TUGAS MAKALAH
Di susun Oleh
1) AYU ASTUTI
2) SURAHMI ANDIKA PUTRI
3) SITI.JULAEKHA
4) SYAMZIAH
5) YULI SETIANINGRUM
Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpa-
han rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “ASUHAN KEPER-
AWATAN PADA PASIEN DERMATITIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
MARBUS HARSEN “dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran
atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita pela-
jari salah satunya dari karya film. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan
yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui
beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini.
Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat
karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.
penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ 1
BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................................. 2
1.1.Latar belakang............................................................................................................................................. 3
2.Klasifikasi……………………………………………………………………………………………………………12
3. Etiologi……………………………………………………………………………………………………………………..
…13
4. Tanda dan gejala……………………………………………………………………………………………,..14
5.Patofisiologi………………………………………………………………………………................................15
Manifestasi klinis…………………………………………………………………………………………………16
6.Pemeriksaan penunjang……………………………………………………………………………………17
7.Komplikaso………………………………………………………………………………………………………18
b. KONSEP ASUHAN KEPEFAWATAN……………………………………………………………………19
BAB 3 ISI……………………………………………………………………………………………………………....20
C.PENGERTIAN MABUS HARSEN…………………………………………………………………………...21
1. Definisi……………………………………………………………………………………………………………..21
2. patofisiologi……………………………………………………………………………………………………...22
3.klarifikasi……………………………………………………………………………………………….................23
4.Manifestasi klinis………………………………………………………………………………………………..24
LATAR BELAKANG
respon pada faktor endogen dan faktor eksogen. Dermatitis dapat menimbulkan rasa
gatal, penebalan kulit atau muncul bintil kemerahan pada kulit dan juga bersisik
maupun berair. Hal tersebut terjadi karena adanya kelainan klinis berupa efloresensi
polimorfik.(1)
disebabkan terpajan dengan bahan toksik (primary iritan) atau dengan bahan alergik
(sensitizer) atau oleh kedua-duanya. Dermatitis kontak terbagi menjadi dua, pertama
dermatitis kontak iritan yaitu terjadinya peradangan pada kulit karena adanya kontak
langsung antara kulit dengan bahan yang mengakibatkan kulit menjadi iritasi.
Dermatitis kontak iritan ini merupakan hasil dari suatu reaksi yang bersifat non-
imunologis. Substansi iritan yang kuat dapat menyebabkan dermatitis kontak iritasi
akut, seperti asam dan basa yang mengandung konsentrasi yang tinggi. Kedua
Dermatitis kontak alergik adalah suatu respon yang menimbulkan alergi jika kulit
mengalami kontak atau terpapar bahan-bahan yang sifatnya sensitizer atau alergen.
Bahan kimia yang yang mengandung alergen sangat banyak, namun hanya sedikit
Pengaruh air laut rentan menyerang nelayan karena kepekatan air laut oleh garam
dapat menarik air dari kulit. Air laut adalah penyebab terjadinya dermatitis pada
nelayan dengan sifat rangsangan primer.(3) dermatitis yang sering terjadi pada nelayan
faktor individu dan karakteristik agen. Kebersihan perorangan yang buruk dapat
menimbulkan infeksi jamur, bakteri dan virus serta gangguan kulit lainnya.
Lingkungan kerja yang kotor dan lembab juga dapat memicu terjadinya perkembangan
penyakit kulit.(5)
Indonesia berupa perairan, Indonesia juga memiliki garis pantai yang mencapai 18.000
Secara global dermatitis mempengaruhi sekitar 230 juta orang pada 2010 atau
khususnya dalam periode reproduksi yaitu umur 15 – 49 tahun. Di Inggris dan Amerika
Serikat, didominasi kelompok anak-anak yaitu sekitar sekitar 20% dan 10,7% dari
jumlah penduduk sedangkan kelompok dewasa di Amerika Serikat sekitar 17, 8 juta
(10%) orang.(10)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia 6-7 tahun,
prevalensi dermatitis atopik di India dan Ekuador berkisar 0,9% dan 22,5%. di
Ekuador Untuk kelompok usia 13-14 tahun, menunjukkan prevalensi di China dan
Columbia berkisar 0,2% dan 24,6%, sedang prevalensi lebih dari 15% ditemukan pada
A. DERMATITIS
1.DEFINISI PENYAKIT
2KLASIFIKASI
a) a.Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
ditempel pada kulit.Infeksi kulit yang muncul dipicu alergen(penyebab alergi)ter-
tentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau deterjen.Indikasi
dan gejala antara kulit memerah dan gatal.Jika memburuk, penderita akan men-
galami bentol-bentol yang meradang.Disebabkan kontak langsung dengan salah satu
penyebab iritasi pada kulit atau alergi.Contohnya sabun cuci/detergen,sabun mandi
atau pembersih lantai.Alergennya bisa berupa karet,logam,perhiasan,parfum,kos-
metik atau rumput.
