Anda di halaman 1dari 13

TUGAS RINGKASAN

SURVEILANS, SCREANING

DAN

DEMOGRAFI

DISUSUN OLEH :
NAMA : RIVALDI NARDI
NIM : 201801081

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIDYA NUSANTARA PALU
2020/2021
RINGKASAN MATERI KEDUA (2)

SURVEILANS, SCREANING

A. SURVEILANCE
Surveilans menurut WHO adalah proses pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interprestasi data secara sistematik dan terus menerus serta penyebaran informasi kepada
unit yang membutuhkan untuk diambil tindakan.
Maternal Mortality Rate
MMR = AKI = Angka kematian Ibu adalah jumlah kematian ibu oleh sebab kehamilan/
melahirkan/ nifas (sampai 42 hari post partum) per 100.000 kelahiran hidup
Infant Mortality Rate
IMR = AKB = angka kematian bayi adalah jumlah kematian bayi (umur <1tahun) per
1000 kelahiran hidup
Neonatal Mortality Rate
NMR = AKN = Angka Kematian Neonatal adalah jumlah kematian bayi sampai umur <
4 minggu atau 28 hari per 1000 kelahiran hidup
Perinatal Mortality Rate
PMR = AKP = angka Kematian Perinatal adalah jumlah kematian janin umur 28 minggu
s/d 7 hari seudah lahir per 1000 kelahiran hidup
1. SURVEILANS EPIDEMIOLOGI
Adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit atau
masalah-masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan
penularan penyakit atau masalah-masalah kesehatan tersebut, agar dapat melakukan
tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data,
pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program
kesehatan (Masrochah, 2006).
2. MANFAAT DAN TUJUAN SURVEILENS EPIDEMIOLOGI
Manfaat surveilans epidemiologi
a. Deteksi Perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinya
b. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakit
c. Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan tempat
d. Identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya
e. Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi
f. Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemis
g. Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologinya
h. Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan
kesehatan dimasa datang
i. .Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program
pada tahap perencanaan.
3. TUJUAN
Tujuan surveilans epidemiologi tersedianya data dan informasi epidemiologi sebagai
dasar manajemen kesehatan untuk pengambilan keputusan dalam perencanaan,
pelaksanaan, pemantauan, evaluasi program kesehatan dan peningkatan kewaspadaan
serta respon kejadian luar biasa yang cepat dan tepat secara menyeluruh (Buton, 2008).
4. RUANG LINGKUP PENYELENGGARAAN EPIDEMIOLOGI
a. Surveilans epidemiologi penyakit menular
b. Surveilans epidemiologi penyakit tidak menular
c. Surveilans epidemiologi kesehatan lingkungan dan perilaku
d. Surveilans epidemiologi masalah kesehatan
e. Surveilans epidemiologi kesehatan matra
5. PENYELENGGARAAN SISTEM SURVEILENS EPIDEMIOLOGI KESEHATAN
Mekanisme kegiatan surveilans epidemiologi kesehatan merupakan kegiatan yang
dilaksanakan secara sistematis dan terus menerus dengan mekanisme sebagai berikut :
a. Identifikasi kasus dan masalah kesehatan serta informasi terkait lainnya.
b. Perekaman, pelaporan dan pengolahan data
c. Analisis dan intreprestasi data
d. Studi epidemiologi
e. Penyebaran informasi kepada unit yang membutuhkannya
f. Membuat rekomendasi dan alternatif tindak lanjut.
g. Umpan balik
6. PENYELENGGARAAN BERDASARKAN AKTIVITAS PENGUMPULAN DATA
a. Surveilans aktif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemilogi dimana unit
surveilans mengumpulkan data dengan cara mendatangi unit pelayanan kesehatan,
masyarakat atau sumber data lainnya.
b. Surveilans pasif, adalah penyelenggaraan surveilans epidemiologi dimana unit
surveilans mengumpulkan data dengan cara menerima data tersebut dari unit
pelayanan kesehatan, masyarakat atau sumber data lainnya.
7. PENYELENGGARAAN BERDASARKAN POLA PELAKSANAAN
a. Pola kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan yang
berlaku untuk penanggulangan KLB dan atau wabah dan atau bencana
b. Pola selain kedaruratan, adalah kegiatan surveilans yang mengacu pada ketentuan
yang berlaku untuk keadaan di luar KLB dan atau wabah dan atau bencana.
8. KOMPONEN SISTEM
Tujuan yang jelas dan dapat diukur
Unit surveilans epidemiologi yang terdiri dari kelompok kerja surveilans epidemiologi
dengan dukungan tenaga profesional.
Konsep surveilans epidemiologi sehingga terdapat kejelasan sumber dan cara-cara
memperoleh data, cara mengolah data, cara-cara melakukan analisis, sarana penyebaran
atau pemanfaatan data dan informasi epidemiologi serta mekanisme kerja surveilans
epidemiologi.
Dukungan advokasi peraturan perundang-undangan, sarana dan anggaran.
Pelaksanaan mekanisme kerja surveilans epidemiologi
Jejaring surveilans epidemiologi yang dapat membangun kerjasama dan pertukaran data
dan informasi epidemiologi, analisis, dan peningkatan kemampuan surveilans
epidemiologi.
Indikator kinerja : Penyelenggaraan surveilans epidemiologi dilakukan melalui jejaring
surveilans epidemiologi antara unit-unit surveilans dengan sumber data, antara unit-unit
surveilans dengan pusat-pusat penelitian dan kajian, program intervensi kesehatan dan
unit-unit surveilans lainnya.

B. LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN SURVEILANS


1. Pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan awal dari rangkaian kegiatan untuk memproses data
selanjutnya. Data yang dikumpulkan memuat informasi epidemiologis yang
dilaksanakan secara teratur dan terus menerus dan dikumpulkan tepat waktu.
Pengumpulan data dapat bersifat pasif yang bersumber dari rumah sakit, puskesmas
dan lain-lain, maupun aktif yang diperoleh dari kegiatan survey. Untuk
mengumpulkan
data diperlukan sistem pencatatan dan pelaporan yang baik.
2. Pengolahan dan penyajian data
Data yang sudah terkumpul dari kegiatan diolah dan disajikan dalam bentuk tabel,
grafik (histogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map area). Penggunaan
komputer sangat diperlukan untuk mempermudah dalam pengolahan data diantaranya
dengan menggunakan program (software) seperti epid info, SPSS, lotus, excel dan
lain-lain (Budioro, 2007).
3. Analisis data
Analisis merupakan langkah penting dalam surveilans epidemiologi karena akan
dipergunakan untuk perencanaan, monitoring dan evaluasi serta tindakan pencegahan
dan penanggulangan penyakit. Kegiatan ini menghasilkan ukuran-ukuran
epidemiologi seperti rate, proporsi, rasio dan lain-lain untuk mengetahui situasi,
estimasi dan prediksi penyakit (Noor, 2000).
a. Penyebarluasan informasi
dapat dilakukan ke tingkat atas maupun ke bawah. Dalam rangka kerja sama lintas
sektoral instansi-instansi lain yang terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran
kegiatan ini. Untuk diperlukan informasi yang informatif agar mudah dipahami
terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan (Budioro, 2007).
Data, informasi dan rekomendasi sebagai hasil kegiatan surveilans epidemiologi
penyakit campak disampaikan kepada pihak-pihak yang dapat melakukan
tindakan penanggulangan penyakit atau upaya peningkatan program kesehatan,
pusat-pusat penelitian dan pusat-pusat kajian serta pertukaran data dalam jejaring
surveilans epidemiologi agar diketahui terjadinya peningkatan atau penurunan
kasus penyakit (Arias, 2010).
b. Umpan balik
Kegiatan umpan balik dilakukan secara rutin biasanya setiap bulan saat menerima
laporan setelah diolah dan dianalisa melakukan umpan balik kepada unit
kesehatan yang melakukan laporan dengan tujuan agar yang mengirim laporan
mengetahui bahwa laporannya telah diterima dan sekaligus mengoreksi dan
memberi petunjuk tentang laporan yang diterima. Kemudian mengadakan umpan
balik laporan berikutnya akan tepat waktu dan benar pengisiannya. Cara
pemberian umpan balik dapat melalui surat umpan balik, penjelasan pada saat
pertemuan serta pada saat melakukan pembinaan/suvervisi (Arias, 2010).
c. Investigasi Penyakit Berpotensi KLB
Setelah pengambilan keputusan perlunya mengambil tindakan maka terlebih
dahulu dilakukan investigasi/penyelidikan epidemiologi penyakit campak.
Dengan investigator membawa ceklis/format pengisian tentang masalah
kesehatan yang terjadi dalam hal ini adalah penyakit dan bahan untuk
pengambilan sampel di laboratorium. Setelah melakukan investigasi penyelidikan
kemudian disimpulkan bahwa benar-benar telah terjadi KLB yang perlu
mengambil tindakan atau sebaliknya (Arias, 2010).

