Anda di halaman 1dari 26

1

MODUL
PEMBELAJARAN TEORI

“Mekanisme dan tugas koordinator dalam PPAM”

MATA KULIAH
MANAJEMEN KRISIS DALAM KESEHATAN
(PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN)
OLEH:
PAK KADAR RAMADHAN SKM.,MKM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 4:

KASMAWATI
SEPTIN PUTRI PURWITA NINGTYAS
PRISKA ANAKODA
NURULIZA TANGKAWA
RAHAYU MUSODY

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES PALU JURUSAN KEBIDANAN PROGRAM STUDI D-III
KEBIDANAN POSO
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................i
I. Tinjauan Mata Kuliah..............................................................................................................1
A. Deskripsi Mata Kuliah........................................................................................................1
B. Kegunaan Mata Kuliah......................................................................................................1
C. Sasaran Belajar...................................................................................................................1
D. Urutan penyajian................................................................................................................1
II. Pendahuluan...........................................................................................................................1
A. Sasaran Pembelajaran yang ingin dicapai..........................................................................1
B. Ruang lingkup bahan modul...............................................................................................2
III. Materi Pembelajaran.............................................................................................................2
A. Pengertian PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum)......................................................2
B. Struktur dan mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi pada penanggulangan krisis
kesehatan.................................................................................................................................3
C. Tugas koordinator PPAM reproduksi remaja.....................................................................4
D. Mendemonstrasikan mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi pada penanggulangan
krisis kesehatan.......................................................................................................................7
Latihan......................................................................................................................................10
Rangkuman...............................................................................................................................10
Tes Formatif..............................................................................................................................10
Umpan Balik Atau Tindak Lanjut.............................................................................................13
Kunci Jawaban Tes Formatif....................................................................................................19
Glossarium................................................................................................................................19
Daftar pustaka...........................................................................................................................20

i
I. Tinjauan Mata Kuliah
A. Deskripsi Mata Kuliah

Mata kuliah ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa tentang


manajemen krisis dalam kesehatan yaitu mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi
dalam situasi darurat bencana yang meliputi tugas koordinator kesehatan reproduksi
dan mendemonstrasikan mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi dalam situasi
darurat bencana.
B. Kegunaan Mata Kuliah

Mata kuliah ini berguna bagi mahasiswa untuk mengetahui mekanisme


koordinasi kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana dan tugas koordinator
kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana.
C. Sasaran Belajar

Sasaran belajar adalah mahasiswa D-III kebidanan semester 3


D. Urutan penyajian

1. Pendahuluan

a. Sasaran pembelajaran yang ingin dicapai

b. Ruang lingkup bahan modul

c. Manfaat mempelajari modul

d. Urutan pembahasan

e. Petunjuk khusus

2. Materi Pembelajaran

3. Latihan

4. Rangkuman

5. Tes Formatif

6. Umpan Balik Atau Tindak Lanjut

7. Kunci Tes Formatif

1
8. Daftar Pustaka
II. Pendahuluan
A. Sasaran Pembelajaran yang ingin dicapai

Menguasai tentang :

1. Struktur mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi dalam situasi darurat


bencana

2. Tugas koordinator kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana

3. Mendemonstrasikan mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi dalam situasi


darurat bencana
B. Ruang lingkup bahan modul

1. Struktur mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi dalam situasi darurat


bencana

2. Tugas koordinator kesehatan reproduksi dalam situasi darurat bencana

3. Mendemonstrasikan mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi dalam situasi


darurat bencana
III. Materi Pembelajaran
A. Pengertian PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum)

PPAM merupakan serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang


harus dilaksanakan segera pada tanggap darurat krisis kesehatan untuk
menyelamatkan jiwa khususnya pada kelompok perempuan dan remaja perempuan.
Jika kesehatan reproduksi diabaikan, akan memiliki konsekuensi sebagai berikut:

1) Kematian maternal dan neonatal,

2) Kekerasan seksual dan komplikasi lanjutan,

3) Infeksi menular seksual (IMS),

4) Kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman,

5) Penyebaran HIV.