b) b.Neuro dermatitis
Timbul karena goresan pada kulit secara berulang,bisa berwujud kecil,datar dan da-
pat diameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. penyakit ini muncul saat jumlah pakaian ke-
tat yang kita kenakan menggores kulit jadi iritasi.iritasi ini pemicu kita untuk meng-
garuk bagian yang terasa gatal.Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan
tangan,lengan dan bagian belakang dari leher.
c) c.Seborrheic dermatitis
kulit terasa berminyak dan licin,melepuhnya sisi-sisi dari hidung,antara kedua
alis,belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan fak-
tor keturunan,muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang
menderita penyakit saraf seperti parkinson.
d) d.Dermatitis Stasis
e) e.Dermatitis atopik
merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif,disertai gatal yang umum-
nya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,sering berhubungan dengan pen-
ingkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita(D.A,rinitisalergi,atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal
yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,distribusinya dilipat(flek-
sural).
3.ETIOLOGI
d) Stadium tersebut tidak selalu secara berurutan,bisa saja sejak awal suatu der-
matitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kro-
nis.
5.PATOFISIOLOGI
Dermatitis kontak alergi termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat. Pato-
genesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.Fase
induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberikan respon,membutuhkan 2-3 minggu.fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan
ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis.
Pada fase induksi,hapten (proten tidak lengkap) berfenetrasi kedalam kulit dan
berikatan dengan protein berier membentukan anti gen yang lengkap.Anti gen ini di-
tangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans,kemudian
memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi dikulit,sehingga terjadi sensitasi
limposit T,melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi kedarah
parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan menjadi berfolif-
erasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori.
6.MANIFESTASI KLINIS
1. laboratorium
Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena gam-
baran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain. pada der-
matitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler (spongiosis), terben-
tuknya vesikel atau bula,dan pada dermis terdapat dilatasi vaskuler disertai edema dan
infiltrasi perivaskuler sel -sel mononuclear.
Dermatitis sub akut menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan
kadangkadang parakeratosis. pada dermatitis kronik akan terlihat akantosis, hiperker-
atosis, parakeratosis, spongiosis ringan, tidak tampak adanya vesikel dan pada dermis
terlihat infiltrasi perivaskuler, pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut
merupakan dermatitis secara umum dan sangat sukar untuk membedakan gambaran
histopatologik Antara dermatitis kontak alergik dan dermatitis kontak iritan.
4) 4.jaringan parut muncul pada paparan pada bahan korosif atau ekskoriasi.
1.Pengkajian
a.Identitas
Meliputibnama,umur( Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang disemua umur
sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan
wanita),alamat,tempat tanggal lahir,pendidikan,suku,agama,diagnosa medis, jenis ke-
lamin,pendidikan,status pernikahan,dan identitas keluarga yang bertanggung jawab
jawab.
b.Riwayat Kesehatan
1).keluhan utama:
Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan keluhan gatal pada kulit,suhu tubuh
meningkat/demam, kemerahan,kering,edema disertai nyeri,dan rasa terbakar pada
kulit.keluhan tersebut bisa muncul tergantung bagaimana tanggapan kulit dari masing-
masing orang.
biasanya penderita dengan dermatitis akan mengalami rasa gatal-gatal pada kulit yang
dapat menimbulkan luka akibat adanya infeksi sehingga suhu tubuh bisa meningkat/de-
mam, kemerahan,edema disertai rasa nyeri,rasa terbakar/panas pada kulit.Keluhan-
keluhan yang muncul dan tidak bisa ditangani oleh penderita sehingga penderita harus
datang kepelayanan kesehatan.
