Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN PENDAHULUAN

DERMATITIS

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Keperawatan Medikal Bedah III

Dosen pengampu mata kuliah : Ns, Sri. Yulianti. S,Kep, M.Kep.


Disusun Oleh: Kelompok 5
3B keperawatan

mawan setiawan : 201801066


Jihan pahira : 201801064

PROGAM STUDI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya,
akhirnya penyusun dapat menyelesaikan LAPORAN DAN ASKEP Dermatitis ini
dengan tepat waktu dan tanpa halangan yang berarti.
Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB
III serta sebagai penambah pengetahuan dan wawasan bagi penyusun dan para
pembaca khususnya mengenai Dermatitis. Semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat kepada semua pihak yaitu bagi penyusun maupun pembaca. Penyusun
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun
mengharapkan adanya kritik maupun saran sebagai perbaikan dalam penyusunan
selanjutnya.

Selasa,08 september
2020

penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................
A. Latar Belakang....................................................................................
B. Tujuan Penulisan................................................................................
C. Manfaat penulisan...............................................................................

BAB II PEMBAHASAN .................................................................................


A. Anatomi dan fisiologi ........................................................................

B. Konsep medis.....................................................................................
1. Definisi........................................................................................
2. Eiologi.........................................................................................
3. Patofisiologi ................................................................................
4. Pathway ......................................................................................
5. Manefestasi Klinis ......................................................................
6. Klasifikasi ...................................................................................
7. Penatalaksanaan ..........................................................................
8. Komplikasi .................................................................................
C. Proses Keperawatan............................................................................
1. Pengkajian...................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan................................................................
3. Intervensi Dan Rasional..............................................................
D. Pencegahan.........................................................................................
E. Evidence Based-Pratice Terkait..........................................................
F. Terapi Komplementer.........................................................................
BAB III PENUTUP..........................................................................................
A. Kesimpulan......................................................................................
B. Saran.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah eflo-
resensi polimorfik (eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal) (Adhi
Juanda,2005).
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon
terhadap pengaruh fakor eksogen atau pengaruh factor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan
keluhan gatal (Djuanda, Adhi, 2007).
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada
kulit (Widhya, 2011).
Alergi adalah suatu perubahan reaksi atau respon pertahanan tubuh yang menolak
dan tidak tahan terhadap zat zat asing yang masuk dalam tubuh (Robert Davies, 2003).
Alergi merupakan respons sistem imun yang tidak tepat dan sering kali membahayakan
terhadapa substansi yang biasanya tidak berbahaya. Reaksi alergi merupakan manifestasi
cedera jaringan yang terjadi akibat interaksi antara antigen dan antibody (Brunner &
Suddarth, 2002)
Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang
dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula. Alergi
makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang
ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan.
Alergi obat adalah reaksi alergi dimana sistem kekebalan tubuh bereaksi secara
berlebihan (abnormal) terhadap obat-obatan tertentu yang di konsumsi oleh seseorang.
Beberapa jenis obat termasuk obat yang dijual bebas ataupun resep dokter bisa berpotensi
menimbulkan alergi terhadap orang yang sensitif terhadap obat tersebut, jadi bisa saja
obat A menimbulkan alergi bagi si B namun tidak menimbulkan reaksi alergi bagi si C.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada pasien dengan dermatitis
dan alergi makanan dan obat.
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi konsep dermatitis dan alergi makanan dan obat meliputi definisi,
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan patofisiologi.
b. Mengidentifikasi proses keperawatan pada dermatitis dan alergi makanan dan
obat meliputi pengkajian, analisa data dan diagnosa, intervensi dan evaluasi.
C. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan dermatitis
sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah KMB II
2. Mahasiswa memahami konsep dan proses keperawatan pada klien dengan alergi
makanan dan obat sehingga menunjang pembelajaran mata kuliah KMB II
3. Mahasiswa mengetahui proses keperawatan yang benar sehingga dapat menjadi bekal
dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II

PEMBAHASAAN

A. Anatomi dan Fisiologi


1. Anatomi

2. fisiologi
Kulit merupakan barier protektif yang memiliki fungsi vital seperti perlindungan
terhadap kondisi luar lingkungan baik dari pengaruh fisik maupun pengaruh kimia,
serta mencegah kelebihan kehilangan air dari tubuh dan berperan sebagai
termoregulasi. Kulit bersifat lentur dan elastis yang menutupi seluruh permukaan
tubuh dan merupakan 15% dari total berat badan orang dewasa (Paul et al., 2011).
Fungsi proteksi kulit adalah melindungi tubuh dari kehilangan cairan elektrolit,
trauma mekanik dan radiasi ultraviolet, sebagai barier dari invasi mikroorganisme
patogen, merespon rangsangan sentuhan, rasa sakit dan panas karena terdapat banyak
ujung saraf, tempat penyimpanan nutrisi dan air yang dapat digunakan apabila terjadi
penurunan volume darah dan tempat terjadinya metabolisme vitamin D (Richardson,
2003; Perdanakusuma, 2007).
Kulit terdiri dari dua lapisan yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang
merupakan lapisan epitel dan lapisan dalam yaitu dermis yang merupakan suatu
lapisan jaringan ikat.
a. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan terluar kulit yang terdiri dari epitel berlapis
bertanduk, mengandung sel malonosit, Langerhans dan merkel. Tebal epidermis
berbeda-beda pada berbagai tempat di tubuh, paling tebal terdapat pada telapak
tangan dan kaki. Ketebalan epidermis hanya sekitar 5% dari seluruh ketebalan
kulit. Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas sampai
yang terdalam) yaitu stratum korneum, stratum lusidum, stratum granulosum,
stratum spinosum dan stratum basale (stratum Germinatum) (Perdanakusuma,
2007).
b. Dermis
Dermis tersusun oleh sel-sel dalam berbagai bentuk dan keadaan, dermis
terutama terdiri dari serabut kolagen dan elastin. Serabut-serabut kolagen menebal
dan sintesa kolagen akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia.
Sedangkan serabut elastin terus meningkat dan menebal, kandungan elastin kulit
manusia meningkat kira-kira 5 kali dari fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut
kolagen akan saling bersilang dalam jumlah yang besar dan serabut elastin akan
berkurang mengakibatkan kulit terjadi kehilangan kelenturanannya dan tampak
berkeriput (Perdanakusuma, 2007). Di dalam dermis terdapat folikel rambut,
papilla rambut, kelenjar keringat, saluran keringat, kelenjar sebasea, otot penegak
rambut, ujung pembuluh darah dan ujung saraf dan sebagian serabut lemak yang
terdapat pada lapisan lemak bawah kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).
c. Lapisan Subkutan
Lapisan subkutan merupakan lapisan dibawah dermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan kulit
secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya berbeda-beda
menurut daerah tubuh dan keadaan nutrisi individu. Berfungsi menunjang suplai
darah ke dermis untuk regenerasi (Perdanakusuma, 2007)

B. konsep medis
1. definisi
Eksim atau sering disebut eksema, atau dermatitis adalah peradangan hebat yang
menyebabkan pembentukan lepuh atau gelembung kecil (vesikel) pada kulithingga
akhirnya pecah danmengeluarkan cairan. Istilah eksim juga digunakan untuk
sekelompok kondisi yangmenyebabkan perubahan pola pada kulit dan menimbulkan
perubahan spesifik di bagian permukaan. Istilah ini diambil dari Bahasa Yunaniyang
berarti 'mendidih atau mengalir keluar(Mitchell dan Hepplewhite, 2005)
Dermatitis adalah peradangan kulit epidermis dan dermis sebagai respon terhadap
pengaruh faktoreksogen atau faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berubah
eflo-resensi polimorfik(eritema, edema,papul, vesikel, skuama, dan keluhan gatal)
( Adhi Juanda,2005)
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangankerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal
pada kulit (Widhya, 2011).

