Anda di halaman 1dari 27

PENGENDALIAN LALAT

Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Pengendalian Vektor dan Rodent
Kelas B Semester Genap Tahun Ajaran 2019/2020

Dosen pengampu :

Ellyke, SKM.,M.KL

Disusun Oleh:

1. Icha Wahyu Febriani 172110101041


2. Khabib Fadlilatul Ma’aruf 172110101094
3. Dyah pramita Fidianti 172110101101
4. Dea Agnar Pradita 172110101118
5. Radilma A’assaum 172110101147
6. Nurbaity Kusumawardani 172110101174
7. Sulaiman 182110101153

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS JEMBER

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan limpahan nikmat
dan rahmat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Pengendalian Lalat” dengan baik dan tepat pada waktunya tanpa ada halangan
apapun. Sholawat serta salam juga kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa perubahan ke zaman yang penuh dengan kedamaian serta
cahaya.

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengendalian Vektor
dan Rodent. Kami mengucapkan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya atas segala
bantuan yang diberikan, baik secara langsung maupun tidak langsung selama
penyusunan makalah ini hingga selesai. Secara khusus rasa terimakasih kami
sampaikan kepada:

1. Ibu Ellyke, SKM.,M.KL, selaku dosen pembimbimg yang telah


memberikan bimbingan dan dorongan dalam penyusunan makalah ini.
2. Orang tua dan rekan-rekan yang menempuh mata kuliah Pengendalian
Vektor dan Rodent yang telah memberikan dukungan moril.

Penulis telah menyusun makalah ini dengan kemampuan maksimal. Namun


tidak menutup kemungkinan masih banyak kekurangan. Oleh karena, itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca sebagai bahan
evaluasi yang mampu memperbaiki kekurangan-kekurangan serta mampu
menjadikan perbaikan sebagai sumber bacaan yang lebih bermanfaat lagi untuk
semua orang.

Jember, 12 Maret 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 2
1.3. Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB 2 PEMBAHASAN .............................................................................................. 3
2.1. Pengertian ...................................................................................................... 3
2.2. Jenis- jenis Lalat ............................................................................................ 3
2.3. Daur Hidup .................................................................................................... 7
2.4. Tempat perindukan dan perilaku Lalat ........................................................ 10
2.5. Proses pengawetan ...................................................................................... 11
2.6. Gangguan Oleh Lalat ................................................................................... 12
2.7. Penyakit yang ditimbulkan .......................................................................... 13
2.8. Cara pengendalian ....................................................................................... 14
2.9. Tempat Berkembang biak ........................................................................... 19
2.10. Perbedaan Antara Jantan dengan Betina .................................................. 20
BAB 3 METODE PENELITIAN............................................................................... 22
3.1. Jenis Penelitian ............................................................................................ 22
3.2. Rancangan Kegiatan .................................................................................... 22
BAB 4 PENUTUP ..................................................................................................... 23
4.1. Kesimpulan .................................................................................................. 23
4.2. Saran ............................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 24

ii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Vektor penyakit merupakan serangga-serangga yang dapat menyebabkan
penularan penyakit yang ada pada tubuh hewan yang satu ke tubuh hewan yang lain
atau bahkan ke tubuh manusia. Hal ini tentu saja dapat merugikan manusia yang
ditularkan penyakit oleh vektor tersebut, karena biasanya penyakit yang ditimbulkan
merupakan penyakit yang berbahaya hingga dapat menimbulkan kematian. Dengan
hal itu perlu dilakukan pengendalian terhadap vektor di lingkungan sekitar manusia
tinggal. Pengendalian vektor dapat dilakukan dengan berbagai cara yang dapat
bermanfaat sehingga vektor sulit untuk berkembang biak dan tidak dapat
mengganggu kesehatan manusia.

Vektor yang akan dipelajari dalam mata kuliah Pengendalian Vektor dan
Rodent ini diantaranya adalah kecoak, kutu manusia, lalat, kutu busuk, flea, dan
nyamuk. Salah satu vektor yang akan kami bahas pada makalah ini adalah lalat.
Menurut (Maryantuti,2007) Lalat merupakan salah satu insekta yang termasuk ordo
diphtera, mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Hanya sesekali bergerak
menggunakan kakinya. Oleh karenanya daerah jajahan lalat cukup luas. Pada saat ini
telah ditemukan tidak kurang dari 60.000-100.000 spesies. Dari berbagai jenis
binatang dengan sayap berbentuk membran ini, maka salah satu yang paling sering
berada disekitar kita dan membawa penyakit adalah lalat rumah (Musca domestica).
Beberapa spesies lalat merupakan spesies yang paling berperan dalammasalah
kesehatan yaitu sebagai vektor mekanik dan vektor biologis penyakittertentu seperti
disentri, kholera, typhoid, diare, gatal pada kulit (Departemen2Kesehatan RI, 1992),
serta sebagai penyebab miasis (David & Anathakrishnan,2004).

Maka dari itu penulis menyusun makalah ini agar nantinya dapat bermanfaat
untuk menjadi pedoman dan referensi dalam memahami pengendalian vektor
khususnya kutu busuk dalam mengurangi populasi kutu busuk serta mampu menjadi
referensi yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.

1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian lalat?
2. Apa saja jenis-jenis dari lalat?
3. Bagaimana daur hidup dari lalat?
4. Dimana tempat-tempat perindukan dan perilaku lalat?
5. Bagaimana proses pengawetan lalat?
6. Apa saja gangguan yang ditimbulkan oleh lalat ?
7. Apa saja penyakit yang ditimbulkan oleh lalat?
8. Bagaimana cara pengendalian keberadaan lalat?
9. Dimana tempat lalat berkembangbiak?
10. Bagaimana membedakan antara jantan dan betina ?

