Anda di halaman 1dari 25

KONSEP DASAR PENYAKIT DAN ASUHAN KEPERAWATAN

PASIEN DEWASA PADA LUKA BAKAR

KEPERAWATAN BEDAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah dengan

Dosen pengampu : Ns. Mulia Hakam S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB

Oleh :

Kelompok 5/19A

Tias Febrianti 1923310101004

Avilda Afiariska 192310101072

Jesica Galuh Puspitasari 192310101135

Natasya Febiola Agustin 192310101138

Muhammad Aldi Pamungkas 192310101142

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala rahmat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR ”.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Keperawatan Bedah.
Penyusun makalah ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis menyampaikan terimakasih kepada:
1. Ns. Mulia Hakam S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.MB selaku PJMK mata kuliah
Keperawatan Bedah
2. Ns. Jon Hafan Sutawardana,M.Kep, Sp.Kep .MB. selaku Dosen Pembimbing
mata kuliah Keperawatan Bedah
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis maupun bagi
pembaca. Terlepas dari itu semua makalah ini sangat jauh dari kata sempurna,
oleh karena itu kami mohon maaf atas kesalahan yang mungkin kami lakukan
dalam pembuatan makalah ini. Kami mengharap kritik serta saran atas makalah
ini, agar kami dapat memperbaiki kesalahan sehingga nantinya dapat
menyempurnakan makalah ini.

Jember, 8 Maret 2021

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................ii

PRAKATA...........................................................................................................iii

DAFTAR ISI........................................................................................................iv

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................1
Konsep Penyakit....................................................................................................1
1.1 Anatomi Fiologi Kulit.....................................................................................1
1.2 Definisi Luka Bakar .......................................................................................4
1.3 Epidemiologi...................................................................................................6
1.4 Etiologi............................................................................................................6
1.5 Klasifikasi........................................................................................................6
1.6 Patofisiologi.....................................................................................................9
1.7 Manifestasi/Gejala...........................................................................................11
1.8 Pemeriksaan Penunjang...................................................................................11
1.9 Penatalaksanaan...............................................................................................12
1.10 Komplikasi....................................................................................................14
1.11 Indikaasi Rawat Inap Luka Bakar.................................................................17
BAB 2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR...................18
2.1 Pengkajian.......................................................................................................18
2.2 Pengkajian Pola Gordon..................................................................................20
2.3 Diagnosa Keperawatan....................................................................................26
2.4 Intervensi Keperawatan...................................................................................28
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR.....................................31
3.1 Aplikasi Asuhan Keperawatan........................................................................31
3.2 Pengkajian Pola Gordon..................................................................................31
3.3 Analisa Data....................................................................................................38
3.4 Diagnosa Keperawatan....................................................................................40
3.5 Intervensi Keperawatan...................................................................................40
3.6 Implementasi Keperawatan.............................................................................42
3.7 Evaluasi Keperawatan.....................................................................................44
BAB 4 PENUTUP................................................................................................
4.1 Kesimpulan......................................................................................................
4.2 Saran................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................

iii
1
BAB 1.

PENDAHULUAN LUKA BAKAR

Luka bakar merupakan penyebab kematian ketiga akibat kecelakaan pada


semua kelompok umur, serta mempunyai resiko morbiditas dan mortalitas yang
tinggi. Epidemiologi luka bakar menunjukkan bahwa kematian akibat luka bakar
lebih tinggi di negara-negara berkembang . Menurut data World Health
Organization (WHO), 90 persen luka bakar terjadi pada sosial ekonomi rendah di
negara-negara berpengahasilan menengah kebawah, biasanya pada daerah yang
memiliki infrastruktur yang kurang memadai untuk mencegah terjadinya
kebakaran. Luka bakar merupakan cidera jaringan dikarenakan kontak fisik
dengan api, uap, atau cairan panas, bahan kimia, arus listrik dan radiasi yang
memiliki morbiditas dan mortalitas yang tinggi sehingga memerlukan perawatan
lanjutan. Luka bakar ini dapat terjadi ketika tubuh/kulit tidak sengaja bersentuhan
dengan api, air panas, maupun listrik sehingga kulit dan pembuluh darah
mengalami kerusakan. Di Asia Tenggara kasus luka bakar ini hampir 27% dan
keseluruhan kejadian meninggal dunia 70% adalah wanita. Data dari rumah sakit
Cipto Mangunkusumo atau RSCM tahun 2011-2012, pasien yang dirawat pada
periode 2 tahun yaitu 303 pasien. Data RSUD Soetomo Surabaya tahun 2011 dari
total pasien 145 pasien. Kerusakan kulit yang diakibatkan oleh luka bakar dapat
menghilangkan fungsi dari kulit tubuh seperti gangguan sensasi kulit, kemampuan
untuk mencegah evaporasi atau keluarnya air dan kemampuan untuk mengontrol
suhu tubuh. Pada luka bakar juga terjadi kondisi hipermetabolisme, dimana terjadi
kenaikan cardiac output hampir dua kali lipat disertai peningkatan resting energy
expenditure Luka bakar yang terkena di muka dapat menyebabkan kerusakan
mukosa pada jalan napas dikarenakan terhirupnya gas, asap, dan uap panas yang
terhisap sehingga mengiritasi organ pernapasan yang memicu timbulnya
hambatan jalan napas dengan gejalan sesak napas, takipnea, stridor, suara serak,
dan dahak berwarna gelap akibat jelaga. Pengobatan luka bakar dengan trauma
inhalasi dapat dimulai dari initial assesment dan stabilisasi, penanganan trauma
inhalasi, resusitasi syok, fasiotomi, perawatan luka, pencegahan infeksi, serta
penggunaan antibiotik yang tepat. Penatalaksanaan yang bisa dilakukan di ICU
yaitu resusitasi cairan, penanganan airway dan brething, penanganan infeksi,
fisioterapi, escharotomi dan fasiotomi, penanganan komplikasi yang terjadi,
nutrisi yang adekuat dan dukungan psikologi.