2. Aspek epidemiologi
a. Global
Prevalensi dermatitis atopik (DA) secara global adalah 15-20% pada anak-
anak dan 1-3% pada dewasa dengan peningkatan insidensi sekitar 2-3 kali lipat
dalam beberapa dekade terakhir di negara-negara industri. Insidensi DA tertinggi
terjadi pada awal masa kanak-kanak dan bayi, dimana 85% kasus DA muncul
pada tahun pertama kehidupan dan 95% kasus DA muncul sebelum usia 5 tahun.
Prevalensi DA yang tinggi banyak terjadi di Amerika serikat, Eropa Utara
dan Barat, Afrika perkotaan, Jepang, Australia dan negara industri lainnya, namun
prevalensi DA lebih sedikit pada negara regio agrikultural seperti Cina dan Eropa
Timur, Afrika bagian pedesaan, dan Asia tengah.
Prevalensi DA di Amerika Serikat berkisar antara 10-12% pada anak-anak
dan 0.9% pada orang dewasa. Perbandingan orang keturunan Afrika dan Asia
yang berobat dengan kasus DA lebih tinggi dibandingkan dengan orang keturunan
Eropa. Sedangkan di Cina dan Iran, angka prevalensi berkisar antara 2-3%. Selain
itu, beberapa penelitian menunjukkan bahwa imigran dari negara berkembang
yang hidup di negara maju memiliki tingkat insidensi DA yang lebih tinggi dari
populasi asal.
Penelitian yang dilakukan oleh The International Study of Asthma and
Allergies in Childhood (ISAAC) menyatakan bahwa DA merupakan penyakit
dengan prevalensi yang tinggi dan dapat mengenai pasien baik pada negara
berkembang atau negara maju. ISAAC juga melaporkan perbandingan prevalensi
DA berdasarkan jenis kelamin dengan keseluruhan rasio wanita : pria adalah
1.3:1.0.
b. Indonesia
Di Indonesia, menurut Kelompok Studi Dermatologi Anak (KSDAI),
angka prevalensi kasus DA mencapai sekitar 23,67%, dimana DA menempati
peringkat pertama dari 10 besar penyakit kulit anak, seperti moluskum
kontagiosum.

3. Etiologi
Penyebab dermatitis dapat berasal dari luar(eksogen), misalnya bahan kimia
(contoh :detergen,asam, basa, oli, semen), fisik (sinar dan suhu), mikroorganisme
(contohnya : bakteri, jamur) dapat pula dari dalam(endogen), misalnya dermatitis
atopik.(Adhi Djuanda,2005)
Sejumlah kondisi kesehatan, alergi, faktor genetik, fisik, stres, dan iritasi dapat
menjadi penyebab eksim. Masing-masing jenis eksim, biasanya memiliki penyebab
berbeda pula. Seringkali, kulit yang pecah-pecah dan meradang yang disebabkan
eksim menjadi infeksi.
Jika kulit tangan ada strip merah seperti goresan, kita mungkin mengalami selulit
infeksi bakteriyang terjadi di bawah jaringan kulit. Selulit muncul karena peradangan
pada kulit yang terlihat bentol-bentol, memerah, berisi cairan dan terasa panas saat
disentuh dan .Selulit muncul padaseseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak
bagus. Segera periksa ke dokter jika kitamengalami selulit dan eksim.
4. patofisiologi
pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang
disebabkanoleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan
merusak lapisan tanduk,dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan
tersebut akan berdifusi melaluimembran untuk merusak lisosom, mitokondria dan
komponen-komponen inti sel. Denganrusaknya membran lipid keratinosit maka
fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asamarakidonik akan membebaskan
prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan
transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akanmenarik
neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin,
prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan
menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan
sintesis protein. Padadermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan
keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis
kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontakiritan tidak melalui fase
sensitisasi.Ada dua jenis bahan iritan yaitu : iritan kuat dan iritan lemah.Iritan kuat
akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua
orang,sedang iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami
kontak berulang-ulang. Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan,
gesekan dan oklusi, mempunyaiandil pada terjadinya kerusakan tersebut.
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV
yangmenyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
a. Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini
terjadi sensitisasiterhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan
kontaktan yang disebut alergen kontakatau pemeka. Terjadi bila hapten menempel
pada kulit selama 18-24 jam kemudian haptendiproses dengan jalan pinositosis
atau endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untukmengadakan ikatan
kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplekhapten
protein. Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan
dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji
antigen (antigen presenting cell). Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan
ke parakorteks Limfonodusregional dan terjadilah proses penyajian antigen
kepada molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation4+) dan molekul CD3.
CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel
Langerhans,sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein
heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik,
misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja.
Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat
ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel
Langerhans dirangsang untukmengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan
merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2.Kemudian IL-2 akan mengakibatkan
proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory Tcells, yang akan
bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki
faseelisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada
manusia berlangsungselama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada
saat ini individu tersebut telahtersensitisasi yang berarti mempunyai resiko untuk
mengalami dermatitis kontak alergik.
b. Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari
antigen yang sama dansel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam
kompartemen dermis. Sel Langerhans akanmensekresi IL-1 yang akan
merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akanmerangsang INF
(interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang
keratinositmemproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang
langsung beraksi denganlimfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid.
Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast danmakrofag untuk melepaskan histamin
sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yangmeningkat. Akibatnya timbul
berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikulayang akan
tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa
mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel,
kerusakan sel Langerhans dan selkeratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan
2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasiINF gamma. PGE-1,2 berfungsi
menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel Tdengan keratisonit.
Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak
degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek
merangsangmolekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa
mekanisme lain, seperti sel B dan selT terhadap antigen spesifik, dan akhirnya
menekan atau meredakan peradangan.

