Dosen Pengampu :
Drg. Zahroh Saluhiyah, MPH, Phd
Oleh :
Kelompok 1
1. Puspita Sari NIM : 25010315410002
2. Karto Kenedi NIM : 25010315410003
3. Andry NIM : 25010315410010
4. Etha Yosy Kumalasari NIM : 25010315410017
5. Siti Fatimah NIM : 25010315410021
6. FX Didit Trihandoko NIM : 25010315410029
7. Febriana Rahayuningsih NIM : 25010315410032
8. Rena Endarsari NIM : 25010315410043
9. Nurilam NIM : 25010315410048
10. Regina Anita Lele NIM : 25010315410050
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
2
bahwa sekurangnya 80% bayi dan balita disetiap kabupaten/Kota ditimbang
setiap bulan dan berat badannya naik sebagai indikasi bahwa balita tersebut
tumbuh sehat (Surat Keputusan MENKES 1457).
Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin
dalam kandungan, bayi, balita, remaja dan dewasa sampai usia lanjut
memerlukan kesehatan dan status gizi yang optimal, karena itu dengan
kesehatan dan gizi yang baik akan meningkatkan daya tahan, menurunkan
angka kesakitan dan angka kematian yang pada akhirnya dapat meningkatkan
Usia Harapan Hidup (UHH).
Posyandu masih menjadi sarana penting di dalam masyarakat yang
mendukung upaya pencapaian keluarga sadar gizi (KADARZI), membantu
penurunan Angka Kematian Bayi (AKB) dan kelahiran serta mempercepat
penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera. Kegiatan didalamnya
meliputipelayanan kesehatan ibu dan anak, imunisasi, pelayanan kontrasepsi
hingga penyuluhan dan konseling.
Kesehatan anak berumur dibawah lima tahun (balita) merupakan salah
satu indikator yang mencerminkan tingkat kesejahteraan masyarakat. Balita yang
sehat merupakan asset besar dalam kelangsungan masa depan bangsa. Tingkat
kecerdasan pada anak dipengaruhi oleh kualitas makanan yang diberikan pada
saat usia balita dan pemberian ASI secaraeksklusif.
Masa balita merupakan periode yang paling kritis dalam menentukan
kualitas SDM, dimana pada fase itu balita perlu mendapat perhatian pada
periode tersebut proses pertumbuhan dan perkembangan anak berlangsung
sangat cepat. Untuk itu selama periode balita dianjurkan untuk selalu melakukan
pemantauan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Pemantauan pertumbuhan dan perkembangan balita melalui Kartu Menuju
Sehat (KMS) secara teratur di posyandu sangat penting karena apabila anak
mengalami masalah dalam pertumbuhan dan perkembangannya dapat terdeteksi
lebih awal, sehingga hal ini cepat memudahkan intervensi perbaikan status gizi
dan kesehatannya. Di posyandu anak juga mendapat pelayanan imunisasi
sehingga anak memiliki kekebalan tubuh yang baik dan terlindung dari penyakit.
Namun pada kenyataannya balita yang datang untuk menimbang berat badan ke
posyandu masih rendah hal ini disebabkan pengetahuan serta kesadaran
masyarakat akan pentingnya pemantauan pertumbuhan balita yang kurang.
3
Cakupan balita ditimbang berat badan (D/S) pada tahun 2013 baru
mencapai 66,8 % dari 80% target yang ditetapkan ini berarti ada sekitar 33,2 %
balita yang tidak diketahui status gizinya sehingga jika terjadi masalah gizi
kurang dan gizi buruk tidak bisa terdeteksi lebih awal. Dan bila hal ini berlanjut
sampai anak masuk sekolah di khawatirkan akan menyebabkan anak sekolah
juga mengalami masalah gizi kurang dan mudah terserang penyakit akibat tidak
diimunisasi sehingga meningkatkan angka absensi murid yang sakit di sekolah.
