INTEGUMEN (LUKA)
Makalah
Disusun Oleh :
Segala Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga bisa menyelesaikan makalah
“Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Integumen (Luka)”, dengan
tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang dihadapi dalam
penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini
bisa disusun dengan baik dan rapi.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Integumen (Luka)....................................................................3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................10
2.3 Keterampilan Keperawatan..................................................................40
DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................45
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Penyembuhan luka adalah suatu proses yang terjadi secara normal. Artinya, tubuh
yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya.
Peningkatkan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan
perkembangan awal proses penyembuhan. Meskipun demikian, terdapat beberapa perawatan
yang dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan luka. Seperti melindungi area
yang luka terbebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan untuk membantu meningkatkan
penyembuhan jaringan (Maryunani, 2013)
1
Morizon (2004) juga menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari faktor yang
merugikan pada tempat luka ( kurangnya suplai darah dan pengaruh hipoksia, berlebihan,
benda asing, hematoma, dan trauma berulang), faktor-faktor patofisiologi umum (status
nutrisi, gangguan kardiovaskuler, anemia, penurunan daya tahan terhadap infeksi, gangguan
metabolik dan endokrin), dan faktor usia. Sementara itu faktor ekstrinsik terdiri dari
penatalaksanaan luka (perawatan luka) yang tidak tepat (pengkajian luka yang tidak akurat,
penggunaan agens topikal dan produk balutan luka primer yang tidak sesuai, teknik
penggantian balutan yang ceroboh (cuci tangan, pemakaian sarung tangan, penggunaan
masker, teknik ganti balutan, dan peralatan steril), sikap negatif staf terhadap pengobatan dan
penyembuhan), efek merugikan dari terapi lain (kemoterapikanker, dosis steroid tinggi yang
berkepanjangan, dan terapi radiasi), serta faktor lain yang mempengaruhi penyembuhan luka
yaitu mobilisasi, pekerjaan atau aktivitas dan keadaan sosial yang buruk.
Perawatan luka yang tepat dapat mencegah terjadinya infeksi silang dan dapat
mempercepat proses penyembuhan luka, dengan demikian hari rawat akan lebih pendek.
Dalam perawatan luka, frekuensi perawatan luka perlu diperhatikan untuk meminimalkan
kejadian infeksi, kasa penutup luka harus diganti lebih awal jika basah, karena kasa basah
meningkatkan kemungkinan kontaminasi bakteri pada luka operasi (Sjamsuhidajat dan Jong,
2011).
Faktor lain yang berpengaruh terhadap penyembuhan luka adalah kadar hemoglobin.
Hemoglobin adalah protein pertama pengikat oksigen dalam tubuh yang merupakan
parameter untuk menetapkan prevalensi anemia. Nilai normal yang paling sering dinyatakan
adalah 14-18gr% untuk pria dan 12-16gr% untuk wanita (Marks, 2000).
1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui dan memahami konsep gangguan integumen (luka)
2. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan
3. Dapat mengetahui keterampilan keperawatan dalam integumen (luka)
2
BAB II
PEMBAHASAN
Integument berasal dari bahasa Latin "integumentum" yang berarti "penutup". Sistem
integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan
menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan
bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit beserta derivat-derivatnya yang
terspesialisasi seperti rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat
atau lendir).
3
2. Rambut, adalah spesialisasi kulit yang hanya terdapat pada kelas mamalia.
3. Kuku, yakni salah satu bentuk derivatif kulit yang ditemukan hanya pada ordo
primata.
4. Kelenjar kulit, meliputi kelenjar keringat dan kelenjar lemak atau kelenjar sebaceous.
Kulit
Kulit adalah lapisan terluar pada tubuh manusia. Pada vertebrata struktur kulit dibagi
menjadi 2 bagian, bagian terluar disebut epidermis, dan bagian dalam dermis.
a) Epidermis merupakan lapisan luar yang selalu terdiri dari jaringan epitel berlapis
banyak dan berasal dari derivat ectoderm.
b) Dermis atau torium. Di dalam dermis terdapat kelenjar keringat, kelenjar minyak,
pembuluh darah, ujung-ujung saraf dan kantung rambut.
Kulit tebal
Dapat dijumpai pada telapak tangan dan telapak kaki. Menurut seorang bangsa scot : Henry
Faudlus (1880), kulit dari telapak tangan mempunyai alur yang selalu konstan polanya yang
digunakan dalam dactiloscopy atau ilmu merajah tangan (astrologi).dilihat dari penampang
meintangnya tampak tidak merata karena adanya papilla dermis yang menonjol ke epidermis.
Terbentuknya kulit tebal antara lain :
a) Stratum germinativum, lapisan ini terdiri 2 lapisan, yaitu lapisan basal dan stratum
spnosium
b) Stratum granulosum
c) Stratum lusidum
d) Stratum corneum
4
Lapisan dermis kulit tebal :
Kulit tipis
Kulit tipis meliput semua permukaan kulit kecuali pada telapak tangan dan kaki, kulit yang
paling tipis terdapat pada kelopak mata ± 0,5 mm, sedangkan yang tertebal di bagian
punggung yaitu ± 5 mm. Pada kulit tipis dapat di jumpai : kelenjar keringat, kelenjar keringat,
kelenjar lemak atau minyak yang berhubungan dan tidak berhubungan dengan akar rambut.
o Stratum germinativum
o Stratum spinosum, tipis saja
o Stratum granulosum, yang tidak kontinyu
o Stratum korneum juga tipis, stratum lusidum tidak ada
Fungsi-Fungsi Kulit
1. Sebagai alat pengeluaran berupa kelenjar keringat.
2. Sebagai alat peraba.
3. Sebagai pelindung organ dibawahnya.
4. Tempat dibuatnya Vit D dengan bantuan sinar matahari.
5. Pengatur suhu tubuh
6. Tempat menimbun lemak.
Pigmentasi kulit
Di dalam kulit terdapat butir-butir melanin, terutama pada stratum germinativum pada bagian
epidermis. Fungsi dari melanin adalah melindungi tubuh dari bahaya sinar ultra violet. Cara
terjadinya pembentukan melanin , adalah sebagai berikut :
1. Sel-sel yang berperan dalam menghasilkan butir-butir pigmen disebut melanobast,
5
2. Di dalam sitopasma sel terdapat enzim depaoksidase, darah membawa asam amino
tyrosin.
3. Tyrosin oleh enzim depaoksidase denga bantuan sinar ultra volet diubah menjadi
melanin.
Rambut
Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit hewan, terutama mamalia.
