Anda di halaman 1dari 48

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN

INTEGUMEN (LUKA)

Makalah

Gangguan Integumen (Luka)


Untuk memenuhi tugas matakuliah Keperawatan Dasar II
Yang dibina oleh Ibu Lingling Marlinda P.,S.Kep.Ns M.Kep

Disusun Oleh :

1. Sonia Nabila (P17220194050)


2. Nabilatur Rosidah (P17220194057)
3. Indriani (P17220194058)
4. Alda Chumaidah (P17220194067)
5. Ageng patuh pranata (P17220194068)
6. Novita maulia puspasari (P17220194078)

Politeknik Kesehatan Kemenkes Malang


Jurusan Keperawatan
D-III Keperawatan Malang
Februari 2020
KATA PENGANTAR

Segala Puji syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga bisa menyelesaikan makalah
“Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Integumen (Luka)”, dengan
tepat pada waktunya. Banyak rintangan dan hambatan yang dihadapi dalam
penyusunan makalah ini. Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman
yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini
bisa disusun dengan baik dan rapi.

Dengan adanya makalah ini di harapkan dapat membantu dalam proses


pembelajaran dan dapat menambah pengetahuan para pembaca. Penulis juga tidak
lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan, dorongan dan doa.Tidak lupa pula mengharap kritik dan
saran untuk memperbaiki makalah ini, di karenakan banyak kekurangan dalam
mengerjakan makalah ini.

Lawang, Februari 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................i
DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan....................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Konsep Integumen (Luka)....................................................................3
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan...............................................................10
2.3 Keterampilan Keperawatan..................................................................40

BAB III PENUTUP


3.1 KESIMPULAN...................................................................................44
3.2 SARAN...............................................................................................44

DAFTAR RUJUKAN.......................................................................................45

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka adalah terputusnya kontinuitas suatu jaringan karena adanya cedera atau
pembedahan (Agustina, 2009). Luka adalah rusaknya kesatuan atau komponen jaringan
dimana secara spesifik terdapat subtansi jaringan yang rusak atau hilang ( Widhiastuti, 2008).
Berdasarkan sifat kejadian, luka dibagi menjadi dua yaitu luka disengaja dan luka tidak
disengaja. Luka disengaja misalnya luka terkena radiasi atau bedah, sedangkan luka tidak
disengaja contohnya adalah luka terkena trauma. Luka yang tidak disengaja (trauma) juga
dapat dibagi menjadi luka tertutup dan luka terbuka. Disebut luka tertutup jika tidak ada
robekan, sedangkan luka terbuka jika terjadi robekan dan keliatan seperti luka abrasio (luka
akibat gesekan), luka puncture (luka akibat tusukan), dan hautration (luka akibat alat
perawatan luka) (Hidayat, 2006).

Berdasarkan pembagian luka operasi, tindakan bedah laparatomi merupakan jenis


luka operasi bersih terkontaminasi, yaitu jenis operasi yang membutuhkan proses
penyembuhan yang lebih lama (Hidayat, 2006). Proses penyembuhan luka adalah salah satu
hal terpenting dalam pelaksanaan pasien pasca pembedahan yakni meyatukan kedua tepi luka
berdekatan dan saling berhadapan, jaringan yang dihasilkan sangat sedikit biasanya dalam
waktu 10 sampai 14 hari, repitalisasi secara normal sudah sempurna dan biasanya hanya
menyisahkan jaringan paruh tipis yang dengan cepat memudar dengan warna merah muda
menjadi putih (Morison, 2004).

Penyembuhan luka adalah suatu proses yang terjadi secara normal. Artinya, tubuh
yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya.
Peningkatkan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan
perkembangan awal proses penyembuhan. Meskipun demikian, terdapat beberapa perawatan
yang dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan luka. Seperti melindungi area
yang luka terbebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan untuk membantu meningkatkan
penyembuhan jaringan (Maryunani, 2013)

1
Morizon (2004) juga menjabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi penyembuhan
luka yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik terdiri dari faktor yang
merugikan pada tempat luka ( kurangnya suplai darah dan pengaruh hipoksia, berlebihan,
benda asing, hematoma, dan trauma berulang), faktor-faktor patofisiologi umum (status
nutrisi, gangguan kardiovaskuler, anemia, penurunan daya tahan terhadap infeksi, gangguan
metabolik dan endokrin), dan faktor usia. Sementara itu faktor ekstrinsik terdiri dari
penatalaksanaan luka (perawatan luka) yang tidak tepat (pengkajian luka yang tidak akurat,
penggunaan agens topikal dan produk balutan luka primer yang tidak sesuai, teknik
penggantian balutan yang ceroboh (cuci tangan, pemakaian sarung tangan, penggunaan
masker, teknik ganti balutan, dan peralatan steril), sikap negatif staf terhadap pengobatan dan
penyembuhan), efek merugikan dari terapi lain (kemoterapikanker, dosis steroid tinggi yang
berkepanjangan, dan terapi radiasi), serta faktor lain yang mempengaruhi penyembuhan luka
yaitu mobilisasi, pekerjaan atau aktivitas dan keadaan sosial yang buruk.

Perawatan luka yang tepat dapat mencegah terjadinya infeksi silang dan dapat
mempercepat proses penyembuhan luka, dengan demikian hari rawat akan lebih pendek.
Dalam perawatan luka, frekuensi perawatan luka perlu diperhatikan untuk meminimalkan
kejadian infeksi, kasa penutup luka harus diganti lebih awal jika basah, karena kasa basah
meningkatkan kemungkinan kontaminasi bakteri pada luka operasi (Sjamsuhidajat dan Jong,
2011).

Faktor lain yang berpengaruh terhadap penyembuhan luka adalah kadar hemoglobin.
Hemoglobin adalah protein pertama pengikat oksigen dalam tubuh yang merupakan
parameter untuk menetapkan prevalensi anemia. Nilai normal yang paling sering dinyatakan
adalah 14-18gr% untuk pria dan 12-16gr% untuk wanita (Marks, 2000).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana konsep gangguan integumen (luka)?
2. Apa saja konsep asuhan keperawatan?
3. Bagaimana keterampilan keperawatan dalam gangguan integumen?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui dan memahami konsep gangguan integumen (luka)
2. Mengetahui dan memahami konsep asuhan keperawatan
3. Dapat mengetahui keterampilan keperawatan dalam integumen (luka)

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Pengertian Integumen (Luka)

Integument berasal dari bahasa Latin "integumentum" yang berarti "penutup". Sistem
integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan
menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan
bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit beserta derivat-derivatnya yang
terspesialisasi seperti rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat
atau lendir).

2.1.1 Fungsi Sistem Integumen

Adapun fungsi dari sistem integumen adalah sebagai berikut :

1. Melindungi, kulit melindungi tubuh dari ancaman mikroorganisme, kehilangan cairan,


dan dari zat-zat kimia penyebab iritasi maupun mekanik. Kulit juga mengandung
pigmen melanin yang mampu melindungi dari radiasi sinar ultraviolet.
2. Mengatur suhu tubuh, pembuluh darah serta kelenjar keringat pada kulit  berfungsi
untuk mempertahankan serta mengatur suhu tubuh.
3. Pengekskresi zat berlemak, air, serta ion-ion Na+.
4. Metabolisme, proses sintesis vitamin D yang penting untuk tulang dilakukan di kulit
dengan bantuan sinar matahari.
5. Komunikasi, kulit menerima stimulus dari lingkungan dengan reseptor khusus yang
dapat mendeteksi suhu, sentuhan, tekanan, dan nyeri. Kulit juga merupakan media
ekspresi wajah dan refleks vaskuler yang penting dalam komunikasi.

2.1.2 Komponen Integumen

Integumen terdiri dari beberapa komponen, yaitu :


 
1. Kulit, merupakan organ terbesar tubuh. Pada laki-laki dengan berat badan 75 kg, kulit
dapat memiliki berat lebih kurang 4,5 kg yang menutupi area seluas 1,67 m2.

3
2. Rambut, adalah spesialisasi kulit yang hanya terdapat pada kelas mamalia.
3. Kuku, yakni salah satu bentuk derivatif kulit yang ditemukan hanya  pada ordo
primata.
4. Kelenjar kulit, meliputi kelenjar keringat dan kelenjar lemak atau kelenjar sebaceous.

Kulit

Kulit adalah lapisan terluar pada tubuh manusia. Pada vertebrata struktur kulit dibagi
menjadi 2 bagian, bagian terluar disebut epidermis, dan bagian dalam dermis.

a) Epidermis merupakan lapisan luar yang selalu terdiri dari jaringan epitel berlapis
banyak dan berasal dari derivat ectoderm.  
b) Dermis atau torium. Di dalam dermis terdapat kelenjar keringat, kelenjar minyak,
pembuluh darah, ujung-ujung saraf dan kantung rambut.

Kulit dibagi kedalam dua kategori :

 Kulit tebal

Dapat dijumpai pada telapak tangan dan telapak kaki. Menurut seorang bangsa scot : Henry
Faudlus (1880), kulit dari telapak tangan mempunyai alur yang selalu konstan polanya yang
digunakan dalam dactiloscopy atau ilmu merajah tangan (astrologi).dilihat dari penampang
meintangnya tampak tidak merata karena adanya papilla dermis yang menonjol ke epidermis.
Terbentuknya kulit tebal antara lain :

o Mula-mula terjadi pembelahan mitos pada stratum germinativum


o Dilanjutkan denga pedorongan sel-sel hasil pembelahan mitosis ini keluar
o Sel-sel yang terdorong keluar ini akan mengalami proses penandukan (kornivikasi)
o Kemudian sel-sel yang telah mengalami penandukan akan terlepaskan

Lapisan epidermis kulit tebal :

a) Stratum germinativum, lapisan ini terdiri 2 lapisan, yaitu lapisan basal dan stratum
spnosium
b) Stratum granulosum
c) Stratum lusidum
d) Stratum corneum

4
Lapisan dermis kulit tebal :

a) Stratum papilare, lapisan ini membentuk penjorokan-penjorokan ke epidermis yang


disebut papilla dermis.
b) Stratum retikulare, sifatnya lebih padat daripada stratum papillare, elemen seluler
lebih sedikit di bandingkan lapisan di atasnnya.

 Kulit tipis

Kulit tipis meliput semua permukaan kulit kecuali pada telapak tangan dan kaki, kulit yang
paling tipis terdapat pada kelopak mata ± 0,5 mm, sedangkan yang tertebal di bagian
punggung yaitu ± 5 mm. Pada kulit tipis dapat di jumpai : kelenjar keringat, kelenjar keringat,
kelenjar lemak atau minyak yang berhubungan dan tidak berhubungan dengan akar rambut.