C. TINDAKAN PENANGGULANGAN
Berdasarkan hasil investigasi/penyelidikan epidemiologi tersebut maka segera dilakukan
tindakan penanggulangan dalam bentuk yaitu:
1. Pengobatan segera pada penderita yang sakit,
2. Melakukan rujukan penderita yang tergolong berat,
3. Melakukan penyuluhan mengenai penyakit kepada masyarakat untuk meningkatkan
kesadaran agar tidak tertular penyakit atau menghindari penyakit tersebut,
4. Melakukan gerakan kebersihan lingkungan untuk memutuskan rantai penularan
(Arias, 2010).
5. Evaluasi
Setiap program surveilans sebaiknya dinilai secara periodik untuk mengevaluasi
manfaatnya . sistem dapat berguna apabila secara memuaskan memenuhi paling tidak
salah satu dari pernyataan berikut : apakah kegiatan surveilans dapat mendeteksi
kecenderungan yang mengidentifikasi perubahan dalam kejadian kasus penyakit,
apakah program surveilans dapat mendeteksi epidemik kejadian penyakit di wilayah
tersebut, apakah kegiatan surveilans dapat memberikan informasi tentang besarnya
morbiditas dan mortalitas yang berhubungan dengan kejadian penyakit di wilayah
tersebut, apakah program surveilans  dapat mengidentifikasi faktor-faktor resiko
yang berhubungan dengan kejadian penyakit dan apakah program surveilans tersebut
dapat menilai efek tindakan pengendalian (Arias, 2010).

D. SKRINING PENYAKIT MENULAR


1. Penyaringan atau  screening adalah upaya mendeteksi/mencari  penderita dengan
penyakit tertentu dalam masyarakat dengan melaksanakan pemisahan berdasarkan
gejala yang ada atau pemeriksaan laboratorium untuk memisahkan yang sehat dan
yang kemungkinan sakit, selanjutnya diproses melalui diagnosis dan pengobatan.

2. Menurut WHO pengertian skrining adalah upaya pengenalan  penyakit atau kelainan
yang belum diketahui dengan menggunakan tes,  pemeriksaan atau prosedur lain
yang dapat secara cepat membedakan orang yang tampak sehat benar-benar sehat
dengan orang yang tampak sehat tetapi sesungguhnya menderita kelainan.
3. Macam-macam skrining meliputi
a. Mass Screening adalah screening yang dilakukan secara masal (melibatkan
populasi secara keseluruhan)
b. Selectiv Screening adalah screening yang dilakukan pada kelompok tertentu
c. Singgle Disease Screening adalah screening yang dilakukan pada satu jenis
penyakit saja
Contoh :skrining HIV
d. Multiphasic Screeninga Adalah screening yang dilakukan dengan menggunakan
berbagai metode tertentu.
e. Chase Finding Screning
f. adalah screening yang dilakukan karena  penemuan kasus baru.
RINGKASAN MATERI KE TIGA (3)
DEMOGRAFI

