Anda di halaman 1dari 7

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pencemaran Lingkungan dapat dihasilkan dari berbagai polutan baik berbentuk padat,
cair, maupun gas. Pencemaran dapat terjadi secara alami maupun secara buatan.
Pencemaran secara alami seperti pohon tua yang tumbang dan mengotori sungai.
Sedangkan pencemaran secara buatan dapat berupa hasil dari kegiatan yang dilakukan
oleh Makhluk hidup(manusia). Contoh kegiatan manusia yang menimbulkan pencemaran
salah satunya ialah, penimbunan sampah yang dekat dengan permukiman penduduk.

Penimbunan sampah seperti TPS tidaklah salah. Namun, pemilihan letak penempatan
lahan harus memperhatikan dampak atau risiko untuk masyarakat sekitar. Dampak dari
keberadaan TPS yang berdekatan dengan permukiman ialah terganggunya masyarakat
dengan bau tidak sedap, menggangu pemandangan sehingga mneyebabkan aktivitas
warga disekitar lingkungan TPS menjadi tidak maksimal.

Keberadaan TPS(Tempat Pembuangan Sampah) di Jl. Cipanas, Malang pada saat pagi
hari, sampah-sampah dari beberapa wilayah di kelurahan Penanggungan di kumpulkan
menjadi satu di TPS tersebut. Hal tersebut menjadi pemandangan yang tidak
mengenakkan bagi mahasiswa ataupun masyakarat sekitar yang ingin berangkat
melakukan aktivitasnya saat melewati jalan dekat TPS Jl. Cipanas. Kondisi tersebut
disebabkan karena, letak lahan TPS Jl. Cipanas yang berada pada permukiman warga.

Bahkan terdapat warung-warung makan dan tempat bermain Anak-anak yang


letaknya juga berdampingan dengan TPS Jl. Cipanas. Bau yang tidak sedap dari sampah
tentunya akan mengganggu pengunjung warung serta anak-anak yang sedang bermain.
Bagaimana bisa pengunjung warung menikmati makanannya, sedangkan mereka juga
menghirup udara dari tumpukan sampah di TPS. Pencemaran udara yang dihasilkan
dari bau tumpukan sampah tersebut apabila terus menerus di hirup oleh anak-anak
tentunya akan menimbulkan penyakit pada tubuh mereka.

Dari melihat realita yang ada di TPS Jl. Cipanas, kami penasaran dan ingin meneliti
bagaimana Pengaruh atau dampak dari keberadaan TPS bagi Lingkungan maupun
masyarakat sekitar. Lalu apa saja pencemaran yang ditimbulkan dari ada TPS dan
bagaimana Reaksi masyakarakat sekitar, apakah memalkumi atau justru hari-harinya
merasa risih dengan keberadaan TPS tersebut. Maka dari itu kami mengangkat judul
“PECEMARAN LINGKUNGAN AKIBAT KEBERADAAN TPS (TEMPAT
PEMBUANGAN SAMPAH) DI JL.CIPANAS, MALANG”

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Mulai Sejak Kapan TPS JL. Cipanas tersebut dibangun dan Mengapa daerah tersebut
dijadikan TPS?
2. Pencemaran lingkungan apa saja yang dapat terjadi dari keberadaan TPS Jl. Cipanas
tersebut ?
3. Bagaimana tanggapan masyarakat sekitar TPS Jl. Cipanas , apakah ada dampak
tertentu dari keberadaan TPS tersebut ?

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Makalah Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pencemaran yang


dihasilkan dari TPS (Tempat Pembuangan Sampah) di Jl. Cipanas Kota Malang,
tanggapan masyakarat serta dampaknya bagi Masyarakat Sekitar

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Makalah penelitian ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan serta


wawasan mengenai dampak dan pencemaran yang ditimbulkan dari adanya TPS
(Tempat Pembuangan Sampah) , hasil penelitian dapat dijadikan sarana referensi
dalam penelitian yang akan datang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 SEJAK KAPAN TPS JL. CIPANAS DIBANDUNG DAN MENGAPA DAERAH

TERSEBUT DIJADIKAN TPS

Menurut wawancara kepada Pak Bustanol (salah satu pegawai di TPS Jl. Cipanas)
mengatakan bahwa TPS tersebut sudah dibangun sejak tahun 1980 an. Sebenarnya dulu, letak
dari TPS tersebut bukan di lahan yang di tempati saat ini, melainkan dahulu TPS letaknya
pada sisi sebelah utara dari Makam Pahlawan Untung Suropati Jl. Veteran, Kec. Klojen,
Malang, yang saat ini sudah di tempati dengan “De Rumah Playground”. Di karenakan
adanya pembangunan kolam renang dan tempat futsal “De Rumah Playground” tersebut,
menyebabkan adanya relokasi, yang menjadikan TPS tersebut dipindah dan dibangun
kembali pada Sisi sebelah Selatan dari Makam Pahlawan Untung Suropati.

