KEPERAWATAN BEDAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dengan
Oleh :
Kelompok 5/19A
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR ”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Bedah.
Penyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ns. Mulia Hakam S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku PJMK mata kuliah
Keperawatan Bedah
2. Ns. Jon Hafan Sutawardana,M.Kep, Sp.Kep .MB. selaku Dosen Pembimbing
mata kuliah Keperawatan Bedah
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis maupun bagi
pembaca. Terlepas dari itu semua makalah ini sangat jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami mohon maaf atas kesalahan yang mungkin kami lakukan
dalam pembuatan makalah ini. Kami mengharap kritik serta saran atas makalah
ini, agar kami dapat memperbaiki kesalahan sehingga nantinya dapat
menyempurnakan makalah ini.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL............................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii
PRAKATA...........................................................................................................iii
DAFTAR ISI........................................................................................................iv
BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
Konsep Penyakit....................................................................................................1
1.1 Anatomi Fiologi Kulit.....................................................................................1
1.2 Definisi Luka Bakar .......................................................................................4
1.3 Epidemiologi...................................................................................................6
1.4 Etiologi............................................................................................................6
1.5 Klasifikasi........................................................................................................6
1.6 Patofisiologi.....................................................................................................9
1.7 Manifestasi/Gejala...........................................................................................11
1.8 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................11
1.9 Penatalaksanaan...............................................................................................12
1.10 Komplikasi....................................................................................................14
1.11 Indikaasi Rawat Inap Luka Bakar.................................................................17
BAB 2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR...................18
2.1 Pengkajian.......................................................................................................18
2.2 Pengkajian Pola Gordon..................................................................................20
2.3 Diagnosa Keperawatan....................................................................................26
2.4 Intervensi Keperawatan...................................................................................28
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR.....................................31
3.1 Aplikasi Asuhan Keperawatan........................................................................31
3.2 Pengkajian Pola Gordon..................................................................................31
3.3 Analisa Data....................................................................................................38
3.4 Diagnosa Keperawatan....................................................................................40
3.5 Intervensi Keperawatan...................................................................................40
3.6 Implementasi Keperawatan.............................................................................42
3.7 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................44
BAB 4 PENUTUP................................................................................................
4.1 Kesimpulan......................................................................................................
4.2 Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................
iii
1
BAB 1.
1
A. Anatomi fisiologi kulit
Kulit merupakan sistem organ tubuh yang paling luas yang menyelimuti seluruh
permukaan tubuh. Kulit memberikan perlindungan terhadap abrasi dan paparan
sinar ultraviolet, mencegah, masuknya mikroorganisme, dan mengurangi
hilangnya air dari tubuh. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi tubuh dari
kehilangan cairan elektrolit, trauma mekanik dan radiasi ultraviolet, sebagai barier
dari invasi mikroorganisme patogen, merepon rangsangan sentuhan, rasa sakit dan
panas karena terdapat banyak ujung saraf, tempat penyimpanan nutrisi dan air
yang dapat dignakan apabila terjadi penurunan volume darah dan tempat
terjadinya metabolisme vitamin D (Richardson, 2003; Perdanakusuma, 2007).
selain sebagai proteksi kulit juga berfungsi sebagai absorpsi, kulit yang sehat tidak
mudah menyerap air, larutan dan benda padat tetapi cairan yang mudah menguap
lebih mudah menyerap. Selanjutnya kulit sebagai ekskresi, untuk mengeluarkan
zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl,
urea, asam urat, dan amonia. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di
dermis dan subkutis sehingga kulit mampu mengenali rangsangan yang diberikan.
Kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu epidermis, dermis dan subkutan atau
subkutis.
e. Stratum korneum memiliki sel yang sudah mati, tidak mempunyai inti sel
dan mengandung zat keratin.
B. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh
membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis. Dermis terdiri
dari dua lapisan yaitu bagian atas (pars papilaris) dan bagian bawah (pars
retikularis).
C. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan
serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan inti yang
terdesak kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak disebut
penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat.
D. Adneksa Kulit
Bagian ini terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku. Kelenjar kulit
terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit.
Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak
langsung, pajaman suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll)
atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).
merupakan luka bakar yang disebabkan oleh paparan atau kontak dengan api,
cairan panas atau objek-objek panas lainnya.
Luka bakar chemical (kimia) merupakan luka bakar yang disebabkan oleh
kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Luka bakar kimia dapat
terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk
zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar.
Merupakan luka bakar yang disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi
listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh
lama kontak, tingginya tegangan listrik dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh.
3
sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada
dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama
juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.
1. Luka bakar derajat pertama yang hanya mengenai epidermis disertai eritema
dan nyeri. tanda dari luka bakar ini yaitu kulit tampak merah, kering dan terasa
sakit. Luka bakar tingkat satu ini tidak terlalu mengkhawatirkan dan bisa sembuh
dnegan sendirinya.
2. Luka bakar derajat kedua superfisial meluas ke epidermis dan sebagian dari
dermis yang disertai dengan lepuh dan sangat nyeri. Tanda dari luka bakar ini
ayitu kulit tampak merah, lecet, melepuh, bengkak, dan terasa sakit. Luka bakar
ini dapat ditangani dengan beberapa metode pengobatan tanpa adanya operasi atau
bedah.
3. Luka bakar derajat ketiga meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis,
biasanya disini kapiler dan vena hangus serta darah ke jaringan tersebut
berkurang. Secara klini kulit akan terbakar tampak putih dan kasar, bisa juga
terlihat hangus dan mati rasa. Operasi atau bedah menjadi pilihan utama dalam
penanganan luka bakar ini.
1.6 Patofisiologi
Secara umum, respon tubuh terhadap cedera termis dapat dibagi menjadi respon
lokal dan sistemik:
Respon lokal
Berdasarkan penelitian oleh jackson pada tahun 1947, terdapat 3 zona pada luka
bakar:
1. Zona koagulasi
Pada zona ini, kerusakan jaringan sudah tidak dapat diperbaiki karena protein
penyusun jaringan tersebut seudah mengalami koagulasi. Zona ini melambangkan
kerusakan maksimal akibat cedera termis
2. Zona statis
Jaringan pada zona ini masih bisa di selamatkan, namun sudah terdapat penurunan
perfusi jaringan yang mengelilinginya. Perfusi jaringan inilah yang nantinya akan
berusaha untuk di tingkatkan saat resusitasi luka bakar. Perlu diwaspadai
i
kemungkinan terjadi edema, infeksi, dan mengalami kerusakan permanen pada
zona statis.
3. Zona Hiperemia
Perfusi jaringan ditemukan tertinggi pada zona hiperemia, yang merupakan zona
terluar dalam luka bakar. Pada bagian ini dapat mengalami perbaikan secara
mandiri, namun juga bisa mengalami perburukan kondisi sitemik seperti sepsis
atau hipoperfusi jangka panjang dapat mengganggu proses perbaikan jaringan
pada zona hiperemia.
Respon sistemik
Efek sistemik ini muncul dipengaruhi oleh pelepasan sitokin dan mediator
inflamasi terutama setelah area luka bakar mencapai 30% dari total luas
permukaan tubuh.
1. Perubahan kardiovaskular
3. Sistem imun
Fungsi pada sistem imun juga mengalami penurunan. Sistem imun mengalami
depresi pada aktivitas lymphocyte, merupakan penurunan dalam memproduksi
immunoglobulin, perubahan/gangguan pada fungsi neutropil. Perubahan-
perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya sepsis yang mengancam
kehiduppan klien.
4. Sistem respiratori
Pada sistem pernapasan pasien dengan luka bakar dapat mengalami hipertensi
arteri pulmoner, yang mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan “lung
compliance”.
1. Laboratorium
GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau penigkatan tekanan karbondioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.
Elektrolit serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.
Albumin serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan
iii
Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.