Rambut muncul dari epidermis (kulit luar), walaupun berasal dari folikel rambut yang berada
jauh di bawah dermis. Struktur mirip rambut, yang disebut trikoma, juga ditemukan pada
tumbuhan. Fungsi rambut:
a) Fase Anagen : dapat disebut juga fase pertumbuhan rambut. Masa pertumbuhan ini
lamanya 2-6tahun.
b) Fase Katagen: merupakan fase peralihan dari fase berhentinya pertumbuhan rambut
menuju fase istirahat folikel. Dalam fase ini tidak terjadi pertumbuhan rambut. Masa
peralihan ini berlangsung selama 2-3 minggu.
c) Fase Telogen : Merupakan masa istirahat folikel rambut. Setelah beberapa minggu,
folikel lambat laun akan terdorong keluar dan terjadilah proses kerontokan rambut.
Rambut berasal dari folikel rambut yang sudah terbentuk sebelum lahir. Rambut
terdiri akar yakni bagian yang tertanam dalam folikel, batang rambut yang berada di atas
permukaan kulit. Akar dan batang rambut disusun atas:
a) Kutikula, lapisan terluar yang tersusun sel mati yang bersisik.
b) Korteks, merupakan lapisan yang terkeratinisasi, membentuk bagian utama batang
rambut. Pada bagian ini terdapat pigmen yang menetukan warna rambut.
c) Sebuah medula, terdiri dari dua sampai tiga lapis sel. Rambut di kulit kepala tumbuh
dalam masa 2 sampai 6 tahun dan memasuki fase selama 3 bulan sebelum rontok.
Rambut tubuh tumbuh sepanjang 0,05 inci/minggu. Sedangkan rambut kepala butuh
waktu 7 minggu untuk tumbuh 1 inci.
Kuku
6
Kuku adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku
tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai
tumbuh dari ujung jari. Pertumbuhan kuku 1 minggu ± 0,5 mm, kuku jari tangan tumbuh
lebih cepat dibandingkakn kuku jari kaki. Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh panas
tubuh.
Nutrisi yang baik sangat penting bagi pertumbuhan kuku. Sebaliknya, kalau
kekurangan gizi atau menderita anoreksia nervosa, pertumbuhan kuku sangat lamban dan
rapuh. . Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf,
serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain
terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur.
Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang memiliki suplai
darah kuat sehingga menimbulkan warna kemerah-merahan. Seperti tulang dan gigi, kuku
merupakan bagian terkeras dari tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit.
Bagian-bagian kuku antara lain: akar kuku, badan kuku, kutikel, hiponikium, dan lunula.
Badan kuku tumbuh dari akar kuku yang tertanam di dalam kulit. Kutikel adalah lipatan
epidermis berlekuk yang menutup akar kuku. Hiponikium adalah stratum korneum tebal di
bawah ujung lepas kuku. Sedangkan lunula adalah area berwarna putih berbentuk
melengkung dekat kutikel.
Kelenjar Kulit
Kelenjar adalah alat tubuh yang menghasilkan getah atau sekret tertentu.
Kelenjar keringat berupa saluran melingkar dan bermuara pada kulit ari dan berbentuk
pori- pori halus. Produksi keringat dimulai dari kapiler darah, kelenjar keringat menyerap air
dengan larutan NaCl dan sedikit urea. Air beserta larutannya di keluarkan melalui pori-pori
kulit, yaitu tempat air dikeluarkan dan merupakan penyerapan panas tubuh. Kegiatan kelenjar
keringat di bawah pengaruh pesat pengatur suhu badan sistem saraf pusat, kecuali
pengeluaran keringat yang tidak rutin. Sekresi kelenjar keringat disebut keringat atau sudor.
Secara histologis kelenjar keringat termasuk tipe tubuler bergelung dan mirokrin.
7
Terbagi atas dua jenis berdasarkan strukturnya:
a) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar ini tersebar luas di seluruh tubuh. Tidak
berhubungan dengan folikel rambut. Sekresi kelenjar ini berguna mempertahankan
suhu tubuh.
b) Kelenjar keringat apokrin, kelenjar ini penyebarannya terbatas. Ditemukan di aksila,
areola payudara, dan regia anogenital. Kelenjar apokrin di ketiak dan anogenital pada
masa pubertas menghasilkan sekresi sebagai respon stres atau gembira. Biasanya
tidak berbau, namun akan berbau saat bereaksi dengan bakteri. Kelenjar apokrin
seruminosa, tertelatak di telinga sebagai getah telinga dan kelenjar siliaris Moll yang
terletak pada mata. Sementara kelenjar mamae adalah kelenjar apokrin yang
termodifikasi menghasilkan susu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran keringat, antara lain :
Fungsi kelenjar keringat selain sebagai alat sekeresi juga berperan sebagai alat pengatur suhu
(thermoregulasi)
Kelenjar keringat menghasilkan minyak unuk mencegah kekeringan. Pada kelenjar lemak
terdapat butir sekresi yang disebut sebolina. Secara histologi tergolong dalam tipe
alveolar/achiner bergelung dan holokrin,serta mempunyai fungsi sebagai proteksi. Kelenjar
sebolina tidak terdapat pada mamalia yang tidak berambut . kelenjar-kelenjar yang tidak
umum pada mamalia:
Kelenjar bau ( scanet gland ), terdapat pada cucurut, biasanya terdapat pada ssekitar
anus/ perineal, peranan biologisnya mempunya hubungan dengan kehidupan kelamin
Kelenjar meibom, terdapat pada kelopak mata
Kelenjar lakrimal, juga pada kelopak mata
8
2.1.3 Penyakit Pada Kulit
1. Ecezema
Merupakan inflamasi superficial, tidak menular, kronis, ditandai erytema, melepuh,
kerak, rasa gatal. Merupakan jenis eksem berupa peradangan kulit di sekitar lekukan
kulit, menyebabkan rasa gatal yang disebabkan alergi.
2. Urticaria
Merupakan inflamasi akibat reaksi kulit terhadap suatu allergen, yang disebabkan
makanan, obat, logam dan vaksin. Reaksi yang ditimbulkan meningkatkan
permeabilitas sel, menimbuklkan edema, gatal, dan iritasi.
3. Jerawat
Merupakan inflamatoris pada kelenjar minyak yang aktif. Kelenjar sebasea
meningkatkan produksi sebum, yang bereaksi dengan mikroorganisme mengahsilkan
jerawat.
4. Dermatitis
Peradangan kulit kepala, wajah, atau bagian lain yang disebabkan level hormon,
nutrisi, infeksi, dan stres.
5. Psoriasis
Inflamatori kronik yang memiliki ciri-ciri penebalan dan kemerahan
6. Onikomikosis
Peradangan kuku yang disebabkan infeksi jamur.
7. Impertigo
Infeksi permukaan kulit oleh streptococci atau staphylococcihemolytic.
