Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM

INTEGUMEN LUKA BAKAR

OLEH :

Dosen Pembimbing : Ice Septriani Saragih, S.Kep.,Ns., M.Kep

Kelompok 4 Ners 3B :

1. Ruth Chrisdayanti Simarmata (032018067)


2. Betty Rosefa Sinaga (032018079)
3. Malensi Winda Juliaty Rajagukguk (032018088)
4. Enjel Fbryan Sijabat (032018093)
5. Reza Novita Yanti Simanjuntak (032018094)
6. Evan Juniman Putra Lahagu (032018095)
7. Enjelina Limbong (032018097)

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SANTA ELISABETH MEDAN

TA 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syuur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rahmat, karunianya. Kami dapat menyelesaikan tugas Keperawatan Paliatif dengan judul
“Asuhan Keperawatan dengan Gangguan Sistem Integumen Luka Bakar”. Kami berterima
kasih kepada ibu Ice Septriani Saragih, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada kami.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang,
mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendri maupun orang yang
membacannya. Sebelumnya kami mohon maaf apa terdapat kesalahan kata- kata yang kurang
berkenan dan kami memohon kritik saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Medan, September 2020


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................

DAFTAR ISI ............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................

1.1.. Latar Belakang ..................................................................................................................

1.2.. Rumusan Masalah.............................................................................................................

1.3. Tujuan .................................................................................................................................

BAB II TINJAUNA TEORITIS ...............................................................................................

2.1. Defenisi Luka Bakar............................................................................................................

2.2. Pembagian Grade Luka Bakar.............................................................................................

2.3. Perhitungan Luas Luka Bakar.............................................................................................

2.4. Patofisiologi Luka Bakar ...................................................................................................

2.5. Terapi Diet pada Pasien Luka Bakar...................................................................................

2.6. Membuat Kasus Keperawatan dengan Masalah Luka Bakar..............................................

2.7. Manajemen Kasus dan Pengelolaan Askep Pasien Luka Bakar (Pengkajian, Diagnosa,
Intervensi, Implementasi, Evaluasi)...........................................................................................
2.8. Telaah Jurnal Hasil Penelitian dalam Mengatasi Masalah yang Ada pada Kasus Luka
Bakar...........................................................................................................................................
2.9. Peran dan Fungsi Perawat Terkait Kasus Luka Bakar.........................................................

BAB III PENUTUP....................................................................................................................

3.1. Kesimpulan.........................................................................................................................

3.2. Saran .................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasien dengan luka bakar sangat sering dijumpai pada tiap rumah sakit atau tempat
layanan kesehatan lainnya. Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan atau
kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan
morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal
sampai fase lanjut. Pasien dengan masalah luka bakar membutuhkan penanganan yang
cepat dan tepat, oleh karena itu sebelum lanjut ke rencana pengobatan pasien akan
terlebih dahulu dikaji bagaimana masalah yang dialami pasien dan selanjutnya perawat
akan melakukan perencanaan perawatan dengan berkonsultasi terlebih dahulu kepada tim
medis lainnya. sehingga perawatan yang diberikan adalah perawatan yang berkualitas
yang meningkatkan derajat kesehatan pasien.

Perawatan luka bakar mengalami perbaikan/kemajuan dalam dekade terakhir ini,


yang mengakibatkan menurunnya angka kematian akibat luka bakar. Pusat – pusat
perawatan luka bakar telah tersedia cukup baik, dengan anggota team yang menangani
luka bakar terdiri dari berbagai disiplin yang saling bekerja sama untuk melakukan
perawatan pada klien dan keluarganya. Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga
akibat kecelakaan pada semua kelompok umur. Laki-laki cenderung lebih sering
mengalami luka bakar dari pada wanita, terutama pada orang tua atau lanjut usia ( diatas
70 th).

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa Defenisi Luka Bakar?


2. Apa Saja Grade Luka Bakar?
3. Apa itu Perhitungan Luas Luka Bakar?
4. Apa Patofisologi Luka Bakar?
5. Apa Saja Terapi Diet Luka Bakar?
6. Bagaimana Manajemen Kasus dan Pengelolaan Askep Pasien Luka Bakar?
1.3. Tujuan

Mahasiswa mampu melakukan simulasi asuhan keperawatan, mengintegrasikan hasil-


hasil penelitian, serta memberikan advokasi dengan kasus gangguan sistem integumen (Luka
Bakar) pada pasien dewasa dengan memperhatikan aspek legal dan etis.
BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1. Defenisi Luka Bakar

Luka bakar adalah kerusakan jaringan tubuh terutama kulit akibat langsung atau
perantara dengan sumber panas (thermal), kimia, elektrik, dan radiasi luka bakar adalah luka
yang disebabkan oleh trauma panas yang memberikan gejala, tergantung luas, dalam, dan
lokasi lukannya. Luka bakar disebabkan oleh transfer energi dari sumber panas ke tubuh.
Luka bakar dapat dikategorikan sebagai luka termal, luka bakar radiasi, luka bakar listrik,
atau luka bakar kimia. Anak-anak muda dan lansia merupakan golongan risiko tinggi
terhadap luka bakar. Empat tujuan utama yang berhubungan dengan luka bakar adalah
pencegahan;intuisi tindakan pengamanan hidup untuk individu yang mengalami luka bakar
hebat; pencegahan kecacatan dan kelainan bentuk tubuh; serta rehabilitasi. Individu dibawah
usia 5 tahun dan diatas 40 tahun merupakan resiko terhadap mortalitas setelah mengalami
trauma luka bakar.