2
Keluarga berencana bukan merupakan bagian dari PPAM kesehatan
reproduksi, namun pelayanan kontrasepsi dibutuhkan untuk memastikan
kesinambungan dalam penggunaan alat dan obat kontrasepsi (alokon) pada
pasangan usia subur dalam mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
Pelayanan kesehatan reproduksi harus tersedia dalam kondisi apapun baik pada
kondisi normal maupun pada situasi bencana. Pada bencana berskala besar,
biasanya terjadi keterbatasan jumlah tenaga maupun sarana dan prasarana (alat dan
bahan) kesehatan. Oleh karena itu intervensi pelayanan kesehatan reproduksi
difokuskan pada tindakan penyelamatan jiwa melalui penerapan PPAM yang
merupakan pelayanan minimal yang harus tersedia. Sedangkan pada bencana
berskala kecil, biasanya tenaga dan sarana kesehatan masih tersedia cukup sehingga
diharapkan semua pelayanan kesehatan reproduksi tetap dapat dilaksanakan. Pada
bencana akan selalu ada kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi. Untuk itu
diperlukan ketersediaan informasi yang mendukung, agar pelayanan kesehatan
reproduksi dapat dilaksanakan di pengungsian. Beberapa informasi dasar yang
harus dikumpulkan meliputi data demografi dan kesehatan penduduk yang terkena
dampak. Informasi tersebut bisa diperoleh dari Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan organisasi atau lembaga
yang bekerja di wilayah bencana tersebut. Selain itu dibutuhkan juga informasi
tentang kondisi fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, ketersediaan alat
kesehatan dan obat serta penyusunan rencana program. Jika pada awal tanggap
darurat krisis kesehatan, sulit mendapatkan data sasaran kesehatan reproduksi
seperti jumlah Wanita Usia Subur (WUS), ibu hamil, pria yang aktif secara seksual
dan lain sebagainya, maka data tersebut dapat diestimasi secara statistik dari jumlah
pengungsi.
B. Struktur dan mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi pada
penanggulangan krisis kesehatan

Menteri kesehatan

Sekretariat jenderal

3
Direktorat yang ditunjuk sebagai Pusat krisis kesehatan
penanggung jawab sub klaster
kesehatan reproduksi

Tim siaga kesehatan reproduksi


(koordinator kespro)

Penanggung
Penanggung Penanggung
jawab Penanggung Penanggung
jawab jawab
komponen jawab jawab
komponen komponen
penanganan komponen komponen
maternal dan kesehatan
kekerasan pencegahan logistik
neonatal reproduksi
berbasis penularan HIV (anggota)
(anggota) remaja
gender (anggota)
(anggota)

Pembentukan tim kesehatan reproduksi remaja dapat dilakukan dengan cara


mengidentifikasi lembaga/ organisasi yang aktif dalam isu kesehatan reproduksi
dalam situasi umum maupun dalam situasi krisis kesehatan, atau
lembaga/organisasi yang aktif dalam situasi krisis kesehatan. Agar dalam
pelaksanaannya kegiatan dapat berjalan dengan baik, maka saat pembentukan tim
kesehatan reproduksi remaja harus melibatkan berbagai sektor terkait, seperti
Kementerian Sosial, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan
Anak, TNI/POLRI, dan organisasi kemasyarakatan terkait khususnya
lembaga/organisasi atau komunitas remaja seperti Pramuka dengan Saka Bhakti
Husada, PMR, Tagana, Kader Kesehatan Remaja/ Konselor Sebaya, Pendidik
4
Sebaya, dan komunitas lainnya Pembentukan tim kesehatan reproduksi remaja
dilakukan pada tahap pra krisis kesehatan, sehingga tim kesehatan reproduksi telah
mendapatkan pelatihan PPAM Kesehatan Reproduksi Remaja, dan memiliki
kemampuan untuk melakukan advokasi, sosialisasi, penyusunan kebijakan baik
dalam tingkat nasional maupun daerah, sehingga pada saat situasi krisis kesehatan
terjadi, tim kesehatan reproduksi remaja sudah siap dalam mengimplementasikan
PPAM Kesehatan Reproduksi Remaja.

C. Tugas koordinator PPAM reproduksi remaja


Tugas Kegiatan
Koordinasi, a. Melakukan advokasi agar kesehatan reproduksi
Komunikasi & remaja diperhatikan selama pelaksanaan PPAM
Kerjasama: b. Bekerjasama dengan lintas sektor terkait, melakukan
pemetaan kelompok remaja yang paling rentan dan
memastikan mereka mampuuntuk mengakses
pelayanan kesehatan reproduksi
c. Memberikan informasi pelayanan Kesehatan
Reproduksi Remaja yang tersedia dan
memberitahukan lokasi yang dapat diakses
d. Melibatkan instansi pemerintah dalam kesehatan
reproduksi remaja selama perencanaan pelayanan
kesehatan reproduksi komprehensif, untuk
memastikan kepemimpinan dan rasa memiliki di
tingkat nasional.
e. Melakukan pendekatan kesehatan reproduksi multi-
sektoral untuk memastikan bahwa kebutuhan remaja
diidentifikasi dan ditangani
f. Bekerja sama dengan pemangku kepentingan lainnya
(Kementerian dan Lembaga lain) untuk memastikan
bahwa kebutuhan kesehatan reproduksi remaja
tertangani, tanpa duplikasi pelayanan
g. Melanjutkan upaya untuk melibatkan instansi
pemerintah dalam penanganan kesehatan reproduksi
remaja.

