Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“KONSEP MEDIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN


PADA KASUS MUSCLE STRAIN”

Disusun Oleh: Kelompok IV


III B Keperawatan

ARI EFENDI : 201801049


DINO JULIANTO PAS : 201601131

FITRAHAITUNNUFUS : 201801058
DINO JULIANTO PAS : 201801055
ROSANTI :201801083
REGINA VIRATIKA : 201601131
NOVITA TANDI : 201801074
NURMAIYA : 201801078
SITI HADIJAH : 201801086
WAHYUNI : 201801090
:
PROGAM STUDI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIDYA NUSANTARA PALU
2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT karena atas rahmat dan hidayah-Nya, akhirnya
penyusun dapat menyelesaikan laporan dan askep muscle strain ini dengan tepat
waktu dan tanpa halangan yang berarti.
Pembuatan makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
keperawatan medikal bedah III serta sebagai penambah pengetahuan dan wawasan
bagi penyusun dan para pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada semua pihak yaitu bagi penyusun maupun pembaca. Penyusun menyadari
bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun mengharapkan
adanya kritik maupun saran sebagai perbaikan dalam penyusunan selanjutnya.

Rabu, 23 September 2020

Penyusun
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................i

KATA PENGANTAR.............................................................................................ii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Tujuan Penulisan..........................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

A. Konsep Medis .............................................................................................2


1. Definisi................................................................................................... 2
2. Etiologi....................................................................................................2
3. Manifestasi Klinis....................................................................................2
4. Patofisiologi.............................................................................................3
5. Klasifikasi ...............................................................................................3
6. Komplikasi..............................................................................................4
7. Pemeriksaan Penunjang...........................................................................4
8. Penatalaksanaan.......................................................................................5
9. Pencegahan..............................................................................................5
10. Terapi Komplementer...........................................................................6
B. Asuhan Keperawatan...................................................................................7
1. Pengkajian...............................................................................................7
2. Diagnosa..................................................................................................8
3. Intervensi.................................................................................................8

BAB III PENUTUP...............................................................................................11

A. Kesimpulan................................................................................................11
B. Saran..........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Trauma pada jaringan muskuloskeletal dapat melibatkan satu jaringan yang
spesifik seperti ligament, tendon atau satu otot tunggal, walaupun injury pada
satu jaringan tunggal jarang terjadi. Kejadian yang lebih umum adalah beberapa
jaringan mengalami injury dalam suatu insiden traumatik seperti fraktura yang
berhubungan dengan trauma kulit, saraf dan pembuluh darah.
Injury yang kurang alamiah sifatnya melibatkan lebam atau kontusio pada
kulit ; kram (regangan) atau strain pada serabut tendon atau ligament, keseleo
(koyak) atau sprain yang pada beberapa banyak atau semua tendon, ligament
bahkan juga tulang dan sekeliling sendi. Karena keadaan di atas yaitu kram dan
keseleo mempunyai tanda inisial yang mirip (dengan beberapa perbedaan).
Di antara kelainan yang timbul pada banyak organ tubuh manusia akibat
penuaan adalah atrofi, yang berarti organ tersebut menjadi lebih kecil. Atrofi
dapat terjadi pada otot, kerangka tulang, kulit, otak, hati, ginjal sertajantung.
Atrofi disebabkan karena kurang aktif dari organ tersebut, tidak cukup nutrisi,
dan kurang stimulasi hormonal (osteoporosis wanita menopause), dan kehilangan
sel. Atrofi pada otot menimbulkan tungkai mengecil (menjadi lebih kurus), tenag
berkurang/menurun. Atrofi pada hati menurunnya kemampuan untuk
mengeliminasi obat-obatan dan minuman keras (alkohol). Atrofi pada saraf
menyebabkan saraf kehilangan serabut myelin, sehingga kecepatan hantaran
saraf berkurang serta refleks menjadi lebih lambat.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Mahasiswa diharapkan mampu memahami dan memperoleh gambaran
tentang muscle strain.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Konsep Medis
1. Definisi
a. Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlebihan,peregangan
berlebihan,atau stress yang berlebihan.
b. Strain adalah robekan mikroskopis tidak komplit dengan perdarahan ke
dalam jaringan.(Smeltzer Suzame, KMB Brunner dan Suddart.
c. Strain adalah bentuk cidera berupa penguluran atau kerobekan pada
struktur muskulotendinous (otot atau tendon).
Strain akut pada struktur muskulotendious terjadi pada persambungan antara
otot dan tendon. Tipe cedera ini sering terlihat pada pelari yang mengalami
strain pada hamstringnya. Beberapa kali cedera terjadi secara mendadak
ketika pelari dalam melangkahi penuh.
2. Etiologi
a. Pada strain akut :
Ketika otot keluar dan berkontraksi secara mendadak
b. Pada strain kronis :
Terjadi secara berkala oleh karena penggunaaan yang berlebihan/tekanan
berulang-ulang,menghasilkan tendonitis (peradangan pada tendon).