3).Riwayat penyakit dahulu:
biasanya pada pasien dengan dermatitis juga bisa disebakan oleh adanya riwayat alergi
terhadap bahan-bahan tertentu,kemudian juga dilihat dari sensitivitas kulit seseorang
itu sendiri.
ada penderita dermatitis dimodelkan apakah ada penyakit keluarga yang sama dengan
yang dialami penderita,selain itu pada anak-anak sering ditemukan alergi terhadap ba-
han tertentu yang mungkin diketahui oleh keluarganya.
biasanya pada penderita dermatitis tidak begitu paham dengan kondisi kesehatan
terutama terhadap alergi bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan dermatitis.Jika
penderita merasakan keluhan biasanya pasien minum obat dan apabila penyakitnya
tidak sembuh pasien pergi kepelayanan kesehatan.
biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu makan terganggu karena
penyakit yang mengalami seperti rasa panas,demam dan nyeri bagian kulit yang bi-
asanya membuat nafsu makan turun tetapi tergantung dari masing-masing individu
yang mengalami.
3).pola eliminasi
Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan gangguan pada pola eliminasi,ke-
cuali dermatitis timbul pada bagian alat kelamin sehingga membuat penderita takut un-
tuk BAK.
biasanya pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas sehari-hari tetapi ter-
gantung dari tingkat keparahan penyakit dan rasa nyeri atau lokasi sakit yang dirasakan.
5).pola tidur dan istirahat
biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis terjadi gangguan pola tidur karena
rasa nyeri dan rasa gatal atau rasa terbakar yang dialami.
biasanya pada penderita dermatitis tidak ditemukan gangguan tetapi tergantung dari
masing-masing individu yang mengalami penyakit tersebut.
biasanya penderita dermatitis merasa terganggu dengan pola seksual jika penyakit
tersebut menyerang bagian alat kelamin.
biasanya pada penderita dermatitis mangatasi rasa nyeri dengan mengkonsumsi obat
anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
khawatir klien tentang penyakitnya.
d.Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum penderita bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi atau kemerahan
pada kulit,dan kekuatan daya tahan tubuh.TTV biasanya penderita mengalami pen-
ingkatan suhu tubuh dan akibat nyeri yang dirasakan bisa juga mengakibatkan pen-
ingkatan denyut nadi jantung,peningkatan pernapasan,serta peningkatan tekanan darah.
a).Kepala: Biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka atau lesi.
c).wajah: kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak, dan tidak pucat,sianosis adanya
tidak.
d).mata: Konjungtiva pucat/tidak dan sklera ikterus/tidak, ada kelainan atau tidak,serta
adanya bengkak kemerahan/tidak.
e).mulut dan gigi: Bersih/tidak, warna bibir, ada stomatitis/tidak,gigi tidak berlubang,
gusi tidak berdarah.biasanya pada herpes terdapat luka pada bagian bibir akibat infeksi.
f).Leher: ada kelainan atau tidak, adanya nyeri tekan /tidak,adanya merah atau tidak
karena dermatitis biasanya menyerang bagian kulit dimana pun.
g).Thorak: Irama cepat/ tidak, suara jantung normal/tidak, ada tidak bunyi tambahan
nafas.tidak ada masa/benjolan,ada nyeri tekan atau tidak.
h). Abdomen: Ada atau Tidak luka bekas operasi, distensi abdomen atau tidak,kembung
atau tidak,warna,kebersihan.
i). genetalia:Apakah ada varises, bersih, adanya nyeri tekan atau tidak,edema/tidak.bi-
asanya pada dermatitis yang menyerang alat kelamin mengalami kelainan seperti warna
merah serta adanya rasa nyeri.
l).integumen:biasanya pada infeksi kulit akan ditemukan rata-rata akut terutama priri-
tus(sebagai pengganti dolor),merah (rubor),gangguan fungsi kulit(function laisa),terda-
pat Vesikel-veikel fungtiformis yang kemudian membesar,terdapat bula atau
pustule,hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.Adanya nyeri tekan,edema atau pem-
bengkakan,serta kulit bersisik.
2.Diagnosa Keperawatan
b.Terganggu integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi berrier kulit.
d.Terganggu citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik
e.Defisit pengetahuan tentang perawatan kulit serta cara pegangan kelainan pada kulit.
MARBUS HARSEN
C. MORBUS HARSEN
1.DEFINISI
Morbus Hansen (lepra atau morbus Hansen) adalah penyakit kronis yangdise-
babkan oleh infeksi mycobacterium leprae (Kapita Selekta Kedokteran UI,
2000).Penyakit Morbus Hansen adalah penyakit menular yang menahun dandisebabkan
oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulitdan jaringan
tubuh lainnya (Departeman Kesehatan, Dit. Jen PPM & PL, 2002).Jadi, Morbus Hansen
adalah penyakit kronis yang disebabkan olehMyrobacterium Lepra yang menyerang
saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.
