Anda di halaman 1dari 33

Dosen Pengampuh :

Mata Kuliah : KMB II

TUGAS MAKALAH

“Asuhan keperawatan pada pasien dermatitis dan asuhan keprawatan pada


pasien marbus Hansen”

Di susun Oleh

Kelompok 2 klas tk 2.B :

1) AYU ASTUTI
2) SURAHMI ANDIKA PUTRI
3) SITI.JULAEKHA
4) SYAMZIAH
5) YULI SETIANINGRUM

UNIVERSITAS SYEKH YUSUF AL-MAKASSARI GOWA


TAHUN AJARAN 2021\2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur tim penulis panjatkan kehadirat Allah Ta’ala. atas limpa-
han rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul, “ASUHAN KEPER-
AWATAN PADA PASIEN DERMATITIS DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
MARBUS HARSEN “dapat kami selesaikan dengan baik. Tim penulis berharap makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca tentang pelanggaran
atau kesalahan apa saja yang biasa terjadi dalam bahasa keseharian yang bisa kita pela-
jari salah satunya dari karya film. Begitu pula atas limpahan kesehatan dan kesempatan
yang Allah SWT karuniai kepada kami sehingga makalah ini dapat kami susun melalui
beberapa sumber yakni melalui kajian pustaka maupun melalui media internet.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
memberikan kami semangat dan motivasi dalam pembuatan tugas makalah ini.

Demikian makalah ini kami buat, apabila terdapat kesalahan dalam penulisan, atau pun
adanya ketidaksesuaian materi yang kami angkat pada makalah ini, kami mohon maaf.
Tim penulis menerima kritik dan saran seluas-luasnya dari pembaca agar bisa membuat
karya makalah yang lebih baik pada kesempatan berikutnya.

Sungguminasa 10, oktober 2022

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI........................................................................................................................................ 1

BAB 1 PENDAHULUAN................................................................................................................................. 2

1.1.Latar belakang............................................................................................................................................. 3

1,2 Rumusan Masalah……………………………………………………………………………………………..4

1.3Tujuan Penelitian Penyakit dermatitis dan marbus


harsen?.................................................................................................................................................................... 5
1.3.1 Tujuan Umum……………………………………………………………………………………………….. 6
1.3.2 Tujuan Khusus………………………………………………………………………………………………7
1.4 Manfaat Penelitian…………………………………………………………………………………………...8
BAB 2
PEMBAHASAN……………………………………………………………………………………………………………
…………9
A. PENGERTIAN DERMATITIS............................
………………………………………………………………………………………….11
1.Definisi penyakit…………………………………………………………………………………………………10

2.Klasifikasi……………………………………………………………………………………………………………12

3. Etiologi……………………………………………………………………………………………………………………..
…13
4. Tanda dan gejala……………………………………………………………………………………………,..14
5.Patofisiologi………………………………………………………………………………................................15
Manifestasi klinis…………………………………………………………………………………………………16
6.Pemeriksaan penunjang……………………………………………………………………………………17
7.Komplikaso………………………………………………………………………………………………………18
b. KONSEP ASUHAN KEPEFAWATAN……………………………………………………………………19
BAB 3 ISI……………………………………………………………………………………………………………....20
C.PENGERTIAN MABUS HARSEN…………………………………………………………………………...21
1. Definisi……………………………………………………………………………………………………………..21
2. patofisiologi……………………………………………………………………………………………………...22
3.klarifikasi……………………………………………………………………………………………….................23
4.Manifestasi klinis………………………………………………………………………………………………..24

D.KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN……………………………………………………………………,.25


BAB 4 PENUTUP……………………………………………………………………………………………………26
1. Kesimpulan…………………………………………………………………………………………...........27
2. Saran…………………………………………………………………………………………………….........28
DAFTAR
PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………………23
BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 LATAR BELAKANG DERMATITIS

Dermatitis merupakan suatu peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai

respon pada faktor endogen dan faktor eksogen. Dermatitis dapat menimbulkan rasa

gatal, penebalan kulit atau muncul bintil kemerahan pada kulit dan juga bersisik

maupun berair. Hal tersebut terjadi karena adanya kelainan klinis berupa efloresensi

polimorfik.(1)

Dermatitis kontak adalah terjadinya suatu peradangan pada kulit yang

disebabkan terpajan dengan bahan toksik (primary iritan) atau dengan bahan alergik

(sensitizer) atau oleh kedua-duanya. Dermatitis kontak terbagi menjadi dua, pertama

dermatitis kontak iritan yaitu terjadinya peradangan pada kulit karena adanya kontak

langsung antara kulit dengan bahan yang mengakibatkan kulit menjadi iritasi.

Dermatitis kontak iritan ini merupakan hasil dari suatu reaksi yang bersifat non-

imunologis. Substansi iritan yang kuat dapat menyebabkan dermatitis kontak iritasi

akut, seperti asam dan basa yang mengandung konsentrasi yang tinggi. Kedua

Dermatitis kontak alergik adalah suatu respon yang menimbulkan alergi jika kulit

mengalami kontak atau terpapar bahan-bahan yang sifatnya sensitizer atau alergen.

Bahan kimia yang yang mengandung alergen sangat banyak, namun hanya sedikit

yang akan menimbulkan masalah pada kulit.(2)

Nelayan merupakan salah yang berisiko terkena penyakit dermatitis karena


keseharian nelayan selalu berkontak langsung dengan perairan, terutama air laut.

Pengaruh air laut rentan menyerang nelayan karena kepekatan air laut oleh garam

dapat menarik air dari kulit. Air laut adalah penyebab terjadinya dermatitis pada

nelayan dengan sifat rangsangan primer.(3) dermatitis yang sering terjadi pada nelayan

ialah dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak alergi.(4)

Faktor penyebab dari dermatitis tersebut diantaranya adalah faktor lingkungan,

faktor individu dan karakteristik agen. Kebersihan perorangan yang buruk dapat

menimbulkan infeksi jamur, bakteri dan virus serta gangguan kulit lainnya.

