B DAN
TN. L YANG MENGALAMI HIPERTENSI DENGAN NYERI AKUT DI
DESA RENDAWAHONO KECAMATAN GONDANGREJO
KABUPATEN KARANGANYAR
Oleh :
Cahya Adi Putra
NIM. D13009
Jika anda bisa menetapkan dan menggapai tujuan harianmu, yakinlah bahwa anda juga bisa
(Kahlil Ghibran)
Segala yang terjadi adalah pengalaman berarti. Jangan sesali, tapi ingatlah pelajaran yang
(nn)
Beranilah untuk bermimpi, dan beranikan dirimu untuk mewujudkan semua impianmu.
(nn)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat,
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan
judul ―Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia pada Tn. B dan Tn. L yang Mengalami
Karanganyar‖.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
1. Ns. Meri Oktariani M.Kep., selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan yang telah
Surakarta.
2. Ns. Erlina Windyastuti, M.Kep., selaku Sekretaris Program Studi DIII Keperawatan
yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di STIKes
3. Ns. Alfyana Nadya R., M.Kep., selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus
ini.
4. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang
telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.
5. Staf dan karyawan Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta
atas informasi dan layanan yang baik demi terselesainya skripsi ini.
6. Kedua orang tua yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk
menyelesaikan pendidikan.
Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah
Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu keperawatan
Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
2.3.4 Pathway............................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
2.3.4. PATHWAY 18
2.4.3 Skoring 29
PENDAHULUAN
kembang fungsi tubuh secara keseluruhan atau sebagian, serta terganggunya proses
penyesuaian diri manusia atau bisa dikatakan sebagai gangguan fungsi yang normal di
mana individu sebagai totalitas dari keadaan organisme sebagai sistem biologis dan
Keluarga sebagai unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga
dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam keadaan saling
terjadinya hipertensi. Oleh sebab itu pengawasan dan pengelolaan keluarga terhadap
faktor pencetus dari peningkatan tekanan darah sangat disarankan agar terhindar dari
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
harapan hidup. Usia lanjut adalah suatu proses alami yang tidak dapat dihindari (Azwar,
2006). Seiring bertambahnya usia maka fungsi-fungsi tubuh akan mengalami penurunan
dan mengakibatkan para lansia jatuh dalam kondisi sakit. Penurunan fungsi-fungsi tubuh
ini disebut dengan proses degeneratif. Salah satu proses degeneratif yang terjadi adalah
pada sistem kardiovaskular. Penyakit kardiovaskuler yang paling banyak dijumpai pada
lansia adalah penyakit jantung koroner, hipertensi, serta penyakit jantung pulmonik
(Prawiro, 2012).
Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140
mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Smeltzer, 2010). Hipertensi adalah
penyakit yang tidak bisa disembuhkan, karena terbebani dengan penyakit tersebut
membuat stressor pembuat stress bekerja jauh lebih meningkat. Akibatnya timbul
gangguan psikologis berupa kecemasan baik itu kecemasan ringan, sedang maupun
kecemasan berat yaitu depresi. Koping yang tidak baik dan depresi menyebabkan
Hipertensi pada lansia di Amerika mempunyai prevalensi yang tinggi pada usia 65
tahun didapatkan 60-80% atau sekitar lima puluh juta warga lansia Amerika mempunyai
prevalensi tinggi untuk hipertensi (Yenni, 2011). Menurut Depkes (2006) pada golongan
umur 55-64 tahun, penderita hipertensi pada pria dan wanita sama banyak. Dari
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung,
Yogyakarta, Denpasar, dan Makasar terhadap usia lanjut (55-85), didapatkan prevalensi
menyusun karya tulis ilmiah dengan judul ―Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia pada
Tn. B dan Tn. L yang Mengalami Hipertensi dengan Nyeri Akut di Desa Rendawahono,
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia
pada Tn. B dan Tn. L yang Mengalami Hipertensi dengan Nyeri Akut di Desa
Bagaimanakah ―Asuhan Keperawatan Keluarga Lansia pada Tn. B dan Tn. L yang
Keluarga Lansia pada Tn. B dan Tn. L yang Mengalami Hipertensi dengan Nyeri
2. Tujuan Khusus
dengan nyeri.
1. Secara Teoritis
kasus hipertensi.
2. Secara Praktis
TINJAUAN PUSTAKA
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu atap dalam
yang umum, menigkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari
individu - individu yang ada di dalamnya terlihat dari pola interaksi yang saling
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang terhubung karena ikatan tertentu
f. Kerjasama
g. Interaksi
keluarga.
(2012) yaitu;
ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan
b. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal
seseorang dilahirkan.
keluarga lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman,
sepupu, termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa
d. Keluarga berantai (serial family), keluarga yang terdiri dari wanita dan pria
yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
e. Keluarga duda atau janda (single family), keluarga yang terbentuk karena
dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentu keluarga yang
perkawinan.
(2012) yaitu;
b. Fungsi mendapatkan status sosial, yaitu keluarga yang dapat dilihat dan
disekitarnya.
c. Fungsi pendidikan, yaitu keluarga mempunyai peran dan tanggungjawab
kehidupan dewasanya.
d. Fungsi sosialisasi bagi anaknya, yaitu orang tua atau keluarga diharapkan
diantaranya seks yang sehat dan berkualitas serat pendidikan seks bagi
anak-anak.
rumah.
c. Keluarga dengan usia anak pra sekolah, yaitu kelurga dengan anak pertama
d. Keluarga dengan anak usia sekolah, yaitu dengan anak pertama berusia 13
keluarga.
e. Keluarga dengan anak remaja, yaitu dengan usia anak pertama 13 tahun
menantu.
h. Keluarga usia lanjut, tahap terakhir siklus kehidupan keluarga dimulai dari
salah satu pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah
kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan diakhiri dengan proses
daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar
tubuh.
hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang lain (Wahyudi, 2000).
(geriatric age): > 65 tahun atau 70 tahun. Masa lanjut usia (getiatric age) itu
sendiri dibagi menjadi tiga batasan umur, yaitu young old (70-75
tahun), old (75-80 tahun), dan very old ( > 80 tahun) (Efendi, 2009).
kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
2008).
2.2.4. Tipe Lansia
2000 dalam Maryam dkk, 2008). Tipe tersebut dijabarkan sebagai berikut.
b. Tipe mandiri
banyak menuntut.
d. Tipe pasrah
e. Tipe bingung
Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe
seiring penuaan. Waktu dan durasi perubahan ini bervariasi pada tiap
fungsi tubuh akan terjadi. Perubahan ini tidak dihubungkan dengan penyakit
2009).
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang abnormal dan diukur paling
2010).
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan
(Mansjoer, 2007)
2.3.2. Etiologi
b. Volume sekuncup
e. Stres berkepanjangan
f. Genetik
2.3.3. Pathofisologi
terletak di pusat vasomotor, pada medula di otak. Dari pusat vasomotor ini
bermula impuls saraf simpatis, yang berlanjut kebawah ke korda spinalis dan
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pada
Resistesi
pembuluh
darah otak koroner
Iskemi
myoka
Ganggu Nyeri
an pola kepala Nyeri dada
tidur
2.3.5. Komplikasi
a. Stroke
b. Infark miokard
c. Gagal ginjal
d. Ensefalopati (kerusakan otak)
e. Kejang
f. Retinopati
Hipertensi ringan berada dalam risiko tinggi (pria perokok) atau bila tekanan
130 sampai diatas 139 mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-
bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang
dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat
2006).
(Tamsuri, 2007).
Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut
dan kronis. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan
biasanya berlangsung cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam
kategori nyeri kronis adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri
psikosomatis.
dalam dua golongan yaitu penyebab yang berhubungan dengan fisik dan
terganggunya serabut saraf reseptor nyeri. serabut saraf resptor nyeri ini
terletak dan tersebar pada lapisan kulit dan pada jaringan-jaringan tertentu
yang terletak lebih dalam. Sedangkan nyeri yang disebabkan faktor psikologis
1. Gangguam tidur
7. Pernafasan meningkat
8. Depresi
a. Data umum
2) Usia
3) Pendidikan
4) Pekerjaan
5) Alamat
N Status
Nama L/K Usia Hubungan Pendidikan Pekerjaan
o kesehatan
1
2
3
b. Genogram
Dengan adanya genogram dapat diketahui faktor genetik atau faktor bawaan
yang sudah ada pada diri manusia untuk timbulnya penyakit Hipertensi.
1) Pendapatan keluarga
keturunan).
e. Karakteristik lingkungan
1) Karakteristik rumah
3) Geografis keluarga
f. Fungsi keluarga
1) Fungsi afektif
Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan
saling mengerti.
2) Fungsi keperawatan
yang meliputi pengertian, faktor penyebab tanda dan gejala serta yang
mengenal masalah.
b) Untuk mengtahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai
yang sakit..
g. Fungsi sosialisasi
h. Fungsi reproduksi
i. Fungsi ekonomi
k. Pemeriksaan fisik
l. Harapan keluarga
atau masyarakat yang diperoleh dari suatu proses pengumpulan data dan analisis
(problem), penyebab (etiologi) dan atau tanda (sign). Sedangkan etiologi mengacu
2) Pengertian
4) Faktor penyebab
dialami
meliputi :
keputusan
keluarga dengan memperhatikan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan nilai bobot
SKOR
x NILAI BOBOT
ANGKA TERTINGGI
c. Jumlahkan skor untuk semua kriteria, skor tertinggi 5 sama dengan seluruh
bobot
Tingkat pertama meliputi tujuan-tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur,
langsung dan spesiflk. Sedangkan tingkat kedua adalah tujuan jangka panjang yang
2.5.4. Implementasi
(individu atau keluarga), perawat dan anggota tim perawatan kesehatan yang
lain, keluarga luas dan orang-orang lain dalam jaringan kerja sosial keluarga
(Friedman, 2013).
berlaku, respon dan penerimaan keluarga serta sarana dan prasarana yang ada
dalam keluarga.
yang sesuai dan menjaga diit atau kemampuan keluarga, mengatur pola
2.5.5. Evaluasi
implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilannya.
pengertian "S" adalah ungkapan perasaan dan keluhan yang dirasakan secara
subjektif oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan, "O"
sebelumnya. Bila tujuan tersebut belum tercapai, maka dibuat rencana tindak
METODE PENELITIAN
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penulis menggunakan metode deskriptif
dengan desain studi kasus. Deskriptif yaitu metode ilmiah yang bersifat mengumpulkan
data, menganalisa data dan menarik kesimpulan dengan pendekatan studi kasus. Studi
kasus adalah suatu strategi yang menyelidiki suatu gejala dalam latar kehidupan nyata.
Strategi ini dapat menyertakan bukti kuantitatif yang bersandar pada berbagai sumber.
Penulis dalam bab ini akan membahas masalah-masalah yang muncul pada
darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
2.3. Partisipan
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam studi kasus ini menggunakan:
1. Wawancara yaitu mengadakan tanya jawab langsung pada pasien, keluarga dan perawat
ruangan serta tim kesehatan lainnya mengenai masalah yang berhubungan dengan
penyakit hipertensi.
2. Observasi pasrtisipasi yaitu mengadakan pengamatan langsung terhadap pasien
hipertensi untuk mengetahui keadaan pasien dan ikut memberikan asuhan keperawatan
3. Studi dokumentasi yaitu menggunakan catatan medis untuk memperoleh data dan hasil
pemeriksaan, program pengobatan dan terapi yang diberikan serta catatan lain yang
Uji keabsahan data dilakukan untuk menguji kualitas data / informasi yang diperoleh
sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Uji keabsahan data dilakukan dengan :
2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu
klien / keluarga, perawat dan sumber pustaka yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti.
1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil ditulis
dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip (catatan
terstruktur).
2. Mereduksi Data
Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan
satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subyektif dan obyektif,
normal.
3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif.
Kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari klien.