2.ETIOLOGI
Diagnosis penyakit lepra melalui usapan sekret hidung dan melalui kerokan kulit
penderita. Kuman yang berada di sekret hidung yang kering,dapat bertahan hidup sam-
pai9 hari di luar tubuh, sedangkan di tanah yang lembab dan suhu kamar, kuman ini da-
pat bertahan sampai 46 hari.
3.PATOFISIOLOGI
Mekanisme penularan penyakit Morbus Hansen diawali dari kuman Mycobac-
terium Leprea. Kuman ini biasanya berkelompok dan hidup dalam sel sertamempunyai
sifat tahan asam (BTA) . Kuman Morbus Hansen ini pertama kali menyerangsaraf tepi,
yang selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagianatas, sistem
retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis kecuali susunan saraf pusat.Mekanisme
penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti
adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Terdapat bukti bahwa tidak semuaorang
yang terinfeksi oleh kuman M. leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika juga
ikut berperan.
Kerusakan saraf pada pasien Morbus Hansen diakibatkan M.Leprae yang memi-
liki bagian G domain of extracellular matriks protein laminin 2 yang akan berikatanden-
gan sel schwaan melalui reseptor dystroglikan lalu akan mengaktifkan MHC (Major His-
tocompatibility Complex) kelas II setelah itu mengaktifkan CD4+. CD4+ akanmengak-
tifkan Th1 dan Th2 dimana Th1 dan Th2 akan mengaktifkan makrofag. Makrofaggagal
memakan M. Leprae akibat adanya fenolat glikolipid I yang melindungi di dalam-
makrofag.
Kelainan juga terjadi pada kulit, dalam hal ini dapat berupa hipopigmentasi
(semacam panu) bercak-bercak merah, infiltrat (penebalan kulit) dan nodul
(benjolan).Infiltrasi granuloma ke dalam adneksa kulit yang terdiri atas jaringan
keringat, kelenjar palit, dan folikel rambut dapat mengakibatkan kulit kering dan alope-
sia.
4.KLASIFIKASI
2.BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jum-
lah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + ).
4.BL : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi-
asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( - ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin ( - ).
5.LL : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlahsan-
gat banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan-
mukosa hidung, uji Lepromin ( - ).
5.MANIFESTASI KLINIS
a) a).Tipe Tuberkoloid ( TT )
•Lesi bisa satu atau kurang, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas,regresi,
atau, kontrol healing ( + ).
•Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan
psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang
teraba,kelemahan otot, sedikit rasa gatal.
•Gambar Hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skauma tidak sejelas tipe TT.
•Gangguan saraf tidak sejelas tipe TT. Biasanya asimetris.
•Permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang jelas, jumlah lesi melebihitipe
BT, cenderung simetris.
•Bisa didapatkan lesi punched out, yaitu hipopigmentasi berbentuk oral pada
bagian tengah dengan batas jelas yang merupaan ciri khas tipe ini.
e).Tipe Lepromatosa ( LL )
•Lesi sangat banya, simetris, permukaan halus, lebih eritoma, berkilap, batastidak
tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada stadium dini.
Stadium lanjutan :
a) a.Penebalan kulit progresif
c) c.Garis muka kasar dan cekung membentuk fasies leonine, dapat disertaimadaro-
sis, intis dan keratitis.
•Lebih lanjut
a) a.Deformitas hidung
Stadium lanjut
f).Tipe Interminate ( tipe yang tidak termasuk dalam klasifikasi Redley & Jopling)
2.Menurut WHO (1995), diagnosis kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tandakardi-
nal berikut:
a).Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas. Lesi kulit dapat tunggalatau
multipel, biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang lesi kemerahan atau berwarna
tembaga. Lesi dapat bervariasi tetapi umumnya berupa makula, papul,atau nodul. Kehi-
langan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas.Kerusakan saraf terutama
saraf tepi, bermanifestasi sebagai kehilangansensibilitas kulit dan kelemahan otot.