Struktur yang membangun epidermis tipis, terdiri dari :

o Stratum germinativum
o Stratum spinosum, tipis saja
o Stratum granulosum, yang tidak kontinyu
o Stratum korneum juga tipis, stratum lusidum tidak ada

Fungsi-Fungsi Kulit
1. Sebagai alat pengeluaran berupa kelenjar keringat.
2. Sebagai alat peraba.
3. Sebagai pelindung organ dibawahnya.
4. Tempat dibuatnya Vit D dengan bantuan sinar matahari.
5. Pengatur suhu tubuh
6. Tempat menimbun lemak.
Pigmentasi kulit
Di dalam kulit terdapat butir-butir melanin, terutama pada stratum germinativum pada bagian
epidermis. Fungsi dari melanin adalah melindungi tubuh dari bahaya sinar ultra violet. Cara
terjadinya pembentukan melanin , adalah sebagai berikut :
1. Sel-sel yang berperan dalam menghasilkan butir-butir pigmen disebut melanobast,

5
2. Di dalam sitopasma sel terdapat enzim depaoksidase, darah membawa asam amino
tyrosin.
3. Tyrosin oleh enzim depaoksidase denga bantuan sinar ultra volet diubah menjadi
melanin.

Rambut
Rambut adalah organ seperti benang yang tumbuh di kulit hewan, terutama mamalia.
Rambut muncul dari epidermis (kulit luar), walaupun berasal dari folikel rambut yang berada
jauh di  bawah dermis. Struktur mirip rambut, yang disebut trikoma, juga ditemukan pada
tumbuhan. Fungsi rambut:

a) Isolator, pengatur suhu tubuh.


b) Organ indera misalnya pada vibrissae atau rambut sinus.

Dalam fase pertumbuhan rambut terbagi menjadi 3 tahap,yaitu:

a) Fase Anagen : dapat disebut juga fase pertumbuhan rambut. Masa pertumbuhan ini
lamanya 2-6tahun.
b) Fase Katagen: merupakan fase peralihan dari fase berhentinya pertumbuhan rambut
menuju fase istirahat folikel. Dalam fase ini tidak terjadi pertumbuhan rambut. Masa
peralihan ini  berlangsung selama 2-3 minggu.
c) Fase Telogen : Merupakan masa istirahat folikel rambut. Setelah beberapa minggu,
folikel lambat laun akan terdorong keluar dan terjadilah proses kerontokan rambut.

Rambut berasal dari folikel rambut yang sudah terbentuk sebelum lahir. Rambut
terdiri akar yakni bagian yang tertanam dalam folikel, batang rambut yang berada di atas
permukaan kulit. Akar dan batang rambut disusun atas:
a) Kutikula, lapisan terluar yang tersusun sel mati yang bersisik.
b) Korteks, merupakan lapisan yang terkeratinisasi, membentuk bagian utama batang
rambut. Pada bagian ini terdapat pigmen yang menetukan warna rambut.
c) Sebuah medula, terdiri dari dua sampai tiga lapis sel. Rambut di kulit kepala tumbuh
dalam masa 2 sampai 6 tahun dan memasuki fase selama 3 bulan sebelum rontok.
Rambut tubuh tumbuh sepanjang 0,05 inci/minggu. Sedangkan rambut kepala butuh
waktu 7 minggu untuk tumbuh 1 inci.
Kuku

6
Kuku adalah bagian tubuh binatang yang terdapat atau tumbuh di ujung jari. Kuku
tumbuh dari sel mirip gel lembut yang mati, mengeras, dan kemudian terbentuk saat mulai
tumbuh dari ujung jari. Pertumbuhan kuku 1 minggu ± 0,5 mm, kuku jari tangan tumbuh
lebih cepat dibandingkakn kuku jari kaki. Pertumbuhan kuku juga dipengaruhi oleh panas
tubuh.  

Nutrisi yang baik sangat penting bagi pertumbuhan kuku. Sebaliknya, kalau
kekurangan gizi atau menderita anoreksia nervosa, pertumbuhan kuku sangat lamban dan
rapuh. . Fungsi utama kuku adalah melindungi ujung jari yang lembut dan penuh urat saraf,
serta mempertinggi daya sentuh. Secara kimia, kuku sama dengan rambut yang antara lain
terbentuk dari keratin protein yang kaya akan sulfur.

Pada kulit di bawah kuku terdapat banyak pembuluh kapiler yang memiliki suplai
darah kuat sehingga menimbulkan warna kemerah-merahan. Seperti tulang dan gigi, kuku
merupakan  bagian terkeras dari tubuh karena kandungan airnya sangat sedikit.

Bagian-bagian kuku antara lain: akar kuku, badan kuku, kutikel, hiponikium, dan lunula.
Badan kuku tumbuh dari akar kuku yang tertanam di dalam kulit. Kutikel adalah lipatan
epidermis berlekuk yang menutup akar kuku. Hiponikium adalah stratum korneum tebal di
bawah ujung lepas kuku. Sedangkan lunula adalah area  berwarna putih berbentuk
melengkung dekat kutikel.

Kelenjar Kulit

Kelenjar adalah alat tubuh yang menghasilkan getah atau sekret tertentu.

1. Kelenjar keringat (Sudorifera)

Kelenjar keringat berupa saluran melingkar dan bermuara pada kulit ari dan berbentuk
pori- pori halus. Produksi keringat dimulai dari kapiler darah, kelenjar keringat menyerap air
dengan larutan NaCl dan sedikit urea. Air beserta larutannya di keluarkan melalui pori-pori
kulit, yaitu tempat air dikeluarkan dan merupakan penyerapan panas tubuh. Kegiatan kelenjar
keringat di bawah pengaruh pesat pengatur suhu badan sistem saraf pusat, kecuali
pengeluaran keringat yang tidak rutin. Sekresi kelenjar keringat disebut keringat atau sudor.
Secara histologis kelenjar keringat termasuk tipe tubuler bergelung dan mirokrin.

7
Terbagi atas dua jenis berdasarkan strukturnya:
 
a) Kelenjar keringat ekrin, kelenjar ini tersebar luas di seluruh tubuh. Tidak
berhubungan dengan folikel rambut. Sekresi kelenjar ini  berguna mempertahankan
suhu tubuh.
b) Kelenjar keringat apokrin, kelenjar ini penyebarannya terbatas. Ditemukan di aksila,
areola payudara, dan regia anogenital. Kelenjar apokrin di ketiak dan anogenital pada
masa pubertas menghasilkan sekresi sebagai respon stres atau gembira. Biasanya
tidak berbau, namun akan berbau saat bereaksi dengan bakteri. Kelenjar apokrin
seruminosa, tertelatak di telinga sebagai getah telinga dan kelenjar siliaris Moll yang
terletak pada mata. Sementara kelenjar mamae adalah kelenjar apokrin yang
termodifikasi menghasilkan susu.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengeluaran keringat, antara lain :

a) Pancaran terik matahari


b) Pada waktu berolah raga
c) Rangsangan saraf yang kuat, dan lain sebagainya.

Fungsi kelenjar keringat selain sebagai alat sekeresi juga berperan sebagai alat  pengatur suhu
(thermoregulasi)

2. Kelenjar lemak atau kelenjar sebaceous

Kelenjar keringat menghasilkan minyak unuk mencegah kekeringan. Pada kelenjar lemak
terdapat butir sekresi yang disebut sebolina. Secara histologi tergolong dalam tipe
alveolar/achiner bergelung dan holokrin,serta mempunyai fungsi sebagai proteksi. Kelenjar
sebolina tidak terdapat pada mamalia yang tidak berambut . kelenjar-kelenjar yang tidak
umum pada mamalia:

 Kelenjar bau ( scanet gland ), terdapat pada cucurut, biasanya terdapat pada ssekitar
anus/ perineal, peranan biologisnya mempunya hubungan dengan kehidupan kelamin
 Kelenjar meibom, terdapat pada kelopak mata
 Kelenjar lakrimal, juga pada kelopak mata

8
2.1.3 Penyakit Pada Kulit

1. Ecezema
Merupakan inflamasi superficial, tidak menular, kronis, ditandai erytema, melepuh,
kerak, rasa gatal. Merupakan jenis eksem berupa peradangan kulit di sekitar lekukan
kulit, menyebabkan rasa gatal yang disebabkan alergi.
2. Urticaria
Merupakan inflamasi akibat reaksi kulit terhadap suatu allergen, yang disebabkan
makanan, obat, logam dan vaksin. Reaksi yang ditimbulkan meningkatkan
permeabilitas sel, menimbuklkan edema, gatal, dan iritasi.
3. Jerawat
Merupakan inflamatoris pada kelenjar minyak yang aktif. Kelenjar sebasea
meningkatkan produksi sebum, yang bereaksi dengan mikroorganisme mengahsilkan
jerawat.
4. Dermatitis
Peradangan kulit kepala, wajah, atau bagian lain yang disebabkan level hormon,
nutrisi, infeksi, dan stres.
5. Psoriasis
Inflamatori kronik yang memiliki ciri-ciri penebalan dan kemerahan
6. Onikomikosis
Peradangan kuku yang disebabkan infeksi jamur.
7. Impertigo
Infeksi permukaan kulit oleh streptococci atau staphylococcihemolytic.
 
8. Folliculitis
Infeksi folikel rambut oleh staphylococci. Penyakit kulit yang disebabkan virus,
antara lain:
1. Herpes simplex:melepuh, memerah.
2. Herpes zoster:ruam saraf, sinaganaga.
3. Veruca vulgaris:kutil

9
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN

A. STRUKTUR DAN FUNGSI INTEGUMEN

Kulit merupakan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak terujung,
semuanya memiliki potensi untuk terserang penyakit. Luas kulit orang dewasa 1,5 m2 dengan
berat kira-kira 15% dari berat badan. Secara mikroskopis struktur kulit terdiri dari tiga lapisan
yaitu:

1. Lapisan epidermis

Lapisan paling atas dari kulit, tidak mengandung pembuluh darah dan syaraf. Sel
mendapat makanan melalui proses difusi dari jaringan dibawahnya. Bagian terluar
terdiri dari stratum korneum, stratum lusidum, stratum granolusum, stratum
spinosum, dan stratum basale.

2. Lapisan dermis

a. Pars papilare, bagian yang menonjol ke epidermis. Berisi ujung serabut saraf dan
pembuluh darah yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis.

b. Pars retikulare, bagian bawah yang menonjol ke arah subkutis. Terdiri atas
serabut-serabut kolagen, elastin, dan retikulin.

3. Lapisan subkutis Bantalan untuk kulit, isolasi untuk mempertahankan suhu tubuh,
dan tempat penyimpanan energi.

Fungsi Kulit :

A. Fungsi proteksi Melindungi tubuh dari trauma, benteng pertahanan terhadap


gangguan kimiawi bakteri, virus, dan jamur.

10
B. Fungsi absorpsi Sifat permiabel-selektif, kulit menyerap bahan-bahan tertentu
seperti gas dan zat yang larut dalam lemak, sedangkan air dan elektrolit sukar masuk
melalui kulit.

C. Fungsi ekskresi Kelenjar kulit mengeluarkan sisa metabolisme dalam bentuk


sebum dan keringat. Sebum dan keringat dapat merangsang pertumbuhan bakteri pada
permukaan kulit.

D. Fungsi persepsi Kulit mengandung ujung ujung saraf sensorik di dermis dan
subkutis yang peka terhadap rangsangan panas , dingin, rabaan,dan tekanan.