4. Kesimpulan
Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil
BAB IV
HASIL
4.1 Hasil
4.1.2 Pengkajian
Tanggal pengkajian
1. Identitas Klien
Jenis kelamin
Permpuan Perempuam
Laki-laki Laki-laki
Laki- laki
Hubungan dengan
KK Istri Istri
Anak Anak
Anak
Umur
60 tahun 72 tahun
35 tahun 28 tahun
30 tahun
Pekerjaan
Karyawan swasta IRT
Swasta Swata
Swasta
Pendidikan
SD Tidak sekolah
SMK SMK
S1
Tipe keluarga keluarga inti (nuclear family) Keluarga inti (nuclear family)
Suku bangsa Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
Agama Islam Islam
Genogram
Klien 1
/ : Sudah meninggal
: Laki – laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal bersama
Klien 2
a. Genogram
Keterangan :
/ : Sudah meninggal
: Laki – laki
: Perempuan
: Klien
: Tinggal bersama
Riwayat keluarga Tn. B dan Ny. M menikah Keluarga Tn. L dan Ny. S
sebelumnya ± 42 tahun yang lalu, menikah ± 52 tahun yang
perkawinnya direstui oleh lalu, perkawinnya direstui
kedua orang tuanya oleh kedua orang tuanya
masing-masing. Penyakit masing-masing. Penyakit
yang diderita oleh orang yang diderita oleh orang
tua dan saudara Tn. B tua dan saudara Tn. L
kebanyakkan Hipertensi kebanyakkan Hipertensi
Riwayat orang tua pihak
Tn. L dan Ny. S tidak
mempunyai kebiasaan
kawin cerai. Sedangkan
orang tua laki- laki Tn. L
dan kakak Tn. L
meninggal karena
Hipertensi
3. Lingkungan
Mobilitas geografis Keluarga Tn. B sudah lama Keluarga Tn. L sudah lama
keluarga tinggal di Rendawahono tinggal sejak tahun 1999,
sejak tahun 1987, kendaraan yang di pakai
kendaraan yang di pakai biasanya motor dan Tn. L
biasanya motor dan jika ingin pergi keluar
angkutan umum diantar oleh anak
bungsunya.
Sistem pendukung Keluarga Tn. B bila ada Keluarga Tn. L bila ada
keluarga masalah keluarga biasanya masalah keluarga biasanya
dibantu oleh keluarganya dibantu oleh keluarganya
yang lain yang lain
Denah rumah klien 1
U
3 2
4
1
5
7
8
6
U
3 2
4
1
5
7
8
6
Keterangan
1 : Ruang tamu
2 : Kamar 1
3 : Kamar 3
4 : Kamar 2
5 : Kamar mandi
6 : Dapur
7 : Ruang makan
8 –I I- : Pintu
9 : Jendela
4. Struktur komunikasi keluarga
Fungsi sosialisasi Tn. B dan Ny. M mengatakan Tn. L dan Ny. S mengatakan
berusaha untuk belajar dan anggota keluarga selalu
banyak bertanya kepada orang berusaha melakukan
-orang yang lebih sosialisasi dengan
berpengalaman seperti orang lingkungan sesuai dengan
tua, kakak dan teman - teman nilai kedisiplinan
serta tetangga mengenai tugas
peran dan fungsi keluarga
yang baik
Fungsi perawatan
kesehatan
a. Mengenal Tn. B mengatakan penyakit Tn L dan Ny. S` mengatakan
masalah hipertensi yang diderita sudah apabila ada salah satu
kesehatan lama dan menahun dan sampai keluarga yang sakit. Klien
sekarang masih menjalani menganggap bahwa sakit
pengobatan dirumah. Tn. B tersebut dikarenakan masuk
dan keluarga sudah angin dan kelelahan saja.
mengetahui sejak lama
penyakit yang diderita, namun
keluarga hanya mengetahui
nama penyakit, tetapi kurang
mengerti tentang pengertian
hipertensi, penyebab, tanda
dan gejala, komplikasi,
penanganan dan cara
pencegahan hipertensi.
Fungsi reproduksi Tn. B yang berusia 68 tahun, Tn. L yang berusia 76 tahun,
telah mempunyai 2 orang anak telah mempunyai 5 orang
dari hasil perkawinannya. Saat anak dari hasil
ini keluarga tidak perkawinannya. Saat ini Tn.
menggunakan KB lagi. L tidak menggunakan KB
lagi.
Fungsi ekonomi Semua pendapatan yang ada Semua pendapatan yang ada
digunakan untuk keperluan digunakan untuk keperluan
sehari - hari dan masih sehari - hari dan masih
terdapat sisa. Sisanya terdapat sisa. Sisanya
digunakan untuk menabung. digunakan untuk menabung.
Strategi koping Bila ada masalah dalam Bila ada salah satu anggota
keluarga maka cara keluarga yang salah Tn. L
keluarga untuk selalu menegurnya
memecahkan masalah
yang dilakukan adalah
musyawarah.
7. Harapan keluarga
8. Pemeriksaan fisik
DO:
- Tn. B tampak lemah
- tampak kesakitan
- TD : 150/110 mmHg
- N : 85x/menit
- RR: 20x/menit
- S : 36 oC
DS: Cemas Perubahan status
- Keluarga mengatakan cemas kesehatan pada
dengan penyakitnya Tn. B yaitu keluarga
darah tinggi, keluarga mulai cemas
ketika Tn. B mulai sakit
- keluarga mengatakan cemas saat
terjadi perubahan status kesehatan
keluarga khususnya Tn. B,
- keluarga mengatakan jika Tn. B
sakit keluarga cemas tetapi tidak
segera ditangani.
DO:
- keluarga tampak cemas dengan
penyakitnya Tn. B
DS: Kurangnya Ketidakmampuan
- Tn. B mengatakan tidak mengerti pengetahuan keluarga
tentang penyakit hipertensi mengenal masalah
- keluarga mengatakan tidak tahu Hipertensi
tentang penyakit hipertensi
- keluarga mengatakan Tn. B
mengalami penyakit Hipertensi
tetapi tidak tahu cara
mengatasinya.
- Keluarga mengatakan mau
mendengarkan penjelasan tentang
penyakit hipertensi.
DO: keluarga dan Tn. B tampak bingung
keluarga tampak tidak mengerti
ketika ditanya
Klien 2
DS: Pasien mengatakan stiap tekanan Nyeri akut Agen cidera
darah Tn. L tinggi Tn. L biologis
merasakan:
- pusing
- nyeri dibagian kepala
- pegal didaerah tengkuk
- pengkajian nyeri:
P: nyeri karena tekanan darah
tinggi
Q: nyeri seperti ditusuk – tusuk
R: nyeri dibagian kepala
S: skala nyeri 5 (sedang)
T: nyeri sering ketika tekanan
darah tinggi
DO:
- Tn. L tampak lemah
- tampak kesakitan
- TD: 160/100 mmHg
- N : 80x/menit
- RR: 20x/menit
- S : 36,6oC
DS: Cemas Perubahan status
- Tn. L mengatakan takut bila terjadi kesehatan pada
komplikasi keluarga
- keluarga mengatakan tidak tahu
apa yang harus dilakukan terhadap
Tn.L
DO:
- Tn. L terlihat cemas dan bingung
dengan penyakitnya
DS: Kurangnya Ketidakmampuan
- Tn. L mengatakan sering pusing pengetahuan keluarga
- Tn. L juga mengatakan jarang mengenal masalah
olahraga Hipertensi
- Tn. L mengatakan banyak pikiran
- Tn. L takut bila terjadi komplikasi
- keluarga mengatakan tidak tahu
apa yang harus dilakukan terhadap
Tn. L agar tidak terjadi komplikasi,
DO:
- Tn. L tampak lemah, Tn. L sering
pusing
Klien 1
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Klien 1
Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan pada keluarga
Skoring prioritas masalah keperawatan keluarga
Kriteria Skor Bobot Rumus Pembenaran
menghitung
Sifat masalah 3 1 3/3 x 1 = 1 Keluarga tampak cemas
Aktual ketika Tn. B mulai sakit
Kemungkinan 1 2 1/2 x 2 = 1 Harapan keluarga agar
masalah dapat penyakit Tn. B dapat sembuh
diubah sebagian agar keluarga tidak cemas lagi
Kemungkinan 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Keluarga merasakan cemas
masalah dapat saat terjadi perubahan status
dicegah cukup kesehatan keluarga khususnya
Tn. B
Menonjolnya 1 1 1/2 x 1 = 1/2 Keluarga mengatakan jika Tn.
masalah dirasakan B. Sakit keluarga cemas tetapi
dan harus segera tidak segera ditangani
ditangani
Total 3 1/ 6
Klien 1
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah Hipertensi
Skoring prioritas masalah keperawatan keluarga
Kriteria Skor Bobot Rumus Pembenaran
menghitung
Sifat masalah 3 1 3/ 3 x 1 = 1 Keluarga tidak tahu tentang
Aktual masalah kesehatan penyakit
Hipertensi
Kemungkinan 1 2 1/2 x 2 = 1 Keluarga mengatakan mau
masalah dapat mendenagrkan apa yang
diubah sebagian sudah dijelaskan
Kemungkinan 1 1 1/ 3 x 1 = 1/ 3 Keluarga tidak mengetahui
masalah dapat pentingnya kesehatan
dicegah cukup
Menonjolnya 1 1 1/ 2 x 1 = 1/2 Keluarga mengatakan Tn. B
masalah. Masalah mengalami penyakit
tidak dirasakan Hipertensi tetapi tidak tahu
cara mengatasinya
Total 2 5/6
Klien 2
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Klien 2
Cemas berhubungan dengan perubahan status kesehatan pada keluarga
Skoring prioritas masalah keperawatan keluarga
Kriteria Skor Bobot Rumus Pembenaran
menghitung
Sifat masalah 3 1 3/3 x 1 = 1 Keluarga tampak cemas
Aktual ketika Tn. L mulai sakit
Kemungkinan 1 2 1/2 x 2 = 1 Harapan keluarga agar
masalah dapat penyakit Tn. L dapat sembuh
diubah sebagian agar keluarga tidak cemas lagi
Kemungkinan 2 1 2/3 x 1 = 2/3 Keluarga merasakan cemas
masalah dapat saat terjadi perubahan status
dicegah cukup kesehatan keluarga khususnya
Tn. L
Menonjolnya 1 1 1/2 x 1 = 1/2 Keluarga mengatakan jika Tn.
masalah dirasakan L. Sakit keluarga cemas tetapi
dan harus segera tidak segera ditangani
ditangani
Total 3 2/ 3
Klien 2
Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah Hipertensi
Skoring Prioritas Masalah Keperawatan Keluarga
Kriteria Skor Bobot Rumus Pembenaran
menghitung
Sifat masalah 3 1 3/ 3 x 1 = 1 Jika tekanan darah Tn. L
Aktual tinggi, Tn. L merasakan
pusing (nyeri dibagian kepala)
dan tidak dilakukan tindakkan
apa pun
Kemungkinan 1 2 1/2 x 2 = 1 Harapan keluarga terhadap
masalah dapat kesembuahan tinggi tetapi
diubah sebagian pusing (nyeri dibagian kepala)
dapat disebab kan karena Tn.
L stress
Kemungkinan 2 1 2/ 3 x 1 = 2/3 Tn. L merasakan nyeri saat
masalah dapat tekanan darah Tn. L tinggi
dicegah cukup
Menonjolnya 2 1 2/ 2 x 1 = 1 Keluarga mengatakan jika Tn.
masalah dirasakan L merasakan nyeri itu sudah
dan harus segera biasa dan tidak perlu
ditangani ditangani
Total 3 2/3
Klien 1
Cemas Tujuan umum: Tujuan khusus: 1. Kaji penyebab dari
berhubungan Setelah dilakukan Setelahdilakukan kecemasan keluarga
dengan perubahan kunjungan ke tindakan 2. Berikan pendidikan
status kesehatan rumah selama 4 keperawatan kesehatan mengenai
pada keluarga hari diharapkan selama 2 x 60 cemas.
berhubungan cemas dan status menit keluarga 3. Berikan pendidikan
dengan kesehatan teratasi mampu: kesehatan mengenai
ketidakmampuan 1. Mengenal bagaimana cara
keluarga merawat masalah mengatasi cemas.
anggota keluarga kesehatan 4. Berikan pendidikan
yang sakit 2. Mengambil kesehatan kepada
keputusan keluarga tentang
3. Merawat cara merawat Tn. B
anggota 5. Berikan pendidikan
keluarga yang kesehatan
sakit bagaimana cara
4. Memodifikasi mengontrol cemas.
lingkungan 6. Anjurkan keluarga
5. Memanfaatkan untuk membawa
fasilitas Tn. B ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat
kesehatan
Klien 1
Kurangnya Tujuan umum: Tujuan khusus: 6. Kaji tingkat
pengetahuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan pengetahuan
berhubungan kunjungan ke tindakan keluarga tentang
dengan rumah selama 4 keperawatan penyakit Hipertensi.
ketidakmampuan hari diharapkan selama 2 x 60 7. Berikan pendidikan
keluarga keluarga dapat menit keluarga kesehatan mengenai
mengenal mengenal masalah mampu: pengertian,
masalah Hipertensi 1. Mengenal klasifikasi, tanda dan
Hipertensi masalah gejala, penyebab,
kesehatan dan komplikasi dari
2. Mengambil Hipertensi.
keputusan 8. Berikan pendidikan
3. Merawat kesehatan pada
anggota keluarga jika Terjadi
keluarga yang komplikasi.
sakit 9. Berikan pendidikan
4. Memodifikasi kesehatan mengenai
lingkungan diet rendah garam
5. Memanfaatkan untuk Tn. B
fasilitas 10. Anjurkan
pelayanan kepada keluarga dan
kesehatan Tn. B untuk
menurunkan tingkat
stress yang ada di
rumah.