5
h. Melakukan advokasi dengan pimpinan kepolisian,
militer atau aparat penegak hukum untuk membentuk
dan menegakkan kebijakan terkait kekerasan berbasis
gender
i. Melakukan pertemuan rutin dengan lintas
program/lintas sektor kesehatan reproduksi dan
organisasi terkait untuk menyelenggarakan PPAM
Kesehatan Reproduksi Remaja sesegera mungkin
j. Melaporkan kegiatan rutin untuk disampaikan kepada
Koordinator PPAM Kesehatan Reproduksi dan
kepada anggota maupun lembaga atau sektor lainnya
Mengidentifikasi, Mengkaji dan memperbaharui protokol kesehatan
mengenal dan reproduksi standar untuk memastikan
memahami: terpenuhinya kebutuhan remaja
Mendapatkan Mengidentifikasi informasi dasar terkait kebutuhan
informasi dasar pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Beberapa
demografi dan informasi dasar yang harus dikumpulkan meliputi:
kesehatan: a. Total populasi
b. Data demografi remaja yang penting dan
mengidentifikasi permasalahan utama yang ada
dalam populasi sasaran yang perlu ditangani segera.
c. Informasi tentang status baseline/data awal kebutuhan
dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja
d. Informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan
peduli remaja
e. Memantau, menganalisis dan melaporkan setiap bulan
tentang pelayanan kesehatan reproduksi remaja
dengan menggunakan indikator standar

Pengumpulan informasi dasar terkait dengan kebutuhan pelayanan kesehatan


reproduksi remaja ini harus segera dilakukan di awal situasi tanggap darurat krisis
kesehatan. Apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis kesehatan data remaja
sulit diperoleh, maka data tersebut dapat di estimasi secara statistik dari jumlah

6
pengungsi. Dan bila baseline/data awal kebutuhan dan pelayanan kesehatan
reproduksi remaja, serta informas ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan peduli
remaja tidak tersedia saat situasi tanggap awal tanggap darurat krisis kesehatan,
maka penilaian kebutuhan kesehatan reproduksi remaja tetap harus dilaksanakan.
Intervensi kesehatan reproduksi remaja, termasuk pelaksanaan PPAM yang
dilakukan oleh sub klaste kesehatan reproduksi harus dibahas dalam klaster
kesehatan. Hal ini supaya terdapat koordinasi kegiatan antara LSM, badan PBB, dan
pihak yang berwenang di tingkat nasional. Intervensi ini juga akan memastikan
cakupan pelayanan tanpa duplikasi atau kesenjangan. Semua staf kesehatan
reproduksi harus melakukan advokasi bahwa remaja tercakup dalam pelaksanaan
PPAM kesehatan reproduksi. Koordinator kesehatan reproduksi adalah ketua
Penanggung jawab sub klaster kesehatan reproduksi yang berada di bawah tim
penanggulangan bencana bidang kesehatan dan bertanggung jawab kepada
koordinator tim penanggulangan krisis kesehatan di setiap jenjang administrasi.
Penanggung jawab sub klaster kesehatan reproduksi dibentuk di setiap provinsi dan
kabupaten pada situasi pra bencana untuk menyusun serta melaksanakan rencana
kesiapsiagaan serta melaksanakan komponen PPAM Kesehatan Reproduksi pada
saat bencana. Mekanisme koordinasi penanggulangan krisis kesehatan dilaksanakan
secara berjenjang dengan Menteri Kesehatan sebagai penanggung jawab program
penanggulangan krisis kesehatan melalui PKK dengan prinsip dasar dijelaskan pada
Buku Pedoman PPAM Kesehatan Reproduksi.

D. Mendemonstrasikan mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi pada


penanggulangan krisis kesehatan

Pada tanggap darurat krisis kesehatan, harus ditetapkan seorang


koordinator pelayanan kesehatan reproduksi remaja untuk mengkoordinir lintas
program, lintas sektor, lembaga lokal dan internasional dalam pelaksanaan PPAM
Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR). Tujuannya adalah untuk memastikan
bahwa kesehatan reproduksi remaja menjadi prioritas pelayanan. Koordinasi
kesehatan reproduksi remaja dapat dilakukan oleh penanggung jawab kesehatan
reproduksi remaja yang telah ditunjuk oleh koordinator kesehatan reproduksi, yang
terlibat sejak situasi tanggap darurat krisis kesehatan hingga pasca krisis
kesehatan, dan menyediakan dukungan teknis dan operasional untuk mitra terkait.

7
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa kesehatan reproduksi remaja menjadi
prioritas dalam situasi krisis kesehatan. Apabila penanggung jawabnya adalah
remaja, diharapkan memiliki latar belakang pendidik sebaya/konselor sebaya dan
aktif dalam kegiatan remaja yang berfokus pada Kesehatan Reproduksi Remaja.
Dalam melaksanakan tugasnya, koordinator harus melakukan rapat koordinasi
untuk mendukung dan menetapkan penanggung jawab di setiap komponen PPAM
Kesehatan reproduksi Remaja (kekerasan berbasis gender, pengobatan IMS dan
HIV, kesehatan remaja, ibu serta bayi baru lahir serta kesehatan jiwa dan
dukungan psikososial), serta melaporkan isu-isu dan data terkait kesehatan
reproduksi remaja pada pertemuan koordinasi. Selain itu koordinator harus mampu
memastikan bahwa sumber daya dipergunakan secara efisien, pelayanan
didistribusikan secara merata tanpa kesenjangan atau duplikasi, dan tersebarnya
informasi di antara semua pelaksana yang terlibat.