5. Patway

sabun, detergen, zat kimia


iritan primer

mengiritasi kulit kerusakan integritas kulit

peradangan kulit

risiko infeksi nyeri gangguan citra tubuh

allergen : s sensitizen

sel Langerhans & makrofag

sel T

sensitisasi sel T oleh saluran limfe terpajan ulang

reaksi hipersensitivitas IV sel efektor mengeluarkan limfokin

gejala klinis gatal, panas, kemerahan

gangguan pola tidur

6. manifestasi klinis
subyektif ada tanda tanda radang akut terutama priritus ( sebagai pengganti dolor).
Selainitu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau
pembengkakan dangangguan fungsi kulit (function laisa).Obyektif, biasanya batas
kelainan tidak tgas an terdapt lesi polimorfi yang dapat timbul scara serentak atau
beturut-turut. Pada permulaan eritema danedema.Edema sangat jelas pada klit yang
longgar misalya muka (terutama palpebra dan bibir)dan genetelia eksterna .Infiltrasi
biasanya terdiri atas papul.
Dermatitis madidans (basah) bearti terdapat eksudasi.Disana-sini terdapat
sumberdermatitis, artinya terdapat Vesikel-veikel fungtiformis yang berkelompok
yang kemudianmembesar. Kelainan tersebut dapat disertai bula atau pustule, jika
disertai infeksi.Dermatitis sika(kering) berarti tiak madidans bila gelembung-
gelumbung mongering maka akan terlihat erosiatau ekskoriasi dengan krusta. Hal ini
berarti dermatitis menjadi kering disebut ematiti sika.Padastadium tersebut terjadi
deskuamasi, artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronis tapaklikenifikasi dan
sebagai sekuele telihat hiperpigmentai tau hipopigmentasi.
7. Klasifikasi
Dermatitis muncul dalam beberapa jenis, yang masing-masing memiliki indikasi
dan gejala berbeda:
a. Contact Dermatitis
Dermatitis kontak adalah dermatitis yang disebabkan oleh bahan/substansi
yang menempel pada kulit.(Adhi Djuanda,2005).Dermatitis yang muncul dipicu
alergen (penyebab alergi) tertentu seperti racun yangterdapat pada tanaman
merambat atau detergen. Indikasi dan gejala antara kulit memerah dangatal. Jika
memburuk, penderita akan mengalami bentol-bentol yang meradang.
Disebabkankontak langsung dengan salah satu penyebab iritasi pada kulit atau
alergi. Contohnya sabuncuci/detergen, sabun mandi atau pembersih lantai.
Alergennya bisa berupa karet, logam, perhiasan, parfum, kosmetik atau rumput.
b. Neurodermatitis
Peradangan kulit kronis, gatal, sirkumstrip, ditandai dengan kulit tebal dan
garis kulittampak lebih menonjol(likenifikasi) menyerupai kulit batang kayu,
akibat garukan atau gosokanyang berulang-ulang karena berbagai ransangan
pruritogenik.(Adhi Djuanda,2005)
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang, bisa berwujud kecil,
datar dan dapat berdiameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. Penyakit ini muncul saat
sejumlah pakaian ketat yang kitakenakan menggores kulit sehingga iritasi. Iritasi
ini memicu kita untuk menggaruk bagian yangterasa gatal. Biasanya muncul pada
pergelangan kaki, pergelangan tangan, lengan dan bagian belakang dari leher.
c. Seborrheich Dermatitis
Kulit terasa berminyak dan licin; melepuhnya sisi-sisi dari hidung, antara
kedua alis, belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali
diakibatkan faktor keturunan,muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau
orang yang menderita penyakit saraf sepertiParkinson.
d. Statis Dermatitis
Merupakan dermatitis sekunder akibat insufisiensi kronik vena(atau
hipertensi vena)tungkai bawah.(Adhi Djuanda,2005).Yang muncul dengan adanya
varises, menyebabkan pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi
memerah atau coklat, menebal dan gatal. Dermatitis muncul ketikaadanya
akumulasi cairan di bawah jaringan kulit. Varises dan kondisi kronis lain pada
kaki jugamenjadi penyebab.
e. Atopic Dermatitis
merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif, disertai gatal yang
umumnyasering terjadi selama masa bayi dan anak-anaka, sering berhubungan
dengan peningkatan kadarIgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita(D.A, rinitis alergik, atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul
gatal yang kemudian mengalami ekskoriasi danlikenifikasi, distribusinya
dilipatan(fleksural).
Dengan indikasi dan gejala antara lain gatal-gatal, kulit menebal, dan
pecah-pecah.Seringkali muncul di lipatan siku atau belakang lutut. Dermatitis
biasanya muncul saat alergi danseringkali muncul pada keluarga, yang salah satu
anggota keluarga memiliki asma. Biasanyadimulai sejak bayi dan mungkin bisa
bertambah atau berkurang tingkat keparahannya selamamasa kecil dan dewasa.
8. Pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
a. Pencegahan primer
pencegahan primer yang dapat dilakukan setelah anak dilahirkan adalah
memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan. Ibu menyusui tidak perlu pantang
makanan kecuali terbukti penyebab timbulnya dermatitis atopik. Bila ibu tidak
memungkinkan untuk menyusui, maka bayi dengan bakat alergi dapat diberikan
susu formula hidrolisat parsial. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian susu
formula hidrolisat parsial dapat mencegah atau menunda timbulnya dermatitis
atopik dibandingkan dengan pemberian susu formula biasa. Namun demikian susu
formula hidrolisat parsial tidak dapat menggantikan kedudukan ASI sebagai
pilihan nutrisi pertama pada bayi. Pengenalan makanan padat tidak dilakukan
sebelum bayiberusia 4-6 bulan. Bukti ilmiah menunjukkan bahwa penundaan
pengenalan makanan padat setelah bayi berusia 4-6 bulan tidak mengurangi risiko
perkembangan penyakit alergi, baik pada bayi dengan ASI maupun bayi dengan
susu formula. Penundaan pengenalan makanan yang mempunyai risiko alergi
tinggi (seperti telur, kacang tanah, makanan laut) tidak mengurangi risiko
timbulnya penyakit alergi. Penghindaran asap rokok tetap dilakukan setelah anak
lahir.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder penyakit alergi dilakukan bila anak sudah
mengalami penyakit alergi sehingga mencegah kekambuhan penyakit alergi.
Dermatitis atopik pada bayi dan anak harus diobati dengan tepat untuk mencegah
alergi saluran pernapasan. Penyakit alergi saluran pernapasan atas harus diobati
untuk mengurangi risiko kejadian asma. Anak-anak yang sudah terpajan dengan
alergen didalam rumah, pajanan harus dikurangi untuk mencegah timbulnya
penyakit alergi.Upaya yang dapat dilakukan didalam rumah untuk menghindari
jamur adalah pastikan ventilasi baik sehingga ruangantidak lembab, pendingin
ruangan (air-conditioning) dibersihkan periodik, kamar mandi tidak lembab, wall
paper dalam ruangan lembab baiknya tidak dipakai lagi. Untuk menghilangkan
alergen tungau debu rumah,langkah yang dilakukan antara lain cover dan sprei
kasur diganti seminggu sekali dan dicuci dengan air hangat, tirai (gordyn) dicuci,
hindari meletakkan mainan diatas kasur, tidak menggunakan karpet, bahan kursi
sofa baiknya berbahan kulit agar mudah dibersihkan, pastikan sinar matahari
masuk kedalam rumah untuk mematikan tungau, Binatang berbulu tidak
ditempatkan didalam rumah, apalagi masuk ke kamar tidur. Eradikasi kecoa dan
bersihkan tempat-tempat yang memungkinkan kecoa hidup.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier penyakit alergi yang dilakukan adalah tatalaksana
penyakit alergi yang sudah timbul untuk menghentikan perjalanan alergi. Bayi
dengan alergi susu sapi harus menghindari protein susu sapi. Anak yang
menderita asma, rinitis alergi, alergi pada mata, dan dermatitis atopik dengan
pencetus alergen didalam rumah seperti tungau debu rumah, kecoa, dan binatang
berbulu,harus dihilangkan pajanan terhadap alergen untuk mengontrol gejala dan
mencegah kekambuhan.
9. penatalaksanaan
pada prinsipnya penatalaksanaan yang baik adalah mengidentifikasi penyebab dan
menyarankan pasien untuk menghindarinya, terapi individual yang sesuai dengan
tahap penyakitnya dan perlindungan pada kulit.
a. Pencegahan
Merupakan hal yang sangat penting pada penatalaksanaan dermatitis
kontak iritan dan kontakalergik. Di lingkungan rumah, beberapa hal dapat
dilaksanakan misalnya penggunaan sarungtangan karet di ganti dengan sarung
tangan plastik, menggunakan mesin cuci, sikat bergagang panjang, penggunaan
deterjen.
b. Pengobatan
1) Pengobatan topikal
Obat-obat topikal yang diberikan sesuai dengan prinsip-prinsip umum
pengobatan dermatitisyaitu bila basah diberi terapi basah (kompres terbuka),
bila kering berikan terapi kering. Makinakut penyakit, makin rendah prosentase
