Anda di halaman 1dari 66

Hubungan Pemecah Masalah Dan Pengambilan Keputusan

Masalah adalah situasi dimana seseorang atau kelompok yang dihadapkan


dgan sebuah tugas yang tidak mudah untuk diselesaikan dengan menggunakan
prosedur tertentu. Seharusnya hal itu ditambahkan bahwa individu atau kelompok
tersebut memiliki keinginan untuk menyelesaikan tugas tersebut. Hal itu didukung
oleh Cooney dalam Fadjar Shadiq sebagai berikut: … for a question to be a
problem, it must present a challenge that cannot be resolved by some routine
procedure known to the student. Implikasi dari definisi di atas , termuatnya
‘tantangan’ serta ‘belum diketahuinya prosedur rutin’ pada suatu pertanyaan yang
akan diberikan kepada para siswa akan menentukan terkategorikan tidaknya suatu
pertanyaan menjadi ‘masalah’ atau hanyalah suatu ‘soal’ saja (Kusmanto, 2014).
Pengertian Masalah Menurut Para Ahli
Di bawah ini adalah Pengertian Masalah menurut beberapa pendapat ahli,
diantaranya :
1. Irmansyah Effendi
Masalah adalah salah satu bentuk pelajaran ketika anda sadar, sebagai kesadaran
jiwa anda dapat melihat dengan mudah berbagai kelemahan dan masalah dalam
kehidupan anda.
2. Kartini Kartono
Masalah merupakan kondisi atau situasi yang memiliki karakteristik yang belum
mapan atau belum diketahui untuk selesaikan atau diketahui secara pasti.
3. Mustika Zed
Masalah merupakan sesuatu yang belum ditemukan cara penyesaiannya atau
jawabannya, yang menjadi teka-teki yang menuntut pemecahan (penelitian)
ilmiah, karena untuk menemukan jawabannya hanya mungkin didapatkan melalui
penelitian atau cara kerja ilmiah.
4.  Notoadmojo
Masalah yakni merupakan suatu kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi
dengan apa yang sudah terjadi tentang suatu hal atau kesenjangan antara
kenyataan yang terjadi dengan yang seharusnya terjadi serta harapan dan
kenyataannya dari masalah tersebut.
5. Hudojo
Masalah adalah salah satu bentuk pertanyaan kepada seseorang yang dimana
orang tersebut tidak mempunyai hukum yang bisa digunakan dengan segera untuk
menemukan jawaban dari pertanyaan (masalah) tersebut.
6. Dorothy Craig
Masalah merupakan situasi yang akan datang yang tidak diharapkan.
7. James Stoner
Masalah merupakan kondisi atau situasi yang dapat menghambat organisasi untuk
mencapai tujuan yang telah di harapkan.
8. KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
Seperti yang telah tercantum dalam kamus besar bahsa indonesia, yakni masalah
adalah sesuatu yang harus dipecahkan atau diselesaikan.
( Lindsay C Martin, 2014).
9. Roger Kaufman
Masalah merupakan suatu kesenjangan yang harus rahasiakan antara hasil yang
telah  dicapai pada saat ini atau sebelumnya dengan hasil yang diharapkan.

1
Merriam-Webster mendefinisikan suatu keputusan sebagai “untuk
mencapai hal itu setelah memikirkannya: hasil dari memutuskan.” 2 Suatu
masalah didefinisikan sebagai “sesuatu yang sulit untuk ditangani: sesuatu yang
merupakan sumber masalah, kekhawatiran, dll.” 3 Oleh karena itu , pengambilan
keputusan dan pemecahan masalah adalah proses-proses di mana pilihan sulit
dibuat. Untuk keperluan makalah ini, mereka akan dianggap sama. Langkah
penting dalam proses pengambilan keputusan adalah framing Pembuat keputusan
yang baik membuat kerangka keputusan yang dirancang untuk masalah tertentu.
5 Kerangka pengambilan keputusan menggambarkan bagaimana sebuah
pertanyaan diatur untuk dijawab. Pembingkaian mempertimbangkan isu-isu yang
harus dipertimbangkan, elemen-elemen dari masalah yang akan dipertimbangkan,
dan kriteria yang digunakan untuk memilih satu solusi daripada yang lain.
Pembingkaian membantu menyederhanakan pembangkrutan termasuk termasuk
dan tidak termasuk informasi lainnya. pendekatan klinis, etika, manajerial,
ekonomi dan hukum untuk pengambilan keputusan yang penting untuk
pemecahan masalah ( Lindsay, 2014).
Pemecahan masalah adalah kemampuan megidentifikasi unsur-unsur yang
diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan, mampu membuat
atau menyusun model matematika, dapat memilih dan mengembangkan strategi
pemecahan, mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang
diperoleh, Kesumawati (Reno, Melisa dan Jusuf, 2014)
Pengertian Sistem Pendukung Keputusan Menurut Hermawan Decision
Support System atau sistem penunjang keputusan secara umum didiefinisikan
sebagai sebuah sistem yang mampu memberikan kemampuan baik kemampuan
pemecahan masalah maupun kemampuan pengkomunikasian untuk masalah
terstruktur.
Tinjauan Umum Bahasa Pemrograman Visual Basic 6. Menurut Sudarjo
Visual Basic adalah salah satu development tools untuk membangun aplikasi
dalam lingkungan windows. Dalam pembangunan aplikasi, visual basic
menggunakan pendekatan visual untuk merancang user interface dalam bentuk
form, sedangkan untuk kodingnya menggunakan dialek bahasa basic yang
cenderung mudah dipelajari. Visual Basic telah menjadi tools yang terkenal bagi
para pemula maupun para developer. Pada pemograman visual, pengembangan
aplikasi dimulai dengan pembentukan user interface, kemudian mengatur properti
dari objek-objek yang digunakan dalam user interface, dan baru dilakukan
penulisan kode program untuk menangani kejadian-kejadian (event).
Konsep Perancangan Database Menurut Pahlevi Database adalah
sekumpulan data yang saling berhubungan secara logis beserta deskripsinya, yang
digunakan secara bersama-sama dan dirancang untuk memenuhi kebutuhan
informasi disuatu tempat. Sistem Database adalah suatu sistem yang terdiri dari
kumpulan file atau tabel yang saling berhubungan yang memungkinkan beberapa
pemakai mengakses dan memanpulasi file-file tersebut (Reno, Melisa dan Jusuf,
2014).

2
Flowchart

Gambar 1. Basic Flowchart

Flowchart atau bagan alur merupakan metode untuk menggambarkan


tahap-tahap penyelesaian masalah (prosedur), beserta aliran data dengan simbol-
simbol standar yang mudah dipahami. Dalam kehidupan sehari-hari, flowchart
banyak digunakan di pusat-pusat layanan seperti kantor pemerintahan, bank,
rumah sakit, organisasi masyarakat, dan perusahaan.

Data Flow Diagram (DFD)

Gambar 2. Data Flow Diagram (DFD)


Menurut Al fatta data flow diagram (DFD) adalah diagram yang
digunakan untuk menggambarkan proses-proses yang terjadi pada sistem yang
akan dikembangkan, dengan model ini, data-data yang terlibat pada masing-
masing proses dapat diidentifikasi ( Reno, 2014).

3
Entity Relationship Diagram (ERD)
Menurut Supriyanto Entity Relationship Diagram (ERD) merupakan
notasi grafis dalam pemodelan data konseptual yang mendiskripsikan hubungan
antara penyimpanan. ERD digunakan untuk memodelkan struktur data dan
hubungan antar data.

HIPO (Hierarkhi Input Proses Output)

Gambar 3. Hierarchical Input/Process/Output (HIPO) Chart

Diagram HIPO (Hierarkhi Input Proses Output) Merupakan serangkaian


diagram yang terdiri dari serangkaian level yang mengalir dari atas kebawah yang
menggambarkan sistem yang lebih detail. Diagram HIPO dirancang sebagai alat
bantu dan alat dokumentasi yang digunakan untuk mengidentifikasi apa yang
harus dilakukan untuk menyelesaikan suatu masalah ( Reno, 2014).
Menurut Polya (Wardhani, 2010) terdapat empat aspek kemampuan memecahkan
masalah sebagai berikut:
1. Memahami masalah Pada aspek memahami masalah melibatkan pendalaman
situasi masalah, melakukan pemilahan fakta-fakta, menentukan hubungan diantara
fakta-fakta dan membuat formulasi pertanyaan masalah. Setiap masalah yang
tertulis, bahkan yang paling mudah sekalipun harus dibaca berulang kali dan
informasi yang terdapat dalam masalah dipelajari dengan seksama.

2. Membuat rencana pemecahan masalah Rencana solusi dibangun dengan


mempertimbangkan struktur masalah dan pertanyaan yang harus dijawab. Dalam
proses pembelajaran pemecahan masalah, siswa dikondisikan untuk memiliki
pengalaman menerapkan berbagai macam strategi pemecahan masalah.
( Mawaddah, 2015).
3. Melaksanakan rencana pemecahan masalah Untuk mencari solusi yang tepat,
rencana yang sudah dibuat harus dilaksanakan dengan hatihati. Diagram, tabel
atau urutan dibangun secara seksama sehingga si pemecah masalah tidak akan

4
bingung. Jika muncul ketidakkonsistenan ketika melaksanakan rencana, proses
harus ditelaah ulang untuk mencari sumber kesulitan masalah.
4. Melihat (mengecek) kembali Selama melakukan pengecekan, solusi masalah
harus dipertimbangkan. Solusi harus tetap cocok terhadap akar masalah meskipun
kelihatan tidak beralasan.
Sedangkan kemampuan memecahkan masalah menurut BSNP (2006) yakni
meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model, menyelesaikan
model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Menurut Kesumawati (Chotimah, 2014) indikator kemampuan pemecahan
masalah adalah sebagai berikut:
1. Menunjukkan pemahaman masalah, meliputi kemampuan mengidentifikasi unsur-
unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan.
2. Mampu membuat atau menyusun model matematika, meliputi kemampuan
merumuskan masalah situasi sehari-hari dalam matematika.
3. Memilih dan mengembangkan strategi pemecahan masalah, meliputi kemampuan
memunculkan berbagai kemungkinan pemecahan masalah tersebut.
4. Mampu menjelaskan dan memeriksa kebenaran jawaban yang diperoleh, meliputi
kemampuan mengidentifikasi kesalahan ( Mawaddah Siti, 2015).
Kemampuan Pemecahan Masalah Agar memahami apa yang dimaksud
dengan kemampuan pemecahan masalah, kita terlebih dahulu harus mengetahui
apa itu masalah. Masalah dalam KBBI didefinisikan sebagai “sesuatu yang harus
diselesaikan atau dipecahkan.” Suatu pertanyaan akan merupakan suatu masalah
hanya jika seseorang tidak mempunyai aturan/hukum tertentu yang segera dapat
dipergunakan untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Selanjutnya
masalah menurut sebagian ahli matematika merupakan pertanyaan yang harus
dijawab dan direspon, namun demikian, tidak semua pertanyaan secara otomatis
akan langsung menjadi masalah.
Suatu pertanyaan akan menjadi masalah jika pertanyaan tersebut
menunjukkan adanya suatu tantangan yang tidak dapat diselesaikan hanya dengan
menggunakan cara atau prosedur rutin yang sudah dikenali. Pemecahan masalah
adalah proses menerapkan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke
dalam situasi baru yang belum dikenal. Pemecahan masalah juga didefinisikan
sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan, mencapai suatu tujuan
yang tidak dengan segera dapat dicapai. Karena pemecahan masalah merupakan
suatu tingkat aktivitas intelektual yang tinggi (Zulfah, 2017).
Tahapan-tahapan Pemecah Masalah
Menurut Herbert A. Simon, pemecah masalah akan terlibat dalam empat hal:
1. Aktivitas intilijen
Mencari kondisi yang membutuhkan solusi didalam lingkungan
2. Aktivitas perancangan
Menemukan, mengembangkan, dan menanalisi kemungkinan-kemungkinan
tindakan (Universitas Gunadarma,2012).
3. Aktivitas pemilihan
Memilih satu tindakan tertentu dari berbagai tindakan yang tersedia
4. Aktivitas peninjauan
Memilai pilihan-pilihan masa lalu

5
Pengambilan keputusan (desicion making) adalah melakukan penilaian
dan menjatuhkan pilihan. Keputusan ini diambil setelah melalui beberapa
perhitungan dan pertimbangan alternatif. Sebelum pilihan dijatuhkan, ada
beberapa tahap yang mungkin akan dilalui oleh pembuat keputusan. Tahapan
tersebut bisa saja meliputi identifikasi masalah utama, menyusn alternatif yang
akan dipilih dan sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik.
Secara umum, pengertian pengambilan keputusan telah dikemukakan oleh
banyak ahli, diantaranya adalah :
1. G. R. Terry : Mengemukakan bahwa pengambilan keputusan adalah sebagai
pemilihan yang didasarkan kriteria tertentu atas dua atau lebih alternatif yang
mungkin.
2. Claude S. Goerge, Jr : Mengatakan proses pengambilan keputusan itu dikerjakan
oleh kebanyakan manajer berupa suatu kesadaran, kegiatan pemikiran yang
termasuk pertimbangan, penilaian dan pemilihan diantara sejumlah alternatif.
3. Horold dan Cyril O’Donnell : Mereka mengatakan bahwa pengambilan keputusan
adalah pemilihan diantara alternatif mengenai suatu cara bertindak yaitu inti dari
perencanaan, suatu rencana tidak dapat dikatakan tidak ada jika tidak ada
keputusan, suatu sumber yang dapat dipercaya, petunjuk atau reputasi yang telah
dibuat.
4. P. Siagian : Pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistematis terhadap
suatu masalah, pengumpulan fakta dan data, penelitian yang matang atas alternatif
dan tindakan.
Fase Pengambilan Keputusan
1. Aktivitas intelegensia ; Proses kreatif untuk menemukan kondisi yang
mengharuskan keputusan dipilih atau tidak.
2. Aktifitas desain ; Kegiatan yang mengemukakan konsep berdasar aktifitas
intelegensia untuk mencapai tujuan.
Aktifitas desain meliputi :
a. menemukan cara-cara/metode
b. mengembangkan metode
c. menganalisa tindakan yang dilakukan
3. Aktifitas pemilihan ; Memilih satu dari sekian banyak alternatif dalam
pengambilan keputusan yang ada. Pemilihan ini berdasar atas kriteria yang telah
ditetapkan.
Dari tiga aktifutas tersebut diatas, dapat disimpulkan tahap pengambilan
keputusan adalah :
a. Mengidentifikasi masalah utama
b. Menyusun alternatif
c. Menganalisis alternatif
d. Mengambil keputusan yang terbaik
(Universitas Gunadarma,2012).
Teknik Pengambilan Keputusan
1. Operational Research/Riset Operasi ; Penggunaan metode saintifik dalam
analisa dan pemecahan persoalan.
2. Linier Programming ; Riset dengan rumus matematis.
3. Gaming War Game ; Teori penentuan strategi.
4. Probability ; Teori kemungkinan yang diterapkan pada kalkulasi rasional atas
hal-hal tidak normal.

6
Proses Pengambilan Keputusan:
Menurut G. R. Terry :
a. Menganalisa problem tersebut
b. Menetapkan sejumlah alternatif
c. Mengevaluasi alternatif
d. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan
e. Merumuskan problem yang dihadapi
Menurut Peter Drucer :
a. Menetapkan masalah
b. Manganalisa masalah
c. Mengembangkan alternatif
d. Mengambil keputusan yang tepat
e. Mengambil keputusan menjadi tindakan efektif
Bentuk bentuk pengembilan keputusan (decision making)
Pengambilan keputusan merupakan bagian terpenting dari manajer , yang
dihubungkan dengan pelaksanaan perencanaan, dalam hal memutuskan tujuan
yang akan dicapai, sumber daya yang akan dipakai, siapa yang melaksanakan,
siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan yang diserahkannya dll, Bentuk
keputusan ini bisa berupa keputusan yang di program atau tidak, bisa juga di
bedakan antara keputusan yang dibuat antara kondisi kepastian , resiko dan
ketidak pastian.
Keputusan terprogram yaitu keputusan yang dibuat menurut kebiasaan, aturan
atau prosedur yang terjadi secara rutin dan berulang-ulang. contoh: penetapan
gaji pegawai, prosedur penerimaan pegawai baru, prosedur kenaikan jenjang
kepegawaian dan sebagainya. Keputusan tidak terprogram yaitu keputusan yang
dibuat karena terjadinya masalah masalah khusus atau tidak biasanya.contoh:
pengalokasian sumber daya - sumber daya organisasi,penjualan yang merosot
tajam, pemakaian teknologi yang termodern,dan lain sebagainya (Universitas
Gunadarma,2012).
Menjadi pengambil keputusan yang efektif. Sebuah pengambilan keputusan yang
efektif mempunyai enam sifat, yaitu :
1. Berfokus pada apa yang penting.
2. Yang logis dan konsisten
3. Meliputi pemikiran yang subyektif dan obyektif, serta menggabungkan pemikiran
yang analistis dengan intuitif
4. Memerlukan se-banyak2nya informasi dan analisis untuk memecahkan persoalan
yang biasa.
5. Mendorong dan menuntun pengumpulan informasi yang berkaitan dan opini yang
diinformasikan.
6. Langsung, dapat diandalkan, mudah digunakan dan fleksibel.
Yang perlu dilakukan manajer untuk membuat keputusan yang efektif di era
persaingan yang semakin tajam dewasa ini :
1. Mengetahui kapan saatnya untuk menyerah.
Ketika terbukti bahwa suatu keputusan tidak berhasil, jangan takut untuk
menariknya kembali. Pengakuan oleh pembuat keputusan bahwa keputusan
mereka ternyata buruk atau menolak untuk menyadari bahwa perlu ada perbaikan,

7
jelas merupakan pemikiran yang tidak tepat pada lingkungan yang dinamis seperti
sekarang ini.
2. Mempraktekan lima duduk perkara.
Ketika lingkungan menjadi sangat tidak pasti, satu cara untuk mendorong
pengmbilan keputusan yang baik adalah dengan membuat orang berpikir lebih
luas dan mendalam tentang suatu masalah. Karena tekanan waktu yang semakin
sering dihadapi manajer, mungkin analisisnya tegolong analisis yang dangkal.
Pendekatn “lima duduk perkara” menganjurkan karyawan untuk bertanya “WHY”
tidak hanya sekali melainkan lima kali, sehingga diharapkan mampu untuk
menggali lebih dalam lagi apa sebenarnya penyebab masalah sekaligus
mendapatkan solusi yang layak.
Dalam membuat suatu keputusan ,manajer dihadapkan pada tiga kondisi yang
terdiri dari kepatian, risiko dan ketidak pastian.
1. Kepastian
situasi yang ideal untuk mengambil suatu keputusan adalah situasi dimana
ada kepastian, artinya situasi yang memungkinkan manajer mampu mengambil
keputusan yang tepat karena hasil dari setiap alternative telah diketahui. Misal
ketika bendahara propinsi. A memutuskan bank mana yang akan menjadi tempat
penyimpanan kelebihan dana propinsi tsb, dia tahu dengan tepat berapa bungan
yang ditawarkan oleh masing bank dan berapa bunga yang akan diperoleh dari
dana yang disimpan. Dia yakin tentang hasil masing alternatif. Namun demikian
situasi seperti ini bukanlah cirri kebanyakan keputusan situasi manajerial.
2. Risiko
Situasi yang jauh lebih lazim adalah adanya risiko, yaitu kondisi dimana
pengambil keputusan mampu untuk memperkirakan probabilitas alternatif tertentu
atau hasil tertentu. Kemampuan untuk memperkirakan probabilitas hasil tsb
mungkin diperoleh dari pengalaman atau informasi data sekunder. Dalam kondisi
risiko manajer mempunyai data histories yang memungkinkannya untuk
memperhitungakan probabilitas bagi alternative yang ber-beda
3. Ketidak Pastian
Apa yang terjadi jika seandainya anda mengambil keputusan saat anda merasa
tidak yakin tentang hasilnya atau bahkan tidak dapat membuat perkiraan
probabilitas yang masuk akal? Hal demikian ini disebut sebagai ketidak pastian.
(Universitas Gunadarma,2012).
Para manajer benar menghadapi pengambilan keputusan dalam ketidak
pastian manakala pilihan pilihan alternative tsb dipengaruhi oleh keterbatasan
jumlah informasi yang tersedia bagi si pengambil keputusan. Faktor lain yang
mempengaruhi pilihan dalam keadaan tidak pasti adalah orientasi psikologis si
pengambil keputusan. Manajer yang optimis akan mengikuti pilihan maksimaks,
sedangkan manajer yang pesimis akan mengejar pilihan maksimin
(memaksimalkan hasil minimum), dan manajer yang ingin meminimalkan
“penyeslan” maksimumnya akan memilih pilihan minimaks.
Menurut Stephen P.Robbin dan Mary Coulter Proses pengambilan keputusan
merupakan rangkaian delapan langkah yang terdiri dari :
1. Identifikasi masalah
2. Identifikasi criteria keputusan
3. Alokasi bobot pada criteria
4. Penyusunan alternatif

8
5. Analisis alternatif
6. Pemilihan sebuah alternatif
7. Penerapan/implementasi alternatif
8. Evaluasi efektivitas keputusan.
Hubungan Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah sebuah proses memilih tindakan diantara
berbagai alternatif untuk mencapai sebuah tujuan atau beberapa tujuan. Salah satu
komponen terpenting dari proses pembuatan keputusan adalah kegiatan
pengumpulan informasi dari mana suatu apresiasi mengenai situasi keputusan
yang dapat dibuat. Pembuatan keputusan bisa perorangan atau kelompok, baik
untuk kepentingan sendiri maupun kepentingan kelompok. Agar kualitas
keputusan yang diambil lebih baik maka diperlukan suatu sistem berbasis
komputer yang dapat membantu keputusan memanfaatkan data dan model untuk
menyelesaikan permasalahan (Ahmadi, 2013).
Simon mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan meliputi tiga fase utama
: intelegensia, desain dan kriteria. Ia kemudian menambahkan fase keempat, yakni
implementasi. Seperti tergambar pada gambar 2 berikut ini :
Ada aliran aktivitas yang terus menerus berlangsung mulai dari intelegensi sampai
desain sampai pilihan (blod line), namun pada sembarang fase bisa jadi ada fase
dimana perlu kembali ke fase sebelumnya (umpan balik).
1. Fase Intelegensi
Intelegensi dalam pengambilan keputusan meliputi scanning (pemindahan)
lingkungan, baik secara intermiten ataupun terus menerus..
a. Identifikasi Masalah Fase intelegensi dimulai dengan identifikasi terhadap tujuan
dan sasaran organisasional yang berkaitan dengan isu yang diperhatikan dan
determinasi apakah kejadian tersebut telah terpenuhi.
b. Klasifikasi Masalah Klasifikasi masalah adalah konseptualisasi terhadap suatu
masalah dalam rangka menempatkannya dalam suatu kategori yang dapat
didefinisikan (Turban, 2005 )
c. Masalah terstruktur dan Masalah tidak terstruktur Simon (Turban, 2005 )
membedakan dua ekstrem yang berkaitan dengan strukturisasi suatu masalah
keputusan. Pertama adalah masalahmasalah yang terstruktur dengan baik yang
berulang secara rutin, dan untuk masalah-masalah tersebut telah dikembangkan
model-model standar, yang disebut masalah terprogram. Kedua adalah masalah
tidak terstruktur, disebut juga masalah tidak terprogram yang belum dikenal
sebelumnya dan tidak terjadi lagi.
2. Fase Desain
Fase desain meliputi penemuan atau mengembalikan dan menganalisis
tindakan yang mungkin untuk dilakukan. Hal ini meliputi pemahaman terhadap
masalah dan menguji solusi yang layak.
a. Model Normatif Model normatif adalah model dimana alternatif yang dipilih
merupakan alternatif terbaik dari semua alternatif yang mungkin. Untuk
menemukan alternatif terbaik, kita harus menguji semua alternatif dan
membuktikan bahwa alternatif yang dipilih benar-benar alternatif terbaik,
alternatif itulah yang biasanya diinginkan..
b. Model Deskriptif Model deskriptif menggambarkan berbagai hal sebagaimana
adanya, atau bagaimana hal-hal tersebut diyakini. Model ini umumnya didasarkan
secara matematis.