Bagi anak yang tidak lengkap imunisasi cenderung lebih mudah tertular suatu
penyakit karena daya tahan tubuh lebih lemah dibandingkan yang di imunisasi,
sebaliknya apabila bagi anak yang imunisasinya lengkap daya tahannya akan
lebih baik dan tidak mudah tertular dengan suatu penyakit. Apabila semua anak-
anak mendapat imunisasi lengkap dapat kita yakini dengan hasil tidak tertular.
Oleh karena itu untuk mewujudkan keberhasilan Kesehatan ibu dan anak,
perlu adanya suatu terobosan baru melalui suatu program agar masyarakat
dapat memehami pentingnya hidup sehat dan pentingnya keposyandu melalui
program Anak sehat dan cerdas ( ASC ) ,sehingga diperlukan berbagai kegiatan
diantaranya adalah menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan posyandu
sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dasar yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat sehingga masyarakat dapat mendukung upaya
pencapaian keluarga sadar gizi (KADARZI), membantu penurunan Angka
KematianIbu (AKI), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka kematian Balita (AKABA)
dan kelahiran serta mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan
sejahtera. Kegiatan didalamnya meliputi pelayanan kesehatan ibu dan anak,
imunisasi, pelayanan kontrasepsi hingga penyuluhan dan konseling sehingga
pada akhirnya masyarakat yang membawa anaknya keposyandu secara rutin.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan posyandu sebagai salah
satu sarana pelayanan kesehatan dasar yang tumbuh dan berkembang
dimasyarakat dan untuk mewujudkan anak yang sehat, cerdas dan
produktif serta tangguh dalam rangka meningkatkan kualitas sumber daya
manusia.
4
2. Tujuan khusus
Dengan program ini diharapkan :
1. Angka kematian Ibu/AKI menurun 59,4 %
2. Angka kematian bayi/AKB menurun 59,4 %
3. Angka kematian balita / AKABA menurun 47,5 %
4. Cakupan penimbangan balita (D/S) di posyandu meningkat 85%
5. Cakupan ASI eksklusif meningkat menjadi 80%
6. Angka absensi murid sekolah menurun, menjadi 1%
7. Persentase gizi kurang dan gizi buruk menurun menjadi 5%
8. Cakupan imunisasi meningkat menjadi 100%
9. Usia Harapan Hidup meningkat 72 tahun.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
tempat pelayanan kesehatan yang terdekat, maka ibu hamil akan menjadi
sehat begitu juga dengan bayi yang ada dalam kandungannya.(Buku
Panduan Kader Posyandu,Bina Gizi KIA Kementrian Kesehatan RI Jakarta
2011).
7
Setelah cukup lama publikasi hasil Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2012 untukAngka Kematian Ibu (AKI) diundur pemerintah,
akhirnya hasil capaian AKI diumumkan. Hasilnyasangat mengejutkan. Kematian
Ibu melonjak sangat signifikan menjadi 359 per 100.000 kelahiranhidup atau
mengembalikan pada kondisi tahun 1997. Ini berarti kesehatan ibu justru
mengalamikemunduran selama 15 tahun. Pada tahun 2007, AKI di Indonesia
sebenarnya telah mencapai 228per 100.000 kelahiran hidup.
8
Jenis Usia Jumlah Interval
Imunisasi Pemberian Pemberian Minimal
BCG 1 bulan 1 -
Campak 9 bulan 1 -
Ket : Semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sampai dengan usia 11 bulan
Tambahan :
a. Vaksin Hepatitis B (HBO ) : Hepatitis B ( penyakit kuning) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati.
Vaksin ini hanya boleh diberikan untuk bayi pada usia 0-7 hari.
b. Vaksin BCG ( Baccillus Calmete Guerin ) : vaksin ini digunakan untuk
memberikan kekebalan aktif terhadap tuberkulosis.
c. Vaksin Polio ( Polio1, polio 2, Polio 3, Polio 4 ) : vaksin ini digunakan
untuk memberikan kekebalan aktif terhadap poliomielitis. Vaksin ini
diberikan secara oral ( diteteskan melalui mulut ).
d. Vaksin DPT / Difteri Pertusis Tetanus ( DPT1, DPT2, DPT3) : Vaksin ini
digunakan untuk memberikan kekebalan secara simultan terhadap
difteri, pertusis dan tetanus.
e. Vaksin DPTHB ( HB1, HB2, HB3) : Hepatitis B (penyakit kuning ) adalah
penyakit yang disebabkan oleh virus hepatitis B yang merusak hati.
f. Vaksin Campak : vaksin ini digunakan untuk memberikan kekebalan
aktif terhadap penyakit campak.