E. Fungsi pengaturan suhu tubuh

Kemampuan vasokonstriksi pada suhu dingin sehingga meningkatkan suhu tubuh,


kemampuan vasodilatasi pada suhu panas sehingga menurunkan suhu, serta
kemampuan termorigulasi melalui evaporasi atau berkeringat.

F. Fungsi pembentukan pigmen

Sel pembentuk pigmen di sebut melanosit. Dengan bantuan sinar matahari dan
beberapa enzim dalam tubuh, melanosit akan di ubah menjadi melonosom,
selanjutnya di ubah lagi menjadi melanin. Jumlah melanin inilah yang akan
menentukan warna kulit seseorang.

G. Fungsi pembentukan vitamin D

Dihidroksi kolestrol dapat terjadi dengan pertolongan sinar matahari sehingga


terbentuk

vitamin D.

B. GANGGUAN SISTEM INTEGUMENT

Efek Psikologis Masalah Kulit

Apabila kulit mengalami kelainan atau timbul penyakit pada kulit, akan terjadi
perubahan penampilan. Perubahan penampilan tersebut dapat menimbulkan reaksi psikologis.
Sebagian besar klien dengan masalah kulit memiliki perasaan yang lebih sensitive sehingga
timbul perasaan kurang dihargai, rendah diri, dianggap jijik dan perasaan dikucilkan. Ketika

11
hal itu terjadi, perawat tidak boleh memperlihatkan gerakan nonverbal maupun verbal yang
negative.

Masalah Utama Kulit

Banyak faktor yang mempengaruhi timbulnya penyakit ini. Di antaranya adalah faktor
kebersihan, daya tahan tubuh (imunitas), kebiasaan, atau perilaku seharihari (makanan,
pergaulan, atau pola hubungan) seksual, faktor fisik, bahan kimia, mikrobiologi, serta faktor
lingkungan. Banyak klien dengan masalah penyakit kulit lebih senang berobat jalan dan
dirawat dirumah, karena merasa tdak bermasalah secara klinis, dan baru mau menjalani
perawatan dirumah sakit jika kondisi penyakitnya sudah parah. Ini perlu diperhatikan oleh
perawat maupun klien menjalani peawatan dirumah. Klien perlu dibekali dengan
pengetahuan tentang proses penyakit., cara perawatan lesi, prosedur pengobatan, maupun
pola hidupnya. Hal ini perlu dilakukan agar penyakit klien tidak menjadi kronis dan klien
dapat berobat secara tuntas sehingga tidak menulari angota keluarga atau orang lain.

C. PENCEGAHAN GANGGUAN KULIT

Untuk mencegah gangguan kulit tindakan yang harus dilakukan adalah sebagai
berikut :

1. Mempertahankan kulit sehat.

a. Hindari penggunaan sabun, deterjen, atau bahan allergen yang dapat menimbulkan
iritasi.
b. Pertahankan kulit cukup hidrasi, gunakan krim pada daerah yang kering, dan jangan
terus-menerus menggunakan tatarias yang tebal.
c. Cegah menggaruk kulit yang keras dan kasar.
d. Keringkan daerah yang selalu lembab.
e. Pakai pakaian yang longgar dan dapat menyerap keringat pada hari-hari yang panas.

2. Menghindari bahan penyebab penyakit kulit:

a. Menghindari bahan-bahan yang merusak kulit pada kebanyakan orang. Contohnya


sinar matahari yang terik, sebaiknya gunakan payung untuk melindungi kulit.

12
b. Mencegah bahan spesifik yang diketahui merusak kulit atau menimbulkan alergi
untuk orang tertentu (mis, bahan-bahan kosmetik). Gunakan krim tabir surya.

3. Observasi perubahan kulit:

a. Amati kulit secara keseluruhan dan sering. Gunakan cermin untuk melihat seluruh
tubuh.
b. Catat dan konsultasikan perubahan warna, ukuran, dan keadaan cedera kulit yang
sudah ada.

4. Hindari terapi sendiri:

a. Jangan gunakan resep lama pada cedera kulit baru atau lesi yang lain, serta jangan
gunakan obat yang tidak diketahui secara pasti kegunaannya.
b. Segera dapatkan nasihat medis atau kunjungi tempat pelayanan kesehatan bila terjadi
gangguan kulit (Long, 1996).

D. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

Biopsi kulit. Mengambil contoh jaringan dari kulit yang terdapat lesi. Apabila jaringan
yang diambil cukup dalam, kita perlu menggunakan anestesi local. Digunakan untuk
menentukan ada keganasan atau infeksi yang disebabkan oleh bakteri dan jamur.

Uji kultur dan sensitivitas. Untuk mengetahui adanya virus, bakteri, atau jamur pada
kulit yang diduga mengalami kelainan. Uji ini juga digunakan untuk mengetahui
mikroorganisme tersebut resisten terhadap obat-obatan tertentu. Carapengambilan bahan
untuk uji kultur adalah dengan mengambil eksudat yang terdapat pada permukaan lesi. Alat
yang digunakan untuk mengambil eksudat harus steril. Pemeriksaan dengan menggunakan
pencahayaan khusus.

Mempersiapkan lingkungan pemeriksaan dengan pencahayaan khusus sesuai dengan


kasus yang dihadapi. Hindari ruangan pemeriksaan yang menggunakan lampu berwarnawarni
karena hal ini akan mempengaruhi hasil pemeriksaan. Pada kasus tertentu, pencahayaan
dengan menggunakan sinar matahari (sinar untraviolet) justru sangat membantu dalam
menentukan jenis lesi kulit.

13
Uji temple. Dilakukan pada klien yang diduga menderita alergi untuk mengetahui
apakah lesi tersebut ada kaitannya dengan faktor imunologis, juga untuk mengidentifikasi
respon alerginya. Misalnya, untuk membedakan apakah klien menderita dermatitis kontak
alergi atau dermatitis kontak iritan. Uji ini menggunakan bahan kimia yang ditempelkan pada
kulit. Selanjutnya, kita lihat bagaimana reaksi local yang ditibulkan. Apabila ditemukan
kelainan atau ada perubahan pada kulit, hasil uji ini positif.

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN

SISTEM INTEGUMEN

A. Pengkajian
Anamnesis
- Tanggal dan waktu pengkajian
- Biodata: nama, umur (penting mengetahui angka prevelensi), jenis kelamin,
pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait dengan factor
pekerjaan, [misalnya, dermatitis kontak alergi]).
- Riwayat kesehatan: meliputi masalah kesehatan sekarang, riwayat penyakit
dahulu, status kesehatan keluarga, dan status perkembangan.

Menurut Bursaids (1998), disamping menggali keluhan-keluhan diatas, anamnesis


harus menyelidiki 7 ciri lesi kulit yang membantu anda membuat diagnosis, yaitu : 1.
Lokasi anatomis, tempat lesi pertama kali timbul, jika perlu digambar.
2. Gejala dan riwayat penyakit yang berhubungan.
3. Urutan waktu perkembangan perubahan kulit atau gejala sistemik yang berkaitan.
4. Perkembangan lesi atau perubahan lesi sejak timbul pertama kali.
5. Waktu terjadinya lesi, atau kondisi seperti apa yang menyebabkan lesi.
6. Riwayat pemaparan bahan kimia dan pemakaian obat-obatan.
7. Efek terpapar sinar matahari.
- Riwayat pengobatan atau terpapar zat: obat apa saja yang pernah dikonsumsi atau
pernahkah klien terpapar faktor-faktor yang tidak lazim. Terkena zat-zat kimia atau
bahan iritan lain, memakai sabun mandi baru, minyak wangi atau kosmetik yang
baru, terpapar sinar matahari.
- Riwayat pekerjaan atau aktifitas sehari-hari: bagaimana pola tidur klien,
lingkungan kerja klien untuk mengetahui apakah klien berkontak dengan bahan-

14
bahan iritan, gaya hidup klien (suka begadang, minum-minuman keras, olah raga
atau rekreasi, pola kebersihan diri klien).
- Riwayat psikososial: Stress yang berkepanjangan.
Pemeriksaan Kulit
- Perubahan menyeluruh Kaji ciri kulit secara keseluruhan. Informasi tentang
kesehatan umum klien dapat diperoleh dengan memeriksa turgor, tekstur, dan warna
kulit. Turgor kulit umumnya mencerminkan status dehidrasi. Pada klien yang
dehidrasi dan lansia, kulit terlihat kering. Pada klien lansia, turgor kulit
mencerminkan hilangnya elastisitas kulit dan keadaan kekurangan air ekstrasel.
Tekstur kulit pada perubahan menyeluruh perlu dikaji, karena tekstur kulit dapat
berubah-ubah di bawah pengaruh banyak variabel. Jenis tekstur kulit dapat meliputi
kasar, kering atau halus. Perubahan warna kulit juga dipengaruhi oleh banyak
variabel. Gangguan pada melanin dapat bersifat menyeluruh atau setempat yang
dapat menyebabkan kulit menjadi gelap atau lebih terang dari pada kulit yang
lainnya. Kondisi tanpa pigmentasi terjadi pada kasus albino. Ikterus adalah warna
kulit yang kekuningan yang disebabkan oleh endapan pigmen empedu didalam kulit,
sekunder akibat penyakit hati atau hemolisis sel darah merah. Sianosis adalah
perubahan warna kulit menjadi kebiruan; paling jelas terlihat pada ujung jari dan
bibir. Sianosis ini disebabkan oleh desiturasi hemoglobin. Pada teknik palpasi,
gunakan ujung jari untuk merasakan permukaan kulit dan kelembapannya. Tekan
ringan kulit dengan ujung jari untuk menentukan keadaan teksturnya. Secara normal,
tekstur kulit halus, lembut dan lentur pada anak dan orang dewasa. Kulit telapak
tangan dan kaki lebih tebal, sedangkan kulit pada penis paling tipis. Kaji turgor
dengan mencubit kulit pada punggung tangan atau lengan bawah lalu lepaskan.
Perhatikan seberapa mudah kulit kembali seperti semula. Normalnya, kulit segera
kembali ke posisi awal . pada area pitting tekan kuat area tersebut selama 5 detik dan
lepaskan. Catat kedalaman pitting dalam millimeter, edema +1 sebanding dengan
kedalaman 2 mm, edema +2 sebanding dengan kealaman 4mm.
-Perubahan setempat

Mula-mula,lakukan pemeriksaan secara sepintas ke seluruh tubuh. Selanjutnya,


anjurkan klien untuk membuka pakaiannya dan amati seluruh tubuh klien dari atas
kebawah, kemudian lakukan pemeriksaan yang lebih teliti dan evaluasi distribusi,
susunan, dan jenis lesi kulit. Distribusi lesi dan komposisi kulit sangat bervariasi dari