bahan aktif. Bila akut berikan kompres, bila subakutdiberi losio, pasta, krim
atau linimentum (pasta pendingin ), bila kronik berikan salep. Bila basah
berikan kompres, bila kering superfisial diberi bedak, bedak kocok, krim atau
pasta, bila keringdi dalam, diberi salep. Medikamentosa topikal saja dapat
diberikan pada kasus-kasus ringan.Jenis-jenisnya adalah :
a) Kortikosteroid
Kortikosteroid mempunyai peranan penting dalam sistem imun.
Pemberian topikal akanmenghambat reaksi aferen dan eferen dari dermatitis
kontak alergik. Steroid menghambataktivasi dan proliferasi spesifik antigen.
Ini mungkin disebabkan karena efek langsung pada sel penyaji antigen dan
sel T. Pemberian steroid topikal pada kulit menyebabkan hilangnya
molekulCD1 dan HLA-DR sel Langerhans, sehingga sel Langerhans
kehilangan fungsi penyajiantigennya. Juga menghalangi pelepasan IL-2 oleh
sel T, dengan demikian profilerasi sel Tdihambat. Efek imunomodulator ini
meniadakan respon imun yang terjadi dalam prosesdermatitis kontak dengan
demikian efek terapetik. Jenis yang dapat diberikan adalahhidrokortison 2,5
%, halcinonid dan triamsinolon asetonid. Cara pemakaian topikal
denganmenggosok secara lembut. Untuk meningkatan penetrasi obat dan
mempercepat penyembuhan,dapat dilakukan secara tertutup dengan film
plastik selama 6-10 jam setiap hari. Perludiperhatikan timbulnya efek
samping berupa potensiasi, atrofi kulit dan erupsi akneiformis.
b) Radiasi ultraviolet
Sinar ultraviolet juga mempunyai efek terapetik dalam dermatitis kontak
melalui sistem imun.Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan hilangnya
fungsi sel Langerhans dan menginduksi
timbulnya sel panyaji antigen yang berasal dari sumsum tulang yang dapat
mengaktivasi sel Tsupresor. Paparan ultraviolet di kulit mengakibatkan
hilangnya molekul permukaan sel langehans(CDI dan HLA-DR), sehingga
menghilangkan fungsi penyaji antigennya. Kombinasi 8-methoxy- psoralen
dan UVA (PUVA) dapat menekan reaksi peradangan dan imunitis. Secara
imunologisdan histologis PUVA akan mengurangi ketebalan epidermis,
menurunkan jumlah sel Langerhansdi epidermis, sel mast di dermis dan
infiltrasi mononuklear. Fase induksi dan elisitasi dapatdiblok oleh UVB.
Melalui mekanisme yang diperantarai TNF maka jumlah HLA- DR + dari
selLangerhans akan sangat berkurang jumlahnya dan sel Langerhans
menjadi tolerogenik. UVB juga merangsang ekspresi ICAM-1 pada
keratinosit dan sel Langerhans.
c) Siklosporin A
Pemberian siklosporin A topikal menghambat elisitasi dari
hipersensitivitas kontak pada marmut percobaan, tapi pada manusia hanya
memberikan efek minimal, mungkin disebabkan olehkurangnya absorbsi
atau inaktivasi dari obat di epidermis atau dermis.
d) Antibiotika dan antimikotika
Superinfeksi dapat ditimbulkan oleh S. aureus, S. beta dan alfa
hemolitikus, E. koli, Proteus danKandida spp. Pada keadaan superinfeksi
tersebut dapat diberikan antibiotika (misalnya gentamisin) dan antimikotika
(misalnya clotrimazole) dalam bentuk topikal.
e) Imunosupresif
Obat-obatan baru yang bersifat imunosupresif adalah FK 506 (Tacrolimus)
dan SDZ ASM 981.Tacrolimus bekerja dengan menghambat proliferasi sel
T melalui penurunan sekresi sitokinseperti IL-2 dan IL-4 tanpa merubah
responnya terhadap sitokin eksogen lain. Hal ini akanmengurangi
peradangan kulit dengan tidak menimbulkan atrofi kulit dan efek samping
sistemik.SDZ ASM 981 merupakan derivat askomisin makrolatum yang
berefek anti inflamasi yangtinggi. Pada konsentrasi 0,1% potensinya
sebanding dengan kortikosteroid klobetasol-17- propionat 0,05% dan pada
konsentrasi 1% sebanding dengan betametason 17-valerat 0,1%,namun tidak
menimbulkan atrofi kulit. Konsentrasi yang diajurkan adalah 1%. Efek anti
peradangan tidak mengganggu respon imun sistemik dan penggunaan secara
topikal samaefektifnya dengan pemakaian secara oral.
2) Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik ditujukan untuk mengontrol rasa gatal dan atau
edema, juga pada kasus-kasus sedang dan berat pada keadaan akut atau kronik.
Jenis-jenisnya adalah :
a) Antihistamin
Maksud pemberian antihistamin adalah untuk memperoleh efek
sedatifnya. Ada yang berpendapat pada stadium permulaan tidak terdapat
pelepasan histamin. Tapi ada juga yang berpendapat dengan adanya reaksi
antigen-antobodi terdapat pembebasan histamin, serotonin,SRS-A,
bradikinin dan asetilkolin.
b) Kortikosteroid
Diberikan pada kasus yang sedang atau berat, secara peroral,
intramuskular atau intravena.Pilihan terbaik adalah prednison dan
prednisolon. Steroid lain lebih mahal dan memiliki.
kekurangan karena berdaya kerja lama. Bila diberikan dalam waktu singkat
maka efeksampingnya akan minimal. Perlu perhatian khusus pada penderita
ulkus peptikum, diabetes danhipertensi. Efek sampingnya terutama
pertambahan berat badan, gangguan gastrointestinal dan perubahan dari
insomnia hingga depresi. Kortikosteroid bekerja dengan menghambat
proliferasilimfosit, mengurangi molekul CD1 dan HLA- DR pada sel
Langerhans, menghambat pelepasanIL-2 dari limfosit T dan menghambat
sekresi IL-1, TNF-a dan MCAF.
c) Siklosporin
Mekanisme kerja siklosporin adalah menghambat fungsi sel T penolong
dan menghambat produksi sitokin terutama IL-2, INF-r, IL-1 dan IL-8.
Mengurangi aktivitas sel T, monosit,makrofag dan keratinosit serta
menghambat ekspresi ICAM-1.
d) Pentoksifilin
Bekerja dengan menghambat pembentukan TNF-a, IL-2R dan ekspresi
ICAM-1 pada keratinositdan sel Langerhans. Merupakan derivat teobromin
yang memiliki efek menghambat peradangan.
e) FK 506 (Trakolimus)
Bekerja dengan menghambat respon imunitas humoral dan selular.
Menghambat sekresi IL-2R,INF-r, TNF-a, GM-CSF . Mengurangi sintesis
leukotrin pada sel mast serta pelepasan histamindan serotonin. Dapat juga
diberikan secara topikal.
f) Ca++antagonis
Menghambat fungsi sel penyaji dari sel Langerhans. Jenisnya seperti
nifedipin dan amilorid.
g) Derivat vitamin D3
Menghambat proliferasi sel T dan produksi sitokin IL-1, IL-2, IL-6 dan
INF-r yang merupakanmediator-mediator poten dari peradangan. Contohnya
adalah kalsitriol.
h) SDZ ASM 981
Merupakan derivay askomisin dengan aktifitas anti inflamasi yang tinggi.
Dapat juga diberikansecara topical, pemberian secara oral lebih baik
daripada siklosporin
10. komplikasi
a. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
b. Infeksi sekunder khususnya oleh Stafilokokus aureus
c. hiperpigmentasi atau hipopigmentasi post inflamasi
d. jaringan parut muncul pada paparan bahan korosif atau ekskoriasi
11. farmakologi
Pada pasien dengan gejala yang lokal (mulut gatal, urtikaria lokal, dan lain-lain)
cukup diberikan antihistamin oral difenhidramin 25–50 mg setiap 6–8 jam, atau
cetrizin 5–10 mg/hari, atau loratidine 10-20 mg/hari).
Sementara pasien dengan gejala sistemik anafilaksis, dapat diberikan epinefrin :
Pada dewasa: 0,3–0,5 ml larutan 1:1.000
Pada anak: 0,01 ml/kgBB larutan 1:1.000
Epinefrin diberikan secara intramuskular dan dapat diulang setelah 10–15 menit.
Selain itu, dapat ditambah antihistamin parenteral difenhidramin 10–50 mg IV/IM
setiap 6–8 jam
12. Terapi Komplemeter
a. perianal hygiene dengan air rebusan daun sirih
Diaper dermatitis banyak ditemui pada bayi yang memakai popok
disposable. Diaper dermatitis berupa ruam yang terjadi didalam area popok.
Diaper dermatitis harus segera diatasi karena ruam dapat menyebar ke seluruh
tubuh yang dapat menimbulkan kelainan kulit yang meluas hingga ke daerah
perut, paha dan sekitarnya. Perianal hygiene merupakan perawatan pada area
genitalia, area sekitar anus, lipatan paha serta pantat bayi. Perawatan perianal ini
penting untuk menjaga kesehatan kulit bayi, khususnya pada daerah genitalia bayi
yang merupakan bagian yang sangat sensitif. Secara umum daun sirih
mengandung minyak atsiri sampai 4,2%, senyawa fenil propanoid, dan tannin.
Senyawa ini bersifat antimikroba dan antijamur yang kuat dan dapat menghambat
pertumbuhan beberapa jenis bakteri.
b. terapi lintah
Penggunaan lintah menjadi pilihan untuk menghindari efek samping dari
penggunaan obat-obatan yang biasa diberikan. Lintah yang sering digunakan pada
terapi adalah spesies Hirudo medicinalis, H. verbana dan H. orientalis. Saliva
yang terdapat pada lintah memiliki 100 substansi aktif yang berperan sebagai anti
inflamatorik. Terapi lintah juga merupakan salah satu terapi yang baik untuk
membuang toksin, alergen, dan darah kotor yang statis pada area lesi. Konstituen
anti inflamatorik dan antihistamin pada saliva lintah meredakan reaksi radang
pada eksim atopik.