Luka bakar merusak integritas kulit, mencetuskan individu pada masalah-masalah berat,
khususnya bila luka bakar luas. Asosiasi luka bakar amerika menganjurkan pengobatan
pasien rawat alan untuk semua luka bakar kecuali:

1. Luka bakar superfisial


2. Dewasa dengan luka bakar ketebalan parsial kurang dari 15% keterlibatan area
permukaan tubuh (APT)
3. Anak- anak dasn lansia dengan luka bakar ketebalan parsial kurang dari 5%
keterlibatan APT
4. Individu dengan luka bakar ketebalan penuh kurang dari 2% keterlibatan APT
5. Luka bakar api terhadap kepala, leher, dan toraks selalu diiatasi dengan dasar rawat
jalan tanpa mengecualikan keterlibatan APT karena risiko cedera inhalasi.

Komplikasi utama berkenaan dengan cedera luka bakar luas adalah septikemia,
kontraktur, jaringan parut hipertonik, defisit kalori-protein dan kegagaglan kardiopulmonal
dan ginjal.
Kedalaman luka bakar:

Luka bakar diklasifikasikan berdasarkan kedalaman dari jaringan yang mengalami kerusakan:

1. Luka bakar superfisial (derajat pertama) mis, luka bakar oleh sinar matahari; kulit
yang terkena hanya bagian epidermisnya saja.
2. Ketebalan parsial (derajat dua) mis, lepuh; kulit yang terkena termasuk epidermis dan
bagian dermis.
3. Ketebalan penuh (derajat tiga), mis, ledakan, arus listrik; kulit yang terkena termasuk
epidermis, keseluruhan dermis, dan terkadang jaringan subkutan.

Luas permukaan yang terbakar:

Penentuan tentang berapa besar area permukaan yang terkena dicapai oleh salah satu dari
metoda yang berikut ini:

1. Rule of nine (aturah sembilan): suatu perkiraan dari luas permukaan tubuh (LPT) yang
terbakar dengan membagi tubuh kedalam kelipatan sembilan
2. Metoda lund dan browder: metoda pengukuran yang lebih persis untuk
memperkirakan LPT ynag terbakar yang mengenali presentase luasnya permukaan
LPT dari berbagai bagian anatomis (kepala dan tungkai) perubahan sejalan dengan
pertumbuhan.
3. Metoda telapak tangan (palm): metoda untuk memperkirakan presentasi penyebaran
luka bakar, menggunakan ukuran telapak tangan pasien (mendekati 1% dari LPT)
untuk mengkaji keluasan cedera luka bakar.

2.2. Pembagian Grade Luka Bakar

1. Luka bakar grade I


a. Disebut juga luka bakar superficial
b. Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai daerah dermis.
Sering disebut sebagai epidermal burn
c. Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri
d. Pada hari ke empat aan terjadi deskuamasi epitel (peeling).
2. Luka bakar grade II
a. Superficial partial thickness:
1) Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dermis
2) Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat daripada
luka bakar grade I
3) Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena luka
4) Bila bula disingkirkan terlihat luka berwarna merah muda yang basah
5) Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bilatekanan
6) Akan sembuh dengan sendirinya salam 3 minggu (bila tidak terkena
infeksi), tapi warna kulit tidak akna sama seperti sebelumnya.
b. Deep partial thickness
1) Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
2) Disertai juga dengan bula
3) Permukaan luka berbercak merah muda dan putih karena variasi dari
vaskularisasi pembuluh darah (bagian yang putih punya hanya sedikit
pembuluh darah yang merah muda mempunyai beberapa aliran darah
4) Luka akan sembuh dalam 3-9 minggu
3. Luka bakar grade III
a. Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
b. Rasa sakit kadang idak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan pembuluh
darah sudah hancur
c. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot dan tulang
4. Luka bakar grade IV
Berwarna hitam

2.3. Perhitungan Luas Luka Bakar

Luas luka bakar dinyatakan sebagai presentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk
menghitung secara cepat dipakai rule of nine dari wallace. Perhitungan cara ini hanyadapat
diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai proporsi tubuh yang berbeda.
Untuk keperluan percatatan medis, dapat digunakan kartu luka bakar dengan cara Lund and
Browder.