15
satu bagian tubuh kebagian tubuh lainnya. Lesi yang timbul hanya pada daerah
tertentu menandakan bahwa penyakit tersebut berkaitan dengan keistimewaan
susunan kulit daerah tersebut. Pada daerah kulit yang lembab permukaan kulit
bergesekan dan mengalami maserasi dan mudah terinfeksi jamur superficial. Kondisi
ini banyak kita jumpai pada daerah aksila, lipat paha, lipat bokong, dan lipatan
dibawah kelenjar mamae. Pada daerah kulit yang kaya keratin, seperti siku, lutut,
dan kulit kepala, sering tejadi gangguan keratinisasi. Misalnya psoriasis, yaitu
kelainan kulit pada bagian epidermis yang berbentuk plak bersisik. Mengenai
susunan lesi, tanyakan bagaiman pola lesinya. Lesi kulit dengan distribusi sepanjang
dermatom menunjukan adanya penyakit herpes zoster. Disini, lesi vesikuler timbul
tepat pada daerah distribusi saraf yang terinfeksi. Linearitas merupakan lesi yang
terbentuk garis sepanjang sumbu panjang suatu anggota tubuh yang mungkin
mempunyai arti tertentu. Garukan pasien merupakan penyebab tersering lesi linear.
Erupsi karena poison iny, seperti dermatitis kontak, berbentuk linear karena iritannya
disebabkan oleh garukan yang bergerak naik-turun. Peradangan pembuluh darah
atau pembuluh limfe dapat menyebabkan lesi linear berwarna merah. Sedangkan
parasit scabies dapat membuat liang-liang pendek pada lapisan epidermis, terutama
pada kulit di antara jari-jari tangan, kaki, atau daerah lain yang memiliki lapisan
epidermis tipis dan lembap sehingga akan membentuk lesi linear yang khas berupa
garis kebiru-biruan. Lesi satelit adalah suatu lesi sentral yang sangat besar yang
dikelilingi oleh dua atau lebih lesi serupa tetapi lebih kecil yang menunjukan asal
lesi dan penyebarannya, seperti yang dijumpai pada melanoma malignum atau
infeksi jamur. Tapi lesi merupakan cirri penting yang berguna dalam menegakkan
diagnosis. Lesi berbatas tegas adalah lesi yang mempunyai batas yang jelas,
sedangkan lesi terbatas tidak tegas adalah lesi kulit yang menyatu tanpa batas tegas
dengan kulit yang normal.

- Ruam kulit

Untuk mempelajari ilmu penyakit kulit, mutlak diperlukan pengetahuan tentang


ruam kulit atau ilmu yang mempelajari lesi kulit. Ruam kulit dapat berubah pada
waktu berlangsungnya penyakit. Kadang-kadang perubahan ini dapat dipengaruhi
oleh keadaan dari luar, misalnya trauma garkan dan pengobatan yang diberikan.,
sehingga perubahan tersebut tidak biasa lagi. Perawat perlu menguasai pengetahuan
tentang ruam primer atau ruam sekunder untuk digunakan sebagai dasar dalam

16
melaksanakan pengkajian serta membuat diagnosis penyakit kulit secara klinis.
Ruam primer adalah kelainan yang pertama timbul, berbentuk macula, papula, plak,
nodula, vesikula, bula, pustule, irtika, dan tumor. Ruam sekunder adalah kelainan
berbentuk skuama, krusta, erosion, ekskoriasio, ulkus, dan parut.

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosis keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan masalah


integument adalah :

1. Gangguan integritas kulit yang berhubungan dengan kerusakan jaringan,


gangguan kekebalan tubuh, atau infeksi.

2. Gangguan rasa nyaman yang berhubungan dengan proses peradangan,


terbukanya ujung-ujung saraf kulit, atau tidak adekuatnya pengetahuan tentang
pelaksanaan nyeri.
3. Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan perubahan anatomi kulit atau
bentuk tubuh.

4. Gangguan harga diri yang berhubungan dengan penyakit yang tidak teratasi
dengan mudah.
5. Kecemasan yang berhubungan dengan penyakit kronis, perubahan kulit, atau
potensial keganasan.

6. Resiko infeksi yang berhubungan dengan tidak adanya perlindungan kulit.


7. Defesiensi pengetahuan tentang factor penyebab timbulnya lesi, cara
pengobatan, dan perawatan diri.

8. Gangguan istirahat tidur yang berhubungan dengan rasa gatal atau nyeri pada
kulit.
9. Isolasi sosial yang berhubungan dengan penolakan dari oranglain karena
perubahan bentuk kulit.

10. Potensial kecacatan sekunder yang berhubungan dengan hilangnya sensasi


rasa/anastesi, kurangnya pengetahuan tentang perawatn diri.

C. Rencana Keperawatan

17
Tujuan yang harus dicapai pada klien dengan masalah kulit dapat ditentukan
berdasarkan tujuan jangka pendek atau jangka panjang. Tujuan keperawatan secara
umum adalah sebagai berikut.

1. Kulit menjadi normal kembali.

2. Berkurangnya rasa nyeri atau gatal

3. Terlindungnya kulit dari trauma.

4. Tidak terjadi infeksi.

5. Konsep diri positif

6. Tidak terjadi penularan

7. Kebutuhan istirahat tidur dapat terpenuhi

Dalam pengobatan penyakit kulit cukup banyak digunakan obat-obat topical. Macam
dan jenis-jenis obat topical ini banyak sekali, diantaranya saleb dan bedak, minyak,
gel, krem, solusi, atau astringen. Perawat perlu mempelajari sifat dan jenis, obat-obat
topical ini karena dalam proses perawatan kulit, perawat banyak memegang peranan,
baik pada tahap promotif, preventif, kuratif, maupun pada tahap rehabilitative. Pada
penggunaan obat-obatan topical, jagan oleskan obat terlalu tebal karena dapat
menyebabkan iritasi bahan kimia dan akan menghambat proses penyembuhan. Di
samping itu, obat jadi banyak terbuang. Sediaan topical umumnya terdiri dari dua
bahan pokok, yaitu:

1. Bahan aktif, bahan ini umumnya berasal berbagai golongan obat, antara lain
golongan antibiotic, kortikostiroid, analgesi, dan lain-lain.
2. Bahan dasar, adalah suatu bahan yang berfungsi sebagai :
a. Pemberi bentuk, menentukan bentuk dari sediaan yang akan dibuat.
b. Distributor, membawa bahan aktif baik untuk diratakan atau
dipenetralisasikan ke dalam kulit.
c. Pengawet, mempertahankan khasiat bahan aktof yang lebih lama.

Dibawah ini akan dijelaskan karekteristik dari beberapa bahan topical.

18
1. Salep ialah bahan aktif yang dicampur dengan bahan dasar vaselin atau lanonin.
Fungsi vaselin adalah sebagai bahan dasar pembentuk salepdan mendistribusikan
bahan aktif dipermkaan kulit dan memasukkannya kedalam kulit. Contohnya, salep
kemisitin, bahan aktifnya berasal dari dari golongan antibiotic, yaitu kloramfenikol
yang dicampur dengan bahan dasar vaselin.

2. Krim ialah bahan aktif yang dicampur dengan bahan dasar emulsi. Contohnya,
krim hidrokortison 2%, bahan aktifnya dari steroid yang dicampur dengan bahan
dasar emulsi (emulgade cream)

3. Bedak ialah bahan aktif yang dicampur dengan bahan dasar talcum atau talek.
Misalnya, talcum asidum borikum yang biasa dikenal dengan boortalek, bahan
aktifnya asidum borikum yang dicampur dengan bahan dasar dasar talcum. Talcum
asidum salisikum adalah bahan aktif asidum salisikum (asam salisilat) yang
dicampur dengan talk sehingga menjadi sediaan bedak yang lebih dikenal dengan
nama salisil. Talcum atau talk itu sendiri merupakan bedak dengan sifat kimia
netral/tidak aktif. Pada saat memberi bedak, keringkan dahulu lesi untuk
menghindari terjadinya kerak, dan jangan memberi bedak pada lesi yang basah dan
kotor.

4. Gel ialah bahan dasar yang banyak dipakai untuk dicampur dengan bebagai bahan
aktif atau hanya untuk pelicin. Gel ini mudah diabsorbsi dan cepat kering serta tidak
lengket. Harus digunakan secara hati-hati, karena ada beberapa gel yang
menggunakan bahan dasar alcohol sehingga jika diberikan pada area yang sensitive /
abrasi dapat menyebabkan rasa terbakar.

5. Solusio ialah satu sediaan topical dengan bahan dasar “air”. Jenis obat ini banyak
digunakan untuk kompres basah pada kulit atau mandi, tergantung pada luas dan
lokasi kelainan kulit. Dalam melakukan perawatn kulit, prinsip umum yang perlu
diperhatikan meliputi kondisi kulit, obat topical, dan cara pemberiannya. Disamping
itu, pengobatan topical harus dengan mempertimbangkan stadium, luas, kedalaman,
dan lokalisasi penyakit.

Stadium, pada stadium akut jenis lesi eritema, edema, papul, vesikel, erosi, atau
ekskoriaio, dapat digunakan obat cair (solusio) untuk kompres atau mandi,
bergantung pada luas dan lokasinya. Pemberian bahan aktif perlu dperhatikan, makin

19
akut penyakitnya makin ringan konsentrasi obat yang digunakan. Pada stadium
subakut ketika eritema dan edema sudah berkurang, erosi dan ekskoriasi sudah
menjadi krusta, dapat digunakan bahan dasar/vesikulum berbentuk krim atau pasta.
Pada stadium kronis biasanya kulit menebal (hyperkeratosis) sehingga perlu
dibentuk salep atau gel.

Luas atau distribusi. Luas permukaan tubuh yang terkena perlu pertimbangan dalam
pemilihan obat topical yang akan digunakan. Bila sangat luas, dapat digunakan
bedak, bedak kocok, mandi rendam, atau krim sesuai dengan stadiumnya.
Sedangkan pada lokasi yang terbatas penggunaan jenis obat lebih leluasa kecuali
pada daerah tertentu. Kedalaman lesi. Kedalaman lesi perlu menjadi bahan
pertimbangan untuk pemilihan bahan dasar obat topical. Untuk lesi yang dalam atau
tebal, misalnya dermatitis kronis atau psoriasis, bahan dasar yang sesuai adalah salep
karena penetrasinya dalam. Pada lesi yang inflamasinya dangkal, bahan dasar yang
sesuai adalah bedak atau bedak kocok.

Lokasi lesi. Lokasi lesi perlu diperhatikan, terutama di daerah wajah, skrotum, atau
bagian kulit yang tipis, bagian kulit yang tebal (palmo-plantar), atau daerah
berambut. Pada daerah yang kaya vaskularisasi, selain memperhatikan konsentrasi,
bahan aktif yang digunakan juga harus berbahan dasar krim. Sedangkan salep dapat
digunakan dengan peryimbangan tertentu. Demikian pula pada daerah berambut,
solusio atau krim lebih mudah diberikan dan dibersihkan. Untuk daerah yang
memeiliki kulit yang tebal sebaliknya digunakan salep agar obat dapat berpenetrasi
lebih baik.