Lingkungan kerja yang kotor dan lembab juga dapat memicu terjadinya perkembangan

penyakit kulit.(5)

Indonesia merupakan negara maritim yang memiliki sebagian besar

wilayahnya adalah perairan. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa 2/3 wilayah

Indonesia berupa perairan, Indonesia juga memiliki garis pantai yang mencapai 18.000

km yaitu terpanjang kedua setelah Kanada. Indonesia pun memiliki keanekaragaman

laut yang diyakini terlengkap di dunia.(5)

Berdasarkan hasil pengamatan dari beberapa provinsi yang ada di Indon…

Secara global dermatitis mempengaruhi sekitar 230 juta orang pada 2010 atau

3,5% dari populasi dunia. Prevalensi dermatitis didominasi kelompok perempuan

khususnya dalam periode reproduksi yaitu umur 15 – 49 tahun. Di Inggris dan Amerika

Serikat, didominasi kelompok anak-anak yaitu sekitar sekitar 20% dan 10,7% dari

jumlah penduduk sedangkan kelompok dewasa di Amerika Serikat sekitar 17, 8 juta

(10%) orang.(10)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia 6-7 tahun,

prevalensi dermatitis atopik di India dan Ekuador berkisar 0,9% dan 22,5%. di

Ekuador Untuk kelompok usia 13-14 tahun, menunjukkan prevalensi di China dan

Columbia berkisar 0,2% dan 24,6%, sedang prevalensi lebih dari 15% ditemukan pada

4 dari 9 daerah yang diteliti terma

1.2 Rumusan Masalah

1. Faktor-faktor perilaku apa yang berpengaruh terhadap ketepatan penggunaan


obat
2. obat secara topikal pada penderita dermatitis?

1.2Tujuan Penelitian Penyakit dermatitis dan marbus harsen?

1.3.1 Tujuan Umum


1. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor
1. perilaku yang berpengaruh terhadap ketepatan penggunan obat dermatitis
2. secara topikal dimasyarakat.

1.3.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Mengidentifikasi ketepatan penggunaan obat dermatitis secara topikal
2. Mengidentifikasi faktor-faktor perilaku yang berpengaruh terhadap
1. ketepatan penggunaan obat dermatitis secara topikal
1.4 Manfaat Penelitian
1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi masyarakat untuk lebih
2) memperhatikan penggunaan obat dermatitis topikal
3) Memperkenalkan pada masyarakat tentang peran serta farmasis
4) dimayarakat terhadap penggunaan obat dermatitis topikal
5) Memberikan gambaran untuk penelitian lebih lanjut mengenai faktor-
6) faktor yang mempengaruhi ketepatan penggunaan obat dermatitis topikal
7) Sebagai bekal kepada farmasis dalam memberikan pelayanan pada
8) masyarakat terkait penggunaan obat dermatitis topical
BAB 2
PEMBAHASAN

A. DERMATITIS

1.DEFINISI PENYAKIT

Dermatitis adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis)sebagai tanggapan


terhadap pengaruh faktor eksogen dan atau faktor endogen,menimbulkan kelainan kli-
nis berupa eflorensi polimorfik (eritema,busung,papul,vesikel,skuama,likenifikasi) dan
keluhan gatal.Infeksi kulit cenderung residif dan menjadi kronis.(NANDANIC-
NOC.2015). Dermatitis adalah peradangan pada kulit(imflamasi pada kulit)yang disertai
dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukan sisi.

2KLASIFIKASI

a) a.Dermatitis kontak

Dermatitis kontak adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh bahan/substansi yang
ditempel pada kulit.Infeksi kulit yang muncul dipicu alergen(penyebab alergi)ter-
tentu seperti racun yang terdapat pada tanaman merambat atau deterjen.Indikasi
dan gejala antara kulit memerah dan gatal.Jika memburuk, penderita akan men-
galami bentol-bentol yang meradang.Disebabkan kontak langsung dengan salah satu
penyebab iritasi pada kulit atau alergi.Contohnya sabun cuci/detergen,sabun mandi
atau pembersih lantai.Alergennya bisa berupa karet,logam,perhiasan,parfum,kos-
metik atau rumput.

b) b.Neuro dermatitis

Timbul karena goresan pada kulit secara berulang,bisa berwujud kecil,datar dan da-
pat diameter sekitar 2,5 sampai 25 cm. penyakit ini muncul saat jumlah pakaian ke-
tat yang kita kenakan menggores kulit jadi iritasi.iritasi ini pemicu kita untuk meng-
garuk bagian yang terasa gatal.Biasanya muncul pada pergelangan kaki, pergelangan
tangan,lengan dan bagian belakang dari leher.

c) c.Seborrheic dermatitis
kulit terasa berminyak dan licin,melepuhnya sisi-sisi dari hidung,antara kedua
alis,belakang telinga serta dada bagian atas. Dermatitis ini seringkali diakibatkan fak-
tor keturunan,muncul saat kondisi mental dalam keadaan stres atau orang yang
menderita penyakit saraf seperti parkinson.

d) d.Dermatitis Stasis

merupakan dermatitis sekunder akibat ketidakcukupan kronik vena (atau hipertensi


vena) tungkai tungkai bawah.Yang muncul dengan adanya varises,menyebabkan
pergelangan kaki dan tulang kering berubah warna menjadi memerah atau
coklat,menebal dan gatal.Dermatitis muncul ketika adanya akumulasi cairan
dibawah jaringan kulit.Varises dan kondisi kronis lain pada kaki juga menjadi penye-
bab

e) e.Dermatitis atopik

merupakan keadaan peradangan kulit kronis dan resitif,disertai gatal yang umum-
nya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak,sering berhubungan dengan pen-
ingkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau
penderita(D.A,rinitisalergi,atau asma bronkial).kelainan kulit berupa papul gatal
yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi,distribusinya dilipat(flek-
sural).

3.ETIOLOGI

Penyebab dermatitis belum diketahui secara pasti.Sebagian besar merupakan


tanggapan kulit terhadap agen-agen misalnya zat kimia,bakteri dan jamur(fungi) selain
itu alergi makanan juga bisa menyebabkan dermatitis.Respon tersebut dapat berhubun-
gan dengan alergi.Penyebab dermatitis secara umum dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

a.luar (eksogen) misalnya bahan kimia (deterjen,oli,semen,asam,basa),fisik (sinar mata-


hari,suhu),mikroorganisme(mikroorganisme,jamur).

b.dalam (endogen) misalnya dermatitis atopik


sejumlah kondisi kesehatan,alergi,faktor genetik,fisik,stres,dan iritasi dapat menjadi
penyebab eksim.Masing-masing jenis eksim,biasanya memiliki penyebab berbeda pu-
la.seringkali,kulit yangnpecah-pecah dan meradang yang disebabkan eksim menjadi in-
feksi.Jika kulit tangan ada srip merah seperti goresan,kita mungkin mengalami selulit in-
feksi bakteri yang terjadi di bawah jaringan kulit.selulit muncul karena peradangan pada
kulit yang terlihat bentol-bentol,memerah,berisi cairan dan terasa panas saat tersentuh
dan selulit muncul pada seseorang yang sistem kekebalan tubuhnya tidak bagus.