1. Mencegah Dan Menangani Kekerasan Seksual

Kondisi bencana dan pengungsian dapat menyebabkan meningkatnya


risiko kekerasan seksual pada perempuan dan anak. Kasus kekerasan seksual
terjadi karena kondisi di lokasi bencana yang tidak memadai, seperti: tenda dan
toilet yang tidak terpisah antara laki-laki dan perempuan, lokasi sumber air
bersih yang jauh dari pengungsian, penerangan yang kurang memadai, tidak
adanya sistim ronda maupun keamanan di pengungsian dan lain-lain.
Koordinator kesehatan reproduksi harus membahas masalah kekerasan seksual
didalam rapat koordinasi kesehatan bersama dengan penanggung jawab
komponen GBV dan tim kesehatan reproduksi lainnya.

Seringkali penyintas remaja yang mengalami tindak kekerasan seksual


berisiko mengalami cedera fisik, IMS termasuk HIV, kehamilan yang tidak
diinginkan dan aborsi tidak aman. Selain luka fisik, penyintas berusia muda
yang mengalami tindak kekerasan seksual mungkin menderita masalah
psikologis yang berat. Kadang korban disalahkan atas kekerasan yang
dialaminya dan kemungkinan akan mengalami stigmatisasi sosial, dianggap
tidak layak/tidak pantas menikah, dan ditolak oleh keluarganya sendiri. Untuk
menghindari agar kekerasan seksual tidak terjadi di situasi krisis kesehatan/
bencana maka harus dilakukan koordinasi dengan BNPB/BPBD dan Dinas
8
Sosial yaitu untuk menempatkan kelompok rentan di pengungsian dan
memastikan satu keluarga berada dalam tenda yang sama.

Kerentanan remaja diantaranya:

a. Anak perempuan yang menjadi kepala keluarga dan anak yang terpisah dari
keluarga dikumpulkan di dalam satu tenda atau bersama kelompok rentan
lainnya
b. Memastikan terdapat fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi yang ramah
remaja untuk penyintas kekerasan seksual pada tenda pengungsian
c. Menempatkan toilet laki-laki dan perempuan secara terpisah di tempat yang
aman dengan penerangan yang cukup. Pastikan bahwa pintu toilet dapat di
kunci dari dalam Melakukan koordinasi dengan penanggung jawab
keamanan, untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada remaja
d. Melibatkan lembaga-lembaga/organisasi yang bergerak di bidang
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di pengungsian dalam
pencegahan dan penanganan kekerasan seksual pada remaja
e. Menginformasikan adanya pelayanan bagi penyintas perkosaan dengan
nomor telepon yang bisa dihubungi 24 jam. Informasi dapat diberikan
melalui leaflet, selebaran, radio, dan lain-lain.
f. Memastikan adanya petugas kompeten untuk penanganan kasus kekerasan
seksual khususnya untuk remaja, dan melibatkan tokoh remaja/kader sebagai
motivator untuk memberikan semangat dan penghubung antara penyintas
kekerasan seksual berusia muda dengan pelayanan kesehatan
g. Memastikan tersedianya pelayanan medis penanganan kesehatan jiwa dan
dukungan psikososial di organisasi/lembaga yang terlibat dalam respon
bencana bagi penyintas kekerasan, serta memastikan adanya mekanisme
rujukan, perlindungan sosial dan hukum yang terkoordinasi dengan baik
h. Mendorong partisipasi dan kesadaran remaja serta masyarakat tentang
masalah kekerasan seksual, strategi pencegahan, dan pelayanan yang tersedia
untuk penyintas Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh koordinator kesehatan
reproduksi remaja dalam pelayanan klinis untuk penyintas kekerasan seksual
terdapat dalam Buku Pedoman PPAM Kesehatan Reproduksi Pada Situasi
Krisis Kesehatan. Sedangkan, penyelenggaraan rujukan dalam penanganan