1.8 Penatalaksanaan
Berbagai macam respon sistem organ yang terjadi setelah mengalami luka bakar
merupakan tanggungjawab perawat untuk mengembangkan rencana keperawatan
yang akan dilakukan supaya pasien lekas membaik. Secara klinis klien luka bakar
dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:
Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injuri dan diakhiri dengan
membaiknya permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah
injury. Tujuan utama pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock
hipovolemik dan memelihara fungsi dari organ vital. Yang termasuk ke dalam
fase emergensi adalah perawatan sebelum di rumah sakit, penanganan di bagian
emergensi, dan periode resusitasi.
2. Fase akut
Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil, permeabilitas
kapiler membaik dan diuresis telah mulai. Fase ini umumnya dianggap terjadi
pada 48-72 jam setelah injuri. Fokus management bagi klien pada fase akut adalah
mengatasi infeksi, perawatan luka, penutupan luka, nutrisi, manajemen nyeri, dan
terapi fisik.
3. Fase rehabilitasi
Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari
perawatan luka bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar
adalah untuk meningkatkan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi
yang maksimal. Tindakan-tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka,
pencegahan atau meminimalkan deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan
kekuatan, fungsi dan memberikan support emosional serta pemberian edukasi
kepada klien merupakan bagian dari proses rehabilitasi.
BAB 2
v
Klien mengatakan tangan kiri klien tersengat listrik, Klien mengatakan
tangan kiri klien luka, Klien mengatakan tangan kiri klien terasa nyeri dan
perih, Klien mengatakan skala nyeri sedang, Klien mengatakan tangan kiri
memerah. Hasil observasi menunjukkan bahwa Klien tampak meringis
sambil memegang daerah tangan yang terkena sengatan listrik, Tangan kiri
klien terdapat luka bakar, Luka bakar pada tangan kiri terlihat memerah,
Skala nyeri 4.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak atau belum pernah mengalami luka bakar, klien
mengatakan belum pernah dirawat, klien juga mengatakan tidak memiliki
alergi terhadap obat.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan kalau keluarga klien tidak ada menderita penyebab yang
sama, klien mengatakan tidak ada memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti DM dan hipertensi.
2.4 Pemeriksaan Fisik
2.4.1 Primary Survey
1. Airway Jalan nafas paten dan tidak ada sumbatan jalan nafas
2. Breathing Pernafasan klien 20 x/I dan tidak ada suara nafas
tambahan
3. Circulation Perdarahan tidak ada dan suhu tubuh 36,9 0C
4. Disability Keadaan umum lemah dan tingkat Kesadaran compos
mentis
2.4.2 Secondary Survey
1. Kepala
Rambut klien berwarna hitam, bersih dan Kepala tidak ada
pembengkakan
2. Mata Simetris kiri dan kanan Pupil isokhor Konjungtiva tidak
anemis Reflek pupil terhadap cahaya (+)
3. Hidung Simetris kiri dan kanan Penciuman tidak terganggu Tidak
ada kelainan Mukosa hidung tidak meradang
4. Mulut Tonsil tidak meradang Mukosa bibir kering Tidak ada masa
5. Leher Tidak ada pembengkakan Tidak ada kelainan
6. Thorak
I: ictus cordis tidak ada terlihat
P: ictus cordis tidak teraba
P: nyeri tekan tidak ada
A: irama reguler
7. Abdomen
I: tidak ada kelainan
P: tidak ada bising usus
P: nyeri tekan tidak ada
A: bising usus 14x/i
8. Ekstremitas
Tangan kiri klien ada luka bakar Tangan kiri klien memerah
Tangan kiri klien meradang&terasa nyeri
9. Neurologis
10. Keadaan umum klien lemah Tangan kiri klien terasa sakit Tangan
kiri klien memerah
vii
sengatan listrik
3. Skala nyeri 4
4. Suhu : 36,9 °C
5. Nadi : 78x/i
6. RR : 20x/i
7. TD : 110/70 mmHg
8. BB : 54 Kg
9. TB : 158 cm
Paraf
Tujuan dan Kriteria
No. Diagnosa Intervensi &
hasil
Nama
1. Nyeri akut b/d 1. Manajemen Nyeri 1. Manajemen Nyeri
kerusakan Setelah dilakukan 1) lakukan pengkajian nyeri Xy
kulit/jaringan asuhan keperawatan secara komprehensif Ns.