A. MENJELASKAN KONSEP DASAR DEMOGRAFI


Demografi adalah gambaran secara  statistik dari penduduk tentang tingkah laku
keseluruhan dan bukan perseorangan (Barclay).
Demografi adalah ilmu yg mempelajari persoalan dan keadaan perubahan-perubahan
penduduk/segala hal yg berhubungan dgn komponen perubahan seperti (kelahiran,
kematian, migrasi) shg menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut
umur dan jenis kelamin tertentu.
B. LINGKUP DEMOGRAFI
Dalam arti sempit demografi formal :
“Adalah berhubungan dengan besar, distribusi penduduk atau komposisi perubahan dan
pertumbuhan penduduk “
besar artinya banyaknya penduduk
distribusi artinya penyebaran penduduk (usia dan kelamin)
perubahan populasi dari waktu ke waktu
pertumbuhan penduduk
komponen perubahan : kelahiran, kematian, migrasi
Dalam arti luas:
“demografi dengan beberapa hal yaitu sifat-sifat dari kelompok etnik kelompok sosial
sifat- sifat ekonomi penduduk/kelompok masyarakat”
a. sifat etnik : ras, nasionalitas, logat bicara
b. sifat sosial : cara perkawinan, status kekerabatan, kelahiran, pendidikan, dll
c. sifat ekonomi : aktifitas ekonomi status pekerjaan, lapangan usaha, penghasilan, dll
C. TEORI KEPENDUDUKAN
1. Aliran Malthusian (Thomas Robert Malthus) 
Malthus adalah orang pertama yang mengemukakan tentang penduduk. Dalam
“Essay on Population”, Malthus beranggapan bahwa bahan makanan penting untuk
kelangsungan hidup, nafsu manusia tak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk
jauh lebih cepat dari bahan makanan. Teori Malthus menyebutkan bahwa
pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangakn pertumbuhan ketersediaan
pangan mengikuti deret hitung, pada kasus ini dimana terdapat permasalahan
meledaknya jumlah penduduk dikota yang tidak diimbangi dengan ketersediaan
pangan pun berkurang, hal ini merupakan perimbangan yangkurang menguntungkan
jika kita kembali kepada teori Malthus.
2. Aliran Marxist (Karl & F. Angel)
Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan
kekurangan makanan). Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah
tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja
(misalnya di negara kapitalis) Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak
jumlah
manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu
diadakan pembatasan penduduk. Negara-Negara yang mendukung teori Malthus
umumnya adalah negara berekonomi kapitalis seperti USA, Inggris, Prancis,
Australia, Canada, dll Sedangkan negara-negara yang mendukung teori Marxist
umumnya adalah negara-negara berekonmi Sosialis seperti Eropa Timur, RRC,
Korea, Rusia dan Vietnam.Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman
bahwa manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan
perkembangan zaman.
3. ALIRAN NEO-MALTHUSIAN (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)
Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong
aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk
mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara- cara “Preventif Check”
yaitu menggunakan alat kontrasepsi. Tahun 1960an dan 1970 an foto-foto telah
diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan bumi terlihat seperti sebuah kapal
yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada
suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan tersebut sehingga
akhirnya malapetaka menimpa kapaltersebut. Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The
Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi “The Population Explotion”
yang berisi : 
a. Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.
b. Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
c. Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.
4. Teori Kependudukan Kontemporer.
a. John Stuart Mill.
John Stuart Mill, seorang ahli filsafat dan ahli ekonomi berkebangsaan Inggris
dapat menerima pendapat Malthus mengenai laju pertumbuhan penduduk
melampaui laju pertumbuhan bahan makanan sebagai suatu aksioma. Namun
demikian dia berpendapat bahwa pada situasi tertentu manusia dapat
mempengaruhi perilaku demografinya. Selanjutnya ia mengatakan apabila
produktivitas seorang tinggi ia cenderung ingin memiliki keluarga kecil. Dalam
situasi seperti ini fertilitas akan rendah. Jadi taraf hidup (standard of living)
merupakan determinan fertilitas. Tidaklah benar bahwa kemiskinan tidak dapat
dihindarkan (seperti dikatakn Malthus) atau kemiskinan itu disebabkan karena
sistem kapitalis (seperti pendapat Marx) dengan mengatakan, kalau suatu waktu di