8. Folliculitis
Infeksi folikel rambut oleh staphylococci. Penyakit kulit yang disebabkan virus,
antara lain:
1. Herpes simplex:melepuh, memerah.
2. Herpes zoster:ruam saraf, sinaganaga.
3. Veruca vulgaris:kutil
9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
Kulit merupakan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak terujung,
semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan
berat kira-kira 15% dari berat badan. Secara mikroskopis struktur kulit terdiri dari tiga lapisan
yaitu:
1. Lapisan epidermis
Lapisan paling atas dari kulit, tidak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Sel
mendapat makanan melalui proses difusi dari jaringan dibawahnya. Bagian terluar
terdiri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum granolusum, stratum
spinosum, dan stratum basale.
2. Lapisan dermis
a. Pars papilare, bagian yang menonjol ke epidermis. Berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis.
b. Pars retikulare, bagian bawah yang menonjol ke arah subkutis. Terdiri atas
serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin.
3. Lapisan subkutis Bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh,
dan tempat penyimpanan energi.
Fungsi Kulit :
10
B. Fungsi absorpsi Sifat permiabel-selektif, kulit menyerap bahan-bahan tertentu
seperti gas dan zat yang larut dalam lemak, sedangkan air dan elektrolit sukar masuk
melalui kulit.
D. Fungsi persepsi Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis yang peka terhadap rangsangan panas , dingin, rabaan,dan tekanan.
Sel pembentuk pigmen di sebut melanosit. Dengan bantuan sinar matahari dan
beberapa enzim dalam tubuh, melanosit akan di ubah menjadi melonosom,
selanjutnya di ubah lagi menjadi melanin. Jumlah melanin inilah yang akan
menentukan warna kulit seseorang.
vitamin D.
Apabila kulit mengalami kelainan atau timbul penyakit pada kulit, akan terjadi
perubahan penampilan. Perubahan penampilan tersebut dapat menimbulkan reaksi psikologis.
Sebagian besar klien dengan masalah kulit memiliki perasaan yang lebih sensitive sehingga
timbul perasaan kurang dihargai, rendah diri, dianggap jijik dan perasaan dikucilkan. Ketika
11
hal itu terjadi, perawat tidak boleh memperlihatkan gerakan nonverbal maupun verbal yang
negative.
Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Di antaranya adalah faktor
kebersihan, daya tahan tubuh (imunitas), kebiasaan, atau perilaku seharihari (makanan,
pergaulan, atau pola hubungan) seksual, faktor fisik, bahan kimia, mikrobiologi, serta faktor
lingkungan. Banyak klien dengan masalah penyakit kulit lebih senang berobat jalan dan
dirawat dirumah, karena merasa tdak bermasalah secara klinis, dan baru mau menjalani
perawatan dirumah sakit jika kondisi penyakitnya sudah parah. Ini perlu diperhatikan oleh
perawat maupun klien menjalani peawatan dirumah. Klien perlu dibekali dengan
pengetahuan tentang proses penyakit., cara perawatan lesi, prosedur pengobatan, maupun
pola hidupnya. Hal ini perlu dilakukan agar penyakit klien tidak menjadi kronis dan klien
dapat berobat secara tuntas sehingga tidak menulari angota keluarga atau orang lain.
Untuk mencegah gangguan kulit tindakan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :
a. Hindari penggunaan sabun, deterjen, atau bahan allergen yang dapat menimbulkan
iritasi.
b. Pertahankan kulit cukup hidrasi, gunakan krim pada daerah yang kering, dan jangan
terus-menerus menggunakan tatarias yang tebal.
c. Cegah menggaruk kulit yang keras dan kasar.
d. Keringkan daerah yang selalu lembab.
e. Pakai pakaian yang longgar dan dapat menyerap keringat pada hari-hari yang panas.
12
b. Mencegah bahan spesifik yang diketahui merusak kulit atau menimbulkan alergi
untuk orang tertentu (mis, bahan-bahan kosmetik). Gunakan krim tabir surya.
a. Amati kulit secara keseluruhan dan sering. Gunakan cermin untuk melihat seluruh
tubuh.
b. Catat dan konsultasikan perubahan warna, ukuran, dan keadaan cedera kulit yang
sudah ada.
a. Jangan gunakan resep lama pada cedera kulit baru atau lesi yang lain, serta jangan
gunakan obat yang tidak diketahui secara pasti kegunaannya.
b. Segera dapatkan nasihat medis atau kunjungi tempat pelayanan kesehatan bila terjadi
gangguan kulit (Long, 1996).
D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Biopsi kulit. Mengambil contoh jaringan dari kulit yang terdapat lesi. Apabila jaringan
yang diambil cukup dalam, kita perlu menggunakan anestesi local. Digunakan untuk
menentukan ada keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.
Uji kultur dan sensitivitas. Untuk mengetahui adanya virus, bakteri, atau jamur pada
kulit yang diduga mengalami kelainan. Uji ini juga digunakan untuk mengetahui
mikroorganisme tersebut resisten terhadap obat-obatan tertentu. Carapengambilan bahan
untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat yang terdapat pada permukaan lesi. Alat
yang digunakan untuk mengambil eksudat harus steril. Pemeriksaan dengan menggunakan
pencahayaan khusus.
13
Uji temple. Dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan faktor imunologis, juga untuk mengidentifikasi
respon alerginya. Misalnya, untuk membedakan apakah klien menderita dermatitis kontak
alergi atau dermatitis kontak iritan. Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada
kulit. Selanjutnya, kita lihat bagaimana reaksi local yang ditibulkan. Apabila ditemukan
kelainan atau ada perubahan pada kulit, hasil uji ini positif.
SISTEM INTEGUMEN
A. Pengkajian
Anamnesis
- Tanggal dan waktu pengkajian
- Biodata: nama, umur (penting mengetahui angka prevelensi), jenis kelamin,
pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait dengan factor
pekerjaan, [misalnya, dermatitis kontak alergi]).
- Riwayat kesehatan: meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit
dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan.
14
bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang, minum-minuman keras, olah raga
atau rekreasi, pola kebersihan diri klien).
- Riwayat psikososial: Stress yang berkepanjangan.
Pemeriksaan Kulit
- Perubahan menyeluruh Kaji ciri kulit secara keseluruhan. Informasi tentang
kesehatan umum klien dapat diperoleh dengan memeriksa turgor, tekstur, dan warna
kulit. Turgor kulit umumnya mencerminkan status dehidrasi. Pada klien yang
dehidrasi dan lansia, kulit terlihat kering. Pada klien lansia, turgor kulit
mencerminkan hilangnya elastisitas kulit dan keadaan kekurangan air ekstrasel.
Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji, karena tekstur kulit dapat
berubah-ubah di bawah pengaruh banyak variabel. Jenis tekstur kulit dapat meliputi
kasar, kering atau halus. Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak
variabel. Gangguan pada melanin dapat bersifat menyeluruh atau setempat yang
dapat menyebabkan kulit menjadi gelap atau lebih terang dari pada kulit yang
lainnya. Kondisi tanpa pigmentasi terjadi pada kasus albino. Ikterus adalah warna
kulit yang kekuningan yang disebabkan oleh endapan pigmen empedu didalam kulit,
sekunder akibat penyakit hati atau hemolisis sel darah merah. Sianosis adalah
perubahan warna kulit menjadi kebiruan; paling jelas terlihat pada ujung jari dan
bibir. Sianosis ini disebabkan oleh desiturasi hemoglobin. Pada teknik palpasi,
gunakan ujung jari untuk merasakan permukaan kulit dan kelembapannya. Tekan
ringan kulit dengan ujung jari untuk menentukan keadaan teksturnya. Secara normal,
tekstur kulit halus, lembut dan lentur pada anak dan orang dewasa. Kulit telapak
tangan dan kaki lebih tebal, sedangkan kulit pada penis paling tipis. Kaji turgor
dengan mencubit kulit pada punggung tangan atau lengan bawah lalu lepaskan.
Perhatikan seberapa mudah kulit kembali seperti semula. Normalnya, kulit segera
kembali ke posisi awal . pada area pitting tekan kuat area tersebut selama 5 detik dan
lepaskan. Catat kedalaman pitting dalam millimeter, edema +1 sebanding dengan
kedalaman 2 mm, edema +2 sebanding dengan kealaman 4mm.
-Perubahan setempat
15
satu bagian tubuh kebagian tubuh lainnya. Lesi yang timbul hanya pada daerah
tertentu menandakan bahwa penyakit tersebut berkaitan dengan keistimewaan
susunan kulit daerah tersebut. Pada daerah kulit yang lembab permukaan kulit
bergesekan dan mengalami maserasi dan mudah terinfeksi jamur superficial. Kondisi
ini banyak kita jumpai pada daerah aksila, lipat paha, lipat bokong, dan lipatan
dibawah kelenjar mamae. Pada daerah kulit yang kaya keratin, seperti siku, lutut,
dan kulit kepala, sering tejadi gangguan keratinisasi. Misalnya psoriasis, yaitu
kelainan kulit pada bagian epidermis yang berbentuk plak bersisik. Mengenai
susunan lesi, tanyakan bagaiman pola lesinya. Lesi kulit dengan distribusi sepanjang
dermatom menunjukan adanya penyakit herpes zoster. Disini, lesi vesikuler timbul
tepat pada daerah distribusi saraf yang terinfeksi. Linearitas merupakan lesi yang
terbentuk garis sepanjang sumbu panjang suatu anggota tubuh yang mungkin
mempunyai arti tertentu. Garukan pasien merupakan penyebab tersering lesi linear.
Erupsi karena poison iny, seperti dermatitis kontak, berbentuk linear karena iritannya
disebabkan oleh garukan yang bergerak naik-turun. Peradangan pembuluh darah
atau pembuluh limfe dapat menyebabkan lesi linear berwarna merah. Sedangkan
parasit scabies dapat membuat liang-liang pendek pada lapisan epidermis, terutama
pada kulit di antara jari-jari tangan, kaki, atau daerah lain yang memiliki lapisan
epidermis tipis dan lembap sehingga akan membentuk lesi linear yang khas berupa
garis kebiru-biruan. Lesi satelit adalah suatu lesi sentral yang sangat besar yang
dikelilingi oleh dua atau lebih lesi serupa tetapi lebih kecil yang menunjukan asal
lesi dan penyebarannya, seperti yang dijumpai pada melanoma malignum atau
infeksi jamur. Tapi lesi merupakan cirri penting yang berguna dalam menegakkan
diagnosis. Lesi berbatas tegas adalah lesi yang mempunyai batas yang jelas,
sedangkan lesi terbatas tidak tegas adalah lesi kulit yang menyatu tanpa batas tegas
dengan kulit yang normal.
- Ruam kulit
16
melaksanakan pengkajian serta membuat diagnosis penyakit kulit secara klinis.
Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk macula, papula, plak,
nodula, vesikula, bula, pustule, irtika, dan tumor. Ruam sekunder adalah kelainan
berbentuk skuama, krusta, erosion, ekskoriasio, ulkus, dan parut.
B. Diagnosa Keperawatan
4. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan penyakit yang tidak teratasi
dengan mudah.
5. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan kulit, atau
potensial keganasan.
8. Gangguan istirahat tidur yang berhubungan dengan rasa gatal atau nyeri pada
kulit.
9. Isolasi sosial yang berhubungan dengan penolakan dari oranglain karena
perubahan bentuk kulit.
C. Rencana Keperawatan
17
Tujuan yang harus dicapai pada klien dengan masalah kulit dapat ditentukan
berdasarkan tujuan jangka pendek atau jangka panjang. Tujuan keperawatan secara
umum adalah sebagai berikut.
Dalam pengobatan penyakit kulit cukup banyak digunakan obat-obat topical. Macam
dan jenis-jenis obat topical ini banyak sekali, diantaranya saleb dan bedak, minyak,
gel, krem, solusi, atau astringen. Perawat perlu mempelajari sifat dan jenis, obat-obat
topical ini karena dalam proses perawatan kulit, perawat banyak memegang peranan,
baik pada tahap promotif, preventif, kuratif, maupun pada tahap rehabilitative. Pada
penggunaan obat-obatan topical, jagan oleskan obat terlalu tebal karena dapat
menyebabkan iritasi bahan kimia dan akan menghambat proses penyembuhan. Di
samping itu, obat jadi banyak terbuang. Sediaan topical umumnya terdiri dari dua
bahan pokok, yaitu:
1. Bahan aktif, bahan ini umumnya berasal berbagai golongan obat, antara lain
golongan antibiotic, kortikostiroid, analgesi, dan lain-lain.
2. Bahan dasar, adalah suatu bahan yang berfungsi sebagai :
a. Pemberi bentuk, menentukan bentuk dari sediaan yang akan dibuat.
b. Distributor, membawa bahan aktif baik untuk diratakan atau
dipenetralisasikan ke dalam kulit.
c. Pengawet, mempertahankan khasiat bahan aktof yang lebih lama.
18
1. Salep ialah bahan aktif yang dicampur dengan bahan dasar vaselin atau lanonin.
Fungsi vaselin adalah sebagai bahan dasar pembentuk salepdan mendistribusikan
bahan aktif dipermkaan kulit dan memasukkannya kedalam kulit. Contohnya, salep
kemisitin, bahan aktifnya berasal dari dari golongan antibiotic, yaitu kloramfenikol
yang dicampur dengan bahan dasar vaselin.
2. Krim ialah bahan aktif yang dicampur dengan bahan dasar emulsi. Contohnya,
krim hidrokortison 2%, bahan aktifnya dari steroid yang dicampur dengan bahan
dasar emulsi (emulgade cream)
3. Bedak ialah bahan aktif yang dicampur dengan bahan dasar talcum atau talek.
Misalnya, talcum asidum borikum yang biasa dikenal dengan boortalek, bahan
aktifnya asidum borikum yang dicampur dengan bahan dasar dasar talcum. Talcum
asidum salisikum adalah bahan aktif asidum salisikum (asam salisilat) yang
dicampur dengan talk sehingga menjadi sediaan bedak yang lebih dikenal dengan
nama salisil. Talcum atau talk itu sendiri merupakan bedak dengan sifat kimia
netral/tidak aktif. Pada saat memberi bedak, keringkan dahulu lesi untuk
menghindari terjadinya kerak, dan jangan memberi bedak pada lesi yang basah dan
kotor.