9
kasus kekerasan merupakan proses kerjasama semua unsur terkait. Korban
kekerasan khususnya kekerasan seksual bisa datang sendiri, diantar oleh
orang tua atau keluarga atau Polisi/LSM terkait, setelah dilakukan registrasi,
selanjutnya korban diberikan penanganan kegawatdaruratannya. Apabila
korban tidak memungkinkan untuk ditangani di puskesmas maka segera
dirujuk ke Rumah Sakit. Jika penanganan korban bisa dilakukan di
puskesmas maka langkah yang dilakukan adalah dimulai dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan psikososial. Apabila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang, untuk menegakkan diagnosis, dan sebaiknya
dilanjutkan dengan konseling. Jika penyintas kekerasan seksual telah
membaik dan tidak butuh tindakan rawat inap, maka ia dapat pulang.
Kunjungan rumah dapat dilakukan bila diperlukan. Sedangkan bagi
penyintas yang memerlukan dukungan psikososial seperti perlindungan
keamanan dapat dirujuk ke rumah perlindungan/aman (Shelter). Penanganan
kasus kekerasan seksual pada situasi krisis kesehatan memerlukan dukungan
dari berbagai pihak, sebagai contoh Kementerian Sosial dapat memberikan
dukungan seperti penyediaan rumah perlindungan/ aman/shelter / pos khusus
untuk penyintas kekerasan seksual. Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak, dan lembaga atau organisasi terkait lainnya juga
dapat mendukung upaya pencegahan kekerasan seksual dan rujukan bagi
penyintas kekerasan seksual. Selain itu, pusat pelayanan terpadu juga dapat
dikembangkan untuk penanganan kekerasan seksual pada remaja sehingga
memudahkan pemberian pelayanan bagi penyintas kekerasan seksual pada
remaja.
Latihan

1. Jelaskan bagaimanakah mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi dalam


situasi darurat bencana

2. Sebutkan dan jelaskan tugas koordinator kesehatan reproduksi dalam situasi


darurat bencana
Rangkuman

PPAM merupakan serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang


harus dilaksanakan segera pada tanggap darurat krisis kesehatan untuk
10
menyelamatkan jiwa khususnya pada kelompok perempuan dan remaja
perempuan. Pembentukan tim kesehatan reproduksi remaja dapat dilakukan
dengan cara mengidentifikasi lembaga/ organisasi yang aktif dalam isu kesehatan
reproduksi dalam situasi umum maupun dalam situasi krisis kesehatan, atau
lembaga/organisasi yang aktif dalam situasi krisis kesehatan. Pada tanggap
darurat krisis kesehatan, harus ditetapkan seorang koordinator pelayanan
kesehatan reproduksi remaja untuk mengkoordinir lintas program, lintas sektor,
lembaga lokal dan internasional dalam pelaksanaan PPAM Kesehatan Reproduksi
Remaja (KRR). Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa kesehatan reproduksi
remaja menjadi prioritas pelayanan.
Tes Formatif

1. Serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang harus dilaksanakan


segera pada tanggap darurat krisis kesehatan untuk menyelamatkan jiwa
khususnya pada kelompok perempuan dan remaja perempuan adalah
pengertian dari…

A. PPAM

B. IMS

C. Kespro

D. KIA

E. Antenatal care

2. Jika kesehatan reproduksi diabaikan maka konsekuensinya sebagai berikut,


kecuali…

A. Kematian maternal dan neonatal

B. Kekerasan seksual dan komplikasi lanjut

C. Penyebaran HIV

D. Kehamilan yang tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman

E. Pelayanan kesehatan reproduksi tidak akan terlaksana

11
3. Selain ketersediaan informasi dasar seperti data demografi dan kesehatan
penduduk yang terkena dampak bencana diperlukan juga informasi seperti…

A. Fasilitas pelayanan kesehatan

B. Tenaga kesehatan

C. Ketersediaan alat kesehatan dan obat

D. Ketersediaan makanan

E. Penyusunan rencana program

4. Tim siaga kesehatan reproduksi terbagi atas beberapa penanggung jawab


komponen yaitu, kecuali…

A. Kesehatan lansia

B. Pencegahan penularan HIV

C. Penanganan kekerasan berbasis gender

D. Maternal dan neonatal

E. Logistik

5. Apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis kesehatan data remaja sulit
diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh dari…

A. Badan statistik daerah

B. Pemerintah daerah

C. Estimasi secara statistik dari jumlah pengungsi

D. Tidak mengumpulkan lagi data

E. Hanya lewat perkiraan

6. Agar dalam pelaksanaannya kegiatan berjalan dengan baik maka saat


pembentukan tim kespro harus melibatkan, kecuali…

A. Kementrian pemberdayaan perempuan dan perindungan anak

12
B. TNI

C. Polri

D. Organisasi kemasyarakatan

E. Pemerintah daerah

7. Sebutkan salah satu faktor penyebab meningkatnya resiko kekerasan seksual


pada perempuan dan anak…

A. Tenda dan toilet yang tidak dipisah antara laki laki dan perempuan

B. Karena kemauan dari pelaku dan korban

C. Karena tidak adanya ketegasan dari pemerintah

D. Karena kelalaian orang tua dalam menjaga anaknya

E. Sifat cuek dari warga sekitar

8. Tujuan dari pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi remaja adalah…

A. Untuk menjaga keharmonisan masyarakat

B. Untuk saling menumbuhkan rasa kasih sayang

C. Untuk memastikan bahwa kesehatan reproduksi remaja menjadi prioritas


pelayanan

D. Agar remaja dapat memahami tentang reproduksi sejak dini

E. Untuk mencegah penyebaran penyakit HIV

9. Organisasi kemasyarakatan yang terlibat dalam tim kesehatan reproduksi


remaja yaitu, kecuali…

A. Pramuka

B. Saka bakti husada

C. PMR

D. Kementrian sosial
13
E. Kader kesehatan remaja

10. Pernyataan dibawah ini yang manakah yang termasuk contoh kecil
penanganan dan pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada perempuan
dan anak dalam kondisi bencana dan pengungsian…