1. Metode rule of nine mulai diperkenalkan sejak tahun 1940- an sebagai suatu alat
pengkajian yang cepat untuk menentukan perkiraan ukuran / luas luka bakar. Dasar
dari metode ini adalah bahwa tubuh di bagi kedalam bagian-bagian anatomic, dimana
setiap bagian mewakili 9 % kecuali daerah genitalia 1 %.
Perhitungan luas luka bakar berdasarkan Rule of Nine oleh Polaski dan Tennion dari
Wallace:
a. Kepala dan leher : 9%
b. Ekstremitas atas : 2x9% (kiri dan kanan)
c. Paha dan betis-kaki : 4x9% (kiri dan kanan)
d. Dada, perut, punggung, bokong : 4x9%
e. Perineum dan genitalia : 1%
Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu dengan menggunakan luas
telapak tangan penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan = 1% luas
permukaan tubuh.

2. metode Lund and Browder merupakan modifikasi dari persentasi bagian-bagian tubuh
menurut usia, yang dapat memberikan perhitungan yang lebih akurat tentang luas luka
bakar.

Area 0-1 thn 1-4 thn 5-9 thn 10-14 thn 15 thn Dewasa
Kepala 19 17 13 11 9 7
Leher 2 2 2 2 2 2
Anterior 13 13 13 13 13 13
tubuh
Posterior 13 13 13 13 13 13
tubuh
Bokong 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
kanan
Bokong 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
kiri
Genitalia 1 1 1 1 1 1
Lengan 4 4 4 4 4 4
atas kanan
Lengan 4 4 4 4 4 4
atas kiri
Lengan 3 3 3 3 3 3
bawah
kanan
Lengan 3 3 3 3 3 3
bawah kiri
Telapak 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
tangan
kanan
Telapak 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5
tangan kiri
Paha 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5
kanan
Paha kiri 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5
Kaki 5 5 5,5 6 6,5 7
kanan
Kaki kiri 5 5 5,5 6 6,5 7
Telapak 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
kaki kanan
Telapak 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5 3,5
kaki kiri
total 100 100 100 100 100 100

3. selain metode tersebut di atas, dapat juga digunakan cara lainnya yaitu mengunakan
metode hand palm. Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar
dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 % dari
permukaan tubuh yang mengalami luka bakar.

2.4. Patofisiologi Luka Bakar

Luka bakar suhu pada tubuh terjadi baik karena konduksi panas langsung atau radiasi
elektromagnetik. Derajat luka bakar berhubungan dengan beberapa faktor, termasuk konduksi
jaringan yang terkena, waktu kontak dengan sumber tenaga panas dari pigmentasi permukaan.
Saraf dan pembuluh darah merupakan struktur yang kurang tahan terhadap konduksi panas,
sedang, tulang, paling tahan. Jaringan lain memiliki konduksi sedang, sumber-sumber radiasi
elektromagnetik meliputi sinar x, gelombang mikro, sinar ultraviolet, dan cahaya tampak,
radiasi ini dapat merusak jaringan baik dengan panas (gelombang mikro) atau ionisasi (sinar
x).

Sel-sel dapat menahan temperatur sampai 44℃ tanpa kerusakan bermakna. Antara
44℃ dan 51℃, kecepatan kerusakan jaringan berlipat ganda untuk tiap derajat kenaikan
temperatur dan waktu penyinaran yang terbatas yang dapat ditoleransi. Diatas 51℃, protein
terdenaturasi dan kecepatan kerusakan jaringan sangat hebat. Temperatur di atas 70℃
menyebabkan kerusakan selular yang sangat cepat dan dapat ditahan. Pada rentang panas
yang lebih rendah, tubuh dapat mengeluarkan tenaga panas dengan perubahan sirkulasi tetapi
pada rentang panas lebih tinggi, hal ini tidak efektif.

Luka bakar terbentuk dari beberapa daerah, dimulai dengan daerah koagulasi jaringan
pada titik kerusakan maksimal. Mengelilingi daerah koagulasi terdapat daerah stasis yang
ditandai dengan aliran darah yang cepat dan terdiri dari sel-sel yang masih dapat
diselamatkan. Disekeliling daerah stasis terletak daerah hiperemia, tempat sel kurang rusak
dan dapat hilang dan luka dengan kedalaman tidak penuh diubah menjadi kedalaman penuh.
Salah satu tujuan perawatan luka bakar adalah menghindari hilangnya kedua daerah luar ini.
Luka bakar secara klasik, dibagi atas derajat satu, dua dan tiga. Luka derajat satu
hanya mengenai epidermis dan tampak sebagai daerah hiperemia dan eritema. Luka derajat
dua mengenai lapisan epidermis yang lebih dalam dan sebagian dermis serta diserta lepuh
dan/ atau edema dan basah. Luka derajat tiga mengenai semua lapisan epidermis dan dermis
serta biasanya tampak sebagai luka kering, seringkali dengan vena koagulasi yang terbayang
melalui permukaan kulit.