4. Gel ialah bahan dasar yang banyak dipakai untuk dicampur dengan bebagai bahan
aktif atau hanya untuk pelicin. Gel ini mudah diabsorbsi dan cepat kering serta tidak
lengket. Harus digunakan secara hati-hati, karena ada beberapa gel yang
menggunakan bahan dasar alcohol sehingga jika diberikan pada area yang sensitive /
abrasi dapat menyebabkan rasa terbakar.
5. Solusio ialah satu sediaan topical dengan bahan dasar “air”. Jenis obat ini banyak
digunakan untuk kompres basah pada kulit atau mandi, tergantung pada luas dan
lokasi kelainan kulit. Dalam melakukan perawatn kulit, prinsip umum yang perlu
diperhatikan meliputi kondisi kulit, obat topical, dan cara pemberiannya. Disamping
itu, pengobatan topical harus dengan mempertimbangkan stadium, luas, kedalaman,
dan lokalisasi penyakit.
Stadium, pada stadium akut jenis lesi eritema, edema, papul, vesikel, erosi, atau
ekskoriaio, dapat digunakan obat cair (solusio) untuk kompres atau mandi,
bergantung pada luas dan lokasinya. Pemberian bahan aktif perlu dperhatikan, makin
19
akut penyakitnya makin ringan konsentrasi obat yang digunakan. Pada stadium
subakut ketika eritema dan edema sudah berkurang, erosi dan ekskoriasi sudah
menjadi krusta, dapat digunakan bahan dasar/vesikulum berbentuk krim atau pasta.
Pada stadium kronis biasanya kulit menebal (hyperkeratosis) sehingga perlu
dibentuk salep atau gel.
Luas atau distribusi. Luas permukaan tubuh yang terkena perlu pertimbangan dalam
pemilihan obat topical yang akan digunakan. Bila sangat luas, dapat digunakan
bedak, bedak kocok, mandi rendam, atau krim sesuai dengan stadiumnya.
Sedangkan pada lokasi yang terbatas penggunaan jenis obat lebih leluasa kecuali
pada daerah tertentu. Kedalaman lesi. Kedalaman lesi perlu menjadi bahan
pertimbangan untuk pemilihan bahan dasar obat topical. Untuk lesi yang dalam atau
tebal, misalnya dermatitis kronis atau psoriasis, bahan dasar yang sesuai adalah salep
karena penetrasinya dalam. Pada lesi yang inflamasinya dangkal, bahan dasar yang
sesuai adalah bedak atau bedak kocok.
Lokasi lesi. Lokasi lesi perlu diperhatikan, terutama di daerah wajah, skrotum, atau
bagian kulit yang tipis, bagian kulit yang tebal (palmo-plantar), atau daerah
berambut. Pada daerah yang kaya vaskularisasi, selain memperhatikan konsentrasi,
bahan aktif yang digunakan juga harus berbahan dasar krim. Sedangkan salep dapat
digunakan dengan peryimbangan tertentu. Demikian pula pada daerah berambut,
solusio atau krim lebih mudah diberikan dan dibersihkan. Untuk daerah yang
memeiliki kulit yang tebal sebaliknya digunakan salep agar obat dapat berpenetrasi
lebih baik.
A. HARPES ZOSTER
Radang kulit akut dengan sifat khas yaitu terdapat vesikel yang tersusun
berkelompok sepanjang persarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan
biasanya unilateral. Diperkirakan kurang lebih terdapat 1,3-5 penderita per 1000
orang/tahun. Lebih dari 2/3 penderita berusia >50 tahun dan <10% usia dibawah 20
tahun. Penyebab herpes zoster adalah virus varisela zoster,virus ini masuk kedalam
tubuh melalui lesi pada kulit, mukosa saluran napas atas, dan orofaring. Virus ini
berkembang biak serta menyebar keberbagai organ, terutama kekulit dan lapisan
20
mukosa, selanjutnya masuk keujung saraf sensoris, dan menuju ganglion saraf tepi
dan kornu posterior. Saat virus masuk pertama kali kedalam tubuh disebut infeksi
primer yang kemudian menimbulkan vesikel. Pertahanan tubuh dan kekebalan tubuh
yang menurun dapat menjadi faktor utama penyebab virus aktif. Faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya herpes zoster adalah (hal33)
2. Pemakaian kortikosteroid
3. Radio terapi
4. Obat-obat imunosupresif
5. Stres emosi
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
- Biodata
1. Keluhan utama
Alasan yang sering membawa klien penderita herpes datang berobat ke rumah sakit
atau berobat ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lain adalah nyeri pada
daerah terdapatnya vesikel berkelompok
Biasanya klien mengeluh sudah beberapa hari demam dan timbul rasa gatal/nyeri
pada dermatom yang terserang,klien juga mengeluh nyeri kepala dan badan terasa
lelah.Pada daerah yang terserang mula-mula timbul papula atau plakat berbentuk
urtika,setelah 1-2 hari timbul gerombolan vesikula.
Biasanya keluarga atau teman dekat ada yang menderita penyakit herpes zoster,atau
klien klien pernah kontak dengan penderita varisela atau herpes zoster.
4. Riwayat psikososial
21
Perlu dikaji bagaimana konsep diri klien terutama tentang gambaran/citra diri dan
harga diri.
5. Kebutuhan sehari-hari
Dengan adanya rasa nyeri,klien akan mengalami gangguan tidur/istirahat dan juga
aktivitas.Perlu juga dikaji tentang kebersihan diri klien dan cara perawatan
diri,apakah alat-alat mandi/pakaian bercampur dengan orang lain
6. Pemeriksaan fisik
Pada klien dengan herpes zoster jarang ditemukan gangguan kesadaran keculi jika
sudah terjadi komplikasi infeksi lain.Tingkatan nyeri yang dirasakan oleh klien
bersifat individual sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tingkat nyeri dengan skala
nyeri.Apabila nyeri terasa hebat tanda-tanda vital cenderung akan meningkat.pada
inspeksi kulit ditemukan adanya vesikel berkelompok sesuai dengan alur
dermatom.vesikel ini berisi cairan jernih yang kemudian menjadi keruh (berwarna
abu abu),dapat menjadi pustula dan krusta.Kadang ditemukan
vesikel berisi nanah dan darah yang disebut herpes zoster hemoragik.Apabila yang
terserang adalah ganglion kranialis,dapat ditemukan adanya kelainan
motorik.Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas,misalnya
kelainan pada wajah karena gangguan pada nerous trigeminus,nerous fasialis,dan
oligus.
