Anda di halaman 1dari 27

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting.
Kualitas pelayanan dalam rumah sakit dapat ditingkatkan apabila didukung
oleh peningkatan kualitas fisik. Ruang rawat inap merupakan salah satu
wujud dari fasilitas fisik yang penting keberadaannya bagi pelayanan untuk
pasien. (Amelia, 2004)
Tata pencahayaan, suhu, kelembaban, kebisingan dalam ruangan
rawat inap atau ruang kerja dapat mempengaruhi kenyamanan pasien
selama menjalani rawat inap. Disamping itu, juga berpengaruh bagi
kelancaran bagi tim paramedis dalam menjalankan aktifitasnya untuk
melayani pasien.
Sistem tata udara dalam suatu ruangan atau bangunan merupakan
salah satu faktor penting dalam upaya atau tindakan penyehatan ruang
bangunan di dalam lingkungan rumah sakit. Selain faktor kenyamanan dan
faktor kelembaban yang sangat penting adalah faktor kebersihan udara
karena faktor ini merupakan salah satu sumber terjadinya infeksi silang atau
nosokomial yang ditularkan melalui udara. Apabila udara dalam ruangan di
lingkungan ruangan rumah sakit system tata udaranya kurang/tidak
memenuhi persyaratan bisa mengakibatkan/ mengandung bakteri- bakteri
yang sangat membahayakan / pembawa bibit penyakit. (Siregar, 2004)
Sistem tata udara di rumah sakit merupakan suatu sistem yang
memperhitungkan faktor-faktor khususnya di area/ruang penting seperti
instalasi nutrisi, ruang perawatan, ICU, ruang pemandian jenazah dll.Untuk
menjaga sistem tata udara rumah sakit dalam kondisi operasional yang
maksimal diperlukan suatu sistem pemeliharaan yang teratur terhadap
peralatan dan penggantian-penggantian filter secara teratur. (Siregar, 2004)
2

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui penyehatan ruang bangunan dan halaman di RSUD
dr.Sayidiman Magetan
2. Tujuan Khusus
a. Menilai suhu dan kelembaban di beberapa ruang di RSUD
dr.Sayidiman Magetan
b. Menilai pencahayaan di beberapa ruang di RSUD dr.Sayidiman
Magetan
c. Menilai pertukaran udara di beberapa ruang di RSUD dr.Sayidiman
Magetan
d. Menilai kebisingan di beberapa ruang di RSUD dr.Sayidiman
Magetan
e. Menilai bangunan dan halaman di RSUD dr.Sayidiman Magetan
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit
a. Menurut WHO ( World Health Organization )
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan
penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik.
b. Menurut Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
c. Keputusan Menteri Republik Indonesia nomor 983.MENKES/SK/1992
Tentang Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan pendidikan tenaga
kesehatan dan pelatihan.
2. Tujuan Rumah Sakit
Berdasrkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan perorangan adalah
setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit, dan memulihkan kesehatan. Pelayanan
kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
4

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


983/Menkes/SK/XI/1992, tugas rumah sakit umum adalah guna dengan
mengutamakan upaya penyembuhan dan pemeliharaan yang
dilaksanakan secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan dan
pencegahan serta melaksanakan rujukan.
3. Fungsi Rumah Sakit
Rumah sakit mempunyai beberapa fungsi, diantaranya :
a. Melaksanakan pelayanan medis, pelayanan penunjang medis
b. Melaksanakan pelayanan medis tambahan, pelayanan penunjang
medis tambahan
c. Melaksanakan pelayanan kedokteran kehakiman
d. Melaksanakan pelayanan medis khusus
e. Melaksanakan pelayanan rujukan kesehatan
f. Melaksanakan pelayanan kedokteran gigi
g. Melaksanakan pelayanan kedokteran sosial
h. Melaksanakan pelayanan penyuluhan kesehatan
i. Melaksanakan pelayanan rawat jalan atau rawat darurat dan rawat
tinggal (observasi)
j. Melaksanakan pelayanan rawat inap
k. Melaksanakan pelayanan administratif
l. Melaksanakan pelayanan pendidikan para medis
m. Membantu pendidikan tenaga medis umum
n. Membantu pendidikan tenaga medis spesialis
o. Membantu penelitian dan pengembangan kesehatan
p. Membantu kegiatan penyelidikan epidemiologi
4. Klasifikasi Rumah Sakit
Rumah sakit dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria sebagai
berikut:
a. Berdasarkan Kepemilikan
Klasifikasi berdasarkan kepemilikan terdiri atas Rumah Sakit
Pemerintah, terdiri dari: Rumah Sakit yang dikelola oleh
Departemen Kesehatan, Rumah Sakit Pemerintah Daerah, Rumah
5