Pemilihan lahan yang saat ini ditempati menjadi TPS Jl. Cipanas dipilih karena
letaknya yang tidak begitu jauh pada lahan yang sebelumnya ditempati yaitu di Jl. Veteran
(jaraknya sekita 70 m ). Lalu, pertimbangan pemilihan lahan yang saat ini ditempati
dikarenakan masih terdapat lahan kosong sehingga pas apabila di TPS tersebut di relokasi
pada tempat yang saat ini digunakan.

2.2 PENCEMARAN LINGKUNGAN APA SAJA YANG DAPAT TERJADI DARI


KEBERADAAN TPS DI JL. CIPANAS TERSEBUT

Menurut informasi yang didapat dari narasumber, TPS tersebut tidak terlalu memberi
kontribusi dalam hal pencemaran lingkungan. Karena semua kemungkinan pencemaran telah
ditanggulangi dengan efektif, namun dalam beberapa situasi, TPS tidak mampu untuk
menanggulangi masalah yang ada, seperti halnya saat libur hari raya lebaran.

Pencemaran lingkungan yang ditimbulkan yaitu sampah yang menumpuk bahkan


sampai ke jalan-jalan sekitar TPS karena petugas truk yang biasanya mengangkut sampah,
mendapatkan cuti kerja untuk hari raya dan kondisi tersebut dipersulit dengan sedikitnya
jumlah sopir yang ada, bahkan menurut narasumber, jumlah sopir yang ada lebih sedikit
daripada truk sampah yang dimiliki, disebutkan bahwa ada 70 unit truk sampah dan container
untuk mengangkut sampah dari TPS yang ada, namun jumlah sopir yang tersedia justru
dibawah dari angka kendaraan yang tersedia. Menurut narasumber factor kepercayaan
menjadi penghambat dalam perekrutan sopir.

Meskipun begitu, kejadian sampah menumpuk ini memang hanya terjadi satu hari (
saat hari raya itu saja). Setelah hari raya kegiatan pengangkutan sampah berjalan normal
sesuai dengan jadwal yang ada, sehingga tumpukan sampah tersebut tidak menginap hingga

3
berhari-hari. Akan tetapi hal itu juga membawa dampak negatif terhadap tanah yang
disebabkan oleh limbah cair seperti tinja, deterjen, oli, cat. jika Limbah cair tersebut meresap
kedalam tanah akan merusak kandungan air tanah bahkan dapat membunuh mikro-organisme
di dalam tanah.

Sampah yang berasal dari limbah domestik dapat mengganggu/ mencemari karena
lindi (air sampah), bau dan estika. Timbulan sampah juga menutupi permukaan tanah
sehingga tanah tidak bisa dimanfaatkan. Selain itu, timbunan sampah dapat menghasilkan gas
nitrogen dan asam sulfida, adanya zatmercury, chrom dan arsen pada timbunan sampah dapat
menimbulkan gangguan terhadap biotanah, tumbuhan, merusak struktur permukaan dan
tekstur tanah. Limbah lain seperti oksidalogam, baik yang terlarut maupun tidak pada
permukaan tanah menjadi racun. Sampah anorganik tidak ter-biodegradasi, yang
menyebabkan lapisan tanah tidak dapatditembus oleh akar tanaman dan tidak tembus air
sehingga peresapan air dan mineral yang dapat menyuburkan tanah hilang dan jumlah
mikroorganisme di dalam tanahpun akan berkurang akibatnya tanaman sulit tumbuh bahkan
mati karena tidak memperoleh makanan untuk berkembang.

Selain Pencemaran Tanah, Keberadaan TPS JL. Cipanas juga mengakibatkan


pencemaran udara ketika pejalan kaki maupun pengendara motor melewati gerbang TPS serta
saat musim hujan. Beberapa polutan pencemaran udara yang timbul ialah H2S ( Hidrogen
Sulfida) dan Gas CH4 (metana). Polutan tersebut berasal dari efek penguraian Sampah.
Tumpukan sampah yang mengandung bahan organik akan menghasilkan energi panas yang
berasal dari proses fermentasi secara anaerobik oleh bakteri metana atau disebut juga bakteri
anaerobik dan bakteri biogas.