7. Pemeriksaan laboratorium
Sitologi (64% zanck smear positif ) adanya sel raksasa yang multilokuler dan selsel
okantolitik.
8. Penatalaksanaan
22
membunuh virus yang ada pada cairan lepuhan.Sebaiknya diberikan dalam 24-27
jam setelah terbentuknya lepuhan. Akupuntur dan obat oles juga bisa membantu
pengobatan.
23
2. Menampakkan ketenangan,ekspresi muka relaks
Rencana tindakan:
B. HERPES SIMPLEKS
Herpes simpleks adalah penyakit yang mengenai kulit dan mukosa, bersifat
kronis dan residif, disebabkan oleh virus herpes simpleks/herpes virus hominis
(FK Unair,1993). Herpes simpleks disebabkan oleh virus DNA. Herpes simpleks
ada 2 tipe:
2. Herpes simpleks tipe II, menginfeksi daerah genital dan didahului oleh
hubungan seksual. Akan tetapi,sesuai dengan perkembangan pola hubungan
seksual, kasus ini dapat timbul tanpa harus melalui hubungan seksual.
24
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Biodata
Dapat terjadi pada remaja dan dewasa muda.jenis kelamin dapat terjadi pada
pria dan wanita.Pekerjaan berisiko tinggi pada penjaja seks komersil.
2. Keluhan utama
Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes
simpleks atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.
Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.
6. Kebutuhan psikososial
Klien dengan penyakit kulit,terutama yang lesinya berada pada bagian muka
atau yang dapat dilihat oleh orang,biasanya mengalami gangguan konsep
25
diri.Hal itu meliputi perubahan citra tubuh,ideal diri,harga diri,penampilan
peran,atau identitas diri.
7. Kebiasaan sehari-hari
8. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum klien bergantung pada luas lokasi timbulnya lesi,dan daya
tahan tubuh klien.Pada kondisi awal/saat proses peradangan dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital.Pada
pengkajian kulit ditemukan adanya vesikelvesikel berkelompok yang
nyeri,edema disekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi
sekunder.Perhatikan mukosa mulut,hidung,dan penglihatan klien.Pada
pemeriksaan genitalia pria,daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans
penis,batang penis,uretra,dan anus.pada wanita daerah yang perlu diperhatikan
adalah labia minora dan mayora,klitoris,intratus vaginal,dan serviks.Jika
timbul lesi catat jenis,bentuk,ukuran/luas,warna,dan keadaan lesi.Palpasi
kelenjar limfe regional,periksa adanya pembesaran.Pada beberapa kasus dapat
terjadi pembesaran kelenjar limfe regional.
9. Pemeriksaan laboratorium
26
Hasil yang diharapkan:
Rencana keperawatan :
10. Kaji kembali respon klien terhadap tindakan penurunan rasa sakit/nyeri.
Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang
sangat kompleks,tidak hanya dari segi medis (mis.penyakit atau kecacatan fisik ),
tetapi juga meluas sampai masalah sosial dan ekonomi. Di samping itu, ada stigma
negatife dari masyarakat yang mengatakan penyakit kusta adalah penyakit yang
menakutkan, bahkan ada beberapa masyarakat yang mengaggap penyakit ini adalah
27
penyakit kutukan. Ini karena dampak yang di timbulkan dari penyakit tersebut cukup
parah, yaitu adanya deformitas/kecacatan yang menyebabkan perubahan bentuk
tubuh.
b. Cara penularan
e. Sumber penularan
2. Penebalan pada saraf tepidi sertai kelainan fungsinya berupa mati rasa dan
kelemahan pada otot tangan ,kaki,dan mata.
Ridley dan jopling (1960), dalam buku ilmu penyakit kulit dan kelamin
,fakultas keddoteran UI memperkenalkan istilah determina spectrum pada penyakit
kusta yang terdiri atas berbagai tipe atau bentuk,yaitu;
TT: tuberkoloid polar ,merupakan bentuk yang stabil tidak mungkin berubah
Ti :tuberkoloid indefinite
28
BL: Borderline leproumatus
Li:Lepromatosa indifinit
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Biodata
2. Keluhan Utama
29
6. Riwayat psikososial
8. Pemeriksaan fisik :
a. Uji kulit
b. Uji keringat
c. Uji lepromin
9. Pemeriksaan penunjang
Rencana keperawatan:
1. Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab ansietas atau
hilang rasa serta akibat yang ditimbulkannya.
30
b. Jika merokok, gunakan pipa rokok dan jangan merokok sambil
tiduran.
c. Kaji suhu air mandi, jika mandi menggunakan air panas, dengan
termometer air mandi.
A. SCABIES
Skabies banyak diderita masyarakat dengan hiegenenyang buruk dan juga
lingkungan yang padat karena disebabkan oleh parasit sejenis kutu. Skabies adalah
penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scbiei yang menyebabkan iritasi
kulit. Parasit ini menggali parit-parit di dalam epidermis sehingga menimbulkan
gatal-gatal dan merusak kulit penderita (Soedarto 1992). Skabies adalah penyakit
kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh investasi kutu Sarcoptes scabiei var
homini yang membuat terowongan pada startum korneum kulit, terutama pada
tempat predileksi (Wahidayat, 1998). Skabies adalah penyakit kulit menular dengan
keluhan gatal-gatal terutama pada malam hari. Cara penularan (transmisi) penyakit
ini ada 2 macam, yaitu:
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dsb.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Biodata
2. Keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan gatal dan ada lesi
dikulit.
31
3. Riwayat penyakit sekarang. Biasanya klien mengeluh gatal terutama pada
malam hari dan timbul lesi berbentuk pustule pada sela-sela jari tangan,
telapak tangan, ketiak, aerola mammae, bokong, atau peru bagian bawah.
4. Riwayat penyakit terdahulu. Tidak ada penyakit lain yang dapat
menimbulkan skabies kecuali kontak langsung atau tidak langsung dengan
penderita.
5. Riwayat penyakit keluarga. Pada penyakit skabies, biasanya ditemukan
anggota keluarga lain, tetangga atau juga teman yang menderita, atau
mempunyai keluhan dan gejala yang sama.
6. Psikososial. Penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas
dengan adanya lesi yang berbentuk pastula.
7. Pola kehidupan sehari-hari. Pada saat anamnesis, perlu ditanyakan secara
jelas tentang pola kebersihan diri klien maupun keluarga.
8. Pemeriksaan fisik. pada saaat inspeksi ditemukan lesi yang khas berbentuk,
papula, pustule, vesikel, urtikaria, dll.
