MODUL
PEMBELAJARAN TEORI
MATA KULIAH
MANAJEMEN KRISIS DALAM KESEHATAN
(PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN)
OLEH:
PAK KADAR RAMADHAN SKM.,MKM
KASMAWATI
SEPTIN PUTRI PURWITA NINGTYAS
PRISKA ANAKODA
NURULIZA TANGKAWA
RAHAYU MUSODY
DAFTAR ISI................................................................................................................................i
I. Tinjauan Mata Kuliah..............................................................................................................1
A. Deskripsi Mata Kuliah........................................................................................................1
B. Kegunaan Mata Kuliah......................................................................................................1
C. Sasaran Belajar...................................................................................................................1
D. Urutan penyajian................................................................................................................1
II. Pendahuluan...........................................................................................................................1
A. Sasaran Pembelajaran yang ingin dicapai..........................................................................1
B. Ruang lingkup bahan modul...............................................................................................2
III. Materi Pembelajaran.............................................................................................................2
A. Pengertian PPAM (Paket Pelayanan Awal Minimum)......................................................2
B. Struktur dan mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi pada penanggulangan krisis
kesehatan.................................................................................................................................3
C. Tugas koordinator PPAM reproduksi remaja.....................................................................4
D. Mendemonstrasikan mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi pada penanggulangan
krisis kesehatan.......................................................................................................................7
Latihan......................................................................................................................................10
Rangkuman...............................................................................................................................10
Tes Formatif..............................................................................................................................10
Umpan Balik Atau Tindak Lanjut.............................................................................................13
Kunci Jawaban Tes Formatif....................................................................................................19
Glossarium................................................................................................................................19
Daftar pustaka...........................................................................................................................20
i
I. Tinjauan Mata Kuliah
A. Deskripsi Mata Kuliah
1. Pendahuluan
d. Urutan pembahasan
e. Petunjuk khusus
2. Materi Pembelajaran
3. Latihan
4. Rangkuman
5. Tes Formatif
1
8. Daftar Pustaka
II. Pendahuluan
A. Sasaran Pembelajaran yang ingin dicapai
Menguasai tentang :
5) Penyebaran HIV.
2
Keluarga berencana bukan merupakan bagian dari PPAM kesehatan
reproduksi, namun pelayanan kontrasepsi dibutuhkan untuk memastikan
kesinambungan dalam penggunaan alat dan obat kontrasepsi (alokon) pada
pasangan usia subur dalam mencegah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan.
Pelayanan kesehatan reproduksi harus tersedia dalam kondisi apapun baik pada
kondisi normal maupun pada situasi bencana. Pada bencana berskala besar,
biasanya terjadi keterbatasan jumlah tenaga maupun sarana dan prasarana (alat dan
bahan) kesehatan. Oleh karena itu intervensi pelayanan kesehatan reproduksi
difokuskan pada tindakan penyelamatan jiwa melalui penerapan PPAM yang
merupakan pelayanan minimal yang harus tersedia. Sedangkan pada bencana
berskala kecil, biasanya tenaga dan sarana kesehatan masih tersedia cukup sehingga
diharapkan semua pelayanan kesehatan reproduksi tetap dapat dilaksanakan. Pada
bencana akan selalu ada kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi. Untuk itu
diperlukan ketersediaan informasi yang mendukung, agar pelayanan kesehatan
reproduksi dapat dilaksanakan di pengungsian. Beberapa informasi dasar yang
harus dikumpulkan meliputi data demografi dan kesehatan penduduk yang terkena
dampak. Informasi tersebut bisa diperoleh dari Pusat Penanggulangan Krisis
Kesehatan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan organisasi atau lembaga
yang bekerja di wilayah bencana tersebut. Selain itu dibutuhkan juga informasi
tentang kondisi fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, ketersediaan alat
kesehatan dan obat serta penyusunan rencana program. Jika pada awal tanggap
darurat krisis kesehatan, sulit mendapatkan data sasaran kesehatan reproduksi
seperti jumlah Wanita Usia Subur (WUS), ibu hamil, pria yang aktif secara seksual
dan lain sebagainya, maka data tersebut dapat diestimasi secara statistik dari jumlah
pengungsi.