C. proses keperawatan
1. pengkajian
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama.
Biasanya pasien mengeluh gatal, rambut rontok.
c. Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan sejak kapan pasien merasakan keluhan seperti yang ada pada
keluhan utama dantindakan apa saja yang dilakukan pasien untuk
menanggulanginya.
2) Riwayat penyakit dahulu
Apakah pasien dulu pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit kulit
lainnya.
3) Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang pernah menderita penyakit seperti ini atau penyakit
kulit lainnya.
4) Riwayat psikososial
Apakah pasien merasakan kecemasan yang berlebihan. Apakah sedang
mengalami stress yang berkepanjangan.
5) Riwayat pemakaian obat
Apakah pasien pernah menggunakan obat-obatan yang dipakai pada kulit, atau
pernahkah pasientidak tahan (alergi) terhadap sesuatu obat
d. Pola Fungsional Gordon
1) Pola persepsi dan penanganan kesehatan
Tanyakan kepada klien pendapatnya mengenai kesehatan dan penyakit.
Apakah pasien langsungmencari pengobatan atau menunggu sampai penyakit
tersebut mengganggu aktivitas pasien.
2) Pola nutrisi dan metabolisme
a) Tanyakan bagaimana pola dan porsi makan sehari-hari klien ( pagi, siang
dan malam )
b) Tanyakan bagaimana nafsu makan klien, apakah ada mual muntah,
pantangan atau alergi
c) Tanyakan apakah klien mengalami gangguan dalam menelan
d) Tanyakan apakah klien sering mengkonsumsi buah-buahan dan sayur-
sayuran yangmengandung vitamin antioksidant
3) Pola eliminasi
a) Tanyakan bagaimana pola BAK dan BAB, warna dan karakteristiknya
b) Berapa kali miksi dalam sehari, karakteristik urin dan defekasi
c) Adakah masalah dalam proses miksi dan defekasi, adakah penggunaan alat
bantu untuk miksidan defekasi.
4) Pola aktivitas/olahraga
a) Perubahan aktivitas biasanya/hobi sehubungan dengan gangguan pada
kulit.
b) Kekuatan Otot :Biasanya klien tidak ada masalah dengan kekuatan ototnya
karena yangterganggu adalah kulitnya
c) Keluhan Beraktivitas : kaji keluhan klien saat beraktivitas.
5) Pola istirahat/tidur
a) Kebiasaan : tanyakan lama, kebiasaan dan kualitas tidur pasien
b) Masalah Pola Tidur : Tanyakan apakah terjadi masalah istirahat/tidur yang
berhubungan dengangangguan pada kulit
c) Bagaimana perasaan klien setelah bangun tidur? Apakah merasa segar
atau tidak?
6) Pola kognitif/persepsi
a) Kaji status mental klien
b) Kaji kemampuan berkomunikasi dan kemampuan klien dalam memahami
sesuatu
c) Kaji tingkat anxietas klien berdasarkan ekspresi wajah, nada bicara klien.
Identifikasi penyebabkecemasan klien
d) Kaji penglihatan dan pendengaran klien.
e) Kaji apakah klien mengalami vertigo
f) Kaji nyeri : Gejalanya yaitu timbul gatal-gatal atau bercak merah pada
kulit.
7) Pola persepsi dan konsep diri
a) Tanyakan pada klien bagaimana klien menggambarkan dirinya sendiri,
apakah kejadian yangmenimpa klien mengubah gambaran dirinya
b) Tanyakan apa yang menjadi pikiran bagi klien, apakah merasa cemas,
depresi atau takut
c) Apakah ada hal yang menjadi pikirannya
8) Pola peran hubungan
a) Tanyakan apa pekerjaan pasien
b) Tanyakan tentang system pendukung dalam kehidupan klien seperti:
pasangan, teman, dll.
c) Tanyakan apakah ada masalah keluarga berkenaan dengan perawatan
penyakit klien
9) Pola seksualitas/reproduksi
a) Tanyakan masalah seksual klien yang berhubungan dengan penyakitnya
b) Tanyakan kapan klien mulai menopause dan masalah kesehatan terkait
dengan menopause
c) Tanyakan apakah klien mengalami kesulitan/perubahan dalam pemenuhan
kebutuhan seks
10) Pola koping-toleransi stress
a) Tanyakan dan kaji perhatian utama selama dirawat di RS ( financial atau
perawatan diri )
b) Kaji keadan emosi klien sehari-hari dan bagaimana klien mengatasi
kecemasannya (mekanismekoping klien ). Apakah ada penggunaan obat
untuk penghilang stress atau klien sering berbagimasalahnya dengan
orang-orang terdekat.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
b. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan lunak.
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imunitas
d. Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus
e. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.
f. Kurang pengetahuan tentang program terapi berhubungan dengan kurangnya
informasi
3. Intervensi dan rasional
a. Kerusakan integritas kulit b.d kekeringan pada kulit.
Tujuan : Dalam 5 x 24 jam integritas kulit membaik secara optimal.
Kriteria hasil : Pertumbuhan jaringan membaik dan lesi psoarisis berkurang.