11. Anjurkan
keluarga
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
pemeriksaan rutin
Klien 2
Nyeri akut Setelah dilakukan Tujuan khusus: 1. Kaji tingkat
berhubungan tindakan Setelahdilakukan pengetahuan
dengan agen keperawatan tindakan keluarga tentang
cidera biologis selama 2 x 60 keperawatan nyeri dan
menit diharapkan selama 2 x 60 hubungannya dengan
nyeri dapat menit keluarga Hipertensi.
berkurang dengan mampu: 2. Berikan penjelasan
kriteria hasil : 1. Mengenal pada keluarga cara
a. Klien tidak masalah mengurangi/menceg
mengatakan kesehatan ah nyeri.
nyeri 2. Mengambil 3. Demonstrasikan
b. Skala nyeri 0- keputusan pada keluarga dan
1 3. Merawat tentang cara
anggota mengurangi nyeri.
keluarga yang 4. Berikan pendidikan
sakit kesehatan pada
4. Memodifikasi keluarga tentang diet
lingkungan yang sesuai dengan
5. Memanfaatkan penderita Hipertensi,
fasilitas yaitu diet rendah
pelayanan garam.
kesehatan 5. Anjurkan pada
keluarga untuk
memisahkan makan
an yang sesuai
dengan diet.
6. Anjurkan pada
keluarga untuk
mengatur jadwal
tidur
7. Ajarkan teknik
relaksasi nafas
dalam
Klien 2
Cemas Tujuan umum: Tujuan khusus: 1. Kaji penyebab dari
berhubungan Setelah dilakukan Setelahdilakukan kecemasan keluarga
dengan perubahan kunjungan ke tindakan 2. Berikan pendidikan
status kesehatan rumah selama 4 keperawatan kesehatan mengenai
pada keluarga hari diharapkan selama 4x60 cemas.
berhubungan cemas dan status menit keluarga 3. Berikan pendidikan
dengan kesehatan teratasi mampu: kesehatan mengenai
ketidakmampuan 1. Mengenal bagaimana cara
keluarga merawat masalah mengatasi cemas.
anggota yang kesehatan 4. Berikan pendidikan
sakit 2. Mengambil kesehatan kepada
keputusan keluarga tentang
3. Merawat cara merawat klien
anggota 5. Berikan pendidikan
keluarga yang kesehatan
sakit bagaimana cara
4. Memodifikasi mengontrol cemas.
lingkungan 6. Anjurkan keluarga
5. Memanfaatkan untuk membawa
fasilitas klien ke fasilitas
pelayanan kesehatan terdekat
kesehatan
Klien 2
Kurangnya Tujuan umum: Tujuan khusus: 1. Kaji tingkat
pengetahuan Setelah dilakukan Setelah dilakukan pengetahuan
berhubungan kunjungan ke tindakan keluarga tentang
dengan rumah selama 4 keperawatan penyakit Hipertensi.
ketidakmampuan hari diharapkan selama 4x60 2. Berikan pendidikan
keluarga keluarga dapat menit keluarga kesehatan mengenai
mengenal mengenal masalah mampu: pengertian,
masalah hipertensi 1. Mengenal klasifikasi, tanda dan
hipertensi masalah gejala, penyebab,
kesehatan dan komplikasi dari
2. Mengambil Hipertensi.
keputusan 3. Berikan pendidikan
3. Merawat kesehatan pada
anggota keluarga jika Terjadi
keluarga yang komplikasi.
sakit 4. Berikan pendidikan
4. Memodifikasi kesehatan mengenai
lingkungan diet rendah garam
5. Memanfaatkan 5. Anjurkan kepada
fasilitas keluarga untuk
pelayanan menurunkan tingkat
kesehatan stress yang ada di
rumah
6. Anjurkan keluarga
memanfaatkan
fasilitas kesehatan
yang ada untuk
pemeriksaan rutin
Diagnosa Hari
keperawatan
Senin, 14 Agt 2017 Selasa, 15 Agt 2017
Klien 1
Nyeri akut Jam Implementasi Jam Implementasi
berhubungan 15.30 Membina hubungan 15.30 Memberikan penjelasan
dengan agen saling percaya pada keluarga cara
cidera biologis mengurangi/mencegah
nyeri dengan teknik
relaksasi nafas dalam dan
kompres dingin
15.40 Mengakaji nyeri dan 15.45 Memberikan informasi
skala nyeri dan TTV untuk meningkatkan
pemahaman diri mengenai
pemberian obat
15.45 Mengajarkan teknik
relaksasi
Cemas 15.50 menanyakan kepada 16.00 Memberikan pendidikan
berhubungan keluarga penyebab kesehatan tentang
dengan dari kecemasan perubahan status kesehatan
perubahan pada Tn. B
status 16.00 Mengukur TTV klien 16.10 Mengukur TTV klien
kesehatan 16.20 Melakukan pemeriksaan
pada keluarga fisik klien
berhubungan 16.30 Menganjurkan klien
dengan 16.10 Memberikan mengenai kapan harus
ketidak dukungan dalam memeriksakan
mampuan mengatasi stuasi yang kesehatannya ke dokter
keluarga sedang dialami
merawat
anggota
keluarga yang
sakit
Kurangnya 16.20 Kaji tingkat 16.40 Memberikan pendidikan
pengetahuan pengetahuan keluarga kesehatan mengenai
berhubungan tentang penyakit pengertian, klasifikasi,
dengan Hipertensi. tanda dan gejala,
ketidakmampu penyebab, dan komplikasi
an keluarga dari Hipertensi
mengenal 16.30 Memberikan 16.50 Mendiskuskan kembali
masalah dukungan dalam tentang hipertensi
hipertensi mengatasi stuasi yang
sedang dialami
Diagnosa Hari
keperawatan
Senin, 14 Agt 2017 Selas, 15 Agt 2017
Klien 2
Nyeri akut Jam Implementasi Jam Implementasi
berhubungan 15.00 Membina hubungan 10.00 Mengakaji nyeri dan
dengan agen saling percaya skala nyeri dan TTV
cidera biologis 15.10 Mengakaji nyeri dan 10.10 Mengajarkan teknik
skala nyeri dan TTV relaksasi
Cemas 15.20 menanyakan kepada 10.20 Mengkaji tingkat
berhubungan keluarga penyebab dari kecemasan
dengan kecemasan
perubahan 15.30 Mengukur TTV klien 10.30 Memberikan
status pendidikan kesehatan
kesehatan mengenai bagaimana
pada keluarga menghindari
berhubungan komplikasi Hipertensi.
dengan
ketidak
mampuan
keluarga
merawat
anggota
keluarga yang
sakit
Kurangnya 15.40 Mengkaji riwayat 10.40 Menganjurkan klien
pengetahuan keluarga serta keluhan untuk memenuhi
berhubungan yang dialami oleh pencahayaan guna
dengan keluarga memenuhi kebutuhan
ketidakmampu klien
an keluarga 16.10 Memberikan dukungan 10.50 Memberikan
mengenal dalam mengatasi stuasi pendidikan kesehatan
masalah yang sedang dialami mengenai pengertian,
hipertensi klasifikasi, tanda dan
gejala, penyebab, dan
komplikasi dari
Hipertensi
PEMBAHASAN
Berisi perbandingan diantara tinjauan pustaka dengan tinjauan kasus yang disajikan
untuk menjawab tujuan khusus. Setiap temuan perbedaan diuraikan dengan konsep.
Pembahasan berisi tentang mengapa (why) dan bagaimana (How). Konsep diuraikan
8.1 Pengkajian
menerus dan keputusan profesional yang mengandung arti terhadap informasi yang
(Marilyn, 2010).
Berdasarkan hasil pengkajian tekanan darah pada Tn. B 150/110 mmHg dan
pada Tn. L 160/100 mmHg. Tekanan darah pada Tn. B dan Tn. L termasuk tekanan
darah tinggi atau hipertensi. Hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg (Smeltzer,
2010). Tn. B merasakan pusing dan nyeri dibagian kepala, pegal didaerah tengkuk jika
tekanan darah tinggi, Keluarga mengatakan jika Tn. B merasakan nyeri itu sudah biasa
dan tidak dilakukan tindakan yang perlu ditangani. Pada keluarga Tn. L berdasarkan
hasil pengkajian pada Tn. L keluarga mengatakan setiap tekanan darah Tn. L tinggi Tn.
L merasakan pusing dan nyeri dibagian kepala, pegal didaerah tengkuk jika tekanan
darah tinggi, Keluarga mengatakan jika Tn. L merasakan nyeri itu sudah biasa dan tidak
perlu ditangani, Tn. L mengatakan tidak mengerti tentang penyakit hipertensi.
Persamaan berdasarkan teori (Corwin, 2009) yaitu Tn. B dan Tn. L mengatakan nyeri
Tanda dan gejala yang khas dijumpai pada penderita hipertensi adalah nyeri
kepala. Nyeri kepala pada pasien hipertensi memiliki ciri-ciri seperti nyeri kepala yang
terasa berat di tengkuk namun tidak berdenyut, sering muncul dipagi hari namun akan
hilang seiring matahari terbit (Julianti, Nurjanah & Soetrisno, 2005). Hipertensi dengan
nyeri kepala merupakan satu hal yang berkaitan. Hal ini dikarenakan adanya faktor yang
dapat memicu naiknya tekanan darah. Namun tidak dipungkiri tidak semua sakit kepala
kebanyakan nyeri kepala berasal dari meningkatnya aliran darah pada pembuluh darah
di otak. Proses ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang merupakan alasan
utama seseorang mengalami nyeri kepala dan hal ini juga menyebabkan peningkatan
Persamaannya pada saat kita membaca teori bahwa salah satu tanda dan gejala
yang dialami pada Tn. B dan Tn. L adalah nyeri. Pengkajian nyeri menggunakan
PQRST. P adalah provokatif atau paliatif penyebab terjadinya nyeri, Q adalah qualitas,
untuk mengetahui seberapa berat nyeri yang dirasakan. R adalah region, untuk
menggunakan skala numeric dengan pengelompokan sakala 1-3 nyeri ringan, skala 4-6
nyeri sedang dan skala 7-10 nyeri berat. T adalah timing untuk mengetahui kapan nyeri
berlangsung.
Hasil pengkajian nyeri pada Tn. B antara lain P: nyeri karena tekanan darah
tinggi, Q: nyeri seperti tertusuk tusuk, R: nyeri dibagian kepala, S: skala nyeri 4
(sedang), T: nyeri sering ketika tekanan darah tinggi. Sedangkan pada Tn. L P: nyeri
karena tekanan darah tinggi, Q: nyeri seperti ditusuk – tusuk, R: nyeri dibagian kepala,
Teori tersebut sudah dibuktikan oleh peneliti sebelumnya mengenai tanda dan
gejala hipertensi, sehingga pada saat peneliti melakukan penelitian kepada kedua
keluarga khusnya Tn. B dan Tn. L tersebut terdapat kesamaan tanda dan gejala dengan
teori namun tidak semua tanda dan gejala didalam teori sama dengan tanda dan gejala
pada keluarga khususnya Tn. B dan Tn. L yang dikarenakan setiap pasien memiliki
gangguan kesehatan atau proses kehidupan atau kerentanan respon dari seorang
pada teori, Tn. B dan Tn. L. Persamaannya yaitu peneliti melakukan pengkajian muncul
masalah yang sesuai dengan teori (komang, 2010) dimana masalah yang muncul yaitu
menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial atau
digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian rupa (international association for the
study of pain) awitan yang tiba – tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat
dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung <6 bulan
(Nanda, 2012).
perilaku distraksi (misal berjalan mondar mandir, mencari orang lain dan atau aktivitas
bercahaya, tampak kacau, gerakan mata berpencar atau tetap pada satu fokus, meringis),
laporan isyarat, diaforesis, sikap melindungi area nyeri, fokus menyempit (misal
gangguan persepsi nyeri, hambatan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang
dan lingkungan), indikasi nyeri yang dapat diamati, perubahan posisi untuk menghindari
nyeri, sikap tubuh melindungi, dilatasi pupil, melaporkan nyeri secara verbal, fokus
tinggi, Tn. B merasakan pusing dan nyeri dibagian kepala, serta pegal didaerah tengkuk.
Keluarga mengatakan jika Tn. B merasakan nyeri itu kadang mengganggu aktifitas Tn.
B. Pengkajian nyeri pada Tn. B, P: nyeri karena tekanan darah tinggi, Q: nyeri seperti
tertusuk tusuk, R: nyeri dibagian kepala, S: skala nyeri 4 (sedang), T: nyeri sering ketika
Sedangkan pada Tn, L, pasien mengatakan stiap tekanan darah Tn. L tinggi Tn.