1
A. Anatomi fisiologi kulit
Kulit merupakan sistem organ tubuh yang paling luas yang menyelimuti seluruh
permukaan tubuh. Kulit memberikan perlindungan terhadap abrasi dan paparan
sinar ultraviolet, mencegah, masuknya mikroorganisme, dan mengurangi
hilangnya air dari tubuh. Fungsi proteksi kulit adalah melindungi tubuh dari
kehilangan cairan elektrolit, trauma mekanik dan radiasi ultraviolet, sebagai barier
dari invasi mikroorganisme patogen, merepon rangsangan sentuhan, rasa sakit dan
panas karena terdapat banyak ujung saraf, tempat penyimpanan nutrisi dan air
yang dapat dignakan apabila terjadi penurunan volume darah dan tempat
terjadinya metabolisme vitamin D (Richardson, 2003; Perdanakusuma, 2007).
selain sebagai proteksi kulit juga berfungsi sebagai absorpsi, kulit yang sehat tidak
mudah menyerap air, larutan dan benda padat tetapi cairan yang mudah menguap
lebih mudah menyerap. Selanjutnya kulit sebagai ekskresi, untuk mengeluarkan
zat-zat yang tidak berguna lagi atau sisa metabolisme dalam tubuh berupa NaCl,
urea, asam urat, dan amonia. Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di
dermis dan subkutis sehingga kulit mampu mengenali rangsangan yang diberikan.
Kulit terbagi atas 3 lapisan pokok yaitu epidermis, dermis dan subkutan atau
subkutis.

A. Epidermis terbagi atas beberapa lapisan yaitu:

a. Stratum basal, sel-sel nya terletak di bagian basal. Stratum germinativum


menggantikan sel-sel diatasnya dan merupakan sel-sel induk.

b. Stratum spinosum merupakan lapisan yang paling tebal dan dapat


mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan.

c. Stratum granulosum, terdiri dari sel-sel pipih seperti kumparan. Sel-sel


tersebut hanya terdapat 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.

d. Stratum lusidum, berada langsung dibawah lapisan korneum, terdapat sel-


sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma.

e. Stratum korneum memiliki sel yang sudah mati, tidak mempunyai inti sel
dan mengandung zat keratin.

B. Dermis

Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan epidermis dilapisi oleh
membran basalis dan disebelah bawah berbatasan dengan subkutis. Dermis terdiri
dari dua lapisan yaitu bagian atas (pars papilaris) dan bagian bawah (pars
retikularis).
C. Subkutis

Subkutis terdiri dari kumpulan sel lemak dan diantara gerombolan ini berjalan
serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat dengan inti yang
terdesak kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin. Lapisan lemak disebut
penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada setiap tempat.

D. Adneksa Kulit

Bagian ini terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut, dan kuku. Kelenjar kulit
terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar palit.

1.3 Definisi Luka Bakar

Luka bakar adalah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan tubuh dengan
benda-benda yang menghasilkan panas (api secara langsung maupun tidak
langsung, pajaman suhu tinggi dari matahari, listrik, maupun bahan kimia, air, dll)
atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat).

1.4 Etiologi luka bakar

1. Luka bakar termal

merupakan luka bakar yang disebabkan oleh paparan atau kontak dengan api,
cairan panas atau objek-objek panas lainnya.