4.TANDA DAN GEJALA

Pada umumnya manifestasi klinis dermatitis adanya tanda-tanda radang akut


terutama gatal(gatal),kenaikan suhu tubuh, kemerahan, edema misalnya pada
muka(terutama palpebra dan bibir),gangguan fungsi kulit dan alat kelamin eksternal.

a) a.Stadium akut:kelainan kulit berupa eritema,edema,vesikel atau bula,erosi dan


eksudasi jadi tampak basah.

b) b.Stadium subakut:eritema,dan edema berkurang,eksudat mengering menjadi


kusta.

c) c.Stadium kronis:lesi tampak kering,skuama,hiperpigmentasi,papul dan likene-


fikasi.

d) Stadium tersebut tidak selalu secara berurutan,bisa saja sejak awal suatu der-
matitis sejak awal memberi gambaran klinis berupa kelainan kulit stadium kro-
nis.

5.PATOFISIOLOGI

Dermatitis kontak alergi termasuk reaksi tipe IV ialah hipersenitivitas tipe lambat. Pato-
genesisnya melalui dua fase yaitu fase indukdi (fase sensitisasi) dan fase elisitasi.Fase
induksi ialah saat kontak pertama alergen dengan kulit sampai limfosit mengenal dan
memberikan respon,membutuhkan 2-3 minggu.fase elesitasin ialah saat terjadi pajanan
ulang dengan alergen yang sama atau serupa sampai timbul gejala klinis.
Pada fase induksi,hapten (proten tidak lengkap) berfenetrasi kedalam kulit dan
berikatan dengan protein berier membentukan anti gen yang lengkap.Anti gen ini di-
tangkap dan diproses lebih dahulu oleh magkrofak dan sel Langerhans,kemudian
memacu reaksi limfoisit T yang belum tersensitasi dikulit,sehingga terjadi sensitasi
limposit T,melalui saluran limfe, limfosit yang telah tersensitasi berimigrasi kedarah
parakortikal kelenjar getah bening regional untuk berdiferensiasi dan menjadi berfolif-
erasi membentuk sel T efektor yang tersensitasi secara spesifik dan sel memori.

Kemudian sel-sel tersebut masuk kedalam sirkulasi,sebagian kembali kekulit dan


sistem limfoid,tersebar diseluruh tubuh,menyebabkan keadaan sensetivitas yang sama
diseluruh kulit tubuh.Pada fase elisitasi,terjadi kontak ulang dengan terjadi yang sama
atau serupa sel efektor yang telah tersensitisasi mengeluarkan limfokin yang mampu
menarik berbagai sel radang sehingga terjadi gejala klinis.

6.MANIFESTASI KLINIS

Subyektif ada tanda-tanda radang akut terutama priritus(sebagai pengganti do-


lor).selain itu terdapat pula kenaikan suhu(kalor), kemerahan(rubor), edema atau pem-
bengkakan dan gangguan fungsi kulit(function laisa). Obyektif,biasanya batas kelainan
tidak tegas dan terdapat luka polimorfi yang dapat timbul serentak atau beturut-turut.-
pada permulaan eritema dan edema.Edema sangat jelas pada kulit yang longgar misal-
nya muka ( terutama palpebra dan bibir) dan genetalia eksterna.infiltrasi biasanya ter-
diri atas papul.

Dermatitis madidans (basah) berarti terdapat eksudasi. Disana-sini terdapat


sumber dermatitis, artinya terdapat vesikel-vesikel fungtiformis yang berkelompok
yang kemudian membesar.kelainan tersebut dapat disertai bula atau jerawat, jika diser -
tai infeksi.Dermatitis sika (kering) berarti tidak madidans bila gelembung-gelembung
mengering maka akan terlihat erosi atau ekskoriasi dengan kusta. Hal ini berarti der-
matitis menjadi kering disebut ematiti sika . Pada stadium tersebut terjadi deskuamasi,
artinya timbul sisik. Bila proses menjadi kronik tapak likenifikasi dan sebagai sekuele
terlihat hiperpigmintasi atau hipopigmentasi.
7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. laboratorium

a) a.Darah: Hb,leukosit,hitung jenis,trombosit , elektrolit,protein total,albumin, glob-


ulin.

b) b.Urin: pemerikasaan histopatologi.

2.Penunjang (pemeriksaan histopatologi)

Pemeriksaan ini tidak memberi gambaran khas untuk diagnostik karena gam-
baran histopatologiknya dapat juga terlihat pada dermatitis oleh sebab lain. pada der-
matitis akut perubahan pada dermatitis berupa edema interseluler (spongiosis), terben-
tuknya vesikel atau bula,dan pada dermis terdapat dilatasi vaskuler disertai edema dan
infiltrasi perivaskuler sel -sel mononuclear.

Dermatitis sub akut menyerupai bentuk akut dengan terdapatnya akantosis dan
kadangkadang parakeratosis. pada dermatitis kronik akan terlihat akantosis, hiperker-
atosis, parakeratosis, spongiosis ringan, tidak tampak adanya vesikel dan pada dermis
terlihat infiltrasi perivaskuler, pertambahan kapiler dan fibrosis. Gambaran tersebut
merupakan dermatitis secara umum dan sangat sukar untuk membedakan gambaran
histopatologik Antara dermatitis kontak alergik dan dermatitis kontak iritan.

Pemeriksaan ultrastruktur menunjukkan 2-3 jam setelah paparan antigen.


seperti dinitroklorbenzen (DNCB) topikal dan injeksi feritinin trakutan, tampak sejum-
lah besar sel langerhans diepidermis. Saat itu antigen terlihat di membran sel dan dior-
ganela sel Bangerhans. limfosit mendekatinya dan sel langerhans menunjukkan aktivitas
metabolik. Berikutnya sel langerhans yang membawa antigen akan tampak didermis
dan setelah 4-6 jam tampak rusak dan jumlah diepidermis berkurang. pada saat yang
sama migrasinya kelenjar getah bening setempat meningkat.

namun demikian penelitian terakhir mengenai gambaran histologis, imunosi-


tokimia dan mikroskop elektron dari tahap selulerar awal pada pasien yang diinduksi
alergen dan bahan iritan belum berhasil menunjukkan perbedaan dalam pola peradan-
gannya.
8. KOMPLIKASI

1) 1.Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

2) 2.Infeksi sekunder khususnya oleh stafilokokus aureus.

3) 3.Hiperpigmentasi dan hipopigmentasi post inflamasi.