A. Larangan bepergian sendiri

B. Adanya sistem ronda maupun keamanan di pengungsian dan penerangan


yang memadai

C. Batasan jam keluar pada malam hari

D. Pengguaan toilet terjadwal

E. Menggunakan sistem denda untuk pelaku

14
Umpan Balik Atau Tindak Lanjut

1. Serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi yang harus dilaksanakan


segera pada tanggap darurat krisis kesehatan untuk menyelamatkan jiwa
khususnya pada kelompok perempuan dan remaja perempuan adalah pengertian
dari…

A. Jawaban benar karena, serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi


yang harus dilaksanakan segera pada tanggap darurat krisis kesehatan untuk
menyelamatkan jiwa khususnya pada kelompok perempuan dan remaja
perempuan adalah pengertian dari PPAM

B. Jawaban salah karena, serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi


yang harus dilaksanakan segera pada tanggap darurat krisis kesehatan untuk
menyelamatkan jiwa khususnya pada kelompok perempuan dan remaja
perempuan adalah pengertian dari PPAM

C. Jawaban salah karena, serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi


yang harus dilaksanakan segera pada tanggap darurat krisis kesehatan untuk
menyelamatkan jiwa khususnya pada kelompok perempuan dan remaja
perempuan adalah pengertian dari PPAM

D. Jawaban salah karena, serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi


yang harus dilaksanakan segera pada tanggap darurat krisis kesehatan untuk
menyelamatkan jiwa khususnya pada kelompok perempuan dan remaja
perempuan adalah pengertian dari PPAM

E. Jawaban salah karena, serangkaian kegiatan prioritas kesehatan reproduksi


yang harus dilaksanakan segera pada tanggap darurat krisis kesehatan untuk
menyelamatkan jiwa khususnya pada kelompok perempuan dan remaja
perempuan adalah pengertian dari PPAM

2. Jika kesehatan reproduksi diabaikan maka konsekuensinya sebagai berikut,


kecuali…

A. Jawaban salah karena, jika kesehatan reproduksi diabaikan maka


konsekuensinya sebagai berikut: kematian maternal dan neonatal,

15
kekerasan seksual dan komplikasi lanjut, penyebaran HIV, kehamilan yang
tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman

B. Jawaban salah karena, jika kesehatan reproduksi diabaikan maka


konsekuensinya sebagai berikut: kematian maternal dan neonatal,
kekerasan seksual dan komplikasi lanjut, penyebaran HIV, kehamilan yang
tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman

C. Jawaban salah karena, jika kesehatan reproduksi diabaikan maka


konsekuensinya sebagai berikut: kematian maternal dan neonatal,
kekerasan seksual dan komplikasi lanjut, penyebaran HIV, kehamilan yang
tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman

D. Jawaban salah karena, jika kesehatan reproduksi diabaikan maka


konsekuensinya sebagai berikut: kematian maternal dan neonatal,
kekerasan seksual dan komplikasi lanjut, penyebaran HIV, kehamilan yang
tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman

E. Jawaban benar karena, jika kesehatan reproduksi diabaikan maka


konsekuensinya sebagai berikut: kematian maternal dan neonatal, ekerasan
seksual dan komplikasi lanjut, Penyebaran HIV, kehamilan yang tidak
diinginkan dan aborsi yang tidak aman, jadi yang tidak termasuk adalah
pelayanan kesehatan reproduksi tidak akan terlaksana

3. Selain ketersediaan informasi dasar seperti data demografi dan kesehatan


penduduk yang terkena dampak bencana diperlukan juga informasi seperti…

A. Jawaban salah karena, selain ketersediaan informasi dasar seperti data

demografi dan kesehatan penduduk yang terkena dampak bencana

diperlukan juga informasi seperti ketersediaan makanan

B. Jawaban salah karena, selain ketersediaan informasi dasar seperti data

demografi dan kesehatan penduduk yang terkena dampak bencana

diperlukan juga informasi seperti ketersediaan makanan

C. Jawaban salah karena, selain ketersediaan informasi dasar seperti data


16
demografi dan kesehatan penduduk yang terkena dampak bencana

diperlukan juga informasi seperti ketersediaan makanan

D. Jawaban benar karena, selain ketersediaan informasi dasar seperti data

demografi dan kesehatan penduduk yang terkena dampak bencana

diperlukan juga informasi seperti ketersediaan makanan

E. Jawaban salah karena, selain ketersediaan informasi dasar seperti data

demografi dan kesehatan penduduk yang terkena dampak bencana

diperlukan juga informasi seperti ketersediaan makanan

4. Tim siaga kesehatan reproduksi terbagi atas beberapa penanggung jawab


komponen yaitu, kecuali…

A. Jawaban benar karena, tim siaga kesehatan reproduksi terbagi atas beberapa
penanggung jawab komponen yaitu: pencegahan penularan HIV,
penanganan kekerasan berbasis gender, maternal dan neonatal, logistik