Sakit Militer, Rumah Sakit BUMN, dan Rumah Sakit Swasta yang
dikelola oleh masyarakat.
b. Berdasarkan Jenis Pelayanan
Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas:
Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kepada pasien dengan
beragam jenis penyakit dan Rumah Sakit Khusus, memberi
pelayanan pengobatan khusus untuk pasien dengan kondisi medik
tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit
kanker, rumah sakit bersalin.
c. Berdasarkan Lama Tinggal
Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit
perawatan jangka pendek yang merawat penderita kurang dari 30
hari dan rumah sakit perawatan jangka panjang yang merawat
penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.
d. Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur
Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas
tempat tidurnya sesuai pola berikut: di bawah 50 tempat tidur, 50-
99 tempat tidur, 100-199 tempat tidur, 200-299 tempat tidur, 300-
399 tempat tidur, 400-499 tempat tidur, 500 tempat tidur atau
lebih.
e. Berdasarkan Afilasi Pendidikan
Berdasarkan afilasi pendidikan, rumah sakit terdiri atas rumah sakit
pendidikan dan rumah sakit non pendidikan. Rumah sakit
pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan program
pelatihan residensi dalam medik, bedah, pediatrik, dan bidang
spesialis lain di bawah pengawasan staf medik rumah sakit. Rumah
sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan tidak ada
afiliasi rumah sakit dengan universitas disebut rumah sakit non
pendidikan.
f. Berdasarkan Status Akreditasi
Berdasarkan status akreditasi, terdiri atas rumah sakit yang telah
diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit
6

yang telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara
formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan
bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk
melakukan kegiatan tertentu (Siregar, 2004:14).
Dalam Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
dalam rangka penyelenggaraaan pelayanan kesehatan secara
berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan rumah sakit.
1) Klasifikasi rumah sakit umum terdiri atas:
a) Rumah Sakit Umum Kelas A
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis
dasar, lima spesialis penunjang medik, 12 spesialis lain dan
13 subspesialis.
b) Rumah Sakit Umum Kelas B
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis
dasar, empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis
lain dan dua subspesialis.
c) Rumah Sakit Umum Kelas C
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesiali
dasar dan empat spesialis penunjang medik.
d) Rumah Sakit Umum Kelas D
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit dua spesialis
dasar.
2) Klasifikasi rumah sakit Khusus terdiri atas:
a) Rumah Sakit Khusus Kelas A
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
7

pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang


lengkap.
b) Rumah Sakit Khusus Kelas B
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang
terbatas.
c) Rumah Sakit Khusus C
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
pelayanan medik subspesialis sesuai kekhususan yang
minimal.

B. Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah Sakit


1. Pengertian
Sanitasi ruang bangun adalah Ruang bangunan dan halaman rumah
sakit adalah semua ruang atau unit dan halaman yang ada di dalam
batas pagar rumah sakit (bangunan fisik dan kelengkapannya) yang
dipergunakan untuk berbagai keperluan dan kegiatan rumah sakit.
Pencahayaan di dalam ruang bangunan rumah sakit adalah intensitas
penyinaran pada suatu bidang kerja yang ada di dalam ruang bangunan
rumah sakit yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif
Pengawasan ruang bangunan adalah aliran udara di dalam ruang
bangunan yang memadai untuk menjamin kesehatan penghuni ruangan.
Kebisingan adalah terjadinya bunyi yang tidak dikehendaki sehingga
mengganggu dan atau membahayakan kesehatan.
Kebersihan ruang bangunan dan halaman adalah suatu keadaan atau
kondisi ruang bangunan dan halaman bebas dari bahaya dan risiko
minimal untuk terjadinya infeksi silang, dan masalah kesehatan dan
keselamatan.
8

2. Persyaratan Penyehatan Ruang Bangunan dan Halaman Rumah


Sakit
a. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
1) Lingkungan bangunan rumah sakit harus mempunyai batas yang
kelas, dilengkapi dengan agar yang kuat dan tidak
memungkinkan orang atau binatang peliharaan keluar masuk
dengan bebas.
2) Luas lahan bangunan dan halaman harus disesuaikan dengan
luas lahan keseluruhan sehingga tersedia tempat parkir yang
memadai dan dilengkapi dengan rambu parkir.
3) Lingkungan bangunan rumah sakit harus bebas dari banjir. Jika
berlokasi di daerah banjir harus menyediakan fasilitas atau
teknologi untuk mengatasinya.
4) Lingkungan rumah sakit harus merupakan kawasan bebas rokok.
5) Lingkungan bangunan rumah sakit harus dilengkapi penerangan
dengan intensitas cahaya yang cukup.
6) Lingkungan rumah sakit harus tidak berdebu, tidak becek, atau
tidak terdapat genangan air dan dibuat landai menuju ke saluran
terbuka atau tertutup, tersedia lubang penerima air masuk dan
disesuaikan dengan luas halaman.
7) Saluran air limbah domestik dan limbah medis harus tertutup dan
terpisah, masing-masing dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan limbah.
8) Di tempat parkir, halaman, ruang tunggu, dan tempat-tempat
tertentu yang menghasilkan sampah harus disediakan tempat
sampah.
9) Lingkungan, ruang, dan bangunan rumah sakit harus selalu
dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara
kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan,
sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan
berkembang biaknya serangga, binatang pengerat, dan binatang
pengganggu lainnya.
9

b. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit


1) Lantai
a) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, kedap air,
permukaan rata, tidak licin, warna terang, dan mudah
dibersihkan.
b) Lantai yang selalu kontak dengan air harus mempunyai
kemiringan yang cukup ke arah saluran pembuangan air
limbah
c) Pertemuan lantai dengan dinding harus berbentuk konus atau
lengkung agar mudah dibersihkan
2) Dinding
Permukaan dinding harus kuat, rata, berwarna terang dan
menggunakan cat yang tidak luntur serta tidak menggunakan cat
yang mengandung logam berat.
3) Ventilasi
a) Ventilasi alamiah harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar atau ruang dengan baik.
b) Luas ventilasi alamiah minimum 15 % dari luas lantai
c) Bila ventilasi alamiah tidak dapat menjamin adanya pergantian
udara dengan baik, kamar atau ruang harus dilengkapi
dengan penghawaan buatan atau mekanis.
d) Penggunaan ventilasi buatan atau mekanis harus disesuaikan
dengan peruntukkan ruangan.
4) Atap
a) Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat
perindukan serangga, tikus, dan binatang pengganggu
lainnya.
b) Atap yang lebih tinggi dari 10 meter harus dilengkapi
penangkal petir.
5) Langit-langit
a) Langit-langit harus kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan.
10

b) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.


c) Kerangka langit-langit harus kuat dan bila terbuat dari kayu
harus anti rayap.
6) Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang harus sedemikian sehingga tidak
terjadi genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan
nyamuk Aedes.
7) Pintu
Pintu harus kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah
masuknya serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
8) Jaringan Instalasi
a) Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air
limbah, gas, listrik, sistem pengawasan, sarana
telekomunikasi, dan lain-lain harus memenuhi persyaratan
teknis kesehatan agar aman digunakan untuk tujuan
pelayanan kesehatan.
b) Pemasangan pipa air minum tidak boleh bersilangan dengan
pipa air limbah dan tidak boleh bertekanan negatif untuk
menghindari pencemaran air minum.
9) Lalu Lintas Antar Ruangan
a) Pembagian ruangan dan lalu lintas antar ruangan harus
didisain sedemikian rupa dan dilengkapi dengan petunjuk
letak ruangan, sehingga memudahkan hubungan dan
komunikasi antar ruangan serta menghindari risiko terjadinya
kecelakaan dan kontaminasi
b) Penggunaan tangga atau elevator dan lift harus dilengkapi
dengan sarana pencegahan kecelakaan seperti alarm suara
dan petunjuk penggunaan yang mudah dipahami oleh
pemakainya atau untuk lift 4 (empat) lantai harus dilengkapi
ARD (Automatic Rexserve Divide) yaitu alat yang dapat
mencari lantai terdekat bila listrik mati.
11

c) Dilengkapi dengan pintu darurat yang dapat dijangkau dengan


mudah bila terjadi kebakaran atau kejadian darurat lainnya
dan dilengkapi ram untuk brankar.
10) Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit dilengkapi dengan fasilitas pemadam
kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
c. Ruang Bangunan
Penataan ruang bangunan dan penggunaannya harus sesuai dengan
fungsi serta memenuhi persyaratan kesehatan yaitu dengan
mengelompokkan ruangan berdasarkan tingkat risiko terjadinya
penularan penyakit sebagai berikut :
1) Zona dengan Risiko Rendah
Zona risiko rendah meliputi : ruang administrasi, ruang komputer,
ruang pertemuan, ruang perpustakaan, ruang resepsionis, dan
ruang pendidikan atau pelatihan.
a) Permukaan dinding harus rata dan berawarna terang
b) Lantai harus terbuat dari bahan yang kuat, mudah
dibersihkan, kedap air, berwarna terang, dan pertemuan
antara lantai dengan dinding harus berbentuk konus.
c) Langit-langit harus terbuat dari bahan multipleks atau
bahan yang kuat, warna terang, mudah dibersihkan,
kerangka harus kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter
dari lantai.
d) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10
meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari
lantai.
e) Ventilasi harus dapat menjamin aliran udara di dalam
kamar atau ruang dengan baik, bila ventilasi alamiah
tidak menjamin adanya pergantian udara dengan baik,
harus dilengkapi dengan penghawaan mekanis
(exhauster).
f) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
12

minimal 1,40 meter dari lantai.


