BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting.
Kualitas pelayanan dalam rumah sakit dapat ditingkatkan apabila didukung
oleh peningkatan kualitas fisik. Ruang rawat inap merupakan salah satu
wujud dari fasilitas fisik yang penting keberadaannya bagi pelayanan untuk
pasien. (Amelia, 2004)
Tata pencahayaan, suhu, kelembaban, kebisingan dalam ruangan
rawat inap atau ruang kerja dapat mempengaruhi kenyamanan pasien
selama menjalani rawat inap. Disamping itu, juga berpengaruh bagi
kelancaran bagi tim paramedis dalam menjalankan aktifitasnya untuk
melayani pasien.
Sistem tata udara dalam suatu ruangan atau bangunan merupakan
salah satu faktor penting dalam upaya atau tindakan penyehatan ruang
bangunan di dalam lingkungan rumah sakit. Selain faktor kenyamanan dan
faktor kelembaban yang sangat penting adalah faktor kebersihan udara
karena faktor ini merupakan salah satu sumber terjadinya infeksi silang atau
nosokomial yang ditularkan melalui udara. Apabila udara dalam ruangan di
lingkungan ruangan rumah sakit system tata udaranya kurang/tidak
memenuhi persyaratan bisa mengakibatkan/ mengandung bakteri- bakteri
yang sangat membahayakan / pembawa bibit penyakit. (Siregar, 2004)
Sistem tata udara di rumah sakit merupakan suatu sistem yang
memperhitungkan faktor-faktor khususnya di area/ruang penting seperti
instalasi nutrisi, ruang perawatan, ICU, ruang pemandian jenazah dll.Untuk
menjaga sistem tata udara rumah sakit dalam kondisi operasional yang
maksimal diperlukan suatu sistem pemeliharaan yang teratur terhadap
peralatan dan penggantian-penggantian filter secara teratur. (Siregar, 2004)
2
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui penyehatan ruang bangunan dan halaman di RSUD
dr.Sayidiman Magetan
2. Tujuan Khusus
a. Menilai suhu dan kelembaban di beberapa ruang di RSUD
dr.Sayidiman Magetan
b. Menilai pencahayaan di beberapa ruang di RSUD dr.Sayidiman
Magetan
c. Menilai pertukaran udara di beberapa ruang di RSUD dr.Sayidiman
Magetan
d. Menilai kebisingan di beberapa ruang di RSUD dr.Sayidiman
Magetan
e. Menilai bangunan dan halaman di RSUD dr.Sayidiman Magetan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rumah Sakit
1. Definisi Rumah Sakit
a. Menurut WHO ( World Health Organization )
Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan
kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan paripurna
(komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif) dan pencegahan
penyakit (preventif) kepada masyarakat. Rumah sakit juga
merupakan pusat pelatihan bagi tenaga kesehatan dan pusat
penelitian medik.
b. Menurut Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 Tentang Rumah
Sakit
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,
dan gawat darurat.
c. Keputusan Menteri Republik Indonesia nomor 983.MENKES/SK/1992
Tentang Rumah Sakit
Rumah Sakit adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan yang bersifat dasar, spesialistik dan pendidikan tenaga
kesehatan dan pelatihan.
2. Tujuan Rumah Sakit
Berdasrkan Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
rumah sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Pelayanan kesehatan perorangan adalah
setiap kegiatan pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga
kesehatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah
dan menyembuhkan penyakit, dan memulihkan kesehatan. Pelayanan
kesehatan paripurna adalah pelayanan kesehatan yang meliputi
promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif.
4
Sakit Militer, Rumah Sakit BUMN, dan Rumah Sakit Swasta yang
dikelola oleh masyarakat.
b. Berdasarkan Jenis Pelayanan
Klasifikasi berdasarkan jenis pelayanannya, rumah sakit terdiri atas:
Rumah Sakit Umum, memberi pelayanan kepada pasien dengan
beragam jenis penyakit dan Rumah Sakit Khusus, memberi
pelayanan pengobatan khusus untuk pasien dengan kondisi medik
tertentu baik bedah maupun non bedah. Contoh: rumah sakit
kanker, rumah sakit bersalin.
c. Berdasarkan Lama Tinggal
Berdasarkan lama tinggal, rumah sakit terdiri atas rumah sakit
perawatan jangka pendek yang merawat penderita kurang dari 30
hari dan rumah sakit perawatan jangka panjang yang merawat
penderita dalam waktu rata-rata 30 hari atau lebih.
d. Berdasarkan Kapasitas Tempat Tidur
Rumah sakit pada umumnya diklasifikasikan berdasarkan kapasitas
tempat tidurnya sesuai pola berikut: di bawah 50 tempat tidur, 50-
99 tempat tidur, 100-199 tempat tidur, 200-299 tempat tidur, 300-
399 tempat tidur, 400-499 tempat tidur, 500 tempat tidur atau
lebih.