I. GANGGUAN INTEGUMEN AKIBAT INFEKSI VIRUS

A. HARPES ZOSTER

Radang kulit akut dengan sifat khas yaitu terdapat vesikel yang tersusun
berkelompok sepanjang persarafan sensorik sesuai dengan dermatomnya dan
biasanya unilateral. Diperkirakan kurang lebih terdapat 1,3-5 penderita per 1000
orang/tahun. Lebih dari 2/3 penderita berusia >50 tahun dan <10% usia dibawah 20
tahun. Penyebab herpes zoster adalah virus varisela zoster,virus ini masuk kedalam
tubuh melalui lesi pada kulit, mukosa saluran napas atas, dan orofaring. Virus ini
berkembang biak serta menyebar keberbagai organ, terutama kekulit dan lapisan

20
mukosa, selanjutnya masuk keujung saraf sensoris, dan menuju ganglion saraf tepi
dan kornu posterior. Saat virus masuk pertama kali kedalam tubuh disebut infeksi
primer yang kemudian menimbulkan vesikel. Pertahanan tubuh dan kekebalan tubuh
yang menurun dapat menjadi faktor utama penyebab virus aktif. Faktor yang dapat
mempengaruhi timbulnya herpes zoster adalah (hal33)

1. Penurunan imunitas tubuh

2. Pemakaian kortikosteroid

3. Radio terapi

4. Obat-obat imunosupresif

5. Stres emosi

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
- Biodata

Cantumkan semua identitas klien: umur,jenis kelamin.

1. Keluhan utama

Alasan yang sering membawa klien penderita herpes datang berobat ke rumah sakit
atau berobat ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan lain adalah nyeri pada
daerah terdapatnya vesikel berkelompok

2. Riwayat penyakit sekarang

Biasanya klien mengeluh sudah beberapa hari demam dan timbul rasa gatal/nyeri
pada dermatom yang terserang,klien juga mengeluh nyeri kepala dan badan terasa
lelah.Pada daerah yang terserang mula-mula timbul papula atau plakat berbentuk
urtika,setelah 1-2 hari timbul gerombolan vesikula.

3. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya keluarga atau teman dekat ada yang menderita penyakit herpes zoster,atau
klien klien pernah kontak dengan penderita varisela atau herpes zoster.
4. Riwayat psikososial

21
Perlu dikaji bagaimana konsep diri klien terutama tentang gambaran/citra diri dan
harga diri.

5. Kebutuhan sehari-hari

Dengan adanya rasa nyeri,klien akan mengalami gangguan tidur/istirahat dan juga
aktivitas.Perlu juga dikaji tentang kebersihan diri klien dan cara perawatan
diri,apakah alat-alat mandi/pakaian bercampur dengan orang lain

6. Pemeriksaan fisik

Pada klien dengan herpes zoster jarang ditemukan gangguan kesadaran keculi jika
sudah terjadi komplikasi infeksi lain.Tingkatan nyeri yang dirasakan oleh klien
bersifat individual sehingga perlu dilakukan pemeriksaan tingkat nyeri dengan skala
nyeri.Apabila nyeri terasa hebat tanda-tanda vital cenderung akan meningkat.pada
inspeksi kulit ditemukan adanya vesikel berkelompok sesuai dengan alur
dermatom.vesikel ini berisi cairan jernih yang kemudian menjadi keruh (berwarna
abu abu),dapat menjadi pustula dan krusta.Kadang ditemukan
vesikel berisi nanah dan darah yang disebut herpes zoster hemoragik.Apabila yang
terserang adalah ganglion kranialis,dapat ditemukan adanya kelainan
motorik.Hiperestesi pada daerah yang terkena memberi gejala yang khas,misalnya
kelainan pada wajah karena gangguan pada nerous trigeminus,nerous fasialis,dan
oligus.
7. Pemeriksaan laboratorium

Sitologi (64% zanck smear positif ) adanya sel raksasa yang multilokuler dan selsel
okantolitik.
8. Penatalaksanaan

Terapi pada kasus herpes zoster bergantung pada tingkat keparahannya.Terapi


sistemik umumnya bersifat sistomatik,untuk nyerinya diberikan analgesik.Jika
disertai infeksi sekunder diberikan antibiotik asiklovir.Herpes zoster sangat cocok
dengan obat asiklovir yang diminum.Dengan cepat obat akan menghentikan
munculnya lepuhan kecil,memperkecil ukurannya,mengurangi rasa gatal,dan

22
membunuh virus yang ada pada cairan lepuhan.Sebaiknya diberikan dalam 24-27
jam setelah terbentuknya lepuhan. Akupuntur dan obat oles juga bisa membantu
pengobatan.

DIAGNOSIS DAN INTERVENSI KEPERAWATAN

Dx 1: Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan respon


peradangan

Hasil yang diharapkan:

1. Lesi mulai pulih,integritas jaringan kembali normal.dan area bebas dari


infeksi lanjut

2. Kulit bersih dan area sekitar bebas dari edema


Rencana tindakan:

1. Kaji kembali tentang lesi,bentuk,ukuran,jenis,dan distribusi lesi.


2. Anjurkan klien untuk banyak istirahat

3. Pertahankan integritas jaringankulit dengan jalan mempertahankan


kebersihan dan kekeringan kulit.

4. Laksanakan perawatan kulit setiap hari.Untuk mencegah pecahnya


vesikel sehingga tidak terjadi infeksi sekunder,diberikan bedak salisil 2% bila
erosis dapat diberikan kompres terbuka.

5. Pertahankan kebersihan dan kenyamanan tempat tidur

6. Jika terjadi ulserasi,kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian


salep antibiotic

Dx 2: Perubahan kenyamanan yang berhubungan dengan erupsi dermal dan


pruritus
Hasil yang diharapkan:

1. Klien mengatakan nyeri dan ketidaknyamanan berkurang dalam batas


yang dapat ditoleransi

23
2. Menampakkan ketenangan,ekspresi muka relaks

3. Kebutuhan istirahat tidur/istirahat terpenuhi

Rencana tindakan:

1. Kaji lebih lanjut intensitas nyeri dengan menggunakan skala/peringkat nyeri

2. Jelaskan penyebab nyeri dan pruritus

3. Bantu dan ajarkan penanganan terhadap nyeri,penggunaan teknik


imajinasi,teknik relaksasi,dan lainnya.

4. Tingkatkan aktivitas distraksi

5. Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien

6. Kolaborasikan dengan dokter untuk pemberian terapi:

a. Analgesik untuk pereda/penawar rasa sakit

b. Larutan kalamin untuk mengurangi rasa gatal

c. Steroid untuk mengurangi serangan neuralgia

B. HERPES SIMPLEKS

Herpes simpleks adalah penyakit yang mengenai kulit dan mukosa, bersifat
kronis dan residif, disebabkan oleh virus herpes simpleks/herpes virus hominis
(FK Unair,1993). Herpes simpleks disebabkan oleh virus DNA. Herpes simpleks
ada 2 tipe:

1. Herpes simpleks I, mengenai bibir, mulut, hidung,dan pipi. Diperoleh dari


kontak dekat dengan anggota keluarga atau teman yang terinfeksi, melalui
ciuman, sentuhan, atau memakai pakaian/handuk bersama,dan tidak ditularkan
melalui hubungan seksual.

2. Herpes simpleks tipe II, menginfeksi daerah genital dan didahului oleh
hubungan seksual. Akan tetapi,sesuai dengan perkembangan pola hubungan
seksual, kasus ini dapat timbul tanpa harus melalui hubungan seksual.

24
ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian
1. Biodata

Dapat terjadi pada remaja dan dewasa muda.jenis kelamin dapat terjadi pada
pria dan wanita.Pekerjaan berisiko tinggi pada penjaja seks komersil.

2. Keluhan utama

Gejala yang sering menyebabkan penderita datang ketempat pelayanan


kesehatan adalah nyeri pada lesi yang timbul.

3. Riwayat penyakit sekarang

Kembangkan pola PQRST pada setiap keluhan klien.Pada beberapa


kasus,timbul lesi/vesikel berkelompok pada penderita yang mengalami demam
atau penyakit yang disertai peningkatan suhu tubuh atau pada penderita yang
mengalami trauma fisik maupun psikis.Penderita merasakan nyeri
hebat,terutama pada area kulit yang mengalami peradangan berat dan
vesikulasi yang luas.

4. Riwayat penyakit dahulu

Sering diderita kembali oleh klien yang pernah mengalami penyakit herpes
simpleks atau memiliki riwayat penyakit seperti ini.

5. Riwayat penyakit keluarga

Ada anggota keluarga atau teman dekat yang terinfeksi virus ini.

6. Kebutuhan psikososial

Klien dengan penyakit kulit,terutama yang lesinya berada pada bagian muka
atau yang dapat dilihat oleh orang,biasanya mengalami gangguan konsep

25
diri.Hal itu meliputi perubahan citra tubuh,ideal diri,harga diri,penampilan
peran,atau identitas diri.

Reaksi yang mungkin timbul adalah:

a. Menolak untuk menyentuh atau melihat salah satu bagian tubuh

b. Menarik diri dari kontak social

c. Kemampuan untuk mengurus diri berkurang

7. Kebiasaan sehari-hari

Dengan adanya nyeri,kebiasaan sehari-hari klien juga dapat mengalami


gangguan,terutama untuk istirahat/tidur dan aktivitas.Terjadi gangguan buang
air besar dan buang air kecil pada penderita herpes genitalia

8. Pemeriksaan fisik

Keadaan umum klien bergantung pada luas lokasi timbulnya lesi,dan daya
tahan tubuh klien.Pada kondisi awal/saat proses peradangan dapat terjadi
peningkatan suhu tubuh atau demam dan perubahan tanda-tanda vital.Pada
pengkajian kulit ditemukan adanya vesikelvesikel berkelompok yang
nyeri,edema disekitar lesi,dan dapat pula timbul ulkus pada infeksi
sekunder.Perhatikan mukosa mulut,hidung,dan penglihatan klien.Pada
pemeriksaan genitalia pria,daerah yang perlu diperhatikan adalah bagian glans
penis,batang penis,uretra,dan anus.pada wanita daerah yang perlu diperhatikan
adalah labia minora dan mayora,klitoris,intratus vaginal,dan serviks.Jika
timbul lesi catat jenis,bentuk,ukuran/luas,warna,dan keadaan lesi.Palpasi
kelenjar limfe regional,periksa adanya pembesaran.Pada beberapa kasus dapat
terjadi pembesaran kelenjar limfe regional.

9. Pemeriksaan laboratorium

Ditemukan hasil uji yang positif.

DIAGNOSIS DAN INTERVENSI

Dx 1 : nyeri berhubungan dengan inflamasi jaringan.

26
Hasil yang diharapkan:

1. klien mengungkapkan nyeri berkurang/hilang

2. Menunjukkan mekanisme koping spesifik untuk nyeri dan metode untuk


mengontrol nyeri secara benar.

3. Klien menyampaikan bahwa orang lain memvalidasi adanya nyeri

Rencana keperawatan :

1. Kaji kembali faktor yang menurunkan toleransi nyeri

2. Kurangi atau hilangkan faktor yang meningkatkan pengalaman nyeri


3. Sampaikan pada klien penerimaan perawat tentang responnyaterhadap
nyeri,akui adanya nyeri,dengarkan dan perhatikan klien saat mengungkapkan
nyeri,sampaikan bahwa mengkaji nyerinya bertujuan untuk lebih
memahaminya.
4. Kaji adanya kesalahan konsep pada keluarga tentang nyeri atau tindakannya
5. Beri informasi atau penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab
rasa nyeri

6. Diskusikan dengan klien tentang penggunaan terapi distraksi,relaksasi dan


imajinasi,dan ajarkan teknik/metode yang dipilih.

