Anda di halaman 1dari 39

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu bahan pencemar udara yang paling berbahaya adalah


timbal. Timbal sering juga disebut dengan timah hitam (Pb; lead). Timbal
merupakan metal yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia yang
berlangsung seumur hidup karena timbal berakumulasi dalam tubuh
manusia. Dalam kasus paparan polusi timbal dalam dosis rendah sekalipun
ternyata dapat menimbulkan gangguan pada tubuh tanpa menunjukkan
gejala klinik (Naurot, 2006). Timbal juga terbukti meningkatkan jumlah
kematian pada penderita penyakit jantung. Sampai saat ini belum dapat
ditentukan berapa kadar terendah dari timbal dalam tubuh yang aman
untuk kesehatan (Spivey, 2007).
Banyak industri yang menggunakan Pb sebagai bahan baku misalnya
industri battery dan aki serta banyak pula industri yang mengahasilkan
produk yang mengandung Pb misalnya industri cat dan bahan pewarna
lainnya (Sudarmaji, 2006). Saat ini, pigmen yang mengandung Pb yang
paling umum digunakan dalam cat meliputi Pb kromat (PbCrO4), Pb
kromat molibdat (Pb2Cr2Ho2O11), dan Pb sulfat (PbSo4). Pb kromat
dibuat dalam beragam struktur kristal untuk menghasilkan warna yang
berbeda - beda, di antaranya “chrome yellow” (kuning tua), “middle
chrome” (kuning kemerahan) dan “orange chrome” (oranye). Pb kromat
molibdat menghasilkan pigmen merah cerah. Campuran Pb kromat dengan
Pb sulfat dan senyawa lain menghasilkan banyak warna misalnya
“primrose chrome” (kuning pucat kehijauan), “lemon chrome” (kuning
kehijauan agak kemerahan), dan “chrome green” (campuran Pb kromat
dan besi biru).
Timbal (Pb) adalah logam yang mendapat perhatian utama dalam
segi kesehatan, karena dampaknya pada sejumlah besar orang akibat
keracunan udara yang terkontaminasi Pb memiliki sifat toksik berbahaya.

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 1


Timbal bisa terkandung di dalam air, makanan, dan udara. Pb di atmosfer
berasal dari senyawa hasil pemakaian bahan kimia misalnya peningkatan
industri atau jasa yang bergerak di bidang otomotif seperti bengkel
pengecatan, dari hasil studi pendahuluan beberapa bengkel pengecatan
mobil di Surabaya memiliki kondisi yang kurang baik dalam hal
kepemilikan lubang udara seperti yang terjadi pada bengkel pengecatan
mobil di lokasi penelitian sehingga hal ini menimbulkan potensi risiko
terpapar bahan berbahaya yang ada pada bengkel pengecatan mobil yaitu
salah satunya Pb yang bersumber dari pigmen Cat dan zat pengering cat.
Timbal yang mencemari udra tersebut masuk dan data terserap
manusia secara langsung melalui pernafasan (inhalasi). Pb dapat merusak
jaringan saraf, fungsi ginjal, menurunkan kemampuan belajar dan
membuat anak-anak hiperaktif. Anak-anak yang menjadi paling menderita
akibat pencemaran udara, karena paru-parunya belum berkembang
sempurna dan daya tahan tubuhnya belum kuat.
Logam berat Pb atau timbal bersifat toksik (beracun) dan
karsinogenik terhadap manusia. Keracunan akibat kontaminasi Pb bisa
menimbulkan berbagai macam hal diantaranya :
1. Menghambat aktivitas enzim yang terlibat dalam pembentukan
hemoglobin (Hb)
2. Meningkatnya kadar asam δ-amino levulinat dehidratase (ALAD) dan
kadar protoporphin dalam sel darah merah
3. Memperpendek umur sel darah merah
4. Menurunkan jumlah sel darah merah dan retikulosit, serta
meningkatkan kandungan logam Fe dalam plasma darah.
Dimana timbal bersifat kumulatif. Dengan waktu paruh timbal
dalam sel darah merah adalah 35 hari, dalam jaringan ginjal dan hati
selama 40 hari, sedangkan dalam tulang selama 30 hari.
Dengan latar belakang masalah maka yang terjabar di atas kami
mencoba untuk menganalisis risiko bahaya paparaan timbal udara

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 2


terhadap timbal darah, hemoglobin, cystatin c serum pekerja pengecatan
mobil.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Menganalisis risiko paparan timbal udara terhadap timbal darah,


heoglobin, cystatin c serum pekerja pengecatan mobil di Surabaya.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan paparan timbal udara terhadap timbal darah, heoglobin,


cystatin c serum pekerja pengecatan mobil di Surabaya.
b. Mengidentifikasi bahaya paparan timbal udara terhadap timbal darah,
heoglobin, cystatin c serum pekerja pengecatan mobil di Surabaya.
c. Menjelaskan karakterisitik bahaya paparan timbal udara terhadap timbal
darah, heoglobin, cystatin c serum pekerja pengecatan mobil di Surabaya.
d. Menganalisis pemajanan paparan timbal udara terhadap timbal darah,
heoglobin, cystatin c serum pekerja pengecatan mobil di Surabaya.
e. Menganalisa karakteristik risiko paparan timbal udara terhadap timbal
darah, heoglobin, cystatin c serum pekerja pengecatan mobil di Surabaya.

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 3


BAB II

KAJIAN TEORI & METODE

A. Pencemaran Udara
1. Pengertian
Sumber pencemaran udara yang utama adalah berasal
dari transportasi terutama kendaraan bermotor. Pencemaran yang
dihasilkan terdiri dari karbon monoksida 60% dan sekitar 15%
terdiri dari hidrokarbon, timbal (Fardiaz, 1992). Pencemaran udara
adalah suatu kondisi di mana kualitas udara menjadi rusak dan
terkontaminasi oleh zat-zat, baik yang tidak berbahaya maupun yang
membahayakan kesehatan tubuh manusia. Pencemaran udara biasanya
terjadi di kota-kota besar dan juga daerah padat industri yang
menghasilkan gas-gas yang mengandung zat di atas batas kewajaran.
Parameter pencemar udara didasarkan pada baku mutu udara
ambien menurut Peraturan Pemerintah Nomor 41 tahun 1999, yang
meliputi : Sulfur dioksida (SO2), Karbon monoksida (CO), Nitrogen
dioksida (NO2), Ozon (O3), Hidro karbon (HC), Pb (Timbal).
Masalah dalam pencemaran udara adalah emisi kendaraan
bermotor dimana sebagian besar kendaraan bermotor ini
menggunakan bahan bakar minyak 7 (BBM) berupa Premix,
Premium atau Solar yang mengandung timbal berperan sebagai
penyumbang polusi cukup besar terhadap kualitas udara dan
kesehatan (Sudrajad,2006). Batas atas timbal yang diperkenankan
untuk laki-laki 40 g/dL dan untuk perempuan adalah 30g/dL
(deRoos, 1997). Pada umumnya bahan pencemar udara adalah berupa
gas-gas beracun (hampir 90 %) dan partikel-partikel zat padat.
Gas-gas beracun ini berasal dari pembakaran bahan bakar
kendaraan, dari industri dan dari rumah tangga. Selain gas-gas beracun
di atas, pembakaran bahan bakar kendaraan juga menghasilkan partikel
- partikel karbon dan timah hitam yang beterbangan mencemari udara.