1.3. Tujuan
1.3 1 Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui konsep umum mengenai penjelasan pengendalian vektor


terutama lalat.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengertian dari lalat


2. Untuk mengetahui jenis-jenis dari lalat.
3. Untuk mengetahui daur hidup dari lalat.
4. Untuk mengetahui tempat-tempat perindukan dan perilaku lalat.
5. Untuk mengetahui proses pengawetan lalat.
6. Untuk mengetahui gangguan yang ditimbulkan oleh lalat
7. Untuk mengetahui penyakit yang ditimbulkan oleh lalat
8. Untuk mengetahui cara pengendalian keberadaan lalat.
9. Untuk mengetahui tempat lalat berkembangbiak
10. Untuk mengetahui antara jantan dan betina

2
BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Lalat adalah salah satu insekta yang termasuk orde Diphtera, yakni insekta
yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membran. Kepadatan lalat merupakan
salah satu masalah penting bagi kesehatan, karena lalat merupakan vektor mekanis
(mechanical transport) yang dapat menyebarkan penyakit dan kuman (bibit penyakit)
melalui kaki, badan, bulu, sayap, feses, dan muntahannya. Apabila lalat hinggap
pada makanan, maka lalat tersebut dapat menyebarkan penyakit yang menempel
pada beberapa bagian tubuh lalat tersebut.
Lalat dapat menularkan berbagai macam penyakit khususnya lalat rumah
seperti demam thypus, paratyphus, disentri amuba maupun disentri baciller, kholera,
thypus perut, diare atau gastro-enteritis, antrax, conjungtivis, trachoma, polio-
myelitis, dll.
Lalat memliki tingkat kepekaan (Sensitivitas) yang tinggi terhadap warna
seperti serangga pada umumnya, namun, tidak semua warna dapat dikenali dan
disenangi oleh lalat karena panjang gelombang warna yang ada. Berdasarkan
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, lalat takut dengan warna biru akibat
panjang gelombang pada warna biru, sehingga lalat tidak peka terhadap warna biru
sehingga dapat dijadikan sebagai pengendali lalat.
Upaya pengendalian penyakit menular, tidak dapat terlepas dari usaha
peningkatan kesehatan lingkungan, salah satunya adalah pengendalian vektor
penyakit untuk mengurangi dan melenyapkan gangguan yang ditimbulkan oleh
binnatang pembawa penyakit seperti lalat. Pada saat ini banyak sekali metode
pengendalian lalat yang sudah dikanal dan dapat dimanfaatkan oleh manusia dengan
menerapkan prinsip pengendalian pada pengendalian lalat, yakni pengendalian
tersebut dapat mencegah perindukan lalat yang dapat menyebabkan gangguan
terhadap kesehatan manusia.

2.2. Jenis- jenis Lalat


1. Lalat rumah (Musca domestica)
Lalat jenis ini merupakan jenis dengan populasi terbanyak diantara jenis-jenis
lalat rumah lainnya, karena fungsinya sebagai vektor tranmisi mekanis dari
berbagai penyakit dan hubungan yang erat dengan lingkungan hidup manusia.
Dalam waktu 4-20 hari setelah dari stadium larva, lalat betina sudah dapat mulai

3
bertelur dengan telur berwarna putih, berbentuk oval, dan panjang sekitar 1 mm.
Sekali bertelur, lalat jenis ini mampu mengasilkan 75-150 telur. Telur mampu
menetas dalam waktu antara 12-24 jam dan menjadi bentuk larva. Pada waktu
antara 4-7 hari larva berubah menjadi pupa dan larva akan mati pada suhu yang
terlalu panas. Suhu yang disukai oleh larva antara 30-350°C namun pada waktu
tertentu akan menjdai pupa dan akan mencari tempat yang lebih dingin dan lebih
kering. Pupa berbentuk lonjong dengan sekitar 7 mm, berwarna merah coklat tua,
dan biasanya pupa terdapat pada pinggir medium yang kering atau didalam tanah
yang berlangsung stadium pupa berlangsung antara 4-5 hari. Setelah stadium pupa
tersebut, lalat dewasa keluar dari pupa dan jika pupa berada didalam tanah akan
keluar menembus tanah kemudian lalat dewasa tersebut akan menunggu sampai
sayap-sayapnya berkembang, mengering, dan mengeras. Lalat dewasa dapat
kawin setiap saat setelah lalat bisa terbang dan bertelur dalam waktu 4-20 hari
setelah keluar dari pupa. Jangka waktu minimum untuk satu sikuls hidup lengkap
berlangsung selama 8 hari pada kondisi yang menguntungkan.
Lalat rumah dapat berkembangbiak disetiap medium yang terdiri dari zat organik
yang lembab dan hangat sehingga dapat memberi makan pada larvanya. Medium
yang disukai ialah kotoran kuda, kotoran babi, dan kotoran burung. Sedangkan
medium yang kurang disukai ialah kotoran sapi. Lalat rumah juga dapat
berkembang biak di media excreta manusia yang terdapat di kakus atau tempat-
tempat yang lainnya.
Lalat rumah dapat terbang mencapai jarak 15 km dalam waktu 24 jam dan
sebagian besar tetap berada pada 1,5 km di sekitar tempat pembiakannya namun
juga dapat mencapai 50 km untuk jarak tempuh terjauh terbang dari tempat
pembiakannya.