4
2.3 BAGAIMANA TANGGAPAN MASYARAKAT SEKITAR TPS JL. CIPANAS ,
APAKAH ADA DAMPAK TERTENTU DARI KEBERADAAN TPS TERSEBUT

Dari yang telah dipaparkan sebelumnya, bahwa keberadaan TPS Jl. Cipanas
berdekatan dengan deretan warung makan dan tempat futsal serta kolam renang “De Rumah
Playground”.Perlu diketahui, TPS Jl. Cipanas merupakan TPS yang legal dan didirikan oleh
pemerintah. Hal tersebut, di sampaikan oleh salah satu pedagang yang kami wawancarai.
Pegawai yang bekerja pada TPS tersebut kebanyakan sudah berpangkat sebagai Pegawai
Negeri Sipil (PNS), namun untuk pegawai yang bertugas memungut sampah berasal dari
masyarakat RW Kelurahan Penanggunan itu sendiri.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa, keberadaan TPS JL. Cipanas yang berdekatan
dengan permukiman, bukan karena pemilihan lahan yang tidak tepat atau menyalahi aturan.
Alasannya ialah, yang lebih dahulu ada dan di bangun di lokasi tersebut adalah Tempat
Pembuangan Sampah tersebut. Sehingga masyarakat sekitar merasa sudah maklum dan tidak
terganggung dengan keberadaan TPS. Kami bertanya kepada salah satu pedagang tentang
kerisihannya berjualan di dekat TPS. Pedagang tersebut menjawab “tidak, karena sudah disini
tempatnya(TPS), inikan sampah masyarakat sekitar sini juga. Satu kelurahan ngumpul
disini”. Kami juga menanyakan apakah dari pelanggan sendiri pernah komplain tentang bau
busuk dari sampah tersebut atau tidak. Dan pedagang tersebut menjawab “tidak, kan disini
(TPS) tidak bau”.

Kami menemukan fakta unik dari observasi yang dilakukan secara langsung tersebut,
bahwasannya pedagang dan pelanggan warung sekitar TPS tidak mencium bau busuk dari
keberadaan sampah tersebut. Lalu kami mengulik alasan apa yang menyebabkan mereka
tidak mencium bau busuk tersebut. Dari hasil wawancara dengan orang yang sama,
menjelaskan bahwa keberadaan tembok besar dan bambu-bambu disekeliling TPS yang
menyebabkan bau busuk tersebut tidak menyebar. Menurut pendapat dari orang yang kami
wawancarai, fungsi dari ditanamnya bambu ialah kemampuannya yang dapat meresap bau
busuk tersebut. Penanaman bambu sendiri diprakarsai oleh pemilik dari “De Rumah
Playground” yang dikarenakan ketakutan akan keberadaan TPS yang dapat mengganggu
Pengunjung “De Rumah Playground” itu sendiri. Di samping kedua alasan tersebut,
pengambilan sampah yang rutin juga menjadi faktor tidak terciumnya bau busuk. Truk
pengangkut mengambil sampah hingga 3 kali sehari (namun sifatnya kondisional tergantung
ramai tidaknya tempat pembuangan yang dituju).

Disamping itu, masih ada juga yang merasa terganggu karena keberadaan TPS Jl.
Cipanas tersebut. Ialah pengendara motor dan pejalan kaki yang saat beraktivitas pada pagi
hari, tepat melewati pintu masuk dari TPS, yang sangat merasakan bau busuk dan
ketidaknyaman tersebut. Hal tersebut dikarenakan sampah yang menumpuk pada malam hari
dan baru di angkut saat pagi harinya yaitu pada pukul 07.00 WIB. Keadaan yang paling parah
yaitu saat datangnya musim hujan. Tentu turunnya hujan akan berdampak pada kelembapan
sampah yang semakin meningkat. Sehingga pedagang dan pelanggan warung yang biasannya
tidak mencium bau busuk , saat musim hujan tidak dipungkiri merasakan bau yang tidak
sedap dari adanya sampah di TPS Jl. Cipanas tersebut.

5
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil ialah, pembangunan TPS di Jl. Cipanas tidaklah salah
karena memang pembangunannya lebih awal dari bangunan-bangunan pemukiman warga
yang berada di sekitarnya. Namun, bisa juga TPS tersebut di alihkan atau di relokasi ulang.
Karena, menurut peraturan memang jarak antara TPS dengan pemukiman yaitu sekitar 2 KM.
Hal ini juga ditujukan agar terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.

6
DAFTAR PUSTAKA

Widyasari, N., Moelyaningrum, A. D., & Pujiati, R. S. (2013). ANALISIS POTENSI


PENCEMARAN TIMBAL ( Pb ) PADA TANAH , AIR LINDI DAN AIR TANAH (
SUMUR MONITORING ) DI TPA PAKUSARI KABUPATEN JEMBER Analysis of
Potential Lead Pollution on Soil , Leachate and Ground Water ( MonitoringWells ) in
Pakusari Landfill Jember. Artikel Ilmiah Hasil Penelitian Mahasiswa 2013, 1–8.

Budiyono, A. (2001). Pencemaran Udara : Dampak Pencemaran Udara Pada Lingkungan.


Dirgantara, 2(1), 21–27.

Rifa, B., Hanani, Y., Peminatan, M., Lingkungan, K., Undip, F. K. M., Bagian, D., …
Semarang, K. (2016). Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan Pajanan Gas Hidrogen
Sulfida (H2S) Pada Pemulung Akibat Timbulan Sampah Di Tpa Jatibarang Kota
Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 4(3), 692–701.

Anda mungkin juga menyukai