L merasakan pusing dan nyeri dibagian kepala, pegal didaerah tengkuk jika tekanan
darah tinggi, Keluarga mengatakan jika Tn. L merasakan nyeri itu sudah biasa dan tidak
perlu ditangani. Pengkajian nyeri pada Tn. L, P: nyeri karena tekanan darah tinggi, Q:
nyeri seperti ditusuk – tusuk, R: nyeri dibagian kepala, S: skala nyeri 5 (sedang), T:
Berdasarkan teori masalah yang sering terjadi pada penderita hipertensi yaitu
nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis. Hipertensi dengan nyeri kepala
merupakan satu hal yang berkaitan. Hal ini dikarenakan adanya faktor yang dapat
memicu naiknya tekanan darah. Namun tidak dipungkiri tidak semua sakit kepala
kebanyakan nyeri kepala berasal dari meningkatnya aliran darah pada pembuluh darah
di otak. Proses ini menyebabkan penyempitan pembuluh darah yang merupakan alasan
utama seseorang mengalami nyeri kepala dan hal ini juga menyebabkan peningkatan
perencanaan yang di dapat berdasarkan diagnosa yang di dapat dari keluarga memiliki
kesamaan dengan teori. Tahap perencanaan yang terdapat pada tinjauan teori yang
dibuat meliputi penentuan prioritas masalah, menentukan tujuan, kriteria hasil dari
keperawatan ini dibuat sesuai kebutuhan klien dan sesuai dengan teori yang ada.
Diangnosa pada Tn. B dan Tn. L yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen
dan klien mampu melakukan terapi relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri.
Intervensi atau rencana tindakan yang dilakukan mengkaji tingkat pengetahuan keluarga
Relaksasi adalah suatu prosedur dan teknik yang bertujuan untuk mengurangi
ketegangan dan kecemasan, dengan cara melatih pasien agar mampu dengan sengaja
untuk membuat relaksasi otot-otot tubuh setiap saat, sesuai dengan keinginan. Menurut
pandangan ilmiah, relaksasi merupakan suatu teknik untuk mengurangi stres dan
ketegangan dengan cara meregangkan seluruh tubuh agar menca pai kondisi mental
yang sehat (Varvogli & Darvivi, 2011). Relaksasi terbagi menjadi dua kelompok, yaitu
relakasi yang menekankan pada fisik, seperti yoga, relaksasi otot progresif, latihan
tekanan darah dan memperbaiki kualitas hidup penderita hipertensi disimpulkan bahwa
relaksasi dapat menurunkan tekanan darah baik sistolik maupun diastolic pada penderita
seperti rasa nyeri di tengkuk dan kepala, meningkatnya kemampuan individu dalam
mengendalikan perasaannya serta kemampuan dalam melakukan aktivitas fisik dan
yang berbeda yaitu sama. Namun tanggapan dari setiap keluarga yang berbeda dimana
ada keluarga yang lebih cepat penerimaan dalam penyampaian, namun ada juga
sebaiknya tidak bekerja sendiri, tetapi perlu melibatkan secara integrasi semua profesi
cara mengatasi nyeri yang disebabkan hipertensi dengan cara teknik relaksasi nafas
dalam. Tekanan darah yang meningkat mengakibatkan rasa nyeri di kepala hal ini terjadi
dikarenakan darah yang memaksa untuk mengalir ke otak sedangkan pembuluh darah
(2004) dalam Tarwoto (2011) bahwa relaksasi nafas dalam dapat menstimulasi respon
penurunan respon saraf simpatif yang bekerja untuk meningkatkan aktivitas tubuh dan
peningkatan respon parasimpatis untuk menurunkan aktivitas tubuh. Dalam melakukan
Tahap terakhir dari proses keperawatan adalah evaluasi. Tahap penilaian atau
evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan keluarga
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan
melibatkan klien dengan tenaga kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk
Tn. B dan Tn. L telah melakukan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa
nyeri karena hipertensi. Sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam Tn. B merasakan nyeri
dengan skala 4 (ringan) sedangkan Tn. L merasakan nyeri dengan skala 5 (ringan).
Setelah dilakukannya relaksasi nafas dalam rasa nyeri yang di rasakan Tn. B dan Tn. L
berkurang. Tn. B merasakan nyeri dengan skala 1 (ringan), begitu juga dengan Tn. L
Dalam evaluasi kita melihat seberapa jauh keberhasilan yang telah dicapai dari
mengatakan bahwa relaksasi nafas dalam memiliki efek yang sangat positif untuk
mengurangi rasa nyeri. Relaksasi nafas dalam adalah suatu cara yang dilakukan dengan
menarik nafas dalam kemudian dihembuskan secara perlahan dan dilakukan secara
berkala. Sepdianto, Nurachmah, dan Gayatri (2010), telah melakukan penelitian dan
didapat bahwa latihan relaksasi nafas dalam memiliki hasil yang baik dan efektif
menurunkan tekanan darah dibanding dengan seseorang yang tidak terpapar latihan.
Keefektifan latihan relaksasi nafas dalam ini dilakukan sebanyak 6x/menit. Dilihat dari
selama beberapa hari kita melakukan pengkajian dan kita melihat respon dari kedua
keluarga selama kita melakukan asuhan keperawatan, disini terdapat persamaan antar
kedua pasien yang mana kedua pasien tersebut sama-sama memiliki respon yang baik
yang mana selama saya melakukan asuhan keperawatan kedua pasien tersebut dapat
mengerti apa yang telah peneliti sampaikan selama melakukan asuha keperawatan
dibuktikan dengan dokumentasi. Berdasarkan hasil evaluasi tersebut keluarga Tn. B dan
Setelah dibahas asuhan keperawatan pada keluarga Tn. B dan Tn. L pada pasien
Hipertensi maka penulis menarik kesimpulan dan saran sebagai masukan untuk
13.1 Kesimpulan
1. Pengkajian nyeri pada Tn. B, antara lain P: nyeri karena tekanan darah tinggi, Q:
nyeri seperti tertusuk tusuk, R: nyeri dibagian kepala, S: skala nyeri 4 (sedang), T:
nyeri sering ketika tekanan darah tinggi. Sedangkan pada Tn. L, P: nyeri karena
tekanan darah tinggi, Q: nyeri seperti ditusuk – tusuk, R: nyeri dibagian kepala, S:
3. Tahap perencanaan dibuat berdasarkan dengan diagnosa yang telah dirumuskan pada
mengatasi nyeri yang disebabkan hipertensi dengan cara teknik relaksasi nafas
dalam. Dalam melakukan implementasi keperawatan pada keluarga Tn. B dan Tn. L,
5. Evaluasi dilakukan dilakukan pada setiap proses keperawatan. Tn. B dan Tn. L telah
melakukan relaksasi nafas dalam untuk mengurangi rasa nyeri karena hipertensi.
Sebelum dilakukan relaksasi nafas dalam Tn. B merasakan nyeri dengan skala 4
(ringan) sedangkan Tn. L merasakan nyeri dengan skala 5 (ringan). Setelah
dilakukannya relaksasi nafas dalam rasa nyeri yang di rasakan Tn. B dan Tn. L
berkurang. Tn. B merasakan nyeri dengan skala 1 (ringan), begitu juga dengan Tn. L
keluarga Tn. B dan keluarga Tn. L telah mampu mealakukan teknik relaksasi.
13.2 Saran
1. Bagi penulis
mempertahankan hubungan kerja, baik antara tim kesehatan dengan klien. Sehingga
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Kozier, B., Erb, G., Berman, A.and Shirlee J. Snyde, alih bahasa Pamilih Eko Karyuni, dkk.
2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep Proses dan Praktik edisi VII
Volume 1. Jakarta : EGC
Marliani, L., & Tantan. (2007). 100 Question & Answer. Jakarta: Kelompok Gramedia
Maryam, R. Ekasari, M. Rosidawati. Jubaedi, A. & Batubara I. 2008. Mengenal
Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, Wahit Iqbal. 2007. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia : Teori dan Aplikasi
dalam Praktik. Jakarta : EGC.
NANDA International. 2012. Diagnosis Keperawatan: Definisi, Dan Klasifikasi 2012-
2014/Editor, T. Heather Herdman; Alih Bahasa, Made Sumarwati, Dan Nike Budhi
Subekti; Editor Edisi Bahasa Indonesia, Barrah Bariid, Monica Ester, Dan Wuri
Praptiani. Jakarta; EGC.
Potter & Perry. 2009. Buku Ajar Keperawatan Fundamental Keperawatan.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Potter, Patricia. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
Pudiastuti, Ratna Dewi. 2011. Penyakit Pemicu Stroke. Yogyakarta: Nuha Medika
Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.
Sepdianto, T.C., Nurachmah, E., dan Gayatri, D., “Penurunan Tekanan Darah dan
Kecemasan Melalui Latihan Slow Deep Breathing pada Pasien Primer”. Jurnal
keperawatan Indonesia 2010; 14(1): 37-41
Smeltzer, S. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner Suddarth.
Volume 2 Edisi 8. Jakarta : EGC. 2001
Stuart, G.W, & Sunden, S.J. (2007). Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 5. Jakarta :
EGC.
Sulistyarini, Indahria. 2013. Terapi Relaksasi untuk Menurunkan Tekanan Darah dan
Meningkatkan Kualitas Hidup Penderita Hipertensi. Jurnal Psikologi Vol.40 No1
Suprajitno.2012.Asuhan Keperawatan Keluarga Aplikasi dalam
Praktik.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Suryani, Purwanta, & Ahmadi. 2007. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan.
Gambaran Kegiatan Lanjut Usia Di Panti Sosial Tresna Werdha
Yogyakarta Unit Budi Luhur. Volume 3. Nomor 1.
Tamber, S dan Noorkasiani, 2009. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan
Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
Wahyudi, Nugroho. 2000. Keperawatan Gerontik. Edisi kedua. Jakarta: EGC.
WHO. Aglobal brief on hypertension: silent killer, global public health crisis [internet].
Switzerland: World Health Organization; 2013 [disitasi tanggal 14 Agustus 2017].
Tersedi dari: http://www.Ishworld.com/downloads/pdf/global_brief_hypertension.pdf
Wilkinson, Judith M. Ahern, Nancy R. (2012). Buku Saku Diagnosis Keperawatan.
Penerbit Buku Kedokteran.Jakarta: EGC
LAMPIRAN
ISSN 2303-1433
74
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433
Mojo RT: 03 RW: 01 Desa Mojo Dari data diatas menunjukkan bahwa
Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri yang dari 11 responden yang diteliti, sebagian
melakukan teknik relaksasi pernapasan. besar responden berumur 45-50 yaitu
Opservasi pengukuran tekanan darah sebanyak 6 responden (55%).
dilaksanakan sebelum dan sesudah
pemberian teknik relaksasi pernapasan.
Relaksasi pernapasan dilakukan dua kali c. Karakteristik responden berdasarkan
dalam satu hari yaitu pagi dan sore selama pendidikan
kurang lebih 10 - 20 yang dilaksanakan 18%
selama 4 hari berturut-turut. 27%
SD
Analisis data menggunakan uji statistik
Wilcoxon signed rank dengan software SPSS SMP
18 for Windows untuk membandingkan data SMA/SMEA
sebelum dan sesudah dilakukan intervensi
55%
dengan tingkat signifikansi α = 0,05,
90
100 90 89 88
Dari data diatas menunjukkan bahwa
dari 11 responden yang diteliti, sebagian sistole
50
besar responden memiliki riwayat hipertensi
diastole
sejak 1-2 tahun yang lalu yaitu sebanyak 6
0
responden (55%).
Data Kasus
a. Identifikasi tekanan darah sebelum
pemberian teknik relaksasi di Dusun
Mojo RT: 03 RW: 01 Desa Mojo
Gambar 6: Rata- rata tekanan darah dalam 4
Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri.
hari sebelum pemberian teknik relaksasi
pada pagi hari di Dusun Mojo RT: 03 RW:
Berdasarkan hasil dari observasi 01 Desa Mojo Kecamatan Mojo Kabupaten
tekanan darah pada penderita hipertensi Kediri, agustus 2012.
sebelum pemberian teknik relaksasi
didapatkan 11 responden mengalami
hipertensi ringan (100%). 160 146 142 141 140
140
b. Identifikasi tekanan darah setelah 120 89 88 88 88
pemberian teknik relaksasi di Dusun 100
Mojo RT: 03 RW: 01 Desa Mojo 80 sistole
60
Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. 40 diastole
20
Tabel 1 : Distribusi frekwensi Tekanan Darah pada 0
penderita hipertensi sesudah pemberian teknik
relaksasi, di Dusun Mojo RT: 03 RW: 01 Desa Mojo
Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri.
hipertensi di Dusun Mojo RT: 03 RW: 01 penyebab umum terjadinya stroke dan
Desa Mojo Kecamatan Mojo Kabupaten serangan jantung.