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 4


Sumber pencemaran udara dapat berasal dari berbagai kegiatan antara
lain industri, transportasi, perkantoran, dan perumahan. Sumber
pencemaran udara juga dapat disebabkan oleh berbagai kegiatan alam,
seperti kebakaran hutan, gunung meletus, gas alam beracun, dan lain-
lain.
Prinsip dari pencemaran udara adalah bilamana dalam udara
terdapat unsur-unsur pencemar (biasa disebut polutan baik primer
maupun sekunder yang bersumber dari aktifitas alam dan kebanyakan
dari aktifitas manusia) yang dapat mempengaruhi keseimbangan udara
normal dan mengakibatkan gangguan terhadap kehidupan manusia,
hewan dan tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lain.
2. Jenis Pencemaran
Menurut asalnya, pencemaran udara dapat dibagi menjadi dua macam,
yakni :
a. Pencemaran Udara Alami
Masuknya zat pencemar ke dalam udara / atmosfer, akibat
proses - proses alam seperti asap kebakaran hutan, debu gunung
berapi, pancaran garam dari laut, debu meteroid dan sebagainya.
b. Pencemaran Udara Non- Alam
Masuknya zat pencemar ke dalam udara yang disebabkan
oleh aktifitas manusia seperti gas beracun, asap dari hasil
industry, asap kendaraan bermotor maupun, asap rokok yang
mengandung karbon monoksida (CO), karbon dioksida (C02),
sulfur oksida (S02), nitrogen oksigen (NO, N02, NOx), CFC, dan
sebagainya. Salah satu senyawa berbahaya yang dihasilkan adalah
karbon monoksida (CO).
3. Sumber Pencemaran
Sumber Pencemaran Udara dapat dibedakan menjadi :
a. Sumber alami
1) Meletusnya gunung berapi : emisi SO2, H2S, CH4, dan
partikulat.
2) Kebakaran hutan : emisi HC, CO dan Partikulat berupa asap.
b. Kegiatan manusia
1) Transportasi
2) Industri

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 5


3) Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti
(CFC)
4. Dampak
Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah menyebabkan
penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif terhadap kesehatan
manusia. Semakin banyak kendaraan bermotor dan alat-alat industri
yang mengeluarkan gas yang mencemarkan lingkungan akan semakin
parah pula pencemaran udara yang terjadi.
a. Terhadap Kesehatan
Pengaruh pencemaran udara terhadap manusia, selain berupa
kematian dapat pula berupa penyakit antara lain :
Table 2.1 Dampak Pencemaran Udara Terhadap Kesehatan

No Dampak Keterangan
.
1. Kanker kulit Berkurangnya lapisan ozon di atmosfer,
(melanoma) akan mengakibatkan meningkatnya radiasi
ultra violet, yang akan merangsang penyakit
kanker kulit
2. Kanker paru-paru Senyawa benzopyren, asbes dan nitrosoamin
merupakan agen karsinogen yang sangat
ganas.
3. Kebotakan Ketiga penyakit ini disebabkan oleh residu
(alopecia), aiemia timbal yang masuk ke dalam tubuh
dan gastro-
enteritis

No. Dampak Keterangan

4. Bronkhitis dan Gas SO2 dan benzopyren dapat


emfisema memperlemah gerakan rambut getar pada
saluran tenggorokan. Selain itu pula gas ini
dapat merangsang sekresi lendir'pada

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 6


saluran pangkal pada paru-paru.

5. Asfiksia (mati lemas) Gas CO sangat reaktif terhadap Hb dalam


darah dengan afinitas 240 kali lebih besar,
jika dibandingkan afinitasnya terhadap
oksigen. CO dengan Hb akan membentuk
senyawa COHb yang sangat stabil dalam
darah. Karena Hb darah tidak lagi dapat
berfungsi menyerap dan membawa oksigen,
maka tubuh akan menderita kekurangan
oksigen
6. Iritasi pada saluran Hal ini dapat menyebabkan pergerakan silia
pernafasan menjadi lambat, bahkan dapat terhenti
sehingga tidak dapat membersihkan saluran
pernafasan.

b. Dampak terhadap lingkungan


Ketika terjadi pencemaran udara yaitu masuknya, atau
tercampurnya, unsur-unsur berbahaya ke dalam atmosfir maka
keseimbangan unsur-unsur yang ada diudara akan terganggu
sehingga pengaruhnya terhadap lingkungan dapat diketahui yaitu
dapat mengakibatkan terjadinya kerusakan lingkungan atau
menurunnya kualitas lingkungan. Beberapa akibat dari pencemaran
udara terhadap kerusakan lingkungan atau penurunan kualitas
lingkungan adalah :
1) Menghambat fotosistesis tumbuhan. Terhadap tanaman yang
tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi
dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara
lain klorosis, nekrosis, dan bintik hitam. Partikulat yang
terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses
fotosintesis.
2) Menyebabkan hujan asam. pH biasa air hujan adalah 5,6
karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 7


dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan
menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara
lain: Mempengaruhi kualitas air permukaan, Merusak tanaman,
Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah
sehingga mempengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan,
serta Bersifat korosif sehingga merusak material dan
bangunan.
3) Meningkatkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca disebabkan
oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan
troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang
dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas
terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan
fenomena pemanasan global. Pemanasan global sendiri akan
berakibat pada; Pencairan es di kutub, Perubahan iklim
regional dan global, Perubahan siklus hidup flora dan fauna.
4) Kerusakan lapisan ozon. Lapisan ozon yang berada di
stratosfer ( ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami
bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari
matahari. Pembentukan dan penguraian molekulmolekul ozon
(O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang
mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan
laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari
pembentukannya, sehingga terbentuk lubanglubang pada
lapisan ozon. Kerusakan lapisan ozon menyebabkan sinar UV-
B matahri tidak terfilter dan dapat mengakibatkankanker kulit
serta penyakit pada tanaman.

Dampak dari pencemaran udara tersebut adalah


menyebabkan penurunan kualitas udara, yang berdampak negatif
terhadap kesehatan manusia. Semakin banyak kendaraan bermotor
dan alat-alat industri yang mengeluarkan gas yang mencemarkan
lingkungan akan semakin parah pula pencemaran udara yang

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 8


terjadi. Salah satu bahan pencemar udara yang sangat
membahayakan makhluk hidup adalah gas karbon monoksida.

B. Material Topik Timbal (Pb)


1. Pengertian

Logam merupakan kelompok toksikan yang unik. Logam dapat


ditemukan dan menetap di alam, tetapi bentuk kimianya dapat berubah
akibat pengaruh fisika kimia, biologis atau akibat aktivitas manusia.
Toksisitasnya dapat berubah drastis apabila bentuk kimianya berubah.
Umumnya logam bermanfaat bagi manusia karena pengggunaannya di
bidang industri, pertanian atau kedokteran. Sebagian merupakan unsur
penting karena dibutuhkan dalam berbagai fungsi biokimia atau faali.
Dilain pihak, logam dapat berbahaya bagi kesehatan bila terdapat
dalam makanan, air atau udara (Darmono,2001).

Timbal merupakan polutan yang bersifat prevalens dan


mempunyai dampak signifikan terhadap kesehatan. Timbal merupakan
racun berbahaya bagi anak-anak maupun orang dewasa. Pada anak-
anak timbal dapat menyebabkan penurunan tingkat kecerdasan (IQ
points), penurunan kemampuan belajar. Pada orang dewasa
pencemaran timbal dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, serangan
jantung, kemandulan dan pada level yang sangat tinggi dapat
menyebabkan kematian (Lestari, 2006)

Logam-logam tertentu sangat berbahaya apabila ditemukan


dalam konsentrasi yang tinggi dalam lingkungan, karena logam
tersebut mempunyai sifat yang merusak jaringan tubuh mahluk hidup,
diantaranya logam Pb (timbal).

Logam timbal telah dipergunakan oleh manusia sejak ribuan


tahun yang lalu (sekitar 6400 SM) hal ini disebabkan logam timbal
terdapat diberbagai belahan bumi, selain itu timbal mudah di ekstraksi

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 9


dan mudah dikelola. Unsur ini telah lama diketahui dan disebutkan di
kitab Exodus. Para alkemi mempercayai bahwa timbal merupakan
unsur tertua dan diasosiasikan dengan planet Saturnus. Timbal alami,
walau ada jarang ditemukan di bumi.