Lalat rumah ini memiliki warna tubuh abu-abu kehitaman, pada bagian abdomen
berwarna kuning orange dan ujungnya coklat kehitaman. Pada bagian permukaan
atas thorax terdapat 4 garis berwarna hitam. Panjang tubuh tubuh 7 mm dan
panjang venasi sayap 6 mm. Kepalanya besar berwarna coklat gelap, mata besar

4
menonjol dan terpisah. Sayap tipis serta tembus cahaya, dan berpangkal kuning.
Ciri-cirinya tubuh berwarna abu-abu kehitaman. Bagian dorsal dari thorax
mempunyai 4 garis hitam longitudinal. Abdomen ditandai dengan warna dasar
kekuningan serta didapatkan garis hitam di bagian median.
2. Lalat hijau metalik (Lucilia sp)
warna tubuh hijau metalik, panjang tubuh lebih kurang 9,5 mm, panjang venasi
sayap 6,5 mm, thorax dan abdomen bewarna hijau metalik. Ciri-ciri tubuh
berwarna hijau metalik, mata berwarna merah. Berwarna hijau metalik

3. Lalat hijau kebiruan metalik (Chrysomya megacephala)


warna tubuh hijau kebiruan metalik, panjang tubuh 9,5 mm, panjang venasi sayap
5 mm, thorax berwarna hijau metalik kecokelatan, permukaan tubuh tertutup
dengan bulu-bulu pendek keras dan jarang letaknya. Abdomen berwarna hijau
metalik mempunyai garisgaris transversal. Pada bagian mulutnya bewarna
kuning. Mata berukuran besar dan berwarna merah gelap. Sayap jernih dengan
guratan urat-urat yang jelas. Ciri- ciri tubuh berwarna hijau metalik, mempunyai
arista sungut plumosa pada ujungnya. Thoraks berwarna hijau metalik
kecokelatan.

4. Lalat daging atau Lalat abu-abu (Sarcophaga sp.)


Tubuh berwarna abu-abu, dengan bercak-bercak hitam atau dengan garis-garis
hitam memanjang pada thorax, dan abdomen memiliki corak seperti papan catur
diperoleh panjang tubuh 9,5 mm dan panjang venasi sayap 8 mm. Ciri-ciri ubuh
berwarna hitam dengan strip pada thorax berwarna abu-abu. Mempunyai tiga
garis gelap pada bagian thorax, perutnya mempunyai corak seperti papan catur.

5
5. Lalat kecil (Fannia)
Lalat ini kelihatan seperti lalat rumah tetapi ukuran jauh lebih kecil.
Berkembangbiak di kotoran manusia dan hewan dan juga dibagian bagian
tumbuhan yang membusuk, misalnya di tumpukan rumput yang membusuk

6. Lalat Tse Tse (Glossina)

Sebagai vektor tripanosoma pada manusia dan binatang, penyebarannya meliputi


afrika dan juga di arabia bagian selatan. Lalat berwarna kuning, tengguli atau
hitam, ukuran 6 – 13 mm dengan lalat mulut tipe menusuk dan menghisap, dapat
dibedakan berdasarkan :
a. Sikp sayap waktu istirahat saling menutup seperti gunting
b. Probosis horizontal, langsing pangkalnya membulat, duri duri lengkung pada
arista antena ada 3 ruas
c. Venasi sayap nyata pada sayap tengguli muda
Lalat Tse Tse hidup di hutan tetapi memerlukan suhu panas dan kelembaban
tinggi. Ada dua golongan yaitu :

1. Spesies golongan sungai ( G. Palpalis) hidup di daerah panas lembab di


pinggir selokan sungai dan danau di Afrika
2. Spesies golongan semak (G.Morsitans) di daerah emak dan berpohon (teduh)
di Afrika Timur
Lama hidup lalat jantan separo yang betina (G.Palpalis kira – kira 3 minggu).
Keduanya jantan dan betina menggigit binatang pada siang hari. Mata dan
6
penciuman sebagai faktor mengarahkan kepada hospes. Gigitan lalat hanya kecil
akibatnya, tetapi orang jadi rentan terhadap air liurnya. G Palpalis tertarik oleh
kain berwarna hitam, biru terutama kalau berkibar oleh angin. Jarang terbang
efektif pendek (kurang setengah mil untuk G. Morsitans dan G.Palpalis lebih 3
mil. Tempat perindukan spesies golongan sungai adalah pantai pasir dan tanah
gembur dekat air. Spesies golongan semak tanah gembur dekat pohon tumbang
atau dahan yang tergantung rendah. Betina melahirkan seekor larva stadium 3
yang besar per ekor. G Palpalis menghasilkan 9 ekor larva, berwarna kuning,
kemudian masuk kedalam tanah sedalam 2 inci dan langsung menjadi pupa. Lalat
dewasa keluar setelah 5 minggu.

2.3. Daur Hidup

Metamorphosis merupakan siklus perubahan vektor lalat yang mulai dari


stadiumtelur,larva/tempayak,kepompongsampaistadiumimago(dewasa).Dalam
metamorphosis akan terjadi proses pergantian kulit yang disebut eksedis. Lalat
adalah salah-satu serangga kelas insekta yang mengalami proses
metamorpohosis.Lalat buah adalah contoh serangga yang mengalami metamorphosis
secara sempurna yang keberadaan spesiesnya kurang lebih 4500 spesies.
Lalat membutuhkan waktu dalam menyelesaikan siklus hidupnya dimulai sejak
masih telur sampai dengan dewasa antara 12 sampai 30 hari. Rata-rata lalat
membutuhkan waktu antara 7-22 hari dalam proses perkembangbiakan,tergantung
dari kondisi temperature dan makanan yang tersediabagi kehidupan lalat.

7
1. Telur
Telur lalat berbentk seperti pisang, berwarna putih kekuningan dan panjangnya
kira kira 1 mm. Betina bertelur dalam bentuk kelompok didalam bahan organik
yang sedang membusuk dan lembab tetapi tidak berbentuk cairan. Kelembapan
tinggi diperlukan untuk kelangsungan hidupnya, mereka akan menetas dalam
waktu 10 – 12 jam pada suhu 30’C

2. Larva/Tempayak
Larvanya tumbuh dari 1 mm hingga menjadi 12-13 mm setelah 4-5 hari pada suhu
30’C melewati tiga fase instar

a. TingkatI:InstarIatauyangdisebutteluryangbarumenetes,yangmemiliki ciri-ciri
panjang 2 mm, berwarna putih, tidak bermata dan kaki, amat aktif dan ganas
terhadap makanan, setelah 1 - 4 hari melepas kulit keluar instarII.