suatu wilayah terjadi kekurangan bahan makanan, maka keadaan ini hanyalah
bersifat sementara saja. Pemecahannya ada dua kemungkinan yaitu : mengimpor
bahan makanan, atau memindahkan sebagian penduduk wilayah tersebut ke
wilayah lain.
b. Arsene Dumont.
Arsene Dumont seorang ahli demografi bangsa Perancis yang hidup pada akhir
abad ke-19. Ia melancarkan teori penduduk baru yang disebut dengan teori
kapilaritas sosial (theory of social capilarity). Kapilaritas sosial mengacu kepada
keinginan seseorang untuk mencapai kedudukan yang tinggi di masyarakat,
misalnya: seorang ayah selalu mengharapkan dan berusaha agar anaknya
memperoleh kedudukan sosial ekonomi yang tinggi melebihi apa yang dia sendiri
telah mencapainya. Untuk dapat mencapai kedudukan yang tinggi dalam
masyarakat, keluarga yang besar merupakan beban yang berat dan perintang.
Konsep ini dibuat berdasarkan atas analogi bahwa cairan akan naik pada sebuah
pipa kapiler. Teori kapilaritas sosial dapat berkembang dengan baik pada negara
demokrasi, dimana tiap-tiap individu mempunyai kebebasan untuk mencapai
kedudukan yang tinggi di masyarakat.
c. Emili Durkheim.
Emile Durkheim adalah seorang ahli sosiologis Perancis yang hidup pada akhir
abad ke-19. Apabila Dumont menekankan perhatiannya pada faktor-faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan penduduk, maka Durkheim menekankan
perhatiannya pada keadaan akibat dari adanya pertumbuhan penduduk yang tinggi
(Weeks, 1992). Ia mengatakan, akibat dari tingginya pertumbuhan penduduk,
akan timbul persaingan diantara penduduk untuk dapat mempertahankan hidup.
Dalam memenangkan persaingan tiap-tiap tiap-tiap orang berusaha untuk
meningkatkan pendidikan dan keterampilan, dan mengambil spesialisasi tertentu,
keadaan seperti ini jelas terlihat pada kehidupan masyarakat perkotaan dengan
kehidupan yang kompleks. Apabila dibandingkan antara kehidupan masyarakat
tradisional dan masyarakat perkotaan, akan terlihat bahwa pada masyarakat
tradisional tidak terjadi persaingan dalam memperoleh pekerjaan, tetapi pada
masyarakat industri akan terjadi sebaliknya. Hal ini disebabkan ada masyarakat
industri tingkat pertumbuhan dan kepadatan penduduknya tinggi.
d. Michael Thomas Sadler dan Doubleday  
Kedua ahli ini adalah penganut teori fisiologis. Sadler mengemukakan, bahwa
daya reproduksi manusia dibatasi oleh jumlah penduduk yang ada di suatu wilyah
atau negara. Jika kepadatan penduduk tinggi, daya reproduksi manusia akan
menurun, sebaliknya jika kepadatan penduduk rendah, daya reproduksi manusia
akan menungkat. Thomson (1953) meragukan kebenaran teori ini setelah melihat
keadaan di Jawa, India dan Cina dimana penduduknya sangat padat, tetapi
pertumbuhan penduduknya juga tinggi. Dalam hal ini Malthus lebih konkret
argumentasinya dari pada Sadler. Malthus mengatakan bahwa penduduk disuatu
daerah dapat mempunyai tingkat fertilitas yang tinggi, tetapi dalam pertumbuhan
alaminya rendah karena tingginya tingkat kematian. Namun demikian, penduduk
tidak dapat mempunyai fertilitas tinggi, apabila tidak mempunyai kesuburan
(fecunditas) yang tinggi, tetapi penduduk dengan tingkat kesuburan tinggi dapat
juga tingkat fertilitasnya rendah. Teori Doubleday hamper sama dengan teori
Sadler, hanya titik tolaknya berbeda.
e. Herman Khan.
Pandangan yang suram dan pesimis dari Mlthus beserta penganut- penganutnya
ditentang keras oleh kelompok teknologi. Mereka beranggapan manusia dengan
ilmu pengetahuannya mampu melipatgandakan produksi pertanian. Mereka
mampu mengubah kembali (recycling) barang-barang yang sudah habis dipakai,
sampai akhirnya dunia ketiga mengakhiri masa transisi demografinya. Ahli
futurology Herman Kahn mengatakan bahwa negara-negara kaya akan membantu
negara-negara miskin, dan akhirnya kekayaan itu akan jatuh kepada orang-orang
miskin.
6. Teori Transisi Kependudukan
a. Tahap Peralihan keadaan demografis:
1) Tingkat kelahiran dan kematian tinggi
2) Angka kematian menurun,tingkat kelahiran masih tinggi dan pertumbuhan
penduduk meningkat.
3) Angka kematian terus menurun, angka kelahiran menurun - laju pertumbuhan
penduduk menurun.
4) Kelahiran dan kematian pada tingkat rendah pertumbuhan penduduk kembali
seperti kategori I - mendekati nol.
E. STRUKTUR DAN PENYEBARAN KEPENDUDUKAN
1. Komposisi Penduduk
2. Rasio Jenis Kelamin Sex Ratio
3. Angka Beban Tanggungan Dependency Ratio
4. Umur Median Median Age
5. Kepadatan Penduduk Land Man Ratio
6. Piramida Penduduk

Anda mungkin juga menyukai