Timbal atau yang kita kenal sehari-hari dengan timah hitam dan
dalam bahasa ilmiahnya dikenal dengan kata Plumbum dan logam ini
disimpulkan dengan timbal (Pb). Logam ini termasuk kedalam
kelompok logam-logam golongan IV–A pada tabel periodik unsur
kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat
(BA) 207,2 adalah suatu logam berat berwarna kelabu kebiruan dan
lunak dengan titik leleh 327°C dan titik didih 1.620°C. Pada suhu 550-
600°C. Timbal (Pb) menguap dan membentuk oksigen dalam udara
membentuk timbal oksida. Bentuk oksidasi yang paling umum adalah
timbal (II). Walaupun bersifat lunak dan lentur, timbal (Pb) sangat
rapuh dan mengkerut pada pendinginan, sulit larut dalam air dingin,
air panas dan air asam. Timbal (Pb) dapat larut dalam asam nitrit,
asam asetat dan asam sulfat pekat.

2. Sifat dan Karakteristik Logam Timbal (Pb)

Beberapa sumber menyebutkan bahwa plumbum (Pb) adalah


logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat, memiliki titik
lebur rendah, mudah dibentuk, memiliki sifat kimia yang aktif,
sehingga bisa digunakan untuk melapisi logam agar tidak timbul
perkaratan. Pb dicampur dengan logam lain akan terbentuk logam
campuran yang lebih bagus daripada logam murninya.

Pb adalah logam lunak berwarna abu-abu kebiruan mengkilat


serta mudah dimurnikan dari pertambangan. Pb meleleh pada suhu
3280C (6620F), titik didih 1.7400C (3.1640F), bentuk sulfid dan
memiliki gravitasi 11,34 dengan berat atom 207,20. Timbal (Pb)
termasuk ke dalam logam golongan IV-A pada tabel periodik unsur

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 10


kimia, mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau berat atom
(BA) 207,2. Timbal termasuk logam berat ”trace metals” karena
mempunyai berat jenis lebih dari lima kali berat jenis air. Bentuk kimia
senyawa Pb yang masuk ke dalam tubuh melalui makanan akan
mengendap pada jaringan tubuh, dan sisanya akan terbuang bersama
bahan sisa metabolisme.

Menurut Palar (2004), logam timbal (Pb) mempunyai sifat-sifat yang


khusus seperti berikut :

a. Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan


menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan
mudah.

b. Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat,


sehingga logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.

c. Mempunyai titik lebur rendah hanya 327,5°C.

d. Mempunyai kerapatan yang lebih besar dibandingkan dengan


logam-logam, kecuali emas dan merkuri.

e. Merupakan pengantar listrik yang baik.

3. Sumber Pencemaran Timbal (Pb)

a. Sumber Alami

Kadar timbal (Pb) yang secara alami dapat ditemukan


dalam bebatuan sekitar 13 mg/kg. Khusus timbal (Pb) yang
tercampur dengan batu fosfat dan terdapat di dalam batu pasir
(sand stone) kadarnya lebih besar yaitu 100 mg/kg. Timbal (Pb)
yang terdapat di tanah berkadar sekitar 5-25 mg/kg dan di air
bawah tanah (ground water) berkisar antara 1-60 μg/liter. Secara

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 11


alami timbal (Pb) juga ditemukan di air permukaan. Kadar timbal
(Pb) pada air telaga dan air sungai adalah sebesar 1-10 μg/liter.

Dalam air laut kadar timbal (Pb) lebih rendah dari dalam air
tawar. Laut Bermuda yang dikatakan terbebas dari pencemaran
mengandung Pb sekitar 0,07 μg/liter. Kandungan Pb dalam air
danau dan sungai di USA berkisar antara 1-10 μg/liter. Secara
alami Pb juga ditemukan di udara yang kadarnya berkisar antara
0,0001 - 0,001 μg/m3. Tumbuh-tumbuhan termasuk sayur-mayur
dan padi-padian dapat mengandung Pb, penelitian yang dilakukan
di USA kadarnya berkisar antara 0,1 -1,0 μg/kg berat kering.
Logam berat Pb yang berasal dari tambang dapat berubah menjadi
PbS (golena), PbCO3 (cerusite) dan PbSO4 (anglesite) dan
ternyata golena merupakan sumber utama Pb yang berasal dari
tambang. Logam berat Pb yang berasal dari tambang tersebut
bercampur dengan Zn (seng) dengan kontribusi 70%, kandungan
Pb murni sekitar 20% dan sisanya 10% terdiri dari campuran seng
dan tembaga.

b. Sumber dari Industri

Industri yang perpotensi sebagai sumber pencemaran timbal


(Pb) adalah semua industri yang memakai Timbal (Pb) sebagai
bahan baku maupun bahan penolong, misalnya:

1) Industri pengecoran maupun pemurnian. Industri ini


menghasilkan timbal konsentrat (primary lead), maupun
secondary lead yang berasal dari potongan logam (scrap).

2) Industri baterai. Industri ini banyak menggunakan logam timbal


(Pb) terutama lead antimony alloy dan lead oxides sebagai
bahan dasarnya.

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 12


3) Industri bahan bakar. Timbal (Pb) berupa tetra ethyl lead dan
tetra methyl lead banyak dipakai sebagai anti knock pada bahan
bakar, sehingga baik industri maupun bahan bakar yang
dihasilkan merupakan sumber pencemaran timbal (Pb).

4) Industri kabel. Industri kabel memerlukan timbal (Pb) untuk


melapisi kabel. Saat ini pemakaian timbal (Pb) di industri kabel
mulai berkurang, walaupun masih digunakan campuran logam
Cd, Fe, Cr, Au dan arsenik yang juga membahayakan untuk
kehidupan makluk hidup.

5) Industri kimia, yang menggunakan bahan pewarna. Pada


industri ini seringkali dipakai timbal (Pb) karena toksisitasnya
relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan logam pigmen
yang lain. Sebagai pewarna merah pada cat biasanya dipakai
red lead, sedangkan untuk warna kuning dipakai lead chromate
(Sudarmaji, dkk, 2006).

c. Sumber dari Transportasi

Timbal, atau Tetra Etil Lead (TEL) yang banyak pada


bahan bakar terutama bensin, diketahui bisa menjadi racun yang
merusak sistem pernapasan, sistem saraf, serta meracuni darah.
Penggunaan timbal (Pb) dalam bahan bakar semula adalah untuk
meningkatkan oktan bahan bakar. Penambahan kandungan timbal
(Pb) dalam bahan bakar, dilakukan sejak sekitar tahun 1920-an
oleh kalangan kilang minyak. Tetra Etil Lead (TEL), selain
meningkatkan oktan, juga dipercaya berfungsi sebagai pelumas
dudukan katup mobil (produksi di bawah tahun 90-an), sehingga
katup terjaga dari keausan, lebih awet, dan tahan lama.

Penggunaan timbal (Pb) dalam bensin lebih disebabkan


oleh keyakinan bahwa tingkat sensitivitas timbal (Pb) tinggi dalam

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 13


menaikkan angka oktan. Setiap 0,1 gram timbal (Pb) perliter
bensin, menurut ahli tersebut mampu menaikkan angka oktan 1,5
sampai 2 satuan. Selain itu, harga timbal (Pb) relatif murah untuk
meningkatkan satu oktan dibandingkan dengan senyawa lainnya
(Santi, 2001).

Hasil pembakaran dari bahan tambahan (aditive) timbal


(Pb) pada bahan bakar kendaraan bermotor menghasilkan emisi
timbal (Pb) in organik. Logam berat timbal (Pb) yang bercampur
dengan bahan bakar tersebut akan bercampur dengan oli dan
melalui proses di dalam mesin maka logam berat timbal (Pb) akan
keluar dari knalpot bersama dengan gas buang lainnya (Sudarmaji,
dkk, 2006).

4. Timbal (Pb) di Lingkungan

Sebagai sumber timbal (Pb) di lingkungan hidup kita adalah (Mukono,


2002):

a. Udara

Timbal (Pb) di udara dapat berbentuk gas dan partikel.