7. Jaga kebersihan dan kenyamanan lingkungan sekitar klien

8. Kolaborasikan dengan tim medis untuk pemberian analgesic

9. Pantau tanda-tanda vital

10. Kaji kembali respon klien terhadap tindakan penurunan rasa sakit/nyeri.

II. GANGGUAN INTEGUMEN AKIBAT INFEKSI BAKTERI (KUSTA)

Penyakit kusta adalah salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang
sangat kompleks,tidak hanya dari segi medis (mis.penyakit atau kecacatan fisik ),
tetapi juga meluas sampai masalah sosial dan ekonomi. Di samping itu, ada stigma
negatife dari masyarakat yang mengatakan penyakit kusta adalah penyakit yang
menakutkan, bahkan ada beberapa masyarakat yang mengaggap penyakit ini adalah

27
penyakit kutukan. Ini karena dampak yang di timbulkan dari penyakit tersebut cukup
parah, yaitu adanya deformitas/kecacatan yang menyebabkan perubahan bentuk
tubuh.

Kusta adalah penyakit infeksi kronis. Penyebabnya adalah mycobacterium leprae


,yang intraseluler obligat (Djuanda,1999). Kusta adalah penyakit kronis
mycobacterium leprae,yang primer menyerang saraf tepi, dan sekunder menyerang
kulit, otot saluran pernapasan bagian atas, mata, dan testis. (RSUD Dr.Soetomo
1994). Timbulnya penyakit kusta pada seorang tidak mudah sehingga tidakgantung
pada beberapa factor,antara lain.

a. Patogenitas kuman penyebab,

b. Cara penularan

c. Higiene dan sanitasi

d. Varian genetic yang berhubungan dengan kerentanan

e. Sumber penularan

f. Daya tahan tubuh.

Tanda pasti kusta :

1. Kulit dengan bercak putih atau kemerahan dengan mati rasa

2. Penebalan pada saraf tepidi sertai kelainan fungsinya berupa mati rasa dan
kelemahan pada otot tangan ,kaki,dan mata.

3. Adanya kuman tahan asampada pemeriksaan kerokan kulit TBA positif.

Ridley dan jopling (1960), dalam buku ilmu penyakit kulit dan kelamin
,fakultas keddoteran UI memperkenalkan istilah determina spectrum pada penyakit
kusta yang terdiri atas berbagai tipe atau bentuk,yaitu;

TT: tuberkoloid polar ,merupakan bentuk yang stabil tidak mungkin berubah

Ti :tuberkoloid indefinite

BT: Mid borderline lepromatus

28
BL: Borderline leproumatus

Li:Lepromatosa indifinit

LL: lepramatosa polar, bentu yang stabil

Menurut WHO ,kusta dibagi menjadi multibasiler dan pausibasiler:

1. Multibasiler (MB) berarti mengandung banyak basil. Tipenya adanya


BB,BL,dan LL.
2. Pausibasiler (PB) berarti mengandung sedikit basil.tipenya adalah TT,BT,dan
I. Tuberkoloid polar (TT) terjadi pada penderita dengan resistensi tubuh
cuckup tinggi.tipe TT adalah bentuk yang stabil. Gambaran histopologisnya
menunjukan granuloma epitetoloid dengan banyak sel limfosit dan sel
raksasa ,zona epidermal yang bebas ,erosi epidermis karena gangguan pada
saraf kulit yang sering disertai penebalan serabut saraf . karena resistensi
tubuh cukup tinggi ,maka infiltrasi kuman akan terbatas dan lesi yang
muncul terlokalisasi di bawah kulit dengan gejala:
a. Hipopigmentasi karena sratum basal yang mengandung pigmen rusak
b. Hipo atau anastesi karena ujung ujung saraf rusak
c. Batastegas karena kerusakan terbatas (marwali Harahap,1990) Jenis
pengobatan yang di berikan pada penerita kusta adalah :
o Tipe pausbasiler (PB)
o Tipe mulitibasiler (MB)

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1. Biodata

2. Keluhan Utama

3. Riwayat Penyakit sekarang

4. Riwayat penyakit dahulu

5. Riwayat penyakit keluarga

29
6. Riwayat psikososial

7. Kebiasaan sehari hari

8. Pemeriksaan fisik :

a. Uji kulit

b. Uji keringat

c. Uji lepromin

9. Pemeriksaan penunjang

DIAGNOSIS DAN INTERVENSI

Dx 1: Kemungkinan cedera yang berhubungan dengan anestesia atau hilang


rasa akibat neuritis.

Hasil yang diharapkan:

1. Klien dapat mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan


risiko cedera pada dirinya.

2. Klien dapat menjelaskan tujuan tindakan keamanan untuk mencegah


cedera.

Rencana keperawatan:

1. Beri penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab ansietas atau
hilang rasa serta akibat yang ditimbulkannya.

2. Kaji faktor-faktor penyebab atau pendukung terjadinya cedera.

3. Kurangi atau hilangkan faktor-faktor penyebab jika mungkin.

4. Ajari cara-cara pencegahan.

a. Gunakan selalu alas kaki

30
b. Jika merokok, gunakan pipa rokok dan jangan merokok sambil
tiduran.

c. Kaji suhu air mandi, jika mandi menggunakan air panas, dengan
termometer air mandi.

d. Gunakan pelindung tangan saat mengangkat barang dari kompor.

e. Jangan gunakan baju panjang ketika sedang memasak.

f. Hati-hati dan waspada selalu jika beraktivas di dapur.

5. Diskusikan dengan keluarga tentang cara pencegahan di rumah.

III. GANGGUAN INTEGUMEN AKIBAT PARASIT

A. SCABIES
Skabies banyak diderita masyarakat dengan hiegenenyang buruk dan juga
lingkungan yang padat karena disebabkan oleh parasit sejenis kutu. Skabies adalah
penyakit kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scbiei yang menyebabkan iritasi
kulit. Parasit ini menggali parit-parit di dalam epidermis sehingga menimbulkan
gatal-gatal dan merusak kulit penderita (Soedarto 1992). Skabies adalah penyakit
kulit yang mudah menular dan ditimbulkan oleh investasi kutu Sarcoptes scabiei var
homini yang membuat terowongan pada startum korneum kulit, terutama pada
tempat predileksi (Wahidayat, 1998). Skabies adalah penyakit kulit menular dengan
keluhan gatal-gatal terutama pada malam hari. Cara penularan (transmisi) penyakit
ini ada 2 macam, yaitu:
1. Kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan,
tidur bersama, dan hubungan seksual.
2. Kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei,
bantal, dsb.

ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Biodata
2. Keluhan utama, biasanya klien datang dengan keluhan gatal dan ada lesi
dikulit.

31
3. Riwayat penyakit sekarang. Biasanya klien mengeluh gatal terutama pada
malam hari dan timbul lesi berbentuk pustule pada sela-sela jari tangan,
telapak tangan, ketiak, aerola mammae, bokong, atau peru bagian bawah.
4. Riwayat penyakit terdahulu. Tidak ada penyakit lain yang dapat
menimbulkan skabies kecuali kontak langsung atau tidak langsung dengan
penderita.
5. Riwayat penyakit keluarga. Pada penyakit skabies, biasanya ditemukan
anggota keluarga lain, tetangga atau juga teman yang menderita, atau
mempunyai keluhan dan gejala yang sama.
6. Psikososial. Penderita skabies biasanya merasa malu, jijik, dan cemas
dengan adanya lesi yang berbentuk pastula.
7. Pola kehidupan sehari-hari. Pada saat anamnesis, perlu ditanyakan secara
jelas tentang pola kebersihan diri klien maupun keluarga.
8. Pemeriksaan fisik. pada saaat inspeksi ditemukan lesi yang khas berbentuk,
papula, pustule, vesikel, urtikaria, dll.
9. Pemeriksaan laboratarium. Sarcoptes scabiei ditemukan dengan membuka
terowongan postula atau vesikula dengan pisau insisi atauujung jarum sambil
mengorek dasarnya. Hasil kerokan diletakkan di kaca sediaan, kemudian diberi
beberapa tetes gliserin dan ditutup dengan gelas pentup, selanjutnya dilihat di
bawah mikroskop. Hasil dianggap positif bila dianggap positif bila didapatkan
sarcoptes scabiei atau telurnya.
10. Terapi. Kolaborasikan dengan tim medis, biasanya jenis obat topical
a. Sulfur presipitatum
b. Emulsi benzyl-benzous
c. Gama benzene heksa klorida
d. Krotamiton 10%
e. Permetrin 5%
f. Antibiotil jika ditemukan adanya infeksi sekunder.
Dx 1: gangguan pola tidur b/d pruritus/ gatal Intervensi :
a. Identifikasi faktor-faktor penyebab tidak bisa tidur dan penunjang
keberhasilan tidur
b. Beri penjelasan pada kx dan keluarga penyebab gangguan pola tidur.
c. Kurangi atau hilangkan distraksi lingkungan

32
d. Atur prosedur tindakan medis atau keperawatan untuk member sedikit
mungkin gangguan selama periode tidur.
e. Hindari prosedur yang tidak penting selama waktu tidur.
f. Anjurkan kx mandi air hangat sebelum tidur dan mengoleskan obat
salep.

IV. GANGGUAN SITEM INTEGUMEN KARENA KEGAGALAN


KERATINASI (PSORIASIS)
Psioriasis adalah penyakit kulit kronis dengan bentuk lesi-lesi yang khas
berupa penebalan epidermis dengan pergantian epidermis yang cepat. (Harahap, M,
1990). Suatu dermatosis kronis residif dengan gambaran klinis yang khas, yaitu
adanya makula eritematosa yang berbentuk bulat dan bulat lonjong, diatasnya ada
skuama yang tebal, berlapis-lapis dan berwarna putih transparan seperti mika
(Sastrawijaya, 1993). Etiologi penyakit ini secara pasti belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhinya, yaitu:
1. Genetic/herediter Penyakit ini diturunkan melalui suatu gn dominan.
2. Infeksi Merupakan faktor pencetus dan faktor yang memperberat
timbulnya psoriasis. Misalnya, infeksi kronis tonsillitis, faringitis,
dermatokosis, dan TB paru.
3. Faktor cuaca Biasanya penyakit ini sering kambuh terutama pada musim
dingin. Hal ini terjadi karena pada suhu dingin, proses eksresi atau
pengeluaran zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh melalui kulit tidak
berlangsung lancar.
4. Trauma Adanya gesekan atau tekanan serta trauma pada kulit dapat
menyebabkan timbulnya lesi psoriasis.
5. Faktor psikologis Sebagian besar (68%) stress dan gangguan emosi yang
berlebih dapat memicu kekambuhan dan eksaserbasi.

ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian :

a. Biodata

Cantumkan biodata klien secara lengkap yang mencakup umur, penyakit


psioriasis dapat menyerang semua kelompok umur tetapi umumnya pada orang

33
dewasa, jenis kelamin insidens pada pria lebih banyak daripada wanita, suku
bangsa, lebih banyak diderita orang kulit putih daripada kulit berwarna.

b. Keluhan utama Biasanya klien dating ketempat pelayanan kesehatan


dengan keluhan timbul lesi bersisik pada kulit, terasa agak gatal, dan panas.

c. Riwayat penyakit sekarang Faktor pencetus dapat disebabkan oleh adanya


infeksi sehingga tanda-tanda infeksi dapat ditemukan, apat juga karena faktor
psikologis. Biaanya klien sedang mengalami psikologis yang tidak
menyenangkan (stress, sedih, marah, dll). Lesi yang timbul semakin
menghebat pada cuaca dingin, dan rasa gatal semakin terasa tterutama pada
daerah predileksi.

d. Riwayat penyakit dahulu Prosis adalah penyakit kronis residif/hilang


timbul, sehingga pada riwayat penyakit dahulu sebagian besar lklien pernha
menderita penyakit yang sama dengan kondisi yang dirasa sekarang. Riwayat
penyakit infeksi juga perlu dikaji (mis, tosilitis, faringitis, atau TB paru). Pada
klien yang menderita infeksi, terutama infeksi kronis, dapat terjadi penurunan
daya tahan tubuh/imunitas.

e. Riwayat penyakit keluarga Etiologi penyakit psoriasis belum dpat


diketahu pasti. Namun diduga faktor genetic/herediter juga mempengaruhi
sehingga perlu dikaji riwayat keluarga yang menderita psoriasis.

f. Riwayat psikososial Meskipun psoriasis tidak menyebabkan kematian,


namun penyakit ini menyebabkan gangguan kosmetik karena psoriasis dapat
mengenai seluruh tubuh sehingga tidak enak dipandang mata. Oleh karena itu,
perlu dikaji respons klien tentang penyakitnya, pandangan diri klien, identitas
diri, tanggung jawab terhadap peran/tugas yang dipikul, masalah somatic yang
timbul selama sakit, dan suasana batin klien, karena salah satu faktor penyebab
timbulnya penyakit ini adalah stress atau emosi yang labil.

Disamping itu, perlu juga dikaji tentang hubungan sosial klien karena penyakit
ini dapat menggangg interaksi sosial.

g. Kebiasaan sehari-hari Perlu dikaji kebiasaan memberihkan diri klien, cara


mandi (lesi psoriasis tidak boleh digosok secara kasar karena dapat

34
menimbulkan trauma (fenomena koebner)) dan dapat merangsang
pertumbuhan kulit lebih cepat. Jika lesi psoriasis mengenai telapak
tangan/tumit kaki dapat mengganggu aktivitas sehari-hari. Kebersihan
lingkungan klien, terutama tempat tidur, perlu dikaji karena skuama lesi sering
di jumpai di tempat tidur terutama saat klien bangun tidur pagi.

h. Pemeriksaan fisik Saat inspeksi pada beberapa tempat lesi di temukan


adanya perubahan struktur kulit. Tampak adanya makula dan papil eritematosa
yang jika terkumpul akan membentuk lesi yang lebar pada daerah predileksi,
dapat ditemukan ruam dan keropeng/skuama yang berlapis-lapis sperti lilin
atau mika berwarna putih perak berbentuk bulat dan lonjong. Pada palpasi
teraba skuama yang kasar, tebal, dan berlapis-lapis.

i. Pemeriksaan penunjang Pada pemeriksaan histopatologi untuk


menentukan kepatian diagnosis dari psoriasis dapat ditemukan:

 Pemanjangan dan pembesaran pada papilla dermis.


 Penipisan ampai hilangnya stratum granulosum.
 Peningkatan mitosis pada stratum basalis.
 Edema dermis disertai infiltrasi limfosit dan monosit.
Diagnosis
Dx 1: Gangguan konsep diri yang berhubungan dengan perubahan penampilan
diri sekunder akibat penyakit kronis.
Hasil yang diharapkan :
 Klien menilai keadaan dirinya terhadap hal-hal yang realistic tanpa
menyimpang.
 Dapat menyatakan dan menunjukan peningkatan konsep diri.
 Dapat menunjukan adaptasi yang baik dan menguasai kemampuan diri.

Rencana keperawatan:
 Bina hubungan saling percaya antara perawat dank lien.
 Dorong klien untuk menyatakan perasaannya, terutama cara ia merasakan
sesuatu, berpikir, atau memandang dirinya sendiri.
 Dorong klien untuk mengajukan pertanyaan mengenai masalah kesehatan,
pengobatan, dan kemajuan pengobatan dan kemungkinan hasilnya.
35
 Beri informasi yang dapat dipercaya dan meguatkan informasi yang
telah diberikan.
 Jernihkan kesalahan persepsi individu tentang dirinya, mengenai
perawatan dirinya.
 Hindari kata-kata yang mengecam dan memojokan klien.
 Lindungi privasi (hak-hak pribadi) dan jamin lingkungan yang kondusif.
 Kaji kembali tanda dan gejala gangguan harga diri, gangguan citra tubuh,
dan perubahan penampilan peran.
 Beri penjelasan dan penyuluhan tentang konsep diri yang positif.

V. ASUHAN KEPERAWATAN LUKA BAKAR


Patofisiologi Luka Bakar
Luka bakar disebabkan oleh pengalihan energy dari suatu sumber panas
kepada tubuh. Panas dapat dipindahkan lewat hantaran atau radiasi elektromagnetik.
Luka bakar dapat dikelompokkan menjadi luka bakar termal, radiasi atau kimia.
Destruksi jaringan terjadi akibat koagulasi denaturasi protein atau ionisasi isi sel.
Kulit dan mukosa saluran napas atas merupakan lokasi destruksi jaringan. Jaringan
yang dalam, termasuk organ visera, dapat mengalami kerusakan karena luka bakar
elektrik atau kontak yang lama dengan agens penyebab (Burning agent). Nekrosis
dan kegagalan organ dapat terjadi.

Respon Sistemik
Perubahan patofisiologik yang disebabkan oleh luka bakar yang berat selama
awal periode syok luka-bakar mencakup hipoperfusi jaringan dan hipofungsi organ
yang terjadi sekunder akibat penurunan curah jantung dengan diikuti oleh fase
hiperdinamik serta hipermetabolik. Pasien yang luka bakarnya tidak melampaui
20% dari luas total permukaan tubuh akan memperlihatkan respons yang terutama
bersifat local. Insidensi, intensitas dan durasi perubahan patofisiologik pada luka
bakar sebanding dengan luasnya luka bakar dengan respon maksimal terlihat pada
luka bakar yang mengenai 60% atau lebih dari luas permukaan tubuh. Kejadian luka
bakar yang berat adalah ketidakstabilan hemodinamika akibat hilangnya integritas
kapiler dan kemudian terjadinya

36
perpindahan cairan, natrium serta protein dari ruang intravaskuler ke dalam ruang
interstisial. Ketidak stabilan hemodinamika bukan hanya melibatkan mekanisme
kardiovaskuler tetapi juga keseimbangan cairan serta elektrolit, volume darah,
mekanisme pulmoner dan berbagai mekanisme lainnya.

Respon Kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan pada volume
darah terlihat dengan jelas. Karena berlanjutnya kehilangan cairan dan berkurangnya
volume vaskuler, maka curah jantung akan terus turun dan terjadi penurunan tekanan
darah. Keadaan ini merupakan awitan syok luka bakar. Sebagai respons, system
saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang meningkatkan resistensi perifer
(Vasokonstriksi) dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya vasokonstriksi pembuluh
darah perifer menurunkan curah jantung.
Resusitasi cairan yang segera dilakukan memungkinkan dipertahankannya
tekanan darah dalam kisaran normal yang rendah sehingga curah jantung membaik.
Meskipun sudah dilakukan resusitasi cairan yang adekuat, tekanan pengisian
jantung-tekanan vena sentral, tekanan arteri pulmonalis dan tekanan baji arteri
pulmonalis-tetap rendah selama periode syok luka bakar. Jika resusitasi cairan tidak
adekuat, akan terjadi syok distributif.
Efek pada Cairan, Elektrolit, dan Volume Darah
Volume darah yang beredar akan menurun secara dramatis pada saat terjadi
syok luka-bakar. Di samping itu, kehilangan cairan akibat evaporasi lewat luka
bakar dapat mencapai 3 hingga 5L atau lebih selama periode 24 jam sebelum
permukaan kulit yang terbakar ditutup.
Selama syok luka-bakar, respons kadar natrium serum terhadap resusitasi
cairan bervariasi. Biasanya hiponatremia (deplesi natrium) terjadi. Hiponatremia
juga sering dijumpai dalam minggu pertama fase akut karena air akan pindah dari
ruang interstisial ke dalam ruang vakuler. Segera setelah terjadi luka bakar,
hiperkalemia (kadar kalium yang tinggi) akan dijumpai sebagai akibat dari destruksi
sel yang massif. Hipokalemia (deplesi kalium) dapat terjadi kemudian dengan
berpindahnya cairan dan tidak memadainya asupan cairan.
Pada saat luka bakar, sebagian sel darah merah dihancurkan dan sebagian
lainnya mengalami kerusakan sehingga terjadi anemia. Kendati terjadi keadaan ini,
37
nilai hematokrit pasien dapat meninggi akibat kehilangan plasma. Kehilangan darah
selama prosedur pembedahan, perawatan luka dan pemeriksaan untuk menegakkan
diagnosis serta tindakan hemodialisis lebih lanjut turut menyebabkan anemia.
Transfusi darah diperlukan secara periodik untuk mempertahankan kadar
hemoglobin yang memadai yang diperlukan guna membawa oksigen. Abnormalitas
koagulasi, yang mencakup penurunan jumlah trombosit (trombositopenia) dan masa
pembekuan serta waktu protrombin yang memanjang juga ditemukan pada luka

Respon Pulmoner
Sepertiga dari pasien-pasien luka bakar akan mengalami masalah pulmoner
yang berhubungan dengan luka bakar. Meskipun tidak terjadi cedera pulmoner,
hipoksia (starvasi oksigen) dapat dijumpai. Pada luka bakar yang berat, konsumsi
oksigen oleh jaringan tubuh pasien akan meningkatkan dua kali lipat sebagai akibat
dari keadaan hipermetabolisme dan respon local (White, 1993). Cidera Inhalasi
merupakan penyebab utama kematian pada korban-korban kebakaran. Diperkirakan
separuh dari kematian ini seharusnya bisa dicegah dengan alat pendeteksi asap.
Cedera pulmoner diklasifikasikan menjadi beberapa kategori:
1. Cedera saluran napas atas;
2. Cedera inhalasi di bawah glottis;
3. Keracunan karbon monoksida;
4. Defek restriktif.