3. Pemberian makan/MPASI
Pemberian ASI Eksklusif selama 6 bulan. Menurut penelitian para ahli dan
peneliti, ASI eksklusif sebaiknyadiberikan selama 6 bulan karena sebagai
berikut :
a. Setelah usia 6 bulan anak akan mulai tumbuh giginya dan rahangnya
mulai kuat, bayi diatas 6 bulan juga harus mulai dilatih untuk
mengunyah. Kegiatan mengunyah ini akan mengantarkannya kepada
pembiasaan gerakan otot-otot mulutnya. Dengan otot-otot mulut yang
terlatih ini maka akan mengalami kemudahan untuk belajar berbicara.
Sedangkan cita rasa dari makanan dan minuman akan mendorong sel-
9
sel indra pengecapnya untuk mulai mempelajari perbedaan makanan
satu dengan lainnya dan menyimpan di memori otaknya.
b. Pada umur enam bulan enzim dan pencernaan bayi mulai berkembang
dan matang sehingga bayi sudah siap menerima jenis makanan secara
bertahap.
c. Perkembangan gerakan motorik sudah bertambah dengan mulai
melakukan tahap belajar duduk, lalu berdiri dan berjalan. Aktifitas ini
memerlukan tulang yang kuat, energy yang tepat, tenaga yang besar
dan koordinasi kerja organ-organ tubuh yang seimbang. Sehingga bayi
juga perlu asupan gizi yang optimal termasuk protein dari hewani dan
nabati karena protein membantu pembentukan sel-sel darah merah
yang berguna untuk kerja otak dan jantung menjadi maksimal.
Anak secara naluri mulai menaruh apa saja yang pegang ke dalam
mulutnya, oleh karena itu para orang tua dan pengasuh harus benar.
4. Penimbangan
5. Pemberian Vitamin A
6. MTBS
7. Tatalaksana gizi buruk
10
Penurunan AKB dan AKABA di Indonesia dalam satu dekade terakhir
mengalami perlambatan.Padahal pada priode 1991 – 2002, Indonesia mampu
menurunkan AKB dari 68 per 1.000 kelahiranhidup menjadi 35 per 1.000
kelahiran hidup sedangkan AKABA turun dari 97 per 1.000 kelahiran10hidup
menjadi 46 per 1.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013). Dalam priode tersebut,
Indonesiamenjadi Negara yang mendapat apresiasi besar dari WHO untuk
pencapaian AKB dan AKABA.
Setelah tahun 2002, ternyata penurunan AKB dan AKABA di Indonesia
justru mengalamiperlambatan. Hasil SDKI 2012 menunjukan saat ini AKB berada
pada angka 32 per 1.000 kelahiranhidup, turun lima poin. Sedangkan AKABA
sebesar 40 per 1.000 kelahiran hidup hanya turun enampoin dari tahun 2002. Hal
ini menunjukan dalam satu dekade ini ada yang salah dalam programpenurunan
AKB dan AKABA di Indonesia. Indikator angka kematian bayi (AKB) hanya turun
sedikit dari pencapaian tahun 2007, yaitu dari 34 per 1.000 kelahiran hidup
menjadi 32 per 1.000 kelahiran hidup. Dan indikator AKABA dalam SDKI 2012
baru turun menjadi 40 per 1.000 kelahiran hidup (BKKBN, 2013). Padahal bila
dibandingkan dengan target pencapain MDGs untuk Indonesia pada tahun 2015,
AKI sebesar 102 per 100.000 hidup dan AKB sebesar 23 per 1.000 kelahiran
hidup dan AKABA sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup (Bappenas, 2012).