selama 3x24 jam termasuk lokasi, Avilda
dengan monitoring karakteristik, durasi,
tingakat nyeri yang frekuensi, kualitas dan
dirasakan oleh pasien faktor presipitasi
diharapkan 2) observasi reaksi
kemampuan pasien nonverbal dari
diringkatkan pada ketidaknyamanan
skala 5 dengan kriteria 3) bantu pasien dan
hasil : keluarga untuk mencari
dan menemukan
1. Skala nyeri pasien dukungan
turun (5) 4) kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
5) kurangi faktor presipitasi
nyeri
6) kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
7) ajarkan tentang teknik
non farmakologi: napas
dalam, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
8) berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri:
……...
9) tingkatkan istirahat
10) berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11) monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2. Resiko tinggi 2. Manajemen 2. Manajemen Tekanan
gangguan Tekanan 1. Anjurkan pasien untuk
Xy
integritas kulit Setelah dilakukan menggunakan pakaian
Ns.
b/d adanya asuhan keperawatan yang longgar
luka bakar selama 3x24 jam 2. Jaga kebersihan kulit agar Avilda
dengan monitoring tetap bersih dan kering
gangguan integritas 3. Mobilisasi pasien (ubah
kulit yang dirasakan posisi pasien) setiap dua
oleh pasien jam sekali
diharapkan 4. Monitor kulit akan
kemampuan pasien adanya kemerahan
ix
diringkatkan pada 5. Oleskan lotion atau
skala 5 dengan kriteria minyak/baby oil pada
hasil : derah yang tertekan
6. Monitor aktivitas dan
1. integritas kulit mobilisasi pasien
dapat 7. Monitor status nutrisi
dipertahankan (5) pasien
2. mampu malakukan 8. Memandikan pasien
perawatan kulit dengan sabun dan air
secara mandiri (5) hangat
3. sensasi dan warna 9. Gunakan pengkajian
kulit normal (5) risiko untuk memonitor
faktor risiko
10. Pasien (braden scale,
skala norton)
11. Inspeksi kulit terutama
pada tulang-tulang yang
menonjol dan titik-titik
tekanan ketika merubah
posisi pasien.
12. Jaga kebersihan alat
tenun
13. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian
tinggi protein, mineral
dan vitamin
14. Monitor serum albumin
dan transferin
xi
tetap bersih dan 2. Klien tampak
kering gelisah
4. Memonitor kulit akan A:
adanya kemerahan Masalah resiko tinggi
5. Mengoleskan lotion gangguan integritas
atau minyak/baby oil kulit belum teratasi
pada derah yang P:
tertekan Intervensi 1 s.d 8
6. Memonitor aktivitas dilanjutkan
dan mobilisasi pasien
7. Memonitor status
nutrisi pasien
8. Menjaga kebersihan
alat tenun
3. 6-7-2018 Nyeri akut 1. Melakukan S: Xy
Jam berhubungan pengkajian nyeri 1. Klien Ns.
10.00 dengan secara komprehensif mengatakan nyeri Avilda
WIB kerusakan termasuk lokasi, pada tangan
kulit/jaringan karakteristik, durasi, kirinya sedikit
frekuensi, kualitas berkurang
dan faktor presipitasi 2. Klien
2. Mengobservasi reaksi mengatakan skala
nonverbal dari nyeri sedang
ketidaknyamanan O:
3. Mengontrol 1. Skala nyeri
lingkungan yang sedang
dapat mempengaruhi 2. Klien tampak
nyeri seperti suhu gelisah
ruangan, pencahayaan 3. TD : 120/80
dan kebisingan mmHg
4. Membantu 4. Nadi=80x/i
mengurangi faktor A:
presipitasi nyeri masalah nyeri akut
5. Mengajarkan tentang teratasi sebagian
teknik non P:
farmakologi: napas Intervensi 3,5,6,7,9
dalam, relaksasi, dilanjutkan
distraksi, kompres
hangat/ dingin
6. Melakukan kolaborasi
dalam memberikan
analgetik untuk
mengurangi nyeri
7. Membantu pasien
meningkatkan
istirahat
8. Memberikan
informasi tentang
nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
9. Memonitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
4. 6-7-2018 Resiko tinggi 1. Menganjurkan pasien S: Xy
Jam gangguan untuk menggunakan Klien mengatakan Ns.