B. Jawaban salah karena, tim siaga kesehatan reproduksi terbagi atas beberapa
penanggung jawab komponen yaitu: pencegahan penularan HIV,
penanganan kekerasan berbasis gender, maternal dan neonatal, logistik

C. Jawaban salah karena, tim siaga kesehatan reproduksi terbagi atas beberapa
penanggung jawab komponen yaitu: pencegahan penularan HIV,
penanganan kekerasan berbasis gender, maternal dan neonatal, logistik

D. Jawaban salah karena, tim siaga kesehatan reproduksi terbagi atas beberapa
penanggung jawab komponen yaitu: pencegahan penularan HIV,
penanganan kekerasan berbasis gender, maternal dan neonatal, logistik

E. Jawaban salah karena, tim siaga kesehatan reproduksi terbagi atas beberapa
penanggung jawab komponen yaitu: pencegahan penularan HIV,
penanganan kekerasan berbasis gender, maternal dan neonatal, logistik

17
5. Apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis kesehatan data remaja sulit

diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh dari…

A. Jawaban salah karena, apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis
kesehatan data remaja sulit diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh
dari estimasi secara statistik dari jumlah pengungsi

B. Jawaban salah karena, apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis
kesehatan data remaja sulit diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh
dari estimasi secara statistik dari jumlah pengungsi

C. Jawaban benar karena, apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis
kesehatan data remaja sulit diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh
dari estimasi secara statistik dari jumlah pengungsi

D. Jawaban salah karena, apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis
kesehatan data remaja sulit diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh
dari estimasi secara statistik dari jumlah pengungsi

E. Jawaban salah karena, apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis
kesehatan data remaja sulit diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh
dari estimasi secara statistik dari jumlah pengungsi

6. Agar dalam pelaksanaannya kegiatan berjalan dengan baik maka saat


pembentukan tim kespro harus melibatkan, kecuali…

A. Jawaban salah karena, agar dalam pelaksanaannya kegiatan berjalan dengan


baik maka saat pembentukan tim kespro harus melibatkan: kementrian
pemberdayaan perempuan dan perindungan anak, TNI, polri, organisasi
kemasyarakatan

B. Jawaban salah karena, agar dalam pelaksanaannya kegiatan berjalan dengan


baik maka saat pembentukan tim kespro harus melibatkan: kementrian
pemberdayaan perempuan dan perindungan anak, TNI, polri, organisasi
kemasyarakatan

C. Jawaban salah karena, agar dalam pelaksanaannya kegiatan berjalan dengan


baik maka saat pembentukan tim kespro harus melibatkan: kementrian
18
pemberdayaan perempuan dan perindungan anak, TNI, polri, organisasi
kemasyarakatan

D. Jawaban salah karena, agar dalam pelaksanaannya kegiatan berjalan dengan


baik maka saat pembentukan tim kespro harus melibatkan: kementrian
pemberdayaan perempuan dan perindungan anak, TNI, polri, organisasi
kemasyarakatan

E. Jawaban benar karena, agar dalam pelaksanaannya kegiatan berjalan dengan


baik maka saat pembentukan tim kespro harus melibatkan: kementrian
pemberdayaan perempuan dan perindungan anak, TNI, polri, organisasi
kemasyarakatan, jadi yang tidak termasuk adalah pemerintah daerah

7. Sebutkan salah satu faktor penyebab meningkatnya resiko kekerasan seksual


pada perempuan dan anak…

A. Jawaban benar karena, faktor penyebab meningkatnya resiko kekerasan


seksual pada perempuan dan anak adalah tenda dan toilet yang tidak dipisah
antara laki laki dan perempuan

B. Jawaban salah karena, faktor penyebab meningkatnya resiko kekerasan


seksual pada perempuan dan anak adalah tenda dan toilet yang tidak dipisah
antara laki laki dan perempuan

C. Jawaban salah karena, faktor penyebab meningkatnya resiko kekerasan


seksual pada perempuan dan anak adalah tenda dan toilet yang tidak dipisah
antara laki laki dan perempuan

D. Jawaban salah karena, faktor penyebab meningkatnya resiko kekerasan


seksual pada perempuan dan anak adalah tenda dan toilet yang tidak dipisah
antara laki laki dan perempuan