Walaupun klafikasi luka bakar ini cukup bermanfaat dan dewasa ini sering digunakan,
namun luka bakar lebih baik diklasifikasi sebagai ‘sebagian ketebalan kulit’ dan ‘seluruh
ketebalan kulit’. Luka sebian ketebalan kulit meliputi luka derajat satu dan dua luka seluruh
kettebalan kulit meliputi luka derajat tiga. Penggunaan sistem klasifikasi kedalaman luka ini
dapat memberi gambaran klinik tentang apakah luka sembuh secara spontan atau apakah
membutuhkan cangkokan. Pada evaluasi awal, sering sulit’ untuk memerika kedalaman luka,
terutama pada luka dermis yang dalam (derajat dua).

Kedalaman luka tidak hanya tergantung tipe agen bakar dan saat kontaknya, tetapi
juga terhadap ketebalan kulit daerah luka dan penyediaan darahnya. Daerah-daerah berkulit
tebal membutuhkan kontak lebih lama terhadap sumber panas untuk mendapat luka seluruh
ketebalan kulit daripada kulit daripada daerah berkulit lebih tipis. Kulit pasien lanjut usia dan
bayi lebih tipis pada semua daerah daripada kelompok umur lain, serta merupakan faktor
pertimbangan penting untuk menentukan kedalaman luka bakar pada pasien ini.

2.5. Terapi Diet pada Pasien Luka Bakar

1. Tujuan diet memacu penyembuhan luka, memelihara lean body mass, memperbaiki
keseimbangan cairan tubuh.
2. Kebutuhan energi curreri (1979):
Dewasa: E = (24 Kal X BB biasannya) + (40 Kal x %TBSA) %TBSA (Total Burnt
Surface Area) maksimal 50%
Anak: umur %TBSA Kal/hari 0-1 tahun <50% Basal + (15 x %TBSA) 1-3 tahun
<50% Basal + (25 x %TBSA) 4-25 TAHUN <50% Basal + (40 x %TBSA)
3. Kebutuhan protein pasca luka bakar, metabolisme protein akan berubah cepat. Pada
fase akut, asam amino akan dijadikan sumber energi. Asam amino juga merupakan
substrat yang diperlukan untuk penyembuhan luka g protein/kg BB dewasa atau 20-
25% dari TEE g protein/ kg BB anak atau 20-23% dari TEE tambahkan asam amino
arginin untuk penyembuhan luka dan imunitas tambahkan asam amino glutamin untuk
penyembuhan, antioksidan, imunitas, berperan dalam metabolisme.
4. Cairan diberikan cukup tinggi. Formula Parkland: 4 ml x % TBSA x kg BB
Karbohidrat akan terjadi hiperglikemi CHO merupakan sparing protein yang baik
Pada hipermetanolik berat, pemberian CHO akan mengurangi ekskresi nitrogen.
Anjuran pemberian CHO adalah 60-65% atau tidak lebih dari 4-5 mg/kg BB/menit.
CHO diberikan sedang (45-55%) jika terdapat trauma inhalasi. Lemak diberikan
sedang 15-20% dari total energi. Vitamin dan mineral: A, C, Ca, Zn, Se
5. Manajemen Diet Pada pasien moderate burn s.d major burn, bentuk makanan
tergantung kondisi pasien, mulai dari MED (makanan enteral dini) s.d. makanan biasa.
Porsi kecil tapi sering. Makanan via oral atau enteral bila tidak ditemukan retensi
lambung atau ileum. Hari 1-4 MED secara bertahapa Hari 4-7 enteral 50%, lunak 50%
Hari 7-10 enteral 25%. Lunak 75% Hari 10 atau lebih lunak, biasa
6. Makanan Enteral Dini (MED) Pemberian makanan enteral yang dilaksanakan dalam
24 jam pertama cedera, dapat diberikan melalui pipa/selang. Bila asupan makan
pasien via oral <80% bisa diberikan dukungan makanan enteral. Bila pemberian MED
dapat ditoleransi dengan baik, maka setiap jam, jumlah makanan enteral dinaikkan
menjadi 2 kali hingga mencapai energi sesuai kebutuhan. keuntungan MED Mencegah
terjadinya stress ulcer Meningkatkan aliran darah di mukosa GI tract Menyediakan
energi bagi gaster dan usus Mencegah translokasi bakteri Mencegah proses
hipermetabolisme Meningkatkan imunitas. Menghambat penurunan BB
Meningkatkan survival rate.
7. Pengkajian Status Gizi Kadar pre-albumin Kadar albumin BUN, creatinin Penurunan
BB Asupan makan/zat gizi.

