Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN INSPEKSI SANITASI JAMBAN

LAPORAN

INSPEKSI SARANA PEMBUANGAN TINJA DAN AIR LIMBAH DI DUSUN PERENG DAWE RT. 04 RW. 23, BALECATUR,

GAMPING, SLEMAN

Disusun untuk memenuhi tugas Semester IV Mata Kuliah PAPLC-B

Disusun Oleh :

IRFAN PALGUNADI W. P07133111104


KARTIKO NASMUDIN P07133111105
RAHMAWATI P07133111110
RIEZKA DANASTRI P. P07133111111
SEPTI SUPRIHATIN P07133111115
SHOLIKHAH DWI C. P07133111116
SUDIYARTI P07133111117
KELAS NON REGULER B

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN YOGYAKARTA

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN

2013
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb.

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat
menyusun dan menyelesaikan sebuah sebuah laporan yang berjudul “Laporan Inspeksi Sanitasi Pembuangan Tinja dan Air
Limbah di Dusun Pereng Dawe, Balecatur, Gamping, Sleman“.
Dalam kesempatan ini, penulis sampaikan rasa terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kelancaran
pembuatan makalah ini terutama kepada Bapak Bambang Suwerda, S.ST. M.Si, selaku dosen mata kuliah PAPLC-B yang telah
memberikan bimbingannya.
Perlu diketahui bahwa laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah PAPLC-B tahun ajaran 2012/2013 di
Politeknik Kesehatan Kemenkes Yogyakarta. Laporan ini masih banyak kekurangan, untuk itu kritik dan saran dari pembaca sangat
diharapkan sehingga penyusunan karya tulis yang sejenis pada masa yang mendatang akan lebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan memberikan pengetahuan bagi pembacanya.

Wassalamu’alaikum wr.wb.

Yogyakarta, Mei 2013

Penyusun

DAFTAR ISI

JUDUL ............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... iv
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................................. 1
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Tujuan Kegiatan .................................................................................. 2
C. Ruang Lingkup Kegiatan ..................................................................... 2
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 3
A. Pengertian Inspeksi ............................................................................. 3
B. Jamban Keluarga ................................................................................ 3
C. Air Limbah ........................................................................................... 6
BAB III. PELAKSANAAN ............................................................................... 8
A. Informasi Pelaksanaan ....................................................................... 8
B. Alat dan Bahan .................................................................................... 8
C. Langkah Survei ................................................................................... 8
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 9
A. Data Inspeksi Sanitasi ......................................................................... 9
B. Analisis Hasil ..................................................................................... 11
C. Pembahasan ..................................................................................... 11
BAB V. PENUTUP ....................................................................................... 13
A. Kesimpulan ........................................................................................ 13
B. Rekomendasi ..................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 14
LAMPIRAN ................................................................................................... 15

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I. Data Hasil Inspeksi Jamban .........................................................