2. Luka bakar kimia

Luka bakar chemical (kimia) merupakan luka bakar yang disebabkan oleh
kontaknya jaringan kulit dengan asam atau basa kuat. Luka bakar kimia dapat
terjadi misalnya karena kontak dengan zat-zat pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga dan berbagai zat kimia yang
digunakan dalam bidang industri, pertanian dan militer. Lebih dari 25.000 produk
zat kimia diketahui dapat menyebabkan luka bakar.

3. Luka bakar elektrik

Merupakan luka bakar yang disebabkan oleh panas yang digerakkan dari energi
listrik yang dihantarkan melalui tubuh. Berat ringannya luka dipengaruhi oleh
lama kontak, tingginya tegangan listrik dan cara gelombang elektrik itu sampai
mengenai tubuh.

4. Luka bakar radiasi

Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan

3
sumber radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan terapeutik pada
dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat terpapar yang terlalu lama
juga merupakan salah satu tipe luka bakar radiasi.

1.5 Klasifikasi luka bakar

Luka bakar di klasifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Luka bakar derajat pertama yang hanya mengenai epidermis disertai eritema
dan nyeri. tanda dari luka bakar ini yaitu kulit tampak merah, kering dan terasa
sakit. Luka bakar tingkat satu ini tidak terlalu mengkhawatirkan dan bisa sembuh
dnegan sendirinya.

2. Luka bakar derajat kedua superfisial meluas ke epidermis dan sebagian dari
dermis yang disertai dengan lepuh dan sangat nyeri. Tanda dari luka bakar ini
ayitu kulit tampak merah, lecet, melepuh, bengkak, dan terasa sakit. Luka bakar
ini dapat ditangani dengan beberapa metode pengobatan tanpa adanya operasi atau
bedah.

3. Luka bakar derajat ketiga meluas ke epidermis, dermis, dan jaringan subkutis,
biasanya disini kapiler dan vena hangus serta darah ke jaringan tersebut
berkurang. Secara klini kulit akan terbakar tampak putih dan kasar, bisa juga
terlihat hangus dan mati rasa. Operasi atau bedah menjadi pilihan utama dalam
penanganan luka bakar ini.

1.6 Patofisiologi

Secara umum, respon tubuh terhadap cedera termis dapat dibagi menjadi respon
lokal dan sistemik:

Respon lokal

Berdasarkan penelitian oleh jackson pada tahun 1947, terdapat 3 zona pada luka
bakar:

1. Zona koagulasi

Pada zona ini, kerusakan jaringan sudah tidak dapat diperbaiki karena protein
penyusun jaringan tersebut seudah mengalami koagulasi. Zona ini melambangkan
kerusakan maksimal akibat cedera termis

2. Zona statis

Jaringan pada zona ini masih bisa di selamatkan, namun sudah terdapat penurunan
perfusi jaringan yang mengelilinginya. Perfusi jaringan inilah yang nantinya akan
berusaha untuk di tingkatkan saat resusitasi luka bakar. Perlu diwaspadai

i
kemungkinan terjadi edema, infeksi, dan mengalami kerusakan permanen pada
zona statis.

3. Zona Hiperemia

Perfusi jaringan ditemukan tertinggi pada zona hiperemia, yang merupakan zona
terluar dalam luka bakar. Pada bagian ini dapat mengalami perbaikan secara
mandiri, namun juga bisa mengalami perburukan kondisi sitemik seperti sepsis
atau hipoperfusi jangka panjang dapat mengganggu proses perbaikan jaringan
pada zona hiperemia.

Respon sistemik

Efek sistemik ini muncul dipengaruhi oleh pelepasan sitokin dan mediator
inflamasi terutama setelah area luka bakar mencapai 30% dari total luas
permukaan tubuh.

1. Perubahan kardiovaskular

Perubahan kardiovaskular yang terjadi adalah peningkatan permeabilitas kapiler.


Hal ini berakibat pada perpindahan protein dan cairan intravaskuler ke jaringan
interstisial. Luka bakar yang luas akan mnyebabkan edema baik pada anggota
tubuh yang terbakar maupun jaringan yang tidak mengalami luka bakar dan terjadi
penurunan sirkulasi volume darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat
sebagai respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya hipovolemia
relatif, yang mengawali turunnya cardiac output. Kadar hematokrit meningkat
yang menunjukkan hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler.
Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui luka terjadi 4-20 kali
lebih besar dari normal. Sedangkan pengeluaran cairan yang normal pada orang
dewasa dengan suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml. Keadaan ini dapat
mengakibatkan penurunan pada perfusi organ. Jika ruang intravaskuller tidak diisi
kembali dengan caran intravena maka shock hipovolemik dan ancaman kematian
bagi penderita luka bakar yang luas dapat terjadi.