2) Zona dengan Risiko Sedang
Zona risiko sedang meliputi : ruang rawat inap bukan penyakit
menular, rawat jalan, ruang ganti pakaian, dan ruang tunggu
pasien. Persyaratan bangunan pada zona dengan risiko
sedang sama dengan persyaratan pada zona risiko rendah.
3) Zona dengan Risiko Tinggi
Zona risiko tinggi meliputi : ruang isolasi, ruang perawatan
intensif, laboratorium, ruang penginderaan medis (medical
imaging), ruang bedah mayat (autopsy), dan ruang
jenazah dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Dinding permukaan harus rata dan berwarna terang.
(1) Dinding ruang laboratorium dibuat dari porselin atau
keramik setinggi 1,50 meter dari lantai dan sisanya dicat
warna terang.
(2) Dinding ruang penginderaan medis harus berwarna
gelap, dengan ketentuan dinding disesuaikan dengan
pancaran sinar yang dihasilkan dari peralatan yang
dipasang di ruangan tersebut, tembok pembatas antara
ruang Sinar X dengan kamar gelap dilengkapi dengan
transfer cassette.
b) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, mudah dibersihkan,
kedap air, berwarna terang, dan pertemuan antara lantai
dengan dinding harus berbentuk konus
c) Langit-langit terbuat dari bahan mutipleks atu bahan yang
kuat, warna terang, mudah dibersihkan, kerangka harus
kuat, dan tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
d) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10
meter, dan ambang bawah jendela minimal 1,00 meter dari
lantai.
e) Semua stop kontak dan saklar dipasang pada ketinggian
minimal 1,40 meter dari lantai.
13

4) Zona dengan Risiko Sangat Tinggi


Zona risiko tinggi meliputi : ruang operasi, ruang bedah mulut,
ruang perawatan gigi, ruang gawat darurat, ruang bersalin,
dan ruang patologi dengan ketentuan sebagai berikut :
a) Dinding terbuat dari bahan porslin atau vinyl setinggi langit-
langit, atau dicat dengan cat tembok yang tidak luntur dan
aman, berwarna terang.
b) Langit-langit terbuat dari bahan yang kuat dan aman, dan
tinggi minimal 2,70 meter dari lantai.
c) Lebar pintu minimal 1,20 meter dan tinggi minimal 2,10 m,
dan semua pintu kamar harus selalu dalam keadaan tertutup.
d) Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, mudah
dibersihkan dan berwarna terang.
e) Khusus ruang operasi, harus disediakan gelagar (gantungan)
lampu bedah dengan profil baja double INP 20 yang dipasang
sebelum pemasangan langit-langit
f) Tersedia rak dan lemari untuk menyimpan reagensia siap pakai
g) Ventilasi atau pengawasan sebaiknya digunakan AC tersendiri
yang dilengkapi filter bakteri, untuk setiap ruang operasi yang
terpisah dengan ruang lainnya. Pemasangan AC minimal 2
meter dari lantai dan aliran udara bersih yang masuk ke
dalam kamar operasi berasal dari atas ke bawah. Khusus untuk
ruang bedah ortopedi atau transplantasi organ harus
menggunakan pengaturan udara UCA (Ultra Clean Air) System
h) Tidak dibaenarkan terdapat hubungan langsung dengan udara
luar, untuk itu harus dibuat ruang antara.
i) Hubungan dengan ruang scrub–up untuk melihat ke dalam
ruang operasi perlu dipasang jendela kaca mati, hubungan ke
ruang steril dari bagian cleaning cukup dengan sebuah loket
yang dapat diuka dan ditutup.
j) Pemasangan gas media secara sentral diusahakan melalui
bawah lantai atau di atas langit-langit.
14

k) Dilengkapi dengan sarana pengumpulan limbah medis.


d. Pencahayaan
Pencahayaan, penerangan, dan intensitasnya di ruang umum dan
khusus harus sesuai dengan peruntukkannya seperti dalam tabel
berikut:
Tabel II.1 Persyaratan Pencahayaan
Intensitas Cahaya
No Ruangan atau Unit Keterangan
(Lux)
1. Ruang pasien: 100-200 Warna cahaya
 Saat tidak tidur Maksimal 50 sedang
 Saat tidur
2. Ruang operasi umum 300-500
3. Meja operasi 10.000-20.000 Warna cahaya
sejuk atau sedang
tanpa bayangan
4. Anestesi, pemulihan 300-500
5. Endoscopy, lab 75-100
6. Sinar x Minimal 60
7. Koridor Minimal 100
8. Tangga Minimal 100 Malam hari
9. Administrasi/kantor Minimal 100
10. Ruang alat/gudang Minimal 200
11. Farmasi Minimal 200
12. Dapur Minimal 200
13. Ruang cuci Minimal 100
14. Toilet Minimal 100
15. Ruang isolasi khusus penyakit 0,1-0,5 Warna cahaya biru
tetanus
16. Ruang luka bakar 100-200

e. Penghawaan
1) Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena
sifat pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
2) Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif
sedikit (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di
15

rumah sakit.
3) Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian
rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban
seperti dalam tabel berikut :
Tabel II. 2 Persyaratan Penghawaan