9
c. Mengukur Hasil Akhir Nilai dari sebuah alternatif dievaluasi dalam hal
pencapaian tujuan.
d. Skenario Skenario adalah suatu pernyataan mengenai berbagai asumsi tentang
lingkungan pengoperasian sebuah sistem tertentu pada waktu tertentu, yaitu suatu
deskriptif naratif mengenai situasi pengambilan keputusan.
3. Fase Pemilihan Pilihan
merupakan tindakan pengambilan keputusan yang kritis. Fase pilihan adalah
fase dimana suatu keputusan yang nyata dan diambil suatu komitmen untuk
mengikuti suatu tindakan tertentu. Pemecahan sebuah model pengambilan
keputusan melibatkan pencarian terhadap suatu tindakan yang tepat. Pendekatan
pencarian melibatkan teknik analitik (memecahkan suatu formula), algoritma
(prosedur langkah demi langkah), heuristik (aturan utama), dan blind search
(menembak di dalam gelap, idealnya salam suatu cara yang logis). Penelitian ini
menggunakan teknik algoritma (prosedur langkah demi langkah) dimana
4. Fase Implementasi
Definisi implementasi sedikit rumit karena implementasi merupakan sebuah
proses yang panjang dan melibatkan batasan-batasan yang tidak jelas.
Implementasi berarti membuat suatu solusi yang direkomendasikan bisa bekerja,
tidak memerlukan implementasi suatu sistem komputer.
a. Metode
Metode yang digunakan adalah metode penarikan kesimpulan yang ada dalam
sistem pakar. Sistem pakar atau expert system adalah cabang dari kecerdasan
buatan atau artificial intelligent (AI) yang membuat penggunaan pengetahuan
yang dikhususkan secara ekstensif untuk memecahkan masalah pada level human
expert (seseorang yang mempunyai expertise dalam bidang tertentu) .
(Universitas Gunadarma, 2012).
b. Sedangkan dalam Arhami (2005:3) mengemukakan sistem pakar sebagai “.
..suatu program komputer cerdas yang menggunakan knowledge
(pengetahuan) dan prosedur inferensi untuk menyelesaikan masalah yang cukup
sulit sehingga membutuhkan seseorang yang ahli untuk menyelesaikannya”.
c. Tree Suatu tree (pohon)
adalah suatu hierarki struktur yang terdiri dari node (simpul/verteks) yang
menyimpan informasi atau pengetahuan dan cabang (link/edge) yang
menghubungkan node. atau jaringan sederhana sering digunakan sebagai istilah
sinonim dari graph bila menggambarkn suatu kasus dari graph seperti jaringan
telepon.
Contoh sederhana graph adalah sebuah peta dimana kota sebagai node dan linknya
adalah jalan. Link merupakan merupakan panah atau arah. Sebagai analoginya
adalah salah satu jalan dengan batasan bobot yang menunjukkan bagaimana truk
dapat melewati jalan tersebut. Jika graph merepresentasikan rute pesawat terbang
maka bobotnya dapat berupa jarak antara kota, biaya penerbangan, kebutuhan
minyak dan lain sebagainya. Aplikasinya tree adalah pembuatan keputusan dan
disebut dengan decision tree (pohon keputusan). Struktur keputusan dari skema
representasi pengetahuan dan metode penalaran tentang pengetahuan ini.
d. Forward Chaining Forward
chaining Suatu stategi pengambilan keputusan yang dimulai dari premis
(fakta) menuju konklusi (kesimpulan akhir). Salah satu aspek penting dari
perolehan fakta adalah dengan menanyakan pertanyaan yang benar. Pertanyaan

10
benar yang diajukan menghasilkan efisiensi dalam menentukan jawaban yang
benar. Salah satu syarat yang nyata untuk hal ini adalah sistem pakar hanya akan
menanyakan pertanyaan yang berhubungan dengan hipotesis yang dicoba
dibuktikan (Setyowibowo, 2014).
Proses Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan banyak langkah,
Simon (1960) menyatakan ada empat tahapan berbeda dalam pengambilan
keputusan, yaitu: kecerdasan, rancangan, pilihan, dan implementasi. Tahapan
pengambilan keputusan diantaranya : kecerdasan, rancangan, pilihan, dan
implementasi(lihat gambar)
Proses pengambilan keputusan dapat dibagi menjadi empat tahapan.
1. Kecerdasan
Kecerdasan terdiri atas menemukan, mengidentifikasi, dan memahami
masalah yang terjadi pada organisasi- mengapa maslah itu terjadi, dimana,
dan akibat apa yang dialami.
2. Rancangan
Rancangan melibatkan identifikasi dan pecarian berbagai solusi masalah.
3. Pilihan
Pilihan adalah tentang memilih alternatif solusi yang ada.
4. Implementasi
Implementasi dalah tentang membuat alternatif yang dipilih dapat bekerja,
dan tetap mengawasi seberapa baik kerja solusi tersebut (Setyowibowo,
2014)..
Macam-Macam Pengambilan Keputusan
Menurut H.A. Simon, keputusan yang dibuat oleh manajer dalam mengambil
berbagai keputusan dihadapkan pada dua tipe pada situasi yang berbeda, yaitu:
1. Keputusan yang terprogram
Dibuat untuk mengatasi hal-hal yang bersifat rutin yang terjadi berulang-ulang
pada pekerjaan yang sama, digunakan untuk mengatasi masalah yang mempunyai
sebabakibat secara jelas dalam suatu organisasi
2. Keputusan yang tidak terprogram
Tidak akan diprogramkan jika sifatnya baru dan tidak berstruktur, unik dan
kompleks. Oleh karena itu tidak ada prosedur tertentu secara pasti yang dapat
digunakan untukmengatasi masalah-masalah yang timbul, karena masalah tersebut
tidak muncul dengan cara yang sama dengan sebelumnya
Sedangkan Menurut Mc. Farland, ia mengklasifikasikan macam-macam
keputusan menjadi Keputusan Dasar dan Keputusan Rutin.
1. Keputusan Dasar
Merupakan keputusan unit, investasi dalam jumlah besar, keputusan yang satu
kali menyangkut komitmen jangka panjang dan relatif permanen.
2. Keputusan Rutin
Merupakan keputusan-keputusan setiap hari, bersifat repetitive (berulang-ulang)
dan mempunyai sedikit dampak terhadap organisasi secara keseluruhan.
Proses Pengambilan Keputusan
1. Mengidentifikasi atau mengenali masalah yang dihadapi
2. Mencari alternatif pemecahan bagi masalah yang dihadapi
3. Memilih alternatif yang paling efisien dan efektif untuk memecahkan masalah
4. Melaksanakan alternatif tersebut

11
5. Mengevaluasi apakah alternatif yang dilaksanakan berhasil sesuai dengan yang
diharapkan
Erich Form membedakan 5 tipe pengambil keputusan dikaitkan dengan macam
keputusannya:
1. Tipe Ketergantungan
Tidak mempunyai pendirian yang tegas. Ketidak-tegasan bisa jadi disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain ia kurang menguasai permasalahan dan tidak
mempunyai pengalaman dalam memutuskan suatu persoalan
2. Tipe Eksploitatif
Mengeksploitasi orang lain atau bawahan untuk kepentingan diri sendiri.
3. Tipe Tabungan
Mempunyai kecenderungan mengumpulkan ide-ide untuk kepentingan diri sendiri
guna memperkuat posisinya dan wibawanya dalam organisasi.
4. Tipe Pemasaran
Sengaja ingin menjual idenya pada pihak lain atau sengaja ingin memamerkan
ideide kepada bawahannya agar ia dipuji pihak lain atau sekedar ingin
memperlihatkan wibawanya sebagai pemimpin
5. Tipe Produktif
Benar-benar memiliki kemampuan dalam pengetahuan, keterampilan, dan
pandangan jauh ke depan.
Definisi konsep untuk pohon keputusan menurut berbagai ahli, sebagai berikut:
1. Azhar Kasim
Model grafik yang menggambarkan urutan-urutan suatu keputusan serta
peristiwa-peristiwa yang terdiri dari situasi keputusan yang berangkai
2. Susan Welch dan John C. Coner
Suatu diagram yang cukup sederhana yang menunjukkan suatu proses untuk
merinci masalah-masalah yang dihadapinya ke dalam komponen-komponen,
kemudian dibuatkan alternatif-alternatif pemecahan beserta konsekuensi
masingmasing alternatif
Menurut George R. Terry yang disarikan dari Ibnu Syamsi, dasar pengambilan
keputusan dibedakan 5 (lima) macam, yaitu:
1. Berdasarkan Intuisi
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan perasaan seseorang yang mempunyai
tendensi subjektif.
2. Berdasarkan Rasional
Lebih banyak menggunakan daya pikir yang bisa diterima oleh akal sehat.
3. Berdasarkan Fakta
Berdasarkan sejumlah fakta, data atau informasi yang cukup merupakan
keputusan yang solid, sehat dan akurat.
4. Berdasarkan Pengalaman
Pengalaman dapat dijadikan pijakan atau dasar dalam pengambilan keputusan
dengan cara mengingat-ingat apakah masalah yang sama atau hampir sama pernah
terjadi masa sebelumnya, dengan melacak arsip-arsip atau dokumen-dokumen
yang tersimpan.
5. Berdasarkan Otoritas/Wewenang
Merupakan hak untuk melakukan suatu perintah agar tujuan dapat tercapai.
Biasanya keputusan dibuat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

12
Ciri-ciri Keputusan
Selanjutnya peneliti akan mencoba mengemukakan ciri-ciri keputusan dalam
usaha memecahkan masalah yang akan dihadap di dalam organisasi pemerintah
maupun di dalam organisasi swasta dan untuk itu ada beberapa ciri yang harus
dimiliki di dalam keputusan. Berikut ini peneliti akan mencoba mengemukakan
definisi.
ciri-ciri keputusan menurut para pakar diantaranya menurut Soewarno
Handayaningrat.
1. Keputusan adalah suatu proses yang terus-menerus (continue), sebab kalau tidak
adanya suatu proses yang berkesinambungan berarti tidak adanya hubungan
dengan keputusan tersebut. Apabila tidak ada tindakan lebih lanjut maka
keputusan itu tidak ada artinya.
2. Kalau suatu keputusan menyangkut sejumlah besar orangorang, maka hal penting
adalah kemampuan untuk menghadapi reaksi dan menyesuaikan
perbedaanperbedaan dengan kedua belah pihak.
3. Pemilihan dari pengambilan keputusan tidak atas dasar pertimbangan, tetapi atas
dasar beberapa alternatif yang oleh pengambilan keputusan dianggap penting.
4. Suatu penilaian dalam pemilihan alternatif tersebut diatas harus dibandingkan satu
nama lain dari pada pemilihan yang dirapikan dari salah satu alternatif yaitu yang
berhubungan dengan maksud dan tujuan organisasi.

2.2. Elemen-Elemen yang Harus Ada untuk Memecahkan Masalah


Elemen pemecahan masalah yaitu manajer, standar, dan informasi.
Pemecahan terhadap masalah tersebut harus memberikan kemampuan terbaik
kepada sistem untuk dapat mencapai tujuannya, sebagaimana yang ditentukan
dalam standar penampilan. Oleh karena itu standar harus ditentukan dengan jelas.
Standar ini menjelaskan keadaan yang diinginkan, yaitu apa yang harus dicapai
oleh sistem. Selanjutnya manajer harus mempunyai informasi yang menjelaskan
keadaan saat itu, yaitu apa yang dicapai sistem sekarang. Jika keadaan saat itu dan
keadaan yang diinginkan sama, maka tidak ada masalah dan manajer tidak
mengambil tindakan apa-apa. Jika kedua keadaan tersebut berbeda maka ada
beberapa masalah yang menjadi penyebabnya dan harus dipecahkan.
Perbedaan antara keadaan saat itu dan keadaan yang diinginkan
menunjukkan kriteria pemecahan, yaitu apa yang akan dilakukan untuk membuat
keadaan pada saat itu menjadi keadaan yang diinginkan. Bila keadaan pada saat
itu mencapai tingkat penampilan yang lebih tinggi dari keadaan yang diinginkan,
maka tugas manajer bukannya membawa keadaan pada saat itu pada jalur yang
sama. Namun, menjaga keadaan pada saat itu berada pada tingkat yang tinggi.
Jika tingkat penampilan yang lebih tinggi lagi dapat dicapai, maka keadaan yang
diinginkan harus dinaikkan. Jika terjadi salah langkah dalam proses pemecahan
masalah maka tanggung jawab manajer untuk mengidentifikasi pemecahan
pengganti dan untuk mengevaluasi masing-masing. Didalam mengidentifikasi
manajer dapat menggunakan sistem informasi seperti input dari orang lain dalam
organisasi maupun diluar organisasi. Bila pilihan telah ditentukan sistem
informasi dapat digunakan untuk mengevaluasi masing-masing pilihan tesebut.
Evaluasi ini harus mempertimbangkan kemungkinan adanya hambatan yang
bersifat internal maupun lingkungan, hambatan internal berupa terbatasnya

13
sumber, sedangkan hambatan lingkungan berupa tekanan dari berbagai elemen
lingkungan yang berlaku aneh atau tidak berlaku sama sekali.
Proses pemecahan masalah dijelaskan sebagai proses kompleks yang
membutuhkan banyak keterampilan untuk digunakan bersama. Unsur-unsur dari
proses ini adalah Memahami Masalah, Memilih Informasi yang Diperlukan di
antara Pilihan yang Diberikan.
Langkah-Langkah Pemecahan Masalah:
Pertimbangkan langkah-langkah yang paling sering digunakan dalam
gaya pemecahan masalah alami. Adakah kecenderungan untuk meraih unsur-
unsur emosional dari keadaan solusi, atau sebaliknya, untuk meraih komponen
analisis rasional? Pemecah masalah juga harus bertanya pada diri sendiri apakah
mereka inklusif atau eksklusif dalam proses penyelesaian masalah. Mengingat
kecenderungan manusia untuk menghindari bidang-bidang kelemahan yang
dirasakan, penting untuk mengidentifikasi aspek-aspek yang paling tidak nyaman
dari proses penyelesaian masalah dan akan membuat diri sendiri untuk
menghabiskan lebih banyak waktu dalam domain itu untuk menghilangkan
ketidak nyamanan (James, 2014).
Langkah-langkah Pemecahan Masalah Tindakan:
Dalam mengingat masalah dan solusi yang memengaruhi orang lain
secara negatif, renungkan konsekuensi negatif yang dialami dan bagaimana solusi
itu membuat orang lain merasa. Sekarang identifikasi bagaimana proses
pemecahan masalah seharusnya dilaksanakan. Identifikasi solusi dalam organisasi
yang tidak konsisten dengan nilai-nilai dan budaya organisasi dan catat nilai-nilai
yang dilanggar. Pemecah masalah dapat mengambil manfaat dengan menentukan
bagaimana solusi dapat ditangani agar lebih konsisten dengan nilai-nilai
organisasi (James, 2014).
Hambatan yang dilakukan oleh pesaing, pemasok, dan pemegang saham
dapat membatasi adanya pilihan tertentu. Bila semua elemen ini ada dan dipahami
oeh manajer maka dimungkinkan terjadinya pemecahan terhadap masalah.
Analisis bagian-bagian sistem dapat digambarkan sebagai berikut : Urutan
menggambarkan prioritas tiap elemen dalam pemecahan masalah. Misalnya,
masalah dalam elemen 4 tidak bisa dipecahkan kalau ada masalah dalam elemen
tiga.
1. Elemen 1 :
Mengevaluasi standar. Standar kinerja dinyatakan dalam bentuk rencana,
anggaran, dan kuota. Standar memiliki karakteristik tertentu : Standar harus sah
(valid). Standar harus realistis. Standar harus dimengerti oleh mereka yang
diharapkan untuk mencapai. Standar harus terukur.
2. Elemen 2 : Elemen 3 :
Membandingkan output sistem dengan standar. Mengevaluasi manajemen. Suatu
penilaian kritis bdilakukan atas manajemen sistem dan struktur organisasi. Sinyal-
sinyal adanya masalah :
a. manajer bekerja dalam jam yang sangat panjang dan
b. keputusan keputusan terbukti salah.
3. Elemen 4 : Mengevaluasi pemroses informasi.
4. Elemen 5 :
Mengevaluasi input dan sumberdaya input. Pada analisis ini konseptual sistem
tidak lagi merupakan persoalan, permasalahan ada pada sistem fisik.

14
5. Elemen 6 :
Mengevaluasi proses transformasi.
Contoh-contoh modern dalam memecahkan masalah transformasi adalah:
otomatisasi, penggunaan robot, computer aided design dan computer-aided
manufacturing (CAD/CAM) dan computer integrated manufacturing.
6. Elemen 7 :
Mengevaluasi sumber daya output. Mengidentifikasi berbagai alternatif solusi.
Manajer mengidentifikasi bermacam-macam cara untuk memecahkan
Permasalahan yang sama. Manajer jarang memecahkan masalah sendirian,
biasanya dilakukan tukar menukar pikiran (brain storming). Pendekatan formal
disebut sesi JAD (Joint Application Design), suatu rancangan aplikasi bersama
dan merupakan pendekatan sistem pendukung keputusan secara kelompok (group
decis ion s upport system) untuk memecahkan masalah.
Contoh pemecahan masalah yang tidak sanggup menangani volume aktivitas
pekerjaan yang meningkat.
(James, 2014).

2.3. langkah-langkah pendekatan sistem


Ada beberapa pengertian tentang sistem antara lain :
1. Sistem ialah satu kesatuan yang utuh diperkirakan berhubungan, serta satu sama
lain saling mempengaruhi, yang ketemunya dengan sadar dipersiapkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Azrul Azwar)
2. Suatu sistem adalah merupakan suatu penggabungan, penyatuan dari dua atau
lebih bagian-bagian, komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang
interdependen dan ditandai oleh batas-batas yang jelas dari lingkungan
suprasistemnya. (Fremont)
3. Suatu sistem adalah suatu tatanan yang terdiri dari beberapa bagian (subsistem)
yang berkaitan dan tergantung satu sama lain dalam upaya mencapai tujuan
bersama. (Loomba)
Dari ketiga pengertian sistem di atas dapat kita ambil suatu kesimpulan ada
beberapa kata kunci yang perlu kita perhatikan dalam pengertian suatu sistem
yaitu :
1. Kesatuan yang utuh/penggabungan/tatanan.
2. Terdiri dari sebagai faktor/bagian-bagian (subsistem).
3. Saling tergantung satu sama lain.
4. Dalam upaya mencapai tujuan.
Tahap-tahap dan langkah-langkah pendekatan sistem :
Tahap I : Usaha Persiapan Langkah
1. Memandang perusahaan sebagai suatu sistem.
2. Mengenali sistem lingkungan.
3. Mengidentifikasi subsistem perusahaan.
Tahap II : Usaha Definisi Langkah
1. Bergerak dari tingkat sistem ke subsistem.
2. Menganalisa bagian sistem dalam urutan tertentu.
Tahap III : Usaha Solusi Langkah
1. Mengidentifikasi solusi alternatif.
2. Mengevaluasi solusi alternatif.
3. Memilih solusi terbaik.

15
4. Menerapkan solusi terbaik.
5. Membuat tindak lanjut bahwa solusi itu efektif
Faktor-faktor Pribadi yang Mempengaruhi
Pemecahan Masalah : Tiap manajer memiliki gaya pemecahan masalah yang
unik. Gaya ini mempengaruhi keterlibatannya dalam merasakan masalah,
mengumpulkan informasi, dan menggunakan informasi. Merasakan masalah :
Ada tiga kategori dasar dalam gaya merasakan masalah (problem- sensing
style), yaitu :
1. Menghindar masalah (problem avoider),
2. mengambil sikap positif dan
3. menganggap bahwa semua baik-baik saja.
Gaya mengumpulkan informasi ada dua :
1. Gaya teratur (preceptive styles), manajer jenis ini mengikuti management
by exception dan menyaring segala sesuatu yang tidak berhubungan dengan area
minatnya.
2. Gaya menerima (receptive style), manajer jenis ini ingin melihat semuanya,
kemudian menentukan apakah informasi tersebut bernilai baginya atau
orang lain dalam organisasi. Menggunakan informasi : Manajer juga cenderung
menggunakan salah satu dari dua gaya menggunakan informasi, yaitu :
a. Gaya sistematik (systematic style). Manajer memberi perhatian khusus u ntuk
mengikuti suatu metode yang telah ditetapkan, misalnya pendekatan sistem.
b. Gaya intuitif (intuitive style).Manajer tidak lebih menyukai suatu metode
tertentu tetapi menyesuaikan pendekatan dengan situasi.
Di dalam pendekatan sistem, tiga komentar berikut perlu diperhatikan yaitu :
1) Pendekatan sistem sebenarnya hanyalah akal sehat (common sense).
2) Pendekatan sistem hanyalah satu cara memecahkan masalah.
3) Pendekatan sistem adalah metodologi sistem dasar. Suatu metodologi
adalah suatu cara yang telah ditetapkan untuk melaksanakan sesuatu.
Pengembangan Sistem
Pengembangan sistem informasi adalah kumpulan kegiatan para analis
sistem, perancang, dan pemakai yang mengembangkan dan mengimplementasikan
sistem informasi.Pengambangan sistem informasi merupakan tahapan kegiatan
yang dilakukan selama pembangunan sistem informasi. Agar sistem informasi
bekerja secara tepat, kita harus mengelola secara aktif, menyesuaikan teknologi
dengan situasi, dan menerima tanggung jawab baik untuk sukses atau
kegagalannya. Untuk dapat memilih dan mempertimbangkan hal-hal diatas perlu
beberapa dasar pokok yang bisa dipakai sebagai patokan, antara lain yaitu
pengembangan sistem. Pengembangan sistem ini terdiri dari 5 tahapan
(Sabarguna, 2003):
1. Analisis system
2. Rancangan sistem
3. Implementasi sistem
4. Pemeliharaan sistem
5. Peningkatan system
Analisis Sistem
Analisis sistem adalah proses koleksi, pengaturan dan evaluasi fakta
tentang informasi yang dibutuhkan dan lingkungan tempat sistem akan dijalankan.