2. Sistem renal dan gastrointestinal

Respon tubuh akan mengalami pengurangan darah ke ginjal dan menurunnya


GFR (Glomerulus filtrasion rate), yang menyebabkan oliguri. Aliran darah
menuju ke usus juga akan berkurang, sehingga dapat menyebabkan ileus intestinal
dan disfungsi gastrointestinal pada klien dengan luka bakar lebih dari 25%.

3. Sistem imun

Fungsi pada sistem imun juga mengalami penurunan. Sistem imun mengalami
depresi pada aktivitas lymphocyte, merupakan penurunan dalam memproduksi
immunoglobulin, perubahan/gangguan pada fungsi neutropil. Perubahan-
perubahan ini meningkatkan resiko terjadinya sepsis yang mengancam
kehiduppan klien.

4. Sistem respiratori

Pada sistem pernapasan pasien dengan luka bakar dapat mengalami hipertensi
arteri pulmoner, yang mengakibatkan penurunan kadar oksigen arteri dan “lung
compliance”.

1.7 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Doenges, 2000, diperlukan pemeriksaan penunjang pada luka bakar


yaitu:

1. Laboratorium

Hitung darah lengkap : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran


darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15% mengindikasikan
adanya cedera, pada Ht (Hematokrit) yang meningkat menunjukkan adanya
kehilangan cairan sedangkan Ht turun dapat terjadi sehubungan dengan kerusakan
yang diakibatkan oleh panas terhadap pembuluh darah.

Leukosit : Leukositosis dapat terjadi sehubungan dengan adanya infeksi atau


inflamasi

GDA (Gas Darah Arteri): Untuk mengetahui adanya kecurigaan cedera inhalasi.
Penurunan tekanan oksigen (PaO2) atau penigkatan tekanan karbondioksida
(PaCO2) mungkin terlihat pada retensi karbon monoksida.

Elektrolit serum : Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan dengan cedera
jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal mungkin menurun
karena kehilangan cairan, hipertermi dapat terjadi saat konservasi ginjal dan
hipokalemi dapat terjadi bila mulai diuresis.

Natrium urin : Lebih besar dari 20 mEq/L mengindikasikan kelebihan cairan ,


kurang dari 10 mEqAL menduga ketidakadekuatan cairan.

Alkali fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan perpindahan cairan


interstisial atau gangguan pompa, natrium.

Glukosa serum: Peninggian glukosa serum menunjukkan stress

Albumin serum : Untuk mengetahui adanya kehilangan protein pada edema cairan

BUN atau Kreatinin : Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi


ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

iii
Loop aliran volume: Memberikan pengkajian non-invasif terhadap efek atau
luasnya cedera.

EKG : Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau disritmia.

Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar.

1.8 Penatalaksanaan

Berbagai macam respon sistem organ yang terjadi setelah mengalami luka bakar
merupakan tanggungjawab perawat untuk mengembangkan rencana keperawatan
yang akan dilakukan supaya pasien lekas membaik. Secara klinis klien luka bakar
dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:

1. Fase emergent (Resusitasi)

Fase emergensi dimulai pada saat terjadinya injuri dan diakhiri dengan
membaiknya permeabilitas kapiler, yang biasanya terjadi pada 48-72 jam setelah
injury. Tujuan utama pemulihan selama fase ini adalah untuk mencegah shock
hipovolemik dan memelihara fungsi dari organ vital. Yang termasuk ke dalam
fase emergensi adalah perawatan sebelum di rumah sakit, penanganan di bagian
emergensi, dan periode resusitasi.

2. Fase akut

Fase akut dimulai ketika pasien secara hemodinamik telah stabil, permeabilitas
kapiler membaik dan diuresis telah mulai. Fase ini umumnya dianggap terjadi
pada 48-72 jam setelah injuri. Fokus management bagi klien pada fase akut adalah
mengatasi infeksi, perawatan luka, penutupan luka, nutrisi, manajemen nyeri, dan
terapi fisik.