No Ruang atau unit Suhu (0C) Kelembaban (%) Tekanan


1. Operasi 19-24 45-60 Positif

2. Bersalin 24-26 45-60 Positif

3. Pemulihan/perawatan 22-24 45-60 Seimbang

4. Observasi bayi 21-24 45-60 Seimbang

5. Perawatan bayi 22-26 35-60 Seimbang

6. Perawatan prematur 24-26 35-60 Positif

7. ICU 22-23 35-60 Positif

8. Jenasah/autopsi 21-24 -- Negatif

9. Penginderaan media 19-24 45-60 Seimbang

10. Laboratorium 22-26 35-60 Negatif

11. Radiologi 22-26 45-60 Seimbang

12. Sterilisasi 22-30 35-60 Negatif

13. Dapur 22-30 35-60 Seimbang

14. Gawat darurat 19-24 45-60 Positif

15. Administrasi,pertemuan 21-26 -- Seimbang

16. Ruang luka bakar 21-26 35-60 positif

4) Ruangan yang tidak menggunakan AC, sistem sirkulasi udara


segar dalam ruangan harus cukup (mengikuti pedoman teknis
yang berlaku).
16

f. Kebisingan
Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit
seperti tabel berikut :
Tabel II. 3 Persyaratan Kebisingan
No Ruang atau Unit Kebisingan max (waktu pemaparan 8
jam dalam satuan dBA)
1. Ruang Pasien:
- Saat tidak tidur 45
- Saat tidur 40
2. Ruang operasi, umum 45

3. Anestesi, pemulihan 45

4. Endoscopy, laboratorium 65

5. Sinar x 40

6. Koridor 40

7. Tangga 45

8. Kantor/lobby 45

9. Ruang alat/gudang 45

10. Farmasi 45

11. Dapur 78

12. Ruang cuci 78

13. Ruang isolasi 40

14. Ruang poli gigi 80

g. Fasilitas Sanitasi Rumah Sakit


Perbandingan jumlah tempat tidur pasien dengan jumlah toilet dan
jumlah kamar mandi seperti pada tabel berikut :
17

Tabel II. 4 Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah
Kamar Mandi
No Jumlah tempat tidur Jumlah toilet Jumlah Kamar mandi
1. s/d 10 1 1
2. s/d 20 2 2
3. s/d 30 3 3
4. s/d 40 4 4
Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi

No Jumlah tempat tidur Jumlah toilet Jumlah Kamar mandi


1. s/d 20 1 1
2. s/d 40 2 2
3. s/d 60 3 3
4. s/d 80 4 4
5. s/d 100 5 5
Setiap penambahan 20 karyawan harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi

h. Jumlah Tempat Tidur


Perbandingan jumlah tempat tidur dengan luas lantai untuk kamar
perawatan dan kamar isolasi sebagai berikut :
1) Ruang bayi :

a) Ruang perawatan minimal 2 m2/tempat tidur

b) Ruang isolasi minimal 3,5 m2/tempat tidur


2) Ruang dewasa :

a) Ruang perawatan minimal 4,5 m2/tempat tidur

b) Ruang isolasi minimal 6 m2/tempat tidur


i. Lantai dan dan Dinding
Lantai dan dinding harus bersih, dengan tingkat kebersihan sebagai
berikut :

1) Ruang Operasi : 0 - 5 CFU/cm2 dan bebas patogen dan


gas gangren

2) Ruang perawatan : 5 – 10 CFU/cm2

3) Ruang isolasi : 0 – 5 CFU/cm2

4) Ruang UGD : 5 – 10 CFU/cm2


18

BAB III
METODE PRAKTIK
A. Pengukuran Pencahayaan
1. Alat dan Bahan
a. Luxmeter
b. Stopwatch atau Hp
c. Alat tulis
2. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menentukan lokasi serta titik yang akan diukur tingkat pencahayaan.
c. Menggambarkan denah lokasi dan titik yang sudah ditentukan.
d. Melakukan pengukuran sesuai dengan titik yang sudah ditentukan.
e. Mencatat hasil pengukuran dengan akurat.
3. Pengoperasian Alat
a. Secara General
1) Setting Light SURCE untuk L (tunsen atau daylight) jika sumber
cahaya alami dan S (sodium) atau C (merkuri) untuk sumber
cahaya buatan.
2) Setting Range atau jenis cahaya.
3) Tekan tombol power luxmeter sampai menunjukkan nol jika belum
nol tekan zero.
4) Buka fotosel dan letakkan sejajar dengan mata.
5) Tekan record kemudian hitung 10 detik, setelah itu tekan recall,
secara otomatis menunjukkan angka max, min dan average
tingkat pencahayaan ruangan tersebut.
6) Catat dan tulis hasil pengukuran.
7) Matikan luxmeter dangan menekan power.
b. Secara Local
1) Setting Light Surce dan range.
2) Tekan tombol power luxmeter sampai menunjukkan nol jika belum
nol tekan zero.
3) Hadapkan alat pada titik yang dituju.
19