Intervensi Rasional
Kaji kerusakan jaringan kulit yang Menjadi data dasar untuk
terjadi pada klien. memberikan informasi intervensi
perawatan yang digunakan
Lakukan tindakan peningkatan Untuk menghindari cedera kulit,
integritas jaringan. pasien harus dinasehati agar tidak
mencubit atau menggaruk daerah
yang sakit. Tindakan untuk
mencegah kekeringan kulit perlu di
anjurkan karena kulit yang kering
akan memperburuk keadaan
perosiasi. Tindakan membasuh lesi
yang terlalu sering akan menambah
rasa sakit dan pembentukan sisik.
Air yang dipakai harus hangat dan
tidak panas, kulit harus dikeringkan
dengan cara menepuknya memakai
handuk dan bukan menggososknya
kuat kuat. Prefaratemolien memiliki
efek pelembab dengan menimbulkan
lapisan oklusif pada permukaan kulit
sehingga kehilangan air yang
normalnya akan terjadi dapat
dihambat, dengan demikian air yang
terperangkap tersebut akan
menciptakan hidrasi
stratumkorneum. Larutan pembersih
emolien atau bath oil dapat
menambah rasa nyaman pada luka
dan mengurangi pembentukan sisik.
Pelunakan kulit dapat mencegah
timbulnya fissura.
Tingkatkan asupan nutrisi Diet TKTP diperlukan untuk
meningkatkan asupan dari kebutuhan
pertumbuhan jaringan.
Evaluasi kerusakan jaringan dan Apabila masih belum mencapai dari
perkembangan pertumbuhan jaringan kriteria evaluasi 5x 24 jam, maka
perlu dikaji ulang faktor – faktor
menghambat pertumbuhan dan
perbaikan dari lesi.
Lakukan pencegahan artritis psoriatik Diagnosa psoriasis, khusunya jika
disertai dengan komplikasi artritis,
biasanya sulit ditegakkan . artritis
psoriatik yang mengenai sendi sendi
sakro iliaka dan distal jari-jari tangan
mungkin terlewatkan, khususnya
jika pasien ditemukan dengan
diagnosis lesi, psioriatik tipikal yang
sudah ditegakkan.sebaliknya.
b. Nyeri b.d kerusakan jaringan lunak, erosi jaringan lunak.
Tujuan : dalam waktu 1 x 24 jam nyeri berkurang atau hilang atau teradaptasi
Kriteria hasil :
1) Secara subjektof melaporkan nyeri berkurang atau dapat diadaptasi
2) Dapat mengidentifikasi aktivitas yang meningkatkan atau menurunkan
aktivitas nyeri.
3) Pasien tidak gelisah.

Intervensi Rasional
Kaji nyeri dengan pendekatan Menjadi parameter dasar untuk
PQRST mengetahui sejauh mana intervensi
yang diperlukan dan sebagai
evaluasi keberhasilan dari
intervensi manajmen nyeri
keperawatan.
Jelaskan dan bantu pasien dengan Pendekatan dengan menggunakan
tindakan pereda nyeri non relaksasi dan non farmakologi
farmakologi dan non invasif lainnya telah menunjukan
keefektifan dalam mengurangi
nyeri.
Lakukan menejemen keperawatan 1. posisi fisologis akan
1. atur posisi fisiologis meningkatkan asupan O2 ke
2. lakukan perawatan hygiene oral jaringan yang mengalami
3. istirahatkan klien peradangan subcutan bagian
4. bila perlu premedikasi sebelum tubuh yang mengalami
melakukan perawatan luka inflamasi lokal dilakukan
5. menejemen lingkungan : imobilisasi untuk menurunkan
lingkungan tenang, batasi respon peradangan dan
pengunjung meningkatkannkesembuhan
6. ajarkan tehnik relaksasi, 2. istirahat diperlukan selama
pernapasan dalam fase akut. kondisi ini akan
7. ajarkan tehnik distraksi pada saat meningkatkan suplai darah
nyeri pada jaringan yang mengalami
8. lakukan menjemen sentuhan peradangan .
3. kompres yang basah dan sejuk
atau terapi rendaman
merupakan tindakan protektif
yang dapat mengurangi rasa
nyeri .
4. lingkungan tenang akan
menurunkan stimulus nyeri
external dan pembatasan
pengunjung akan membantu
meningkatkan kondisi O2
ruangan yang akan berkurang
apabila banyak pengunjung
yang berada diruangan
5. meningkatkan asupan O2
sehingga menurunkan nyeri
sekunder dari peradangan
6. distraksi (pengalihan
perhatian) dapat menurunkan
stimulus internal dengan
mekanisme peningkatan
produksi endorfin dan
enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak
dikirimkan ke korteks serebri
sehingga menurunkan persepsi
nyeri
7. menagement sentuhan pada
saat nyeri berupa sentuhan
dukungan sikologis dapat
membantu menurunkan nyeri .
masase ringan dapat
meningkatkan aliran darah dan
dengan otomatis membantu
suplai darah dan oksigen ke
area nyeri serta menurunkan
sensasi nyeri .
Kolaborasi dengan dokter untuk Analgetik memblok lintasan nyeri
pemberian analgetik sehingga nyeri akan berkurang
Kolaborasi dengan dokter untuk Terapi antibiotik sistemik yang
pemberian antibiotik dipilih berdasarkan pemeriksaan
sensitifitas umumnya diperlukan
c. Resiko tinggi infeksi b.d penurunan imunitas, adanya port de entree pada lesi.
Tujuan : Dalam 7 x 24 jam tidak terjadi infeksi, terjadi perbaikan pada integritas
jaringan lunak.
Kriteria hasil :
1) Lesi akan menutup pada hari ke 7 tanpa adanya tanda-tanda infeksi dan
peradangan pada area lesi.
2) Leukosit dalam batas normal, TTV dalam batas normal.