3. Fase rehabilitasi

Fase rehabilitasi adalah fase pemulihan dan merupakan fase terakhir dari
perawatan luka bakar. Penekanan dari program rehabilitasi penderita luka bakar
adalah untuk meningkatkan kemandirian melalui pencapaian perbaikan fungsi
yang maksimal. Tindakan-tindakan untuk meningkatkan penyembuhan luka,
pencegahan atau meminimalkan deformitas dan hipertropi scar, meningkatkan
kekuatan, fungsi dan memberikan support emosional serta pemberian edukasi
kepada klien merupakan bagian dari proses rehabilitasi.
BAB 2

APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR

2.1 Aplikasi Asuhan Keperawatan


2.2 Pengkajian
2.2.1 Identitas Pasien
1. Nama : Ny.D
2. TTL : Painan/2-3-1976
3. Agama : Islam
4. Pendidikan : SMA
5. Pekerjaan : IRT
6. Alamat : Salido
7. Jam/Tanggal Masuk : 08.00?5-7-2018
8. Status Perkawinan : Kawin
9. Suku/bangsa : Minang/Indonesia
10. Diagnosa Medis : Luka Bakar
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi
1. Nama : Ny.S
2. Pendidikan : SMA
3. Pekerjaan : IRT
4. Alamat : Salido
5. Hubungan dengan Pasien : Anak

2.3 Riwayat Kesehatan


1. Keluhan Utama
Klien masuk IGD Puskesmas Salido dengan keluhan luka bakar pada
tangan kiri klien akibat sengatan listrik, luka bakar sekitar 19 % termasuk
luka bakar derajat 1/ penanganan pertama diberikan cairan NaCl yang
dibasahi dengan kasa steril. Keadaan umum klien lemah, jalan nafas klien
tidak terganggu.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang

v
Klien mengatakan tangan kiri klien tersengat listrik, Klien mengatakan
tangan kiri klien luka, Klien mengatakan tangan kiri klien terasa nyeri dan
perih, Klien mengatakan skala nyeri sedang, Klien mengatakan tangan kiri
memerah. Hasil observasi menunjukkan bahwa Klien tampak meringis
sambil memegang daerah tangan yang terkena sengatan listrik, Tangan kiri
klien terdapat luka bakar, Luka bakar pada tangan kiri terlihat memerah,
Skala nyeri 4.
3. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan tidak atau belum pernah mengalami luka bakar, klien
mengatakan belum pernah dirawat, klien juga mengatakan tidak memiliki
alergi terhadap obat.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan kalau keluarga klien tidak ada menderita penyebab yang
sama, klien mengatakan tidak ada memiliki riwayat penyakit keturunan
seperti DM dan hipertensi.
2.4 Pemeriksaan Fisik
2.4.1 Primary Survey
1. Airway Jalan nafas paten dan tidak ada sumbatan jalan nafas
2. Breathing Pernafasan klien 20 x/I dan tidak ada suara nafas
tambahan
3. Circulation Perdarahan tidak ada dan suhu tubuh 36,9 0C
4. Disability Keadaan umum lemah dan tingkat Kesadaran compos
mentis
2.4.2 Secondary Survey
1. Kepala
Rambut klien berwarna hitam, bersih dan Kepala tidak ada
pembengkakan
2. Mata Simetris kiri dan kanan Pupil isokhor Konjungtiva tidak
anemis Reflek pupil terhadap cahaya (+)
3. Hidung Simetris kiri dan kanan Penciuman tidak terganggu Tidak
ada kelainan Mukosa hidung tidak meradang
4. Mulut Tonsil tidak meradang Mukosa bibir kering Tidak ada masa
5. Leher Tidak ada pembengkakan Tidak ada kelainan
6. Thorak
I: ictus cordis tidak ada terlihat
P: ictus cordis tidak teraba
P: nyeri tekan tidak ada
A: irama reguler
7. Abdomen
I: tidak ada kelainan
P: tidak ada bising usus
P: nyeri tekan tidak ada
A: bising usus 14x/i
8. Ekstremitas
Tangan kiri klien ada luka bakar Tangan kiri klien memerah
Tangan kiri klien meradang&terasa nyeri
9. Neurologis
10. Keadaan umum klien lemah Tangan kiri klien terasa sakit Tangan
kiri klien memerah

2.5 Analisis data

No Data Etiologi Diagnosa


Keperawatan

1. DS : Luka bakar Nyeri akut


1. Pasien mengatakan tangan ↓
kiri pasien tersengat listrik Kerusakan
2. Pasien mengatakan tangan kulit/jaringan
kiri klien luka ↓
3. Pasien mengatakan tangan Rasa nyeri dan perih
kiri pasien terasa nyeri ↓
dan perih Nyeri akut
4. Pasien mengatakan skala
nyeri sedang
DO :
1. Tangan kiri pasien
terdapat luka bakar
2. Pasien tampak meringis
sambil memegang daerah
tangan yang terkena

vii
sengatan listrik
3. Skala nyeri 4
4. Suhu : 36,9 °C
5. Nadi : 78x/i
6. RR : 20x/i
7. TD : 110/70 mmHg
8. BB : 54 Kg
9. TB : 158 cm