4) Buka fotosel dan hitung 10 detik serta tekan hold.


5) Catat dan tulis hasil pengukuran.
6) Matikan luxmeter dengan menekan power.
Keterangan Tombol
1) Fotosel : untuk menangkaptingkat pencahayaan pada suatu
daerah kerja atau suatu ruangan.
2) Light surce : untuk mengubah bentuk tingkat cahaya.
a) L (Tungsen atau Daylight) : jika sumber cahaya alam (cahaya
matahari)
b) S (Sodium) : jika sumber cahaya buatan (Dop
Neon)
c) C (Merkuri) : jika sumber cahaya buatan.
3) Range :jenis cahaya, dimana range harus ditentukan
sebelum pengukuran.
a) 2.000 lux : cahaya dalam ruangan (matahari tidak langsung
masuk ke ruangan).
b) 20.000 lux : di luar ruangan (tidak langsung menerima sinar
matahari).
c) 50.000 lux : cahaya langsung dari matahari atau merkuri.

B. Pengukuran Kebisingan
1. Prosedur Kerja
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Tentukan sumber bahan.
c. Tentukan batas wilayah kerja.
d. Menggambarkan denah tempat yang akan diukur.
e. Tentukan titik-titik dimana kita akan mengukur kebisingan (4 tititk).
f. Pasang alat penangkap suara ke Sound Level Meter.
g. Kita menuju ke titik.
2. Pengoperasian Alat (Sound Level Meter)
a. Tekan power untuk menghidupkan alat.
20

b. Tentukan Weighting yaitu untuk daerah pemukiman gunakan


weighting A sedangkan daerah industri gunakan Weighting C.
c. Tentukan Hold yaitu geser tombol slow pada reseptor bila ingin
mengukur metode 100 kali, fast jika sumber suara stabil atau max
hold untuk sumber suara yang terputus-putus.
d. Pasang alat penangkap suara.
e. Geser range 30-80 dB untuk suara rendah.
Geser range 50-100 dB untuk suara stabil.
Geser range 80-130 dB untuk suara tinggi.
f. Tekanatau geser power DC bila menggunakan sumber daya baterai
atau AC bila menggunakan listrik.

C. Pengukuran Kecepatan Angin


1. Cara Mengoperasikan Alat (Anemometer)
a. Siapkan alat
b. Lihat arah angin berhembus hingga dapat di tangkap alat
penangkap signal
c. Tekan tombol “On” tunggu hingga menunjukkantandadayabaterai
d. Angkatsejajarkepaladanberlawanandenganarahangin
e. Tekan tombol “Start”
f. Tunggu selama kurang lebih 5 menit
g. Setelah selesai tekan tombol “Stop”
h. Lihat hasilnya dengan menekan tombol “Max”, “Min” dan “Hold”
i. Catat hasilnya.

D. Pengukuran Suhu dan Kelembaban


Cara Mengoperasikan Alat (Hygrometer), yaitu :
1. Hygrometer diletakkan ditempat yang akan diukur kelembaban dan
suhunya.
2. Ditunggu selama 5 menit dan baca skalanya.
21

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pencahayaan
Hasil Intensitas
No Ruang Keterangan
Pengukuran Cahaya (Lux)
1. ICU 98 300 – 500 -
2. Observasi Bayi 150 100-200 -
Minimal 50
3. Pemandian 180 Minimal 100 -
Jenazah
4. Instalasi Nutrisi 250 Minimal 200 -

Pembahasan :
Pencahayaan di ruang ICCU masih belum memenuhi syarat karena masih
terlalu redup. Sedangkan di ruangan Observasi Bayi, Pemandian Jenazah
dan Instalasi Nutrisi sudah memenuhi syarat.

B. Kebisingan

No Ruang Pengukuran (dB) Baku Mutu


1. ICU 71,39 -
2. Observasi Bayi 76,40 -
3. Pemandian Jenazah 75,10 -
4. Instalasi Nutrisi 76,97 78

Pembahasan :
Kebisingan di ruang ICU, ruang jenazah, ruang observasi bayi, dan ruang
nutrisi sudah memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.