b. Tingkat II : Ukuran besarnya 2 kali instarI, setelah satu sampai beberapa hari,
kulit mengelupas keluar instar III.
c. Tingkat III: Larva berukuran 12 mm atau lebih, tingkat ini memakanwaktu 3
sampai 9 hari.
Larva mencari tempat dengan temperatur yang disenangi, denganberpindah-

8
pindahtempat,misalnyapadagundukansampahorganik. Temperatur yang disukai

adalah 30 – 350C. Larva memiliki sepasang spirakel posterior yang jelas dan makan bakteri, ragi
dan bahan – bahan dekomposisi. Tetapi, sebelum menjadi pupa, larva behenti makan dan pindah ke
tempat yang lebih kering dan dingin. Larva mudah terbunuh dengan temperatur 73’C.
3. Pupa
Ketika terjadi pupasi, kulit larva mengkerut dan membentuk puparium seperti
peluru dengan menggelembungkan kantong berisi darah (ptilinum) ke depan
kepala. Lama stadium pupa 2-8 hari atau tergantung dari temperatur setempat.
Temperaturyangdisukai± 35°C. Bentuk bulat lonjong dengan warna coklat hitam.

Stadium ini kurang bergerak atau tidak bergerak sama sekali. Panjangnya ± 5
mm. Mempunyai selaput luar yang keras yang disebut posterior spiracle yang
berguna untuk menentukan jenisnya (identifikasi).

4. Lalat Dewasa

Proses pematangan menjadi lalat dewasa membutuhkan waktu kurang lebih 15


jam dan setelah itu siap untuk mengadakan perkawinan. Seluruh waktu yang
diperlukan 7-22 hari, tergantung pada kondisi temperature setempat, kelembaban
dan makanan yang tersedia. Umur lalat dewasa dapat mencapai 2-4 minggu.

9
2.4. Tempat perindukan dan perilaku Lalat

a. Tempatperindukan
1. Kotoran hewan
Tempat perindukan lalat yang paling utama yaitu pada kotoran hewan yang
lembab dan baru (normalnya lebih kurang satu minggu)
2. Sampah dan sisa makanan dari hasil olahan
Lalat juga suka berkembang biak pada sampah, sisa makanan, buah – buahan
yang ada didalam rumah maupun dipasar.
3. Kotoran organik
Kotoran organik seperti kotoran hewn dan manusia, sampah dan makanan ikan
adalah merupakan tempat yang cocok untuk berkembangbiaknya lalat.
4. Air Kotor
Lalat rumah berkembang biak pada permukaan air kotor yang terbuka
b. Kebiasaanmakan

Lalat memiliki kebiasan memakan, makanan yang dimakan oleh manusia dalam
sehari-hari contohnya susu, gula serta makanan lainnya. Bentuk makanannya cair
atau makanan yang basah, sedang makanan yang kering dibasahi oleh ludahnya
terlebih dulu, baru diisap.“Kondisi makanan yang temperature tinggi lebih disukai
lalat daripada lingkungan yang ada disekitarnya.
c. Kebiasaanhidup

Lalat rumah (M domestica) bersifat tidak menggigit, tetapi mempunyai tipe mulut
menjilat, lalat rumah (M domestica) sering ditemukan di tempat timbunan sampah
dan kandang ternak. Kebanyakan lalat hijau (C. Megacephala dan Lucilia sp)
memakan zat-zat organik yang baunya membusuk dan lalat berkembangbiak
didalam bangkai meletakkan telur pada tubuh hewan yang mati dan larva makan
dari jaringan-jaringan yang membusuk.

d. Jarakterbang

Jarak terbang dipengaruhi dengan ketersediaan makanan yang ada, rata- rata6-
9km,kadang-kadangdapatmencapai19-20kmdaritempatberbiakatau 7-12 mil dari
tempat perkembangbiakannya.Lalat mampu terbang 4 mil/jam.

e. Tempatistirahat

10
Lalat memilih tempat istirahat yang kondisi sejuk/lembab, lalat juga lebih
menyukai tempat yang tidak berangin, tetapi sejuk, dan kalau malam hari sering
hinggap di semak-semak diluar tempat tinggal.Lalat beristirahat pada lantai,
dinding, langit-langit, jemuran pakaian, rumput-rumput, kawat listrik dan lain-lain
serta sangat disukai tempat-tempat dengan tepi tajam yang permukaannya
vertikal. Tempat istirahat tersebut biasanya dekat dengan
tempatmakannyadantidaklebihdari4,5meterdiataspermukaantanah.Lalat istirahat
di tempat dimana ia hinggap dan atau tempat yang dekat dari tempat hinggapnya.

f. Lamahidup

Lama hidup lalat dipengaruhui adanya makanan, air serta temperature yang
mendukung. Saat musim panas lalat dapat hidup berkisar antara 2-4 minggu,
sedangkan pada musim dingin lalat dapat hidup biasanya mencapai 70 hari.

g. Temperature dankelembaban

Lalat mulai terbang pada temperatur 15oC dan aktifitas optimumnya pada

temperatur21oC. Untuk istirahat, lalat memerlukan suhu sekitar 35 – 40o C, kelembaban

90%. Padatemperaturdibawah7,5oCtidakaktifdandiatas45oC
terjadikematianpadalalat,sedangkankelembabanerathubungannyadengan
temperatur setempat.Jumlah lalat akan meningkat pada suhu 20-25oCdan akan berkurang
jumlahnya pada suhu < 10oC atau >40oC serta kelembaban yang optimum 90%.
h. Sinar
Lalat adalah serangga yang memiliki sifat fototropik, dimana lalat menyukai
sinar. Saat malam hari lalat tidak aktif, tetapi dengan adanya bantuan sinar lalat
bisa aktif kembali. Efek adanya sinar pada lalat tergantung
sepenuhnyapadakondisitemperaturedankelembabandisekitar.Melihatpola
hidupnya, lalat tipe makhluk hidup yang kompleks dan dapat berkembang biak
dengan pesat serta mampu bertahan hidup dengan relatif lama pada temperatur
dan keadaantertentu