E. Jawaban salah karena, faktor penyebab meningkatnya resiko kekerasan


seksual pada perempuan dan anak adalah tenda dan toilet yang tidak dipisah
antara laki laki dan perempuan

8. Tujuan dari pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi remaja adalah…

19
A. Jawaban salah karena, tujuan dari pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi
remaja adalah untuk memastikan bahwa kesehatan reproduksi remaja
menjadi prioritas pelayanan

B. Jawaban salah karena, tujuan dari pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi


remaja adalah untuk memastikan bahwa kesehatan reproduksi remaja
menjadi prioritas pelayanan

C. Jawaban benar karena, tujuan dari pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi


remaja adalah untuk memastikan bahwa kesehatan reproduksi remaja
menjadi prioritas pelayanan

D. Jawaban salah karena, tujuan dari pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi


remaja adalah untuk memastikan bahwa kesehatan reproduksi remaja
menjadi prioritas pelayanan

E. Jawaban salah karena, tujuan dari pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi


remaja adalah untuk memastikan bahwa kesehatan reproduksi remaja
menjadi prioritas pelayanan

9. Organisasi kemasyarakatan yang terlibat dalam tim kesehatan reproduksi


remaja yaitu, kecuali…

A. Jawaban salah karena, organisasi kemasyarakatan yang terlibat dalam tim


kesehatan reproduksi remaja yaitu pramuka, saka bakti husada, PMR, kader
kesehatan remaja

B. Jawaban salah karena, organisasi kemasyarakatan yang terlibat dalam tim


kesehatan reproduksi remaja yaitu pramuka, saka bakti husada, PMR, kader
kesehatan remaja

C. Jawaban salah karena, organisasi kemasyarakatan yang terlibat dalam tim


kesehatan reproduksi remaja yaitu pramuka, saka bakti husada, PMR, kader
kesehatan remaja

D. Jawaban benar karena, organisasi kemasyarakatan yang terlibat dalam tim


kesehatan reproduksi remaja yaitu pramuka, saka bakti husada, PMR, kader
kesehatan remaja, jadi yang tidak termasuk adalah kementrian sosial
20
E. Jawaban salah karena, organisasi kemasyarakatan yang terlibat dalam tim
kesehatan reproduksi remaja yaitu pramuka, saka bakti husada, PMR, kader
kesehatan remaja

10. Pernyataan dibawah ini yang manakah yang termasuk contoh kecil
penanganan dan pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada perempuan
dan anak dalam kondisi bencana dan pengungsian adalah…

A. Jawaban salah karena, yang termasuk contoh kecil penanganan dan


pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada perempuan dan anak dalam
kondisi bencana dan pengungsian adalah adanya sistem ronda maupun
keamanan di pengungsian dan penerangan yang memadai

B. Jawaban benar karena, yang termasuk contoh kecil penanganan dan


pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada perempuan dan anak dalam
kondisi bencana dan pengungsian adalah adanya sistem ronda maupun
keamanan di pengungsian dan penerangan yang memadai

C. Jawaban salah karena, yang termasuk contoh kecil penanganan dan


pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada perempuan dan anak dalam
kondisi bencana dan pengungsian adalah adanya sistem ronda maupun
keamanan di pengungsian dan penerangan yang memadai

D. Jawaban salah karena, yang termasuk contoh kecil penanganan dan


pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada perempuan dan anak dalam
kondisi bencana dan pengungsian adalah adanya sistem ronda maupun
keamanan di pengungsian dan penerangan yang memadai

E. Jawaban salah karena, yang termasuk contoh kecil penanganan dan


pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada perempuan dan anak dalam
kondisi bencana dan pengungsian adalah adanya sistem ronda maupun
keamanan di pengungsian dan penerangan yang memadai

Kunci Jawaban Tes Formatif

1. A

21
2. E
3. D
4. A
5. C
6. E
7. A
8. C
9. D
10. B

Glossarium
1. PPAM : Paket pelayanan awal minimum
2. IMS : Infeksi menular seksual
3. HIV : Human immunodeficiency virus
4. Alokon : Alat dan obat kontrasepsi
5. WUS : Wanita usia subur
6. PMR : Palang merah remaja
7. LSM : Lembaga swadaya masyarakat
8. PBB : Perserikatan bangsa-bangsa
9. PKK : Penanggulangan krisis kesehatan
10. KRR : Kesehatan reproduksi remaja
11. GBV : Gender based violence
12. BNPB : Badan nasional penanggulangan bencana
13. BPBD : Badan penanggulangan bencana daerah

22
Daftar pustaka
Anak, D. J. (2015). kesehatan reproduksi pada krisis kesehatan. Jakarta: Kementrian
kesehatan RI.

Masyarakat, D. J. (2017). Pedoman Pelaksanaan Paket Pelayanan Awal Minimum


(PPAM) Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

23

Anda mungkin juga menyukai