3. Manifestasi Klinis
a. Biasanya perdarahan dalam otot, bengkak, nyeri ketika kontraksi otot
b. Nyeri mendadak
c. Edema
d. Spasme otot
e. Haematoma
4. Patofisiologi
Strain adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung
(impact) atau tidak langsung (overloading). Cedera ini terjadi akibat otot
tertarik pada arah yang salah,kontraksi otot yang berlebihan atau ketika terjadi
kontraksi ,otot belum siap,terjadi pada bagian groin muscles (otot pada kunci
paha),hamstring (otot paha bagian bawah),dan otot guadriceps. Fleksibilitas
otot yang baik bisa menghindarkan daerah sekitar cedera memar dan
membengkak.

5. Klasifikasi  
a. Derajat I/Mild Strain (Ringan) 
Derajat i/mild strain (ringan)  yaitu adanya cidera akibat penggunaan yang
berlebihan pada penguluran unit muskulotendinous yang ringan berupa
stretching/kerobekan ringan pada otot/ligament.
1) Gejala yang timbul :
a) Nyeri local
b) Meningkat apabila bergerak/bila ada beban pada otot
2) Tanda-tandanya :
a) Adanya spasme otot ringn
b) Bengkak
c) Gangguan kekuatan otot
d) Fungsi yang sangat ringan
b. Derajat II/Medorate Strain (Ringan)
Derajat ii/medorate strain (ringan) yaitu adanya cidera pada unit
muskulotendinous akibat kontraksi/pengukur yang berlebihan.
1) Gejala yang timbul
a) Nyeri local
b) Meningkat apabila bergerak/apabila ada tekanan otot
c) Spasme otot sedang
d) Bengkak
e) Tenderness
f) Gangguan kekuatan otot dan fungsi sedang
c. Derajat III/Strain Severe (Berat)
Derajat III/Strain Severe (Berat) yaitu adanya tekanan/penguluran
mendadak yangcukup berat. Berupa robekan penuh pada otot dan ligament
yang menghasilkan ketidakstabilan sendi.
1) Gejala :
a) Nyeri yang berat
b) Adanya stabilitas
c) Spasme
d) Kuat
e) Bengkak
f) Tenderness
g) Gangguan fungsi otot
2) Perubahan patologi :
Adanya robekan/tendon dengan terpisahnya otot dengan tendon.
3) Terapi :
Imobilisasi dengan kemungkinan pembedahan untuk mengembalikan
fungsinya.
6. Komplikasi
a. Strain yang berulang
b. Tendonitis
7. Pemeriksan Penunjang
a. Rontgen, terdapat bercak abu-abu karena adanya inflamasi di betis,
gambaran tulang betis kanan normal.
b. MRI, terdapat robekan otot betis dengan gambaran kontras pada otot
tersebut, luas permukaan robekan tidak terlalu luas.
8. Penatalaksaan
a. Istirahat akan mencegah cidera tambah dan mempercepat penyembuhan
b. Meninggikan bagian yang sakit,tujuannya peninggian akan mengontrol
pembengkakan.
c. Pemberian kompres dingin. Kompres dingin basah atau kering diberikan
secara intermioten 20-48 jam pertama yang akan mengurangi perdarahan
edema dan ketidaknyamanan.
Kelemahan biasanya berakhir sekitar 24 – 72 jam sedangkan mati rasa
biasanya menghilang dalam 1 jam. Perdarahan biasanya berlangsung
selama 30 menit atau lebih kecuali jika diterapkan tekanan atau dingin
untuk menghentikannya. Otot, ligament atau tendon yang kram akan
memperoleh kembali fungsinya secara penuh setelah diberikan perawatan
konservatif.
9. Pencegahan
Pencegahan membantu mengurangi kemungkinan cedera olahraga dan
memberikan beberapa keuntungan. Beberapa keuntungan meliputi atlet yang
lebih sehat, masa partisipasi yang lebih panjang di olehraga, berpotensial
dalam kinerja yang lebih baik, dan mengurangi biaya perawatan. Ia dapat
dibagi menjadi tiga kategori pencegahan primer, sekunder dan tersier.
a. Pencegahan premier ialah mengenai penghindaran cedera. Misalnya
penahan pergelangan kaki yang usang, bahkan ketika tidak ada riwayat
cedera pergelangan kaki sebelumnya. Jika kegiatan pencegahan premier
efektif, maka kemungkinan cedera yang terjadi ialah kecil.
b. Pencegahan sekunder meliputi diagnosa dini dan perawatan setelah cedera
terjadi. Tujuan dilakukannya diagnosa dini ialah untuk memastikan cedera
menerima perawatan yang tepat dan pemulihan berjalan dengan benar, oleh
karena itu, mencegah komplikasi yang mungkin akan muncul kemudian.
c. Pencegahan tersier yang hanya berfokus pada rehabilitasi untuk
mengurangi dan membetulkan diabilitas yang disebabkan oleh peristiwa