Lebih dari sepuluh korban luka bakar yang menderita gangguan paru pada mulanya
tidak memperlihatkan gejala dan tanda-tanda pulmoner. Penurunan kelenturan paru,
penurunan kadar oksigen serum dan asidosis respiratorik dapat terjadi secara
berangsur-angsur dalam 5 hari pertama setelah luka bakar. Indikator kemungkinan
terjadinya kerusakan paru mencakup hal-hal berikut ini:
 Riwayat yang menunjukkan bahwa luka bakar terjadi dalam suatu daerah
yang tertutup,
 Luka bakar pada wajah atau leher,
 Rambut hidung yang gosong,
 Suara yang menjadi parau, perubahan suara, batuk yang kering, stridor,
sputum yang penuh jelaga,

38
 Sputum yang berdarah,
 Pernapasan yang berat atau takipnea (pernapasan yang cepat) dan tandatanda
penurunan kadar oksigen (hipoksemia) yang lain,
 Eritema dan pembentukan lepuh pada mukosa oral atau faring.

Respons Sistemik
Lainnya Fungsi renal dapat berubah sebagai akibat ari berkurangnya volume
darah. Destruksi sel-sel darah merah pada lokasi cedera akan menghasilkan
hemoglobin bebas dalam urin. Jika terjadi kerusakan otot (misalnya, akibat luka
bakar listrik), mioglobin akan dilepaskan dari sel-sel otot dan diekskresikan oleh
ginjal.
Pertahanan imunologik tubuh sangat berubah akibat luka bakar. Semua tingkat
respon imun akan dipengaruhi secara merugikan. Kehilangan integritas kulit
diperparah lagi dengan pelepasan faktor-faktor inflamasi yang abnormal, perubahan
kadar immunoglobulin serta komplemen serum, gangguan fungsi neutrofil, dan
penurunan jumlah limfosit (limfositopenia). Imunosupresi membuat pasien luka
bakar beresiko tinggi untuk mengalami sepsis. Hilangnya kulit juga menyebabkan
ketidakmampuan tubuh untuk mengatur suhunya. Karena itu pasien-pasien luka
bakar dapat memperlihatkan suhu tubuh yang rendah dalam beberapa jam pertama
pasca-luka bakar, tetapi kemudian setelah keadaan hipermetabolisme menyetel
kembali suhu inti tubuh, pasien luka bakar akan mengalami hipertermia selama
sebagian besar periode pasca-luka bakar kendati tidak terdapat infeksi.
Ada dua komplikasi gastrointestinal yang potensial, yaitu: ileus paralitik (tidak
adanya peristalsis usus) dan ulkus Curling. Berkurangnya peristalsis dan bising usus
merupakan manifestasi ileus paralitik yang terjadi akibat luka bakar. Distensi
lambung dan mausea dapat mengakibatkan vomitus kecuali jika segera dilakukan
tindakan dekompresi lambung (dengan pemasangan sonde lambung).

Respon local dan luas luka bakar

Kedalaman luka bakar


 Luka bakar derajat satu (super ficial partial-thickness) Epidermis
mengalami kerusakan atau cedera dan sebagian dermis turut cedera.

39
Luka tersebut bisa terasa nyeri, tampak merah dan kering seperti luka
bakar matahari, atau mengalami lepuh/bullae.
 Luka bakar derajat dua (deep partial-thickness) Meliputi destruksi
epidermis serta lapisan atas dermis dan cedera pada bagian dermis
yang lebih dalam. Luka tersebut terasa nyeri, tampak merah dan
mengalami eksudasi cairan. Pemutihan jaringan yang terbakar diikuti
oleh pengisian kembali kapiler; folikel rambut masih utuh.
 Luka bakar derajat tiga (full-thickness) Meliputi destruksi total
epidermis serta dermis, dan pada sebagian kasus, jaringan yang berada
di bawahnya. Warna luka bakar sangat bervariasi mulai dari warna
putih hingga merah, cokelat atau hitam. Daerah yang terbakar tidak
terasa nyeri karena serabut-serabut sarafnya hancur. Luka bakar
tersebut tampak seperti bahan kulit. Folikel rambut dan kelenjar
keringat turut hancur.

2.3 Keterampilan Keperawatan

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)


KOMPETENSI :
PEMERIKSAAN SISTEM INTEGUMEN
No. Dokumen No. Revisi Halaman
P.01.2012
Prosedur Tetap Tanggal terbit 2 Januari 2012
Pengertian Suatu kegiatan yang di laksanakan untuk menilai kemampuan mahasiswa dalam
Teknik pengkajian penting untuk mengevaluasi integumen yang mencakup
teknik inspeksi dan palpasi.
Tujuan Untuk mengetahui kemampuan mahasiswa keperawataan yang akan
melaksanakan praktek klinik di rumah sakit dalam :
1. Melakukan pemeriksaan kulit
2. Melakukan pemeriksaan kuku
3. Melakukan pemeriksaan rambut
4. Mengidentifikasi kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan integumen
Prosedur Uraian bobot nila Tanda tangan
i
I. Persiapan alat :
1. Sarung tangan/handscoen
2. Penggaris
3. Bullpen
4. Lembar dokumentasi
II. Persiapan Perawat
1. Memperkenalkan diri

40
2. Menjelaskan maksud dan tujuan
pemeriksaan
3. Memberikan posisi yang nyaman pada
pasien
III. Persiapan lingkungan
1. Ciptakan lingkungan yang nyaman
2. Gunakan sketsel saat melakukan prosedur
IV. Pelaksanaan :
1. Cuci tangan.
2. Pakai sarung tangan.
3. Menanyakan Riwayat kesehatan pasien
a. Keluhan/riwayat kesehatan yang
dirasakan atau dialami (gatal,benjolan).
b. Riwayat Alergi (obat, makanan dan
kosmetik)
c. Riwayat kesehatan berdasarkan tingkat
perkembangan, anak-anak, lansia dan
wanita hamil.
d. Aktifitas sehari-hari seperti kebersihan
diri, lingkungan, gaya hidup dan hal
lain yang menimbulkan penyakit atau
masalah pada sistem integument.
Inspeksi dan Palpasi
4. Inspeksi kulit untuk mengetahui warna
kulit, jaringan parut, lesi dan kondisi
vaskularisasi
5. Palpasi untuk mengetahui suhu kulit
(bandingkan dengan suhu kesua kaki dan
tangan dengan menggunakan punggung
tangan), tekstur, edema atau adanya lesi.
6. Palpasi (tarik/cubit lembut untuk
mengetahui turgor kulit) normalnya
kembali cepat
7. Jika terdapat edema tentukan derajat
pitting edema. Derajat edema ditentukan
untuk menentukan cairan yang akan
diberikan. Ada beberapa penilaian.
Pertama dikatakan pitting edema minimal
terjadi pada kesua punggung kaki Dengan
rejat edema yaitu (+) pada kedua
punggung kaki, (++) pada Tungkai dan
lengan bawah, (++++) pada Seluruh
tubuh termasuk dada dan perut. Penilaian
yang kedua adalah sebagai berikut :
a. Derajat I : kedalamannya 1- 3 mm
dengan waktu kembali 3 detik
b. Derajat II : kedalamannya 3-5 mm
dengan waktu kembali 5 detik

41
c. Derajat III : kedalamannya 5-7 mm
dengan waktu kembali 7 detik
d. Derajat IV : kedalamannya 7 mm
dengan waktu kembali 7 detik
8. Inspeksi kuku jari untuk menentukan
lengkungan dan sudut kuku (Abnormal
bila sudut > 60°), catat warna, bentuk
dan setiap ketidak normalan
9. Palpasi untuk pemeriksaan CRT (< 3
detik)
10. Inspeksi pola penyebaran rambut
(normalnya penyebaran rambut merata,
tidak ada lesi dan pitak)
11. Inspeksi warna rambut, perhatikan
keseuaian antara warna dan usia. Serta
inspeksi adanya warna rambut coklat
kemerahan yang mungkin terjadi pada
malnutrisi
12. Lakukan palpasi area rambut dan kepala
dengan sirkuler. Perhatikan ada atau
tidaknya masa serta nyeri tekan.
13. Perhatikan konsistensi rambut : halus atau
kasar, pecah-pecah atau mudah rontok
saat dipegang
Total Nilai
Unit Terkait

42
VARIASI WARNA KULIT

Warna Proses Penyebab Lokasi


Cokelat  Deposisi Melanin Sinar matahari, hamil, dan Area Terbuka
penyakit sperti Addison
dan beberapa tumor
pituitary

 Deposisi melanin Hemekromatosis


hemosiderin

Biru Deoksihemoglobin Ansietas/dingin Kuku, bibir, mukosa


(Sianosis) meningkat akibat Penyakit jantung paru mulut lidah dan kuku
hipoksia
Biru Peningkatan Polisitemia Wajah, konjungtiva,
kemerahan hemoglobin tangan dan kaki
Merah  Dilatasi/ Demam, peradangan, Wajah, dada, daerag
peningkatan jumlah alcohol peradangan
pembuluh darah/
Aliran darah

 Penggunaan oksigen Lingkungan yang dingin Area yang terkena


dikulit menurun dingin

Kuning Kadar bilirubin Penyakit hati Konjungtiva


(ikterik) meningkat
Karotemia Kadar karotin Peningkatan asupan Telapak tangan, kaki,
meningkat karotin wajah, konjungtiva
Uremia Akibat retensi urinaria Penyakit ginjal kronis Pada area terbuka
kronis
Warna Penurunan kadar  Anemia Pada wajahn
berkurang melanin konjungtiva, mulut

 Vitiligo Pada area terbuka

LESI PADA KULIT

Jenis Lesi Primer Keterangan


Makula Merupakan kelainan pada kulit yang biasanya tidak disertai dengan
adanya benjolan. Bergaris tengah kurang dari satu centimeter
Papula Masa padat yang menonjol, batas terlihat jelas, biasanya kurang dari
0,5 cm
Tumor Masa yang padat dan menonjol, lebih dalam dari papua
Vesikula Papula dengan cairan serosa didalamnya
Pustula Papula dengan cairan pus didalamnya

43
Jenis Lesi Sekunder Keterangan
Ulkus Luka yang menembus epidermis sampai korium
Atrofia Menipisnya kulit karena berkurangnya satu atau lebih lapisan kulit

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dapat kita simpulkan bahwa gangguan integument adalah terputusnya kontinuitas
suatu jaringan karena adanya cedera atau pembedahan karena rusaknya kesatuan atau
komponen jaringan dimana secara spesifik terdapat subtansi jaringan yang rusak atau hilang.
Integument sendiri mempunyai system dimana system inilah yang membedakan,
memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya.
Integument juga mempunyai beberapa komponen seperti kulit, rambut, kuku, dan kelenjar
kulit. Integument / luka bisa timbul akibat adanya infeksi virus, bakteri (kusta), parasite,
kegagalan keratinasi (psoriasis), dan adanya luka bakar.

3.2 Saran

Setelah memperoleh kesimpulan tentang Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan


Gangguan Integumen (Luka), maka penulis dapat mengemukakan saran sebagai berikut :

1. Bagi Pembaca
Diharapkan penulis makalah ini memberi masukan dan dapat diaplikasikan di
kehidupan dan membaca serta dapat memahami.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Diharapkan penulis makalah ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk melakukan
pembuatan makalah selanjutnya.

44
Daftar Rujukan

https://www.academia.edu/34827984/Sistem_Integumen

https://www.academia.edu/6424987/MAKALAH_SISTEM_INTEGUMEN

45

Anda mungkin juga menyukai