Kediri.. Kemudian sebagian besar responden
berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 6
Pembahasan responden (55%) yang menurut Potter &
1. Identifikasi tekanan darah sebelum Perry (2005) bahwa setelah pubertas pada
pemberian teknik relaksasi di Dusun pria cenderung memiliki bacaan tekanan
Mojo RT: 03 RW: 01 Desa Mojo darah yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan
Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri. aktivitas laki-laki lebih besar daripada
Dengan bertambahnya usia elastisitas perempuan disamping menjadi seorang
pembuluh darah akan menurun. Sebagian kepala keluarga dalam rumah tangga. Laki-
besar umur responden yang mengalami laki juga lebih rentan dengan gaya hidup
hipertensi adalah di atas 45 -50 tahun, yaitu yang kurang sehat seperti merokok,
sebanyak 6 responden, seperti yang alkoholisme, dan rawan terjadi stres. Semua
dikatakan oleh Potter & Perry (2005) faktor-faktor tersebut menyebabkan tekanan
tekanan darah pada orang dewasa cenderung darah laki-laki cenderung lebih tinggi
meningkat seiring pertambahan usia. daripada perempuan.
Menurut Potter & Perry (2005), normalnya Selain hal diatas adapula yang
diding darah arteri elastis dan mudah mengeluh hubungan antar tetangga kurang
berdistensi. Jika tekanan darah arteri harmonis, dan sebagian mengeluh tentang
meningkat, diameter dinding pembuluh keadaannya ekonomi yang kurang karena
meningkat untuk mengakomodasi perubahan zaman sekarang semuanya serba mahal.
tekanan. Kemampuan distensi arteri Menurut Potter & Perry (2005),
mencegah pelebaran fluktuasi tekanan Ansietas, takut, nyeri dan stres emosi
darah. Dengan menurunnya elastisitas mengakibatkan stimulasi simpatik, yang
terdapat tahanan yang lebih besar pada meningkatkan frekwensi darah, curah
aliran darah. Akibatnya, bila ventrikel kiri jantung dan tekanan vaskular perifer. Evek
mengejeksi volume secukupnya, pembuluh stimulasi simpatik meningkatkan tekanan
tidak lagi memberi tekanan. Malahan, darah. Respon yang ditimbulkan oleh
volume darah yang diberikan didorong kecemasan dapat dimanifestasikan oleh
melewati diding arteri yang kaku dan syaraf otonom (simpatis dan parasimpatis).
tekanan sistemik meningkat Respon simpatis akan menyebabkan
Orang lanjut usia pada lazimnya secara pelepasan epineprin, adanya peningkatan
fisiologis adalah normal memiliki nilai epineprin mengakibatkan denyut jantung
tekanan darah yang tinggi. Selain karena cepat, pernafasan cepat dan dangkal,
mengurangi aktifitasnya di usia senja, tekanan pada arteri meningkat. Kecemasan
kondisi ini juga terjadi karena dinding arteri juga berdampak negatif pada fisiologi tubuh
lansia telah menebal dan kaku sehingga manusia antara lain dampak pada
darah dipaksa untuk melalui pembuluh yang kardiovaskuler, sistem respirasi, gastro
sempit daripada biasanya dan menyebabkan intestinal, neuromuscular, traktus urinarius,
naiknya tekanan. Bila seseorang mengalami kulit, dampak pada perilaku, kognitif dan
tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan afektif (Stuart dan Sundeen, 1995 di dalam
pengobatan dan pengontrolan secara teratur Wayan, 2009).
(rutin), maka hal ini dapat membawa si Kejadian sehari-hari yang terus-
penderita kedalam kasus-kasus serius menerus menjengkelkan dan tidak
bahkan bisa menyebabkan kematian. menyenangkan dapat meningkatkan hormon
Tekanan darah tinggi yang terus menerus stres. Kecemasan dan ketegangan dapat
menyebabkan jantung seseorang bekerja terjadi karena adanya masalah yang
extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat mungkin masalah tersebut bukan datang dari
terjadinya kerusakan pada pembuluh darah diri seseorang itu sendiri tetapi kebanyakan
jantung. Penyakit hipertensi ini merupakan faktor dari luar, karena ibu rumah tangga
mungkin merasa beban pekerjaan
78
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433
bertambah, atau suami yang kesulitan dalam samping pemberian farmakoterapi. Salah
mencari nafkan untuk keluarganya. satu metode non farmakologi yang
Dari data diatas dapat diketahui bahwa diperkenalkan adalah dengan menggunakan
responden penelitian yang mengalami teknik relaksasi diantaranya adalah teknik
hipertensi sebagian besar disebabkan karena relaksasi pernapasan. Teknik relaksasi
proses penuaan dan stres yang dapat dahulu kala juga digunakan untuk media
meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis penyembuhan. Relaksasi merupakan cara
sehingga terjadi peningkatan tekanan darah. yang efektif bila digunakan sebagai salah
Hipertensi apabila tidak segera satu alternatif dalam penyembuhan dan
mendapatkan penanganan dapat penanganan penyakit, seperti hipertensi,
mengakibatkan kerusakan permanen pada selain mudah dilakukan, juga tidak
ginjal dengan timbulnya kegagalan ginjal. membutuhkan biaya yang besar untuk
Selain ginjal, otak dan jantung dapat pula melakukan teknik tersebut.
mengalami kerusakan yang permanen. Melalui suatu teknik relaksasi seperti
Penanganan hipertensi ini bisa dilakukan teknik relaksasi pernapasan secara otomatis
secara farmakologis dan nonfarmakologis. akan merangsang sistem saraf simpatis
untuk menurunkan kadar zat katekolamin
2. Identifikasi tekanan darah setelah yang mana katekolamin adalah suatu zat
pemberian teknik relaksasi di Dusun yang dapat menyebabkan konstriksi
Mojo RT: 03 RW: 01 Desa Mojo pembuluh darah sehingga dapat
Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri menyebabkan meningkatnya tekanan darah.
Hasil analisa dan interpretasi data yang Ketika aktivitas sistem saraf simpatis turun
dilakukan pada 11 responden hipertensi karena efek relaksasi maka produksi zat
sesudah pemberian teknik relaksasi di di katekolamin akan berkurang sehingga
Dusun Mojo RT: 03 RW: 01 Desa Mojo menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
Kecamatan Mojo Kabupaten Kediri, akhirnya tekanan darah menurun.
menunjukkan bahwa 9 responden Selain itu relaksasi juga relaksasi juga
mengalami penurunan tekanan darah, dan 2 dapat meningkatkan kemampuan untuk
responden tidak mengalami penurunan berkonsentrasi sehingga kemampuan
tekanan darah. menangkap informasi meningkat, begitupun
Viktor (2007), mengatakan melakukan juga mengurangi trauma dan rasa cemas
relaksasi beberapa menit sebelum berlebih, Mengurangi perilaku tertentu yang
melakukan pemeriksaan tekanan darah akan sering terjadi selama periode stres seperti
memberikan hasil yang lebih baik dan tepat, mengurangi jumlah rokok yang dihisap,
dilaporkan suatu hasil penelitian dari konsumsi alkohol, pemakaian obat-obatan,
Universitas Virginia Health System. dan makan yang berlebihan, serta sulit tidur.
Didapatkan tekanan darah sistolik rata-rata Sudah banyak orang yang merasakan
14 poin lebih tinggi saat pemeriksaan manfaat dari relaksasi. Bagi orang yang
tekanan darah dilakukan segera setelah memahami dan rutin melakukan relaksasi,
pasien datang tanpa melakukan relaksasi menganggap relaksasi adalah obat yang
berupa duduk bersandar dengan kaki paling mujarab terhadap setiap penyakit dan
diluruskan ke lantai bila dibandingkan penyelesaian masalah yang mereka alami.
dengan mereka yang sebelumnya melakukan Dengan melakukan relaksasi bukan hanya
relaksasi. fisik yang terobati, tetapi pikiran dan jiwa
Seorang perawat terdaftar di Daly juga ikut terobati. Dari sekian banyak
Garvey, California, bernama chris Garvey manfaat relaksasi, salah satunya adalah
mengatakan bahwa menjaga kesehatan menurunkan tekanan darah.
pernapasan dapat menjadi cara yang paling Dari data diatas membuktikan bahwa
murah bagi masyarakat untuk tidak diserang pelaksanaan pemberian teknik relaksasi
berbagai macam penyakit (Faiza, 2011). sangat berpengaruh terhadap responden
Perlu di tekankan suatu metode non yang mengalami hipertensi. Dari 11
farmakologis untuk mengatasi hipertensi di responden ada 9 responden yang sesudah
79
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433
dilakukan intervensi pemberian teknik pernapasan enam kali napas per menit.
relaksasi mengalami penurunan tekanan Kekurangan oksigen dalam darah dapat
darah. Ini dikarenakan responden selalu mengganggu otot rangka, metabolisme
melaksanakan apa yang diinstruksikan oleh tubuh, dan atrofi otot (penurunan massa
peneliti, serta kerjasama yang sangat baik otot). Rutin latihan pernapasan terbukti
dari responden dan peneliti sehingga dapat mengurangi tekanan darah (Fitria,
prosedur pemberian teknik relaksasi dapat 2011).
dilakukan secara maksimal. Walaupun 2 Melalui suatu teknik relaksasi seperti
responden tidak mengalami penurunan Teknik relaksasi pernapasan ternyata
tekanan darah, hal itu mungkin dikarenakan mampu mengaktivasi sistem Limbik yang
kurangnya kerjasama yang baik antara berhubungan dengan emosi seseorang. Saat
responden dengan peneliti sehingga sistem limbik terakivasi otak menjadi rileks
terkadang pemberian teknik relaksasi tidak dan menurunkan kadar katekolamin
berjalan sesuai prosedur. Ini dapat diketahui sehingga dapat memperlambat denyut
dari hasil observasi tekanan darah yang tidak jantung dan pada akhirnya tekanan darah
mengalami penurunan setelah pemberian menjadi turun. Itu sebabnya relasasi
teknik relaksasi, bahkan ada pula tekanan pernapasan banyak yang menggunakannya
darah responden yang cenderung naik. Oleh sebagai penenang diri.
sebab itu kelak ketika ada yang menerapkan Teknik relaksasi dapat menurunkan
metode pemberian teknik relaksasi ini tekanan darah pada penderita hipertensi dan
diharapkan terjalin kerjasama yang baik tanpa adanya efek samping atau kontra
dengan responden, dan dengan indikasi seperti pada terapi dengan
memperhatikan kondisi kesehatan menggunakan obat anti hipertensi, Shapiro
responden, dan melaksanakan terapi sesuai (Gatchel, dkk.1998). Dalam latihan relaksasi
prosedur yang akan dilakukan mereka mempunyai peluang lebih bagus
dalam upaya mengurangi sedikitnya satu
3. Analisa pengaruh pemberian teknik tablet obat penurun tekanan darah dibanding
relaksasi terhadap penurunan tekanan yang tidak ikut latihan, Jeffery A
darah pada penderita hipertensi di Dusek(dalam info medika, 2008).
Dusun Mojo RT: 03 RW: 01 Desa Hal tersebut menunjukkan bahwa pada
Mojo Kecamatan Mojo Kabupaten penderita hipertensi tidak hanya cukup
Kediri. mengandalkan terapi farmakologi dari
Hasil uji SPSS for Windows dengan dokter maupun diet saja, tidak ada salahnya
menggunakan uji statistik Wilcoxon Signed memberi kesempatan tubuh untuk rileks
Rank Test, dimana = 0,05 didapatkan nilai dengan cara melakukan teknik relaksasi
signifikan 0,003. Karena nilai signifikansi < pernapasan setiap hari untuk menjaga
0,05 berarti pengaruh penurunan tekanan kestabilan emosi. Biarkan tubuh dan pikiran
darah sebelum dan sesudah dilakukan menjadi rileks yang mana dapat memberikan
pemberian teknik relaksasi kepada efek emosi positif pada otak.
responden hipertensi adalah nyata dan erat. Terapi farmakologi yang di terapkan
Maka hasil penelitian diperoleh nilai pada penderita hipertensi akan selalu efektif,
signifikan, dimana H0 ditolak yang berarti kadangkala diperlukan suatu metode terapi
ada pengaruh pemberian teknik relaksasi lain untuk menunjang kesembuhan pasien
terhadap penurunan tekanan darah pada dan agar tercapai hasil yang optimal. Salah
responden hipertensi di Dusun Mojo RT: 03 satu terapi yang dimaksud adalah teknik
RW: 01 Desa Mojo Kecamatan Mojo relaksasi pernapasan. Selain mudah dan
Kabupaten Kediri. murah untuk dilakukan, hasilnya ternyata
Menurut sebuah studi yang diterbitkan cukup efektif untuk menurunkan tekanan
The Lancet, pasien jantung yang bernapas darah pada penderita hipertensi.