2.5. Proses pengawetan


Keberhasilan cara mengoleksi, menyimpan, dan mengarsip suatu sampel dari
lapang dengan baik dan benar merupakan salah satu syarat untuk memperoleh data
molekular yang berguna dalam studi taksonomi, filogenetik, identifikasi molekuler,

11
populasi genetik, diagnosis, dan vaksinasi. Metode pengawetan sampel dari lapang
yang tepat akan memberikan data informasi genetik yang akurat. Cara pengawetan
lalat tersebut ada beberapa cara, yaitu :

a. Senyawa Etil Alkohol (etanol 80%)


Lalat yang masih dalam bentuk larva langsung disimpan ke dalam larutan etanol
80%. Metode ini tidak mampu membunuh lalat secara langsung namun hanya
memperoleh lalat yang lemas. Selain itu, lalat yang diawetkan juga berubah warna
menjadi hitam yang akan mengakibatkan sulitnya saat didentifikasi. Di sisi lain,
pengawetan dengan etanol 80% lebih mampu mempertahankan stabilitas DNA
dibanding formalin.
b. Formalin 10%
Lalat langsung disimpan kedalam larutan formalin 10%. Hasil pengawetan
dengan formalin 10% diperoleh hasil yang baik untuk kepentingan identifikasi,
namun tidak lebih baik dari hasil yang diawetkan dengan direndam air panas.
Pengawetan dengan formalin menjadikan jaringan rapuh sehingga tidak
dianjurkan untuk keperluan analisis molekuler, kecuali untuk keperluan
pembuatan preparat histologik
c. Air Panas
Lalat yang akan diawetkan direndam dalam air panas selama 15 menit kemudian
disimpan dalam tabung yang berisi etanol 80% atau formalin 10%. Air panas
mampu membunuh lalat sama seperti formalin. Dengan metde ini hasilnya akan
lebih maksimal juka menggunakan etanol 80% karena lalat tersebut dapat
dianalisis dengan cepat. Disamping itu, etanol juga harganya murah dan mudah
didapat.

2.6. Gangguan Oleh Lalat


Gangguan yang ditimbulkan oleh serangga lalat antara lain ,yaitu :
 Mengganggu pemandangan .
 Menularkan wabah penyakit seperti ,diare dan disentri
 Dapat mencemari makanan
Lalat disamping sebagai vektor penyakit juga merupakan binatang
pengganggu. Adapun gangguan-gangguan tersebut dapat berupa gangguan
ketenangan dan bahkan karena gigitannya. Myasis merupakan penyakit pada

12
manusia oleh karena investasi lalat dengan jalan meninggalkan telur atau larvanya
pada luka yang terbuka, kemudian larva tersebut hidup pada daging manusia. Lalat
juga menularkan penyakit secara biologis seperti penyakit tidur, leishmaniasis dan
bartonellosis. Sedangkan penyakit yang ditularkan secara mekanis seperti penyakit
demam typhoid, demam paratyphoid, disentri basiler, disentri amoeba dan beberapa
penyakit pada gastrointestinal. Penyakit gastrointestinal adalah penyakit pada saluran
pencernaan khususnya pada lambung dan usus halus (Hadi, 1991).

2.7. Penyakit yang ditimbulkan


1. Diare

Salah satu penyakit yang dapat ditularkan melalui lalat adalah diare. Diare sendiri
merupakan penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar
dari biasanya (tiga atau lebih per hari) dan berlangsung kurang dari 14 hari yang
disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja dari penderita.

Penyebab diare sering terjadi akibat tercemarnya suatu makanan atau minuman oleh
beberapa bakteri yang salah satunya dibawa oleh lalat. Lalat sendiri sangat menyukai
tempat-tempat yang lembap dan kotor, seperti sampah. Jika suatu makanan
dihinggapi lalat yang sudah tercemar oleh bakteri, virus, protozoa dan dikeluarkan
melalui mulutnya ataupun yang masih menempel pada tubuhnya maka akan
menyebabkan diare. Jadi, tidak heran jika lalat dianggap sebagai hewan pengganggu
dan membawa dampak buruk bagi kesehatan manusia.

2. Disentri

Disentri termasuk salah satu jenis diare akut yang terjadi akibat dari bakteri
shigellosis atau disentri basiler. Bakteri shigellosis sendiri berasala dari tempat yang
kurang bersih dan tidak higienis seperti sampah, kotoran manusia dan hewan yang
dibawa oleh lalat dan nantinya lalat tersebut akan menmpel pada makanan atau
minuman. Gejala disentri akan muncul setelah 1 sampai 2 hari terinfeksibakteri
dengan beberapa tanda seperti diare yang berlendir atau berdarah, demam, kram
perut, mual, dan muntah.

3. Kolera

13
Kolera merupakan penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh konsumsi makanan
ataupun minuman yang kurang bersih dan sudah terkontaminasi oleh bakteri Vibrio
cholerae. Dampak dari penyakit ini biasanya ringan tanpa gejala tetapi terkadang
parah hingga menyebabkan kematian. Penderita yang sudah terkontaminasi penyakit
ini biasanya akan mengalami beberapa gejala seperti diare, demam, dehidrasi dan
muntah-muntah. Kolera biasa terjadi pada daerah yang krang sehat dan tidak
memiliki iklim tertentu dalam proses penyebarannya.

4. Thypus

Thypus merupakan penyakit yang dapat menular melalui feses yang disebabkan oleh
bakteri Salmonellathypi. Tidak jauh berbeda dari beberapapenyakit sebelumnya
thypus juga penyakit yang diakibatkan oleh kondisi lingkungan yang kurang bersih
dan higienis. Penderita yang mengalami thypus akan mengalami beberapa gejala
seperti demam hingga mencapai 40o celcius, diare, mual, muntah, lemah, lesu, skit
perut, sakit kepala, sakit dan nyeri pada otot.