16
Dalam rangka pengumpulan fakta tentang informasi dan lingkungan sistem,
diantaranya meliputi hal-hal:
a. Latar belakang informasi, meliputi asal informasi, pemakai dan beban
penggunaan.
b. Prosedur, yaitu cara atau tugas yang selama ini berjalan dan dikerjakan.
c. Aliran informasi, meliputi aliran data informasi dari satu bagian ke bagian
lain
d. Penentuan masalah, yaitu melalui langkah mulai dari penelaahan latar
belakang informasi, prosedur dan aliran informasi, maka akan dapat diketahui
masalah yang ada.
Rancangan Sistem
Rancangan sistem ini meliputi kegiatan yang bertujuan untuk menggambarkan
wujud sistem yang akan dibuat, seperti halnya apabila kita akan membangun
rumah, maka rancangan sistem ini dapat kita analogikan dengan bentuk gambar
rumah yang akan kita bangun. Untuk memperoleh rancangan yang baik,
keterlibatan pada pemakai diperlukan. Hal ini disebabkan karena tujuan utama
adalah pemanfaatannya, disamping adanya proses kreatif dari ahli teknis Dengan
kata lain, keterlibatan pemakai dari tahap analisis sampai rancangan sistem
diperlukan untuk menjaga agar system yang dirancang benar-benar sesuai denga
kebutuhan (Sabarguna, 2003).
Implementasi Sistem
Pada implementasi sistem, tahapan yang perlu diikuti antara lain:
a. pembuatan program
b. pelatihan
c. konversi file
d. uji coba sistem
e. dokumentasi
Secara umum, yang perlu diperhatikan adalah perangkat keras, perangkat lunak
dan pemakai agar bisa berjalan sesuai dengan tujuan dan diperoleh manfaat.
Pemeliharaan Sistem
Sistem yang telah terbentuk dan berjalan, harus dipelihara agar:
a. bisa terus berjalan secara mulus
b. bila ada kerusakan kecil dapat segera diketahui dan tidak menjadi besar
c. menjamin agar sistem yang ada bisa dikendalikan dari kemungkinan
kerusakan yang fatal
Manfaat pemeliharaan yang terarah sudah bisa dilihat, tetapi pelaksanaanya sering
tidak semudah itu karena kemalasan atau karena alasan penghematan biaya.
Padahal pemeliharaan merupakan dasar penghematan biaya pada sektor perbaikan
Peningkatan Sistem
Bentuk dari Sistem Informasi adalah manual atau komputerisasi. Untuk
bentuk komputerisasi ini diperlukan pengembangan sistem, dengan urutan sebagai
berikut:
a. analisis sistem, yaitu proses pengumpulan, pengorganisasian dan pengevaluasian
informasi yang membutuhkan untuk berjalannya sistem informasi.
b. pemilihan rancangan sistem, yaitu memilih rancangan sistem yang sesuai dengan
kebutuhan dan bisa dijalankan.
c. implementasi, yaitu menerapkan sistem informasi yang dibuat sesuai dengan
rancangan dan mencapai tujuan yang diharapkan (Sabarguna, 2003).

17
d. pemeliharaan, yaitu sistem dipelihara agar tidak rusak dan penyesuaiannya
diperlihatkan sesuai dengan perkembangan.
Proses pengembangan sistem informasi dapat menciptakan efisiensi dalam
manajemen sumber daya yang ada, dan perlu diperhatikan bahwa pengembangan
sistem harus memenuhi kriteria atau aturan dalam meningkatkan keunggulan
sistem dalam berkompetensi. Pengembangan sistem dari sistem yang lama ke
sistem yang baru dan terintegrasi dengan perangkat komputer akan mempermudah
dalam pengolahan data agar dapat menghasilkan informasi berbasis komputer
yang lebih berkualitas guna dalam pengambilan keputusan. Dalam pengembangan
sistem informasi terdiri dari System Analysis dimana upaya atau usaha untuk
mendapatkan gambaran bagaimana sistem lama itu bekerja dan menganalisa
masalah-masalah apa saja yang ada pada sistem yang lama, dan System
Development dimana langkah-langkah untuk mengembangan sistem informasi
yang lama ke sistem yang baru sesuai dengan cara kerja sistem dan masalah-
masalah yang telah dianalisa. Beberapa hal yang mengacu suatu sistem lama harus
dikembangkan menjadi sistem yang baru diantaranya yaitu :
1) Masalah (Problem)
Dimana kondisi yang tidak diingkan pada sistem yang lama,
diantaranya yaitu keterbatasan cara kerja sistem yang lama dapat menyebabkan
sistem tidak dapat berjalan sesuai dengan yang diinginkan. Misalnya kebutuhan
informasi yang semakin luas dan semakin bertambah akan berujung dengan
pengelohan data yang dibutuhkan semakin mengingkat, dikarenakan sistem yang
lama tidak dapat memenuhi kriteria tersebut mengakibatkan sistem yang lama
tidak efektif, maka tidak akan dihasilkan informasi yang dibutuhkan dan akan
menghambat kinerja manajemen sumber daya yang ada.
2) Kesempatan (Opportunity)
Kesempatan untuk mengembangkan sistem yang lama ke sistem
yang baru sangatlah penting terutama tentang kecepatan informasi dalam dunia
pasar. Persaingan pasar yang semakin ketat memicu untuk memasang rencana-
rencana strategis untuk meraih peluang pasar dengan berhasil. Hal ini dapat
menjadi acuan untuk suatu mengembangkan sistem lama ke sistem baru dapat
menyediakan kebutuhan informasi dengan efektif dan efisien dalam persaingan
pasar, agar  dalam proses pengambilan keputusan dapat berjalan dengan sesuai
rencana.
3) Perintah (Directive)
Suatu sistem lama bisa dikembangan ke sistem yang baru bisa
terjadi dengan adanya perintah dari seorang pimpinan atau adanya pengaruh dari
pihak luar. Adanya instruksi-instruksi yang ada, maka sistem yang lama dapat
dikembangkan sesuai dengan instruksi pimpinan, dari cara kerja sistem itu sendiri
sampai informasi yang akan dihasilkan.
4) Ancaman (Treath)
Suatu sistem informasi yang dibangun tidak menutup
kemungkinan terjadi adanya ancaman dari pihak luar. Misalnya seorang
pemimpin merasa ada pihak dalam atau luar yang mencoba untuk merusak akses
kerja perusahaan, dengan terjadinya hal tersebut bisa dilihat bahwa sistem yang
ada terancam dirusak. Hal tersebut terjadi kemungkinan kurang keakuratan sistem
itu sendiri dan banyaknya pihak yang dapat mengakses sistem. Maka sistem lama
tersebut dikembangkan ke sistem yang baru dengan adanya pengendalian akses

18
sistem. Pengendalian sistem tersebut dengan lebih mengamankan akses sistem
yang baru, dengan mengamankan Id dan Password akses  yang baru dan
mengurangi pihak yang dapat mengakses sistem baru tersebut.
Pendekatan Pengembangan Sistem
Terdapat beberapa pendekatan untuk mengembangkan sistem, yaitu:
1. Pendekatan Klasik
Pendekatan Klasik (classical approach) disebut juga dengan
Pendekatan Tradisional (traditional approach) atau Pendekatan Konvensional
(conventional approach). Metodologi Pendekatan Klasik mengembangkan
sistem dengan mengikuti tahapan-tahapan pada System Life Cycle.
Pendekatan ini menekankan bahwa pengembangan akan berhasil bila
mengikuti tahapan pada System Life Cycle.
Permasalahan-permasalahan yang dapat timbul pada Pendekatan Klasik adalah
sebagai berikut :
a. Pengembangan perangkat lunak akan menjadi sulit
Pendekatan klasik kurang memberikan alat-alat dan teknik-teknik di dalam
mengembangkan sistem dan sebagai akibatnya proses pengembangan
perangkat lunak menjadi tidak terarah dan sulit untuk dikerjakan oleh
pemrogram. Lain halnya dengan pendekatan terstruktur yang memberikan alat-
alat seperti diagram arus data (data flow diagram), kamus data (data dictionary),
tabel keputusan (decision table). Diagram IPO, bagan terstruktur
(structured chart) dan lain sebagainya yang memungkinkan Pengembangan
Sistem Informasipengembangan perangkat lunak lebih terarah berdasarkan
alat-alat dan teknik-teknik tersebut .
b. Biaya perawatan atau pemeliharaan sistem akan menjadi mahal
Mahalnya biaya perawatan pada pendekatan sistem klasik disebabkan karena
dokumentasi sistem yang dikembangkan kurang lengkap dan kurang
terstruktur. Dokumentasi ini merupakan hasil dari alat-alat dan teknik -teknik
yang digunakan. Karena pendekatan klasik kurang didukung oleh alat-alat dan
teknik-teknik, maka dokumentasi menjadi tidak lengkap dan walaupun ada
tetapi strukturnya kurang jelas, sehingga pada waktu pemeliharaan sistem
menjadi kesulitan.
c. Kemungkinan kesalahan sistem besar
Pendekatan klasik tidak menyediakan kepada analis sistem cara untuk
melakukan pengetesan sistem, sehingga kemungkinan kesalahan-kesalahan sistem
akan menjadi lebih besar.
d. Keberhasilan sistem kurang terjamin
Penekanan dari pendekatan klasik adalah kerja dari personil-personil
pengembang sistem, bukan pada pemakai sistem, padahal sekarang sudah
disadari bahwa dukungan dan pemahaman dari pemakai sistem terhadap
sistem yang sedang dikembangkan merupakan hal yang vital untuk keberhasilan
proyek pengembangan sistem pada akhirnya.
2. Pendekatan Terstruktur
Pendekatan terstruktur akan dilengkapi dengan alat-alat dan teknik-teknik
yang dibutuhkan dalam pengembangan sistem, sehingga hasil akhir dari
sistem yang dikembangkan akan didapatkan sistem yang strukturnya
didefinisikan dengan baik dan jelas. Melalui pendekatan struktur,permasalahan

19
yang kompleks dalam organisasi dapat dipecahkan dan hasil dari
produktifitas dan kualitasnya lebih baik ( bebas kesalahan ).
Keuntungan pendekatan terstruktur :
1) Mengurangi kerumitan masalah
2) Konsep mengarah pada sistem yang ideal
3) Standarisasi
4) Orientasi kemassa datang
5) Mengurangi ketergantungan pada desainer
Kekurangan:
1) SSAD berorientasi utama pada proses, sehingga mengabaikan kebutuhan non-
fungsional.
2) Sedikit sekali manajemen langsung terkait dengan SSAD.
3) Prinsip dasar SSAD merupakan pengembangan non-iterasi (waterfall)
4) Interaksi antara analisis atau pengguna tidak komprehensif, karena sistem
telah didefinisikan dari awal, sehingga tidak adaptif terhadap perubahan
(kebutuhan-kebutuhan baru).
5) Selain dengan menggunakan desain logic dan DFD, tidak cukup tool yang
digunakan untuk mengkomunikasikan dengan pengguna, sehingga sangat
sulit bagi pengguna untuk melakukan evaluasi.
3. Dari Bawah Ke Atas (Bottom-up Approach)
Pendekatan ini dimulai dari level bawah organisasi, yaitu level
operasional dimana transaksi dilakukan. Pendekatan ini dimulai dari
perumusan kebutuhan-kebutuhan untuk menangani transaksi dan naik ke
level atas dengan merumuskan kebutuhan informasi berdasarkan transaksi
tersebut. Pendekatan ini ciri-ciri dari pendekatan klasik. Pendekatan dari
bawah ke atas bila digunakan pada tahap analisis sistem disebut juga dengan
istilah data analysis, karena yang menjadi tekanan adalah data yang akan
diolah terlebih dahulu, informasi yang akan dihasilkan menyusul mengikuti
datanya.
4. Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach)
Pendekatan Dari Atas Ke Bawah (Top-down Approach) dimulai dari
level atas organisasi, yaitu level perencanaan strategi. Pendekatan ini dimulai
dengan mendefinisikan sasaran dan kebijaksanaan organisasi. Langkah
selanjutnya dari pendekatan ini adalah dilakukannya analisis kebutuhan
informasi. Setelah kebutuhan informasi ditentukan, maka proses turun ke
pemrosesan transaksi, yaitu penentuan output, input, basis data, prosedur-
prosedur operasi dan kontrol. Pendekatan ini juga merupakan ciri-ciri
pendekatan terstruktur. Pendekatan atas-turun bila digunakan pada tahap
analis sistem disebut juga dengan istilah decision analysis, karena yang
menjadi tekanan adalah informasi yang dibutuhkan untuk pengambilan
keputusan oleh manajemen terlebih dahulu, kemudian data yang perlu diolah
didefinisikan menyusul mengikuti informasi yang dibutuhkan.
5. Pendekatan Sepotong (piecemeal approach)
Pengembangan yang menekankan pada suatu kegiatan/aplikasi
tertentu tanpa memperhatikan posisinya di sistem informasi atau tidak
memperhatikan sasaran organisasi secara global (memperhatikan sasaran dari
kegiatan atau aplikasi itu saja).
6. Pendekatan Sistem (systems approach)

20
Memperhatikan sistem informasi sebagai satu kesatuan terintegrasi untuk
masing-masing kegiatan/aplikasinya dan menekankan sasaran organisasi
secara global.
7. Pendekatan Sistem menyeluruh (total-system approach)
Pendekatan pengembangan sistem serentak secara menyeluruh,
sehingga menjadi sulit untuk dikembangkan (ciri klasik).
8. Pendekatan Moduler (modular approach)
Pendekatan dengan memecah sistem komplek menjadi modul yang
sederhana, sehingga sistem lebih mudah dipahami dan dikembangkan, tepat
waktu, mudah dipelihara (ciri terstruktur)
9. Pendekatan Lompatan jauh (great loop approach)
Pendekatan yang menerapkan perubahan menyeluruh secara serentak
menggunakan teknologi canggih, sehingga mengandung resiko tinggi, terlalu
mahal, sulit dikembangkan karena terlalu komplek.
10. Pendekatan Berkembang (evolutionary approach)
Pendekatan yang menerapkan teknologi canggih hanya untuk aplikasi-
aplikasi yang memerlukan saja dan terus dikembangkan untuk periode
berikutnya mengikuti kebutuhan dan teknologi yang ada.
Unsur-unsur atau komponen dasar sistem adalah :
1. Input ialah kumpulan elemen/bagian yang terdapat dalam sistem dan yang
diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
2. Proses ialah kumpulan elemen/bagian yang berfungsi mengubah masalah menjadi
keluaran yang direncanakan.
3. Output ialah kumpulan elemen/bagian yang dihasilkan dari berlangsungnya proses
dalam sistem.
4. Feed back (balikan) ialah kumpulan elemen/bagian yang merupakan keluaran dari
sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
5. Untuk input diperlukan Recources dan output dapat diperluas menjadi impact. Di
luar komponen daerah terdapat lingkungan (ekonomi, sosial, budaya) yang
mempengaruhi sistem tetapi tidak dapat dipengaruhi oleh situasi itu sendiri, dan
para pelaksana sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan apabila ingin
berhasil dengan baik.
Ciri-ciri suatu sistem :
1. Mempunyai tujuan.
2. Mempunyai struktur.
3. Terdapat mekanisme input-proses-output yang kadang-kadang disertai feed back.
4. Merupakan satu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian-bagian yang saling
bergantung satu sama lain.
5. Mempunyai batasan dengan lingkungan (Ladjamudin, 2005)
6. Mempunyai supra sistem.
7. Ada Hierarki
8. Ada sistem yang lain yaitu subsistem. Kita mengenal beberapa macam sistem
yaitu :
a. Sistem yang statis dan tertutup contohnya arloji.
b. Sistem yang dinamis dan tertutup contohnya .
c. Sistem yang statis dan terbuka contohnya stabilisator.
d. Sistem yang dinamis dan terbuka contohnya Organisasi.
e. Sistem yang dinamis dan terbuka dalam lingkungan yang berubah.

21
Langkah Pokok Pendekatan Sistem
Pendekatan Sistem adalah upaya untuk melakukan pemecahan masalah
yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan
melakukan analisis secara sistem. Pendekatan sistem diperlukan apabila kita
menghadapi suatu masalah yang kompleks sehingga diperlukan analisa terhadap
permasalahan tadi, untuk memahami hubungan bagian dengan bagian lain dalam
masalah tersebut, serta kaitan antara masalah tersebut dengan masalah lainnya.
Keuntungan yang diperoleh apabila pendekatan sistem ini dilaksanakan antara lain
:
1. Jenis dan jumlah masukan dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan
sehingga penghamburan sumber, tata cara dan kesanggupan yang sifatnya terbatas
akan dapat dihindari.
2. Proses yang dilaksanakan dapat diarahkan untuk mencapai keluaran sehingga
dapat dihindari pelaksanaan kegiatan yang tidak diperlukan.
3. Keluaran yang dihasilkan dapat lebih optimal serta dapat diukur secara lebih cepat
dan objektif.
4. Umpan balik dapat diperoleh pada setiap tahap pelaksanaan program.
5. Jadi beebagai kemungkinan yang tersedia dapat diperhitungkan, sehingga tidak
ada yang luput dari perhatian. Sekalipun demikian bukan berarti pendekatan
sistem tidak mempunyai kelemahan, salah satu kelemahan yang penting adalah
dapat terjebak dalam perhitungan yang terlalu rinci, sehingga menyulitkan
pengambilan keputusan dan dengan demikian masalah yang dihadapi tidak akan
dapat diselesaikan. Dalam pendekatan sistem upaya pemecahan masalah secara
menyeluruh
6. dilakukan dengan analisa sistem. Ada banyak batasan tentang analisa sistem,
beberapa di antaranya:
a. Analisa sistem adalah proses untuk menentukan hubungan yang ada dan
relevansi antara beberapa komponen (subsistem) dari suatu sistem yang ada.
b. Analisa sistem adalah suatu cara kerja yang dengan mempergunakan fasilitas
yang ada, dilakukan pengumpulan pelbagai masalah yang dihadapi untuk
kemudian dicarikan pelbagai jalan keluarnya, lengkap dengan uraian,sehingga
membantu administrator dalam mengambil keputusan yang tepat untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan (Ladjamudin, 2005)
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam suatu analisa sistem yang
baik adalah :
1. Tentukan input dan output dasar dari sistem.
2. Tentukan proses yang dilakukan di tiap-tiap tahap.
3. Rancang perbaikan sistem dan lakukan pengujian dengan :
a. Fersibility : cari yang memungkinkan
b. Viability : kelangsungan
c. Cost : cari yang harganya murah/terjangkau
d. Effectiveness : dengan input yang sedikit, output besar.
4. Buat rencana kerja dan penunjukkan tenaga.
5. Implementasikan dan penilaian terhadap sistem yang baru.
Sistem adalah bagaian-bagian yang saling berkaitan yang beroperasi
bersama untuk mencapai beberapa sasaran atau maksud. Secara garis besar ada
dua kelompok pendekatan sistem, yaitu Pendekatan sistem yang lebih

22
menekankan pada elemen-elemen atau kelompoknya didefinisikan sebagai Suatu
jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul
bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelesaikan suatu aturan
tertentu. (Ladjamudin, 2005)
Langkah-langkah Sistem
1. Identify : Mengidentifikasi
masalah
2. Understand : Memahami kerja dari sistem yang ada.
3. Analyze : Menganalisis sistem.
4. Report :Membuat laporan sistem
Mengidentifikasi Masalah
Masalah merupakan suatu pertanyaan yg ingin dipecahkan. Masalah inilah yang
menyebabkan sasaran dari sistem tidak dapat dicapai. Oleh karena itu langkah
pertama yang dilakukan oleh analisis sistem adalah mengidentifikasi masalah yg
terjadi.
Identifikasi masalah meliputi:
Identifikasi penyebab masalah
Analis sistem harus mempunyai pengetahuan tentang aplikasi yg sedang
dianalisisnya. Dimulai dengan mengkaji ulang terlebih dahulu subyek-subyek
permasalahan yang telah ditemukan oleh analis sistem di tahap perencanaan
sistem. Dari permasalahan yang ada, diidentifikasi penyebab terjadinya masalah. -
IdentifikasiTitikKeputusan
1. Menunjukkan suatu kondisi yang menyebabkan sesuatu terjadi.
2. Bila telah dapat mengidentifikasi titik keputusan penyebab masalah, maka
penelitian dimulai dari titik-titik keputusan tersebut.
3. Sebagai dasar identitifikasi titik keputusan, dapat digunakan dokumen sistem
bagan alir formulir.
Identifikasi Personil-Personil Kunci
1. Personil kunci dilihat baik yang langsung maupun tidak langsung menyebabkan
terjadinya masalah (problem) (Ladjamudin, 2005)
2. Dilakukan dengan mengacu pada bagan alir dokumen serta dokumen deskripsi
jabatan.
Memahami Kerja Sistem
1. Melalui penelitian terinci (detailed survey)
2. Menggunakan teknik pengumpulan data spt: wawancara, observasi, daftar
pertanyaan, dan pengambilan sampel.
Meliputi langkah-langkah sebagai berikut :
1. Menentukan jenis penelitian
2. Merencanakah jadwal penelitian:
a. Mengatur jadwal wawancara
b. Mengatur jadwal observasi
c. Mengatur jadwal pengambilan sampel
3. Membuat penugasan penelitian
4. Membuat agenda wawancara
5. Mengumpulkan hasil penelitian.
Analisis Hasil Penelitian
Dapat diuraikan menjadi beberapaAnalisis, Yakni :
a. Analisis Kelemahan Sistem

23
b. Analisis Distribusi Pekerjaan
c. Analisis Keandalan
d. Analisis Dokumen
e. Analisis Laporan
f. AnalisisTeknologi
PENJELASAN :
1. Analisis Kelemahan Sistem Analisis masalah yg terjadi untuk dapat menemukan
jawaban apa penyebab sebenarnya masalah yg timbul.
2. Analisis Distribusi Pekerjaan
a. Distribusi pekerjaan menunjukkan beban dari masing-masing personil atau
unit organisasi menangani kegiatan yang sama.
b. Dengan mengetahui beban dari masing-masing personil, dapat ditentukan
personil mana yang masih dapat diberi tambahan beban dan personil mana
yang harus dikurangi bebannya.
3. isis Keandalan
a. AnalKeandalan menunjukkan banyaknya kesalahan yang dilakukan dlm suatu
kegiatan. Semakin andal berarti semakin sedikit kesalahan yang dilakukan.
4. AnalisisDokumen
a. Untuk mengetahui dan menganalisis dokumen yang digunakan dalam sistem
yang lama.
5. AnalisisLaporan
a. Untuk menganalisis laporan yang dihasilkan oleh sistem yang lama.
6. Analisis Teknologi
a. Untuk menganalisis teknologi yg digunakan dalam sistem yang lama .
(Ladjamudin, 2005)
Analisis kebutuhanInformasiPemakai -Agar bisa menyediakan informasisesuai
dengan yang dibutuhkan oleh pemakai.
Pelaporan Hasil Analisis
a. Setelah proses analisis selesai, tugas berikutnya dari analisis adalah
membuat laporan hasil analisis.
b. Laporan ini diserahkan kepada steering committee yang nantinya diteruskan
kepada manajemen.
c. Manajemen bersama steering committee dan pemakai sistem akan
mempelajari temuan dan analisis yang dilakukan oleh analis yg disajikan
dalam laporan ini.
Tujuan Pelaporan :
Tujuan dari pelaporan ini adalah:
a. Pelaporan bahwa analisis telah selesai dilakukan.
b. Meluruskan kesalah pengertian temuan analis tetapi tidak sesuai
menurutmanajemen.
c. Memintapendapat dan sarandari manajemen.
d. Meminta persetujuan manajemen untuk melakukan tindakan selanjutnya
(dapat berupa meneruskan ke tahap desain sistematau
menghentikanproyekbila dipandang tidak layak).
Langkah – langkah Siklus Hidup Pengembangan Sistem
Terdapat enam langkah siklus hidup pengembangan sistem yaitu :
1. Perencanaan Sistem
2. Analisis Sistem

24
3. Perancangan Sistem secara Umum/Konseptual
4. Evaluasi dan Seleksi Sistem
5. Fase Perancangan Sistem secara Detail/Fungsional
6. Implementasi Sistem dan Pemeliharaan Sistem