B. Struktur dan mekanisme koordinasi kesehatan reproduksi pada
penanggulangan krisis kesehatan
Menteri kesehatan
Sekretariat jenderal
3
Direktorat yang ditunjuk sebagai Pusat krisis kesehatan
penanggung jawab sub klaster
kesehatan reproduksi
Penanggung
Penanggung Penanggung
jawab Penanggung Penanggung
jawab jawab
komponen jawab jawab
komponen komponen
penanganan komponen komponen
maternal dan kesehatan
kekerasan pencegahan logistik
neonatal reproduksi
berbasis penularan HIV (anggota)
(anggota) remaja
gender (anggota)
(anggota)
5
h. Melakukan advokasi dengan pimpinan kepolisian,
militer atau aparat penegak hukum untuk membentuk
dan menegakkan kebijakan terkait kekerasan berbasis
gender
i. Melakukan pertemuan rutin dengan lintas
program/lintas sektor kesehatan reproduksi dan
organisasi terkait untuk menyelenggarakan PPAM
Kesehatan Reproduksi Remaja sesegera mungkin
j. Melaporkan kegiatan rutin untuk disampaikan kepada
Koordinator PPAM Kesehatan Reproduksi dan
kepada anggota maupun lembaga atau sektor lainnya
Mengidentifikasi, Mengkaji dan memperbaharui protokol kesehatan
mengenal dan reproduksi standar untuk memastikan
memahami: terpenuhinya kebutuhan remaja
Mendapatkan Mengidentifikasi informasi dasar terkait kebutuhan
informasi dasar pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Beberapa
demografi dan informasi dasar yang harus dikumpulkan meliputi:
kesehatan: a. Total populasi
b. Data demografi remaja yang penting dan
mengidentifikasi permasalahan utama yang ada
dalam populasi sasaran yang perlu ditangani segera.
c. Informasi tentang status baseline/data awal kebutuhan
dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja
d. Informasi tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan
peduli remaja
e. Memantau, menganalisis dan melaporkan setiap bulan
tentang pelayanan kesehatan reproduksi remaja
dengan menggunakan indikator standar
6
pengungsi. Dan bila baseline/data awal kebutuhan dan pelayanan kesehatan
reproduksi remaja, serta informas ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan peduli
remaja tidak tersedia saat situasi tanggap awal tanggap darurat krisis kesehatan,
maka penilaian kebutuhan kesehatan reproduksi remaja tetap harus dilaksanakan.
Intervensi kesehatan reproduksi remaja, termasuk pelaksanaan PPAM yang
dilakukan oleh sub klaste kesehatan reproduksi harus dibahas dalam klaster
kesehatan. Hal ini supaya terdapat koordinasi kegiatan antara LSM, badan PBB, dan
pihak yang berwenang di tingkat nasional. Intervensi ini juga akan memastikan
cakupan pelayanan tanpa duplikasi atau kesenjangan. Semua staf kesehatan
reproduksi harus melakukan advokasi bahwa remaja tercakup dalam pelaksanaan
PPAM kesehatan reproduksi. Koordinator kesehatan reproduksi adalah ketua
Penanggung jawab sub klaster kesehatan reproduksi yang berada di bawah tim
penanggulangan bencana bidang kesehatan dan bertanggung jawab kepada
koordinator tim penanggulangan krisis kesehatan di setiap jenjang administrasi.
Penanggung jawab sub klaster kesehatan reproduksi dibentuk di setiap provinsi dan
kabupaten pada situasi pra bencana untuk menyusun serta melaksanakan rencana
kesiapsiagaan serta melaksanakan komponen PPAM Kesehatan Reproduksi pada
saat bencana. Mekanisme koordinasi penanggulangan krisis kesehatan dilaksanakan
secara berjenjang dengan Menteri Kesehatan sebagai penanggung jawab program
penanggulangan krisis kesehatan melalui PKK dengan prinsip dasar dijelaskan pada
Buku Pedoman PPAM Kesehatan Reproduksi.
7
Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa kesehatan reproduksi remaja menjadi
prioritas dalam situasi krisis kesehatan. Apabila penanggung jawabnya adalah
remaja, diharapkan memiliki latar belakang pendidik sebaya/konselor sebaya dan
aktif dalam kegiatan remaja yang berfokus pada Kesehatan Reproduksi Remaja.