Lampiran II. Formulir Inspeksi Jamban ............................................................
Lampiran III. Dokumentasi .................................................................................
Gambar 1. ..............................................................................................
Gambar 2. ..............................................................................................
Gambar 3. ..............................................................................................
Gambar 4. ..............................................................................................
Gambar 5. ..............................................................................................
Gambar 6. ..............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah kesehatan adalah suatu masalah yang sangat kompleks, yang saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di
luar kesehatan sendiri. Demikian pila pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari segi kesehatannya
sendiri. Menurut Hendrik L.Bloom, 1974 (dalam Pratiwi, 2009 http://www.artikelkedokteran.com) terdapat 4 faktor yang
mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu maupun kesehatan masyarakat, yaitu keturunan, lingkungan, perilaku, dan
pelayanan kesehatan. Status kesehatan akan tercapai secara optimal, bilamana keempat faktor tersebut secara bersama-sama
mempunyai kondisi yang optimal pula. Apabila ada salah satu faktor yang terganggu, maka status kesehatan bergesr di bawah
optimal.
Masalah kesehatan yang timbul terutama disebabkan oleh lingkungan yang kurang memenuhi syarat kesehatan yang
mencakup tentang penyediaan air bersih, jamban keluarga dan saluran pembuangan air limbah. Dengan kurangnya penyediaan air
bersih, jamban keluarga dan saluran pembuangan limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat menimbulkan berbagai
penyakit salah satu diantaranya adalah kejadian diare. Penyaki-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama
kematian di ndonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan menyumbang lebih 80% dari
penyakit yang diderita oleh bayi dan balita. Keadaan tersebut mengindikasikan masih reendahnya cakupan dan kualitas intervensi
kesehatan lingkungan (Data Susenas, 2011 dalam Pratiwi, 2009 http://www.artikelkedokteran.com).
Sanitasi masih menjadi masalah pelik, terutama di daerah perdesaan, karena rendahnya tingkat pendidikan dan
pengetahuan masyarakat. Hal ini menyebabkan banyaknya jamban yang tidak digunakan sebagaimana mestinya karena
ketidakmengertian masyarakat. Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak di bidang sanitasi masih sangat sedikit. Keterlibatan
dan komitmen pemangku-kepentingan (stakeholder) termasuk pemerintah, para wakil rakyat, dunia usaha, dan warga masih jauh
dari kemampuan untuk bersama-sama bekerjasama dan bertindak sesuai kesepakatan peran dan kewajiban untuk mengelola air
limbah. Berdasarkan data Susenas untuk fasilitas sanitasi, pencapaian Indonesia sempat meningkat tinggi dari tahun 1992 (30,9%)
sampai dengan tahun 1998 (64,9%), dimana dalam enam tahun terjadi peningkatan sebanyak tiga kali lipat. Walaupun demikian,
sejak tahun 1998 pertumbuhan akses ini melambat, bahkan sempat menurun di tahun 2000 (62,7%) dan 2002 (63,5%) karena
tingkat pertumbuhannya tidak sebanding dengan tingkat pertumbuhan penduduk. Data terakhir untuk tahun 2004, proporsi rumah
tangga yang memiliki akses pada fasilitas sanitasi yang layak, artinya menggunakan tangki septic atau lubang sebagai tempat
pembuangan akhir mencapai dua pertiga dari seluruh rumah tangga di Indonesia (67,1%). Data tersebut juga belum menjelaskan
kualitas jamban, apakah berfungsi dengan baik, apakah sesuai dengan peruntukannya, dan apakah sesuai dengan standar
kesehatan maupun teknologi dan sistem hidrogeologi yang telah ditetapkan (Endah, 2009http://atpw.files.wordpress.com).
Dusun Pereng Dawe RT.04 RW. 23, Bale Catur, Gamping, Sleman terletak di daerah perbukitan dan sebagian besar rumah
terletak pada daerah yang lebih rendah, sehingga kemungkinan terjadinya pencemaran tinggi. Selain itu karena letaknya
dipedesaan jadi tingkat pengetahuannya mungkin tidak terlalu bagus. Berdasaran uraian diatas maka dilaksanakan inspeksi
sanitasi pembuangan tinja dan air limbah di Dusun Pereng Dawe RT. 04 RW. 23, Balecatur, Gamping, Sleman, Yogyakarta tahun
2013.

B. Tujuan Kegiatan
Diperolehnya data dan informasi tentang resiko masalah pemcemaran yang disebabkan oleh kondidi pembuangan kotoran
dan perilaku masyarakat sebagai langkah dalam upaya peningkatan kualitas lingkungan.

C. Ruang Lingkup Kegiatan


Semua sarana yang digunakan oleh keluarga dan masyarakat untuk buang air besar baik milik pribadi maupun milik umum
di Dusun Pereng Dawe RT.04 RW. 23, Bale Catur, Gamping, Sleman.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Inspeksi
Inspeksi adalah kegiatan pemeriksaan/ pengamatan secara langsung terhadap fisik sarana da identifikasi perilaku
masyarakat terhadap kesehatan lingkungan.

B. Jamban Keluarga
Jamban atau kakus (latrine) adalah tempat pembuangan kotoran manusia berupa tinja dan air seni. Yang dimaksud kotoran
manusia adalah semua benda atau zat yang tidak dipakai lagi oleh tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh
(Notoatmodjo, 2007 dalam Lilik, 2006). Untuk mencegah kontaminasi tinja dengan lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia
harus dikelola dengan baik, pembuangan kotoran harus di suatu tempat tertentu atau jamban yang sehat.
Jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-syarat berikut (Depkes RI, 2004
dalam http://Psychologymania.com):
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari sumber air bersih.
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.
3. Air seni, air pembersih dan air penggelontor tidak mencemari tanah di sekitarnya. Hal ini dapat dilakukan dengan membuat lantai
jamban dengan luas minimal 1x1 meter, dengan sudut kemiringan yang cukup kearah lubang jamban.
4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya.
5. Bebas dari serangga
6. Dilengkapi dinding dan atap pelindung dinding kedap air dan berwarna.
7. Cukup penerangan.
8. Lantai kedap air.
9. Ventilasi cukup baik.
10. Tersedia air dan alat pembersih seperti sabun.