traumatis. Contohnya pada kasus yang memerlukan kekuatan dan
pergerakan kembali dan juga menggunakan penyangga pergelangan, sambil
perlahan-lahan kembali ke kegiatan olahraga.
10. Terapi Komplementer
Nyeri menjadi salah satu respon sensorik dan emosional yang
mengganggu seseorang dalam melakukan aktivitas yang disebabkan suatu
jaringan mengalami kerusakan bersifat aktual maupun potensial. Salah satu
nyeri yang sering terjadi adalah gangguan pada muskuloskeletal yang
merupakan salah satu penyebab utama morbiditas yang memiliki pengaruh
besar pada kesehatan dan kualitas hidup serta menyebabkan adanya
pengeluaran untuk pengobatan.
Berbagai macam nyeri muskuloskeletal dapat disebabkan lebih dari
150 penyakit dan sindrom diantaranya penyakit sendi, kelainan tulang
belakang trauma (Woolf, 2012). Terapi akupunktur dapat menjadi salah satu
terapi alternatif untuk mengurangi intensitas nyeri yang dirasakan pasien
dan meningkatkan kualitas hidupnya, meskipun proses penyembuhannya
perlahan (Abdulla et al., 2013). Terapi akupunktur yang paling sering
digunakan dalam klinik salah satunya pada sistem musculoskeletal yang
dapat diaplikasi pada kasus osteoarthritis, sprain ankle, frozen shoulder, low
back pain, myalgia dan lain sebagainya. Prinsip kerja dari terapi akupunktur
pada kasus tersebut untuk mereleksasi jaringan musculoskeletal yang
mengalami cidera atau trauma (Peilin, 2011).
Berdasarkan berbagai jenis mikro akupunktur tersebut, peneliti tertarik
untuk melakukan penelitian terkait penggunaan teknik Korean Hand
Therapy pada berbagai kasus nyeri yang ada pada masyarakat lansia. Tujuan
penelitian untuk menganalisa efektivitas penggunaan terapi akupunktur
metode korean hand therapy pada lansia dengan nyeri muskuloskeletal di
posyandu lansia.
B. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas pasien.
b. Keluhan Utama. Nyeri, kelemahan, mati rasa, edema, perdarahan,
perubahan mobilitas/ ketidakmampuan untuk menggunakan sendi, otot dan
tendon.
c. Riwayat Kesehatan.
1) Riwayat Penyakit Sekarang.
a) Kapan keluhan dirasakan, apakah sesudah beraktivitas kerja atau
setelah berolah raga.
b) Daerah mana yang mengalami trauma.
c) Bagaimana karakteristik nyeri yang dirasakan.
2) Riwayat Penyakit Dahulu.
Apakah klien sebelumnya pernah mengalami sakit seperti ini atau
mengalami trauma pada sistem muskuloskeletal lainnya.
3) Riwayat Penyakit Keluarga.
Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini.
d. Pemeriksaan Fisik.
1) Inspeksi :
a) Kelemahan
b) Edema
c) Perdarahanperubahan warna kulit
d) Ketidakmampuan menggunakan sendi
2) Palpasi :
Mati rasa
3) Auskultasi.
4) Perkusi.
2. Diagnosa, Intervensi, Rasional
a. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri / ketidakmampuan,
ditandai dengan ketidakmampuan untuk mempergunakan sendi, otot dan
tendon.
Tujuan :
1) Meningkatkan / mempertahankan mobilitas pada tingkat paling tinggi
yang mungkin.
2) Menunjukkan teknik memampukan melaksanakan aktivitas ( ROM aktif
dan pasif ).
Intervensi :
1) Kaji derajat mobilitas yang dihasilkan oleh cedera / pengobatan dan
perhatikan persepsi pasien terhadap mobilisasi.
2) Ajarkan untuk melaksanakan latihan rentang gerak pasien / aktif pada
ekstremitas yang sehat dan latihan rentang gerak pasif pada ekstremitas
yang sakit.
3) Berikan pembalutan, pembebatan yang sesuai.
b. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan atau kekoyakan pada otot,
ligament atau tendon ditandai dengan kelemahan, mati rasa, perdarahan,
edema, nyeri.
Tujuan :
Menyatakan nyeri hilang.
Intervensi :
1) Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips dan
pembalutan.
2) Tinggikan dan dukung ekstremitas yang terkena.
3) Pemberian kompres dingin dengan kantong es 24 0C.
4) Ajarkan metode distraksi dan relaksasi selama nyeri akut.
5) Berikan individu pereda rasa sakit yang optimal dengan analgesik.
c. Gangguan konsep diri berhubungan dengan kehilangan fungsi tubuh.
Tujuan :