11.00 integritas kulit pakaian yang longgar luka bakar pada Avilda
b/d adanya 2. Menghindari kerutan tangan kirinya masih
WIB
luka bakar pada tempat tidur sedikit merah
3. Menganjurkan pasien O:
untuk menjaga 1. Luka bakar
kebersihan kulit agar tampak sedikit
tetap bersih dan merah
kering 2. Klien tampak
4. Memonitor kulit akan mulai tenang
adanya kemerahan A:
5. Mengoleskan lotion Masalah resiko tinggi
atau minyak/baby oil gangguan integritas
pada derah yang kulit teratasi sebagian
tertekan P:
6. Memonitor aktivitas Intervensi 3,5,8
dan mobilisasi pasien dilanjutkan
7. Memonitor status
nutrisi pasien
8. Menjaga kebersihan
alat tenun
5. 7-7-2018 Nyeri akut 1. Mengontrol S: Xy
Jam berhubungan lingkungan yang 1. Klien Ns.
09.00 dengan dapat mempengaruhi mengatakan nyeri Avilda
WIB kerusakan nyeri seperti suhu pada tangan
kulit/jaringan ruangan, pencahayaan kirinya sedikit
dan kebisingan berkurang
2. Mengajarkan tentang 2. Klien
teknik non mengatakan skala
farmakologi: napas nyeri sedang
dalam, relaksasi, O:
distraksi, kompres 1. Skala nyeri
hangat/ dingin sedang
3. Melakukan kolaborasi 2. Klien tampak
dalam memberikan gelisah
analgetik untuk A:
xiii
mengurangi nyeri 3. Masalah nyeri
4. Membantu pasien akut teratasi
meningkatkan sebagian
istirahat P:
5. Memonitor vital sign intervensi 1,2,3,4,5
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
6. 7-7-2018 Resiko tinggi 1. Menganjurkan pasien S: Xy
Jam gangguan untuk menjaga Klien mengatakan Ns.
10.00 integritas kulit kebersihan kulit agar luka bakar pada Avilda
WIB tetap bersih dan tangan kirinya masih
b/d adanya
kering sedikit merah
luka bakar 2. Mengoleskan lotion O:
atau minyak/baby oil 1. Luka bakar
pada derah yang tampak sedikit
tertekan merah
3. Menjaga kebersihan 2. Klien tampak
alat tenun mulai tenang
A:
Masalah Resiko
tinggi gangguan
integritas kulit
teratasi sebagian
P:
Intervensi 1, 2, dan 3
dilanjutkan
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kematian yang diakibatkan oleh luka bakar merupakan yang lebih tinggi
yang terjadi pada negara- negara berkembang. Luka bakar merupakan
cidera jaringan yang diakibatkan oleh kontak fisik dengan api, uap, cairan
xv
panas, bahan kimia, maupun aliran listrik sehingga memerlukan perawatan
lanjutan. Kerusakan kulit yang diakibatkan luka bakar dapat merusak
fungsi dari kulit tubuh seperti gangguan sensasi pada kulit, kemampuan
untuk mencegah evaporasi atau keluarnya air dan kemampuan untuk
mengontrol suhu tubuh. Luka bakar yang mengenai muka dapat
mengakibatkan mukosa pada jalan nafas karena terhirupnya gas, asap, dan
uap panas yang terhisap sehingga dapat mengiritasi jalan nafas dan
enghambat jalan nafas. Pengobatan yang dapat dilakukan dengan trauma
inhalasi yaitu initial assessment dan stabilisasi, penanganan trauma
inhalasi, resusitasi syok, fasiotomi, perawatan luka, pencegahan infeksi,
dan penggunaan antibiotic yang tepat.
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
xvii