Dalam keadaan alamiah menurut studi patterson (1965), kadar
timah hitam di udara sebesar 0,0006 mikrogram/m 3, sedangkan di
daerah tanpa penghuni dipegununan California (USA),
menunjukkan kadar timah hitam (Pb) sebesar 0,008
mikrogram/m3. Baku mutu di udara adalah 0,025 – 0,04 gr/Nm3.

b. Air

Analisis air bawah tanah menunjukkan kadar timah hitam


(Pb) sebesar antara 1–60 mikrogram/liter, sedangkan analisis air
permukaan terutama pada sungai dan danau menunjukkan angka
antara 1–10 mikrogram/liter. Kadar timah hitam pada air laut

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 14


kadarnya lebih rendah dari yang terdapat di air tawar. Di pantai
Californa (USA) kadar timah hitam (Pb) menunjukkan kadar antara
0,08 – 0,04 mikrogram/liter. Timbal (Pb) yang larut dalam air
adalah Timbal asetat (Pb(C2H3O2)2), timbal klorat Pb(CLO3)2,
timbal nitrat Pb (NO3)2, timbal stearat Pb (C18H35O2)2. Baku
mutu (WHO) timbal (Pb) dalam air 0,1 mg/liter dan KLH No 02
tahun 1988 yaitu 0,05 – 1 mg/liter.

c. Tanah

Rata-rata timbal (Pb) yang terdapat dipermukaan tanah


adalah sebesar 5–25 mg/kg.

d. Batuan

Bumi kita mengandung timbal (Pb) sekitar 13 mg/kg.


Menurut study Weaepohl (1961), dinyatakan bahwa kadar timbal
(Pb) pada batuan sekitar 10 – 20 mg/kg.

e. Tumbuhan

Secara alamiah tumbuhan dapat mengandung timbal (Pb).


Menurut Warren dan Delavault (1962), Kadar timbal (Pb) pada
dedaunan adalah 2,5 mg/kg berat daun kering.

f. Makanan

Kadar timbal (Pb) pada makanan dapat bertambah dalam


proses procecing, kandungan timbal (Pb) yang tinggi ditemukan
pada beras, gandum, kentang dan lain-lain. Asupan yang diizinkan
yaitu 50 mikrogram/kg BB (dewasa) dan 25 mikrogram/kg BB
(anak-anak).
C. Proses Masuk nya Pb ke Dalam Tubuh Manusia

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 15


Menurut Mukono (2002), debu, udara, dan tanah mengandung
Timbal (Pb) akan mengontaminasi air minum dan kemudian dikonsumsi
manusia. Selain itu manusia mendapat Timbal (Pb) dari cara yang
langsung, yaitu apabila manusia mengonsumsi tumbuhan/sayur yang
terkontaminasi Timbal dari air, tanah, serta daging binatang yang
keracunan Timbal.
Ginjal memiliki kapasitas yang lebih tinggi untuk mengikat bahan
kimia, oleh karena itu bahan kimia lebih banyak terkandung di dalam
organ ginjal jika dibandingkan dengan organ lainnya (Mukono, 2010).
Walaupun berat ginjal hanya sekitar 0,5% dari total berat badan, tetapi
ginjal menerima darah sebesar 20%- 25% dari curah jantung melalui arteri
renalis. Tingginya aliran darah yang menuju ginjal inilah yang
menyebabkan berbagai macam obat, bahan kimia, dan logam-logam berat
dalam sirkulasi sistemik dikirim ke ginjal dalam jumlah yang besar. Zat-
zat toksik ini akan terakumulasi di ginjal dan menyebabkan kerusakan bagi
ginjal itu sendiri. Keracunan oleh Timbal dapat terjadi karena masuknya
beberapa logam melalui jalur :
1. Melalui Udara
Udara ambien dipinggiran kota dinegara barat dapat mencapai
kadar Timbal sebesar 0.5μg/m3 dan didalam kota bisa mencapai 1-10
μg/m3. Dalam keadaan yang sangat ramai dengan kendaraan bermotor
kadar diudara bisa mencapai 14-25 μg/m3. Timbal (Pb) diudara ini
akan masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan dan penetrasi
(perembesan) pada selaput kulit. Selain terhadap manusia, hewan dan
tanaman juga dapat terpapar oleh Timbal (Pb)di udara. Bila tanaman
yang tercemar dikonsumsi oleh hewan, maka hewan tersebut semakin
terpapar oleh Timbal (Pb). Bila tanaman dan hewan yang telah
terpapar tersebut dikonsumsi oleh manusia, maka timbal akan masuk
dan terakumulasi dalam tubuh manusia (Mukono, 002).
2. Melalui Air
Pemaparan Timbal (Pb) oleh air jumlahnya lebih rendaah
dibandingkan dengan pemaaran oleh udara dan makanan. Di Amerika
Serikat kadar timbal pada air minum mencapai 50 μg/l. Tingginya

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 16


kadar timbal ini disebabkan oleh pemakaian tandon dan pipa air
minum yang berlapiskan Timbal (Pb) (Mukono, 2002)
3. Melalui Makanan
Jenis makanan yang dikonsumsi manusia juga mengandung
timbal secara alami. Pada ikan dan binatang lain yang mengandung
timbal 0,2-2,5 mg/kg, pada daging atau telur mengandung timbal
sebesar 0-0,37 mg/kg, padi-padian mengandung timbal sebesar 0-1,39
mg/kg dan sayur-sayuran mengandung 0-1,3 mg/kg. Dengan demikian
perlu menu makanan yang dikonsumsi setiap harinya. Telah diketahui
bahwa setiap 100mg Timbal (Pb) yang masuk kedalam tubuh melalui
mulut akan menghasilkan timbal darah sebesar 6-10 μg/100 liter darah
(Mukono, 2002).

D. Dampak/ Risiko Pb bagi Kesehatan Manusia


Pada gangguan awal dari biosintesis hem, belum terlihat adanya
gangguan klinis, gangguan hanya dapat terdeteksi melalui pemeriksaan
laboratorium (Anies, 2005). Apabila gangguan berlanjut akan terjadi efek
neurologik dan efek-efek lainnya pada target organ termasuk anemi. Oleh
sebab itu, dikatakan bahwa gangguan yang terjadi pada fungsi saraf
dimediasi oleh gangguan pada sintesis hem. Paparan timbal yang
berlangsung lama dapat mengakibatkan gangguan terhadap berbagai sistim
organ. Efek pertama pada keracunan timbal kronis sebelum mencapai
target organ adalah adanya gangguan pada biosintesis hem, apabila hal ini
tidak segera diatasi akan terus berlanjut mengenai target organ lainnya.
Dalam tulang, timbal ditemukan dalam bentuk Pb-fosfat/Pb3(PO4)2,
dan selama timbal masih terikat dalam tulang tidak akan menyebabkan
gejala sakit pada penderita. Tetapi yang berbahaya adalah toksisitas timbal
yang diakibatkan oleh gangguan absorpsi kalsium, dimana terjadinya
desorpsi kalsium dari tulang menyebabkan terjadinya penarikan deposit
timbal dari tulang. Pada diet yang mengandung rendah fosfat akan
menyebabkan pembebasan timbal dari tulang ke dalam darah. Penambahan
vitamin D dalam makanan akan meningkatkan deposit timbal dalam