4) 4.jaringan parut muncul pada paparan pada bahan korosif atau ekskoriasi.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.Pengkajian

a.Identitas

Meliputibnama,umur( Dermatitis kontak dapat terjadi pada semua orang disemua umur
sering terjadi pada remaja dan dewasa muda dapat terjadi pada pria dan
wanita),alamat,tempat tanggal lahir,pendidikan,suku,agama,diagnosa medis, jenis ke-
lamin,pendidikan,status pernikahan,dan identitas keluarga yang bertanggung jawab
jawab.

b.Riwayat Kesehatan

1).keluhan utama:

Pada penderita dermatitis biasanya akan ditemukan keluhan gatal pada kulit,suhu tubuh
meningkat/demam, kemerahan,kering,edema disertai nyeri,dan rasa terbakar pada
kulit.keluhan tersebut bisa muncul tergantung bagaimana tanggapan kulit dari masing-
masing orang.

2).Riwayat penyakit sekarang:

biasanya penderita dengan dermatitis akan mengalami rasa gatal-gatal pada kulit yang
dapat menimbulkan luka akibat adanya infeksi sehingga suhu tubuh bisa meningkat/de-
mam, kemerahan,edema disertai rasa nyeri,rasa terbakar/panas pada kulit.Keluhan-
keluhan yang muncul dan tidak bisa ditangani oleh penderita sehingga penderita harus
datang kepelayanan kesehatan.
3).Riwayat penyakit dahulu:

biasanya pada pasien dengan dermatitis juga bisa disebakan oleh adanya riwayat alergi
terhadap bahan-bahan tertentu,kemudian juga dilihat dari sensitivitas kulit seseorang
itu sendiri.

4).Riwayat penyakit keluarga:

ada penderita dermatitis dimodelkan apakah ada penyakit keluarga yang sama dengan
yang dialami penderita,selain itu pada anak-anak sering ditemukan alergi terhadap ba-
han tertentu yang mungkin diketahui oleh keluarganya.

c.pola fungsi kesehatan

1).pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

biasanya pada penderita dermatitis tidak begitu paham dengan kondisi kesehatan
terutama terhadap alergi bahan-bahan kimia yang dapat menimbulkan dermatitis.Jika
penderita merasakan keluhan biasanya pasien minum obat dan apabila penyakitnya
tidak sembuh pasien pergi kepelayanan kesehatan.

2).pola nutrisi dan metabolik

biasanya pada penderita dermatitis bisa ditemukan nafsu makan terganggu karena
penyakit yang mengalami seperti rasa panas,demam dan nyeri bagian kulit yang bi-
asanya membuat nafsu makan turun tetapi tergantung dari masing-masing individu
yang mengalami.

3).pola eliminasi

Pada penderita dermatitis biasanya tidak ditemukan gangguan pada pola eliminasi,ke-
cuali dermatitis timbul pada bagian alat kelamin sehingga membuat penderita takut un-
tuk BAK.

4).pola aktivitas dan latihan

biasanya pada penderita dermatitis tidak mengganggu aktivitas sehari-hari tetapi ter-
gantung dari tingkat keparahan penyakit dan rasa nyeri atau lokasi sakit yang dirasakan.
5).pola tidur dan istirahat

biasanya pada pola istirahat penderita dermatitis terjadi gangguan pola tidur karena
rasa nyeri dan rasa gatal atau rasa terbakar yang dialami.

6).pola hubungan dan peran

biasanya hubungan dengan keluarga,teman dan tetangga terganggu karena penyakitnya


yang dirasakan.

7).pola sensori dan kognitif

biasanya pada penderita dermatitis tidak ditemukan gangguan tetapi tergantung dari
masing-masing individu yang mengalami penyakit tersebut.

8).pola persepsi dan konsep diri

biasanya pada penderita dermatitis status mental sadar,bicara normal,masih mampu


berinteraksi sosial.

9).pola reproduksi dan seksual

biasanya penderita dermatitis merasa terganggu dengan pola seksual jika penyakit
tersebut menyerang bagian alat kelamin.

10).pola penanggulangan stress

biasanya pada penderita dermatitis mangatasi rasa nyeri dengan mengkonsumsi obat
anti nyeri dan karena nyeri yang dirasakan biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa
khawatir klien tentang penyakitnya.

11).pola tata nilai dan kepercayaan

biasanya pada penderita dermatitis menyebabkan rasa tidak enak,demam,rasa panas


pada kulit sehingga bisa membuat rutinitas ibadah penderita terganggu.

d.Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum penderita bergantung pada luas, lokasi timbulnya lesi atau kemerahan
pada kulit,dan kekuatan daya tahan tubuh.TTV biasanya penderita mengalami pen-
ingkatan suhu tubuh dan akibat nyeri yang dirasakan bisa juga mengakibatkan pen-
ingkatan denyut nadi jantung,peningkatan pernapasan,serta peningkatan tekanan darah.

1).Pemeriksaan head to toe dengan cara Inspeksi (Melihat),Auskultasi (Mendengar),Pal-


pasi (Meraba),Perkusi (Mengetuk)mulai dari:

a).Kepala: Biasanya bersih, tidak ada benjolan, tidak ada luka atau lesi.

b).rambut: biasanya berwarna hitam tergantung tingkat usia.

c).wajah: kebersihan, ada lesi/tidak ada edema/tidak, dan tidak pucat,sianosis adanya
tidak.

d).mata: Konjungtiva pucat/tidak dan sklera ikterus/tidak, ada kelainan atau tidak,serta
adanya bengkak kemerahan/tidak.

e).mulut dan gigi: Bersih/tidak, warna bibir, ada stomatitis/tidak,gigi tidak berlubang,
gusi tidak berdarah.biasanya pada herpes terdapat luka pada bagian bibir akibat infeksi.

f).Leher: ada kelainan atau tidak, adanya nyeri tekan /tidak,adanya merah atau tidak
karena dermatitis biasanya menyerang bagian kulit dimana pun.

g).Thorak: Irama cepat/ tidak, suara jantung normal/tidak, ada tidak bunyi tambahan
nafas.tidak ada masa/benjolan,ada nyeri tekan atau tidak.

h). Abdomen: Ada atau Tidak luka bekas operasi, distensi abdomen atau tidak,kembung
atau tidak,warna,kebersihan.

i). genetalia:Apakah ada varises, bersih, adanya nyeri tekan atau tidak,edema/tidak.bi-
asanya pada dermatitis yang menyerang alat kelamin mengalami kelainan seperti warna
merah serta adanya rasa nyeri.

j).rectum: Bersih/tidak, tidak ada edema ,Adanya tanda-tanda infeksi/tidak).

k).Ekstremitas: Edema/tidak, adanya varises/tidak, sianosis, CRT kembali normal/tidak.

l).integumen:biasanya pada infeksi kulit akan ditemukan rata-rata akut terutama priri-
tus(sebagai pengganti dolor),merah (rubor),gangguan fungsi kulit(function laisa),terda-
pat Vesikel-veikel fungtiformis yang kemudian membesar,terdapat bula atau
pustule,hiperpigmentasi atau hipopigmentasi.Adanya nyeri tekan,edema atau pem-
bengkakan,serta kulit bersisik.