Dalam melaksanakan tugasnya, koordinator harus melakukan rapat koordinasi
untuk mendukung dan menetapkan penanggung jawab di setiap komponen PPAM
Kesehatan reproduksi Remaja (kekerasan berbasis gender, pengobatan IMS dan
HIV, kesehatan remaja, ibu serta bayi baru lahir serta kesehatan jiwa dan
dukungan psikososial), serta melaporkan isu-isu dan data terkait kesehatan
reproduksi remaja pada pertemuan koordinasi. Selain itu koordinator harus mampu
memastikan bahwa sumber daya dipergunakan secara efisien, pelayanan
didistribusikan secara merata tanpa kesenjangan atau duplikasi, dan tersebarnya
informasi di antara semua pelaksana yang terlibat.
a. Anak perempuan yang menjadi kepala keluarga dan anak yang terpisah dari
keluarga dikumpulkan di dalam satu tenda atau bersama kelompok rentan
lainnya
b. Memastikan terdapat fasilitas pelayanan kesehatan reproduksi yang ramah
remaja untuk penyintas kekerasan seksual pada tenda pengungsian
c. Menempatkan toilet laki-laki dan perempuan secara terpisah di tempat yang
aman dengan penerangan yang cukup. Pastikan bahwa pintu toilet dapat di
kunci dari dalam Melakukan koordinasi dengan penanggung jawab
keamanan, untuk mencegah terjadinya kekerasan seksual pada remaja
d. Melibatkan lembaga-lembaga/organisasi yang bergerak di bidang
pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di pengungsian dalam
pencegahan dan penanganan kekerasan seksual pada remaja
e. Menginformasikan adanya pelayanan bagi penyintas perkosaan dengan
nomor telepon yang bisa dihubungi 24 jam. Informasi dapat diberikan
melalui leaflet, selebaran, radio, dan lain-lain.
f. Memastikan adanya petugas kompeten untuk penanganan kasus kekerasan
seksual khususnya untuk remaja, dan melibatkan tokoh remaja/kader sebagai
motivator untuk memberikan semangat dan penghubung antara penyintas
kekerasan seksual berusia muda dengan pelayanan kesehatan
g. Memastikan tersedianya pelayanan medis penanganan kesehatan jiwa dan
dukungan psikososial di organisasi/lembaga yang terlibat dalam respon
bencana bagi penyintas kekerasan, serta memastikan adanya mekanisme
rujukan, perlindungan sosial dan hukum yang terkoordinasi dengan baik
h. Mendorong partisipasi dan kesadaran remaja serta masyarakat tentang
masalah kekerasan seksual, strategi pencegahan, dan pelayanan yang tersedia
untuk penyintas Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh koordinator kesehatan
reproduksi remaja dalam pelayanan klinis untuk penyintas kekerasan seksual
terdapat dalam Buku Pedoman PPAM Kesehatan Reproduksi Pada Situasi
Krisis Kesehatan. Sedangkan, penyelenggaraan rujukan dalam penanganan
9
kasus kekerasan merupakan proses kerjasama semua unsur terkait. Korban
kekerasan khususnya kekerasan seksual bisa datang sendiri, diantar oleh
orang tua atau keluarga atau Polisi/LSM terkait, setelah dilakukan registrasi,
selanjutnya korban diberikan penanganan kegawatdaruratannya. Apabila
korban tidak memungkinkan untuk ditangani di puskesmas maka segera
dirujuk ke Rumah Sakit. Jika penanganan korban bisa dilakukan di
puskesmas maka langkah yang dilakukan adalah dimulai dengan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan psikososial. Apabila diperlukan dapat dilakukan
pemeriksaan penunjang, untuk menegakkan diagnosis, dan sebaiknya
dilanjutkan dengan konseling. Jika penyintas kekerasan seksual telah
membaik dan tidak butuh tindakan rawat inap, maka ia dapat pulang.
Kunjungan rumah dapat dilakukan bila diperlukan. Sedangkan bagi
penyintas yang memerlukan dukungan psikososial seperti perlindungan
keamanan dapat dirujuk ke rumah perlindungan/aman (Shelter). Penanganan
kasus kekerasan seksual pada situasi krisis kesehatan memerlukan dukungan
dari berbagai pihak, sebagai contoh Kementerian Sosial dapat memberikan
dukungan seperti penyediaan rumah perlindungan/ aman/shelter / pos khusus
untuk penyintas kekerasan seksual. Kementerian Pemberdayaan Perempuan
dan Perlindungan Anak, dan lembaga atau organisasi terkait lainnya juga
dapat mendukung upaya pencegahan kekerasan seksual dan rujukan bagi
penyintas kekerasan seksual. Selain itu, pusat pelayanan terpadu juga dapat
dikembangkan untuk penanganan kekerasan seksual pada remaja sehingga
memudahkan pemberian pelayanan bagi penyintas kekerasan seksual pada
remaja.