C. Suhu dan Kelembaban ( Penghawaan )


Suhu Kelembaban Baku Mutu
No Ruang
(°C) (% RH) Suhu Kelembaban
1. ICU 23 59 22-23 35-60
2. Observasi Bayi 28 61 21-24 45-60
3. Pemandian 30 59 - -
Jenazah
4. Instalasi Nutrisi 30 60 22-30 35-60
22

Pembahasan :
Suhu dan kelembaban di ruang observasi bayi belum memenuhi syarat
kesehatan lingkungan rumah sakit.

D. Kecepatan Angin
Pengukuran
No Ruang
Max Min Average Suhu
1. ICU 0,24 0,00 0,03 24,2
2. Observasi Bayi 0,23 0,00 0,02 24,1
3. Pemandian 3,00 0,0 0,1 25
Jenazah
4. Instalasi Nutrisi 0,8 0,6 0,0 24,5

E. Halaman dan Ruang Bangun


1. Lingkungan Bangunan Rumah Sakit
a. Tersedia tempat parkir yang memadai dan dilengkapi dengan rambu
parkir.
b. Lingkungan rumah sakit tidak berdebu, tidak becek, atau tidak
terdapat genangan air dan pada saluran terbuka dan tertutup dibuat
landai.
c. Sudah ada saluran air limbah domestik dan limbah medis, masing -
masing dari saluran tersebut dihubungkan langsung dengan instalasi
pengolahan limbah.
d. Telah tersedia tempat sampah di tempat parkir, halaman, ruang
tunggu, dan tempat- tempat tertentu lainnya.
e. Lingkungan rumah sakit, ruang – ruang dan bangunan rumah sakit
sudah cukup bersih dan nyaman.
2. Konstruksi Bangunan Rumah Sakit
a. Lantai
Lantai terbuat dari bahan yang kuat, kedap air, permukaan tidak licin
dan rata,warna terang dan mudah dibersihkan.
b. Dinding
Permukaan dinding rata, kuat, berwarna terang serta menggunakan
cat tembok yang tidak luntur
23

c. Ventilasi
1) Luas ventilasi alamiah minimum > 15 % dari luas lantai
2) Untuk ruang-ruang tertentu dilengkapi dengan penghawaan
buatan atau mekanis.
3) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis sudah sesuai dengan
peruntukkan ruangan.
d. Atap
1) Atap sudah cukup kuat dan tidak bocor
2) Atap sudah aman dan tidak berprioritas menimbulkan bahaya
e. Langit-langit
1) Langit-langit sudah cukup kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan.
2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Kerangka langit-langit sudah cukup kuat
f. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang sudah ada dan memenuhi persyaratan
g. Pintu
Pintu kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
h. Jaringan Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas,
listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain
sudah memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan aman digunakan
untuk tujuan pelayanan kesehatan.
f. Lalu Lintas Antar Ruangan
1) Pembagian ruangan dan lalu lintas sudah dilengkapi dengan
petunjuk letak ruangan
2) Sudah terdapat jalur evakuasi
g. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit sudah dilengkapi dengan fasilitas pemadam
kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
24

F. Hasil Penilaian Penyehatan Ruang dan Bangun


RUANG BANGUNAN
II (Jumlah Bobot 10)
1. Ruang perawatan 2 a. rasio luas lantai dengan 15 28
tempat tidur
- dewasa : 4,5 m2 / tt
- anak bayi : 2 m2 /tt
b. rasio tempat tidur dengan 15 26
kamar mandi 1-10tt/km
mandi dan toilet
c. angka kuman maksimal 200- 15 30
500 CFU/m3 udara
d. bebas serangga /tikus 10 14
e. kadar debu maksimal 10 -
150µg/m3 udara
f. Tidak berbau (terutama H2S 10 20
dan /atau NH3
g. Pencahayaan 100-200 lux 5 6
h. Suhu 22 0C -24 0C (dengan 10 20
AC), apabila menggunakan
AC central cooling towernya
tidak menjadi perindukan
bakteri ligionella atau suhu
kamar (tanpa AC)
i. Kelembaban 45%-60% 5 10
(dengan AC) kelembaban
udara ambien (tanpa AC)
j. Kebisingan <45 dBA 5 10
2. Lingkungan RS 1 a. Kawasan bebas rokok 30 30
b. Penerangan dengan 20 18
intensitas cukup
c. Saluran air limbah tertutup 25 25
d. Saluran drainase aliran deras 25 20
3. Ruang operasi 2 a. Bebas kuman patogen 15 28
b. Angka kuman 10 CFU/m3 15 30
c. Dinding terbuat dari 10 20
porselin/vinyl
d. Pintu harus dalam keadaan 10 20
tertutup
e. Langit langit tidak bercelah 10 20
f. Ventilasi dengan AC tersendiri 10 18
dilengkapi filter bakteri
g. Suhu 19-25 0C 10 18
h. Kelembaban 45%-60% 5 10
i. Pencahayaan ruang 300 lux- 5 8
500 lux
25