2.Diagnosa Keperawatan

Adapun diagnosa yang kemungkinan muncul pada penyakit dermatitis diantaranya:

a. nyeri akut berhubungan dengan lesi pada kulit.

b.Terganggu integritas kulit yang berhubungan dengan perubahan fungsi berrier kulit.

c.Terganggu pola tidur yang berhubungan dengan gatal.

d.Terganggu citra tubuh yang berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak baik

e.Defisit pengetahuan tentang perawatan kulit serta cara pegangan kelainan pada kulit.

f.Risiko infeksi berhubungan dengan lesi, bercak-bercak merah pada kulit.


BAB 3

MARBUS HARSEN

C. MORBUS HARSEN

1.DEFINISI

Morbus Hansen (lepra atau morbus Hansen) adalah penyakit kronis yangdise-
babkan oleh infeksi mycobacterium leprae (Kapita Selekta Kedokteran UI,
2000).Penyakit Morbus Hansen adalah penyakit menular yang menahun dandisebabkan
oleh kuman kusta (Mycobacterium leprae) yang menyerang saraf tepi, kulitdan jaringan
tubuh lainnya (Departeman Kesehatan, Dit. Jen PPM & PL, 2002).Jadi, Morbus Hansen
adalah penyakit kronis yang disebabkan olehMyrobacterium Lepra yang menyerang
saraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.

2.ETIOLOGI

Penyakit kusta di ebabkan oleh bakteri Myobacterium leprae yang ditemukan


pada tahun 1874, oleh GA Hansen . Kuman ini berbentuk batang,gram positip, beruku-
ran0.34 x 2 mikron dan berkelompok membentuk globus. Kuman Myohacterium leprae-
hidup pada sel Schwann dan sistim retikuloendotelial, dengan masa generasi 12-24
hari,dan termasuk kuman yang tidak ganas serta lambat berkembangnya.Kuman-kuman
kusta berbentuk batang, biasanya berkelompok dan ada yangtersebar satu-satu dengan
ukuran panjang 1-8 mic, lebar 0,2-0,5 mic yang bersifat tahan asam.Sampai saat ini ku-
man tersebut belum dapat dibiakkan dalam medium buatan,dan manusia merupakan
satu-satunya sumber penularan. Berbagai usaha telah dilakukanuntuk membiakkan ku-
man tersebut yaitu melalui: telapak kaki tikus, tikus yangdiradiasi,armadillo, kultur
jaringan syaraf manusia dan pada media buatan.

Diagnosis penyakit lepra melalui usapan sekret hidung dan melalui kerokan kulit
penderita. Kuman yang berada di sekret hidung yang kering,dapat bertahan hidup sam-
pai9 hari di luar tubuh, sedangkan di tanah yang lembab dan suhu kamar, kuman ini da-
pat bertahan sampai 46 hari.

3.PATOFISIOLOGI
Mekanisme penularan penyakit Morbus Hansen diawali dari kuman Mycobac-
terium Leprea. Kuman ini biasanya berkelompok dan hidup dalam sel sertamempunyai
sifat tahan asam (BTA) . Kuman Morbus Hansen ini pertama kali menyerangsaraf tepi,
yang selanjutnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagianatas, sistem
retikuloendotelial, mata, otot, tulang, dan testis kecuali susunan saraf pusat.Mekanisme
penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti
adanya kontak dekat dan penularan dari udara. Terdapat bukti bahwa tidak semuaorang
yang terinfeksi oleh kuman M. leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika juga
ikut berperan.

Kerusakan saraf pada pasien Morbus Hansen diakibatkan M.Leprae yang memi-
liki bagian G domain of extracellular matriks protein laminin 2 yang akan berikatanden-
gan sel schwaan melalui reseptor dystroglikan lalu akan mengaktifkan MHC (Major His-
tocompatibility Complex) kelas II setelah itu mengaktifkan CD4+. CD4+ akanmengak-
tifkan Th1 dan Th2 dimana Th1 dan Th2 akan mengaktifkan makrofag. Makrofaggagal
memakan M. Leprae akibat adanya fenolat glikolipid I yang melindungi di dalam-
makrofag.

Ketidakmampuan makrofag akan merangsang makrofag bekerja terus-menerus


untuk menghasilkan sitokin dan GF(Growht Factor) yang lebih banyak lagi.Sitokin dan
GF tidak mengenal bagian self atau nonself sehingga akan merusak saraf dansaraf yang
rusak akan diganti dengan jaringan fibrous sehingga terjadilah penebalan saraf tepi. Sel
schwann merupakan APC non professional. Akibatnya akan mengalamigangguan fungsi
saraf tepi seperti sensorik, motorik dan otonom. Serangan terhadapfungsi sensorik akan
menyebabkan terjadinya luka pada tangan atau kaki, yangselanjutnya akan mati rasa
(anestasi). Kerusakan fungsi motorik akan mengakibatkanlemah atau lumpuhnya otot
kaki atau tangan, jari-jari tangan atau kaki menjadi bengkok.Rusaknya fungsi otonom
berakibat terjadinya gangguan pada kelenjar keringat, kelenjar minyak dan gangguan
sirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering, menebal, mengeras,dan pecah-pecah yang
pada akhirnya akan membuat si penderita cacat seumur hidup.

Kelainan juga terjadi pada kulit, dalam hal ini dapat berupa hipopigmentasi
(semacam panu) bercak-bercak merah, infiltrat (penebalan kulit) dan nodul
(benjolan).Infiltrasi granuloma ke dalam adneksa kulit yang terdiri atas jaringan
keringat, kelenjar palit, dan folikel rambut dapat mengakibatkan kulit kering dan alope-
sia.

Penyakit ini dapat menimbulkan ginekomastia akibat gangguan keseimbangan-


hormonal dan oleh karena infiltrasi granuloma pada tubulus seminiferus testis. Penderi-
talepra lepromatosa dapat menjadi impoten dan mandul, karena infeksi ini dapatmenu-
runkan kadar testosteron dan jumlah sperma yang dihasilkan oleh testis.Pada kornea
mata akan terjadi kelumpuhan pada otot mata mengakibatkan kurang atauhilangnya re-
flek kedip, sehingga mata akan mudah kemasukan kotoran dan benda-bendaasing yang
dapat menimbulkan kebutaan.