12 sampai 14 kali dengan napas pendek per Dalam menurunkan tekanan darah
menit cenderung memiliki kadar oksigen sebaiknya dilakukan terlebih dahulu dengan
dalam darah yang rendah. Normalnya metode non farmakologis, apabila terlalu
80
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
ISSN 2303-1433
81
Jurnal Ilmu Kesehatan Vol.2 No. 1 Nopember 2013
Potter, Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan. Volume 2. Jakarta:
EGC.
Indahria Sulistyarini1
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya
Universitas Islam Indonesia
Abstract
The aim of this study was to investigate the effect of relaxation training on blood presure and
quality of life among patients with hypertension. The hypothesis of this study is stated that there is
an influence of relaxation training to blood presure and quality of life among patients with
hypertention. The quality of life was measured by using quality of life scale based on aspect from
WHOQOL (1998). An experimental method used was a pre-posttest control group design. The
data was analyzed by using anava mixed design and an independent samples of t-test was followed
by analysis of covariance to test the difference of mean sistolic and diastolic blood pressure between
treatment groups both experiment and control group. The calculations and analysis were performed
by using SPSS 17.0 for windows. The results indicate a significant decrease of sistolic blood
pressure (t = – 9,213, p<0,001) and diastolic blood presure (t = – 3,753, p<0,001) in the experiment
group compared to the control group.In addition, difference tests towards the control group and the
experimental group also indicated significant difference the quality of ife (t=3,479 (p<0,01) This
suggests that quality of life among the experimental group has increased compared to the control
group, and consequently it accepted the hypothesis.
Keywords: relaxation training, blood presure, quality of life, hypertension
Hipertensi1 merupakan suatu gang- orang-orang pada usia setengah baya yaitu
guan pada pembuluh darah yang meng- pada golongan usia 55-64 tahun.
akibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang Hipertensi di Asia, pada tahun 1997,
dibawa oleh darah terhambat sampai ke diperkirakan telah mencapai 8-18%.
jaringan tubuh yang membutuhkan. Bahkan, di negara berkembang dari 50%
Penyakit ini telah menjadi masalah utama orang yang diketahui mengalami hiper-
dalam kesehatan masyarakat di negara tensi, hanya 25% yang mendapat pengo-
maju maupun di negara berkembang. batan dan dari 25% tersebut hanya 12,5%
Diperkirakan dari tahun 2000 sampai 2025, yang mendapat perawatan atau pengo-
sekitar 80% kasus hipertensi terutama di batan dengan baik (Boedhi, 1993).
negara berkembang mengalami pening-
Hasil survei kesehatan rumah tangga
katan dari 639 juta menjadi 1,15 milyar.
menunjukkan bahwa pada tahun 2000
Hipertensi lebih banyak menyerang
sekitar 15-20% masyarakat Indonesia men-
derita hipertensi dan prevalensinya sema-
kin meningkat. Prevalensi di tahun 2005
f. Korespondensi dengan penulis dapat dilakukan
terlihat meningkat, yaitu dari 1,7% (6,098)
melalui: indahriasulistyarini@yahoo.co.id
28 JURNAL PSIKOLOGI
RELAKSASI, TEKANAN DARAH, HIPERTENSI
menjadi 2,6% (7,244). Selanjutnya, di tahun dan apa yang sebenarnya menjadi keingin-
2006 sampai 2007 kembali meningkat annya.
sebanyak 2,6% sehingga total penderita Kualitas hidup menurut definisi
hipertensi adalah 7,514 orang. Hipertensi
WHO adalah persepsi individu tentang
di Indonesia rata-rata meliputi 17-21% dari
keberadaannya di kehidupan dalam kon-
keseluruhan populasi orang dewasa. Hal
teks budaya dan sistem nilai tempat ia
ini berarti satu diantara lima orang dewasa
tinggal. Jadi dalam skala yang luas meli-
menderita hipertensi, dan penderita
puti berbagai sisi kehidupan seseorang
hipertensi lebih banyak terjadi pada
baik dari segi fisik, psikologis, keperca-
perempuan yaitu 37% daripada laki-laki yaan pribadi, dan hubungan sosial untuk
yaitu sebanyak 28% (Depkes, 2007). berinteraksi dengan lingkungannya. Defi-
Selanjutnya, Setianto (2007) mengkla- nisi ini merefleksikan pandangan bahwa
sifikasikan tekanan darah tinggi menjadi kualitas hidup merupakan evaluasi sub-
empat tingkatan yaitu normal (SBP = jektif, yang tertanam dalam konteks
Sistole Blood Pressure < 120 mmHg dan kultural, sosial dan lingkungan. Kualitas
Diastole Blood Pressure = DBP < 80 mmHg), hidup tidak dapat disederhanakan dan
pra hipertensi (SBP 120-139 mmHg dan disamakan dengan status kesehatan, gaya
DBP 80-89 mmHg), hipertensi tahap satu hidup, kenyamanan hidup, status mental,
(SBP 140-159 mmHg dan DBP 90-99 dan rasa nyaman. Kualitas hidup yang
mmHg) dan hipertensi tahap dua (SBP ≥ terkait dengan kesehatan (health related
160 dan DBP ≥ 100 mmHg). Beberapa ciri quality of life/HRQOL) meliputi aspek fisik,
yang dapat menggambarkan penyakit psikologis, dan social, dari bidang kese-
tekanan darah tinggi adalah sakit kepala, hatan yang dipengaruhi oleh pengalaman
jantung berdebar-debar, sakit di tengkuk, pribadi seseorang kepercayaan, harapan
mudah lelah, penglihatan kabur dan per- serta persepsi (WHOQOL Group, 1998).
darahan hidung. Kondisi ini pada akhir- Berdasarkan definisi dari HRQOL, peni-
nya akan menimbulkan ketidaknyamanan laian kualitas hidup di dasarkan pada
dan mempengaruhi kualitas hidup pende- laporan pribadi pasien dan harus meliputi
rita hipertensi. Kualitas hidup biasanya domain yang terkait dengan fungsi harian
memiliki arti yang berbeda-beda tergan- (fisik, mental, dan sosial) sehubungan
tung dari konteks yang akan digunakan. dengan penyakit tertentu dan atau pengo-
Hal ini menunjukkan bahwa bukan suatu batan. Pada penyakit hipertensi, domain
hal yang mudah untuk mendefinisikan yang terkait dengan kualitas hidup meli-
kualitas hidup secara tepat. Pengertian puti fisik dan mental, sosial, kepuasan
mengenai kualitas hidup telah banyak terhadap terapi dan perasaan nyaman
dikemukakan oleh para ahli, namun secara umum (Snoek, 2000).
semua pengertian tersebut tergantung dari Hipertensi dan kualitas hidup memi-
ahli yang membuatnya. Seperti halnya
liki hubungan timbal balik, hipertensi da-
definisi sehat, yaitu tidak hanya berarti
pat mempengaruhi kualitas hidup begitu-
tidak ada kelemahan atau penyakit, demi-
pun sebaliknya kualitas hidup dapat mem-
kian juga mengenai kualitas hidup, pengaruhi hipertensi. Dari hasil wawan-
kualitas hidup bukan berarti hanya tidak cara dengan subjek yang menderita hiper-
ada keluhan saja, akan tetapi masih ada
tensi diperoleh beberapa hal yang terkait
hal-hal lain yang dirasakan oleh penderita,
dengan penyakitnya. Subjek menyatakan
bagaimana perasaan penderita sebenarnya bahwa selama ini penyakit darah tinggi-
JURNAL PSIKOLOGI 29
SULISTYARINI
nya telah memberikan efek negatif terha- daan yang tidak diinginkan yang dialami
dap kehidupannya, meliputi aspek fisik, oleh pasien yang terlibat dan disebabkan
emosional, dan sosial pada kehidupan atau diduga melibatkan terapi pengobatan
sehari-hari melalui keluarga, kerja, dan yang diberikan kepada pasien, yang secara
hubungan sosial. Lingkungan keluarga nyata maupun potensial dapat mempe-
dan kesehatan psikologis penderita adalah ngaruhi keadaan pasien seperti ketidak-
aspek-aspek yang paling berpengaruh patuhan, interaksi obat, alergi terhadap
bagi penderita dan kerabatnya. obat yang diresepkan. Selain itu, pengo-
batan jangka panjang yang kemungkinan
Penelitian yang dilakukan oleh Baune,
terjadi efek samping obat yang menye-
Aljeesh dan Adrian (2005) menyebutkan
babkan kerusakan organ (Cipolle,1998).
bahwa semua dimensi dari kualitas hidup
yang terdiri dari psikologis, fisik, sosial Adanya fakta di atas, mengisyaratkan
dan lingkungan secara statistik memiliki bahwa terapi obat bukan satu-satunya
hubungan yang sangat signifikan dengan alternatif terapi yang dapat dipilih. Diper-
hipertensi. Penelitian tentang kualitas lukan sebuah terapi pendamping untuk
hidup penderita hipertensi telah banyak mengurangi ketergantungan terhadap
dilakukan, bahkan telah dimulai sejak obat untuk tetap mempertahankan kua-
tahun 1980-an. Beberapa penelitian yang litas hidup penderita hipertensi. Dalam
mengungkap tentang kualitas hidup pada penelitian ini, peneliti mencoba untuk
hipertensi adalah Bulpitt (1990), Robbins, menawarkan alternatif terapi lainnya
Elias, Croogh dan Colton (1994), Agewall, berupa pelatihan relaksasi. Terapi relak-
Wikstrand dan Fagerberg (1998) yang sasi di sini tidak dimaksudkan untuk
meneliti tentang dimensi dari kualitas mengganti terapi obat yang selama ini
hidup penderita hipertensi yang dikaitkan digunakan penderita hipertensi, terapi ini
dengan penyakit stroke dan jantung hanya membantu untuk menimbulkan
koroner, Shafazand, Goldstein, Doyle, dan rasa nyaman atau relaks. Dalam keadaan
Hlatky (2004) dan Cenedese, Speich, relaks, tubuh melalui otak akan mempro-
Dorschner, Ulrich, Maggiorini, Jenni, dan duksi endorphrin yang berfungsi sebagai
Fischler (2006) yang mencoba melakukan analgesik alami tubuh dan dapat mereda-
pengukuran kualitas hidup pada penderi- kan rasa nyeri (keluhan-keluhan fisik).
ta hipertensi. Namun penelitian yang Selain itu, dalam keadaan relaks tubuh
menggunakan intervensi psikologis untuk akan mengaktifkan sistem saraf parasim-
meningkatkan kualitas hidup pada pende- patetis yang berfungsi untuk menurunkan
rita hipertensi belum banyak dilakukan. detak jantung, laju pernafasan dan tekan-
an darah (Poppen, 1998).
Selama ini, untuk mengatasi hiper-
tensi dapat dilakukan berbagai upaya yai- Relaksasi adalah suatu prosedur dan
tu dapat dilakukan pengendalian tekanan teknik yang bertujuan untuk mengurangi
darah dengan cara mengubah gaya hidup ketegangan dan kecemasan, dengan cara
(life style modification) dan pemberian obat melatih pasien agar mampu dengan se-
antihipertensi dengan terapi tunggal atau ngaja untuk membuat relaksasi otot-otot
kombinasi. Pada penggunaan obat lebih tubuh setiap saat, sesuai dengan keingin-
dari satu macam serta penggunaan obat an. Menurut pandangan ilmiah, relaksasi
jangka panjang akan meningkatkan risiko merupakan suatu teknik untuk mengu-
terjadinya Drug Related Problems. Drug rangi stres dan ketegangan dengan cara
Related Problems adalah segala macam kea- meregangkan seluruh tubuh agar menca-
30 JURNAL PSIKOLOGI
RELAKSASI, TEKANAN DARAH, HIPERTENSI
pai kondisi mental yang sehat (Varvogli & Posttest dilakukan setelah pelatihan bera-
Darvivi, 2011). Relaksasi terbagi menjadi khir, menggunakan skala yang sama seba-
dua kelompok, yaitu relakasi yang mene- gai evaluasi hasil pelatihan. Adapun skala
kankan pada fisik, seperti yoga, relaksasi yang digunakan dalam penelitian ini ada-
otot progresif, latihan pernafasan. Semen- lah skala kualitas hidup yang telah diujico-
tara jenis relaksasi yang menekankan pada bakan pada penderita hipertensi yang
mental/psikis adalah autogenic suggestion, tersebar di Puskesmas X.