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 17


tulang, walaupun kadar fosfatnya rendah dan hal ini justru mengurangi
pengaruh negative timbal (Darmono, 2001).
Meskipun jumlah timbal yang diserap oleh tubuh hanya sedikit,
logam ini ternyata menjadi sangat berbahaya. Hal ini disebabkan
senyawa-senyawa timbal dapat memberikan efek racun terhadap banyak
fungsi organ yang terdapat dalam tubuh (Joko S, 1995. Palar, 2004).
a. Pada sistem saluran cerna :
Kolik usus (spasme usus halus) merupakan gejala klinis
tersering dari keracunan timbal lanjut, yang biasanya didahului dan
hampir selalu disertai konstipasi berat. Nyeri terlokalisir di sekitar dan
di bawah umbilikus. Tanda paparan timbal (tidak berkaitan dengan
kolik) adalah pigmentasi kelabu pada gusi (“garis-garis timbal”).
b. Pada sistem hematopoeietik :
Pada gangguan awal dari biosintesis hem belum terlihat adanya
gangguan klinis, gangguan hanya dapat terdeteksi melalui
pemeriksaan laboratorium. Pada kadar timbal darah 10 µg/dL timbal
menghambat aktivitas enzim δ-aminolevulinat dehidratase (ALAD)
dalam eritroblas sumsum tulang dan eritrosit. Hal ini mengakibatkan
peningkatan kadar δ-aminolevulinat (δ-ALA) dalam serum dan
kemih. Kelompok-kelompok ribosom dapat dilihat pada sel berbintik
basofilik sebagai basofil pungtata meskipun tidak ada anemia. Kadar
ALAD yang tinggi dapat menimbulkan aksi neurotoksik (Adnan,
S.2001).
Timbal menyebabkan 2 macam anemia, yang sering disertai
dengan eritrosit berbintik basofilik. Dalam keadaan keracunan timbal
akut terjadi anemia hemolitik, sedangkan pada keracunan timbal yang
kronis terjadi anemia makrositik hipokromik, hal ini karena
menurunnya masa hidup eritrosit akibat interfensi logam timbal dalam
sintesis hemoglobin dan juga terjadi peningkatan corproporfirin
dalam urin (ATSDR, 2003).
Menurut Adnan, kadar timbal dalam darah yang dapat
menyebabkan anemia klinis adalah sebesar 70 µg/dL atau 0,7 mg/L.
Sedangkan menurut US Department of Health and Human Services

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 18


kadar timbal dalam darah yang dapat menimbulkan gangguan
terhadap hemoglobin adalah sebesar 50 µg/dL atau sebesar 0,5 mg/L.
c. Pada sistem saraf.
Sistem saraf merupakan sistem yang paling sensitif terhadap
daya racun timbal. Senyawa seperti timbal tetra etil, dapat
menyebabkan keracunan akut pada sistem saraf pusat, meskipun
proses keracunan tersebut terjadi dalam waktu yang cukup panjang
dengan kecepatan penyerapan yang kecil. Pada percobaan in vitro,
akumulasi dari delta-ALA dalam hipotalamus dan protoporfirin dalam
saraf dorsal dapat menyebabkan ensefalopati karena toksisitas timbal.
Terjadinya neuropati pada saraf tepi karena toksisitas timbal
disebabkan oleh dimielinasi dan degenerasi saraf (Darmono, 2001).
Penyakit-penyakit yang berhubungan dengan otak sebagai
akibat dari keracunan timbal adalah epilepsi, halusinasi, kerusakan
pada otak besar dan delirium. Kelainan serebral dapat bervariasi
sesuai usia (terutama anak-anak dan dewasa muda yang rentan),
intensitas paparan dan paparan tambahan terhadap zat-zat toksik
lainnya (misal alkohol). Pecandu alkohol berisiko lebih besar terhadap
kerusakan sistem saraf. Manifestasi klinis terjadi akibat kerusakan
fungsi neurotransmitter dan ion kalsium (Saryan, 1994. Anies, 2005).
Kelainan di otak jarang sekali terjadi pada orang dewasa tetapi
sering terjadi pada anak-anak. Kelainan bervariasi dari penurunan
intelektual, gangguan kejiwaan yang ringan sampai pada
pembengkakan otak yang berat, yang dapat berkembang dengan amat
cepat walaupun akumulasi timbal berlangsung lambat bertahun-tahun.
Kejang, koma dan kematian dapat segera terjadi bila fungsi otak
terganggu. Pada penderita yang masih hidup efek neurologia yang
menetap sering terjadi. Neuropati perifer lebih sering terjadi pada
orang dewasa, kelainan ini terutama bersifat motorik, dan meliputi
otot-otot yang masih aktif, sehingga tanda-tanda yang khas adalah
wrist drop dan foot drop (Robbins et al, 1995).
Senyawa alkil timbal menyebabkan bentuk khusus kelainan
dalam susunan saraf pusat dengan manifestasi ensefalopati (psikosis

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 19


toksik), insomnia, mimpi-mimpi mengerikan pada kasus dini, dan
kompleks gejala yang berbeda (delirium, kebingungan dan
skizofrenik) pada kasus-kasus berat (Richard B, 1995).
d. Pada sistem ginjal
Pajanan lama timbal dapat menyebabkan nefropati yang ditandai
dengan gangguan ginjal progresif dan sering disertai hipertensi.
Kerusakan ginjal berupa fibrosis interstitialis kronis, degenerasi
tubular dan perubahan vaskular pada arteri kecil dan arteriol.
Senyawa timbal yang larut dalam darah akan dibawa oleh darah
ke seluruh tubuh dan akan masuk kedalam glomerulus. Disini terjadi
pemisahan akhir semua bahan yang dibawa darah, apakah masih
berguna bagi tubuh atau harus dibuang karena sudah tidak diperlukan
lagi. Ikut sertanya timbal yang larut dalam darah ke sistem urinaria
(ginjal) mengakibatkan terjadinya kerusakan pada saluran ginjal.
Kerusakan yang terjadi tersebut disebabkan terbentuknya intranuclear
inclusion bodies yang disertai dengan terbentuknya aminociduria,
yaitu terjadinya kelebihan asam amino dalam urin. Aminociduria
dapat kembali normal setelah selang waktu beberapa minggu, tetapi
intranuclear inclusion bodies membutuhkan waktu bertahun-tahun
untuk kembali normal. Pada fase akut keracunan timbal, seringkali
ada gangguan ginjal fungsional tetapi tak dapat dipastikan apakah ada
kerusakan ginjal yang permanen (Joko S, 1995. Adnan, S. 2001).
e. Sistem kardiovaskular
Pada keracunan timbal akut, terjadi kolik yang disertai
peningkatan tekanan darah. Perubahan elektrokardiografi (EKG)
dijumpai pada 70% penderita dengan gejala umum berupa takikardi,
disritmia atrium, gelombang T terbalik dengan / tanpa kompleks QRS-
T yang abnormal (Adnan, S. 2001).
f. Sistem Reproduksi
Pada percobaan yang dilakukan terhadap tikus putih jantan dan
betina yang diberi perlakuan dengan 1% Pb-asetat ke dalam
makanannya, didapatkan penurunan kemampuan sistem reproduksi
dari hewan tersebut. Embrio yang dihasilkan dari perkawinan antara

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 20


tikus jantan yang diberi perlakuan dengan Pb-asetat dan betina yang
normal (tidak diberi perlakuan), mengalami hambatan dalam
pertumbuhannya. Sedangkan janin yang terdapat pada betina yang
diberi perlakuan dengan Pb-asetat mengalami penurunan dalam
ukuran, hambatan pada pertumbuhan dalam rahim induk dan setelah
dilahirkan.
Pada wanita dengan paparan timbal yang tinggi, timbal akan
disimpan dalam tulang. Pada wanita hamil, timbal yang terserap dan
ditimbun dalam tulang diremobilisasi dan masuk ke peredaran darah,
melalui plasenta dan kemudian akan ikut masuk dalam sistem
peredaran darah janin dan menyebabkan bayi lahir dengan berat badan
rendah, menghambat perkembangan otak dan intelegensia janin.
Selanjutnya setelah bayi lahir, timbal akan dikeluarkan bersama
dengan air susu (Palar, 2004).
Efek toksik timbal pada fungsi reproduksi laki-laki yaitu
mempengaruhi proses spermatogenesis sehingga terjadi penurunan
kualitas semen dalam jumlah, morfologi, motilitas dan bentuk
abnormal spermatozoa (Adnan, S. 2001). Bagi orang dewasa,
kandungan timbal dalam darah sedikit banyak mempengaruhi
kesuburan, dapat menyebabkan sterilitas dan aborsi spontan
(ATSDR,2003).
g. Sistem Endokrin
Efek yang dapat ditimbulkan oleh keracunan timbal terhadap
fungsi sistem endokrin merupakan penelitian yang paling sedikit
dilakukan dibandingkan dengan sistem-sistem lain dari tubuh.
Pengukuran terhadap steroid dalam urin pada kondisi paparan timbal
yang berbeda dapat digunakan untuk melihat hubungan penyerapan
timbal pada sistem endokrin. Dari pengamatan yang dilakukan dengan
paparan timbal yang berbeda terjadi pengurangan pengeluaran steroid
dan terus mengalami peningkatan dalam posisi minus. Kecepatan
pengeluaran aldosteron juga mengalami penurunan selama
pengurangan konsumsi garam pada orang yang keracunan timbal.