2.6. Membuat Kasus Keperawatan dengan Masalah Luka Bakar

Seorang pria umur 27 thn masuk Rumah sakit dengan keluhan Luka Bakaryang dialami
sejak ± 1jam sebelum masuk rumah sakit akibat terkena airpanas. Nyeri (+) kemerahan (+).
Mekanisme Trauma: Pasien sedang memasak air di kompor, ketika pasien hendak
menuangkan air yang telah mendidih ke dalam termos, tiba-tiba pasien menyambar
panci yang berisi air panas tersebut hingga tumpah dan percikan air panasnya
mengenai tubuh pasien.Pasien belum pernah berobat ke RS sebelumnya dengan keluhan
yang sama. Dari pemeriksaan fisik didapatkan status generalis Sakit sedang/ Gizi cukup/
Sadar(GCS15 E4M6V5). Status vitalis TD:120/70 mmHg, Nadi: 72x/menit, regular, kuat
angkatPernapasan:20 x/menit, spontan, tipe thoracoabdominal, Suhu:36,8oC per aksilla.
Status Lokalis: Regio Facialis Inspeksi: Tampak luka bakar grade II A-II B 5% ,
hiperemis (+) udem (+) hematom(-)Palpasi: Nyeri tekan (+). Regio Extrimitas superior
dextra et sinistra. Inspeksi: Tampak luka bakar grade II A-II B 10% , udem (+) bulla (+) ,
Palpasi : Nyeri tekan (+). Regio Thorax anterior et posterior Inspeksi : Tampak luka
bakar grade II A-II B 18% , hiperemis (+) udem (+) bulla(+) Palpasi: Nyeri tekan (+)

Pengkajian Data Dasar

1. Dapatkan riwayat luka bakar, tanyakan tentang:


a. Penyebab luka bakar kimia, termal atau listrik
b. Waktu luka bakar penting karena kebutuhan resusitasi cairan dihitung dari
waktu luka bakar, bukan dari waktu tibanya ke rumah sakit
c. Tempat dimana luka bakar terjadi area terbuka atau tertutup
d. Adanya masalah-masalah medis yang menyertai
e. Alergi,, khususnya sulfa karena banyak antimikrobial topikal mengandung
sulfa
f. Tanggal terakhir imunitas tetanus
g. Obat-obat yang digunakan bersam

2. Lakukan pengkajian umum (Apendiks F). Dapatkan berat badan dasar.


3. Lakukan pegkajian luka bakar:
a. Luka luas (presentase)dengan menggunakan fasilitas metoda, yang mungkin
grafik lund dan browder atau aturan sembilan.
b. Keadaan luka, yang dapat:
1) Ketebalan parsial superfisial melibatkan epidermis dikarakteristikkan
oleh nyeri tekan, sedikit bengkak dan eritema yang memucat dengan
tekanan
2) Ketebalan parsial meliputi epidermis dan dermis, dikarakteristikkan
oleh eritema, kering atau luka lembab nyeri, edea, dan pembentukan
lepuh.
3) Ketebalan penuh meliputi semua lapisan kulit sering meluas sampai
jaringan subkutan dan otot dikarakteristikkan oleh luka kering, keras,
tak nyeri, berkulit yang berwarna putih atau hitam
c. Inspeksi bagian luar kulit terhadap luka bakar listrik. Luka bakar ini baik
bagian dalam dan luar luka, pada bagian luar luka sering lebih berat daripada
bagian dalam luka.
4. Kaji terhadap cedera inhalasi asap pada luka bakar api pada muka, kepala,leher, atau
dada. Lihat:
a. Hangus pada rambut hidung dan wajah
b. Mukosa bukal merah
c. Rales pulmonal
5. Periksa hasil pemeriksaan labolatorium:
a. JDL mengkaji hemokonsentrasi
b. Elektrolit serum mendeteksi ketidakmampuan cairan dan biokimia. Ini
terutama penting untuk memeriksa kalium terhadap peningkatan dalam 24 jam
pertama karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung
c. Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar x dada mengkaji fungsi pulmonal,
khususnya pada cedera inhalasi asap.
d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal
e. Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen menaandakan
kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas
f. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
g. Koagulasai memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat menurun pada
luka bakar masif
h. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap.
6. Kaji pemahaman pasien dan orang terdekat tentang tindakan, masalah dan perasaan
tentang cedera

Diagnosa Keperawatan :

1. Perubahan pada volume cairan : kekurangan


Berhubungan dengan faktor: luka bakar luas
Batasan karakteristik: TD rendah disertai dengan takikardia dan takipnea, penurunan
haluaran urine, haus, hematokrit dan natrium serum di atas rentang normal
Hasil pasien (kolaboratif) : mendemonstrasikan status cairan dan biokimia membaik
Kriteria evaluasi: tak ada menisfestasi dehidrasi, resolusi edema, elektrolit serum
dalam batas normal, haluaran urine di atas 30 mL/jam
2. Resiko tinggi terhadap infeksi
Berhubungann dengan faktor : kehilangan integritas kulit yang disebabkan oleh luka
bakar
Batasan karakteristik: observasi terhadap kehilangan kulit dan kemungkinan jaringan
subkutan dan otot
Hasil pasien (kolaboratif): tetap bebas dari infeksi
Kriteria evaluasi: tak ada demam, pembentukan jarinagn granulasi, pulang dengan
RPL untuk KDB
3. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri
Berhubungan dengan faktor: perubahan bentuk tubuh, kemungkinan kontraktur
sekunder terhadap luka bakar ketebalan penuh
Batasan karakteristik: dapat mengungkapkan ide bunuh diri, mengungkapkan harga
diri rendah dan rasa malu
Hasil pasien (kolaboratif): mendemonstrasikan penerimaan terhadap diri pada situasi
saat ini
Kriteria enaluasi: mengungkapkan harapan realistis dari tindakan, mengungkapkan
pernyataan positif tentang diri