5. Kasus kecacingan

Kasus ini biasanya terjadi pada manusia dan juga hewan yang banya ditularkan oleh
lalat rumah, lalat hijau dan sarchophaga spp. Misalnya cacing kremi, cacing iling,
cacing jarum, cacing pita, cacing cambuk, dan juga cacing kait.

2.8. Cara pengendalian


1. Pemberantasan secara tidak langsung

Strategi pengendalian secara tidak langsung merupakan salah satu cara menghalangi
lalat masuk ke rumah untuk sampai pada tempat perindukan dan juga sumber
makanan agar tidak menimbulkan gangguan khususnya dalam kesehatan manusia.
Strategi ini bisa dilakukan dengan cara perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan.
Perbaikan disini mengacu pada tindakan-tindakan yang dilakukan yang mampu
mengurangi tempat perindukan lalat yang berpontesial dan juga sebagai usaha
mengurangi transmisi penyakit sebagai dampak.

1. Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat


a. Kandang ternak Kandang ternak harus dapat dibersihkan dan lantai kandang
harus kedap air dan dapat disiram setiap hari.

14
b. Peternakan / kandang burung Bila burung/ternak berada dalam kandang dan
kotorannya terkumpul disangkar, kadang perlu dilengkapi dengan ventilasi
yang cukup agar kandang tetap kering. Kotoran burung/ternak dapat
dikeluarkan dari sangkar dan secara interval dapat dibersihkan.
c. Timbunan pupuk kandang Timbunan pupuk kandang yang dibuang ke tanah
permukaan pada temperatur tertentu dapat menjadi tempat perindukan lalat.
Tumpukan pupuk tersebut dapat ditutup dengan plastik atau bahan lainnya
yang anti lalat. Cara ini dapat mencegah lalat untuk bertelur juga dapat
membunuh larva dan pupa karena panas yang keluar dari prases komposting
dapat memperpendek lalat untuk keluar. Pupuk kandang yang dibuang ke
tanah permukaan pada alasnya perlu dilengkapi dengan pancuran/pipa
sekelilingnya, hal ini untuk mencegah perpindahan larva ke pupa dibawah
tanah dalam tumpukkan pupuk tersebut. Pada cuaca panas, pupuk mungkin
dapat menyebar ke bawah tanah dan menjadi kering sebelum lalat mempunyai
waktu untuk berkembang.
d. Kotoran Manusia Tempat berkembang biak lalat di pembuangan kotoran
(jamban) terbuka dapat dicegah dengan :
- Membuat Slab yang dapat menutup lubang penampungan kotoran.
- Jamban perlu dilengkapi dengan :
1). Leher angsa untuk mencegah bau dan kotoran tidak dihinggapi lalat.
2). Pipa hawa (ventilasi) dilengkapi dengan kawat anti lalat.
3). Bila air pada leher angsa tidak baik sambungan penutup tidak rapat.
4). Mungkin kebocoran sampai merembes pada lubang jamban.
5). Pemasangan ventilasi pada lubang jamban dan juga menghilangkan
tempat perindukan lalat.
6). Buang kotoran di sembarang tempat dapat sebagai tempat perindukan
lalat kebun (Musa Sorbens). Ini merupakan problem dimana kelompok
besar dari masyarakat misalnya pengungsi, tinggal bersama sementara
di pengungsian. Perlu jamban yang cocok untuk tempat pengungsian.
7). Bila fasilitas jamban tidak ada/tidak sesuai, masyarakat pengungsi
dapat melakukan buang air besar ± 500 meter pada arah angin yang
tidak mengarah ke dekat tempat perindukan atau timbunan makanan
dan 30 meter dari sumber air bersih. Ini dapat menghilangkan sejumlah
lalat didalam lokasi penampungan pengungsi.

15
8). Kemudahan untuk menghilangkan kotoran di tempat pengungsian
adalah dengan membuat lubang penampungan dan menutupnya dengan
tanah secara berlapis, kemungkinan peningkatan perkembangan lalat
pelan-pelan secara bertahap dapat ditekan
e. Sampah basah dan sampah Organik
Pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah yang dikelola dengan
baik dapat menghilangkan media perindukan lalat. Bila sistem pengumpulan
dan pengangkutan sampah dari rumah–rumah tidak ada, sampah dapat dibakar
atau dibuang ke lubang sampah, Dengan catatan bahwa setiap minggu sampah
yang dibuang ke lubang sampah harus ditutup dengan tanah sampai tidak
menjadi tempat berkembang biaknya lalat. Lalat adalah mungkin dapat
berkembang biak di tempat sampah yang permanen dan tertutup rapat. Dalam
iklim panas larva lalat ditempat sampah dapat menjadi pupa dalam waktu
hanya 3–4 hari. Untuk daerah tertentu, sampah basah harus dikumpulkan
paling lambat 2 kali dalam seminggu. Bila tong sampah kosong adalah penting
untuk dibersihkan sisa-sisa sampah yang ada di dasar tong. Pembuangan
sampah akhir dibuang ketempat terbuka perlu dilakukan dengan pemadatan
sampah dan ditutup setiap hari dengan tanah merah setebal 15 – 30 cm . Hal ini
bertujuan untuk penghilangan tempat perkembang biakan lalat. Lokasi tempat
pembuangan akhir sampah adalah harus ± beberapa km dari rumah penduduk

f. Tanah Yang mengandung bahan organik.