Pendekatan Sistem dengan Dukungan Sistem Informasi Berbasis Komputer


Pengertian Sistem
Menurut Bodnar dan Hopwood (2006:3), sistem merupakan sekumpulan
sumber daya yang saling terkait yang ingin mencapai suatu tujuan. Menurut Hall
(2009:6), sistem adalah sekelompok dari dua atau lebih subsistem yang
mempunyaii hubungan dan memiliki suatu tujuan yang sama
Pengertian Informasi
Bodnar dan Hopwood (2006:3), menyatakan informasi merupakan suatu
data yang diorganisasi yang dapat mendukung ketepatan pengambilan keputusan.
Menurut Mulyadi (2001:43), informasi adalah olahan data ke dalam bentuk yang
dapat memberikan arti bagi penerima dan dapat dijadikan sebagai dasar
pengambilan keputusan saat ini atau mendatang (Philip,2011).
Pengertian Sistem Informasi
Bodnar dan Hopwood (2006:6), mengatakan sistem informasi
menyiratkan penggunaan teknologi dengan komputer dalam organisasi atau
perusahaan yang dapat menyediakan informasi bagi pihak-pihak yang
membutuhkan dan pengguna.
Pengertian Sistem Informasi Berbasis Komputer
Supriyanto Aji (2005:4), sistem komputer merupakan kumpulan elemen
komputer yaitu software, brainware, dan hardware yang berhubungan satu dengan
lainnya serta saling terintegrasi yang mempuyai tujuan untuk menghasilkan
informasi sesuai dengan kebutuhan ( Alanmital, 2014).
Pengembangan sistem informasi yang semakin canggih untuk
implementasi dalam organisasi layanan manusia telah dikejar dengan antusiasme
yang cukup besar oleh pemerintah yang tertarik untuk berinvestasi dalam
teknologi (Parton, 2008; Parton & Munro, 2007). Sementara secara luas diakui
bahwa IS memiliki potensi untuk mengubah organisasi dengan mempengaruhi,
pada setiap tingkatan, sifat praktik kerja pengguna SI, dan mengembangkan
pemahaman umum tentang bagaimana SI dapat membantu organisasi layanan
manusia untuk mencapai tujuan (Philip,2011).
Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based
Hospital Information System) memang sangat diperlukan untuk sebuah rumah
sakit dalam era globalisasi, namun untuk membangun sistem informasi yang
terpadu memerlukan tenaga dan biaya yang cukup besar. Kebutuhan akan tenaga
dan biaya yang besar tidak hanya dalam pengembangannya, namun juga dalam
pemeliharaan SIRS maupun dalam melakukan migrasi dari sistem yang lama pada
sistem yang baru. Selama manajemen rumah sakit belum menganggap bahwa
informasi adalah merupakan aset dari rumah sakit. tersebut, maka kebutuhan
biaya dan tenaga tersebut diatas dirasakan sebagai beban yang berat, bukan
sebagai konsekuensi dari adanya kebutuhan akan informasi. Kalau informasi telah
menjadi aset rumah sakit, maka beban biaya untuk pengembangan,
Pemeliharaan maupun migrasi SIRS sudah selayaknya masuk dalam
kalkulasi biaya layanan kesehatan yang dapat diberikan oleh rumah sakit itu. Perlu

25
disadari sepenuhnya, bahwa penggunaan teknologi informasi dapat menyebabkan
ketergantungan, dalam arti sekali mengimplementasikan dan mengoperasionalkan
SIRS, maka rumah sakit tersebut selamanya terpaksa harus menggunakan
teknologi informasi. Hal ini disebabkan karena perubahan dari sistem yang
terotomasi menjadi sistem manual merupakan kejadian yang sangat tidak
menguntungkan bagi rumah sakit tersebut. Perangkat lunak SIRS siap pakai yang
tersedia di pasaran pada saat ini sebagian besar adalah perangkat lunak SIRS yang
hanya mengelola sebagian sistem atau beberapa subsistem dari SIRS. Untuk dapat
memilih perangkat lunak SIRS siap pakai dan perangkat keras yang akan
digunakan, maka rumah sakit tersebut harus sudah memiliki rancang bangun
(desain) SIRS yang sesuai dengan kondisi dan situasi rumah.
Tujuan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Melalui hasil pengembangan
sistem informasi diatas, maka diharapkan dapat menghasilkan hal-hal sebagai
berikut:
1. Perangkat lunak tersebut dikembangkan sesuai dengan sesuai dengan standar
yang ditentukan oleh pemerintah daerah.
2. Dengan menggunakan open system tersebut diharapkan jaringan akan bersifat
interoperable dengan jaringan lain.
3. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mensosialisasikan dan
mendorong pengembangan dan penggunaan Local Area Network di dalam
kluster unit pelayanan kesehatan baik pemerintah dan swasta sebagai
4. komponen sistem di masa depan.
5. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan
kemampuan dalam teknologi informasi video, suara, dan data nirkabel
universal di dalam Wide Area Network yang efektif, homogen dan efisien
sebagai bagian dari jaringan sistem informasi pemerintah daerah.
6. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan,
mengembangkan dan memelihara pusat penyimpanan data dan informasi
yang menyimpan direktori materi teknologi informasi yang komprehensif.
7. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan secara proaktif mencari,
menanalisis, memahami, menyebarluaskan dan mempertukarkan secara
elektronis data/informasi bagi seluruh stakeholders
8. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan memanfaatkan website dan
access point lain agar data kesehatan dan kedokteran dapat dimanfaatkan
secara luas dan bertanggung jawab dan dalam rangka memperbaiki pelayanan
kesehatan sehingga kepuasan pengguna dapat dicapai sebaik-baiknya
9. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan merencanakan
pengembangan manajemen SDM sistem informasi mulai dari rekrutmen,
penempatan, pendidikan dan pelatihan, penilaian pekerjaan, penggajian dan
pengembangan karir.
10. Sistem informasi kesehatan terintegrasi ini akan mengembangkan unit
organisasi pengembangan dan pencarian dana bersumber masyarakat yang
berkaitan dengan pemanfaatan dan penggunaan data/informasi kesehatan dan
kedokteran.
11. Dapat digunakan untuk mengubah tujuan, kegiatan, produk, pelayanan
organisasi, untuk mendukung agar organisasi dapat meraih keunggulan
kompetitif.
12. Mengarah pada peluang-peluang strategis yang dapat ditemukan.

26
Perkembangan teknologi komputer sekarang ini dengan kecepatan
prosesnya telah memungkinkan pengembangan sistem informasi berbasis
komputer. Dunia teknologi dan ilmu pengetahuan pada saat ini berkembang pesat,
mengakibatkan banyak perubahan yang terjadi dalam kehidupan manusia. Dengan
adanya perkembangan teknologi ini setiap pekerjaan akan dapat direalisasikan
secara lebih efisien dan efektif. Sebelum adanya komputer, dalam menjalankan
aktifitas terasa begitu lamban dan membutuhkan banyak waktu. Dengan adanya
teknologi komputer, dapat mempercepat segala aktivitas yang akan dilakukan
dengan waktu yang lebih singkat. Khususnya di dalam bidang sistem pengolahan
data agar menjadi sebuah informasi yang tepat dan akurat.
Menurut kertahadi (1995) dalam buku Hanif Al Fatta, Analisis &
Perancangan Sistem Informasi, 2007 mendefenisikan sistem informasi sebagai
suatu alat untuk menyajikan sistem informasi dengan cara sedemikian rupa
sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuannya adalah untuk menyajikan
informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan, pemrakarsaan,
pengorganisasian. Peran sistem informasi terhadap kemajuan organisasi sudah
tidak diragukan lain. Dengan dukungan sistem informasi yang baik maka sebuah
perusahaan akan memiliki berbagai keunggulan kompetitif sehingga mampu
bersaing dengan perusahaan lain. Persaingan bisnis dalam era informasi telah
mencapai tahapan kompetisi yang sangat ketat, dimana sistem pengelolaan bisnis
secara konvesional tidak lagi memadai. Oleh karena itu teknologi informasi
berperan sebagai alat bantu untuk memudahkan pengelolaan suatu sumber daya
yang dimiliki oleh suatu organisasi.
Sistem adalah suatu kesatuan usaha yang terdiri dari bagian – bagian yang
berkaitan satu sama lain yang berusaha mencapai suatu tujuan dalam suatu
lingkungan kompleks. Menurut Robert A. Laitch dan K. Roscoe Bavis sebagai
berikut: “ sistem informasi dalam suatu organisasi yang mempertemukan
kebutuhan pengolahan transaksi harian, mendukung operasi, bersifat manajerial
dan kegiatan strategi dari suatu organisasi dan menyediakan pihak luar tertentu
dengan laporan – laporan yang diperlukan.

Basis Data

Gambar 4. Data Base Access Example


Basis data merupakan komponen terpenting dalam pembangunan SI,
karena menjadi tempat untuk menampung dan mengorganisasikan seluruh data
yang ada dalam sistem, sehingga dapat dieksplorasi untuk menyusun informasi-
informasi dalam berbagai bentuk. Basis data merupakan himpunan kelompok data

27
yang saling berkaitan. Basisdata, menurut Stephens dan Plew (2000), adalah
mekanisme yang digunakan untuk menyimpan informasi atau data. Informasi
adalah sesuatu yang kita gunakan sehari-hari untuk berbagai alasan. Dengan
basisdata, pengguna dapat menyimpan data secara terorganisasi. Setelah data
disimpan, informasi harus mudah diambil. Kriteria dapat digunakan untuk
mengambil informasi. Cara data disimpan dalam basisdata menentukan seberapa
mudah mencari informasi berdasarkan banyak kriteria. Data pun harus mudah
ditambahkan ke dalam basisdata, dimodifikasi, dan dihapus.
HTML Hypertext Markup Language (HTML)

Gambar 5. HTML

sebuah bahasa markah yang digunakan untuk membuat sebuah halaman


web, menampilkan berbagai informasi di dalam sebuah penjelajah web internet
dan pemformatan hiperteks sederhana yang ditulis dalam berkas format ASCII
agar dapat menghasilkan tampilan wujud yang terintegerasi. Dengan kata lain,
berkas yang dibuat dalam perangkat lunak pengolah kata dan disimpan dalam
format ASCII normal sehingga menjadi halaman web dengan perintah-perintah
HTML.
PHP

28
Gambar 6. Hypertext Preprocessor (PHP)
PHP atau kependekan dari Hypertext Preprocessor adalah salah satu
bahasa pemrograman open source yang sangat cocok atau dikhususkan untuk
pengembangan Web dan dapat di tanamkan pada sebuah skrip HTML. Bahasa
PHP dapat dikatakan menggambarkan beberapa bahasa pemrograman seperti C,
Java, dan Perl serta mudah untuk dipelajari. (A.M. Hirin &Virgi. 2011) PHP
diciptakan untuk mempermudah pengembang web dalam menulis halaman web
dinamis dengan cepat, bahkan lebih dari itu kita dapat mengeksplorasi hal-hal
yang luar biasa dengan PHP. Sehingga dengan demikian PHP sangat cocok untuk
para pemula, menengah maupun expert sekalipun.
MySql

29
Gambar 7. My Structured Query Language (MySQL)
MySQL adalah sebuah perangkat lunak sistem manajemen basis data SQL
(bahasa inggris: database management system) atau DBMS yang multithread,
multiuser, dengan sekitar 6 juta instalasi di seluruh dunia. MySQL AB membuat
MySQL tersedia sebagai perangkat lunak gratis dibawah lisensi GNU General
Public License (GPL), tetapi mereka juga menjual dibawah lisensi komersial
untuk kasus – kasus dimana penggunaannya tidak cocok dengan penggunaan
GPL. MySQL adalah sebuah implementasi dari sistem manajemen basis data
relasional (RDBMS) yang didistribusikan secara gratis dibawah lisensi GPL
(General Public License). Setiap pengguna dapat secara bebas menggunakan
MySQL, namun dengan batasan perangkat lunak tersebut tidak boleh dijadikan
produk turunan yang bersifat komersial. MySQL sebenarnya merupakan turunan
salah satu konsep utama dalam basis data yang telah ada sebelumnya, SQL
(Structured Query Language). SQL adalah sebuah konsep pengoperasian basis
data, terutama untuk pemilihan atau seleksi dan pemasukkan data, yang
memungkinkan pengoperasian data dikerjakan dengan mudah secara otomatis
CSS

30
Gambar 8. Cascading Style Sheet (CSS)
Cascading Style Sheet (CSS) merupakan aturan untuk mengendalikan
beberapa komponen dalam sebuah web sehingga akan lebih terstruktur dan
seragam. CSS bukan merupakan bahasa pemograman. Pada umumnya CSS
dipakai untuk memformat tampilan halaman web yang dibuat dengan bahasa
HTML dan XHTML. Menurut BPTIK (Badan Pengembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi) Cascading Style Sheet atau CSS adalah sebuah
pemrogaman atau boleh dibilang script yang mengendalikan beberapa komponen
(tag html) dalam sebuah website sehingga tampilan akan menjadi lebih terstruktur
dan seragam.
Gantt Chart

Gambar 9. Gantt Chart


Menurut Henry Laurence Gantt, gantt Chart merupakan gambaran dari
macam-macam bagan yang mempunyai fungsi untuk menentukan durasi
pekerjaan terhadap perkembangan waktu, perencanaan dan penjadwalan proyek
pekerjaan, pemantauan kemajuan proyek pekerjaan. Gantt Chart merupakan alat

31
bantu visual yang sangat berguna dalam pembebanan dan penjadwalan. Pada saat
digunakan dalam pembebanan diagram gantt menunjukan waktu pembebanan dan
waktu menganggur dari beberapa departemen seperti mesin-mesin atau fasilitas.
Diagram ini menampilkan beban kerja relatif di dalam sistem sehingga para
menajer bisa tahu penyesuaian seperti apa yang tepat. Menurut Baker (1974)
tujuan penjadwalan adalah meningkatkan produktifitas mesin yaitu dengan
mengurangi waku mesin menganggur, mengurangi persediaan barang-barang
setengah jadi dengan jalan mengurangi jumlah rata-rata pekerjaan yang menunggu
antrian suatu mesin karena mesin tersebut sibuk, mengurangi keterlambatan
karena telah melampaui batas waktu dengan cara mengurangi maksimum
keterlambatan mengurangi jumlah pekerjaan yang terlambat
Use Case

Gambar 10. Use Case


Use case adalah rangkaian/uraian sekelompok yang saling terkait dan
membentuk sistem secara teratur yang dilakukan atau diawasi oleh sebuah aktor.
Use case digunakan untuk membentuk tingkah-laku benda/ things dalam sebuah
model serta di realisasikan oleh sebuah collaboration. Umumnya use case
digambarkan dengan sebuah elips dengan garis yang solid, biasanya mengandung
nama. Use case gambar 1 menggambarkan proses system (kebutuhan system dari
sudut pandang user)
Model Proses Waterfall

32
Gambar 11. Model Proses Waterfall
Salah satu metode perancangan menurut Pressman (1997) yang dapat
digunakan adalah Metode Waterfall. Nama model ini sebenarnya adalah “Linear
Sequential Model”. Model ini sering disebut dengan “classic life cycle” atau
model waterfall. Model ini adalah model yang muncul pertama kali yaitu sekitar
tahun 1970 sehingga sering dianggap kuno, tetapi merupakan model yang paling
banyak dipakai didalam Software Engineering (SE). Model ini melakukan
pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu
menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing / verification, dan maintenance.
Disebut dengan waterfall karena tahap demi tahap yang dilalui harus menunggu
selesainya tahap sebelumnya dan berjalan berurutan.
Kekurangan
1. Sifatnya kaku, sehingga susah melakukan perubahan di tengah proses.
2. Jika terdapat kekuarangan proses atau prosedur dari tahan sebelumnya, maka
tahapan pengembangan harus dilakukan mulai dari awal. Hal ini akan
memakan waktu yang cukup lama. Karena jika proses sebelumnya belum
selesai sampai akhir, maka proses selanjutnya juga tidak dapat berjalan.
Maka, jika terdapat kekuarangan dalam permintaan user, proses
pengembangan harus dimulai dari awal.
3. Membutuhkan daftar kebutuhan yang lengkap di awal, tapi jarang konsumen
bisa memberikan kebutuhan secara lengkap diawal.
4. Untuk menghindari pengulangan tahap dari awal, user harus memberikan
seluruhh prosedur, data dan laporan yang diinginkan mulai dari tahap awal
pengembangan. Tetapi di banyak kondisi, user sering melakukan permintaan
si tahap pertengahan pengembangan sistem.
5. Dengan metode ini, maka development harus dilakukan mulai dari tahap
awal. Karena development disesuaikan dengan design hassil user pada saat
tahap awal pengembangan.
Activity Diagram

33
Gambar 12. Activity Diagram
Menurut Sri Dharwiyanti dan Romi Satria Wahono activity diagrams
menggambarkan berbagai alir aktivitas dalam sistem yang sedang dirancang,
bagaimana masing-masing alir berawal, decision yang mungkin terjadi, dan
bagaimana mereka berakhir. Contoh gambar activity diagram dapat dilihat pada
gambar 3. Activity diagram juga dapat menggambarkan proses paralel yang
mungkin terjadi pada beberapa eksekusi. Activity diagram merupakan state
diagram khusus, di mana sebagian besar state adalah action dan sebagian besar
transisi di-trigger oleh selesainya state sebelumnya (internal processing). Oleh
karena itu activity diagram tidak menggambarkan behaviour internal sebuah
sistem (dan interaksi antar subsistem) secara eksak, tetapi lebih menggambarkan
proses-proses dan jalur-jalur aktivitas dari level atas secara umum. Sebuah
aktivitas dapat direalisasikan oleh satu use case atau lebih. Aktivitas
menggambarkan proses yang berjalan, sementara use case menggambarkan
bagaimana aktor menggunakan sistem untuk melakukan aktivita (Oktavian, 2015).

Langkah Pemecahan Masalah dengan Metode System Life Cycle


Pengertian SDLC
Beberapa pengertian Sistem Informasi Manajemen menurut para ahli :
Menurut Barry E.Cushing, SIM adalah :
Suatu sistem informasi manajemen adalah Kumpulan dari manusia dan
sumber daya modal di dalam suatu organisasi yang bertanggung jawab
mengumpulkan dan mengolah data untuk mengahasilkan informasi yang berguna
untuk semua tingkatan manajemen di dalam kegiatan perencanaan dan
pengendalian
Menurut Frederick H.Wu SIM adalah :
Sistem Informasi Manajemen adalah kumpulan-kumpulan dari sistem-sistem
yang menyediakan informasi untuk mendukung manajemen

34
Menurut L. James Havery , SIM adalah:
prosedur logis dan rasional untuk merancang suatu rangkaian komponen
yang berhubungan satu dengan yang lainnya dengan maksud untuk berfungsi
sebagai suatu kesatuan dalam usaha mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan.
Metode SDLC adalah metode yang menggunakan pendekatan sistem yang
disebut pendekatan air terjun ( waterfall approach ) dimana setiap tahapan sistem
akan dikerjakan secara berurut menurun dari perencanaan, analisa, desain,
implementasi, dan perawatan
Siklus hidup pengembangan sistem (System Development Life Cycle /
SDLC)merupakan suatu bentuk yang digunakanuntuk menggambarkan tahapan
utama dan langkah-langkah di dalam tahapan tersebutuntuk
prosespengembangannya. Siklus hidup pengembangan sistem, merupakan proses
evolusioneryang diikuti dalam menerapkan sistem atau subsistem informal
berbasis komputer. SDLC dilakukan dengan pendekatan sistem secarateratur dan
dilakukan secara top-down, oleh karenanya sering disebutpendekatan air terjun
(waterfall approach)bagi pengembangan danpenggunaan sistem.
Tahap-tahap siklus hidup sistem, empat yang pertama dinamakan siklus
hidup pengembangan sistem (system developmentlife cycle-SDLC). Tahap kelima,
tahap penggunaannya yangberlangsung sampai waktunya untuk merancang sistem
itu kembali.Siklus hidup sistem yang pertama dikelola oleh manajer unitjasa
informasi, dibantu oleh manajer dari analis sistem, pemrograman,dan operasional.
Kecenderungan sekarang ditangani oleh tingkat yang lebihtinggi dan lebih rendah.
Saat sistem memiliki nilai strategis atau mempengaruhi seluruhorganisasi,
direktur utamaatau komite eksekutifmungkinmemutuskan untuk mengawasi
proyek pengembangannya. Ketika lingkupsistem menyempit dan fokusnya lebih
operasional, kemungkinan besardipegang oleh yang lebih rendah seperti wakil
direktur utama, direktur bagian administrasi dan CIO.Banyak perusahaan
membuat suatu komite khusus. Jikatujuannya memberi petunjuk, pengarahan dan
pengendalian yangberkesinambungan, komite ini disebut komite pengarah.
Komitepengarah yang mengarahkan penggunaan sumberdaya
komputerperusahaan disebut komite pengarah SIM. Anggota tetap komite
pengarah SIM melibatkan eksekutif tingkat tinggi. Sedangkan anggotasementara
meliputi manajer yang lebih rendah dan para konsultanselama keahliannya
dibutuhkan.
Tugas dan fungsi utama komite pengarah SIM:
1. Menetapkan kebijakan, yang memastikan dukungan komputeruntuk mencapai
tujuan strategis perusahaan;
2. Menjadi pengendali keuangan, dengan bertindak sebagai badanyang
berwenang memberi persetujuan bagi semua permintaan danayang
berhubungan dengan komputer;
3. Menyelesaikan pertentangan, yang timbul sehubungan dengan prioritas
penggunaan komputer.
Dengan memusatkan manajemen siklus hidup sistem dalamkomite
pengarah, diperoleh dua keuntungan, yaitu semakin besar kemungkinan
penggunaan komputer untukmendukung aspek manajerial dan operasional
perusahaan serta semakin besar kemungkinan proyek-proyek berbasis komputer
mempunyai perencanaan dan pengendalian yang lebih baik.