4. Nyeri
Berhubungan dengan faktor: cedera luka bakar
Batasan karakteristik: mengungkapkan ketidaknyamanan, merintih, meringis, postur
tubuh tegang
Hasil pasien (kolaboratif): mendemonstrasikan hilang dari ketidaknyamanan
Kriteris evaluasi: menyangkal nyeri, melaporkan perasan nyaman, ekspresi wajah dan
postur tubuh rileks

2.7. Manajemen Kasus dan Pengelolaan Askep Pasien Luka Bakar (Pengkajian,
Diagnosa, Intervensi, Implementasi, Evaluasi)
2.7.1 Pengkajian
Nama : Tn. S

Jenis kelamin : Laki-Laki

Tanggal masuk : 31 agustus 2020


Usia : 27 tahun

Status perkawinan : Menikah

Suku bangsa : Batak/Indonesia

Alamat : Medan

Agama : Islam

Pekerjaan : Pegawai swasta

Pendidikan : Tamat SMP

 P: nyeri akibat trauma luka bakar


 Q : nyeri terasa panas
 R : rasa nyeri terasa didaerah leher, dada dan punggung.
 S : Skala nyeri 7 dari 10
 T: Hilang timbul dan meningkat jika danya aktivitas, dan saat tertekan lama untuk
daerah punggung.
.

PROGRAM STUDI NERS STIKes SANTA ELISABETH

Jln. Bunga Terompet No. 118, Kel. Sempakata Kec. Medan Selayang

MEDAN-0618214020-0618225509

http://stikeselisabethmedan.ac.id/, email: stikes_elisabeth@yahoo.co.id

ANALISA DATA
Nama/Umur : Tn.S

Ruang/Kamar : Melania

Data Etiologi Masalah


Subyektif Obyektif

DS: Klien DO: Defisit volume Permeabilitas


merasa lemas cairan kapiler meningkat
 Turgor kulit

menurun ≥ 2
Evaporasi /
detik.
Penguapan cairan
 Mukosa kering

 TTV : TD
Kehilangan cairan
100/70 mmHg,
tubuh
Nadi :

110x/mnt,
regular, Suhu : Defisit volume cairan
37,8ºC
Pernapasan :
29x/m

DS: Pasien Gangguan


mengeluh DO: pertukaran gas Vasodilatasi
sesak Pembuluh Darah
 Tampak
kesulitan ↓

bernafas/sesak Penyumbatan saluran

 Gerakan dada nafas bagian atas

simetris ↓
Edema paru
 Pola napas

cepat dan
Hiperventilasi
dangkal,

irreguler
TTV : RR: 29x/menit Gangguan
pertukaran gas

DS: klien
mengeluh
DO: Nyeri akut
panas dan
Kerusakan kulit/
sakit  TTV:
jaringan dan
TD100/70
edema
mmHg,

Nadi:
110x/mnt, Nyeri akut
S: 37,8ᵒC,
RR: 29x/menit
 Pasien nampak
meringis
kesakitan
sambil
memegang
dada yang
sakit.
 P: trauma luka
bakar
 Q : terasa panas
 R : sisi
trauma/cidera
yang sakit
 S : Skala nyeri
7
T: Hilang timbul dan
meningkat jika adanya
DS: pasien Kerusakan kulit/
mengeluh jaringan
DO: Gangguan integritas
perih, sakit
kulit ↓
 Kulit
Inflamasi, Lesi
kemerahan
Kerusakan
hingga nekrosis
integritas kulit
 Luas luka bakar

= 31,5%
dengan derajat Gangguan integritas
kedalaman 2-3. kulit
 Kulit tidak utuh
 Akral dingin,
lembab
 Suhu 37,8ºC
 Peningkatan
leukosit
(26.900mm3 )

PROGRAM STUDI NERS STIKes SANTA ELISABETH

Jln. Bunga Terompet No. 118, Kel. Sempakata Kec. Medan Selayang

MEDAN-0618214020-0618225509

http://stikeselisabethmedan.ac.id/, email: stikes_elisabeth@yahoo.co.id

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Nama/Umur :Tn.S

Ruang/Kamar :Melania

No Diagnosa Keperawatan Nama Jelas


1 Defisit volume cairan b.d banyaknya penguapan/cairan tubuh Kelompok 4
yang keluar

2 Gangguan pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan jalan nafas

3 Nyeri akut b.d kerusakan kulit dan jaringan


Gangguan integritas kulit b.d kerusakan kulit dan jaringan
4
yang terkena luka bakar