Lumpur dan lumpur organik dari air buangan disaluran terbuka, tangki septik
dan rembesan dari lubang penampungan harus di hilangkan. Tempat
berkembang biak lalat dapat dihilangkan dengan menutup saluran, tetapi perlu
dipelihara dengan baik, air kotor yang keluar melalui outlet ke saluran dapat
dikurangi. Tindakan pencegahan ditempat pemotongan hewan, tempat
pengolahan dan pengasinan ikan yaitu dengan cara membuat lantai yang
terbuat dari bahan yang kuat dan mudah digelontor untuk dibersihkan.
2. Mengurangi Sumber yang menarik lalat
Dalam komdisi tertentu lalat akan tertarik pada hasil dari makanan ikan dan
tepung tulang, sirup gula, tempat pembuatan susu air kotor dan bau buah yang
manis khususnya mangga. Untuk mengurangi sumber yang menarik lalat dapat
dicegah dengan melakukan : - Kebersihan lingkungan - Membuat saluran air

16
limbah (SPAL) - Menutup tempat sampah - Untuk industri yang menggunakan
produk yang dapat menarik lalat dapat dipasang dengan alat pembuang bau
(Exhaust)
3. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman penyakit
Sumber kuman penyakit dapat berasal dari kotoran manusia , bangkai binatang,
sampah basah, lumpur organik, maupun orang sakit mata. Cara-cara untuk
mencegah kontak antara lalat dan kotoran yang mengandung kuman, antara lain :
- Membuat konstruksi jamban yang memenuhi syarat, sehingga lalat tidak bisa
kontak dengan kotoran. - Mencegah lalat kontak dengan orang yang sakit, tinja,
kotoran bayi, orang sakit dan penderita sakit mata. - Mencegah agar lalat tidak
masuk ke tempat sampah dari pemotongan hewan dan bangkai binatang
4. Melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat
Untuk melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat
dapat dilakukan dengan : - Makanan dan peralatan makan yang digunakan harus
anti lalat, - Makanan disimpan di lemari makan - Makan perlu dibungkus 74 -
Jendela dan tempat-tempat terbuka dipasang kawat kasa. - Pintu dipasang dengan
sistim yang dapat menutup sendiri - Pintu masuk dilengkapi dengan goranti lalat -
Penggunaan kelambu atau tudung saji , dapat digunakan untuk : - Menutup bayi
agar terlindung dari lalat, nyamuk dan serangga lainnya - Menutup makanan atau
peralatannya - Kipas angin elektrik dapat dipasang untuk menghalangi lalat
masuk - Memasang stik berperekat anti lalat sebagai perangkap.

2. Pemberantasan lalat secara langsung


a. Cara kimia

Pngendalian lalat dengan cara kimia yaitu dengan menggunakan insektisida.


Pada pengaplikasiannya cara ini termasuk cara yang efektif tetapi harus
dilakukan hanya untuk periode singkat karena bisa menimbulkan resisten seperti
saat terjadi KLB kolera. Cara kimia dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:

 Cara umpan (bait)

Lalat dewasa dapat diberantas dengan memberikan umpan yang sudah


dicampur dengan insektisida dengan pemberian gula dalam bentuk kering
maupun basah. Cara umpan ini dilkukan di tempat yang mana banyak lalat

17
yang berkumpul. Insektisida yang biasa digunakan dalam cara ini yaitu
malathion, diazinon, DDVP, ronnel, dan bayer L 13/59.

 Penyemprotan dengan efek residu

Penyemprotan dilakukan ditempat yang biasanya banyak kerumunan lalat


dengan cairan insektisida. Lalat yang terkena semprotan cairan insektisida
secara langsung dapat terbunuh dan juga meninggalkan efek residu beracun
yang dapat membunuh serangga merayapuntuk beberapa hari. Selain itu, efek
penyemprotan juga membunuh larva lalat. Beberapa insektisida yang
digunakan yaitu: deltamethrin, permethrin, cypermethrin, propoxur,
pyriproxyfen dan lainnya.

b. Cara fisik

Salah satu pengendalian lalat adalah dengan cara fisik. Cara fisik sendiri
merupakan cara yang mudah dan aman tetapi biasanya kurang efektif jika
digunakan ditempat dengan kepadatan lalat yang tinggi. Cara ini biasanya
dilakukan dalam lingkungan dengan tingkat kepadatan lalat rendah seperti
pertokoan yang menjual daging atau bua-buahan, rumah, hotel dan lainnya
dengan menggunakan beberapa perangkap seperti:

 Perangkap lalat (fly trap)

Sebuah model perangkap yang terdiri dari kontainer plastik atau kaleng untuk
umpan, tutup kayu atau plastik yang diberi celah kecil selebar 0,5 cm antara
sangkar dan penutup, dan sangkar diatas penutup. Celah tersebut digunakan
sebagai tempat lalat untuk masuk dan bergerak menuju penutup. Perangkap
lalat diletakkan di udara terbuka, dibawah matahari dan jauh dari teduhan
pohon. Setelah tujuh hari, umpan yang terdiri dari dekomposisi sampah basah
dari dapur seperti sayur dan buah akan berisi larva dalam jumlah yang besar
dan perlu dirusak serta diganti. Lalat yang masuk ke dalam sangkar akan
segera mati dan umumnya terus menumpuk sampai mencapai puncak serta
tangki harus segera dikosongkan.

 Umpan kertas lengket berbentuk pita atau lembaran (sticky tapes)

18
Alat ini sudah tersedia di pasaran, dimana sistem pemakainnya adalah
digantung diatas atap dan akan menarik lalat karena kandungan gulanya.
Lalat hinggap pada alat ini akan terperangkap oleh lem. Alat ini dapat
berfungsi beberapa minggu bila tidak tertutup sepenuhnya oleh debu atau
lalat yang terperangkap.

c. Cara biologi

Metode pengendalian dengan cara biologi merupakan pengendalian yang


menggunakan makhluk hidup sebagai predator, parasit maupun kompetitor
sebagai musuhnya. Misalnya adalah menggunakan pemangsa yang
menguntungkan dengan cara merangsang pertumbuhan musuh alami lalat dengan
menjaga kotoran dari kandang dalam keadaan kering. Kotoran kering akan
membantu mendukung berkembangnya pemangsa dan benalu dari
perkembangbiakan lalat seperti kumbang, kutu dan lebah. Namun perlu diketahui
bahwa pertumbuhan musuh lalat ini umumnya lebih lambat dibanding lalat itu
sendiri.

