat dan

memperhatikan cara menggambar lingkaran. Beri kesempatan anak

untuk meniru menggambar lingkaran berulang-ulang. Pujilah anak bisa

menggambar lingkaran (Depkes, 2012, hlm.81).

2. Bila seorang anak mempunyai masalah atau penyimpangan

perkembangan, sedangkan umur anak saat itu bukan pada jadwal umur

skrining, maka lakukan intervensi perkembangan sesuai dengan masalah

yang ada. Intervensi pada anak dilakukan secara intensif setiap hari

sekitar 3-4 jam, selama 2 minggu. Bila anak terlihat senang dan tidak

bosan, waktu intervensi dapat ditambah. Bila anak menolak atau rewel

maka intervensi diberhentikan dahulu, dan dilanjutkan bila anak sudah

26
dapat diintervensi lagi (Depkes, 2012, hlm.82). Setelah orang tua dan

keluarga telah melakukan intervensi perkembangan secara intensif selama

dua minggu, maka anak perlu dievaluasi apakah ada kemajuan atau

perkembangan atau tidak (Depkes, 2012, hlm.82).

b. Rujukan dini penyimpangan perkembangan anak

Menurut Depkes RI (2012), Rujukan diperlukan jika masalah atau

penyimpangan perkembangan anak tidak dapat ditangani meskipun sudah

dilakukan tindakan intervensi dini. Rujukan penyimpangan tumbuh kembang

dilakukan secara berjenjang, sebagai berikut :

1. Tingkat keluarga dan masyarakat

Keluarga dan masyarakat (orang tua, anggota keluarga lainnya, dan kader)

dianjurkan untuk membawa anaknya ke tenaga kesehatan di Puskesmas

dan jaringan atau Rumah Sakit. Orang tua perlu diingatkan membawa

catatan pemantauan tumbuh kembang buku KIA (Depkes, 2012, hlm.83).

2. Tingkat Puskesmas dan jaringannya

Pada rujukan dini bidan dan perawat di Posyandu, Polindes, Pustu,

termasuk Puskeling melakukan tindakan intervensi dini penyimpangan

tumbuh kembang sesuai standar pelayanan yang terdapat pada buku

pedoman. Bila kasus penyimpangan tersebut ternyata memerlukan

penanganan lanjut, maka dilakukan rujukan ke tim medis di Puskesmas

(dokter, bidan, perawat, nutrisionis, dan tenaga kesehatan yang terlatih

lainnya) (Depkes, 2012, hlm.83).

27
3. Tingkat Rumah Sakit Rujukan

Bila kasus penyimpangan tersebut tidak dapat ditangani di tingkat

Puskesmas atau memerlukan tindakan yang khusus maka perlu dirujuk ke

Rumah Sakit Kabupaten (tingkat rujukan primer) yang mempunyai

fasilitas klinik tumbuh kembang anak dengan dokter spesialis anak, ahli

gizi serta laboraturium atau pemeriksaan penunjang diagnostik. Rumah

Sakit Provinsi sebagai tempat rujukan skunder diharapkan memiliki klinik

tumbuh kembang anak yang didukung oleh tim dokter spesialis anak,

kesehatan jiwa, kesehatan mata, THT, rehabilitasi medik, ahli terapi

(fisioterapi, terapis bicara, dan sebagainya) ahli gizi dan psikolog (Depkes,

2012, hlm.83).

2.4 Program Pemerintah Terhadap Pendidikan Anak Prasekolah

Pemerintah Indonesia telah meratifikasi konversi Hak Anak melalui Kepres

No.36 tahun 1990 yang mengandung kewajiban negara untuk pemenuhan hak

anak. Secara khusus, pemerintah juga telah mengeluarkan UU No.20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No.27 tahun 1990 tentang Pendidikan

Prasekolah serta PP No.39 tahun 1992 tentang peran serta masyarakat dalam

pendidikan nasional. Untuk menegaskan komitmen pemerintah, bertepatan dengan

Hari Anak Nasional 23 Juli 2003 Presiden Republik Indonesia Megawati

Soekarno Putri mencanangkan Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)

di Indonesia. Program kegiatan PAUD meliputi posyandu, BKB (Bina Keluarga

28
dan Balita), TK, TPA (Taman Penitipan Anak), Raudhatul Athfal (RA) dan

kelompok bermain.

Kesadaran orang tua untuk mengikutsertakan anaknya dalam program

PAUD juga tampaknya belum tinggi. Mungkin orang tua belum cukup memiliki

pengetahuan tentang pentingnya PAUD dan masih menganggap bahwa pemberian

pendidikan kepada anak dapat dilakukan ketika anak memasuki usia SD.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Anak usia pra sekolah adalah anak yang berada direntang usia 3-5 tahun atau 36-

72 bulan, yang memiliki ciri khas tersendiri dalam segi pertumbuhan dan

perkembangannya (Wong, 2008).

Menurut Depkes RI (2012) ADA 3 jenis kegiatan yang dapat dilaksanakan

oleh tenaga kesehatan di tingkat puskesmas dan jaringannya yaitu :

1. Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan dengan cara mengukur Berat

Badan (BB), Tinggi Badan (TB) dan Lingkar Kepala (LK).

2. Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu meliputi :

Pendeteksian menggunakan kuisioner Pra Skrining Perkembangan

(KPSP)

29
Tes Daya Lihat (TDL)

Tes Daya Dengar (TDD)

3. Deteksi dini penyimpangan mental emosional yaitu menggunakan :

Kuisioner Masalah Mental Emosional (KMME)

Check list for autism in toddlers (CHAT) atau cek list deteksi dini

autis

Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH)

Program pemerintah terhadap pendidikan anak prasekolah

Secara khusus, pemerintah juga telah mengeluarkan UU No.20 tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, PP No.27 tahun 1990 tentang Pendidikan

Prasekolah. Untuk menegaskan komitmen pemerintah, bertepatan dengan Hari

Anak Nasional 23 Juli 2003 Presiden Republik Indonesia Megawati Soekarno

Putri mencanangkan Pelaksanaan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di

Indonesia. Program kegiatan PAUD meliputi posyandu, BKB (Bina Keluarga dan

Balita), TK, TPA (Taman Penitipan Anak), Raudhatul Athfal (RA) dan kelompok

bermain.

3.2 Saran

Melalui pembahasan pengembangan dan intervensi pada anak prasekolah

ini, diharapkan mahasiswa dapat mengetahui bagaimana kita sebagai bidan

melakukan intervensi / deteksi dini terhadap pertumbuhan dan perkembangan

30
anak prasekolah sesuai dengan teori dan masalah yang ada dilapangan pada

umumnya.

31

Anda mungkin juga menyukai