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 21


LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 22
BAB III

PROSES KEGIATAN ARKL

A. Perumusan Masalah

1. Apakah terdapat faktor risiko pekerja yang tidak menggunakan APD


terhadap konsentrasi logam berat (Pb) dalam cat mobil di lingkungan
bengkel pengecetan mobil surabaya.

2. Apa yang menjadi faktor risiko terhadap konsentrasi logam berat


dalam cat mobil pada bengkel pengecetan mobil di Surabaya.

3. Berapa konsentrasi Pb dalam cat mobil pada bengkel pengecetan


mobil di Surabaya

B. Identifikasi Bahaya/ Masalah


Tabel 3.1 Identifikasi Bahaya

Media
Faktor yang Agen
No. Sampel Lingkungan Konsentrasi
mempengaruhi Risiko
Potensial
0,112
1 Darah Cat mobil Udara Pb
mg/liter

C. Karakteristik Bahaya
Analisis Dosis – Respon (Dosis Respon Assesment)
Berdasarkan berbagai literatur Pb (timbal) dapat masuk ke dalam tubuh
melalui jalur inhalasi dan jalur ingesti, namun berdasarkan topik permasalahan di
atas Pb masuk dalam tubuh melalui jalur inhalasi. Berdasarkan
PERMENAKERTRANS NO. 13/MEN/X/2011 tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja disimpulkan bahwa penelitian
pada manusia dapat disimpulkan bahwa Pb mempengaruhi peningkatan risiko
kanker, sehingga digunakan efek karsinogenik. Analisis dosis respon diketahui
dalam tabel dibawah ini:

Tabel 3.2 Dosis Respon Timbal Pada Pangan Jalur Inhalasi

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 23


Dosis Respon pada
No. Agent Efek Kritis dan Referensi
Pangan

1 Pb 0,05 ppm atau mg/l - Pada orang dewasa timbal dapat


menyebabkan peningkatan tekanan
darah, gangguan reproduksi dan
gangguan pencernaan.
- Timbal dalam darah akan berikatan
dengan eritrosit sehingga dapat
menghambat aktivitas enzim
oksidase
- Keberadaan Timbal dalam tubuh
dapat menghambat enzim asam
amino lefulinat dehidrase dan
ferroketalase, sehingga menyebabkan
berkurangnya sintesis heme dan
dapat menjadikan anemia.
- Efek lainnya dapat merusak syarat
(PERMENAKERTRANS NO.
13/MEN/X/2011).

D. Analisis Pajanan
Mengenali jalur-jalur pajanan risk agent, yaitu melalui inhalasi, ingesti dan
absorbsi. Ada beberapa jalur pemajananyang sudah teridentifikasi oleh
US-EPA (US-EPA Default EXPOSURE Factors).
Rumus :
C x R x fE x Dt
Ink =
Wb x tavg
Keterangan :

Notasi Arti notasi Satuan Nilai default


Ink (intake) Jumlah konsentrasi agen mg / kg Tidak ada nilai
risiko ( mg ) yang masuk x hari default
kedalam tubuh manusia
dengan berat badan
tertentu ( kg ) setiap

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 24


harinya
C Konsentrasi agen risiko mg / m3 Tidak ada nilai
(consentration)
pada media udara ( udara default
ambien )
R (rate) Laju inhalasi atau m3 / jam Dewasa : 0,83
banyaknya volume udara m3/jam
Anak – anak ( 6-12
yang masuk setiap jamnya
tahun) : 0,5 m3/jam
fE (frecuenci of Lamanya / jumlah hari Hari / Pajanan pada
exposure) terjadinya pajanan setiap tahun pemukiman : 350
tahunnya hari / tahun
Pajana
Dt Lamanya / jumlah tahun Tahun Residensial
(duration time)
terjadinya pajanan
Wb (weight of Berat badan manusia per kg Dewasa asia /
body) populasi per kelompok Indonesia : 55 kg
Anak – anak : 15 kg
populasi
tavg(nk) Periode waktu rata – rata hari 30 tahun x 365 hari /
(time average)
tahun = 10.950 hari

Perhitungan Sampel

a. Diketahui :
C = 0,112 mg/l
R = 0,83 liter/hari
fE = 250 hari/tahun
Dt = 30 tahun
Wb = 55 kg
tavg = 10.950 hari
b. Intake
C x R x fE x Dt
Ink =
Wb x t avg
( 0,112 ) x ( 0,83 ) x ( 250 ) x (30)
Ink =
( 55 ) x (10.950)

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 25


0,6972
Ink =
602250
Ink = 1,157 mg/kg x hari
E. Karakteristik Risiko
Tingkat risiko untuk efek karsinogenik dinyatakan dalam notasi
Excess Cancer Risk (ECR).
Rumus =
ECR = I x SF
Keterangan :
I = Intake yang telah dihitung dengan rumus
SF = Nilai referensi agen risiko dengan efek karsinogenik
Perhitungan Sampel
a. Diketahui :
I = 1,157 x 10-6
SF = 0,0004
b. Excess Cancer Risk
ECR = I x SF
ECR = (1,157 ) x (0,0004)
ECR = 4,628 x 10-4
F. Manajemen Risiko
1. Penentuan Batas Aman
Strategi manajemen risiko salah satunya adalah penentuan
batas aman. Batas aman disini adalah batas atau nilai terendah yang
menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman (tidak dapat
diterima). Oleh karenanya nilai yang aman adalah nilai di bawah batas
amannya sedangkan nilai yang sama dengan batas aman tersebut akan
menyebabkan tingkat risiko menjadi tidak aman.

a. Penentuan konsentrasi aman (C)


Dalam penentuan konsentrasi aman semua variabel dan nilai
yang digunakan sama dengan variabel dan nilai pada perhitungan
intake. Akan tetapi nilai intake yang digunakan adalah RfD atau RfC
agen risikonya.
Sedangkan konsentrasi aman pada intake karsinogenik,
perhitungan didasarkan pada nilai acceptable sebesar 10-4 dibagi nilai
SF-nya. Selain itu, variabel tavg disesuaikan dengan perhitungan
karsinogenik, yaitu (70 hari/tahun x 365 hari). Untuk menghitung
konsentrasi aman digunakan rumus sebagai berikut :

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 26


Konsentrasi aman karsinogenik (inhalasi) :
( 0,0001/SF ) × W b ×70 ×365
Ck (aman) =
R ×te X F e × Dt
Keterangan :
Notasi Arti Notasi
C(aman)(Concentration) Konsentrasi agen risiko pada udara
ambien atau pada air bersih/minum atau
pada makanan yang aman
RfC atau reference Nilai kuantitatif atau konsentrasi suatu
concentration agen risiko yang dijadikan referensi
untuk menilai yang aman bagi tubuh
Notasi Arti Notasi
RfD atau reference Nilai kuantitatif atau dosis suatu agen
dose risiko yang dijadikan referensi untuk
menilai yang aman bagi tubuh
SF atau slope factor Nilai kuantitatif suatu agen risiko
karsinogenik yang dijadikan referensi
untuk menilai yang aman bagi tubuh dari
efek karsinogenik
R (Rate) Laju asupan :
a. Volume udara yang masuk tubuh (m3)
setiap jamnya
b. Volume air minum yang masuk tubuh
(liter) setiap harinya
c. Volume makanan yang masuk tubuh
(gram) setiap hari

tE atau time of Lamanya atau jumlah jam terjadinya


exposure (Rumus 8) pajanan setiap harinya

fE (frecuency of Lamanya atau jumlah hari terjadinya


exposure) pajanan setiap tahunnya

Dt (duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 27


pajanan
Wb (weight of body) Berat badan manusia/populasi/kelompok
populasi

Diketahui :
SF = 0,0004
R = 0,83 m3/jam
FE = 250 hari/tahun
Dt = 30 tahun
Wb = 55 kg
( 0,0001/SF ) × W b ×70 ×365
Ck (aman) =
R ×te X F e × Dt