Terdapat banyak bentuk jamban, antara lain (Machfoedz, 2004 dalam Lilik, 2006) :
1. Jamban cemplung (Pit privy)
Jamban ini berupa lubang di dalam tanah. Untuk menghilangkan bau digunakan kapur barus, dan untuk menghindari nyamuk tiap
beberapa hari harus disiram.
2. Jamban cubluk berair (Aqua privy)
Proses pembusukan menggunakan air, sehingga harus benyak disiram.
3. Angsa trine atau water sealed latrine
Jamban ini menyerupai leher angsa sehingga air akan selalu menggenang di leher angsa ini. Guna air tersebut adalah untuk
menyumbat agar bau tidak menyebar, dengan tinggi air perapat paling sedikit 2 cm. Jamban ini sebaiknya terbuat dari kaca serat
atau keramik karena permukaannya licin dan cukup kuat sehingga mudah dibersihkan, tidak berbau dan tidak mengundang
serangga.
4. Septictank
Jamban jenis septic tank merupakan jamban yang paling memenuhi syarat. Tangki septick (septic tank) terdiri dari tangki
sedimentasi yang kedap air, dimana tinja dan air buangan masuk mengalami dekomposisi
Dalam proses biologis, terjadi dekomposisi melalui aktivitas bakteri anaerob dan fakultatif anaerob yang memakan zat-zat organik
alam sludge dan scum. Hasilnya selain terbentuknya gas dan zat cair lainnya, adalah juga pengurangan volume sludge, sehingga
memungkinkan septic tank tidak cepat penuh. Kemudian cairan influent sudah tidak mengandung bagian-bagian tinja dan
mempunyai BOD yang relatif rendah. Selanjutnya cairan influent dialirkan melalui pipa, untuk dilakukan proses peresapan dalam
tanah atau dialirkan melalui pipa pada fasilitas riol kota (http://inspeksisanitasi.blogspot.com).
Bagian-bagian yang terdapat pada jamban harus memenuhi syarat sebagai berikut (Joharuddin, 2010
dalam http://joharuddin.blogspot.com) :
1. Pelat jongkok
Pelat jongkok harus selalu bersih dan licin. Untuk itu pilihlah pelat jongkok yang terbuat dari bahan yang mudah dibersihkan,
misalnya keramik, kaca serat, porselin, dan sebagainya.
2. Pondasi
Umumnya tebal pondasi jamban 20-40 cm dan dalamnya 40 cm, terbuat dari batu kali, bata atau batako.
3. Lantai
Lantai beton setebal 10 cm, kedap air, awet, dan mudah dibersihkan.
4. Pintu
Pintu dapat dibuat dari bambu atau kayu yang dilapisi seng atau aluminium sehingga tidak mudah lapuk, jarak tepi bawah pintu dari
lantai sekitar 5-7,5 cm, dengan tinggi 1,80 m dan lebar 0,65 m.
5. Dinding
Dinding dapat dibuat dari bata/batako, kayu/papan, anyaman bambu. Tinggi dinding sekitar 1,00 - 2,00 m dengan ukuran dinding
depan 20 cm lebih tinggi supaya atapnya miring ke belakang.
6. Lubang Angin
Lubang angin sangat diperlukan agar selalu terjadi pergantian udara di dalam jamban
7. Atap
Atap jamban berguna sebagai pelindung di waktu hujan dan mencegah air hujan masuk ke dalam pelat jongkok. Bahan atap
misalnya genting, seng gelombang, ijuk, atap plastik tembus cahaya, daun bambu, alang-alang, dan sebagainya. Kemiringan atap
minimum 15 derajat.
8. Jarak Cubluk atau Resepan dari Tangki Septik ke Sumur
Bila letak cubluk atau resapan dan tangki septik berdekatan dengan sumur, maka jarak minimum antara cubluk dan sumur minimal
10 m.