Mendemonstrasikan adaptasi kesehatan, penanganan keterampilan.
Intervensi :
1) Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan khususnya mengenai
pandangan pemikiran perasaan seseorang.
2) Dorong individu untuk bertanya mengenai masalah, penanganan,
perkembangan, dan prognosa kesehatan.
3) Berikan informasi yang dapat dipercaya dan perkuat informasi yang
sudah diberikan.
4) Hindari kritik negatif.
5) Beri privasi dan suatu keamanan lingkungan.
3. Hasil Penelitian
a. Jurnal I
Sesuai dengan studi kasus yang telah dilakukan kepada pasien dengan
diagnosa Soleus Muscle Strain Dextra di RST Dr. Soedjono Magelang
yang telah mendapatkan penanganan fisioterapi selama enam kali terapi.
Setelah dilakukan penatalaksanaan fisioterapi pada pasien ini dengan
modalitas IR (Infra Red), stretching, dan strengthening, terjadi perubahan
dalam pengurangan nyeri, peningkatan LGS, mengecilnya oedema dan
peningkatan aktivitas fungsional. Dapat disimpulkan setelah diberikan
terapi selama 6 kali terapi didapatkan
hasil :
1) Penurunan rasa nyeri tekan dan gerak
2) Peningkatan LGS
3) Pengurangan oedema
b. Jurnal II
Peningakatan aktifitas fungsionaSkor rata-rata nyeri pasca operasi 7,17 dan
4, 27 masing-masing sebelum dilakukan intervensi tekani relaksasi otot
progresif. Penrunan skora rata-rata 2, 9 merpakan hasil intervensi. Nilai
hasil uji t berpasangan (p < 0,05) menunjukan adanya penurunana nyeri
pasca operasi secara signifikan pada tingkat 0.05.
1) Perbedaan intensitas nyeri ( NRS di T3-NRS di T1) adalah 1,83 pada
kelompok A dan 0,55 pada kelompok B dan signifikan pada kedua
kelompok ( p<0,0001). Rata-rata skor gejala total menurun sebesar 8,83
pada kelompok A dan sebesar 1,84 pada kelompok B.
2) Hasil menunjukkan ada penuruanan tingkat nyeri dari minggu ke
minggu setelah dilakukan intervensi, skala dari 6 nyeri sedang ke 3
nyeir ringan . ada perbedaan tingakt nyheri antara keompok intervensi
dna kelompok kontrol dengan p < 0,001.
3) Hasil terdapat penurunan nyeri secara signifikan nilai rata-rata pada
kelompok ekperimental daripada kelompok kontrol pada skor VAS.
4) Jurnal III
Hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa penggunaan NSAIDs pada
waktu yang singkat difase awal penyembuhan menyebabkan adanya
penurunan reaksi sel-sel inflamasi tanpa mempengaruhi proses
penyembuhan yang terjadi, juga pada kekuatan regangan serta
kemampuan sel otot yang cdera untuk berkontraksi. NSAIDs juga tidak
menyebabkan penundaan proses regenerasi sel otot (Jarvinen et al,
1992).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Strain adalah “tarikan otot” akibat penggunaan berlebihan,peregangan
berlebihan,atau stress yang berlebihan. Strain akut pada struktur
muskulotendious terjadi pada persambungan antara otot dan tendon. Tipe cedera
ini sering terlihat pada pelari yang mengalami strain pada hamstringnya. Strain
adalah kerusakan pada jaringan otot karena trauma langsung (impact) atau tidak
langsung (overloading). Kebanyakan keseleo terjadi pada pergelangan tangan
dan kaki, jari-jari tangan dan kaki.

B. Saran
Pembuatan makalah ini tidak hanya untuk memenuhi tugas system
musculoskeletal tapi juga sebagai sumber ilmu yang dapat kita pahami tentang
asuhan keperawatan Strain,Sprain dan Dislokasi.Semoga dengan adanya makalah
ini dapat memberi sumbangan pengetahuan kepada kita semua, dan saya
harapkan kritik dan sarannya kepada pembaca apabila terdapat kesalahan
maupun kekeliruan dari isi makalah ini.Semoga selanjutnya kritik dan saran itu
yang memberikan saya dorongan untuk lebih menyempurnakan hasil karya saya
selanjutnya.Amin.
Daftar Pustaka

Mansoer, Arif dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid II. FKUI. Media
Aesculapius
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Volume 10 No 4, Hal 491–500,
Oktober 2020
Shiel, William C, 2014; Muscle Strain Overview; Diakses tanggal 14/08/2014, dari
http://www.emedicinehealth.com/muscle_strain/article_em.htm

Anda mungkin juga menyukai