2. DS : Luka bakar Resiko tinggi


1. Klien mengatakan tangan ↓ gangguan integritas
kiri memerah Rasa perih kulit
2. Klien mengatakan perih ↓
pada luka Warna merah

DO : Resiko tinggi ganguan
integritas kulit
1. Tangan kiri klien terdapat
luka bakar
2. Luka bakar pada tangan
kiri terlihat memerah
3. Persentasi luka bakar
sekitar 19 %
4. Suhu : 36,9 °C
5. Nadi : 78x/i
6. RR : 20x/i
7. TD : 110/70 mmHg

2.6 Diagnosa keperawatan


1. Nyeri akut b/d kerusakan kulit/jaringan
2. Resiko tinggi gangguan integritas kulit b/d adanya luka bakar

2.7 Intervensi keperawatan

Paraf
Tujuan dan Kriteria
No. Diagnosa Intervensi &
hasil
Nama
1. Nyeri akut b/d 1. Manajemen Nyeri 1. Manajemen Nyeri
kerusakan Setelah dilakukan 1) lakukan pengkajian nyeri Xy
kulit/jaringan asuhan keperawatan secara komprehensif Ns.
selama 3x24 jam termasuk lokasi, Avilda
dengan monitoring karakteristik, durasi,
tingakat nyeri yang frekuensi, kualitas dan
dirasakan oleh pasien faktor presipitasi
diharapkan 2) observasi reaksi
kemampuan pasien nonverbal dari
diringkatkan pada ketidaknyamanan
skala 5 dengan kriteria 3) bantu pasien dan
hasil : keluarga untuk mencari
dan menemukan
1. Skala nyeri pasien dukungan
turun (5) 4) kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan
dan kebisingan
5) kurangi faktor presipitasi
nyeri
6) kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
7) ajarkan tentang teknik
non farmakologi: napas
dalam, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin
8) berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri:
……...
9) tingkatkan istirahat
10) berikan informasi tentang
nyeri seperti penyebab
nyeri, berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
11) monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
2. Resiko tinggi 2. Manajemen 2. Manajemen Tekanan
gangguan Tekanan 1. Anjurkan pasien untuk
Xy
integritas kulit Setelah dilakukan menggunakan pakaian
Ns.
b/d adanya asuhan keperawatan yang longgar
luka bakar selama 3x24 jam 2. Jaga kebersihan kulit agar Avilda
dengan monitoring tetap bersih dan kering
gangguan integritas 3. Mobilisasi pasien (ubah
kulit yang dirasakan posisi pasien) setiap dua
oleh pasien jam sekali
diharapkan 4. Monitor kulit akan
kemampuan pasien adanya kemerahan

ix
diringkatkan pada 5. Oleskan lotion atau
skala 5 dengan kriteria minyak/baby oil pada
hasil : derah yang tertekan
6. Monitor aktivitas dan
1. integritas kulit mobilisasi pasien
dapat 7. Monitor status nutrisi
dipertahankan (5) pasien
2. mampu malakukan 8. Memandikan pasien
perawatan kulit dengan sabun dan air
secara mandiri (5) hangat
3. sensasi dan warna 9. Gunakan pengkajian
kulit normal (5) risiko untuk memonitor
faktor risiko
10. Pasien (braden scale,
skala norton)
11. Inspeksi kulit terutama
pada tulang-tulang yang
menonjol dan titik-titik
tekanan ketika merubah
posisi pasien.
12. Jaga kebersihan alat
tenun
13. Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk pemberian
tinggi protein, mineral
dan vitamin
14. Monitor serum albumin
dan transferin

2.8 Implementasi Keperawatan


Paraf
Tanggal/ Diagnosa Evaluasi
No Implementasi &
Jam Keperawatan Formatif
Nama
1. 5-7-2018 Nyeri akut 1. Melakukan S: Xy
Jam berhubungan pengkajian nyeri 1. Klien Ns.
09.00 dengan secara komprehensif mengatakan Avilda
kerusakan termasuk lokasi, tangan kirinya
WIB
kulit/jaringan karakteristik, durasi, masih nyeri
frekuensi, kualitas 2. Klien
dan faktor presipitasi mengatakan skala
2. Mengobservasi reaksi nyeri sedang
nonverbal dari O:
ketidaknyamanan 1. Klien tampak
3. Mengontrol meringis
lingkungan yang 2. Skala nyeri
dapat mempengaruhi sedang
nyeri seperti suhu 3. Klien tampak
ruangan, pencahayaan gelisah
dan kebisingan 4. Suhu : 36,9 0C
4. Membantu 5. Nadi : 78x/i
mengurangi faktor 6. RR : 20x/i
presipitasi nyeri 7. TD : 110/70
5. Mengajarkan tentang mmHg
teknik non A:
farmakologi: napas masalah nyeri akut
dalam, relaksasi, belum teratasi
distraksi, kompres
hangat/ dingin P:
6. Melakukan kolaborasi intervensi 1 s.d 9
dalam memberikan dilanjutkan
analgetik untuk
mengurangi nyeri
7. Membantu pasien
meningkatkan
istirahat
8. Memberikan
informasi tentang
nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
9. Memonitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali

2. 5-7-2018 Resiko tinggi 1. Menganjurkan pasien S: Xy


Jam gangguan untuk menggunakan Klien mengatakan Ns. X
10.30 integritas kulit pakaian yang longgar luka bakar pada
2. Menghindari kerutan tangan kirinya
WIB b/d adanya
pada tempat tidur tampak memerah
luka bakar 3. Menganjurkan pasien O:
untuk menjaga 1. Luka bakar
kebersihan kulit agar tampak memerah

xi
tetap bersih dan 2. Klien tampak
kering gelisah
4. Memonitor kulit akan A:
adanya kemerahan Masalah resiko tinggi
5. Mengoleskan lotion gangguan integritas
atau minyak/baby oil kulit belum teratasi
pada derah yang P:
tertekan Intervensi 1 s.d 8
6. Memonitor aktivitas dilanjutkan
dan mobilisasi pasien
7. Memonitor status
nutrisi pasien
8. Menjaga kebersihan
alat tenun
3. 6-7-2018 Nyeri akut 1. Melakukan S: Xy
Jam berhubungan pengkajian nyeri 1. Klien Ns.
10.00 dengan secara komprehensif mengatakan nyeri Avilda
WIB kerusakan termasuk lokasi, pada tangan
kulit/jaringan karakteristik, durasi, kirinya sedikit
frekuensi, kualitas berkurang
dan faktor presipitasi 2. Klien
2. Mengobservasi reaksi mengatakan skala
nonverbal dari nyeri sedang
ketidaknyamanan O:
3. Mengontrol 1. Skala nyeri
lingkungan yang sedang
dapat mempengaruhi 2. Klien tampak
nyeri seperti suhu gelisah
ruangan, pencahayaan 3. TD : 120/80
dan kebisingan mmHg
4. Membantu 4. Nadi=80x/i
mengurangi faktor A:
presipitasi nyeri masalah nyeri akut
5. Mengajarkan tentang teratasi sebagian
teknik non P:
farmakologi: napas Intervensi 3,5,6,7,9
dalam, relaksasi, dilanjutkan
distraksi, kompres
hangat/ dingin
6. Melakukan kolaborasi
dalam memberikan
analgetik untuk
mengurangi nyeri
7. Membantu pasien
meningkatkan
istirahat
8. Memberikan
informasi tentang
nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
9. Memonitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
4. 6-7-2018 Resiko tinggi 1. Menganjurkan pasien S: Xy
Jam gangguan untuk menggunakan Klien mengatakan Ns.
11.00 integritas kulit pakaian yang longgar luka bakar pada Avilda
b/d adanya 2. Menghindari kerutan tangan kirinya masih
WIB
luka bakar pada tempat tidur sedikit merah
3. Menganjurkan pasien O:
untuk menjaga 1. Luka bakar
kebersihan kulit agar tampak sedikit
tetap bersih dan merah
kering 2. Klien tampak
4. Memonitor kulit akan mulai tenang
adanya kemerahan A:
5. Mengoleskan lotion Masalah resiko tinggi
atau minyak/baby oil gangguan integritas
pada derah yang kulit teratasi sebagian
tertekan P:
6. Memonitor aktivitas Intervensi 3,5,8
dan mobilisasi pasien dilanjutkan
7. Memonitor status
nutrisi pasien
8. Menjaga kebersihan
alat tenun
5. 7-7-2018 Nyeri akut 1. Mengontrol S: Xy
Jam berhubungan lingkungan yang 1. Klien Ns.
09.00 dengan dapat mempengaruhi mengatakan nyeri Avilda
WIB kerusakan nyeri seperti suhu pada tangan
kulit/jaringan ruangan, pencahayaan kirinya sedikit
dan kebisingan berkurang
2. Mengajarkan tentang 2. Klien
teknik non mengatakan skala
farmakologi: napas nyeri sedang
dalam, relaksasi, O:
distraksi, kompres 1. Skala nyeri
hangat/ dingin sedang
3. Melakukan kolaborasi 2. Klien tampak
dalam memberikan gelisah
analgetik untuk A:

xiii
mengurangi nyeri 3. Masalah nyeri
4. Membantu pasien akut teratasi
meningkatkan sebagian
istirahat P:
5. Memonitor vital sign intervensi 1,2,3,4,5
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
6. 7-7-2018 Resiko tinggi 1. Menganjurkan pasien S: Xy
Jam gangguan untuk menjaga Klien mengatakan Ns.
10.00 integritas kulit kebersihan kulit agar luka bakar pada Avilda
WIB tetap bersih dan tangan kirinya masih
b/d adanya
kering sedikit merah
luka bakar 2. Mengoleskan lotion O:
atau minyak/baby oil 1. Luka bakar
pada derah yang tampak sedikit
tertekan merah
3. Menjaga kebersihan 2. Klien tampak
alat tenun mulai tenang
A:
Masalah Resiko
tinggi gangguan
integritas kulit
teratasi sebagian
P:
Intervensi 1, 2, dan 3
dilanjutkan

2.9 Evaluasi Keperawatan


Paraf
Diagnosa
No Tanggal/Jam Evaluasi Sumatif &
Keperawatan
Nama
1. 7-7-2018 Nyeri akut S : Klien mengatakan tangan Xy
Jam 12.00 kirinnya masih sedikit nyeri Ns.
WIB O : nyeri skala sedang serta masih Avilda
sedikit gelisah
A:
Indikator Skala Skala
yang yang
diharap dicapai
-kan
Skala 5 4
nyeri

P : Lanjutkan intervensi 12345


2. 7-7-2018 Resiko tinggi S : klien mengatakan luka bakar Xy
Jam 13.00 gangguan masih sedikit merah Ns.
WIB integritas kulit O : klien merasa lebih tenang Avilda
A:
Indikator Skala yang Skala
diinginkan yang
dicapai
Integritas 5 4
kulit
Perawata 5 4
-n
Mandiri
Warna 5 4
kulit

P : lanjutkan intervensi 12 dan 3

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kematian yang diakibatkan oleh luka bakar merupakan yang lebih tinggi
yang terjadi pada negara- negara berkembang. Luka bakar merupakan
cidera jaringan yang diakibatkan oleh kontak fisik dengan api, uap, cairan

xv
panas, bahan kimia, maupun aliran listrik sehingga memerlukan perawatan
lanjutan. Kerusakan kulit yang diakibatkan luka bakar dapat merusak
fungsi dari kulit tubuh seperti gangguan sensasi pada kulit, kemampuan
untuk mencegah evaporasi atau keluarnya air dan kemampuan untuk
mengontrol suhu tubuh. Luka bakar yang mengenai muka dapat
mengakibatkan mukosa pada jalan nafas karena terhirupnya gas, asap, dan
uap panas yang terhisap sehingga dapat mengiritasi jalan nafas dan
enghambat jalan nafas. Pengobatan yang dapat dilakukan dengan trauma
inhalasi yaitu initial assessment dan stabilisasi, penanganan trauma
inhalasi, resusitasi syok, fasiotomi, perawatan luka, pencegahan infeksi,
dan penggunaan antibiotic yang tepat.

3.2 Saran

Untuk mengurangi agka kematian yang tinggi pada negara- negara


berkembang khususnya pada negara berkembang menengah kebawah
yang diakibatkan oleh luka bakar perlu dilakukannya perhatian khusus
pada infrastruktur yang kurang memadai dan harus di perbarui dan
menggantinya denga infrastruktur yang memadai agar tidak terjadi
kematian yang lebih banyak akibat luka bakar. Dan jika terjadi luka bakar
maka harus ditangani dengan sigap dan segera pada pihak Kesehatan agar
tidak terjadi hal yang tidak diingika terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

Bintoro. 2019. Konsep Luka Bakar. Journal of Chemical Information and


modeling.Vol.53: 1689-1699

D. Supia, W. Yuniartika. 2020. Studi Literatur: Perawatan luka Bakar Grade II


Dengan Delima (Pomegranate): 58-67

Aziz, Arif Aminudin dan Soharyati.2020. Laporan Kasus: Tatalaksana pasien


luka Bakar Berat dengan Trauma Inhalasi di Unit Perawatan Intensif.
Jurnal ilmiah WIDYA Kesehatan dan Lingkungan. Bandung: Vol.2 No.1

Rahayuningsih, Tutik. 2012. Penatalaksanaan Luka Bakar (COMBUSTIO).


Profesi: Vol. 08

xvii

Anda mungkin juga menyukai