Menurut Depkes RI (2007) dalam Chapter II.pdf , dalam menjaga jamban jamban tetap sehat dan bersih kegiatan keluarga
yang dapat dilakukan adalah:
1. Bersihkan dinding, lantai dan pintu ruang jamban secara teratur
2. Bersihkan jamban secara rutin
3. Cuci dan bersihkan tempat duduk (jika ada) dengan menggunakan sabun dan air bersih
4. Perbaiki setiap celah, retak pada dinding, lantai dan pintu
5. Jangan membuang sampah di lantai
6. Selalu sediakan sabun untuk mencuci tangan
7. Yakinkan bahwa ruangan jamban ada ventilasinya
8. Tutup lubang ventilasi jamban dengan kasa anti lalat
9. Beritahukan pada anak-anak cara menggunakan jamban yang benar
10. Cucilah tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir setelah menggunakan jamban.

C. Air Limbah
Salah satu pentebab terjadinya pencemaran air adalah air lmbah yang dibuang tanpa pengolahan ke dalam badan air.
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air, air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah
tangga maupun industri.
Air limbah rumah tangga terdiri dari 3 fraksi penting :
1. Tinja (feces), berpotensi mengandung mikroba patogen
2. Air seni (urine), umumnya mengandung nitrogen dan fosfor, serta kemungkinan kecil mikroorganisme
3. Grey water, merupakan air bekas cucian dapur, mesin cuci dan kamar mandi. Grey watersering juga disebut dengan istilah sullage.
Campuran feces dan urine disebut sebagai eksreta sedangkan campuran eksreta dengan air bilasan toilet disebut sebagai
black water. Mikroba patogen banyak terdapat pada eksreta. Eksreta ini merupakan cara transport utama bagi penyakit bawaan air.
Air limbah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi makhluk hidup dan lingkungan. Beberapa
dampak buruk tersebut adalah (Pratiwi, 2009http://www.artikelkedokteran.com) :
1. Gangguan kesehatan
Air limbah dapat mengandung bibit enyakit yang dapat menimbulkan penyakit bawaan air (waterborne disease). Selain itu di dalam
air limbah mungkin juga terdapat zat-zat berbahaya dan beracun yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi makhluk
hidup yang mengkonsumsinya. Air limbah yang tidak dikelola dengan baik juga dapat menjadi sarang vektor penyakit (misalnya
nyamuk, lalat, kecoa, dan lain-lain).
2. Penurunan kualitas lingkungan
Air limbah yang dibuang langsung ke air permukaan (misalny sungai dan danau) dapat mengakibatkan pencemaran air tersebut. Air
limbah juga dapat merembes ke dalam air tanah, sehingga menyebabkan pencemaran air tanah. Bila air tanah tercemar, maka
kualitasnya akan menurun sehingga tidak dapat lagi digunakan sesuai peruntukkanya.
3. Gangguan terhadap keindahan
Air limbah yang mengandung pigmen warna dapat menimbulkan perubahan pada badan air penerima dan apabila mengandung
bahan-bahan yang mudah terurai dapat menghasilkan gas yang berbau.
4. Gangguan terhadap kerusakan benda
Air limbah yang mengandung zat-zat yang dapat dikonversikan oleh bakteri anaerobik menjadi gas yang agresif yang dapat
mempercepat pengkaratan pada benda yang terbuat dari besi misalnya pipa saluran limbah.
Untuk pengolahan air limbah harus dilakukan dengan cermat dimulai dari perencanaan yang teliti, pelaksanaan
pembangunan fasilitas instalasi pengolahan air limbah (IPAL) atau unit pengolahan limbah (UPL) yang benar, serta pengoperasian
yang cermat.

BAB III

PELAKSANAAN

A. Informasi Pelaksanaan

1. Lokasi : RT. 04, Pereng Dawe, Bale Catur, Gamping, Sleman

2. Waktu : Jum’at, 19 April 2013

B. Alat dan Bahan

1. Formulir Survei

2. Senter

3. Meteran

4. Alat tulis

5. Stiker

C. Langkah Survei

1. Melakukan persiapan survei dengan mengurus perizinan.


2. Melakukan pemilihan dan penetapan lokasi survei.

3. Melakukan kegiatan inspeksi yang dilakukan secara langsung terhadap semua sarana kesehatan lingkungan untuk mengetahui kondisi resiko

pencemaran dengan cara mengumpulkan data primer yang diperoleh dengan melakukan observasi dan wawancara kepada nara sumber menggunakan

alat bantu kuesioner.

4. Melakukan pengolahan data secara manual dengan menggunakan kalkulator dan alat tulis.

5. Melakukan analisis terhadap hasil olahan data secara deskriptif.

Anda mungkin juga menyukai