Kerusakan mata pada kusta dapat primer dansekunder. Primer mengakibatkan


alopesia pada alis mata dan bulu mata, juga dapatmendesak jaringan mata lainnya.
Sekunder disebabkan oleh rusaknya N.fasialis yangdapat membuat paralisis N.orbitku-
laris palpebrarum sebagian atau seluruhnya,mengakibatkan lagoftalmus yang selanjut-
nya, menyebabkan kerusakan bagian – bagianmata lainnya. Secara sendirian atau
bersama – sama akan menyebabkan kebutaan.

4.KLASIFIKASI

Menurut Ridley dan Joplin membagi klasifikasi kusta berdasarkan gambarankli-


nis, bakteriologik, histo patologik, dan status imun penderita menjadi :

1.TT : Lesi berupa makula hipo pigmantasi/eutematosa dengan permukaan kering


dankadang dengan skuama di atasnya. Jumlah biasanya yang satudenga yang besar
bervariasi. Gejala berupa gangguan sensasibilitas, pertumbuhan langsung dan sekresike-
lenjar keringat. BTA ( - ) dan uji lepramin ( + ) kuat.

2.BT : Lesi berupa makula/infiltrat eritematosa dengan permukaan kering bengan jum-
lah 1-4 buah, gangguan sensibilitas ( + ).

3.Lesi berupa mamakula/infiltrat eritematosa permukaan agak mengkilat. Gam-


barankhas lesi ”punched out” dengan infiltrat eritematosa batas tegas pada tepi sebelah-
dalam dan tidak begitu jelas pada tepi luarnya.Gangguan sensibilitas sedikit, BTA( + )
pada sediaan apus kerokan jaringan kulit dan uji lepromin ( - ).

4.BL : Lesi infiltrat eritematosa dalam jumlah banyak, ukuran bervariasi, bilateral tapi-
asimetris, gangguan sensibilitas sedikit/( - ), BTA ( + ) banyak, uji Lepromin ( - ).

5.LL : Lesi infiltrat eritematosa dengan permukaan mengkilat, ukuran kecil, jumlahsan-
gat banyak dan simetris. BTA ( + ) sangat banyak pada kerokan jaringan kulit dan-
mukosa hidung, uji Lepromin ( - ).

WHO membagi menjadi dua kelompok, yaitu :

1.Pansi Basiler (PB) : I, TT, BT.

2.Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL.

5.MANIFESTASI KLINIS

1.Menurut klasifikasi Ridley dan Joplinga).

a) a).Tipe Tuberkoloid ( TT )

 •Mengenai kulit dan saraf.

 •Lesi bisa satu atau kurang, dapat berupa makula atau plakat, batas jelas,regresi,
atau, kontrol healing ( + ).

 •Permukaan lesi bersisik dengan tepi meninggi, bahkan hampir sama dengan
psoriasis atau tinea sirsirata. Terdapat penebalan saraf perifer yang
teraba,kelemahan otot, sedikit rasa gatal.

 •Infiltrasi Tuberkoloid ( + ), tidak adanya kuman merupakan tanda adanyarespon


imun pejamu yang adekuat terhadap basil kusta.

b) b).Tipe Borderline Tuberkoloid ( BT )

 •Hampir sama dengan tipe tuberkoloid

 •Gambar Hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skauma tidak sejelas tipe TT.
 •Gangguan saraf tidak sejelas tipe TT. Biasanya asimetris.

 •Lesi satelit ( + ), terletak dekat saraf perifer menebal.

 c).Tipe Mid Borderline ( BB )

 •Tipe paling tidak stabil, jarang dijumpai.

 •Lesi dapat berbentuk macula infiltrate.

 •Permukaan lesi dapat berkilat, batas lesi kurang jelas, jumlah lesi melebihitipe
BT, cenderung simetris.

 •Lesi sangat bervariasi baik ukuran bentuk maupun distribusinya.

 •Bisa didapatkan lesi punched out, yaitu hipopigmentasi berbentuk oral pada
bagian tengah dengan batas jelas yang merupaan ciri khas tipe ini.

c) d).Tipe Borderline Lepromatus ( BL )

Dimulai makula, awalnya sedikit lalu menjadi cepat menyebar ke seluruh-


tubuh. Makula lebih jelas dan lebih bervariasi bentuknya, beberapa nodusmelekuk
bagian tengah, beberapa plag tampak seperti punched out. Tanda khassaraf berupa
hilangnya sensasi, hipopigmentasi, berkurangnya keringat dangugurnya rambut
lebih cepat muncil daripada tipe LL dengan penebalan saraf yang dapat teraba pada
tempat prediteksi.

e).Tipe Lepromatosa ( LL )

 •Lesi sangat banya, simetris, permukaan halus, lebih eritoma, berkilap, batastidak
tegas atau tidak ditemuka anestesi dan anhidrosis pada stadium dini.

 •Distribusi lesi khas :

(a).Wajah : dahi, pelipis, dagu, cuping telinga.

(b).Badan : bahian belakang, lengan punggung tangan, ekstensor tingkat bawah.

 Stadium lanjutan :
a) a.Penebalan kulit progresif

b) b.Cuping telinga menebal

c) c.Garis muka kasar dan cekung membentuk fasies leonine, dapat disertaimadaro-
sis, intis dan keratitis.

 •Lebih lanjut

a) a.Deformitas hidung

b) b.Pembesaran kelenjar limfe, orkitis atrofi, testis

c) c.Kerusakan saraf luas gejala stocking dan glouses anestesi.

d) d.Penyakit progresif, makula dan popul baru.

e) e.Tombul lesi lama terjadi plakat dan nodus.

 Stadium lanjut

Serabut saraf perifer mengalami degenerasi hialin/fibrosismenyebabkan anestasi


dan pengecilan tangan dan kaki.

f).Tipe Interminate ( tipe yang tidak termasuk dalam klasifikasi Redley & Jopling)

 •Beberapa macula hipopigmentasi, sedikit sisik dan kulit sekitar normal.

 •Lokasi bahian ekstensor ekstremitas, bokong dan muka, kadang-kadang dapat-


ditemukan makula hipestesi dan sedikit penebalan saraf.

 •Merupakan tanda interminate pada 20%-80% kasus kusta.

 •Sebagian sembuh spontan.

 Gambaran klinis organ lain

 •Mata : iritis, iridosiklitis, gangguan visus sampai kebutaan

 •Tulang rawan : epistaksis, hidung pelana


 •Tulang & sendi : absorbsi, mutilasi, artritis

 •Lidah : ulkus, nodus

 •Larings : suara parau

 •Testis : ginekomastia, epididimitis akut, orkitis, atrofi

 •Kelenjar limfe : limfadenitis

 •Rambut : alopesia, madarosis

 •Ginjal : glomerulonefritis, amilodosis ginjal, pielonefritis, nefritis interstitial.