2.9. Tempat Berkembangbiak


Tempat yang dijadikan sebagai perindukan atau perkembang biakan
merupakan tempat yang basah seperti sampah basah, kotoran binatang, tumbuh-
tumbuhan busuk, kotoran yang menumpuk secara kumulatif seperti kandang.
 Kotoran hewan yang masih lembab dan baru sekitar satu minggu merupakan
tempat yang di jadikan sebagai tempat berkembang biak.
 Sampah sisa makanan buah- buahan di rumah maupun di pasar.
 Kotoran organik seperti feses maupun makanan seperti ikan juga dapat dijadikan
sebagai perindukan
 Air kotor yang terbuka sehingga dapat dijadikan temet perindukan lalat.
Pada umumnya lalat pradewasa lebih memilih tempat banyak organik yang
sedang mengalami dekomposisi. Namun jika lalat dewasa selain menyukai tempat-
tempat yang banyak organik, lalat dewasa juga menyukai tempat- tempat seprti
rumah atau tempat aktivitas manusia. Dengan adanya perbedaan tempat berkembang
biak lalat pradewasa dapat berkembang dengan optimal. Umumnya daya terbang
lalat sejauh 50 meter dari tempat peridukan, dapat terbang sejauh beberapa kilometer

19
jika pada keadaan memaksa yang juga di pengaruhi kecepatan angin, bau dan
cahaya.
Lalat dewasa biasanya aktif pada siang hari lalu berkembang biak di sekitar
sumber makanannya. Pada malam hari akan beristirahat.penyebaran lalat sangat
dipengaruhi oleh cahaya, temperatur, serta kelembaban.

2.10. Perbedaan Antara Jantan dengan Betina


Lalatbetina memiliki ciri bagian posterioryang lebih lancip dan bergaris hitam
sampai keujungnya, abdomen jantan berujung tumpul, dan segmenterakhirnya
berwarna hitam. Ujung posterior abdomenlalat betina lebih lancip. Lancipnya ujung
posteriorabdomen betina tersebut adalah karena adanyaovipositor. Jadi, apabila dari
pengamatan nampakadanya tonjolan ovipositor, maka dapat dipastikanbahwa lalat
tersebut adalah jenis kelamin betina. Perbedaan lain adalah ukurantubuhnya. Lalat
betina biasanya berukuran tubuhlebih besar daripada jantan

20
21
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penilitian ini merupakan penilitian yang menggunakan data primer dengan
proses pengumpulan data dilakukan melalui observasi langsung untuk mendapatkan
lalat yaang akan di amati.

3.2. Rancangan Kegiatan


1. Tempat :
Pasar Tanjung dan rumah kotrakan salah satu anggota dari kelompok kami di
Perumahan Kaliurang Green Garden Kec.Sumbersari Kab. Jember
2. Waktu :
a. Pencarian akan dilakukan pada tanggal 16 Maret – 24 Maret 2019
b. Proses Indentifikasi dilakukan pada tanggal 24 Maret 2019
c. Proses pengawetan dilakukan pada tanggal 24 Maret 2019
3. Alat :
a. Sarung Tangan
b. Masker mulut
c. Jaring kecil
d. Pinset
e. Plastik
f. Bolpoin
g. Kertas
h. Penggaris
i. Tisu
4. Bahan:
a. Lalat
b. Telur lalat
c. Larva lalat
d. Pupa lalat
e. Larutan formalin
5. Prosedur Kerja
a. Pencarian dan pengamatan lalat, telur lalat, pupa lalat serta larva lalat
b. Pengawetan lalat, telur lalat, pupa lalat serta larva lalat
c. Identifikasi lalat, telur lalat, pupa lalat serta larva lalat

22
BAB 4 PENUTUP
4.1. Kesimpulan
Lalat adalah salah satu insekta yang termasuk orde Diphtera, yakni insekta
yang mempunyai sepasang sayap berbentuk membrane, lalat dapat menularkan
berbagai macam penyakit khususnya lalat rumah seperti demam thypus, paratyphus,
disentri amuba maupun disentri baciller, kholera, thypus perut, diare atau gastro-
enteritis, antrax, conjungtivis, trachoma, polio-myelitis, dll

Pengendalian lalat dapat dilakuan dengan perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan,
yaitu antara lain dengan cara :

1. Mengurangi atau menghilangkan tempat perindukan lalat


2. Mengurangi Sumber yang menarik lalat
3. Mencegah kontak antara lalat dengan kotoran yang mengandung kuman
penyakit
4. Melindungi makanan, peralatan makan dan orang yang kontak dengan lalat

4.2. Saran
Dengan adanya pengendalian lalat diharapkan dapat lebih meningkatkan hygiene dan
sanitasi lingkungan sehingga dapat mengendalikan dan menguragi resiko tertular
penyakit penyakit yang di akibatkan oleh lalat tersebut.

23
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/11/jtptunimus-gdl-s1-2008-kartikasar-521-3-
bab2.pdf

Cecep Dani Sucipto, S. M. (2011). Vektor Penyakit Tropis. Yogyakarta: Gosyen


Publishing.

Wardana, Apreil.H,dkk.2003.Metode Pengawetan Larva dan Lalat Dewasa


Chrysomya bezziana (Diptera: Calliphoridae) untuk Analisis DNA
Mitokondria.Bogor: Balai Penelitian Veteriner.

Sucipto C.,D .2011.Vektor Penakit Tropis.Yogyakarta.Gosyen Publishing

Siburian, j. (2008). Studi Keanekaragaman Drosophila Sp. di Kota Jambi. 47-54.

Putri,Y.P (2015). Keanekaragaman Spesies Lalat (Diptera) dan Bakteri Pada Tubuh
Lalat Di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) dan Pasar. Jurnal
Dampak,12(2),78-89.

24

Anda mungkin juga menyukai