Intervensi Rasional
Kaji kondisi lesi, banyak dan Mengidentifikasi kemajuan atau
besarnya bula, serta apakah adanya penyimpangan dari tujuan yang
order khusus dari tim dokter dalam diharapkan.
melakukan perawatan luka.
Buat kondisi balutan dalam Kondisi bersih dan kering akan
keadaan bersih dan kering menghindari kontaminasi
komensal, serta akan menyebabkan
respon inflamasi lokal dan akan
memperlambat penyembuhan luka.
Lakukan perawatan luka : Perawatan luka sebaiknya
1. Lakukan perawatan luka steril dilakukan setiap hari untuk
setiap hari. membersihkan debris dan
2. Bersihkan luka dan drainase menurunkan kontak kuman masuk
dengan cairan nacl 0,9% atau ke dalam lesi. Intervensi dilakukan
antiseptic jenis iodine providum dalam kondisi steril sehingga
dengan cara swabbing dari arah mencegah kontaminasi kuman ke
dalam ke luar. lesi pemfigus.Pembersihan debris
3. Bersihkan bekas sisa iodine (sisa fagositosis, jaringan mati) dan
providum dengan normal saline kuman sekitar luka dengan
dengan cara swabbing dari arah mengoptimalkan kelebihan dari
dalam keluar iodine providum sebagai antiseptic
4. Tutup luka dengan kassa steril dan dengan arah dari dalam keluar
dan jangan menggunakan dapat mencegah kontaminasi
dengan plester adhesif kuman kejaringan luka.Antiseptik
iodine providum mempunyai
kelemahan dalam menurunkan
proses epitelisasi jaringan sehingga
memperlambat pertumbuhan luka,
maka harus dibersihkan dengan
alkohol atau normal saline.
Penutupan secara menyeluruh dapat
menghindari kontaminasi dari
benda atau udara yang bersentuhan
dengan lesi pemfigus.
Kolaborasi penggunaan antibiotik Antibiotik injeksi diberikan untuk
mencegah aktifitas kuman yang
bisa masuk. Peran perawat
mengkaji adanya reaksi dan riwayat
alergi antibiotik, serta memberikan
antibiotik sesuai pesenan dokter.

d. Perubahan pola tidur b.d pruritus


Tujuan: pencapaian tidur yang nyenyak
Kriteria Hasil :
1) Mencapai tidur yang nyenyak
2) Melaporkan pereedaan rasa gatal
3) Mempertahankan kondisi lingkungan yang tepat
4) Menghindari konsumsi kafein pada sore hari dan menjelang tidur pada malam
hari.
5) Mengenali tindakan untuk meningkatkan tidur
6) Mengalami pola tidur/istrahat yang memuaskan

intervensi rasional
Bantu pasien melakukan gerak badan Gerak badan memberikan efek
secara teratur yang menguntungkan untuk tidur
jika dilaksanakan pada sore hari
Jaga kamar tidur agar tetap memiliki Udara kering akan membuat kuli
fentilasi dan kelembaban yang baik terasa gatal Lingkungan yang
nyaman meningkatkan relaksasi
Cegah dan obati kulit yang kering Pruritus noeturnal mengganggu
tidur yang normal
Anjurkan kepada klien menjaga kulit tindakan ini mencegah
selalu lembab kehilangan air. Kulit yangkering
dan gatal biasanya tidak dapat
disembuhkan tetapi bisa
dikendalikan
Anjurkan klien menghindari Kafein memiliki efek puncak 2 –
minuman kafein menjelang tidur 4 jam sesudah di konsumsi
dimalam hari
e. Gangguan gambaran diri (citra diri) b.d perubahan struktur kulit.
Tujuan : Dalam waktu 1 x 24 jam citra diri pasien meningkat.
Kriteria hasil :
mampu menyatakan atau mengkomunikasikan dengan orang terdekat tentang
situasi dan perubahan yang sedang terjadi, mampu menyatakan penerimaan diri
terhadap situasi.

intervensi Rasional
Kaji perubahan dari gangguan persepsi Menentukan bantuan individual
dan hubungan dengan derajat dalam menysusun renxana
ketidakmampuan. perawatan dan pemilihan
intervensi.
Identifikasi arti dari kehilangan atau Beberapa pasien dapat menerima
disfungsi pada pasien. secara efektif kondisi perubahan
fungsi yang dialaminya, sedangkan
yang lain mempunyai kesulitan
dalam menerima perubahan fungsi
yang dialaminya, sehingga
memberikan dampak pada kondisi
koping maladaptif
Bina hubungan terapeutik. Hubungan terapeutik antara
profesional pelayanan kesehatan
dan penderita psoriasis merupakan
hubungan yang mencakup
pendidikan, serta dukungan.
Setelah hubungan tersebut
diciptakan, pasien harus lebih
memiliki keyakinan diri dan
pemberdayaan dalam
melaksanakan program terapi.
Bantu pasien unutk mendapatkan Pengenalan terhadap strategi
mekanisme koping yang efektif koping yang berhasil dijalankan
oleh penderita psoriasis lainnya dan
saran-saran untuk mengurangi atau
menghadapi situasi penuh stres
dirumah, disekolah atau tempat
kerja akan memfasilitasi ekspektasi
pasien yang lebih positif
Anjurkan orang terdekat untuk Menghidupkan kembali perasaan
mengizinkan pasien melakukan kemandirian dan membantu
sebanyak-banyaknya hal-hal untuk perkembangan harga diri serta
dirinya memengaruhi proses rehabilitasi
f. Kebutuhan pemenuhan informasi b.d tidak adekuatnya sumber informasi,
ketidaktahuan program dan pengobatan
Tujuan : Terpenuhinya pengetahuan pasien tentang kondisi penyakit
Kriteria evaluasi :
1) Mengungkapkan pengertian tentang proses infeksi, tindakan yang dibutuhkan
dengan kemungkinan komplikasi.
2) Mengenal perubahan gaya hidup atau tingkah laku untuk mencegah terjadinya
komplikasi