= ( 0,0001
0,0004 )
x 55 x 70 x 365

0,83 x 8 x 250 x 30
( 0,25 ) x 55 x 70 x 365
=
49.800
351.312,5
=
49.800
= 7,054 μg/m3
Interprestasi :
Kandungan konsentrasi Pb dalam darah pekerja yang aman
adalah sebesar 7,054 μg/m.
b. Penentuan Waktu Pajanan Aman (tE)
Waktu pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada
lingkungan kerja ataupun lingkungan kerja yang tidak permanen seperti

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 28


pada lingkungan tempat tinggal seperti pemukiman. Pengelolaan waktu
pajanan dilakukan dengan mengurangi jumah jam terpapar setiap
harinya,oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi npekerja
maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat).
Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi, sedangkan untuk
pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan
dengan pembatasan jumlah konsumsi saja.
Untuk menghitung waktu pajanan aman digunakan rumus sebagai
berikut:
- Waktu pajanan aman karsionogenik (inhalasi)

TEK(aman) =
( 0,0001
SF )
x Wb X 70 X 365

C X R X fE x Dt
Keterangan

Notasi Arti Notasi

t(aman) Lamanya atau jumlah jam terjadinya


pajanan setiap harinya aman

R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3)


setiap jamnya

- RfC atau reference - Nilai kuantitatif atau konsentrasi


Concentration suatu agen risiko yang dijadikan
referensi untuk nilai yang aman
bagi tubuh

- SF atau Slope factor - Nilai kuantitatif suatu agen risiko


karsinogenik yang dijadikan
referensi untuk nilai yang aman
bagi tubuh dari efek karsinogenik

C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan


atau air

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 29


FE ( Frecuency of Lamanya atau jumlah hari terjadinya
expusure) pajanan setiap tahunnya

Dt ( duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya


pajanan

Wb ( Weight of body) Berat badan manusia / populasi/


kelompok populasi

tavg ( time average) - Untuk agen risiko dengan efek non


karsinogenik: periode waktu rata-
rata untuk efek non karsinogenik

- Untuk agen risiko dengn efek


karsinogenik: Periode waktu rata-
rata untuk efek karsinogenik

Diketahui:
SF = 0,0004
Wb = 55 kg
C = 0,112 mg/l
R = 0,83 m3/jam
fE = 250 hari/tahun
Dt = 30 tahun

TEK(aman) = ( 0,0001
SF )
x Wb X 70 X 365

C X R X fE x Dt

= ( 0,0001
0,0004 )
x 55 X 70 X 365

(0,112) X 0,83 X 250 x 30

351312,5
=
697,2

= 503,9 jam/hari

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 30


Interprestasi :
Kandungan waktu pajanan aman karsinogenik udara pada pekerja
pengecatan mobil yang aman adalah sebesar 503,9 jam/hari

c. Penentuan frekuensi pajanan aman (fE)


Frekuensi pajanan aman dapat dikelola bila pemajanan terjadi pada
ligkungan kerja maupun lingkungan pendidikan yang tidak permanen
seperti pada lingkungan tempat tinggal (pemukiman). Pengeloaan
frekuensi pajanan dilakukan dengan mengurangi jumlah hari terpapar
dalam satu tahun, oleh karenanya hanya dapat dilakukan pada populasi
pekerja maupun siswa bukan pada populasi penduduk (masyarakat).
Penerapannya dilakukan untuk pemajanan inhalasi, sedangkan untuk
pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) cukup dilakukan
dengan pembatasan jumlah konsumsi saja. Untuk menghitung waktu
pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut:
- Waktu pajanan aman karsionogenik (inhalasi)

FEK (aman) =
( 0,0001
SF )
x Wb x 70 x 365

C X R X tE x Dt
Keterangan :
Notasi Arti Notasi
fE ( aman) (frecuensy of Lamanya atau jumlah hari terjadinya
exposure) pajanan setiap tahunnya yang aman
R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3)
setiap jamnya
- RfC atau reference - Nilai kuantitatif atau konsentrasi
Concentration suatu agen risiko yang dijadikan
referensi untuk nilai yang aman
bagi tubuh
- SF atau Slope - Nilai kuantitatif suatu agen risiko
factor karsinogenik yang dijadikan
referensi untuk nilai yang aman

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 31


bagi tubuh dari efek karsinogenik
C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan
atau air
fE ( Frecuency of Lamanya atau jumlah hari terjadinya
expusure) pajanan setiap tahunnya
Dt ( duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya
pajanan
Wb ( Weight of body) Berat badan manusia / populasi/
kelompok populasi
tavg ( time average) - Untuk agen risiko dengan efek non
karsinogenik: periode waktu rata-
rata untuk efek non karsinogenik
- Untuk agen risiko dengn efek
karsinogenik: Periode waktu rata-
rata untuk efek karsinogenik

Diketahui
SF = 0,0004
Wb = 55 kg
C = 0,112 mg/l
R = 0,83 m3/jam
tE = 8 jam/hari
Dt = 30 tahun

FEK (aman) = ( 0,0001


0,0004 )
x 55 x 70 x 365

(0,112) X 0,83 X 8 x 30
351312,5
= 22,31

= 15746,8 hari
= 43 tahun
Interprestasi :

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 32


Kandungan frekuensi pajanan aman karsinogenik udara pada pekerja
pengecatan mobil yang aman adalah sebesar 43 tahun
d. Penentuan durasi pajanan aman (Dt)
Durasi pajanan aman dikelola pada pemajanan inhalasi pada
lingkungan yang permanen seperti pada lingkungan tempat tinggal
(pemukiman). Pengelolaan durasi pajanan dapat diakukan dengan
membatasi lamanya tinggal (tahun) masyarakat pada suatu pemukiman
dengan cara meakukan “relokasi” pemukiman pada saat telah melewati
batas durasi amannya. Penerapannya strategi durasi pajanan aman untuk
pemajanan ingesti (melalui makanan atau air minum) kurang tepat
karena pada pemajanan ingesti managemen risiko cukup dilakukan
dengan pembatasan jumlah konsumsi saja. Untuk menghitung waktu
pajanan aman digunakan rumus sebagai berikut:
- Durasi pajanan aman Karsinogenik (inhalasi)

Dtk (aman) =
( 0,001
SF )
x Wb x 70 x 365

C x R x te x fe

Keterangan :
Notasi Arti Notasi
Dt (aman) (Duration time) Lamanya atau jumlah tahun terjadinya
pajanan yang aman
R (Rate) Volume udara yang masuk tubuh (m3)
setiap jamnya
- RfC atau reference - Nilai kuantitatif atau konsentrasi
Concentration suatu agen risiko yang dijadikan
referensi untuk nilai yang aman
bagi tubuh
- SF atau Slope - Nilai kuantitatif suatu agen risiko
factor karsinogenik yang dijadikan
referensi untuk nilai yang aman

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 33


bagi tubuh dari efek karsinogenik
C (Concentration) Konsentrasi agen risiko pada makanan
atau air
fE ( Frecuency of Lamanya atau jumlah hari terjadinya
expusure) pajanan setiap tahunnya
tE atau time of exposure Lamanya atau jumlah jam terjadinya
pajanan setiap harinya
Wb ( Weight of body) Berat badan manusia / populasi/
kelompok populasi
tavg ( time average) - Untuk agen risiko dengan efek non
karsinogenik: periode waktu rata-
rata untuk efek non karsinogenik
- Untuk agen risiko dengn efek
karsinogenik: Periode waktu rata-
rata untuk efek karsinogenik

Diketahui
SF = 0,0004
Wb = 55 kg
C = 0,112mg/l
R = 0,83 m3/jam
tE = 8 jam/hari
fE = 250 hari/tahun
0,001
Dtk (aman) = ( 0,0004 ) x 55 x 70 x 365
(0,112) x 0,83 x 8 x 250
351312,5
= 185,92

= 1889,6 hari
= 5,1 tahun
Interprestasi :

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 34


Kandungan durasi pajanan aman karsinogenik udara pada pekerja
pengecatan mobil yang aman adalah sebesar 5,1 tahun.