e. Berdasarkan Afilasi Pendidikan
Berdasarkan afilasi pendidikan, rumah sakit terdiri atas rumah sakit
pendidikan dan rumah sakit non pendidikan. Rumah sakit
pendidikan adalah rumah sakit yang melaksanakan program
pelatihan residensi dalam medik, bedah, pediatrik, dan bidang
spesialis lain di bawah pengawasan staf medik rumah sakit. Rumah
sakit yang tidak memiliki program pelatihan residensi dan tidak ada
afiliasi rumah sakit dengan universitas disebut rumah sakit non
pendidikan.
f. Berdasarkan Status Akreditasi
Berdasarkan status akreditasi, terdiri atas rumah sakit yang telah
diakreditasi dan rumah sakit yang belum diakreditasi. Rumah sakit
6
yang telah diakreditasi adalah rumah sakit yang telah diakui secara
formal oleh suatu badan sertifikasi yang diakui, yang menyatakan
bahwa suatu rumah sakit telah memenuhi persyaratan untuk
melakukan kegiatan tertentu (Siregar, 2004:14).
Dalam Undang-Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit,
dalam rangka penyelenggaraaan pelayanan kesehatan secara
berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit
khusus diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan
pelayanan rumah sakit.
1) Klasifikasi rumah sakit umum terdiri atas:
a) Rumah Sakit Umum Kelas A
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis
dasar, lima spesialis penunjang medik, 12 spesialis lain dan
13 subspesialis.
b) Rumah Sakit Umum Kelas B
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat spesialis
dasar, empat spesialis penunjang medik, delapan spesialis
lain dan dua subspesialis.
c) Rumah Sakit Umum Kelas C
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 spesiali
dasar dan empat spesialis penunjang medik.
d) Rumah Sakit Umum Kelas D
Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit dua spesialis
dasar.
2) Klasifikasi rumah sakit Khusus terdiri atas:
a) Rumah Sakit Khusus Kelas A
Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan
kemampuan paling sedikit pelayanan medik spesialis dan
7
e. Penghawaan
1) Ruang-ruang tertentu seperti ruang operasi, perawatan bayi,
laboratorium, perlu mendapat perhatian yang khusus karena
sifat pekerjaan yang terjadi di ruang-ruang tersebut.
2) Ventilasi ruang operasi harus dijaga pada tekanan lebih positif
sedikit (minimum 0,10 mbar) dibandingkan ruang-ruang lain di
15
rumah sakit.
3) Sistem suhu dan kelembaban hendaknya didesain sedemikian
rupa sehingga dapat menyediakan suhu dan kelembaban
seperti dalam tabel berikut :
Tabel II. 2 Persyaratan Penghawaan
f. Kebisingan
Persyaratan kebisingan untuk masing-masing ruangan atau unit
seperti tabel berikut :
Tabel II. 3 Persyaratan Kebisingan
No Ruang atau Unit Kebisingan max (waktu pemaparan 8
jam dalam satuan dBA)
1. Ruang Pasien:
- Saat tidak tidur 45
- Saat tidur 40
2. Ruang operasi, umum 45
3. Anestesi, pemulihan 45
4. Endoscopy, laboratorium 65
5. Sinar x 40
6. Koridor 40
7. Tangga 45
8. Kantor/lobby 45
9. Ruang alat/gudang 45
10. Farmasi 45
11. Dapur 78
Tabel II. 4 Indeks Perbandingan Jumlah Tempat Tidur, Toilet, dan Jumlah
Kamar Mandi
No Jumlah tempat tidur Jumlah toilet Jumlah Kamar mandi
1. s/d 10 1 1
2. s/d 20 2 2
3. s/d 30 3 3
4. s/d 40 4 4
Setiap penambahan 10 tempat tidur harus ditambah 1 toilet dan 1 kamar mandi
BAB III
METODE PRAKTIK
A. Pengukuran Pencahayaan
1. Alat dan Bahan
a. Luxmeter
b. Stopwatch atau Hp
c. Alat tulis
2. Prosedur Kerja
a. Menyiapkan alat dan bahan.
b. Menentukan lokasi serta titik yang akan diukur tingkat pencahayaan.
c. Menggambarkan denah lokasi dan titik yang sudah ditentukan.
d. Melakukan pengukuran sesuai dengan titik yang sudah ditentukan.
e. Mencatat hasil pengukuran dengan akurat.
3. Pengoperasian Alat
a. Secara General
1) Setting Light SURCE untuk L (tunsen atau daylight) jika sumber
cahaya alami dan S (sodium) atau C (merkuri) untuk sumber
cahaya buatan.
2) Setting Range atau jenis cahaya.
3) Tekan tombol power luxmeter sampai menunjukkan nol jika belum
nol tekan zero.
4) Buka fotosel dan letakkan sejajar dengan mata.
5) Tekan record kemudian hitung 10 detik, setelah itu tekan recall,
secara otomatis menunjukkan angka max, min dan average
tingkat pencahayaan ruangan tersebut.
6) Catat dan tulis hasil pengukuran.
7) Matikan luxmeter dangan menekan power.
b. Secara Local
1) Setting Light Surce dan range.