35
Kebijakan untuk mengembangkan sistem informasi dilakukan oleh
manajemenpuncak karena manajemen menginginkan untuk meraih kesempatan-
kesempatanyang ada yang tidak dapat diraih oleh sistem yang lama atau sistem
yang lamamempunyai banyak kelemahan-kelemahan yang perlu diperbaiki
(misalnya untukmeningkatkan efektifitas manajemen, meningkatkan produktivitas
ataumeningkatkan pelayanan yang lebih baik kepada langganan).
Partisipasi dan keterlibatan manajemen puncak masih diharapkan
untukkeberhasilan sistem yang akan dikembangkan. Untuk itu manajemen
puncakdilengkapi dengan suatu tim penasehat yang disebut dengan komite
pengarah(steering commitee) yang umumnya dibentuk dari wakil-wakil pimpinan
darimasing-masing departemen pemakai sistem seperti misalnya manajer-
manajerdepartemen atau manajer-manajer divisi. Seringkali komite ini diketuai
sendiri olehdirektur utama.
Tahapan dalam SDLC
Setiap pengembang mempunyai strategi yang berlainan, namun demikian,
pada dasarnya siklus hidup pengembangan sistem informasi terdapat 5 (lima)
tahapan, yaitu :
1. Perencanaan Sistem ( Systems Planning);
2. Analisis Sistem (System Analysis);
3. Perancangan Sistem (System Design);
4. Implementasi Sistem (System Implementation);
5. Penggunaan sistem (System Utilization )
Tahap Perencanaan Sistem
Perencanaan sistem merupakan tahap paling awal yang memberikan
pedomandalam melakukan langkah selanjutnya. Perencanaan sistem menyangkut
estimasi dari kebutuhan-kebutuhan fisik, tenaga kerjadan dana yang dibutuhkan
untuk mendukung pengembangan sistem ini serta untukmendukung operasinya
setelah diterapkan. Perencanaan sistem dapat terdiri : perencanaan jangka pendek
meliputi periode 1 s.d. 2 tahun dan perencanaan jangka panjang meliputi periode
sampai dengan 5 tahun. Perencanaan sistem biasanya ditangani oleh staf
perencanaan sistem, bila tidak adadapat juga dilakukan oleh departemen sistem.
Proses Perencanaan Sistem dapat dikelompokkan dalam 3 proses utama yaitu :
a. Merencanakan proyek-proyek sistem yang dilakukan oleh staf perencana
sistem
b. Menentukan proyek-proyek sistem yang akan dikembangkan dan dilakukan
oleh
a. komite pengarah.
c. Mendefinisikan proyek-proyek sistem dikembangkan dan dilakukan oleh
analissistem.
Adapun langkah-langkah dalam tahap perencanaan sistem ini dapat tahap-
tahapnya meliputi :
1. Menyadari Masalah: kebutuhan adanya proyek Sistem informasi berbasis
komputer biasanyadirasakan oleh manajer perusahaan, non manajer dan unsur-
unsurdalam lingkungan perusahaan.
2. Mendefinisikan masalah: setelah sadar akan adanya masalah,manajer harus
memahaminya dengan baik agar dapat mengatasinya.
3. Menentukan tujuan sistem: manajer dan analis sistemmengembangkan suatu
daftar tujuan sistem yang harus dipenuhi olesistem untuk memuaskan pemakai.

36
4. Mengidentifikasi kendala-kendala sistem: kendala-kendala inipenting untuk
diidentifikasi sebelum sistem benar-benar mulaidikerjakan.
5. Membuat studi kelayakan: studi kelayakan adalah suatu tinjauansekilas pada
faktor-faktor utama yang akan mempengaruhikemampuan sistem untuk mencapai
tujuan-tujuan yang diinginkan.Kriteria kelayakan dalam hal ini meliputi kelayakan
:
a. Teknis: tersediakah perangkat keras dan perangkat lunak
untukmelaksanakan pemrosesan yang diperlukan?
b. Pengembalian ekonomis: dapatkah sistem yang diajukan dinilai secara
keuangan dengan membandingkan kegunaan dan biayanya?
c. Pengembalian non ekonomis: dapatkah sistem yang diajukandinilai
berdasarkan keuntungan-keuntungan yang tidak dapatdiukur dengan uang?
d. Hukum dan etika: akankah sistem yang diajukan beroperasidalam batasan
hukum dan etika?
e. Operasional: akankah rancangan sistem seperti itu akan didukunoleh orang-
orang yang menggunakannya?
f. Jadwal: mungkinkah menerapkan sistem dalam kendala waktuyang
ditetapkan?
6. Mempersiapkan usulan penelitian sistem: jika sistem dan proyeklayak, diperlukan
penelitian sistem yang menyeluruh. Penelitian siste (system study) akan
memberikan dasar yang terinci untuk rancangansistem baru. Analis akan
menyiapkan usulan penelitian sistem yan memberikan dasar bagi manajer untuk
menentukan perlu tidaknyapengeluaran untuk analis.
7. Menyetujui atau menolak penelitian proyek: manajer dan komite pengarah
menimbang pro dan kontra dari proyek dan rancangansistem yang diusulkan, serta
menentukan apakah perlu diteruskanatau tidak.
8. Menetapkan mekanisme pengendalian: sebelum proyek dimulaiperlu ditetapkan
mekanisme pengendaliannya. Jumlah waktu yangdiperlukan dinyatakan dalam
orang-bulan. Setelah proyek jalan perludimonitor. Berbagai teknik dokumentasi
yang dapat digunakan antaralain: tabel, grafik, diagram jaringan (network
diagram: PERT dan CPM).
Tahap Analisis Sistem
Analisis Sistem dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem
informasi yang utuh ke dalam bagian-bagiankomponennya dengan maksud untuk
mengidentifikasikan dan mengevaluasipermasalahan-permasalahan, kesempatan-
kesempatan, hambatan-hambatan yangterjadi dan kebutuhan-kebutuhan yang
diharapkan sehingga dapat diusulkanperbaikan-perbaikan. Tahap analisis
merupakan tahap yang kritis dan sangat penting, karena kesalahan didalam tahap
ini akan menyebabkan juga kesalahan di tahap selanjutnya
Langkah-langkah di dalam tahap analisis sistem hampir sama dengan langkah-
langkahyang dilakukan dalam mendefinisikan proyek-proyeksistem yang akan
dikembangkan ditahap perencanaan sistem. Perbedaannya pada analisis sistem
ruang lingkup tugasnyalebih terinci.Didalam tahap analisis sistem terdapat
langkah-langkah dasar yang harusdilakukan oleh Analis Sistem Yaitu :
1. Identify, yaitu mengidentifikasikan masalah, mengindentifikasikan penyebab
masalah; mengidentifikasikan titik keputusan; mengidentifikasikan personil-
personil kunci.

37
2. Understand,yaitu memahami kerja dari sistem yang ada, menentukan jenis
penelitian; merencanakan jadual penelitian; Mengatur jadual wawancara;
Mengatur jadual observasi; Mengatur jadual pengambilan sampel; Membuat
penugasan penelitian; Membuat agenda wawancara; Mengumpulkan hasil
penelitian
3. Analyze, Yaitu Menganalis Sistem, Menganalisis kelemahan Sistem; Menganalisis
kebutuhan Informasi pemakai / manajemen.
4. Report,Yaitu membuat laporan hasil analisis yang tujuannya :Memberi laporan
bahwa analisis telah selesai dilakukan; Meluruskan kesalah-pengertian mengenai
apa yangtelah ditemukan dan dianalisisoleh analis sistem tetapi tidak sesuai
menurut manajemen; Meminta pendapat-pendapat dan saran-saran dari pihak
manajemen; Meminta persetujuan kepada pihak manajemen untuk melakukan
tindakan selanjutnya.
Adapun Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis sistem ini tahap-tahapnya
meliputi :
1. Mengumumkan Penelitian Sistem: untuk mengurangi kekuatiranakan adanya
aplikasi komputer baru, kiranya perlu dikomunikasikandengan cara : alasan
perusahaan melaksanakan proyek; dan bagaimana sistem baru menguntungkan
perusahaan dan para karyawan.
2. Mengorganisasikan tim proyek: sebaiknya pemimpin proyek adalahspesialis
informasi, jangan pemakai.
3. Mendefinisikan kebutuhan pemakai: pengumpulan informasikebutuhan pemakai
dapat dilakukan dengan: wawancara perorangan,pengamatan, pencarian catatan
dan survei. Wawancara lebih disukai,karena:
a. adanya komunikasi dua arah dan pengamatan terhadapbahasa tubuh;
b. meningkatkan antusiasme pada proyek baik daripihak spesialis, maupun
pemakai;
c. dapat menjalinkepercayaanantara pemakai dan spesialis informasi;
d. memberi kesempatan bagipeserta proyek kalau ada perbedaan pandangan.
Dokumentasinya dapat berupa flowchart, diagram arus data (data flow
diagram), dan grafik serta penjelasan naratif dari proses dan data. Semua
dokumentasi ini yang menjelaskan sistem ini disebut kamus proyek.
4. Mendefinisikan kriteria kinerja sistem: setelah kebutuhan informasididefinisikan,
langkah selanjutnya adalah menspesifikasikan secaratepat kriteria kinerja sistem.
Contoh, manajer pemasaranmenetapkan kriteria laporan biaya bulanan sbb:
(Andharsaputri, L Resti, 2017).
a. laporan disiapkandalam kertas dan tampilan;
b. laporan disediakan tidak lebih dari tiga hari setelah akhir bulan;
c. laporan harus membandingkanpendapatan dan biaya aktual dengan
anggaran.
5. Menyiapkan usulan rancangan: analis sistem memberikankesempatan bagi
manajer untuk membuat keputusanteruskan/hentikan untuk kedua kalinya.
Manajer harus menyetujuitahap rancangan dan dukungan bagi keputusan itu
termasuk usulanrancangan.
6. Menyetujui atau menolak rancangan proyek: manajer dan komitepengarah SIM
mengevaluasi usulan rancangan dan menentukanapakah disetujui atau tidak.

38
Tahap Perancangan Sistem
Setelah tahap analisis sistem selesai dilakukan, maka analis sistem
telahmendapatkan gambaran dengan jelas apa yang harus dikerjakan. Tiba
waktunyasekarang bagi analis sistem untuk memikirkan bagaimana membentuk
sistem tersebut.Tahap ini disebut dengan perancangan sistem (system
design ).Tahap perancangan sistem ini mempunyai tujuan utama yaitu untuk
memenuhi kebutuhan kepada pemakai sistem; untuk memberikan gambaran yang
jelas dan rancang bangun yang lengkap kepadapemrogram komputer dan ahli-ahli
teknik lainnya yang terlibat. Tahap perancangan sistem merupakan tahap
penentuan proses dan data yangdiperlukan oleh sistem baru. Untuk sistem
berbasis komputer biasanyadalam rancangan ada spesifikasi jenis peralatan yang
akan digunakan.
Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis sistem ini tahap-tahapnya
meliputi :
1. Menyiapkan rancangan sistem yang terinci: analis bekerja samadengan pemakai
dan mendokumentasikan rancangan sistem barudengan alat-alat yang telah
dijelaskan dalam modul teknis.Penggambaran dilakukan dari yang besar dan
secara bertahap secararinci dengan pendekatan top-down dan ini biasanya
dilakukan untukrancangan terstruktur (structured design).
2. Mengidentifikasikan berbagai alternatif konfigurasi sistem: analisharus
mengidentifikasikan konfigurasi (bukan merek atau model)peralatan komputer
yang akan memberikan hasil terbaik bagi sistemuntuk menyelesaikan pemrosesan.
3. Mengevaluasi berbagai alternatif konfigurasi sistem: analis bekerjabersama
manajer mengevaluasi berbagai alternatif dan dipilih yangpaling memungkinkan
subsistem memenuhi kriteria kinerja, dengankendala-kendala yang ada.
4. Memilih konfigurasi yang terbaik: analis mengevaluasi semuakonfigurasi
subsistem dengan menyesuaikan kombinasi peralatansehingga semua subsistem
menjadi satu konfigurasi tunggal. Setelahdianalisis kemudian direkomendasikan
kepada manajer untukdisetujui. Persetujuan dilakukan oleh Komite pengarah SIM.
5. Menyetujui usulan penerapan: analisis menyiapkan usulan penerapan yang
mengikhtisarkan tugas-tugas penerapan yang harusdilakukan, keuntungan yang
diharapkan dan biayanya.
6. Menyetujui atau menolak penerapan sistem: jika keuntungan darisistem melebihi
biayanya, penerapan akan disetujui.
Tahap Implementasi Sistem
Setelah dianalisis dan dirancang secara rinci dan teknologi telah diseleksi
dandipilih. Tiba saatnya , sistem untuk diimplementasikan. Tahap implementasi
systemmerupakan tahap meletakkan sistem supaya siap untuk dioperasikan. Tahap
initermasuk juga kegiatan menulis kode program jika tidak digunakan paket
perangkatlunak aplikasi.Implementasi sistem merupakan kegiatan untuk
memperoleh dan mengintegrasikansumberdaya fisik dan konseptual yang
menghasilkan suatu sistem yangbekerja.
Adapun langkah-langkah dalam tahap analisis sistem ini dapat dilihat pada tahap-
tahapnya meliputi :
1. Merencanakan penerapan: sebelum sistem baru digunakan, manajerdan spesialis
informasi memahami dengan baik pekerjaan yangdiperlukan untuk menerapkan
rancangan sistem.

39
2. Mengumumkan penerapan: proyek penerapan diumumkan kepadapara pegawai
dengan cara yang sama seperti penelitian sistem.Tujuannya untuk
menginformasikan pegawai mengenai keputusanuntuk menerapkan sistem baru
dan meminta kerjasama pegawai.
3. Mendapatkan sumberdaya perangkat keras: rancangan sistem disediakan bagi para
pemasok berbagai jenis peralatan komputer yang terdapat pada konfigurasi yang
disetujui. Setiap pemasok diberikanrequest for proposal (RFP).
4. Mendapatkan sumberdaya perangkat lunak: dapat membuat sendiri oleh
programmer dari dokumen yang disiapkan analis sistem ataumenggunakan
perangkat lunak aplikasi jadi (prewritten applicationsoftware).
5. Menyiapkan database: DBA bertanggungjawab untuk semua kegiatanyang
berhubungan dengan data, dan ini mencakup persiapan database.
6. Menyiapkan fasilitas fisik: fasilitas di sini adalah lantai yangditinggikan,
pengendalian suhu ruangan dan kelembaban khusus,keamanan, peralatan
pendeteksi api dan pemadam kebakaran, dsb.
7. Mendidik peserta dan pemakai: baik peserta (operator pemasukandata, pegawai
coding, dan administrasi) dan pemakai harus dididiktentang peran mereka dalam
sistem. Pendidikan sebaiknya setelahsiklus hidup dimulai, tepat sebelum bahan-
bahan yang dipelajarimulai diterapkan.
8. Masuk ke sistem baru: proses menggantikan sistem lama ke sistembaru disebut
cutover.
Tahap Penggunaan Sistem
langkah – langkah penggunaan sistem ( System Implementation ) adalah :
1. Menggunakan sistem. Pemakai menggunakan sistem untukmencapai tujuan yang
diidentifikasikan pada tahap perencanaan.
2. Audit sistem. Penelitian apakah sistem baru memenuhi kriteriakinerja. Studi ini
disebut “penelaahan setelah penerapan” (postimplementation).
3. Memelihara sistem. Selama manajer menggunakan sistem, berbagai modifikasi
dibuat sehingga sistem terus memberikandukungan yang diperlukan. Modifikasi
ini disebut pemeliharaansistem. Ada tiga alasan untuk pemeliharaan
:Memperbaiki kesalahan; Menjaga kemutakhiran sistemdan Meningkatkan sistem.
Tahapan SDLC akan dikerjakan secara berurut menurun dari perencanaan,
analisis, desain, implementasi dan perawatan. Struktur metodologi SDLC dalam
pengembangan sistem informasi berbasis Web. Tahapantahapan dalam metode
SDLC digambarkan dalam struktur metodologi SDLC sebagai berikut :
(Andharsaputri, 2017).
1. Perencanaan Sistem (System Planning) Sebagai tahap awal pengembangan sistem
yang mendefinisikan perkiraan kebutuhan-kebutuhan sumber daya seperti
perangkat fisik, manusia, metode (teknik dan operasi), dan anggaran yang sifatnya
masih umum. Langkah-langkah perencanaan yaitu menyadari adanya masalah,
mendefinisikan masalah, dan menentukan tujuan sistem.
2. Analisis Sistem (System Analysis) Tahap penelitian atas sistem yang telah ada
dengan tujuan untuk merancang sistem yang baru atau diperbarui. Rincian
langkahnya tahap analisis adalah identifikasi masalah dengan melakukan
penelitian, mengorganisasi tim dengan menyusun tim proyek yang terlibat
termasuk pemakai sistem yang nantinya digunakan pada kegiatannya,
mendefinisikan kebutuhan informasi (seperti: dengan melakukan wawancara,
pengamatan, pencarian pencatatan dan survei), mendefinisikan kriteria kinerja

40
sistem yaitu dengan memahami bagaimana pengguna melakukan pekerjaannya
dari awal hingga (bagaimana mulai melakukan hingga mengakhiri aktivitas, data,
informasi dan laporan yang dibutuhkan dan dihasilkannya) dan membuat laporan
hasil analisis.
a. Analisa Teknologi Menganalisis teknologi apa yang digunakan pemilik desain
web seperti menggunakan desain grafis maka memerlukan teknologi seperti
Adobe Photoshop, Macromedia Flash, Macromedia Dreamweaver CS3.
Memerlukan data penyimpanan secara informasi produk, Informasi Berita
digunakan database seperti MySql, MsAccess.
b. Analisa Informasi Mengenai informasi data yang akan menjadi data tetap dan data
dinamis, kategori informasi data tetap adalah: profile perusahaan, visi dan misi,
sejarah perusahaan, latar belakang perusahaan. Informasi dinamis adalah
informasi yang selalu berubah dalam setiap periodik dapat setiap hari atau setiap
jam. Informasi dinamis dalam sistem ini adalah :
1) Informasi persediaan (stock) produk
2) Informasi harga produk
3) Informasi artikel, tips dan trik
4) Informasi dari masing keunggulan produk atau produk yang sedang trend
c. Analisa User Mengkatogorikan user yang digunakan dalam sistem informasiWeb.
User yang sudah memahami dan yang belum memahami.
d. Analisa Biaya dan Resiko Dalam tahap ini diperhitungkan biaya yang akan
dikeluarkan seperti biaya maintenance ( membayar domain ke ISP) atau biaya
kirim ke user. Resiko yang terjadi adalah tidak sampainya produk ke user atau
penipuan dari user.
3. Desain/Perancangan Sistem (System Design) Tahap setelah analisis sistem yang
menentukan proses dan data yang diperlukan oleh sistem baru. Langkahlangkah
yang dilakukan adalah menyiapkan rancangan sistem yang terinci/grafis, dan yang
umum berupa informasi serta menyiapkan usulan implementasi.
a. Desain Informasi Dalam tahap ini dimodelkan informasi link dari setiap
halaman, jika dalam sistem tersebut terdapat database maka digunakan tahap
development dan database disain.
b. Desain Grafis Dalam tahap ini disesuaikan dari warna, layout, gambar dan
graphic. (Andharsaputri, 2017).
4. Penerapan/Implementasi Sistem (System Implementation)
a. Penulisan Program dan Instalasi Merupakan tahap penulisan program yang telah
dianalisis dan diesain
1) Perencanaan Sistem
2) Analisis Sistem
3) Desain Sistem
4) Penerapan Sistem
5) Perawatan Sistem
semua maka perogeram yang digunakan adalah PHP dan database yang digunakan
MySql
b. Desain review Dalam tahap ini tidak hanya menguji desain yang digunakan
namun menguji semua sistem yang telah diterapkan seperti tidak ada lokasi link,
image yang salah, pengujian sistem seperti penyimpanan data, update artikel dan
lain-lain.

41
c. Pemilihan Sumber daya Hardware dan Software Dalam tahap ini software dan
hardware digunakan untuk Web server.
d. Pengujian Web dan Dokumen Web Menguji Web dengan berbagai teknologi
browser yang ada, serta pemeriksaan dokumen Web. Dan dalam memeriksa
documen terdapat beberapa hal yang diperhatikan:
1) Akurasi atau ketepatan dokumen
2) Authority Web, document yang telah diterbitkan dalam web
3) Objective information
5. Perawatan Sistem (System Maintenance) Sistem perlu dirawat karena beberapa
hal, yang meliputi penggunaan sistem, audit sistem, penjagaan, perbaikan, dan
peningkatan sistem (Andharsaputri, 2017).
Sistem informasi mereka untuk mencerminkan perubahan dalam jenis
informasi yang dibutuhkan. karena perubahan teknologi, proses bisnis organisasi,
struktur organisasi, atau lingkungan eksternal. Life Cycle suatu sistem informasi
mencakup berbagai fase yang dilalui produk perangkat lunak dimulai dengan
konsepsi sampai ke tahap ketika tidak lagi tersedia untuk digunakan.
Jenis-jenis Perangkat Lunak Mengembangkan Life Cycle
1. Model Air 
Model air terjun adalah aliran sekuensial linier di mana kemajuan
dipandang mengalir terus ke bawah (seperti air terjun) melalui fase implementasi
perangkat lunak. Ini berarti bahwa setiap fase dalam proses pengembangan
dimulai hanya jika fase sebelumnya selesai. Pendekatan air terjun tidak
mendefinisikan proses untuk kembali ke fase sebelumnya untuk menangani
(Melsatar, 2012).
perubahan persyaratan. Pendekatan air terjun adalah pendekatan paling awal dan
paling banyak dikenal yang digunakan untuk pengembangan perangkat lunak.
Proyek yang tidak fokus pada perubahan persyaratan yang dibutuhkan. Misalnya,
proyek yang dimulai dari permintaan proposal (RFP), pelanggan memiliki
persyaratan yang sangat jelas didokumentasikan (Melsatar, 2012).
2. Mode V-Shaped
  Ini adalah perpanjangan dari model air terjun. Alih-alih bergerak turun
secara linear, langkah-langkah proses ditekuk ke atas setelah fase implementasi
dan pengkodean, untuk membentuk bentuk V khas. Perbedaan utama antara
model berbentuk-v dan model air terjun adalah perencanaan pengujian awal dalam
model berbentuk-v. Persyaratan perangkat lunak didefinisikan dengan jelas dan
dikenal, teknologi dan perangkat pengembangan perangkat lunak sudah terkenal
(Melsatar, 2012).
3. Model Prototyping
Ini merujuk pada aktivitas membuat prototipe aplikasi perangkat lunak,
misalnya, versi tidak lengkap dari program perangkat lunak yang sedang
dikembangkan. Ini adalah aktivitas yang dapat terjadi dalam pengembangan
perangkat lunak. Ini digunakan untuk memvisualisasikan beberapa komponen
perangkat lunak untuk membatasi kesenjangan kesalahpahaman persyaratan
pelanggan oleh tim pengembangan. Ini juga akan mengurangi iterasi yang
mungkin terjadi dalam pendekatan air terjun dan sulit diimplementasikan karena
tidak fleksibelnya pendekatan air terjun. Jadi, ketika prototipe akhir
dikembangkan, persyaratan dianggap beku. Ini memiliki beberapa jenis, seperti
prototyping sekali pakai.