2.Menurut WHO (1995), diagnosis kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tandakardi-
nal berikut:

a).Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas. Lesi kulit dapat tunggalatau
multipel, biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang lesi kemerahan atau berwarna
tembaga. Lesi dapat bervariasi tetapi umumnya berupa makula, papul,atau nodul. Kehi-
langan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas.Kerusakan saraf terutama
saraf tepi, bermanifestasi sebagai kehilangansensibilitas kulit dan kelemahan otot.
Penebalan saraf tepi saja tanpa disertaikehilangan sensibilitas dan/atau kelemahan otot
juga merupakan tanda kusta.

b).BTA positif. Pada beberapa kasus ditemukan basil tahan asam dari kerokan jaringan
kulit. Bila ragu-ragu maka dianggap sebagai kasus dicurigai dandiperiksa ulang setiap 3
bulan sampai ditegakkan diagnosis kusta atau penyakit lain.

3.Menurut (Dep Kes RI. Dirjen PP & PL, 2007). Tanda-tanda utama atau Cardinal Sign
penyakit kusta, yaitu:

a).Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk bercak
keputih-putihan (hypopigmentasi) atau kemerah-merahan (erithematous) yangmati
rasa (anaesthesi). b).Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf.
Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis saraf tepi (neuritis
perifer ).
Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa :

 Gangguan fungsi sensori seperti mati rasa

 Gangguan fungsi motoris seperti kelemahan otot (parese) atau kelumpuhan( par-
alise)

 Gangguan fungsi otonom seperti kulit kering dan retak-retak.

c).Adanya bakteri tahan asam (BTA) didalam kerokan jaringan kulit (BTA+)Seseorang
dinyatakan sebagai penderita kusta apabila di temukan satu atau lebih dari tanda-tanda
utama diatas. Pada dasarnya sebagian besar penderita dapat didiagnosis dengan pe-
meriksaan klinis. Namun demikian pada penderita yang meragukan dapat dilakukan pe-
meriksaan kerokan kulit. Apabila hanya ditemukan cardinal sign kedua perlu dirujuk
kepada wasor atau ahli kusta, jika masih ragu orang tersebut dianggap sebagai pen-
derita yang dicurigai.

6.KOMPLIKASI

Cacat merupakan komplikasi yang dapat terjadi pada pasien kusta baik akibatkerusakan
fungsi saraf tepi maupun neuritis sewaktu terjadi reaksi kusta.

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.PENGKAJIAN

A.Biodata

Umur memberikan petunjuk mengenai dosis obat yang diberikan, anak-anak dan de-
wasa pemberian dosis obatnya berbeda. Pekerjaan, alamat menentukan tingkat sosial,
ekonomi dan tingkat kebersihan lingkungan. Karena pada kenyataannya bahwasebagian
besar penderita kusta adalah dari golongan ekonomi lemah.

B.Riwayat Penyakit Sekarang


Biasanya klien dengan morbus hansen datang berobat dengan keluhan adanyalesi dapat
tunggal atau multipel, neuritis (nyeri tekan pada saraf) kadang-kadanggangguan
keadaan umum penderita (demam ringan) dan adanya komplikasi padaorgan tubuh.

C.Riwayat Kesehatan Masa Lalu

Pada klien dengan morbus hansen reaksinya mudah terjadi jika dalam kondisilemah, ke-
hamilan, malaria, stres, sesudah mendapat imunisasi.

D.Riwayat Kesehatan Keluarga

Morbus hansen merupakan penyakit menular yang menahun yang disebabkanoleh ku-
man kusta (mikobakterium leprae) yang masa inkubasinya diperkirakan 2-5tahun. Jadi
salah satu anggota keluarga yang mempunyai penyakit morbus hansenakan tertular.

E.Riwayat Psikososial

Fungsi tubuh dan komplikasi yang diderita. Klien yang menderita morbushansen akan
malu karena sebagian besar masyarakat akan beranggapan bahwa penyakit ini meru-
pakan penyakit kutukan, sehingga klien akan menutup diri danmenarik diri, sehingga
klien mengalami gangguan jiwa pada konsep diri karena penurunan.

F.Pola Aktivitas Sehari-hari

Aktifitas sehari-hari terganggu karena adanya kelemahan pada tangan dan kakimaupun
kelumpuhan. Klien mengalami ketergantungan pada orang lain dalam perawatan diri
karena kondisinya yang tidak memungkinkan.

G.Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum klien biasanya dalam keadaan demam karena reaksi berat pada tipe I,
reaksi ringan, berat tipe II morbus hansen. Lemah karena adanyagangguan saraf tepi
motorik.

1.Sistem penglihatan.

Adanya gangguan fungsi saraf tepi sensorik, kornea mata anastesi sehinggareflek kedip
berkurang jika terjadi infeksi mengakibatkan kebutaan, dan saraf tepi motorik terjadi
kelemahan mata akan lagophthalmos jika ada infeksi akan buta.Pada morbus hansen
tipe II reaksi berat, jika terjadi peradangan pada organ-organtubuh akan mengakibatkan
irigocyclitis. Sedangkan pause basiler jika ada bercak pada alis mata maka alis mata
akan rontok.

2.Sistem pernafasan

Klien dengan morbus hansen hidungnya seperti pelana dan terdapatgangguan pada
tenggorokan.

3. Sistem persarafan:

•Kerusakan fungsi sensorik Kelainan fungsi sensorik ini menyebabkan terjadinya ku-
rang/ mati rasa.Alibat kurang/ mati rasa pada telapak tangan dan kaki dapat terjadi
luka, sedang pada kornea mata mengkibatkan kurang/ hilangnya reflek kedip.

•Kerusakan fungsi motorik Kekuatan otot tangan dan kaki dapat menjadi lemah/
lumpuh dan lama-lama ototnya mengecil (atropi) karena tidak dipergunakan. Jari-jari
tangan dankaki menjadi bengkok dan akhirnya dapat terjadi kekakuan pada sendi(kon-
traktur), bila terjadi pada mata akan mengakibatkan mata tidak dapatdirapatkan
(lagophthalmos).

•Kerusakan fungsi otonomTerjadi gangguan pada kelenjar keringat, kelenjar minyak


dan gangguansirkulasi darah sehingga kulit menjadi kering, menebal, mengeras dan
akhirnyadapat pecah-pecah.

4.Sistem muskuloskeletal.

Adanya gangguan fungsi saraf tepi motorik adanya kelemahan ataukelumpuhan otot
tangan dan kaki, jika dibiarkan akan atropi.

5.Sistem integumen.