Latihan
A. PPAM
B. IMS
C. Kespro
D. KIA
E. Antenatal care
C. Penyebaran HIV
11
3. Selain ketersediaan informasi dasar seperti data demografi dan kesehatan
penduduk yang terkena dampak bencana diperlukan juga informasi seperti…
B. Tenaga kesehatan
D. Ketersediaan makanan
A. Kesehatan lansia
E. Logistik
5. Apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis kesehatan data remaja sulit
diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh dari…
B. Pemerintah daerah
12
B. TNI
C. Polri
D. Organisasi kemasyarakatan
E. Pemerintah daerah
A. Tenda dan toilet yang tidak dipisah antara laki laki dan perempuan
A. Pramuka
C. PMR
D. Kementrian sosial
13
E. Kader kesehatan remaja
10. Pernyataan dibawah ini yang manakah yang termasuk contoh kecil
penanganan dan pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada perempuan
dan anak dalam kondisi bencana dan pengungsian…
14
Umpan Balik Atau Tindak Lanjut
15
kekerasan seksual dan komplikasi lanjut, penyebaran HIV, kehamilan yang
tidak diinginkan dan aborsi yang tidak aman
A. Jawaban benar karena, tim siaga kesehatan reproduksi terbagi atas beberapa
penanggung jawab komponen yaitu: pencegahan penularan HIV,
penanganan kekerasan berbasis gender, maternal dan neonatal, logistik
B. Jawaban salah karena, tim siaga kesehatan reproduksi terbagi atas beberapa
penanggung jawab komponen yaitu: pencegahan penularan HIV,
penanganan kekerasan berbasis gender, maternal dan neonatal, logistik
C. Jawaban salah karena, tim siaga kesehatan reproduksi terbagi atas beberapa
penanggung jawab komponen yaitu: pencegahan penularan HIV,
penanganan kekerasan berbasis gender, maternal dan neonatal, logistik
D. Jawaban salah karena, tim siaga kesehatan reproduksi terbagi atas beberapa
penanggung jawab komponen yaitu: pencegahan penularan HIV,
penanganan kekerasan berbasis gender, maternal dan neonatal, logistik
E. Jawaban salah karena, tim siaga kesehatan reproduksi terbagi atas beberapa
penanggung jawab komponen yaitu: pencegahan penularan HIV,
penanganan kekerasan berbasis gender, maternal dan neonatal, logistik
17
5. Apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis kesehatan data remaja sulit
A. Jawaban salah karena, apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis
kesehatan data remaja sulit diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh
dari estimasi secara statistik dari jumlah pengungsi
B. Jawaban salah karena, apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis
kesehatan data remaja sulit diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh
dari estimasi secara statistik dari jumlah pengungsi
C. Jawaban benar karena, apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis
kesehatan data remaja sulit diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh
dari estimasi secara statistik dari jumlah pengungsi
D. Jawaban salah karena, apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis
kesehatan data remaja sulit diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh
dari estimasi secara statistik dari jumlah pengungsi
E. Jawaban salah karena, apabila pada situasi awal tanggap darurat krisis
kesehatan data remaja sulit diperoleh, maka data tersebut dapat diperoleh
dari estimasi secara statistik dari jumlah pengungsi
19
A. Jawaban salah karena, tujuan dari pelaksanaan PPAM kesehatan reproduksi
remaja adalah untuk memastikan bahwa kesehatan reproduksi remaja
menjadi prioritas pelayanan
10. Pernyataan dibawah ini yang manakah yang termasuk contoh kecil
penanganan dan pencegahan terjadinya kekerasan seksual pada perempuan
dan anak dalam kondisi bencana dan pengungsian adalah…
1. A
21
2. E
3. D
4. A
5. C
6. E
7. A
8. C
9. D
10. B
Glossarium
1. PPAM : Paket pelayanan awal minimum
2. IMS : Infeksi menular seksual
3. HIV : Human immunodeficiency virus
4. Alokon : Alat dan obat kontrasepsi
5. WUS : Wanita usia subur
6. PMR : Palang merah remaja
7. LSM : Lembaga swadaya masyarakat
8. PBB : Perserikatan bangsa-bangsa
9. PKK : Penanggulangan krisis kesehatan
10. KRR : Kesehatan reproduksi remaja
11. GBV : Gender based violence
12. BNPB : Badan nasional penanggulangan bencana
13. BPBD : Badan penanggulangan bencana daerah
22
Daftar pustaka
Anak, D. J. (2015). kesehatan reproduksi pada krisis kesehatan. Jakarta: Kementrian
kesehatan RI.
23