42
1. Prototipe yang pada akhirnya dibuang daripada menjadi bagian dari perangkat
lunak yang akhirnya dikirim
2. Prototipe evolusi: Prototipe yang berevolusi menjadi sistem final melalui
penggabungan umpan balik pengguna secara berulang.
3. Prototyping tambahan: Produk akhir dibangun sebagai prototipe terpisah. Pada
akhirnya, prototipe terpisah digabungkan dalam desain keseluruhan.
Extreme prototyping: Terutama digunakan pada aplikasi web. Pada
dasarnya, ini memecah pengembangan web menjadi tiga fase, masing-masing
didasarkan pada yang sebelumnya. Fase pertama adalah prototipe statis yang
sebagian besar terdiri dari halaman HTML. Pada fase kedua, layar diprogram dan
berfungsi penuh menggunakan lapisan layanan simulasi. Pada fase ketiga, layanan
diimplementasikan. Proses ini dapat digunakan dengan perangkat lunak apa pun
yang mengembangkan model siklus hidup. Ini harus dipilih ketika Anda
mengembangkan sistem interaksi pengguna. Jadi, jika sistem tidak memiliki
interaksi pengguna, sistem seperti itu melakukan beberapa perhitungan yang tidak
memiliki prototipe
4. Model Spiral (SDM)
Ini menggabungkan elemen dari kedua desain dan prototyping-in-stage,
dalam upaya untuk menggabungkan keunggulan konsep top-down dan bottom-up.
Model pengembangan ini menggabungkan fitur-fitur model prototyping dan
model air terjun. Model spiral disukai untuk proyek-proyek besar, mahal dan
rumit. Model ini menggunakan banyak fase yang sama dengan model air terjun,
pada dasarnya urutan yang sama, dipisahkan oleh perencanaan, penilaian risiko,
dan pembuatan prototipe dan simulasi. Ini digunakan dalam aplikasi dan sistem
besar yang memiliki fase atau segmen kecil.
5. Model Iteratif dan Incremental
  Ini dikembangkan untuk mengatasi kelemahan model air terjun. Dimulai
dengan perencanaan awal dan berakhir dengan penyebaran dengan interaksi siklik
di antaranya. Ide dasar di balik metode ini adalah untuk mengembangkan sistem
melalui siklus berulang (berulang) dan dalam porsi yang lebih kecil pada satu
waktu (tambahan), yang memungkinkan pengembang perangkat lunak untuk
mengambil keuntungan dari apa yang dipelajari selama pengembangan bagian
atau versi sistem sebelumnya. Ini terdiri dari air terjun mini. Ini digunakan dalam
aplikasi shrink-wrap dan sistem besar yang memiliki fase atau segmen kecil. Juga,
dapat digunakan dalam suatu sistem memiliki komponen yang terpisah. Kita bisa
mulai dengan modul anggaran sebagai iterasi pertama dan kemudian dengan
modul inventaris dan sebagainya (Melsatar, 2012).
6. Pemprograman Extreme (Agile Model)
Ini didasarkan pada pengembangan berulang dan bertahap, di mana
persyaratan dan solusi berkembang melalui kolaborasi antara tim lintas fungsi. Ini
dapat digunakan dengan semua jenis proyek, tetapi perlu keterlibatan lebih dari
pelanggan dan bersifat interaktif. Selain itu, dapat digunakan ketika pelanggan
harus memiliki beberapa persyaratan fungsional yang siap dalam waktu kurang
dari tiga minggu dan persyaratan tidak cukup jelas (Abdullahi 2017).
Langkah pertama dalam Daur Hidup Pengembangan Sistem adalah
komponen Definisi Masalah pada fase Analisis. Seseorang akan kesulitan untuk
menawarkan solusi untuk masalah yang tidak sepenuhnya ditentukan. Bagian

43
Kesehatan Rumah Sakit Rumah Sakit Umum telah ditata ulang sebagai unit anak
perusahaan terpisah yang terletak di dekat rumah sakit utama dengan fasilitas
mandiri. Selain itu, perangkat lunak yang mereka gunakan setidaknya berusia
tujuh tahun dan tidak bisa mengikuti semua perubahan dalam praktik penagihan
dan persyaratan dan pembayaran Medicare. Sistem saat ini tidak dapat disesuaikan
dengan kebutuhan yang berkembang dan transformasi dalam lingkungan. Dengan
demikian, di samping kriteria spesifik yang diinginkan dari perangkat lunak yang
dipilih (dijelaskan dalam bagian berikut), tujuan eksplisit kami dalam membantu
Jenderal ada dua:
a. untuk memodernisasi operasi mereka dengan teknologi saat ini; dan
b. untuk memberikan perawatan pasien terbaik yang tersedia untuk klien mereka
di arena Home Health (Mark, 2013)
Sistem Informasi kesehatan (SiS) merupakan seperangkat komponen
yang bekerja secara mulus sebagai mekanisme pengumpulan data, pemrosesan,
analisisdan transmisi informasi, serta penelitian dan perencanaan dalam
pengendalian penyakit, mampu menyusun, operasional, mengawasi, memantau
dan mengevaluasi kinerja dan kualitas layanan kesehatan, menghasilkan informasi
yang diperlukan untuk proses pengambilan keputusan layanan ini.
Oleh karena itu, sangat penting bahwa informasi kesehatan akan
membuat saran untuk membangun rantai penjelasan masalah sistem informasi,
sehingga meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan, karena informasi
tersebut penting untuk pengambilan keputusan, sehingga memberikan
pengetahuan kepada manajer tentang kondisi kehidupan dan kesehatan populasi.
Penggunaan sistem informasi dalam pengambilan keputusan kesehatan
1. penting untuk proses pengambilan keputusan dalam administrasi atau dalam
perawatan pasien;
2. Mendukung layanan permintaan data klinis, layanan notifikasi dan
komunikasi pengguna
3. Alat untuk merencanakan kegiatan dan layanan yang ditawarkan di unit
strategi kesehatan keluarga;
4. menghemat waktu bagi para profesional kesehatan dalam catatan,
pemeliharaan, dan pelaporan Anda
5. mengurangi biaya, meningkatkan kualitas perawatan medis karena
mendukung keputusan klinis elektronik dan pesanan masuk juga
menghilangkan kesalahan pengobatan dan mengurangi tes yang tidak perlu;
6. instrumen untuk pengumpulan data, kontrol dan informasi serta menjadi alat
yang membantu dalam diagnosis lokal, membantu mengidentifikasi
kebutuhan kesehatan masyarakat
7. Membantu mengubah model perawatan dari komputerisasi terpadu unit
perawatan kesehatan primer;
8. Berkontribusi pada pemahaman tentang kebutuhan kota dan mensubsidi
pengambilan keputusan dalam manajemen kota;
9. Alat untuk memandu tindakan sesuai dengan realitas lokal; 10 Kemampuan
untuk mendapatkan informasi spesifik sesuai dengan kebutuhan setiap
profesional kesehatan
10. Penilaian rumah tangga, konstruksi indikator kesehatan, definisi prioritas,
organisasi kerja, pemrograman lokal

44
11. Pengetahuan tentang realitas sosial kesehatan disertai dengan penilaian
populasi dan kecukupan layanan kesehatan dan penyesuaiannya kapan pun
diperlukan;
12. Dukungan penting untuk organisasi dan manajemen layanan, manajemen
fasilitas kesehatan
Dalam perawatan kesehatan, sistem informasi digunakan untuk
mengumpulkan, menyimpan, dan menyebarluaskan data yang dapat berkontribusi
pada perencanaan dan pengambilan keputusan. Saat ini, sangat penting untuk
memodernisasi sistem ini mengingat perubahan struktural, prosedural dan
manajerial yang kuat untuk memberikan jawaban terhadap tuntutan baru dan
kompleks. (Abdullahi,2017).
Tuntutan ini terutama disebabkan oleh perubahan organisasi, yang telah
mengintensifkan aliran informasi yang dibutuhkan dan oleh karena itu proses
pengambilan keputusan yang terdesentralisasi, membutuhkan partisipasi yang
lebih efektif dari berbagai pemangku kepentingan yang terlibat dalam
pengambilan keputusan. dalam hal ini, sangat penting bahwa informasi tersebut
berada, dapat diakses, dan data yang bermakna untuk membangun rantai
explikatif sistem kesehatan atau masalah wilayah, yang memungkinkan untuk
meningkatkan kapasitas pengambilan keputusan, karena mengetahui kondisi
kehidupan dan kesehatan populasi adalah langkah yang perlu untuk menilai
dampak dari tindakan yang sebelumnya dilakukan (Ericka, 2016).
Pendekatan sistem umum yang dikembangkan adalah pendekatan berbasis
Siklus Kehidupan Pengembangan Sistem (Systems Development Life Cycle) yang
dimulai dari tahapan analisis, desain, implementasi dan evaluasi. Dalam kaitannya
dengan strategi sistem, tahapan dalam pendekatan sistem memberikan model
perencanaan terhadap kebiajakan mendasar dalam hal membangun suatu
komponen sistem. SDLC adalah proses pembuatan dan pengubahan sistem serta
model dan metodologi. Berbagai metodologi SDLC telah dikembangkan untuk
memandu proses yang terlibat termasuk model air terjun (metode SDLC asli),
pengembangan aplikasi cepat (RAD), pembangunan bersama aplikasi (JAD),
model air mancur dan model spiral. Sebagian besar, beberapa model digabungkan
menjadi semacam metodologi hibrida. Dokumentasi sangat penting terlepas dari
jenis model yang dipilih atau diciptakan untuk setiap aplikasi, dan biasanya
dilakukan secara paralel dengan proses pembangunan. Beberapa metode bekerja
lebih baik untuk tipe tertentu proyek, tetapi dalam analisis terakhir, faktor yang
paling penting bagi keberhasilan proyek mungkin seberapa dekat rencana tertentu
diikuti
Dalam perkembangannya SDLC dilengkapi oleh berbagai teknik pengembangan
sistem, yaitu:
1. Prototyping
Prototyping adalah proses pembuatan model sederhana untuk software
final yang mengijinkan pengguna memiliki gambaran dasar tentang program serta
melakukan pengujian awal.
Jenis-jenis teknik prototyping adalah:
a. Trowaway Prototyping
b. Evolutionary Prototyping.
c. Incremental Prototyping.

45
Keuntungan menggunakan teknik prototyping:
a. Mengurangi waktu dan biaya.
b. Meningkatkan keterlibatan pengguna.
c. Mengurangi kesalahpahaman dan kesalahan interpretasi dengan pegguna
Kelemahan menggunakan teknik prototyping:
a. Analisis kurang.
b. Biaya untuk membuat prototyping cukup tinggi
2. Waterfall
Keuntungan menggunakan teknik waterfall
a. Proses menjadi teratur
b. Estimasi proses menjadi lebih baik
c. Jadwal menjadi lebih menentu
Kelemahan menggunakan teknik waterfall:
a. Sifatnya kaku, sehingga susah melakukan perubahan di tengah proses
b. Membutuhkan daftar kebutuhan yang lengkap di awal, tapi jarang konsumen
bisa memberikan kebutuhan secara lengkap diawal
3. Spiral
Teknik spiral mencoba menggabungkan model prototyping dan waterfall.
Biasa digunakan untuk proyek besar yang mahal dan rumit. Digunakan oleh
militer Amerika untuk mengembangkan program Future Combat Systems.
Keuntungan menggunakan teknik spiral:
a. Pengguna dan developer bisa memahami dengan baik software yang
dibangun karena progress dapat diamati dengan baik.
b. Estimasi menjadi lebih realistik seiring berjalannya proyek karena masalah
ditemukan sesegera mungkin.
c. Lebih mampu menangani perubahan yang sering terjadi pada software
development.
d. Software engineers bisa bekerja lebih cepat pada proyek.
Kelemahan menggunakan teknik spiral:
a. Membutuhkan waktu yang lama.
b. Membutuhkan dana yang besar.
c. Membutuhkan planning jangka panjang yang baik agar program bisa selesai
dengan baik
4. V Model
Teknik V model sering disebut sebagai pengembangan dari teknik waterfall V
untuk verifikasi dan validasi dan merupakan model standar yang banyak dipakai
di negara-negara Eropa seperti standar untuk proyek pertahanan dan administrasi
federal di Jerman.
Keuntungan menggunakan teknik V model
a. Merupakan model pengembangan terstruktur.
b. Setiap fase dapat diimplementasikan dengan dokumentasi yang detail dari
fase sebelumnya.
c. Aktivitas pengujian dapat dimulai di awal proyek, sehingga mengurangi
waktu proyek.
d. Kelemahan menggunakan teknik V model adalah dokumentasi harus cukup
detail agar fase selanjutnya dapat berjalan dengan baik.
5. Formal Method

46
Teknik formal method adalah teknik yang mengandalkan perhitungan
matematika dalam setiap prosesnya.Hanya digunakan pada sistem yang sangat
memperhatikan keamanan atau keselamatan dari pengguna.Contoh penggunaan
teknik ini adalah aerospace engineering.
Keuntungan menggunakan teknik formal method adalah
a. meminimalkan resiko dengan adanya perhitungan komputasi.
Kelemahannya adalah
a. Biaya Tinggi.
b. Kompleks
c. Tidak Umum untuk Proyek Software pada umumnya
6. Extreme Programming
Merupakan bagian dari metode agile software development.
Keuntungan menggunakan teknik extreme programming.
a. Menjalin Komunikasi yang Baik dengan Klien.
b. Meningkatkan Komunikasi dan Sifat Saling Menghargai antar Developer.
Kelemahan menggunakan teknik extreme programming:
a. Developer harus selalu siap dengan perubahan karena perubahan selalu
diterima.
b. Tidak bisa membuat kode yang detail di awal (prinsip simplicity dan juga
anjuran untuk melakukan apa yang diperlukan hari itu juga
Alasan menggunakan tahapan ini karena tahapan sistem bisa melakukan
revisi atau perbaikan sistem sebelumnya. Tahapan SDLC akan dikerjakan secara
berurut menurun dari perencanaan, analisis, desain, implementasi dan perawatan.
Struktur metodologi SDLC dalam pengembangan sistem informasi berbasis Web.
Tahapan-tahapan dalam metode SDLC digambarkan dalam struktur metodologi
SDLC sebagai berikut :

Perencanaan Sistem

Analisis Sistem

Desain Sistem

Penerapan Sistem

Perawatan Sistem

Gambar 13. System Devlopment Life Cycle ( SDLC ) (Supriyanto, 2007)

1. Perencanaan Sistem (System Planning)


Sebagai tahap awal pengembangan sistem yang mendefinisikan perkiraan
kebutuhan-kebutuhan sumber daya seperti perangkat fisik, manusia, metode
(teknik dan operasi), dan anggaran yang sifatnya masih umum. Langkah-langkah
perencanaan yaitu menyadari adanya masalah, mendefinisikan masalah, dan
menentukan tujuan sistem.
2. Analisis Sistem (System Analysis)

47
Tahap penelitian atas sistem yang telah ada dengan tujuan untuk
merancang sistem yang baru atau diperbarui. Rincian langkahnya tahap analisis
adalah identifikasi masalah dengan melakukan penelitian, mengorganisasi tim
dengan menyusun tim proyek yang
terlibat termasuk pemakai sistem yang nantinya digunakan pada kegiatannya,
mendefinisikan kebutuhan informasi (seperti: dengan melakukan wawancara,
pengamatan, pencarian pencatatan dan survei), mendefinisikan kriteria kinerja
sistem yaitu dengan memahami bagaimana pengguna melakukan pekerjaannya
dari awal hingga (bagaimana mulai melakukan hingga mengakhiri aktivitas, data,
informasi dan laporan yang dibutuhkan dan dihasilkannya) dan membuat laporan
hasil analisis.
a. Analisa Teknologi Menganalisis teknologi apa yang digunakan pemilik
desain web seperti menggunakan desain grafis maka memerlukan
teknologi seperti Adobe Photoshop, Macromedia Flash, Macromedia
Dreamweaver CS3. Memerlukan data penyimpanan secara informasi
produk, Informasi Berita digunakan database seperti MySql, MsAccess.
b. Analisa Informasi Mengenai informasi data yang akan menjadi data tetap
dan data dinamis, kategori informasi data tetap adalah : profile perusahaan,
visi dan misi, sejarah perusahaan, latar belakang perusahaan. Informasi
dinamis adalah informasi yang selalu berubah dalam setiap periodik dapat
setiap hari atau setiap jam. Informasi dinamis dalam sistem ini adalah :
1) Informasi persediaan ( stock ) produk
2) Informasi harga produk
3) Informasi artikel, tips dan trik
4) Informasi dari masing keunggulan produk atau produk yang sedang trend
c. Analisa User Mengkatogorikan user yang digunakan dalam sistem
informasiWeb. User yang sudah memahami dan yang belum memahami.
c. Analisa Biaya dan Resiko Dalam tahap ini diperhitungkan biaya yang akan
dikeluarkan seperti biaya maintenance ( membayar domain ke ISP) atau
biaya kirim ke user. Resiko yang terjadi adalah tidak sampainya produk ke
user atau penipuan dari user.
3. Desain/Perancangan Sistem (System Design)
Tahap setelah analisis sistem yang menentukan proses dan data yang
diperlukan oleh sistem baru. Langkahlangkah yang dilakukan adalah menyiapkan
rancangan sistem yang terinci/grafis, dan yang umum berupa informasi serta
menyiapkan usulan implementasi.
a. Desain Informasi Dalam tahap ini dimodelkan informasi link dari setiap
halaman, jika dalam sistem tersebut terdapat database maka digunakan tahap
development dan database disain.
b. Desain Grafis Dalam tahap ini disesuaikan dari warna, layout, gambar dan
graphic ( Wulan, 2015).
4. Penerapan/Implementasi Sistem (System Implementation)
a. Penulisan Program dan Instalasi Merupakan tahap penulisan program yang
telah dianalisis dan diesain semua maka perogeram yang digunakan adalah
PHP dan database yang digunakan MySql
b. Desain review Dalam tahap ini tidak hanya menguji desain yang
digunakan namun menguji semua sistem yang telah diterapkan seperti

48
tidak ada lokasi link, image yang salah, pengujian sistem seperti
penyimpanan data, update artikel dan lain-lain.
c. Pemilihan Sumber daya Hardware dan Software Dalam tahap ini software
dan hardware digunakan untuk Web server.
d. Pengujian Web dan Dokumen Web Menguji Web dengan berbagai
teknologi browser yang ada, serta pemeriksaan dokumen Web. Dan dalam
memeriksa documen terdapat beberapa hal yang diperhatikan :
1) Akurasi atau ketepatan dokumen
2) Authority Web, document yang telah diterbitkan dalam web
3) Objective information
4) Perawatan Sistem (System Maintenance) Sistem perlu dirawat karena
beberapa hal, yang meliputi penggunaan sistem, audit sistem,
penjagaan, perbaikan, dan peningkatan sistem. ( Wulan, 2015).

Langkah Pengembangan SIK


1. fektif serta efisien.
DukungaKebutuhan terhadap data/informasi yang akurat makin meningkat namun
ternyata sistem informasi saat ini masih belum dapat menghasilkan data yang
akurat, lengkap dan tepat waktu. Berbagai masalah masih dihadapi dalam
penyelenggaraan SIK, diantaranya adalah belum adanya persepsi yang sama
diantara penyelenggara kesehatan terutama penyelenggara SIK terhadap SIK.
Penyelenggaraan SIK itu sendiri masih belum dilakukan secara efisien, terjadi
“Redundant” data, dan duplikasi kegiatan, selain itu kualitas data yang
dikumpulkan masih rendah, bahkan ada data yang tidak sesuai dengan kebutuhan,
ketepatan waktu laporan juga masih rendah, sistem umpan balik tidak berjalan
optimal, pemanfaatan data/informasi di tingkat. daerah (Kabupaten/Kota) untuk
advokasi, perencanaan program, monitoring dan manajemen masih rendah serta
tidak efisiennya penggunaan sumber daya. Hal ini antara lain karena adanya
“overlapping” kegiatan dalam pengumpulan, dan pengolahan data, di setiap unit
kerja di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Selain itu kegiatan pengelolaan
data/informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik. Hal tersebut
merupakan masalah-masalah yang dihadapi SIK saat ini dan perlu dilakukan
upaya untuk perbaikan dan penguatannya.
Dari evaluasi pengembangan Sistem Informasi Kesehatan hingga saat ini, dapat
disimpulkan isu-isu strategis yang perlu menjadi prioritas untuk ditanggulangi
dalam rencana pengembangan dan penguatan SIK. Isu strategis tersebut adalah :
1. Kemampuan Pengelolaan SIK masih terbatas, antara lain tentang landasan
hukum, kerja sama dan koordinasi.
2. Data dan informasi serta indikator yang perlu dikumpulkan dan digunakan
belum seluruhnya dan setepatnya ditetapkan.
3. Kemampuan sumber data untuk menyediakan data dan informasi pada
umumnya masih lemah.
4. Kegiatan pengumpulan, pengolahan dan analisis data serta informasi
masih belum menyeluruh, tepat mekanisme dan belum terselenggara
secara en sumber daya terutama sumber daya manusia, Teknologi
Informasi dan Komunikasi, sarana dan prasarana serta pembiayaan masih
terbatas.

49
5. Kemampuan pengembangan dan peningkatan mutu data dan informasi
kesehatan masih kurang.
6. Data dan informasi yang dihasilkan belum sepenuhnya didesiminasikan
kepada para pemangku kepentingan yang berkaitan dan belum digunakan
dengan semestinya.
Pengembangan dan penguatan SIK dilakukan dengan memperhatikan prinsip-
prinsip sebagai berikut:
1. Pemanfaatan TIK. Pemanfaatan TIK diperlukan untuk mendukung sistem
informasi dalam proses pencatatan data agar dapat meningkatkan akurasi
data dan kecepatan dalam penyediaan data untuk diseminasi informasi dan
untuk meningkatkan efisiensi dalam proses kerja serta memperkuat
transparansi.
2. Keamanan dan Kerahasiaan data. Sistem Informasi yang dikembangkan
dapat menjamin keamanan dan kerahasiaan data. 3. Standarisasi. Agar
SIK terstandar perlu menyediakan pedoman nasional untuk pengembangan
dan pemanfaatan TIK.
3. Integrasi. SIK yang dikembangkan dapat mengintegrasikan berbagai
macam sumber data, termasuk pula dalam pemanfaatan TIK.
4. Kemudahan akses. Data dan informasi yang tersedia mudah diakses oleh
semua pemangku kepentingan.
5. Keterwakilan. Data dan informasi yang dikumpulkan harus dapat
ditelusuri lebih dalam secara individual dan aggregate, sehingga dapat
mengambarkan perbedaan gender, status sosial ekonomi, dan wilayah
geografi.
6. Etika, integritas dan kualitas
Penguatan SIK dilakukan dengan mengembangkan model SIK nasional yaitu SIK
yang terintegrasi. SIK yang terintegrasi adalah sistem informasi yang
menyediakan mekanisme saling hubung antar sub sistem informasi dengan
berbagai cara yang sesuai. Dengan demikian data dari satu sistem secara rutin
dapat mengalir, menuju atau diambil oleh satu atau lebih sistem yang lain.
Integrasi mencakup sistem secara teknis (sistem yang bisa berkomunikasi antar
satu sama lain) dan konten (data set yang sama). Bentuk fisik dari SIK terintegrasi
adalah sebuah aplikasi sistem informasi yang dihubungkan dengan aplikasi lain
(aplikasi sistem informasi puskesmas, aplikasi sistem informasi rumah sakit, dan
aplikasi lainnya) sehingga secara interoperable terjadi pertukaran data antar
aplikasi. Bila digambarkan model SIK yang terintegrasi adalah seperti gambar di
bawah ini. Pada model ini terdapat 7 komponen yang saling terhubung dan saling
terkait, yaitu :
1. Sumber Data Manual
2. Sumber Data Komputerisasi
3. Sistem Informasi Dinas Kesehatan
4. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan
5. Bank Data Kesehatan Nasional
SIK terintegrasi yang berbasis elektronik adalah pengembangan SIK yang akan
diadopsi untuk meringankan beban pencatatan dan pelaporan petugas kesehatan di
lapangan. Dengan SIK terintegrasi, data entri hanya perlu dilakukan satu kali,
data yang sama akan disimpan secara elektronik, dikirim dan kemudian diolah.
Fasilitas pelayanan kesehatan baik milik pemerintah maupun swasta wajib