Penebalan saraf tepi saja tanpa disertaikehilangan sensibilitas dan/atau kelemahan otot
juga merupakan tanda kusta.
b).BTA positif. Pada beberapa kasus ditemukan basil tahan asam dari kerokan jaringan
kulit. Bila ragu-ragu maka dianggap sebagai kasus dicurigai dandiperiksa ulang setiap 3
bulan sampai ditegakkan diagnosis kusta atau penyakit lain.
3.Menurut (Dep Kes RI. Dirjen PP & PL, 2007). Tanda-tanda utama atau Cardinal Sign
penyakit kusta, yaitu:
a).Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk bercak
keputih-putihan (hypopigmentasi) atau kemerah-merahan (erithematous) yangmati
rasa (anaesthesi). b).Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf.
Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis
perifer ).
Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa :
Gangguan fungsi motoris seperti kelemahan otot (parese) atau kelumpuhan( par-
alise)
c).Adanya bakteri tahan asam (BTA) didalam kerokan jaringan kulit (BTA+)Seseorang
dinyatakan sebagai penderita kusta apabila di temukan satu atau lebih dari tanda-tanda
utama diatas. Pada dasarnya sebagian besar penderita dapat didiagnosis dengan pe-
meriksaan klinis. Namun demikian pada penderita yang meragukan dapat dilakukan pe-
meriksaan kerokan kulit. Apabila hanya ditemukan cardinal sign kedua perlu dirujuk
kepada wasor atau ahli kusta, jika masih ragu orang tersebut dianggap sebagai pen-
derita yang dicurigai.
6.KOMPLIKASI
Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta baik akibatkerusakan
fungsi saraf tepi maupun neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta.
1.PENGKAJIAN
A.Biodata
Umur memberikan petunjuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak-anak dan de-
wasa pemberian dosis obatnya berbeda. Pekerjaan, alamat menentukan tingkat sosial,
ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan. Karena pada kenyataannya bahwasebagian
besar penderita kusta adalah dari golongan ekonomi lemah.
Pada klien dengan morbus hansen reaksinya mudah terjadi jika dalam kondisilemah, ke-
hamilan, malaria, stres, sesudah mendapat imunisasi.
Morbus hansen merupakan penyakit menular yang menahun yang disebabkanoleh ku-
man kusta (mikobakterium leprae) yang masa inkubasinya diperkirakan 2-5tahun. Jadi
salah satu anggota keluarga yang mempunyai penyakit morbus hansenakan tertular.
E.Riwayat Psikososial
Fungsi tubuh dan komplikasi yang diderita. Klien yang menderita morbushansen akan
malu karena sebagian besar masyarakat akan beranggapan bahwa penyakit ini meru-
pakan penyakit kutukan, sehingga klien akan menutup diri danmenarik diri, sehingga
klien mengalami gangguan jiwa pada konsep diri karena penurunan.
Aktifitas sehari-hari terganggu karena adanya kelemahan pada tangan dan kakimaupun
kelumpuhan. Klien mengalami ketergantungan pada orang lain dalam perawatan diri
karena kondisinya yang tidak memungkinkan.
G.Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum klien biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat pada tipe I,
reaksi ringan, berat tipe II morbus hansen. Lemah karena adanyagangguan saraf tepi
motorik.
1.Sistem penglihatan.
Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, kornea mata anastesi sehinggareflek kedip
berkurang jika terjadi infeksi mengakibatkan kebutaan, dan saraf tepi motorik terjadi
kelemahan mata akan lagophthalmos jika ada infeksi akan buta.Pada morbus hansen
tipe II reaksi berat, jika terjadi peradangan pada organ-organtubuh akan mengakibatkan
irigocyclitis. Sedangkan pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka alis mata
akan rontok.
2.Sistem pernafasan
Klien dengan morbus hansen hidungnya seperti pelana dan terdapatgangguan pada
tenggorokan.
3. Sistem persarafan:
•Kerusakan fungsi sensorik Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya ku-
rang/ mati rasa.Alibat kurang/ mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi
luka, sedang pada kornea mata mengkibatkan kurang/ hilangnya reflek kedip.
•Kerusakan fungsi motorik Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemah/
lumpuh dan lama-lama ototnya mengecil (atropi) karena tidak dipergunakan. Jari-jari
tangan dankaki menjadi bengkok dan akhirnya dapat terjadi kekakuan pada sendi(kon-
traktur), bila terjadi pada mata akan mengakibatkan mata tidak dapatdirapatkan
(lagophthalmos).
4.Sistem muskuloskeletal.
Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik adanya kelemahan ataukelumpuhan otot
tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi.
5.Sistem integumen.
Harus diperiksa kelenjar regional karena dapat ditemukannya pembesaran dari beber-
apa limfe.
1.Inspeksi
2.Palpasi
Temukan adanya penebalan serabut syaraf, makula anastetika, pada tipe T,dan makula
non anastetika pada tipe L. Serta permukaan yang kering dan kasar.Lakukan pemerik-
saan sederhana, untuk menunjang kepastian diagnosis penyakitkusta serta untuk
mengetahui adanyaanastesia pada lesi.
a.Uji kulit. Uji ini paling sering dilakukan dan cara mudahnya sehingga semua petugas
dapat melakukannya, penggunaan jarum untuk untuk mengetahui adanyaasa sakitdi-
lakukan dengan meminta pasien menyebutkan area yang lbih terasanyeri. Serta kaji
adanya rasa pada kulit dengan adanya rasa jika disentuh kapasatau bulu ayam. Jika tidak
bisa, gunakan juga reaksi suhu.
b.Uji keringat, biasanya akan ditemukan anhidrosis karena rusaknya kelenjar keringat,
uji ini dilakukan dengan menggores lesi dengan pinsil tinta mulai dari beberapa cm dari
arah dalam keluar. Hasilnya akan terjadi perubahan warna ungusedangkan di area lesi
tidak.
c.Uji lepromin, untuk menentukan diagnosis dan klasifikasi penyakit kusta. Tipe1,T dan
BT: uji lepromin positif. Tipe BB, BL, LL: uji lepromin negatif.
2.DIAGNOSA KEPERAWATAN
4.Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan kecacatan dan kehilangan-
fungsi tubuh.
diagnosa
a. gangguan integritas kulit/jaringan(D.0129)
b.Risiko Infeksi b/d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer –kerusakan integritas
kulit (D.0142)
c.Gangguan Citra tubuh (D.0083)
BAB 3
PENUTUP
KESIMPULAN
1. Dermatitis adalah peradangan kulit ( Epidermis dan dermis ) yang di dibagi menjadi:
a) a.dermatitis kontak
b) b.neuro dermatitis
c) c.serrheic dermatitis
d) d. dermatitis statis
e) e. dermatitis atopic
Dermatitis merupakan suatu peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
pada faktor endogen dan faktor eksogen. Dermatitis dapat menimbulkan rasa gatal,
penebalan kulit atau muncul bintil kemerahan pada kulit dan juga bersisik maupun be-
rair. Hal tersebut terjadi karena adanya kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik.(1)
2. Morbus hansen (kusta)adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman
micobakterium leprae.Kusta dibagi dalam 2 bentuk, yaitu kusta bentuk kering (tipe tu-
berkuloid)-kusta bentuk basah (tipe lepromatosa).
Manifestasi klinik dari penderita kusta adalah adanya lesi kulit yang khas dan kehilan-
gan sensibilitas.
Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien kusta yang perludilakukan adalah
malakukan pengkajian, pemeriksaan fisik, manentukan diagnosakeperawatan,kemudian
memberikan tindakan perawatan yang komprehensip.
SARAN
Hendaknya masyarakat yang tinggal didaerah yang endemi akan kustadiberikan penyu-
luhan tentang,cara menghindari,mencegah,dan mengetahui gejala dini padakusta untuk
mempermudah pengobatanya.. Karena di dunia kasus penderita kusta jugamasih tergo-
long tinggi maka perlu diadakanya penelitian tentang penanggulangan penyakit kusta
yang efektif.
untuk mencegah penyakit dermatitis semakin parah sebaiknya kita melakukan pemerik-
saan apabila terjadi peradangan pada kulit Untuk menanggulangi penyebaran penyakit
kusta, hendaknya pemerintahmengadakan suatu program pemberantasan kusta yang
mempunyai tujuan sebagai penyembuhan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat
serta memutuskan matarantai penularandari pasien kusta terutama tipe yang menular
kepada orang lainuntuk menurunkaninsiden penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.repronote.com/2022/06/askep-dermatitis-sdki-slki-siki.html?m=1
https://www.academia.edu/38178582/ASKEP_DERMATITIS_fix
https://www.academia.edu/17178001/
ASUHAN_KEPERAWATAN_PASIEN_DENGAN_KUSTA
https://id.scribd.com/document/491876944/Askep-Morbus-Hansen-1