2. Penapisan Alternatif (pemilihan skenario) Manajemen Risiko


Tabel 3. 3 Penapisan Alternatif Manajemen Risiko
Penggunaan
Pada lingkungan Pada lingkungan
Alternatif
khusus permanen
Pengelolaan
(tempat kerja) ( pemukiman)
Risiko
Inhalasi Inhalasi
Air Makanan Udara Air Makanan Udara
Penurunan
konsentrasi
hingga ke batas
aman (konsentrasi
aman)
Pembatasan √
waktu pajanan
hingga batas
aman (waktu
pajanan aman)

Alternatif Penggunaan
Pengelolaan Pada lingkungan Pada lingkungan
Risiko khusus permanen
(tempat kerja) ( pemukiman)
Inhalasi Inhalasi
Air Makanan Udara Air Makanan Udara
Pembatasan √
frekuensi pajanan
hingga ke batas
aman (frekuensi
pajanan aman)
Pembatasan √
durasi pajanan
hingga ke batas
aman (durasi
pajanan aman)

a. Cara manajemen risiko

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 35


Manajemen risiko selain membutuhkan strategi yang tepat juga
harus dilakukan dengan cara atau metode yang tepat.Dalam aplikasinya
cara manajemen risiko dapat dilakukan melalui 3 pendekatan, yaitu:
1) Pendekatan teknologi
Manajemen risiko menggunakan teknologi yang tersedia,
meliputi penggunaan alat, bahan, dan metode serta teknik tertentu.
Contoh manajemen risiko dengan pendekatan teknologi antar
lain: untuk para pemilik pengecatan teralis agar dapat menyediakan
APD yang layak pakai untuk para pekerjanya agar risiko terjadinya
gangguan kesehatan dapat diminimalisasi
2) Pendekatan sosial-ekonomis
Manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial-ekonomis
meliputi pelibat-sertaan pihak lain, efisiensi proses, substitusi dan
penerapan sistem kompensasi.
Contoh manajemen risiko menggunakan pendekatan sosial-
ekonomis antara lain : Memberikan informasi/penyuluhan tentang
bahaya cemaran Pb terhadap kesehatan kepada para pekerja di
pengecatan mobil.
3) Pendekatan institusional
Manajemen risiko dengan menempuh jalur dan mekanisme
kelembagaan dengan cara melakukan kerjasama dengan pihak lain.
Contoh manajemen risiko dengan pendekatan institusional
antara lain : Melakukan pemantauan terhadap kadar Pb di udara
maupun dalam pengecatan mobil secara berkesinambungan, dengan
melibatkan instansi yang terkait dan suatu lembaga-lembaga
penelitian, mendukung pemerintah dalam pengawasan mengenai
batas pemakaian Timbal (Pb) dalam produk, menyampaikan laporan
kepada instansi yang berwenang.

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 36


BAB IV

REKOMENDASI DAN SARAN

1. Merekomendasikan kepada pengelola untuk memberi peraturan kepada


pekerja di bengkel pengecatan mobil untuk memakai APD (Alat
Pelingdung Diri) yang sesuai SNI dan memenuhi syarat.
2. Melakukan pemantauan kadar Pb dalam darah pada pekerja sebelum
bekerja dan setelah bekerja selama 3 bulan sekali, meliputi pemeriksaan
darah, dan hemoglobin.
3. Memberikan informasi dan penyuluhan kepada para pekerja tentang
bahaya Timbal (Pb) terhadap kesehatan.
4. Pemerintah segera membuat Perundang-undangan mengenai larangan
memakai Timbal (Pb) pada Industri dalam pembuatan produk.
5. Kepada produsen cat agar beralih ke bahan cat alternatif bebas timbal yang
lebih aman (substitusi) karena bahan pengganti telah tersedia di pasar
dalam harga yang terjangkau.

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 37


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Timbal (Pb) merupakan polutan yang bersifat prevalens dan
mempunyai dampak signifikan terhadap kesehatan. Timbal merupakan
racun berbahaya bagi anak-anak maupun orang dewasa yang dapat
menjadi pemicu penyakit kanker apabila Pb terakumulasi dalam tubuh
dengan konsentrasi yang tinggi dengan waktu paparan yang lama.
2. Kandungan konsentasi Pb dalam darah pekerja yang aman adalah
sebesar 7,054 μg/m.

3. Kandungan waktu pajanan aman karsinogenik udara pada pekerja


pengecatan mobil yang aman adalah sebesar 503,9 jam/hari
4. Kandungan frekuensi pajanan aman karsinogenik udara pada pekerja
pengecatan mobil yang aman adalah sebesar 43 tahun
5. Kandungan durasi pajanan aman karsinogenik udara pada pekerja
pengecatan mobil yang aman adalah sebesar 5,1 tahun.
B. Ucapan Terimakasih
Penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Allah SWT,. Atas
Rahmat dan Hidayahnya sehingga penulis diberi kesempatan untuk
melakukan penelitian ini, kepada Bapak Vincentius Supriyono, SKM,
M.Kes,. selaku Ketua Program Studi D III Kesehatan Lingkungan Kampus
Magetan, kepada Bapak Karno, SKM, M.Si,. selaku Pembimbing dan
Penanggung Jawab Mata Kuliah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(ARKL), kepada Bapak Sigit Gunawan, SKM,M.Kes,. selaku Dosen
Pembimbing I Mata Kuliah Analisis Risiko Kesehatan Lingkungan
(ARKL), kepada Ibu Frida Hendrarinata, SKM,. selaku Instruktur Praktek
Analisis Risio Kesehatan Lingkungan (ARKL), serta kepada Teman-teman
yang telah membantu menyelesaikan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat untuk kami, dan khususnya untuk para pembaca lainnya.

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 38


DAFTAR PUSTAKA

Anonim.2014. Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), Pengertian dan Jenis.


http://alamendah.org/2014/10/05/bahan-berbahaya-dan-beracun-b3-
pengertian-dan-jenis/ (diakses 29 Desember 2015)
Anonim.2014. Upaya Penurunan Tingkat Pencemaran Timbal (Pb) Di
Perkotaan Menuju Green City
https://kesehatanlingkungankesmas.wordpress.com/2014/12/28/upaya-
penurunan-tingkat-pencemaran-timbal-pb-di-perkotaan-menuju-green-
city/ (diakses pada tanggal 28 Desember 2015)
Darmono, 2001. Lingkungan Hiup dan Pencemaran. Universitas Indonesia
Press. Jakarta
Leadand compounds (inorganic) (CARN 7439-92-1)
http://www.epa.gov.iris/subst/0277.html (diakses pada tanggal 28
Desember 2015)
Mulyadi,dkk.2015.Paparan Timbal Udara Terhadap Timbal Darah,
Hemoglobin, Cystatin C Serum Pekerja Pengecatan Mobil
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kesmas (diakses pada tanggal
28 Desember 2015)
Palar H, 1994. Pencemaran da Toksikologi Logam Berat. Penerbit Rineka Cipta.
23-56
Purnama, Didi. 2012. Modul Bahan Ajar Pelatihan Analisis Risiko Kesehatan
Lingkungan. Jakarta : BBTKLP
PERMENAKERTRANS No PER.13-MEN-X-2011 Tentang Nilai Ambang Batas
Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja
http://www.darmawansaputra.com/2014/09/permenakertrans-no-
per13-men-x-2011.html (diakses pada tanggal 31 Desember 2015)

LAPORAN ANALISIS RISIKO KESEHATAN LINGKUNGAN 39

Anda mungkin juga menyukai