50
menyampaikan laporan sesuai standar dataset minimal dengan jadwal yang telah
ditentukan.
1. Sumber Data Manual
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang masih
dilakukan secara manual atau secara komputerisasi offline. Model SIK Nasional
yang memanfaatkan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi masih tetap
dapat menampung SIK Manual untuk fasilitas kesehatan yang masih mempunyai
keterbatasan infrastruktur (antara lain, pasokan listrik dan peralatan komputer
serta jaringan internet). Fasilitas pelayanan kesehatan yang masih memakai sistem
manual akan melakukan pencatatan, penyimpanan dan pelaporan berbasis kertas.
Laporan dikirimkan dalam bentuk hardcopy (kertas) berupa data rekapan/agregat
ke Dinas Kesehatan Kabupaten/ Kota. Fasilitas pelayanan kesehatan dengan
komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk softcopy berupa data
individual ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Bagi petugas kesehatan yang
termasuk dalam jejaring Puskesmas yang belum komputerisasi, laporan dikirim
dalam bentuk data rekapan/agregat sesuai jadwal yang telah ditentukan.
Sedangkan bagi yang sudah komputerisasi offline, laporan dikirim dalam bentuk
softcopy untuk dilakukan penggabungan data di Puskesmas.
2. Sumber Data Komputerisasi
Merupakan kegiatan pengumpulan data dari sumber data yang sudah
dilakukan secara komputerisasi online. Pada fasilitas pelayanan kesehatan dengan
komputerisasi online, data individual langsung dikirim ke Bank Data Kesehatan
Nasional dalam format yang telah ditentukan. Selain itu juga akan dikembangkan
program mobile health (mHealth) yang dapat langsung terhubung ke sistem
informasi Puskesmas (aplikasi SIKDA Generik).
3. Sistem Informasi Dinas Kesehatan
Merupakan sistem informasi kesehatan yang dikelola oleh dinas kesehatan
baik kabupaten/kota dan provinsi. Laporan yang masuk ke dinas kesehatan
kabupaten/kota dari semua fasilitas kesehatan (kecuali milik pemerintah provinsi
dan pemerintah pusat) dapat berupa laporan softcopy dan laporan hardcopy.
Laporan hardcopy dientri ke dalam aplikasi SIKDA generik. Laporan softcopy
diimpor ke dalam aplikasi SIKDA Generik, selanjutnya semua bentuk laporan
diunggah ke Bank Data Kesehatan Nasional. Dinas kesehatan provinsi melakukan
hal yang sama dengan dinas kesehatan kabupaten/kota untuk laporan dari fasilitas
kesehatan milik provinsi.
4. Sistem Informasi Pemangku Kepentingan
Merupakan sistem informasi yang dikelola oleh pemangku kepentingan
terkait kesehatan. Mekanisme pertukaran data terkait kesehatan dengan pemangku
kepentingan di semua tingkatan dilakukan dengan mekanisme yang disepakati.
5. Bank Data Kesehatan Nasional Bank data kesehatan nasional
selanjutnya akan mencakup semua data kesehatan dari sumber data (fasilitas
kesehatan), oleh karena itu unit-unit program tidak perlu lagi melakukan
pengumpulan data langsung ke sumber data.
7. Penggunaan Data oleh Kementerian Kesehatan
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di seluruh
seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelengggaraan
pelayanan kepada masyarakat. Parturan perundangundangan yang menyebutkan
sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor 004/Menkes/SK/I/2003

51
tentang kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes
Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan
sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua
Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem
informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan
state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi
nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail
sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu.
Kondisi Sistem Informasi Kesehatan di Indonesia
Saat ini kebutuhan data informasi yang akurat makin meningkat, namun
sistem informasi masih belum menghasilkan data yang akurat, lengkap, dan tepat
waktu. Masalah yang dihadapi sistem informasi kesehatan saat ini, terutama
belum adanya persepsi yang sama diantara penyelenggara kesehatan terutama
penyelenggara sistem informasi kesehatan terhadap sistem informasi kesehatan.
Penyelenggaraan sistem informasi kesehatan masih belum efisien, terjadi
redundant data dan duplikasi kegiatan, dan kualitas data yang dikumpulkan masih
rendah, bahkan ada yang tidak sesuai dengan kebutuhan, ketepatan waktu juga
masih rendah, sistem umpan balik tidak optimal, pemanfaatan data informasi di
tingkat daerah untuk advokasi, perencanaan program, monitoring dan manajemen
masih rendah serta tidak efisiennya penggunaan sumber daya, juga pengelolaan
data informasi belum terintegrasi dan terkoordinasi dengan baik. Masalah inilah
yang sedang dihadapi sistem informasi kesehatan dan perlu dilakukan upaya
penguatan dan perbaikan
Masalah Sistem Informasi Kesehatan
Melihat Sistem Informasi Kesehatan yang ada di Indonesia, maka kita bisa
menilai bahwa penerapannya masih cukup kurang. Khususnya untuk Surveilans
yang berfungsi untuk menggambarkan segala situasi yang ada khususnya
perkembangan penyakit sehingga berpengaruh terhadap derajat kesehatan setiap
individu di dalam populasi yang ada.
Sebagai contoh misal gambaran Sistem Informasi Pada Dinas Kesehatan
Kabupaten Kutai Timur, Propinsi Kalimantan. Timbul berbagai permasalahan
tetrkait penerapan Sistem Informasi kesehatan, disana digambarkan bahwa masih
ditemukannya beberapa puskesmas yang tidak sesuai dalam proses pencatatan dan
pendataan. Terbukti dengan masih adanya 5 Puskesmas yang tidak menggunakan
komputer dari 19 Puskesmas yang ada.
Tidak hanya masalah tersebut saja, yang menjadi penghambat atas penerapan SIK
(Sistem Informasi Kesehatan) di Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Timur,
Propinsi Kalimantan. Melainkan masih banyak sekali masalah yang timbul, yaitu :
a. Untuk mengakses data sulit karena terpisah antara program.
b. Adanya perbedaan data antar bagian dengan data yang sama, misalnya
jumlah bayi.
c. Sulitnya menyatukan data karena format laporan yang berbeda-beda.
d. Adanya pengambilan data yang sama berulang-ulang dengan format yang
berbeda-beda dari masing-masing bagian.
e. Waktu untuk mengumpulkan data lebih lama, sehingga pengolahan dan
analisis data sering terlambat.
f. Pimpinan sulit mengambil keputusan dengan cepat dan akurat karena data
berbeda dan keterlambatan laporan.

52
Jadi, apabila melihat dari penjabaran di atas maka bisa disimpulkan bahwa faktor-
faktor yang sering menghambat SIK (Sistem Informasi Kesehatan) yang bersifat
daerah (SIKDA) maupun nasional (SIKNAS) berdasarkan gambaran di Dinas
Kesehatan Kabupaten Kutai
Timur, Propinsi Kalimantan adalah faktor geografis (tempat dan lokasi),human
resources medical atau tenaga kesehatan, infrastruktur pendukung (komputer,
software, dan lain-lain), dan kebijakan mengenai SIKDA (Sistem Informasi
Kesehatan Daerah) maupun SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional).
Kendala Sistem Informasi Kesehatan
Sistem Informasi Kesehatan (SIK) di Indonesia belum berjalan secara
optimal. SIK sebagai bagian fungsional dari Sistem kesehatan yang komprehensif
belum mampu berperan dalam memberikan informasi yang diperlukan dalam
proses pengambilan keputusan di berbagai tingkat Sistem Kesehatan, mulai dari
Puskesmas di Tingkat Kecamatan sampai dengan Kementrian Kesehatan di
Tingkat Pusat. Hal tersebut disebabkan karena Informasi kesehatan saat ini masih
terfragmentasi, belum dapat diakses dengan cepat, tepat, setiap saat dan belum
teruji keakuratan dan validitasnya. Padahal informasi tersebut sangat penting dan
diperlukan keberadaannya dalam menentukan arah kebijakan dan strategi
perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kesehatan nasional.
Pengambilan keputusan dan penentuan kebijakan masih belum didukung oleh data
yang kuat, Pengelolaan sistem informasi yang baik dapat mendukung tersedianya
data dan informasi kesehatan yang valid yang dapat mendukung dalam penentuan
kebijakan pembangunan kesehatan di berbagai bidang seperti yang tercantum
dibawah ini:
a. Peningkatan jumlah, jaringan dan kualitas sarana dan prasarana pelayanan
kesehatan dasar dan rujukan, terutama pada daerah dengan aksesibilitas
relatif rendah.
b. Perbaikan dan penanggulangan gizi masyarakat dengan fokus utama pada
ibu hamil dan anak hingga usia 2 tahun.
c. Pengendalian penyakit menular, terutama TB, malaria, HIV/AIDS, DBD
dan diare serta penyakit zoonotik, seperti kusta, frambusia, filariasis,
schistosomiasis. iv. Pembiayaan dan efisiensi penggunaan anggaran
kesehatan, serta pengembangan jaminan pelayanan kesehatan
d. Peningkatan jumlah, jenis, mutu dan penyebaran tenaga kesehatan untuk
pemenuhan kebutuhan nasional serta antisipasi persaingan global yang
didukung oleh sistem perencanaan dan pengembangan SDM kesehatan
secara sistematis dan didukung oleh peraturan perundangan.
e. Peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, mutu, dan penggunaan obat,
f. Manajemen kesehatan dan pengembangan di bidang hukum dan
administrasi kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan, penapisan
teknologi kesehatan dan pengembangan sistem informasi kesehatan
g. Peningkatan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat.
Pengembangan sistem informasi kesehatan daerah merupakan tanggung jawab
pemerintah daerah. Namun dikarenakan kebijakan dan standar pelayanan bidang
kesehatan masing- masing pemerintah daerah berbeda-beda, maka sistem
informasi kesehatan yang dibangun pun berbeda pula. Perbedaan tersebut
menimbulkan berbagai permasalahan dalam pengelolaan Sistem Informasi
Kesehatan Nasional (SIKNAS) secara umum, diantaranya :

53
a. Akurasi data tidak terjamin
b. Kontrol dan verifikasi data tidak terlaksana dengan baik.
c. Ketidakseragaman data dan informasi yang diperoleh.
d. Adanya keterlambatan dalam proses pengiriman laporan kegiatan
puskesmas/rumah sakit/pelaksana kesehatan lainnya, baik itu ke Dinas
Kesehatan maupun ke Kementrian Kesehatan sehingga informasi yang
diterima sudah tidak up to date lagi.
e. Proses integrasi data dari berbagai puskesmas/rumah sakit/pelaksana
kesehatan lainnya sulit dilakukan karena perbedaaan tipe data dan format
pelaporan.
f. Informasi yang diperoleh tidak lengkap dan tidak sesuai dengan kebutuhan
manajemen di tingkat Kabupaten/Kota, Propinsi maupun di tingkat
Kementrian Kesehatan.
g. file data tersimpan secara terpisah,
h. proses data dilakukan secara manual dan komputer sehingga menyebabkan
tidak mudah dalam akses, informasi yang dihasilkan lambat dan tidak
lengkap.(Kemenkes, 2012)
Selain itu Puskesmas sebagai pelaksana kesehatan terendah, mengalami
kesulitan dalam melakukan pelaporan, dengan banyaknya laporan yang harus
dibuat berdasarkan permintaan dari berbagai program di Kementrian Kesehatan,
dimana data antara satu laporan dari satu program dengan laporan lain dari
program lainnya memiliki dataset yang hampir sama, sedangkan aplikasi untuk
membuat berbagai laporan tersebut berbeda-beda. Sehingga menimbulkan
tumpang tindih dalam pengerjaannya, yang menghabiskan banyak sumberdaya
dan waktu dari petugas puskesmas.
Melihat berbagai kondisi diatas maka dibutuhkan suatu Sistem Informasi
Kesehatan untuk digunakan di daerah (Puskesmas dan Dinas Kesehatan) yang
sesuai dan dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak, mulai dari tingkat
Puskesmas hingga ke Kementrian Kesehatan dengan standar minimum atau
disebut Sistem Informasi Kesehatan Daerah Generik (SIKDA Generik).
Sistem informasi kesehatan yang mampu menampilkan informasi secara cepat,
akurat dan terkini sesuai
Perkembangan Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer
(Computer Based Hospital Information System) di Indonesia telah dimulai pada
akhir dekade 80’an. Salah satu rumah sakit yang pada waktu itu telah
memanfaatkan komputer untuk mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit
Husada. Departemen Kesehatan dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga
berusaha mengembangkan Sistem Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah
sakit pemerintah dengan dibantu oleh tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya
komputerisasi dalam bidang per-rumah sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang
cukup memuaskan semua pihak. Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem
informasi tersebut, lebih disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik,
dimana identifikasi faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success factors)
dalam implementasi sistem informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh.
Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di dunia
pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan kesehatan
merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat dan
pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang lebih global.

54
Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor mempunyai dampak
terhadap sistem pelayanan kesehatan. (Kemenkes, 2012)
Dasar hukum pengembangan sistem informasi kesehatan di Indonesia adalah :
1. UUD 1945, Pasal 28 ; Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan
memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan
sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,
menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan
menggunakan segala jenis saluran yang tersedia;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Peraturan Pemerintah RI Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem Informasi
Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor : 1144/MENKES/PER/VII/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kesehatan
mengamanatkan pusat data dan informasi ( PUSDATIN ) sebagai
pelaksana tugas kementrian kesehatan di bidang data dan informasi
kesehatan;
5. Kepmenkes RI Nomor 511 tahun 2002 tentang Kebijakan Strategi
Pengembangan Sistim Informasi Kesehatan Nasional ( SIKNAS )
6. Kepmenkes RI Nomor : 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pengembangan Sistem Laporan Informasi Kesehatan
Kabupaten / Kota;
7. Kepmenkes RI Nomor : 004/Menkes/SK/I/2003 tentang Kebijakan dan
Strategi Desentralisasi Bidang Kesehatan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 128 tahun 2004 tentang Kebijakan
Dasar Pusat Kesehatan Masyarakat;
9. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 837 Tahun 2007 tentang
Pengembangan Jaringan Komputer ( SIKNAS ) Online Sistem Informasi
Kesehatan Nasional
Tujuan dari dikembangkannya sistem informasi kesehatan adalah :
1. Sistem informasi kesehatan ( SIK ) merupakan subsistem dari Sistem
Kesehatan Nasional ( SKN ) yang berperan dalam memberikan informasi
untuk pengambilan keputusan di setiap jenjang adminisratif kesehatan baik
di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota atau bahkan pada tingkat
pelaksana teknis seperti Rumah Sakit ataupun Puskesmas
2. Dalam bidang kesehatan telah banyak dikembangkan bentuk-bentuk
Sistem Informasi Kesehatan ( SIK ), dengan tujuan dikembangkannya
berbagai bentuk SIK tersebut adalah agar dapat mentransformasi data yang
tersedia melalui sistem pencatatan rutin maupun non rutin menjadi sebuah
informasi.
3. Upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan
ditujukan ke arah terbentuknya suatu sistem informasi kesehatan yang
berhasil guna dan berdaya guna, yang mampu memberikan informasi yang
akurat, tepat waktu dan dalam bentuk yang sesuai dengan kebutuhan
untuk:
4. Pengambilan keputusan di seluruh tingkat administrasi dalam rangka
perencanaan, penggerakan pelaksanaan, pengawasan,  pengendalian dan
penilaian (Kemenkes, 2012).

55
5. Mengatasi masalah-masalah kesehatan melalui isyarat dini dan upaya
penanggulangannya
6. Meningkatkan peran serta masyarakat dan meningkatkan kemampuan
masyarakat untuk menolong dirinya sendiri
7. Meningkatkan penggunaan dan penyebarluasan ilmu pengetahuan dan
teknologi bidang kesehatan
Sasaran dalam upaya pemantapan dan pengembangan sistem informasi kesehatan
meliputi :
1. Terciptanya pengorganisasian dan tata kerja pengelolaan data/informasi
dan atau tersedianya tenaga fungsional pengelola data / informasi yang
terampil di seluruh tingkat administrasi
2. Ditetapkannya kebutuhan esensial data / informasi di tiap tingkat dan
pengembangan instrumen pengumpulan dan pelaporan data
3. Dihasilkannya berbagai informasi kesehatan di seluruh tingkat
administrasi secara teratur, tepat waktu dan sesuai dengan kebutuhan dan
atau atas permintaan dari pengguna data / informasi
4. Tersedianya dukungan teknis dan sumber daya yang memadai dalam
rangka pemantapan dan pengembangan otomasi pengolahan data di
seluruh tingkat administrasi
5. Pengembangan bank data kesehatan, pengembangan jaringan komunikasi
komputer dan informasi
Dalam era seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak
terlepas dari peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada
bidang-bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi
komputer, baik dibidang piranti lunak maupun perangkat keras berkembang
dengan sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang sangat mudah dari
segi pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi untuk bidang kerja apapun
akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui media komputer, dengan catatan
bahwa pengguna juga harus terus belajar untuk mengiringi kemajuan
teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi apapun teknologi yang kita pakai,
sangatlah ditentukan oleh sumber daya manusia yang menggunakannya. Rumah
Sakit, sebagai salah satu institusi pelayan kesehatan masyarakat akan melayani
traksaksi pasien dalam kesehariannya. Pemberian layanan dan tindakan dalam
banyak hal akan mempengarui kondisi dan rasa nyaman bagi pasien. Semakin
cepat akan semakin baik karena menyangkut nyawa pasien. Semakin besar jasa
layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan
layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu koordinasi
terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumah sakit juga harus mengelola
dana untuk membiayai operasionalnya. Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah
tepat jika rumah sakit menggunakan sisi kemajuan komputer, baik piranti lunak
maupun perangkat kerasnya dalam upanya membantu penanganan manajemen
yang sebelumnya dilakukan secara manual (Kemenkes, 2012).
Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang
ditandai dengan penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat,
berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri, serta ditandainya
adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah dalam upaya upaya
kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut,

56
infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari
tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap
unit infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan program dan
pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes tersebut. Setiap
jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling terkait mulai dari
pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional.
Jaringan sistem pelayanan kesehatn tersebut memerlukan sistem informasi yang
saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan
yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, difahami,
diantisipasi dan di kelola dengan sebaik-baiknya.
Departemen Kesehatan telah membangun sistem informasi kesehatan yang
disebut SIKNAS yang melingkupi sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari
kabupaten sampai ke pusat. Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya
yang dimiliki, SIKNAS belum berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian
sangat dibutuhkan sekali dibangunnya sistem informasi kesehatan yang
terintegrasi baik di dalam sektor kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan
di luar sektor kesehatan, yaitu dengan sistem jaringan informasi pemerintah
daerah dan jaringan informasi di pusat.
Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum
terintegrasi. Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh diperlukan
waktu yang cukup lama.
2. Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di
berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai.
3. Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk
mengelola dan mengembangkan sistem informasi
4. Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan
data/informasi.
5. Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem informasi,
sehingga seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk memasuki atau
dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi.
Ruang Lingkup Sistem Informasi
Kesehatan Ruang lingkup Aplikasi Sistem Informasi Kesehatan,
mencakup pengelolaan informasi dalam lingkup manajemen pasien (front office
management). Lingkup ini antara lain sebagai berikut:
1. Registrasi Pasien, yang mencatat data/status pasien untuk memudahkan
pengidentifikasian maupun pembuatan statistik dari pasien masuk sampai
keluar. Modul ini meliputi pendaftaran pasien baru/lama, pendaftaran rawat
inap/jalan, dan info kamar rawat inap.
2. Rawat Jalan/Poliklinik yang tersedia di rumah sakit, seperti: penyakit dalam,
bedah, anak, obstetri dan ginekologi, KB, syaraf, jiwa, THT, mata, gigi dan
mulut, kardiologi, radiologi, bedah orthopedi, paru-paru, umum, UGD, dan
lain-lain sesuai kebutuhan. Modul ini juga mencatat diagnosa dan tindakan
terhadap pasien agar tersimpan di dalam laporan rekam medis pasien.
3. Rawat Inap. Modul ini mencatat diganosa dan tindakan terhadap pasien,
konsultasi dokter, hubungan dengan poliklinik/penunjang medis.

57
4. Penunjang Medis/Laboratorium, yang mencatat informasi pemeriksaan
seperti: ECG, EEG, USG, ECHO, TREADMIL, CT Scan, Endoscopy, dan
lain-lain.
5. Penagihan dan Pembayaran, meliputi penagihan dan pembayaran untuk rawat
jalan, rawat inap dan penunjang medis (laboratorium, radiologi, rehab medik),
baik secara langsung maupun melalui jaminan dari pihak
ketiga/asuransi/JPKM. Modul ini juga mencatat transaksi harian pasien
(laboratorium, obat, honor dokter), daftar piutang, manajemen deposit dan
lain-lain.
6. Apotik/Farmasi, yang meliputi pengelolaan informasi inventori dan transaksi
obat-obatan.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sistem informasi kesehatan
merupakan sebuah sarana sebagai penunjang pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada masyarakat. Sistem informasi kesehatan yang efektif memberikan
dukungan informasi bagi proses pengambilan keputusan di semua jenjang, bahkan
di puskesmas atau rumah sakit kecil sekalipun. Bukan hanya data, namun juga
informasi yang lengkap, tepat, akurat, dan cepat yang dapat disajikan dengan
adanya sistem informasi kesehatan yang tertata dan terlaksana dengan baik.
Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Sistem informasi kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan
maupun ketidakkompakan antar badan kesehatan. Dalam melakukan
pengembangan sistem informasi secara umum, ada beberapa konsep dasar yang
harus dipahami oleh para pengembang atau pembuat rancang bangun sistem
informasi (designer).
Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi Pada dasarnya
sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi komputer.
Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer dalam
implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis Komputer
(Computer Based Information System). Pada pembahasan selanjutnya, yang
dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem informasi yang berbasis
komputer. Isu penting yang mendorong pemanfaatan teknologi komputer atau
teknologi informasi dalam sistem informasi suatu organisasi adalah :
a. Pengambilan keputusan yang tidak dilandasi dengan informasi.
b. Informasi yang tersedia, tidak relevan.
c. Informasi yang ada, tidak dimanfaatkan oleh manajemen.
d. Informasi yang ada, tidak tepat waktu.
e. Terlalu banyak informasi.
f. Informasi yang tersedia, tidak akurat.
g. Adanya duplikasi data (data redundancy).
h. Adanya data yang cara pemanfaatannya tidak fleksibel.
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis.
Dinamika sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh
dinamika perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa
pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah
menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki umur layak

58
guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi tersebut ditentukan
diantaranya oleh:
a. Perkembangan organisasi tersebut
Makin cepat organisasi tersebut berkembang, maka kebutuhan informasi juga
akan berkembang sedemikian rupa sehingga sistem informasi yang sekarang
digunakan sudah tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan organisasi tersebut.
b. Perkembangan teknologi informasi
Perkembangan teknologi informasi yang cepat menyebabkan perangkat keras
maupun perangkat lunak yang digunakan untukmendukung beroperasinya
sistem informasi tidak bisa berfungsi secara efisien dan efektif.
Hal ini disebabkan:
1) Perangkat keras yang digunakan sudah tidak di produksi lagi, karena
teknologinya ketinggalan jaman (outdated) sehingga layanan
pemeliharaan perangkat keras tidak dapat lagi dilakukan oleh perusahaan
pemasok perangkat keras.
2) Perusahaan pembuat perangkat lunak yang sedang digunakan, sudah
mengeluarkan versi terbaru. Versi terbaru itu umumnya mempunyai
feature yang lebih banyak, melakukan optimasi proses dari versi
sebelumnya dan memanfaatkan feature baru dari perangkat keras yang
juga telah berkembang. Meskipun pada umumnya, perusahaan
pengembang perangkat keras maupun perangkat lunak tersebut, mecoba
menjaga kompatibilitas dengan versi terdahulu, namun kalau dilihat dari
sisi efektivitasnya, maka pemanfaatan infrastruktur tersebut tidak efektif.
Hal ini disebabkan karena feature-feature yang baru tidak termanfaatkan
dengan baik. Mengingat perkembangan teknologi informasi yang
berlangsung dengan cepat, maka para pengguna harus sigap dalam
memanfaatkan dan menggunakan teknologi tersebut. Konsekuensi dari
pemanfaatan teknologi informasi tersebut adalah:
a) Dalam melakukan antisipasi perkembangan teknologi, harus tepat.
b) Harus selalu siap untuk melakukan pembaharuan perangkat keras
maupun perangkat lunak pendukungnya, apabila diperlukan.
c) Harus siap untuk melakukan migrasi ke sistem yang baru.
Arah perkembangan teknologi informasi dalam kurun waktu 3-5 tahun mendatang
adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan perangkat keras dan komunikasi. Kecenderungan
perkembangan perangkat keras:
a. Peningkatan kecepatan.
b. Peningkatan kemampuan.
c. Penurunan harga.
d. Turn over alat yang semakin cepat.
Perkembangan perangkat komunikasi menyebabkan perubahan desain
sistem perangkat keras yang digunakan, dari sistem dengan pola tersentralisasi
menjadi sistem dengan pola terdistribusi. Pada pola terdistrubusi, kemampuan
pengolahan data (computing power) di pecah menjadi dua, satu diletakkan pada
komputer induk yang berfungsi sebagai pelayan (server) dan yang satu lagi
diletakkan di komputer pengguna (client), desain ini disebut sebagai clientserver
achitecture.