Sangat jauh pencapaian dari target MDGs saat ini.
11
B. Pelaksanaan Program ASC( AnakSehatdanCerdas )
ASC ( AnakSehatdanCerdas ) adalah salah satu Program
Kesehatanyang terpadu/terintegrasi baik secara lintas program maupun
lintas sektor dalam penerapannya terjadi di setiap siklus kehidupan secara
seimbang dengan menggugah kesadaran tentang hak dan kewajiban setiap
orang, kelompok, organisasi kemasyarakatan dan kelembagaan dalam
memberi/menerima layananan kesehatan untuk menyongsong kehidupan
yang berkualitas.
Alasan penting dan perlunya diadakan program ASC karena :
1. Masih banyak bayi yang belum mendapatkan haknya dari seorang ibu
terutama untuk mendapat ASI Eklusif dan menerima pelayanan
kesehatan secara menyeluruh sesuai dengan umurnya.
2. Masih banyak ibu-ibu hamil belum memeriksakan diri ke bidan/klinik
terutama untuk skiring malaria.
3. Masih tinggi tingkat kematian ibu melahirkan dan kematian bayi yang
dilahirkan.
4. Tingkat pertumbuhan dan perkembangan anak belum sesuai dengan
harapan/standar.
Supaya program ASC dapat berjalan dengan baik selain mengantisipasi
ada hubungan sebab-akibat dari rendahnya kesadaran terhadap hak dan
kewajiban melekat pada setiap insan, ada ukuran yang jelas sebagai bukti
bahwa pelayanan kesehatan benar-benar sudah diterima dimulai sejak ibu
hamil. Pada saat bayi dan balita serta anak pra sekolah. Apabila semuanya
sudah memenuhi persyaratan maka balita akan diberikan SERTIFIKAT
sebagai kelengkapan pada saat masuk Sekolah Dasar / MIN ( Buku KIA dan
KMS lengkap untuk mendapatkan SERTIFIKAT ).
12
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Program Anak sehatcerdas ( ASC ) adalah suatu gambaran program
Dinas kesahatan melalui Posyandu guna untuk Menggerakkan masyarakat untuk
memanfaatkan serta memberikan Pengetahuan kepada masyarakat tentang
posyandu sebagai salah satu sarana pelayanan kesehatan dasar yang tumbuh
dan berkembang di masyarakat agar dapat memantau kesehatan ibu
hamil,Pertumbuhan dan perkembanagan bayi dan balita melalui Kartu Menuju
Sehat (KMS) secara teratur.
Di samping peningkatan cakupan program, Program ini juga nantinya di
nilai berhasil apabila semua masyarakat sadar akan pentingnya keposyandu
sehingga nantinya anak mereka akan mendapatkan sertifikat Anak Sehat Cerdas
(ASC) sebagai salah satu persyaratan untuk masuk SD/MI atau sekolah derajat
lainnya. Dan untuk mendapatkan sertifikat tersebut anak harus memiliki KMS
balita yang berarti anak sudah terpantau pertumbuhan dan perkembangan
sampai usia balita, sehingga angka kematian Ibu, bayi dan balita menurun.
Program ini juga pertama kalinya atas pemikiran dan kajian yang
mendalam dan juga atas evaluasi program yang harus dilakukan oleh pemerintah
daerah dalam suatu komitmen dengan melibatkan lintas program dan sector
terkait Seperti Program gizi, Program kesehatan ibu dan anak, promosi
Kesehatan, Program imunisasi, Program keluarga berencana serta program
pemberantasan penyakit menular, Sedangkan sektor yang terlibat antara lain
Dinas Pendidikan, Kementrian Agama, Badan pemberdayaan masyarakat dan
pemerintahan desa, Kantor Keluarga berencana dan pemberdayaan Perempuan
serta lintas sektor yang terkait seperti TP PKK, MUI dan lainnya.
13