Intervensi rasional
Jelaskan pentingnya istirahat Seseorang dengan psoriasis
memerlukan nasihat untuk
menghilangkan iritan eksternal
dan menghindari panas yang
berlebihan, serta perspirasi.
Kebiasaan menggaruk dan
menggososk bagian yang gatal
akan memperpanjang lamanya
penyakit.
Meningkatkan cara hidup sehat Meningkatkan sistem imun dan
seperti intake makanan yang baik, pertahanan terhadap infeksi.
keseimbangan antara aktivitas dan
istrahat, monitor status kesehatan dan
adanya infeksi

Jelaskan tentang kondisi penyakit Perawat harus menjelaskan


dan pentingnya penatalaksanaan dengan perasaan yang peka
psoriasis bahwa sampai saat ini masih
belum terdapat pengobatan untuk
penyembuhan total penyakit
psoriasis bahwa penanganan
seumur hidup tidak diperlukan
bahwa keadaan ini dapat
dihilangkan, serta dikendalikan.
Patofisologi psoriasis perlu
ditinjau kembali termasuk faktor
pencetusnya, yaitu setiap iritasi
atau cidera pada kulit (luka
tersayat, abrasi, terbakar cahaya
matahari) setiap penyakit yang
baru saja dialami (misalnya :
infeksi streptokokus pada faring)
dan stress emosional. Perlu di
tegaskan bahwa trauma yang
berulang – ulang pada kulit
disamping lingkungan yang tidak
mendukung (hawa dingin) atau
preparat tertentu (litium,
penyekat-beta, indomentasin)
dapat membuat psoriasis. Pasien
harus diingatkan bahwa
pemakaian obat – obat tanpa
resep dokter dapat memperburuk
penyakit psioriasis yang ringan
Identifikasi sumber – sumber Keterbatasan aktivitas dapat
pendukung yang memungkinkan mengganggu kemampuan pasien
untuk mempertahankan perawatan untuk memenuhi kebutuhan
dirumah yang dibutuhkan sehari – hari
Beri penjelasan untuk perawatan Bahan untuk penyuluhan yang
dirumah sudah dicetak dapat disediakan
untuk memperkuat diskusi tatap
muka dengan pasien mengenai
pedoman terapi dan berbagai
masalah lainnya.

4. Discharge planning
a. gunakanlah kosmetik hipo allergen
b. setelah mandi keringkan kulit dengan meneepuk nepuk bukan menggosok
c. gunakanlah mild soap atau pengganti sabun
d. jangan mandi terlalu lama karena akan membuat kulit menjadi kering
e. kenakan pelembab
f. hindari memakan telur atau pemaparan terhadap iritan seperti detergen dan
gunakandetergen yang tidak mengandung bahan pemutih
g. jangan menggaruk atau menggosok kulit penderita yang sedang menggunakan
salep kortikesteroid atau krim
h. sebaiknya hanya mengoleskan pada bagian kulit yang membutuhkan, lalu dipijat
secara perlahan

D. Evidence Based-Pratice Terkait.


1. Artikel terkait.
Terapi Lintah sebagai Alternatif Pengobatan pada Dermatitis Atopik
Dermatitis atopik (DA) merupakan salah satu penyakit kulit yang disebabkan oleh
reaksi alergi tubuh. Penyakit DA seringkali memiliki hubungan dengan kelainan
atopik yang lainnya seperti rinokonjungtivitis alergika, alergi makanan dan/atau
asma. Gejala pada dermatitis atopik memiliki tiga fase yaitu fase akut, subakut, dan
kronis. Presentasi klinis pada DA akut adalah vesikular, weeping, dan crusting
eruption. Pada DA subakut memiliki gambaran kulit kering, DA subakut memiliki
gambaran berupa kulit kering, bersisik, papula eritem, dan plak. Sedangkan
gambaran DA kronis yaitu terdapat likenifikasi hasil dari garukan berulang. Terapi
farmakologi yang biasa digunakan pada DA adalah kortikosteroid topikal dan
inhibitor kalsineurin topikal yang berfungsi sebagai anti inflamatorik. Pada
pengobatan dengan kortikosteroid dan inhibitor kalsineurin topikal terdapat efek
samping yang dapat timbul antara lain efek pada kutaneus yaitu purpura,
teleangiektasia, striae, hipertrikosis fokal, dan timbulnya jerawat, rasa terbakar, dan
lain-lain. Penggunaan obat-obatan farmakologi seringkali mengalami relaps dan
rekuren hingga akhirnya menjadi DA yang kronis. Dalam melakukan pengobatan
pada DA terdapat salah satu alternatif terapi diluar terapi farmakologi yaitu dengan
menggunakan lintah. Penggunaan lintah menjadi pilihan untuk menghindari efek
samping dari penggunaan obat-obatan yang biasa diberikan. Lintah yang sering
digunakan pada terapi adalah spesies Hirudo medicinalis, H. verbana dan H.
orientalis. Saliva yang terdapat pada lintah memiliki 100 substansi aktif yang
berperan sebagai anti inflamatorik. Terapi lintah juga merupakan salah satu terapi
yang baik untuk membuang toksin, alergen, dan darah kotor yang statis pada area
lesi. Konstituen anti inflamatorik dan antihistamin pada saliva lintah meredakan
reaksi radang pada eksim atopik.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dermatitis atau lebih dikenal sebagai eksim merupakan penyakit kulit yang
mengalami peradangan kerena bermacam sebab dan timbul dalam berbagai jenis,
terutama kulit yang kering, umumnya berupa pembengkakan, memerah, dan gatal pada
kulit (Widhya, 2011).
Alergi makanan adalah respon abnormal tubuh terhadap suatu makanan yang
dicetuskan oleh reaksi spesifik pada sistem imun dengan gejala yang spesifik pula. Alergi
makanan adalah kumpulan gejala yang mengenai banyak organ dan sistem tubuh yang
ditimbulkan oleh alergi terhadap bahan makanan.
Alergi obat adalah reaksi alergi dimana sistem kekebalan tubuh bereaksi secara
berlebihan (abnormal) terhadap obat-obatan tertentu yang di konsumsi oleh seseorang.
Beberapa jenis obat termasuk obat yang dijual bebas ataupun resep dokter bisa berpotensi
menimbulkan alergi terhadap orang yang sensitif terhadap obat tersebut, jadi bisa saja
obat A menimbulkan alergi bagi si B namun tidak menimbulkan reaksi alergi bagi si C.
B. Saran
1. Untuk Instansi
Untuk pencapaian kualitas keperawatan secara optimal secara optimal sebaiknya
proses keperawatan selalu dilaksanakan secara berkesinambungan
2. Untuk Klien dan Keluarga
Perawatan tidak kalah pentingnya dengan pengobatan karena bagaimanapun
teraturnya pengobatan tanpa perawatan yang sempurna maka penyembuhan yang
diharapkan tidak tercapai.

DAFTAR PUSTAKA

Price, A. Sylvia.2015 Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit edisi 4.


Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Evina, B. Clinical Manifestations and Diagnostic Criteria of Atopic Dermatitis. J
Majority, 2015.4

Anda mungkin juga menyukai