2) Tekan tombol power luxmeter sampai menunjukkan nol jika belum
nol tekan zero.
3) Hadapkan alat pada titik yang dituju.
19
B. Pengukuran Kebisingan
1. Prosedur Kerja
a. Siapkan alat dan bahan.
b. Tentukan sumber bahan.
c. Tentukan batas wilayah kerja.
d. Menggambarkan denah tempat yang akan diukur.
e. Tentukan titik-titik dimana kita akan mengukur kebisingan (4 tititk).
f. Pasang alat penangkap suara ke Sound Level Meter.
g. Kita menuju ke titik.
2. Pengoperasian Alat (Sound Level Meter)
a. Tekan power untuk menghidupkan alat.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Pencahayaan
Hasil Intensitas
No Ruang Keterangan
Pengukuran Cahaya (Lux)
1. ICU 98 300 – 500 -
2. Observasi Bayi 150 100-200 -
Minimal 50
3. Pemandian 180 Minimal 100 -
Jenazah
4. Instalasi Nutrisi 250 Minimal 200 -
Pembahasan :
Pencahayaan di ruang ICCU masih belum memenuhi syarat karena masih
terlalu redup. Sedangkan di ruangan Observasi Bayi, Pemandian Jenazah
dan Instalasi Nutrisi sudah memenuhi syarat.
B. Kebisingan
Pembahasan :
Kebisingan di ruang ICU, ruang jenazah, ruang observasi bayi, dan ruang
nutrisi sudah memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit.
Pembahasan :
Suhu dan kelembaban di ruang observasi bayi belum memenuhi syarat
kesehatan lingkungan rumah sakit.
D. Kecepatan Angin
Pengukuran
No Ruang
Max Min Average Suhu
1. ICU 0,24 0,00 0,03 24,2
2. Observasi Bayi 0,23 0,00 0,02 24,1
3. Pemandian 3,00 0,0 0,1 25
Jenazah
4. Instalasi Nutrisi 0,8 0,6 0,0 24,5
c. Ventilasi
1) Luas ventilasi alamiah minimum > 15 % dari luas lantai
2) Untuk ruang-ruang tertentu dilengkapi dengan penghawaan
buatan atau mekanis.
3) Penggunaan ventilasi buatan/mekanis sudah sesuai dengan
peruntukkan ruangan.
d. Atap
1) Atap sudah cukup kuat dan tidak bocor
2) Atap sudah aman dan tidak berprioritas menimbulkan bahaya
e. Langit-langit
1) Langit-langit sudah cukup kuat, berwarna terang, dan mudah
dibersihkan.
2) Langit-langit tingginya minimal 2,70 meter dari lantai.
3) Kerangka langit-langit sudah cukup kuat
f. Konstruksi
Balkon, beranda, dan talang sudah ada dan memenuhi persyaratan
g. Pintu
Pintu kuat, cukup tinggi, cukup lebar, dan dapat mencegah masuknya
serangga, tikus, dan binatang pengganggu lainnya.
h. Jaringan Instalasi
Pemasangan jaringan instalasi air minum, air bersih, air limbah, gas,
listrik, sistem pengawasan, sarana telekomunikasi, dan lain-lain
sudah memenuhi persyaratan teknis kesehatan dan aman digunakan
untuk tujuan pelayanan kesehatan.
f. Lalu Lintas Antar Ruangan
1) Pembagian ruangan dan lalu lintas sudah dilengkapi dengan
petunjuk letak ruangan
2) Sudah terdapat jalur evakuasi
g. Fasilitas Pemadam Kebakaran
Bangunan rumah sakit sudah dilengkapi dengan fasilitas pemadam
kebakaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
24
toilet
g. Dilengkapi dengan 5 5
perlengkapan dan bahan
pemilisan jenazah termasuk
meja memandikan mayat
9. Toilet Dan Kamar 1 a. Rasio toilet atau kamar mandi 30 30
Mandi dengan tempat tidur 1:10
b. Toilet tersedia pada setiap 20 20
unit atau ruang khusus untuk
unit rawat inap dan karyawan
harus tersedia kamar mandi
c. Letak tidak berhubungan 20 20
langsung dengan dapur,
kamar operasi dan ruang
khusus lainnya
d. Saluran pembuangan air 10 10
limbah dilengkapi dengan
penahan bau (watersea)
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebisingan di ruang ICU, ruang jenazah, ruang observasi bayi, dan
ruang nutrisi sudah memenuhi persyaratan kesehatan lingkungan rumah
sakit.
2. Suhu dan kelembaban di ruang observasi bayi belum memenuhi syarat
kesehatan lingkungan rumah sakit.
3. Pencahayaan di ruang ICCU masih belum memenuhi syarat karena
masih terlalu redup.
B. Saran
1. Seharusnya langit-langit yang sudah rusak (berlobang) segera diperbaiki
atau diganti
2. Konstruksi langit-langit jalur ke TPS harusnya di tinggikan lagi karena
dapat membahayakan petugas atau pengunjung yang melewati jalur
tersebut terutama pada orang yang postur tubuhnya tinggi.