9. Pemeriksaan laboratarium. Sarcoptes scabiei ditemukan dengan membuka
terowongan postula atau vesikula dengan pisau insisi atauujung jarum sambil
mengorek dasarnya. Hasil kerokan diletakkan di kaca sediaan, kemudian diberi
beberapa tetes gliserin dan ditutup dengan gelas pentup, selanjutnya dilihat di
bawah mikroskop. Hasil dianggap positif bila dianggap positif bila didapatkan
sarcoptes scabiei atau telurnya.
10. Terapi. Kolaborasikan dengan tim medis, biasanya jenis obat topical
a. Sulfur presipitatum
b. Emulsi benzyl-benzous
c. Gama benzene heksa klorida
d. Krotamiton 10%
e. Permetrin 5%
f. Antibiotil jika ditemukan adanya infeksi sekunder.
Dx 1: gangguan pola tidur b/d pruritus/ gatal Intervensi :
a. Identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang
keberhasilan tidur
b. Beri penjelasan pada kx dan keluarga penyebab gangguan pola tidur.
c. Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan
32
d. Atur prosedur tindakan medis atau keperawatan untuk member sedikit
mungkin gangguan selama periode tidur.
e. Hindari prosedur yang tidak penting selama waktu tidur.
f. Anjurkan kx mandi air hangat sebelum tidur dan mengoleskan obat
salep.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian :
a. Biodata
33
dewasa, jenis kelamin insidens pada pria lebih banyak daripada wanita, suku
bangsa, lebih banyak diderita orang kulit putih daripada kulit berwarna.
Disamping itu, perlu juga dikaji tentang hubungan sosial klien karena penyakit
ini dapat menggangg interaksi sosial.
34
menimbulkan trauma (fenomena koebner)) dan dapat merangsang
pertumbuhan kulit lebih cepat. Jika lesi psoriasis mengenai telapak
tangan/tumit kaki dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Kebersihan
lingkungan klien, terutama tempat tidur, perlu dikaji karena skuama lesi sering
di jumpai di tempat tidur terutama saat klien bangun tidur pagi.
Rencana keperawatan:
Bina hubungan saling percaya antara perawat dank lien.
Dorong klien untuk menyatakan perasaannya, terutama cara ia merasakan
sesuatu, berpikir, atau memandang dirinya sendiri.
Dorong klien untuk mengajukan pertanyaan mengenai masalah kesehatan,
pengobatan, dan kemajuan pengobatan dan kemungkinan hasilnya.
35
Beri informasi yang dapat dipercaya dan meguatkan informasi yang
telah diberikan.
Jernihkan kesalahan persepsi individu tentang dirinya, mengenai
perawatan dirinya.
Hindari kata-kata yang mengecam dan memojokan klien.
Lindungi privasi (hak-hak pribadi) dan jamin lingkungan yang kondusif.
Kaji kembali tanda dan gejala gangguan harga diri, gangguan citra tubuh,
dan perubahan penampilan peran.
Beri penjelasan dan penyuluhan tentang konsep diri yang positif.
Respon Sistemik
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama
awal periode syok luka-bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ
yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
hiperdinamik serta hipermetabolik. Pasien yang luka bakarnya tidak melampaui
20% dari luas total permukaan tubuh akan memperlihatkan respons yang terutama
bersifat local. Insidensi, intensitas dan durasi perubahan patofisiologik pada luka
bakar sebanding dengan luasnya luka bakar dengan respon maksimal terlihat pada
luka bakar yang mengenai 60% atau lebih dari luas permukaan tubuh. Kejadian luka
bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas
kapiler dan kemudian terjadinya
36
perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruang
interstisial. Ketidak stabilan hemodinamika bukan hanya melibatkan mekanisme
kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta elektrolit, volume darah,
mekanisme pulmoner dan berbagai mekanisme lainnya.
Respon Kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya
volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan
darah. Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respons, system
saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer
(Vasokonstriksi) dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokonstriksi pembuluh
darah perifer menurunkan curah jantung.
Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya
tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik.
Meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan yang adekuat, tekanan pengisian
jantung-tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonalis dan tekanan baji arteri
pulmonalis-tetap rendah selama periode syok luka bakar. Jika resusitasi cairan tidak
adekuat, akan terjadi syok distributif.
Efek pada Cairan, Elektrolit, dan Volume Darah
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi
syok luka-bakar. Di samping itu, kehilangan cairan akibat evaporasi lewat luka
bakar dapat mencapai 3 hingga 5L atau lebih selama periode 24 jam sebelum
permukaan kulit yang terbakar ditutup.
Selama syok luka-bakar, respons kadar natrium serum terhadap resusitasi
cairan bervariasi. Biasanya hiponatremia (deplesi natrium) terjadi. Hiponatremia
juga sering dijumpai dalam minggu pertama fase akut karena air akan pindah dari
ruang interstisial ke dalam ruang vakuler. Segera setelah terjadi luka bakar,
hiperkalemia (kadar kalium yang tinggi) akan dijumpai sebagai akibat dari destruksi
sel yang massif. Hipokalemia (deplesi kalium) dapat terjadi kemudian dengan
berpindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
Pada saat luka bakar, sebagian sel darah merah dihancurkan dan sebagian
lainnya mengalami kerusakan sehingga terjadi anemia. Kendati terjadi keadaan ini,
37
nilai hematokrit pasien dapat meninggi akibat kehilangan plasma. Kehilangan darah
selama prosedur pembedahan, perawatan luka dan pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosis serta tindakan hemodialisis lebih lanjut turut menyebabkan anemia.
Transfusi darah diperlukan secara periodik untuk mempertahankan kadar
hemoglobin yang memadai yang diperlukan guna membawa oksigen. Abnormalitas
koagulasi, yang mencakup penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) dan masa
pembekuan serta waktu protrombin yang memanjang juga ditemukan pada luka
Respon Pulmoner
Sepertiga dari pasien-pasien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner
yang berhubungan dengan luka bakar. Meskipun tidak terjadi cedera pulmoner,
hipoksia (starvasi oksigen) dapat dijumpai. Pada luka bakar yang berat, konsumsi
oksigen oleh jaringan tubuh pasien akan meningkatkan dua kali lipat sebagai akibat
dari keadaan hipermetabolisme dan respon local (White, 1993). Cidera Inhalasi
merupakan penyebab utama kematian pada korban-korban kebakaran. Diperkirakan
separuh dari kematian ini seharusnya bisa dicegah dengan alat pendeteksi asap.