j. Pencahayaan meja operasi 5 10


10.000 -20.000 lux
k. Tinggi langit langit 2,7 – 3,3 5 10
m dari lantai
4. Ruang Laboratorium 1 a. Dinding terbuat dari porselin 30
atau keramik setinggi 1,5 m
dari lantai
b. Lantai dan meja kerja tahan 30
terhadap bahan kimia dan
getaran
c. Dilengkapi dengan dapur, 20
kamar mandi, dan toilet
d. Tinggi langit-langit 2,7- 3,3 m 10
dari lantai
e. Kebisingan <65 dBA 10
5. Ruang Sterilisasi 1,5 a. Pintu masuk terpisah dari 50 52,5
pintu keluar
b. Tersedia ruangan khusus 30 40,5
c. Dinding terbuat dari porselyn 20 30
atau keramik setinggi 1,5m
dari lantai
6. Ruang Radiologi 0,5 a. Dinding dan daun pintu 30
dilapisi timah hitam
b. Kaca jendela menggunakan 30
kaca hitam timah
c. Tinggi langit-langit 2,7- 3,3 m 20
dari lantai
d. Hubungan dengan ruang 20
gelap harus dengan loket
7. Ruang Pendingin 1 a. Suhu -100 - 50 C 50
b. Bebas tikus dan kecoa 40
c. Dilengkapi rak untuk 10
menyimpan makanan dengan
tinggi 20-25 cm dari lantai
8. Ruang Mayat 1 a. Dinding dilapisi porselin atau 25 25
keramik
b. Terletak dekat dengan bagian 20 10
patologi atau laboratorium
c. Jauh dari poliklinik dan ruang 20 20
pemeriksaan
d. Mudah dicapai dari ruang 10 7
perawatan, UGD, dan ruang
operasi
e. Dilengkapin dengan saluran 10 10
pembuangan air limbah
f. Dilengkapi dengan ruang 10 10
ganti pakaian petugas dan
26

toilet
g. Dilengkapi dengan 5 5
perlengkapan dan bahan
pemilisan jenazah termasuk
meja memandikan mayat
9. Toilet Dan Kamar 1 a. Rasio toilet atau kamar mandi 30 30
Mandi dengan tempat tidur 1:10
b. Toilet tersedia pada setiap 20 20
unit atau ruang khusus untuk
unit rawat inap dan karyawan
harus tersedia kamar mandi
c. Letak tidak berhubungan 20 20
langsung dengan dapur,
kamar operasi dan ruang
khusus lainnya
d. Saluran pembuangan air 10 10
limbah dilengkapi dengan
penahan bau (watersea)

Hasil Penilaian Pemeriksaan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit Penyehatan


Ruang Dan Bangunan Serta Fasilitas Sanitasi
di RSUD dr.Sayidiman Magetan
Variabel Upaya Nilai Nilai yang
No. Skor Keterangan
Kesling Maksimum Diperoleh
1. Ruang perawatan 180 164 91% Baik
2. Lingkungan RS 100 93 93% Baik
3. Ruang Operasi 200 192 96% Baik
4. Ruang Sterilisasi 150 123 82% Baik
5. Ruang Mayat 100 87 87% Baik
Toilet & Kamar
6. 80 80 100% Baik
Mandi
Jumlah 810 739 91% Baik

Dari hasil penilaian pemeriksaan kesehatan lingkungan rumah sakit dalam


aspek Penyehatan Ruang Dan Bangunan Serta Fasilitas Sanitasi berdasarkan
Kepmenkes 1204/Menkes/SK/X/2004 tentang kesehatan lingkungan rumah
sakit, maka Penyehatan Ruang Dan Bangunan Serta Fasilitas Sanitasi di
RSUD dr. Sayidiman Magetan sudah baik dengan memenuhi 91%skor.
27

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebisingan di ruang ICU, ruang jenazah, ruang observasi bayi, dan
ruang nutrisi sudah memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit.
2. Suhu dan kelembaban di ruang observasi bayi belum memenuhi syarat
kesehatan lingkungan rumah sakit.
3. Pencahayaan di ruang ICCU masih belum memenuhi syarat karena
masih terlalu redup.
B. Saran
1. Seharusnya langit-langit yang sudah rusak (berlobang) segera diperbaiki
atau diganti
2. Konstruksi langit-langit jalur ke TPS harusnya di tinggikan lagi karena
dapat membahayakan petugas atau pengunjung yang melewati jalur
tersebut terutama pada orang yang postur tubuhnya tinggi.

Anda mungkin juga menyukai