imagery, relaxating self talk dan meditasi. Adapun subjek penelitian pada
Dalam dunia kedokteran, intervensi penelitian ini, dibagi dalam dua kelompok
berupa teknik relaksasi juga telah dilaku- yaitu kelompok eksperimen dan kelompok
kan. Praktisi yang bergelut di dunia medis kontrol, dengan jumlah peserta masing-
menyebutkan bahwa relaksasi mempunyai masing sebanyak 15 orang pada kelompok
dampak yang positif terhadap pasien. kontrol dan 15 orang pada kelompok eks-
Pada awalnya, teknik relaksasi dikem- perimen. Kriteria subjek penelitian adalah
bangkan untuk menangani kecemasan sebagai berikut: pria/wanita berusia 35-75
yang merupakan gangguan emosi, contoh- tahun, status perkawinan menikah, memi-
nya pada phobia. Apabila relaksasi dite- liki tekanan darah sistolik (SBP) > 130
rapkan pada manajemen penyakit, maka mmHg dan tekanan darah diastolik (DBP)
tujuannya adalah untuk mengurangi kece- > 80 mmHg, telah menderita hipertensi
masan, sebab kecemasan dapat mening- minimal enam bulan terakhir, namun
katkan rasa sakit. Oleh sebab itu, relaksasi tidak mengalami kerusakan organis dan
dapat menurunkan kecemasan sehingga berdomisili di wilayah kerja Puskesmas X.
rasa sakit dapat berkurang. Penelitian
Pelatihan relaksasi ini dilakukan bebe-
yang akan dilakukan ini bertujuan untuk
rapa tahap, yaitu: persiapan yang meliputi
melanjutkan dan melengkapi penelitian
need assessment kepada psikolog Puskes-
mengenai relaksasi yang telah ada. Relak-
mas dan para pasien hipertensi. Tahap
sasi banyak digunakan untuk mengontrol
berikutnya adalah menentukan trainer dan
rasa sakit. Adapun hipotesis yang diaju-
memberikan pembekalan kepada trainer,
kan dalam penelitian ini adalah ada pe-
baru kemudian melakukan skrining subjek
ngaruh pelatihan relaksasi terhadap pe-
yang akan diikutsertakan dalam peneli-
ningkatan kualitas hidup penderita hiper- tian. Adapun trainer yang dipilih dalam
tensi. penelitian ini adalah trainer yang mema-
hami hubungan proses terbentuknya
Metode gangguan fisiologis akibat stres dan dapat
menyadari pengaruh psikologis terhadap
Penelitian ini merupakan penelitian munculnya gangguan fisiologis, mengua-
eksperimen dengan model rancangan sai teknik relaksasi kesadaran indera dan
pretest dan posttest dengan menggunakan relaksasi otot, dapat menggunakan kedua
kelompok eksperimen dan kelompok kon- teknik relaksasi tersebut untuk mengatasi
trol (pretest-posttest with control group ketegangan yang dihadapi, mampu ber-
design). Penelitian ini melakukan pengu- empati kepada subjek, sehingga memu-
kuran sebelum dan sesudah perlakuan dahkan jalannya pelatihan. Langkah-
pelatihan. Pretest dilakukan sebelum pela- langkah pelatihan yang terdapat dalam
tihan untuk melihat kondisi awal peserta pedoman pelatihan relaksasi dijelaskan
menggunakan skala kualitas hidup. kepada terapis sebelum penelitian.
JURNAL PSIKOLOGI 31
SULISTYARINI
Pada tahap skrining, calon subjek selama 60 menit dan hypnosis selama 150
diseleksi dengan wawancara semi ter- menit. Terakhir pada pertemuan ketiga,
struktur untuk memenuhi kriteria subjek dilakukan evaluasi terhadap pelatihan
penelitian. Wawancara dilakukan dengan selama 120 menit. Intervensi dalam pene-
pasien yang mengalami gangguan hiper- litian ini menggunakan metode: praktek
tensi tanpa adanya kerusakan atau gang- atau latihan. dialog, ceramah, dan tanya
guan organis yang melatarbelakangi terja- jawab, diskusi, mengungkapkan penga-
dinya gangguan hipertensi tersebut. Sete- laman latihan, wawancara semi terstruk-
lah dilakukan tahap persiapan, berikutnya tur.
adalah tahap pelaksanaan penelitian.
Analisis data yang digunakan dalam
Tahap ini diawali dengan pengukuran
penelitian ini adalah analisis kuantitatif
baseline. Pada minggu pertama dilakukan
dengan teknik anava mixed design. Alasan
pengukuran baseline selama enam hari
digunakannya teknik analisis tersebut
untuk mengukur frekuensi kekambuhan
adalah untuk mengetahui perbedaan skor
keluhan penyakit hipertensi yang dialami
antara kelompok eksperimen dan kelom-
oleh subjek sebelum dilakukan perlakuan
pok kontrol. Analisis data menggunakan
atau intervensi. Sementara, untuk prose-
paket Statistical Product and Service Solution
dur pemberian intervensi diawali dengan (SPSS) for Windows versi 17.0.
penyusunan program pelatihan relaksasi
sebanyak tiga kali pertemuan yang terdiri
atas enam sesi pelatihan. Total waktu yang Hasil
diperlukan sebanyak sepuluh jam dengan
pembagian pertemuan sebanyak empat Deskripsi Data Penelitian
jam pada pertemuan pertama dan kedua Deskripsi data penelitian diperoleh
serta dua jam untuk pertemuan ketiga. dari hasil pengukuran awal (pretest) dan
Modul yang telah disusun sebelum- pengukuran akhir (posttest) meliputi skor
nya mendapatkan professional judgment kualitas hidup, tekanan darah sistolik dan
dari praktisi dan akademisi di bidang tekanan darah diastolik. Deskripsi statistik
Psikologi Kesehatan. Selanjutnya, dilaku- data penelitian dapat dilihat dilihat pada
kan uji coba modul dengan beberapa tim Tabel 1.
pelaksana pelatihan relaksasi yang terdiri Uji Prasyarat
dari trainer dan empat orang fasilitator
a. Uji Normalitas dan Homogenitas
yang berperan sebagai partisipan. Uji coba
modul dilaksanakan pada tempat pelak- Uji normalitas dan homogenitas meru-
sanaan relaksasi untuk memberi gambaran pakan uji prasyarat sebelum dilakukan
kepada tim mengenai situasi pelatihan pengujian hipotesis. Uji normalitas
yang sebenarnya, sekaligus observasi yang menggunakan teknik Kolmogo-
ruangan dan desain lay-out pelaksanaan rof-Smirnov menunjukkan p>0,05. Hal
pelatihan. Pada pertemuan pertama, ini berarti sebaran data pada tes awal
peserta diberikan psikoedukasi tentang dan tes akhir dinyatakan normal. Uji
JURNAL PSIKOLOGI
32
RELAKSASI, TEKANAN DARAH, HIPERTENSI
Tabel 1
Deskripsi Statistik Perbandingan Pretest dan Posttest Kualitas Hidup, Tekanan Darah Sistolik,
Tekanan Darah Diastolik antara Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol
Kelompok Eksperimen Kelompok Kontrol
Pretest Posttest Pretest Posttest
Klasifikasi
SDP DBP SDP DBP SDP DBP SDP DBP
KH (mmHg) (mmHh) KH (mmHg) (mmHh) KH (mmHg) (mmHh) KH (mmHg) (mmHg)
Minimum 63 130 65 66 110 70 64 130 80 63 130 80
Maks. 76 190 110 78 170 100 74 180 110 74 180 110
Rerata 70,3 153,7 85,7 72,9 138,7 77,3 69,8 87,7 87,7 69,2 151,5 90
Std Dev. 3,73 20,2 11,2 3,6 8,84 8,84 3,63 9,23 9,23 3,6 17,3 9,13
Keterangan :
KH : Kualitas Hidup
SBP : Tekanan Darah Sistolik
DBP : Tekanan Darah Diastolik
JURNAL PSIKOLOGI 33
SULISTYARINI
posttest yaitu hanya sebesar 2,308 untuk menurunkan tekanan darah. Pada
(pretest=87,69; posttest=90). Dengan kondisi tertentu, saat tekanan darah se-
demikian dapat disimpulkan dang mengalami kenaikan yang signifikan
bahwa pada kelompok kontrol atau berada pada stadium II maka pen-
tidak terdapat perbdaan yang sig- derita hipertensi tetap akan membutuhkan
nifikan nilai pretest dan posttest penanganan medis berupa terapi obat
terhadap pengukuran kualitas untuk menurunkan tekanan darahnya.
hidup, tekanan dan tekanan darah Faktor-faktor lain yang juga tetap perlu
diastolik. dikontrol oleh penderita hipertensi adalah
4. Uji pengaruh relaksasi pada kelom- pola makan yaitu asupan kalori dan zat
pok kontrol dan eksperimen tertentu berupa garam dan aktivitas fisik
seperti olahraga.
Hasil analisis statistik menunjuk-
kan adanya pengaruh relaksasi ter- Tekanan darah yang turun setelah
hadap peningkatan kualitas hidup mendapatkan pelatihan relaksasi dapat
penderita hipertensi (t=3,479, dijelaskan bahwa di dalam sistem saraf
p<0,01), penurunan tekanan darah manusia terdapat sistem saraf pusat dan
sistolik (t = –9,213, p<0,01) serta sistem saraf otonom. Fungsi sistem saraf
penurunan tekanan darah diastolik pusat adalah mengendalikan gerakan-
(t = – 3,753, p<0,01) pada kelompok gerakan yg dikehendaki, misalnya gerakan
eksperimen dibandingkan kelom- tangan, kaki, leher, dan jari-jari. Sistem
pok kontrol yang tidak mendapat- saraf otonom berfungsi mengendalikan
kan relaksasi. Berdasarkan hasil gerakan-gerakan yang bersifat otomatis,
analisis tersebut dapat disimpul- misalnya fungsi digestif, proses kardio-
kan bahwa relaksasi efektif dalam vaskuler, dan gairah seksual. Sistem saraf
meingkatkan kualitas hidup, tekan- otonom terdiri sendiri terdiri dari subsis-
an darah sistolik dan diastolik tem yang kerjanya saling berlawanan,
penderita hipertensi. terdiri dari sistem saraf simpatetis dan
sistem saraf parasimpatetis. Sistem saraf
simpatetis bekerja untuk meningkatkan
Diskusi
rangsangan atau memacu organ-organ
tubuh, memacu meningkatnya denyut
Berdasarkan hasil analisis data pada
jantung dan pernafasan, menimbulkan
kelompok eksperimen, terlihat ada perbe-
penyempitan pembuluh darah tepi dan
daan yang sangat signifikan pada penu-
pembesaran pembuluh darah pusat,
runan tekanan darah sistolik dan diastolik.
menurunkan temperatur kulit dan daya
Hasil penelitian tersebut membuktikan
tahan kulit, serta akan menghambat proses
bahwa pelatihan relaksasi dengan pende-
digestif dan seksual. Sebaliknya sistem
katan behavior yang berupa guide imagery
saraf parasimpatetis bekerja untuk mensti-
dan hypnosis dapat menurunkan tekanan
mulasi turunnya semua fungsi yang
darah pada penderita hipertensi. Walau-
dinaikkan oleh sistem saraf simpatetis dan
pun hasil penelitian ini terbukti dapat
menstimulasi naiknya semua fungsi yang
menurunkan tekanan darah, bukan berarti
diturunkan oleh saraf simpatetis. Selama
penderita hipertensi tidak membutuhkan
sistem-sistem tersebut berfungsi secara
pengobatan medis lagi untuk menurunkan
normal dan seimbang, maka bertam-
tekanan, dengan kata lain relaksasi bukan
satu-satunya intervensi yang berguna bahnya aktivitas sistem yang satu akan
34 JURNAL PSIKOLOGI
RELAKSASI, TEKANAN DARAH, HIPERTENSI
menghambat atau menekan efek sistem sistolik pada penderita hipertensi yang
yang lain. Dalam kondisi relaks, tubuh menggunakan obat atau tidak, mengalami
akan mengalami fase istirahat. Pada saat penurunan setelah diberikan pelatihan
itulah, tubuh akan mengaktifkan sistem relaksasi. Selanjutnya penelitian ini meng-
saraf parasimpatetis. Bekerjanya saraf ungkapkan bahwa pada kelompok ekspe-
parasimpatetis menyebabkan terjadinya rimen yang tidak menggunakan obat lebih
penurunan detak jantung, laju pernafasan mengalami penurunan tekanan darah
dan tekanan darah. Sebaliknya, ketika sistolik dibandingkan kelompok kontrol
tubuh dalam keadaan tegang atau berada yang menggunakan obat. Pada kelompok
dalam kondisi tidak nyaman maka syaraf kontrol yang tidak menggunakan obat,
simpatik dan otot-otot pembuluh darah terjadi peningkatan tekanan darah sistolik.
akan berkontraksi sehingga diameter Hasil yang sama juga terjadi pada tekanan
penampang pembuluh darah kecil akan darah distolik. Perbedaannya hanya pada
menurun yang berakibat meningkatnya kelompok eskperimen yang menggunakan
tekanan darah. obat dan yang tidak menggunakan obat.