PROGRAM STUDI NERS STIKes SANTA ELISABETH

Jln. Bunga Terompet No. 118, Kel. Sempakata Kec. Medan Selayang

MEDAN-0618214020-0618225509

http://stikeselisabethmedan.ac.id/, email: stikes_elisabeth@yahoo.co.id

PRIORITAS MASALAH

Nama/Umur :Tn.S

Ruang/Kamar : Melania

NO TANGGAL DIAGNOSA KEPERAWATAN Nama


jelas

1. 31/08/20 Defisit volume cairan b.d banyaknya Kel.4


penguapan/cairan tubuh yang keluar

2 Gangguan pertukaran gas/oksigen b.d kerusakan


jalan nafas

Nyeri akut b.d kerusakan kulit dan jaringan


3

4 Gangguan integritas kulit b.d kerusakan kulit dan


jaringan yang terkena luka bakar

PROGRAM STUDI NERS STIKes SANTA ELISABETH

Jln. Bunga Terompet No. 118, Kel. Sempakata Kec. Medan Selayang

MEDAN-0618214020-0618225509

http://stikeselisabethmedan.ac.id/, email: stikes_elisabeth@yahoo.co.id

RENCANA KEPERAWATAN

Nama/Umur :Tn.S

Ruang/Kamar :Melania

No. Diagnosa Hasil Yang Rencana Tindakan Rasional


Keperawatan diharapkan

1. Defisit volume Setelah dilakukan  Monitor dan catat


cairan b.d tindakan intake, output
banyaknya keperawatan (urine 0,5 – 1
penguapan/caira dalam waktu 2 x cc/kg.bb/jam)
n tubuh yang 24 jam pemulihan  Beri cairan infus
keluar cairan optimal dan yang mengandung
keseimbangan elektrolit (pada 24
elektrolit serta jam ke I), sesuai
perfusi organ vital dengan rumus
tercapai formula yang
dipakai
Kriteria hasil:
 Monitor vital sign
 BP 100-  Monitor kadar Hb,
140/60-90 Ht, elektrolit,
mmHg minimal setiap 12
 Produksi urine jam.
>30 ml/jam
(minimal 1
ml/kg BB/jam)
 Ht 37-43 %
 Turgor elastic
 Mucosa
lembab
 Akral hangat
 Rasa haus
tidak ada

2.
Gangguan
Setelah dilakukan
pertukaran  Mengkaji tanda-
tindakan
gas/oksigen b.d tanda distress
keperawatan
kerusakan jalan nafas, bunyi,
dalam waktu 2 x
nNyeri akut b.d frekuensi, irama,
24 jam oksigenasi
kerusakan kulit jaringan adekuat kedalaman nafas.
dan jaringan  Monitor tanda-
tanda hypoxia
Kriteria hasil: (agitsi,takhipnea,
stupor,sianosis)
 Tidak ada
 Monitor hasil
tanda-tanda
laboratorium,
sianosis
AGD, kadar
 Frekuensinafas
oksihemoglobin,
12 - 24 x/mnt
hasil oximetri
 SP O2 > 95
nadi.
 Kolaborasi
dengan tim medis
untuk
pemasangan
endotracheal tube
atau tracheostomi
tube bila
diperlukan.
 Kolabolarasi
dengan tim medis
untuk
pemasangan
ventilator bila
diperlukan.
 Kolaborasi
dengan tim medis
untuik pemberian
inhalasi terapi
bila diperlukan
3
Nyeri akut b.d Setelah dilakukan
kerusakan kulit tindakan  Kaji rasa nyeri
dan jaringan keperawatan yang dirasakan
dalam selama klien
masa perawatan  Atur posisi tidur
nyeri berkurang dengan nyaman
Kriteria hasil:  Anjurkan klien
 Skala 1-2 untuk teknik
 Expresi wajah relaksasi
tenang  Lakukan prosedur
 Nadi 60- pencucian luka
100x/mnt dengan hati-hati
 Klien tidak  Anjurkan klien
gelisah untuk
mengekspresikan
rasa nyeri yang
dirasakan
 Beri tahu klien
tentang penyebab
rasa sakit pada
luka bakar
 Kolaborasi
dengan tinm
medis untuik
pemberian
analgesik

4. Gangguan
integritas kulit  Kaji luka pada
Setelah dilakukan
b.d kerusakan fase akut
tindakan
kulit dan (perubahan warna
keperawatan
jaringan yang kulit)
selama masa
terkena luka  Cegah adanya
penyembuhan luka
bakar gesekan pada
bakar sembuh
kulit yang
dengan baik dan
terdapat luka
integritas kulit
 Lakukan
Kriteria hasil: perawatan pada
 Luka sembuh luka bakar
sesuai dengan
fase
 penyembuhan
luka