Cedera pulmoner diklasifikasikan menjadi beberapa kategori:
1. Cedera saluran napas atas;
2. Cedera inhalasi di bawah glottis;
3. Keracunan karbon monoksida;
4. Defek restriktif.
Lebih dari sepuluh korban luka bakar yang menderita gangguan paru pada mulanya
tidak memperlihatkan gejala dan tanda-tanda pulmoner. Penurunan kelenturan paru,
penurunan kadar oksigen serum dan asidosis respiratorik dapat terjadi secara
berangsur-angsur dalam 5 hari pertama setelah luka bakar. Indikator kemungkinan
terjadinya kerusakan paru mencakup hal-hal berikut ini:
Riwayat yang menunjukkan bahwa luka bakar terjadi dalam suatu daerah
yang tertutup,
Luka bakar pada wajah atau leher,
Rambut hidung yang gosong,
Suara yang menjadi parau, perubahan suara, batuk yang kering, stridor,
sputum yang penuh jelaga,
38
Sputum yang berdarah,
Pernapasan yang berat atau takipnea (pernapasan yang cepat) dan tandatanda
penurunan kadar oksigen (hipoksemia) yang lain,
Eritema dan pembentukan lepuh pada mukosa oral atau faring.
Respons Sistemik
Lainnya Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat ari berkurangnya volume
darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cedera akan menghasilkan
hemoglobin bebas dalam urin. Jika terjadi kerusakan otot (misalnya, akibat luka
bakar listrik), mioglobin akan dilepaskan dari sel-sel otot dan diekskresikan oleh
ginjal.
Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Semua tingkat
respon imun akan dipengaruhi secara merugikan. Kehilangan integritas kulit
diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan
kadar immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, dan
penurunan jumlah limfosit (limfositopenia). Imunosupresi membuat pasien luka
bakar beresiko tinggi untuk mengalami sepsis. Hilangnya kulit juga menyebabkan
ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhunya. Karena itu pasien-pasien luka
bakar dapat memperlihatkan suhu tubuh yang rendah dalam beberapa jam pertama
pasca-luka bakar, tetapi kemudian setelah keadaan hipermetabolisme menyetel
kembali suhu inti tubuh, pasien luka bakar akan mengalami hipertermia selama
sebagian besar periode pasca-luka bakar kendati tidak terdapat infeksi.
Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu: ileus paralitik (tidak
adanya peristalsis usus) dan ulkus Curling. Berkurangnya peristalsis dan bising usus
merupakan manifestasi ileus paralitik yang terjadi akibat luka bakar. Distensi
lambung dan mausea dapat mengakibatkan vomitus kecuali jika segera dilakukan
tindakan dekompresi lambung (dengan pemasangan sonde lambung).
39
Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah dan kering seperti luka
bakar matahari, atau mengalami lepuh/bullae.
Luka bakar derajat dua (deep partial-thickness) Meliputi destruksi
epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada bagian dermis
yang lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah dan
mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti
oleh pengisian kembali kapiler; folikel rambut masih utuh.
Luka bakar derajat tiga (full-thickness) Meliputi destruksi total
epidermis serta dermis, dan pada sebagian kasus, jaringan yang berada
di bawahnya. Warna luka bakar sangat bervariasi mulai dari warna
putih hingga merah, cokelat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak
terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar
tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar
keringat turut hancur.
40
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada
pasien
III. Persiapan lingkungan
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
IV. Pelaksanaan :
1. Cuci tangan.
2. Pakai sarung tangan.
3. Menanyakan Riwayat kesehatan pasien
a. Keluhan/riwayat kesehatan yang
dirasakan atau dialami (gatal,benjolan).
b. Riwayat Alergi (obat, makanan dan
kosmetik)
c. Riwayat kesehatan berdasarkan tingkat
perkembangan, anak-anak, lansia dan
wanita hamil.
d. Aktifitas sehari-hari seperti kebersihan
diri, lingkungan, gaya hidup dan hal
lain yang menimbulkan penyakit atau
masalah pada sistem integument.
Inspeksi dan Palpasi
4. Inspeksi kulit untuk mengetahui warna
kulit, jaringan parut, lesi dan kondisi
vaskularisasi
5. Palpasi untuk mengetahui suhu kulit
(bandingkan dengan suhu kesua kaki dan
tangan dengan menggunakan punggung
tangan), tekstur, edema atau adanya lesi.
6. Palpasi (tarik/cubit lembut untuk
mengetahui turgor kulit) normalnya
kembali cepat
7. Jika terdapat edema tentukan derajat
pitting edema. Derajat edema ditentukan
untuk menentukan cairan yang akan
diberikan. Ada beberapa penilaian.
Pertama dikatakan pitting edema minimal
terjadi pada kesua punggung kaki Dengan
rejat edema yaitu (+) pada kedua
punggung kaki, (++) pada Tungkai dan
lengan bawah, (++++) pada Seluruh
tubuh termasuk dada dan perut. Penilaian
yang kedua adalah sebagai berikut :
a. Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm
dengan waktu kembali 3 detik
b. Derajat II : kedalamannya 3-5 mm
dengan waktu kembali 5 detik
41
c. Derajat III : kedalamannya 5-7 mm
dengan waktu kembali 7 detik
d. Derajat IV : kedalamannya 7 mm
dengan waktu kembali 7 detik
8. Inspeksi kuku jari untuk menentukan
lengkungan dan sudut kuku (Abnormal
bila sudut > 60°), catat warna, bentuk
dan setiap ketidak normalan
9. Palpasi untuk pemeriksaan CRT (< 3
detik)
10. Inspeksi pola penyebaran rambut
(normalnya penyebaran rambut merata,
tidak ada lesi dan pitak)
11. Inspeksi warna rambut, perhatikan
keseuaian antara warna dan usia. Serta
inspeksi adanya warna rambut coklat
kemerahan yang mungkin terjadi pada
malnutrisi
12. Lakukan palpasi area rambut dan kepala
dengan sirkuler. Perhatikan ada atau
tidaknya masa serta nyeri tekan.
13. Perhatikan konsistensi rambut : halus atau
kasar, pecah-pecah atau mudah rontok
saat dipegang
Total Nilai
Unit Terkait
42
VARIASI WARNA KULIT
43
Jenis Lesi Sekunder Keterangan
Ulkus Luka yang menembus epidermis sampai korium
Atrofia Menipisnya kulit karena berkurangnya satu atau lebih lapisan kulit
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa gangguan integument adalah terputusnya kontinuitas
suatu jaringan karena adanya cedera atau pembedahan karena rusaknya kesatuan atau
komponen jaringan dimana secara spesifik terdapat subtansi jaringan yang rusak atau hilang.
Integument sendiri mempunyai system dimana system inilah yang membedakan,
memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya.
Integument juga mempunyai beberapa komponen seperti kulit, rambut, kuku, dan kelenjar
kulit. Integument / luka bisa timbul akibat adanya infeksi virus, bakteri (kusta), parasite,
kegagalan keratinasi (psoriasis), dan adanya luka bakar.
3.2 Saran
1. Bagi Pembaca
Diharapkan penulis makalah ini memberi masukan dan dapat diaplikasikan di
kehidupan dan membaca serta dapat memahami.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penulis makalah ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan
pembuatan makalah selanjutnya.
44
Daftar Rujukan
https://www.academia.edu/34827984/Sistem_Integumen
https://www.academia.edu/6424987/MAKALAH_SISTEM_INTEGUMEN
45