Penurunan yang signifikan pada kelom-
Beberapa penelitian yang mendukung
pok eksperimen yang menggunakan obat
hasil penelitian ini adalah penelitian yang
dibandingkan kelompok eksperimen yang
dilakukan oleh Yung, French, dan Leung
menggunakan obat dibandingkan kelom-
(2001) yang menemukan bahwa pelatihan
pok eksperimen yang tidak menggunakan
relaksasi yang berupa relaksasi otot dan
obat.
imajeri kognitif dapat menurunkan
tekanan darah pada penderita hipertensi. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
Lebih jauh Yung et al., menemukan ada- bahwa turunnya tekanan darah pada
nya perbedaan hasil dari bentuk relaksasi penderita hipertensi berdampak pada
yang diberikan terhadap penurunan peningkatan kualitas hidup mereka baik
tekanan darah pada penderita hipertensi. secara fisik, psikologis, sosial dan kenya-
Relaksasi otot lebih dapat menurunkan manan terhadap terapi serta perasaan
tekanan darah dibandingkan relaksasi secara umum. Hal ini memperkuat temu-
imajeri kognitif. Tekanan darah yang an penelitian Vera (2004). Penelitian yang
paling banyak turun adalah tekanan darah tersebut membuktikan bahwa efek dari
sistolik dibandingkan diastolik. Penelitian relaksasi dapat menurunkan tekanan
yang sama juga dilakukan oleh Chen darah sistolik dan diastolik pada penderita
(2010), dalam penelitiannya ditemukan hipertensi. Selanjutnya penurunan tekan-
bahwa penderita hipertensi yang melaku- an darah menyebabkan terjadi peningkat-
kan latihan fisik mengalami penurunan an kualitas hidup penderita hipertensi.
tekanan darah sistolik (SBP) maupun Sementara pada kelompok kontrol justru
tekanan darah diastolik (DBP). Penelitian menunjukkan hal yang sebaliknya. Tekan-
ini didukung oleh pernyataan Varvogli an darah diastolik dan sistolik tampak
dan Darviri (2011) yang menyebutkan mengalami kenaikan yang berakibat terha-
bahwa berbagai macam teknik dari relak- dap terjadinya penurunan kualitas hidup
sasi dapat menurunkan tekanan darah penderita hipertensi. Menurunnya tekanan
pada penderita hipertensi. darah pada pembuluh darah di kepala dan
otak menyebabkan turunnya rangsangan
Penelitian yang dilakukan oleh
terhadap rangsangan rasa nyeri dan sakit
Amigo, Fernández González, dan Herrera
(2002) menemukan bahwa tekanan darah kepala yang diderita selama ini. Setelah
JURNAL PSIKOLOGI 35
SULISTYARINI
dilakukan relaksasi, beberapa subjek fluktuatif dan perasaan tidak bahagia yang
merasakan kondisi fisik yang berbeda, biasanya menyertai perjalanan penyakit
misalnya berkurangnya sakit kepala dan hipertensi semakin berkurang. Perubahan
kelelahan fisik serta tidak mengalami emosi negatif ke emosi positif ternyata
kesulitan dan gangguan pada saat tidur. menimbulkan dampak yang signifikan ter-
Istirahat yang cukup, membuat penderita hadap kehidupan sosial penderita hiper-
hipertensi tidak mudah mengalami kele- tensi. Hubungan dengan orang lain menja-
lahan fisik. di lebih baik dan aktivitas sosial pun mulai
Secara fisik, relaksasi akan menim- dijalankan karena berkurangnya rasa nyeri
bulkan rasa nyaman atau relaks. Penelitian yang selama ini dirasakan. Steiner,
yang dilakukan oleh Baune, et al., (2005) Stewart, Kolodner, dan Libermen (2003)
menyebutkan bahwa semua dimensi dari nyeri di kepala dapat menimbulkan gang-
kualitas hidup yang terdiri dari psikologis, guan hidup penderita karena adanya
fisik, sosial dan lingkungan secara statistik disabilitas yang signifikan dengan kehi-
memiliki hubungan yang sangat signifikan langan waktu untuk bekerja dan berin-
dengan hipertensi. Dalam keadaan relaks, teraksi sosial. Nyeri di kepala juga dapat
tubuh melalui otak akan memproduksi menurunkan kualitas hidup penderita
endorphrin yang berfungsi sebagai analge- sehingga dapat menimbulkan kerugian
sik alami tubuh dan dapat meredakan rasa besar di bidang ekonomi akibat banyak-
nyeri (keluhan-keluhan fisik). Begitupun nya hari kerja yang terbuang dan besarnya
dengan kondisi psikologis, dengan mela- biaya pengobatan yang harus dikeluarkan.
kukan guide imagery dan hypnosis akan Dukungan dari lingkungan juga diperoleh
terjadi pelepasan emosi-emosi negatif oleh penderita hipertensi yang mengikuti
seperti rasa marah, cemas, dan lain yang pelatihan, berupa dukungan emosional
merupakan implikasi dari meningkatnya dan dukungan informasi. Perasaan takut
kualitas hidup dari sisi psikologis. untuk berjalan atau berpergian mulai
berkurang dan kemauan untuk bekerja
Penderita hipertensi menyatakan bah- serta melakukan aktivitas sehari-hari
wa dengan melakukan pelatihan relaksasi dalam rangka memenuhi kebutuhan juga
secara teratur dapat membuat gangguan semakin kuat.
fisik yang berkaitan dengan hipertensi
menjadi berkurang. Beberapa keluhan fisik Varvogli dan Darviri (2011), yang
yang reda akibat melakukan relaksasi ada- melakukan analisis tentang dampak relak-
lah sakit di leher, sakit kepala, sulit tidur, sasi terhadap penurunan tekanan darah
badan yang kaku dan pegal-pegal. Secara menyimpulkan bahwa relaksasi selain
psikologis, pelatihan relaksasi membuat dapat mengurangi dan mempengaruhi
penderita hipertensi merasa relaks yang persepsi terhadap rasa sakit, juga mampu
selanjutnya perasaan relaks tersebut mengurangi kecemasan serta menciptakan
mengurangi rasa ketidaknyamanan dan perasaan nyaman pada penderita hiper-
membuat mereka menjadi tenang, pera- tensi. Selain itu, relaksasi dapat mening-
saan cemas serta khawatir pun menjadi katkan aktivitas saraf parasimpatetik,
berkurang. Penderita hipertensi merasa meningkatkan konsentrasi dan pengeta-
lebih dapat mengendalikan emosinya jika huan seseorang tentang sesuatu yang
menghadapi hal-hal yang tidak menye- terjadi dibalik ketegangan otot yang
nangkan dan dapat memancing reaksi dialami oleh penderita hipertensi. Lebih
emosinya. Perubahan mood yang sangat jauh lagi relaksasi dapat meningkatkan
36 JURNAL PSIKOLOGI
RELAKSASI, TEKANAN DARAH, HIPERTENSI
kemampuan individu dalam mengendali- yang ada pada setiap dusun yang seterus-
kan perasaannya dan meningkatkan ke- nya dapat dilanjutkan kepada penderita
mampuan dalam melakukan aktivitas fisik hipertensi yang berdomisili di dusunnya
dan membantu penderita dalam berinte- masing-masing.
raksi di dalam lingkungannya. Semua
perubahan yang terjadi baik dari aspek Kepustakaan
fisik, psikologis dan sosial tersebut meru-
pakan dimensi dari kualitas hidup. Agewall, M.,Wikstrand, J., & Fagerberg, B.
(1998). Stroke Was Predicted by
Kesimpulan Dimensions of Quality of Life in
Treated Hypertensive, Journal of The
Berdasarkan permasalahan dan anali- America Heart Association, 29, 2329-
sis data yang dilakukan, maka dapat 2333.
disimpulkan bahwa relaksasi dapat menu- Amigo, I., Fernández A., González, A., &
runkan tekanan darah baik sistolik mau- Herrera, J. (2002). Muscle Relaxation
pun diastolik pada penderita hipertensi. and Continuous Ambulatory Blood
Selanjutnya penurunan tekanan darah Pressure in Mild Hypertention. Psico-
mempengaruhi peningkatan kualitas hi- thema, 14(1), 47-52.
dup penderita hipertensi yang ditunjuk- Baune, B.T., Aljeesh, Y.I., & Adrian, I.
kan dengan berkurangnya keluhan- (2005). Predictores of Quality of Life
keluhan fisik seperti rasa nyeri di tengkuk Among Hypertensive Patients With
dan kepala, meningkatnya kemampuan And Without Stroke. Journal of The
individu dalam mengendalikan perasaan- Islamic University of Natural Sciences
nya serta kemampuan dalam melakukan Series, 13(2) 91-107.
aktivitas fisik dan membantu penderita
dalam berinteraksi di dalam lingkungan- Bulpitt, C.J., & Fletcher, A.E. (1990). The
nya. measurement of quality of life in
hypertensive patients: a practical
approach. Journal of clinical Pharmacy,
Saran 30, 353-364.
Boedhi, (1993). data+prevalensi+
Melihat efektifitas dari relaksasi pada
penderita hipertensi, maka bagi para pen- hipertensi+Boedi&Source. Diunduh
dari: http//book. google.co.id/tanggal
derita hipertensi diharapkan dapat tetap
25 Mei 2010.
konsisten dalam mempraktikkan relaksasi
sebagai upaya mengontrol tekanan darah Cenedese, E., Speich, R., Dorschner,
pada penderita hipertensi. Begitupun de- L.,Ulrich, S., Maggiorini, M., Jenni, R.,
ngan pihak Puskesmas, diharapkan pihak 4. Fischler, M. (2006). Measurement of
Puskesmas ataupun pusat kesehatan lain- quality of life in pulmonary hyper-
nya dapat menjadikan relaksasi sebagai tension and its significance. European
salah satu upaya pencegahan (preventif) Respiratory Journal of Europa Respira-
dan pengobatan (kuratif) dalam menanga- tory, 28, 808–815.
ni serta mengontrol peningkatan tekanan Chen, Y.L. (2010). Normalization Effect of
darah pada penderita hipertensi. Khusus- Sport Training on Blood Pressure in
nya untuk Puskesmas, hal lain yang dapat Hypertensives. Journal of Sport
dilakukan adalah melakukan pelatihan Sciences, 28, 361-367.
relakasi kepada Kader-kader Puskesmas
JURNAL PSIKOLOGI 37
SULISTYARINI
Cipolle, R., Strand, L.M., & Morley, P.C. tioner’s Guide to New and Traditional
(1998). Pharmaceutical Care Practice. Approaches. New York: Springer
Mc.Graw-Hill Higher Education Publishing Company Inc.
Depkes. (2007). Survei Kesehatan Rumah Snoek, F.J. (2000). Quality of Life: a
Tangga. Diunduh dari: http: //www. review. Education and Ageing.
Depkes.go.id/indekx.php?option= Triangle Jour-nal, 15, 419-435
news&task=viewarticle&sid=3458 Steiner, TJ., Stewart, WF., Kolodner, K., &
tanggal 11 Juni 2009. Libermen, J. (2003). The Prevalence
Farber, H.W. (2010). Harrison’s Cardiovas- and Disability Burden of Adult Mi-
cular Medicine. Boston: Mc.Graw-Hill. graine in England and Their Relation-
Manfredini, F. (2009). Sport Therapy ship to Age, Gender, Ethnicity. Cepha-
for Hypertension: Why, How and lalgia, 23, 519-527.
How Much?. Angiology, 60(2), 207-216.
WHOLQOL Group. (1998). Development
Poppen, R. (1998). Behavioral Relaxation of the World Health Organization
Training and Assessment. London: Sage WHOQOL-BREF quality of life
Publication. assessment. Psychol Med., 28(3) 551-
558.
Robbins, M.A., Elias, M.F., Croogh.,S.H., &
Colton, T. (1994). Unmedicated Blood Vera, MPG. (2004). Blood Pressure Vari-
Pressure Levels and Quality of Life in ability and stress Management Train-
Elderly Hypertensive Women. Psycho- ing for Essnetial Hypertension. Behav-
somatic Medicine, 56, 251-259. ioral Medicine, 30(2), 53-62.
Setianto, B. (2007). Hipertensi Penyebab Varvogli, L., & Darviri, C. (2011). Stress
Utama Penyakit Jantung. Diunduh dari: Management Techniques: evidence-
http://dinkes-sulsel.go.id/view. based procedures that reduce stress
php?id=134&jenis=berita tanggal 10 and promote health, Health Science
Juni 2007. Journal, 5(2), 74-89.
Shafazand, S., Goldstein, M,K.,Doyle, R.L., Yung, P., French, P., & Leung, B. (2001).
& Hlatky, M.A. (2004). Health-Related Relaxation training as complementary
Quality of Life in Patients With Pul- therapy for mild hypertension control
monary Arterial Hypertension. Journal and the implications of evidence-based
of the American College of Chest, 126, medicine. Complementary Therapies in
1452-1459. Nursing & Midwifery, 7, 59-65.
Smith, Jc. (2005). Relaxation, Meditation &
mindfulness: A mental Health Practi-