Terdapat kelainan berupa hipopigmentasi (seperti panu), bercak eritem(kemerah-mera-


han), infiltrat (penebalan kulit), nodul (benjolan). Jika adakerusakan fungsi otonom ter-
jadi gangguan kelenjar keringat, kelenjar minyak dangangguan sirkulasi darah sehingga
kulit kering, tebal, mengeras dan pecah-pecah.Rambut: sering didapati kerontokan jika
terdapat bercak.

Harus diperiksa kelenjar regional karena dapat ditemukannya pembesaran dari beber-
apa limfe.

1.Inspeksi

Kaji adanya ruam, hipo pigmentasi atau hiprpigmentasi serteritematosa.dengan per-


mukaan yang kasar atau licin dengan batas yang kurang jelas.Pada tipe tuberkuloid da -
pat ditemukan gangguan saraf kulit. Yang disrtai dengan penebalan syaraf, adanya nyeri
tekan akibat adanya jarinagn fibrosa, anhidrisi, dankerontokan rambut.pada tipe lepro-
matus , dijumpai hidung pelana dan wajah singa.Selain itu kaji juga adanya kelainan otot
berupa artrofi disuse otot yang ditandaidengan kelumpuhan otot otot.Diikutui adanya
kekakuan sendi atau kontraktur sehingga terjadi clow hand,drop foot, dan drop hand.
Kaji juga adanya osteomilitis serta pemendekan kerusakantulang. Kaji pula kelainan
mata akibat kelumpuhan. Inspeksi mata kering kereatitisulkus kornea iritis iridoksiklitik
dan berakhir dengan kebutaan. Kaji adanyaginekomastia.

2.Palpasi

Temukan adanya penebalan serabut syaraf, makula anastetika, pada tipe T,dan makula
non anastetika pada tipe L. Serta permukaan yang kering dan kasar.Lakukan pemerik-
saan sederhana, untuk menunjang kepastian diagnosis penyakitkusta serta untuk
mengetahui adanyaanastesia pada lesi.

a.Uji kulit. Uji ini paling sering dilakukan dan cara mudahnya sehingga semua petugas
dapat melakukannya, penggunaan jarum untuk untuk mengetahui adanyaasa sakitdi-
lakukan dengan meminta pasien menyebutkan area yang lbih terasanyeri. Serta kaji
adanya rasa pada kulit dengan adanya rasa jika disentuh kapasatau bulu ayam. Jika tidak
bisa, gunakan juga reaksi suhu.

b.Uji keringat, biasanya akan ditemukan anhidrosis karena rusaknya kelenjar keringat,
uji ini dilakukan dengan menggores lesi dengan pinsil tinta mulai dari beberapa cm dari
arah dalam keluar. Hasilnya akan terjadi perubahan warna ungusedangkan di area lesi
tidak.

c.Uji lepromin, untuk menentukan diagnosis dan klasifikasi penyakit kusta. Tipe1,T dan
BT: uji lepromin positif. Tipe BB, BL, LL: uji lepromin negatif.

2.DIAGNOSA KEPERAWATAN

1.Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi.

2.Gangguan rasa nyaman, nyeri berhubungan dengan proses inflamasi jaringan.

3.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.

4.Gangguan konsep diri (citra diri) berhubungan dengan kecacatan dan kehilangan-
fungsi tubuh.

diagnosa
a. gangguan integritas kulit/jaringan(D.0129)
b.Risiko Infeksi b/d Ketidakadekuatan pertahanan tubuh primer –kerusakan integritas
kulit (D.0142)
c.Gangguan Citra tubuh (D.0083)
BAB 3
PENUTUP

KESIMPULAN

1. Dermatitis adalah peradangan kulit ( Epidermis dan dermis ) yang di dibagi menjadi:

a) a.dermatitis kontak

b) b.neuro dermatitis

c) c.serrheic dermatitis

d) d. dermatitis statis

e) e. dermatitis atopic

Dermatitis merupakan suatu peradangan kulit (epidermis dan dermis) sebagai respon
pada faktor endogen dan faktor eksogen. Dermatitis dapat menimbulkan rasa gatal,
penebalan kulit atau muncul bintil kemerahan pada kulit dan juga bersisik maupun be-
rair. Hal tersebut terjadi karena adanya kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik.(1)

2. Morbus hansen (kusta)adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman
micobakterium leprae.Kusta dibagi dalam 2 bentuk, yaitu kusta bentuk kering (tipe tu-
berkuloid)-kusta bentuk basah (tipe lepromatosa).

Micobakterium leprae merupakan basil tahan asam (BTA) bersifat


obligatintraseluller,menyerang saraf perifer,kulit,dan organ lain,seperti mukosa saluran
napas bagian atas, hati, sumsum tulang, kecuali susunan saraf pusat. Micobakterium lep-
raemasuk kedalam tubuh manusia, jika orang tersebut memiliki respon imunitas yangt-
inggi maka kusta akan lebih mengarah pada tuberkuloid, namun jika respon imunitas-
dari tubuh orang tersebut rendah maka kusta akan lebih mengarah pada lepromatosa.

Manifestasi klinik dari penderita kusta adalah adanya lesi kulit yang khas dan kehilan-
gan sensibilitas.

Dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien kusta yang perludilakukan adalah
malakukan pengkajian, pemeriksaan fisik, manentukan diagnosakeperawatan,kemudian
memberikan tindakan perawatan yang komprehensip.

SARAN

Hendaknya masyarakat yang tinggal didaerah yang endemi akan kustadiberikan penyu-
luhan tentang,cara menghindari,mencegah,dan mengetahui gejala dini padakusta untuk
mempermudah pengobatanya.. Karena di dunia kasus penderita kusta jugamasih tergo-
long tinggi maka perlu diadakanya penelitian tentang penanggulangan penyakit kusta
yang efektif.

untuk mencegah penyakit dermatitis semakin parah sebaiknya kita melakukan pemerik-
saan apabila terjadi peradangan pada kulit Untuk menanggulangi penyebaran penyakit
kusta, hendaknya pemerintahmengadakan suatu program pemberantasan kusta yang
mempunyai tujuan sebagai penyembuhan pasien kusta dan mencegah timbulnya cacat
serta memutuskan matarantai penularandari pasien kusta terutama tipe yang menular
kepada orang lainuntuk menurunkaninsiden penyakit.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.repronote.com/2022/06/askep-dermatitis-sdki-slki-siki.html?m=1
https://www.academia.edu/38178582/ASKEP_DERMATITIS_fix
https://www.academia.edu/17178001/
ASUHAN_KEPERAWATAN_PASIEN_DENGAN_KUSTA
https://id.scribd.com/document/491876944/Askep-Morbus-Hansen-1

Anda mungkin juga menyukai