PROGRAM STUDI NERS STIKes SANTA ELISABETH

Jln. Bunga Terompet No. 118, Kel. Sempakata Kec. Medan Selayang

MEDAN-0618214020-0618225509

http://stikeselisabethmedan.ac.id/, email: stikes_elisabeth@yahoo.co.id

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama/Umur :Tn.S

Ruang/Kamar : Melenia

Nama
Tanggal Evaluasi (SOAP)
Jelas
03/09/20 Dx1 Kel.4

S : Klien merasa tidak lemas

O : Turgor kulit baik, mukosa lembab, kadar Kalium= 4.0


mEq/L dan kadar Natrium= 135 mEq/L, intake dan output
seimbang

A : Masalah teratasi

P : Intervensi dihentikan

03//09/20
Dx 2
Kel.4
S : Klien mengatakan sesak berkurang

O : Klien kadang-kadang masih terlihat bernafas cepat, RR: 25


kali/menit, SaO2 = 95 %

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

03/09/20 Dx3

S : Klien mengatakan nyeri berkurang dengan skala nyeri 4

O : Klien tidak meringis dan nadi 95 kali/ detik

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan
03/09/20

Dx4

S : Klien masih mengeluhkan perih pada luka

O : Masih ada luka terbuka

A : Masalah belum teratasi

P : Intervensi dilanjutkan

Kel.4

2.8. Telaah Jurnal Hasil Penelitian dalam Mengatasi Masalah yang Ada pada Kasus
Luka Bakar

Efektivitas VCO (Virgin Coconut Oil) dengan Teknik Massage dalam penyembukan
Luka Combustio Derajat II pada Lansia
Aria Nurahman Hendra Kusuma
Combustio merupakan jenis luka kerusakan jaringan atau kehilangan jaringan yang
diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi, sumber listrik, bahasn kimiawi,
cahaya, radiasi dan friksi, combustio yang tidak diberikan perawatan dapat mengakibatkan
nekrosis jaringan. Efektivitas VCO (virgin coconut oil) dengan teknik message diharapkan
dapat meminimalisir terjadinyan infeksi dan dapat menjadi terapi penyembuhan luka
combustio. Penelitian bertujuan untuk menegetahui pengaruh message dalam peyembuhan
luka combustio derajat II mengetahui kendala penurunan derajat luka combustio derajat II
melalui teknik message dengan VCO. Desain penelitian case study dengan menggunakan
metode analisis jalinan. Teknik pengambilan sampel yaitu purposive sampling dengan jumlah
responden dua orang lansia yang tinggal di Panti Wredha yang berbeda. Peneliti menganalisis
tindakan message, respon pasien lansia terhadap message, perkembangan luka combustio
derajat II dan kendala yang ditemui saat penelitian. Terapi message dengan metode dengan
metode effleurage berpengaruh positif yaitu memberikan sensasi nyaman terhadap kedua
pasien lansia. Terapi message dengan VCO memberikan perkembangan luka yang cukup
signifikan, denagan luka tampak kering, warna kecoklatan, eritema tampak nyeri yang timbul
pada terapi minggu pertama, terjadinya penolakan pasien ketika message, pergerakan pasien
yang tidak kooperatif membuat message terasa lebiih rumit. Terapi message dengan VCO
efektif dalam eminimalisir terjadinya infeksi dan dapat menurunkan derajat luka combustio.

2.9. Peran dan Fungsi Perawat Terkait Kasus Luka Bakar

Peran tenaga kesehatan dalam hal ini perawat agar dapat mengurangi angka kesakitan
dan kematian akibat combutio dengan melakukan asuhan keperawatan secara menyeluruh
bagi penderita dimulai Dari upaya promotif, preventive, curative dan rehabilitative

DAFTAR PUSTAKA

Rahayuningsih Tutik. (2012). Penatalaksanaan Luka Bakar (Combustio). PROFESI, Vol 8, 1-


13.

Suddarrth & Brunner. 1996.Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.

Engram Barbara. 1998. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Vol 3.EGC:Jakarta.

Sabiston.1987.Buku Ajar Bedah Bagian 1. EGC:Jakarta.

Yovita, S. (2012). Penanganan Luka Bakar. Artikel: http://www1-media. acehprov. go.


id/uploads/PENANGANAN_LUKA_BAKAR. pdf diunduh pada, 1.

Marpaung, S. H. S. (2019). PELAKSANAAN PROSES PENGKAJIAN KEPERAWATAN


PADA PASIEN LUKA BAKAR
https://viewer.pdfrock.com/view.php?hash=61016db613519725d1e12f4df038bd68&title=
%5BPDF%5D+Perhitungan+Luas+Luka+Bakar&source=dd

Ledoh, O. O. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Tn AN Dengan Combutio Diruang Asoka


Rsud Prof Dr WZ Yohanes Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes
Kupang).

Anda mungkin juga menyukai