59
Kecenderungan perkembangan perangkat lunak, terutama perangkat lunak
basis data (database), juga mengikuti perkembangan desain sistem perangkat
keras tersebut diatas. Pada server diletakkan perangkat lunak back-end dan pada
client diletakkan perangkat lunak front-end. Perangkat lunak backend adalah
perangkat lunak pengelola sistem basis data (database management
system/DBMS), sedangkan perangkat lunak front-end adalah perangkat lunak
yang dikembangkan dengan pemrograman visual berdasarkan 4GL dari DBMS
tersebut atau dengan perangkat lunak antarmuka (interface) untuk berbagai
DBMS seperti ODBC (open database connectivity).
c. Perkembangan tingkat kemampuan pengguna (user) sistem informasi.
Sistem informasi yang baik, akan dikembangkan berdasarkan tingkat
kemampuan dari para pemakai, baik dari sisi :
1) Tingkat pemahaman mengenai teknologi informasi,
2) Kemampuan belajar dari para pemakai, dan
3) Kemampuan beradaptasi terhadap perubahan sistem. Dari sisi pemakai,
dikenal istilah end-usercomputing (EUC). EUC adalah pemakai yang
melakukan pengembangan sistem untuk keperluan dirinya sendiri.
Mengingat bervariasinya kemampuan EUC dan sulitnya melakukan
pemantauan serta pengendalian terhadap EUC, maka EUC akan
menyebabkan masalah yang serius dalam pengembangan maupun dalam
pemeliharaan sistem informasi. Ancaman yang paling serius adalah adanya
disintegrasi sistem menjadi sistem yang terfragmentasi. (Syukron, 2015).
Daya guna sistem informasi sangat ditentukan oleh tingkat integritas sistem
informasi itu sendiri.
Sistem informasi yang terpadu (integrated) mempunyai daya guna yang
tinggi, jika dibandingkan dengan sistem informasi yang terfragmentasi. Usaha
untuk melakukan integrasi sistem yang ada didalam suatu organisasi menjadi satu
sistem yang utuh merupakan usaha yang berat dengan biaya yang cukup besar dan
harus dilakukan secara berkesinambungan. Sinkronisasi antar sistem yang ada
dalam sistem informasi itu, merupakan prasyarat yang mutlak untuk dapat
mendapatkan sistem informasi yang terpadu. Sistem informasi, pada dasarnya
terdiri dari minimal 2 aspek yang harus berjalan secara selaras, yaitu aspek
manual dan aspek yang terotomatisasi (aspek komputer). Pengembangan sistem
informasi yang berhasil apabila dilakukan dengan mengembangkan kedua aspek
tersebut. Sering kali pengembang sistem informasi hanya memfokuskan diri pada
pengembangan aspek komputernya saja, tanpa memperhatikan aspek manualnya.
Hal ini di akibatkan adanya asumsi bahwa aspek manual lebih mudah diatasi dari
pada aspek komputernya. Padahal salah satu faktor penentu keberhasilan
pengembangan sistem informasi adalah dukungan perilaku dari para pengguna
sistem informasi tersebut, dimana para pengguna sangat terkait dengan sistem dan
prosedur dari sistem informasi pada aspek manualnya.
Keberhasilan pengembangan sistem informasi sangat bergantung pada
strategi yang dipilih untuk pengembangan sistem tersebut. Strategi yang dipilih
untuk melakukan pengembangan sistem sangat bergantung kepada besar kecilnya
cakupan dan tingkat kompleksitas dari sistem informasi tersebut. Untuk sistem
informasi yang cakupannya luas dan tingkat kompleksitas yang tinggi diperlukan
tahapan pengembangan seperti: Penyusunan Rencana Induk Pengembangan,
Pembuatan Rancangan Global, Pembuatan Rancangan Rinci, Implementasi dan

60
Operasionalisasi. Dalam pemilihan strategi harus dipertimbangkan berbagai faktor
seperti : keadaan yang sekarang dihadapi, keadaan pada waktu sistem informasi
siap dioperasionalkan dan keadaan dimasa mendatang, termasuk antisipasi
perkembangan organisasi dan perkembangan teknologi. Ketidaktepatan dalam
melakukan prediksi keadaan dimasa mendatang, merupakan salah satu penyebab
kegagalam implementasi dan operasionalisasi sistem informasi.
Pengembangan Sistem Informasi organisasi harus menggunakan pendekatan
fungsi dan dilakukan secara menyeluruh (holistik).
Pada banyak kasus, pengembangan sistem informasi dilakukan dengan
menggunakan pendekatan struktur organisasi dan pada umumnya mereka
mengalami kegagalan, karena struktur organisasi sering kali kurang
mencerminkan semua fungsi yang ada didalam organisasi. Sebagai pengembang
sistem informasi hanya bertanggung jawab dalam mengintegrasikan fungsi-fungsi
dan sistem yang ada didalam organisasi tersebut menjadi satu sistem informasi
yang terpadu. Pemetaan fungsi-fungsi dan sistem ke dalam unit-unit struktural
yang ada di dalam organisasi tersebut adalah wewenang dan tanggungjawab dari
pimpinan organisasi tersebut.
(Syukron, 2015).
Penyusunan rancang bangun/desain sistem informasi seharusnya dilakukan
secara menyeluruh sedangkan dalam pembuatan aplikasi bisa dilakukan secara
sektoral atau segmental menurut prioritas dan ketersediaan dana. Pengembangan
sistem yang dilakukan segmental atau sektoral tanpa adanya desain sistem
informasi yang menyeluruh akan menyebabkan kesulitan dalam melakukan
intergrasi sistem.
Pengembangan Sistem Informasi Rumah Sakit
Dalam melakukan pengembangan SIRS, pengembang haruslah bertumpu
dalam 2 hal penting yaitu “kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS” dan
“sasaran pengembangan SIRS” tersebut. Adapun kriteria dan kebijakan yang
umumnya dipergunakan dalam penyusunan spesifikasi SIRS adalah sebagai
berikut:
1. SIRS harus dapat berperan sebagai subsistem dari Sistem Kesehatan Nasional
dalam memberikan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu.
2. SIRS harus mampu mengaitkan dan mengintegrasikan seluruh arus informasi
dalam jajaran Rumah Sakit dalam suatu sistem yang terpadu.
3. SIRS dapat menunjang proses pengambilan keputusan dalam proses perencanaan
maupun pengambilan keputusan operasional pada berbagai tingkatan.
4. SIRS yang dikembangkan harus dapat meningkatkan daya-guna dan hasil-guna
terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi rumah sakit yang telah ada
maupun yang sedang dikembangkan.
5. SIRS yang dikembangkan harus mempunyai kemampuan beradaptasi terhadap
perubahan dan perkembangan dimasa datang.
6. Usaha pengembangan sistem informasi yang menyeluruh dan terpadu dengan
biaya investasi yang tidak sedikit harus diimbangi pula dengan hasil dan manfaat
yang berarti (rate of return) dalam waktu yang relatif singkat.
7. SIRS yang dikembangkan harus mampu mengatasi kerugian sedinimungkin.
8. Pentahapan pengembangan SIRS harus disesuaikan dengan keadaan masing-
masing subsistem serta sesuai dengan kriteria dan prioritas.

61
9. SIRS yang dikembangkan harus mudah dipergunakan oleh petugas, bahkan bagi
petugas yang awam sekalipun terhadap teknologi komputer (user friendly).
10. SIRS yang dikembangkan sedapat mungkin menekan seminimal mungkin
perubahan, karena keterbatasan kemampuan pengguna SIRS di Indonesia, untuk
melakukan adaptasi dengan sistem yang baru.
11. Pengembangan diarahkan pada subsistem yang mempunyai dampak yang kuat
terhadap pengembangan SIRS.
Atas dasar dari penetapan kriteria dan kebijakan pengembangan SIRS tersebut di
atas, selanjutnya ditetapkan sasaran pengembangan sebagai penjabaran dari
Sasaran Jangka Pendek Pengembangan SIRS, sebagai berikut:
a. Memiliki aspek pengawasan terpadu, baik yang bersifat pemeriksaan tau
pengawasan (auditable) maupun dalam hal pertanggungjawaban
penggunaan dana (accountable) oleh unit-unit yang ada di lingkungan
rumah sakit.
b. Terbentuknya sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dilaksanakan,
akan tetapi cukup lengkap dan terpadu.
c. Terbentuknya suatu sistem informasi yang dapat memberikan dukungan
akan informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu melalui dukungan data
yang bersifat dinamis.
d. Meningkatkan daya-guna dan hasil-guna seluruh unit organisasi dengan
menekan pemborosan. (Syukron, 2015).
e. Terjaminnya konsistensi data.
f. Orientasi ke masa depan.
12. Pendayagunaan terhadap usaha-usaha pengembangan sistem informasi yang telah
ada maupun sedang dikembangkan, agar dapat terus dikembangkan dengan
mempertimbangkan integrasinya sesuai Rancangan Global SIRS.
Setiap sistem dibuat untuk menangani sesuatu yang secara terus menerus
atau secara rutin terjadi. Untuk memudahkan pemahamam mengenai sistem
pertama – tama kita ketahui dulu definisinya. Karena hal tersebut mempunyai
peranan yang penting dalam pendekatan untuk mempelajari suatu sistem.
Menurut Jogiyanto (2005:2) menyatakan bahwa Sistem adalah suatu
jaringan kerja dari prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama
untuk melakukan suatu kegiatan atau untuk menyelesaikan suatu sasaran yang
tertentu. Menurut Davis dalam Al Fatta (2007:8) Informasi adalah data yang
diolah menjadi bentuk yang lebih berarti bagi penerima dan bermanfaat dalam
pengambilan keputusan saat ini atau mendatang dan lebih berarti bagi yang
menerimanya .
Menurut Loudon (2007:15) mengemukakan bahwa “Sistem Informasi
(informasion System) secara teknis dapat didefinisikan sebagai sekumpulan
komponen yang saling berhubungan mengumpulkan atau mendapatkan,
memproses, menyimpan dan mendistribusikan informasi untuk menunjang
pengambilan keputusan dan pengawasan dalam suatu organisasi ”. Dalam
pengembangan sistem tahap perancangan merupakan tahap yang paling penting,
dimana pada tahap perancangan akan diadakan identifikasi masalahmasalah apa
yang akan digunakan sebagai bahan rancangan, sehingga dapat menghasilkan
sistem informasi yang baik (Syukron, 2015).

62
Penggunaan sistem informasi kesehatan berpotensi meningkatkan performa
fasilitas kesehatan, menghemat biaya operasional, dan meningkatkan kepuasan
pelanggan/pasien (Goldwzweig e t a l . , 2009). Manajemen informasi kesehatan
berfokus pada pelayanan kesehatan dan sumber informasi kesehatan guna
menghasilkan informasi untuk kelangsungan dan kemajuan pelayanan kesehatan.
Untuk itu, penanggung jawab manajemen informasi kesehatan harus
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, dan menyajikan data pelayanan
kesehatan bagi kepentingan penelitian, pendidikan, perencanaan, dan evaluasi
pelayanan kesehatan secara komprehensif dan terintegrasi. sistem informasi
kesehatan membutuhkan enam komponen yang saling berinteraksi satu sama lain
untuk menghasilkan informasi yang lebih baik.
Komponen tersebut adalah:
1. sumber daya sistem informasi kesehatan, yang meliputi sistem koordinasi dan
kepemimpinan, kebijakan, finansial, sumber daya manusia, dan infrastruktur
(sarana dan prasarana pendukung) (Pusat Data dan Informasi, 2011).
2. indikator-indikator yang merupakan domain utama informasi kesehatan, meliputi
determinan kesehatan, sistem kesehatan, dan status kesehatan;
3. sumber data kesehatan;
4. manajemen data, yang meliputi penyimpanan, penjaminan kualitas, dan
pemrosesan dat
5. proses perubahan data menjadi informasi
6. penyebaran dan pemanfaatan informasi yang dapat digunakan untuk mendukung
proses pengambilan keputusan.
Proses pengelolaan data/informasi kesehatan memerlukan standar tertentu.
Standar data/informasi di Indonesia masih belum memadai. Hal ini juga
diperparah dengan akses dan sumber daya kesehatan yang tidak merata.
Akibatnya, setiap fasilitas kesehatan mulai mengembangkan dan menerapkan
sistem informasi menurut kemampuan dan kebutuhan masing-masing. Hal ini
membuat sistem informasi dan teknologi informasi yang dipakai berbeda-beda
dan sulit untuk dikomunikasikan. Selain itu, kepemilikan dan keamanan data yang
dipertukarkan menjadi penghalang untuk penyediaan data yang bisa diakses oleh
stakeholder terkait (Pusat Data dan Informasi, 2011).
Ada beberapa alasan penting mengapa sistem informasi ini patut dikembangkan:
1. Sistem informasi ini dapat membantu petugas di puskesmas untuk melakukan
rekapitulasi laporan periodik.
2. Sistem informasi ini dapat berperan sebagai media layanan informasi yang dapat
mengakomodasi kebutuhan administrasi kesehatan
Tujuan pengembangan sistem informasi kesehatan puskesmas ini yakni dapat
menyajikan informasi kesehatan meliputi rekapitulasi kegiatan puskesmas,
laporan kunjungan pasien dan informasi penting lainnya. Karena luasnya cakupan
kegiatan di puskesmas, maka sistem yang dikembangkan terbatas pada perekaman
data kunjungan rawat jalan
dan kegiatan luar yang dilakukan oleh
puskesmas.
Mengembangkan Sistem Informasi Manajemen Kesehatan
1. Tinjau sistem yang ada
2. Menentukan kebutuhan data unit terkait dalam sistem kesehatan
3. Menentukan aliran data yang paling tepat dan efektif

63
4. Desain alat pengumpulan dan pelaporan data
5. Mengembangkan prosedur dan mekanisme untuk pengolahan data
6. Mengembangkan dan mengimplementasikan program pelatihan untuk penyedia
data dan data pengguna
7. Pra-tes, dan jika perlu, mendesain ulang sistem untuk pengumpulan data, aliran
data, pengolahan data dan pemanfaatan data
8. Memantau dan mengevaluasi sistem
9. Mengembangkan mekanisme penyebaran dan umpan balik data yang efektif
10. Tingkatkan HMIS (Angga, 2018).
Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi di
seluruh seluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka
penyelengggaraan pelayanan kepada masyarakat. Parturan perundangundangan
yang menyebutkan sistem informasi kesehatan adalah Kepmenkes Nomor
(Raden,2007).
kebijakan dan strategi desentralisasi bidang kesehatan dan Kepmenkes
Nomor 932/Menkes/SK/VIII/2002 tentang petunjuk pelaksanaan pengembangan
sistem laporan informasi kesehatan kabupaten/kota. Hanya saja dari isi kedua
Kepmenkes mengandung kelemahan dimana keduanya hanya memandang sistem
informasi kesehatan dari sudut padang menejemen kesehatan, tidak memanfaatkan
state of the art teknologi informasi serta tidak berkaitan dengan sistem informasi
nasional. Teknologi informasi dan komunikasi juga belum dijabarkan secara detail
sehingga data yang disajikan tidak tepat dan tidak tepat waktu. Perkembangan
Sistem Informasi Rumah Sakit yang berbasis komputer (Computer Based Hospital
Information System) di Indonesia telah dimulai pada akhir dekade 80’an. Salah
satu rumah sakit yang pada waktu itu telah memanfaatkan komputer untuk
mendukung operasionalnya adalah Rumah Sakit Husada. Departemen Kesehatan
dengan proyek bantuan dari luar negeri, juga berusaha mengembangkan Sistem
Informasi Rumah Sakit pada beberapa rumah sakit pemerintah dengan dibantu
oleh tenaga ahli dari UGM. Namun, tampaknya komputerisasi dalam bidang per-
rumah sakit-an, kurang mendapatkan hasil yang cukup memuaskan semua pihak.
Ketidakberhasilan dalam pengembangan sistem informasi tersebut, lebih
disebabkan dalam segi perencanaan yang kurang baik, dimana identifikasi faktor-
faktor penentu keberhasilan (critical success factors) dalam implementasi sistem
informasi tersebut kurang lengkap dan menyeluruh.
Perkembangan dan perubahan yang cepat dalam segala hal juga terjadi di
dunia pelayanan kesehatan. Hal ini semata-mata karena sektor pelayanan
kesehatan merupakan bagian dari sistem yang lebih luas dalam masyarakat
dan pemerintahan dalam suatu negara, bahkan lebih jauh lagi sistem yang
lebih global. Perubahan-perubahan di negara lain dalam berbagai sektor
mempunyai dampak terhadap sistem pelayanan kesehatan. Dalam era
seperti saat ini, begitu banyak sektor kehidupan yang tidak terlepas dari
peran serta dan penggunaan teknologi komputer, terkhusus pada bidang-
bidang dan lingkup pekerjaan. Semakin hari, kemajuan teknologi
komputer, baik dibidang piranti lunak maupun perangkat keras
berkembang dengan sangat pesat, disisi lain juga berkembang kearah yang
sangat mudah dari segi pengaplikasian dan murah dalam biaya. Solusi
untuk bidang kerja apapun akan ada cara untuk dapat dilakukan melalui
media komputer, dengan catatan bahwa pengguna juga harus terus belajar

64
untuk mengiringi kemajuan teknologinya. Sehingga pada akhirnya, solusi
apapun teknologi yang kita pakai, sangatlah ditentukan oleh sumber daya
manusia yang menggunakannya. Rumah Sakit, sebagai salah satu institusi
pelayan kesehatan masyarakat akan melayani traksaksi pasien dalam
kesehariannya. Pemberian layanan dan tindakan dalam banyak hal akan
mempengarui kondisi dan rasa nyaman bagi pasien. Semakin cepat akan
semakin baik karena menyangkut nyawa pasien. Semakin besar jasa
layanan suatu rumah sakit, akan semakin kompleks pula jenis tindakan dan
layanan yang harus diberikan yang kesemuanya harus tetap dalam satu
koordinasi terpadu. Karena selain memberikan layanan, rumah sakit juga
harus mengelola dana untuk membiayai operasionalnya. (Raden,2007).
Melihat situasi tersebut, sudah sangatlah tepat jika rumah sakit
menggunakan sisi kemajuan komputer, baik piranti lunak maupun perangkat
kerasnya dalam upanya membantu penanganan manajemen yang sebelumnya
dilakukan secara manual.
Departemen Kesehatan telah menetapkan visi Indonesia Sehat 2010 yang
ditandai dengan penduduknya yang hidup sehat dalam lingkungan yang sehat,
berperilaku sehat, dan mampu menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu
yang disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat sendiri, serta ditandainya
adanya peran serta masyarakat dan berbagai sektor pemerintah dalam upaya upaya
kesehatan. Dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditetapkan tersebut,
infrastruktur pelayanan kesehatan telah dibangun sedemikian rupa mulai dari
tingkat nasional, propinsi, kabupaten dan seterusnya sampai ke pelosok. Setiap
unit infrastruktur pelayanan kesehatan tersebut menjalankan program dan
pelayanan kesehatan menuju pencapaian visi dan misi Depkes tersebut. Setiap
jenjang tersebut memiliki sistem kesehatan yang yang saling terkait mulai dari
pelayanan kesehatan dasar di desa dan kecamatan sampai ke tingkat nasional.
Jaringan sistem pelayanan kesehatn tersebut memerlukan sistem informasi yang
saling mendukung dan terkait, sehingga setiap kegiatan dan program kesehatan
yang dilaksanakan dan dirasakan oleh masyarakat dapat diketahui, difahami,
diantisipasi dan di kelola dengan sebaik-baiknya. Departemen Kesehatan telah
membangun sistem informasi kesehatan yang disebut SIKNAS yang melingkupi
sistem jaringan informasi kesehatan mulai dari kabupaten sampai ke pusat.
Namun demikian dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, SIKNAS belum
berjalan sebagaimana mestinya. Dengan demikian sangat dibutuhkan sekali
dibangunnya sistem informasi kesehatan yang terintegrasi baik di dalam sektor
kesehatan (antar program dan antar jenjang), dan di luar sektor kesehatan, yaitu
dengan sistem jaringan informasi pemerintah daerah dan jaringan informasi di
pusat
Sistem informasi yang ada saat ini dapat digambarkan sebagai berikut:
1. Masing-masing program memiliki sistem informasi sendiri yang belum
terintegrasi. Sehingga bila diperlukan informasi yang menyeluruh
diperlukan waktu yang cukup lama.
2. Terbatasnya perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) di
berbagai jenjang, padahal kapabilitas untuk itu dirasa memadai.
3. Terbatasnya kemampuan dan kemauan sumber daya manusia untuk
mengelola dan mengembangkan sistem informasi

65
4. Masih belum membudayanya pengambilan keputusan berdasarkan
data/informasi.
5. Belum adanya sistem pengembangan karir bagi pengelola sistem
informasi, sehingga seringkali timbul keengganan bagi petugas untuk
memasuki atau dipromosikan menjadi pengelola sistem informasi.
Konsep-konsep Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan Sistem informasi
kesehatan harus dibangun untuk mengatasi kekurangan maupun ketidakkompakan
antar badan kesehatan. Dalam melakukan pengembangan sistem informasi secara
umum, ada beberapa konsep dasar yang harus dipahami oleh para pengembang
atau pembuat rancang bangun sistem informasi (designer). Konsep-konsep
tersebut antara lain:
(Raden,2007).
1. Sistem informasi tidak identik dengan sistem komputerisasi Pada dasarnya
sistem informasi tidak bergantung kepada penggunaan teknologi
komputer. Sistem informasi yang memanfaatkan teknologi komputer
dalam implementasinya disebut sebagai Sistem Informasi Berbasis
Komputer (Computer Based Information System). Pada pembahasan
selanjutnya, yang dimaksudkan dengan sistem informasi adalah sistem
informasi yang berbasis komputer. Isu penting yang mendorong
pemanfaatan teknologi komputer atau teknologi informasi dalam sistem
informasi suatu organisasi adalah
2. Sistem informasi organisasi adalah suatu sistem yang dinamis. Dinamika
sistem informasi dalam suatu organisasi sangat ditentukan oleh dinamika
perkembangan organisasi tersebut. Oleh karena itu perlu disadari bahwa
pengembangan sistem informasi tidak pernah berhenti.
3. Sistem informasi sebagai suatu sistem harus mengikuti siklus hidup sistem
Seperti lahir, berkembang, mantap dan akhirnya mati atau berubah
menjadi sistem yang baru. Oleh karena itu, sistem informasi memiliki
umur layak guna. Panjang pendeknya umur layak guna sistem informasi
tersebut ditentukan diantaranya oleh
(Raden,2007).

66

Anda mungkin juga menyukai