Anda di halaman 1dari 32

1.

Pengertian Ventilasi

Ventilasi adalah proses penyediaan udara segar ke dalam ruangan dan


pengeluaran udara kotor dari suatu ruangan tertutup secara alamiah maupun
mekanis. Tersedianya udara segar dalam rumah atau ruangan amat dibutuhkan
manusia, sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi
yang baik dan kepadatan hunian yang tinggi (over crowded) maka akan
menimbulkan keadaan yang dapat merugikan kesehatan.
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 03-6572-2001), ventilasi bertujuan
menghilangkan gas-gas yang tidak menyenangkan yang ditimbulkan oleh
keringat dan sebagainya dan gas-gas pembakaran (CO2) yang ditimbulkan oleh
pernafasan dan proses-proses pembakaran, menghilangkan uap air yang timbul
sewaktu memasak, mandi dan sebagainya, menghilangkan kalor yang
berlebihan, serta membantu mendapatkan kenyamanan termal.
Prinsip utama dari ventilasi adalah menggerakan udara kotor dalam rumah atau
di tempat kerja, kemudian menggantikannya dengan udara bersih. Sistem
ventilasi menjadi fasilitas penting dalam upaya penyehatan udara pada suatu
lingkungan kerja. Menurut ILO (1991), ventilasi digunakan untuk memberikan
kondisi dingin atau panas serta kelembaban di tempat Kerja. Fungsi lain adalah
untuk mengurangi konsentrasi debu dan gas-gas yang dapat menyebabkan
keracunan, kebakaran dan peledakan

2. Jenis-Jenis Ventilasi

Secara umum kita mengenal beberapa bentuk ventilasi :


A. Ventilasi Alami (Natural Ventilation)
Ventilasi alamiah, merupakan ventilasi yang terjadi secara alamiah,
dimana udara masuk kedalam ruangan melalui jendela, pintu, atau lubang
angin yang sengaja dibuat. Ventilasi alamiah adalah proses pergantian
udara ruangan oleh udara segar dari luar ruangan tanpa melibatkan
peralatan mekanis. Ventilasi alami masih dapat dimungkinkan
membersihkan udara selama pada saat ventilasi terbuka terjadi pergantian
dengan udara yang segar dan bercampur dengan udara yang kotor yang ada
dalam ruangan.
Ventilasi alami terjadi karena adanya perbedaan tekanan di luar suatu
bangunan gedung yang disebabkan oleh angin dan karena adanya
perbedaan temperatur, sehingga terdapat gas-gas panas yang naik di dalam
saluran ventilasi. Sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI 03-6572-
2001), Ventilasi alami yang disediakan harus terdiri dari bukaan permanen,
jendela, pintu atau sarana lain yang dapat dibuka, dengan jumlah bukaan
ventilasi tidak kurang dari 5% terhadap luas lantai ruangan yang
membutuhkan ventilasi; dan arah yang menghadap ke halaman berdinding
dengan ukuran yang sesuai, atau daerah yang terbuka keatas, teras terbuka,
pelataran parkir, atau sejenis; atau ruang yang bersebelahan.
Agar udara dalam ruangan segar persyaratan teknis ventilasi dan jendela
sebagai berikut:
a) Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan dan
luas lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum
5% luas lantai, dengan tinggi lubang ventilasi minimal 80 cm dari
langit-langit.

b) Tinggi jendela yang dapat dibuka dan ditutup minimal 80 cm dari


lantai dan jarak dari langit-langit sampai jendela minimal 30 cm.

c) Udara yang masuk harud udara yang bersih, tidak dicemari oleh asap
pembakaran sampah, knaolpot kendaraan, debu dan lain-lain.
d) Aliran udara diusahakan cross ventilation dengan menempatkan lubang
hawa berhadapan antara dua dinding ruangan. Aliran udara ini
diusahakan tidak terhalang oleh barang-barang seperti almari, dinding,
sekat-sekat, dan lain-lain.

e) Kelembaban udara dijaga antara 40% s/d 70%.


Pada ventilasi alamiah, aliran udara terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara luar ruangan dan dalam ruangan. Perbedaan tekanan ini
juga dipengaruhi oleh angin dan perbedaan suhu luar dan dalam.
Tekanan angin pada permukaan bangunan dipengaruhi oleh arah angin,
kecepatan angin dan bentuk bangunan (karakteristik bangunan)
Menurut Suma’mur (1987), penggunaan ventilasi alami tidak efektif
jika digunakan dengan tujuan untuk mengurangi emisi gas, debu dan
vapours ditempat kerja. Hal ini disebabkan tingkat kesulitan yang
tinggi pada ventilasi alami terkait penentuan parameter yang harus kita
ketahui menyangkut kecepatan angin, tekanan angin dari luar, arah
angin, radiasi panas dan berapa besar pengaruh lubang-lubang yang
ada pada dinding dan atap, Ventilasi alami biasanya digunakan dengan
tujuan untuk memberikan kesegaran dan kenyamanan pada tempat
Kerja yang tidak memiliki sumber bahaya yang tinggi.
B. Ventilasi Mekanik (Mechanical Ventilation)
Ventilasi Mekanik, merupakan ventilasi buatan dengan menggunakan: a.
AC (Air Conditioner), yang berfungsi untuk menyedot udara dalam ruang
kenudian disaring dan dialirkan kembali dalam ruangan; b. Fan (Baling-
baling) yang menghasilkan udara yang dialirkan ke depan;
c. Exhauser, merupakan baling-baling penyedot udara dari dalam dan luar
ruangan untuk proses pergantian udara yang sudah dipakai.
1) Ventilasi Umum (General Ventilation)
General ventilation atau ventilasi umum biasanya digunakan pada
tempat kerja dengan emisi gas yang sedang dan derajat panas yang
tidak begitu tinggi. Jenis ventilasi ini biasanya dilengkapi dengan alat
mekanik berupa kipas penghisap. Sistem kerja yang dibangun udara
luar tempat kerja di hisap dan di hembuskan oleh kipas kedalam
rungan bercampur dengan bahan pencemar sehingga terjadi
pengenceran. Kemudian udara kotor yang telah diencerkan tersebut
dihisap dan di buang keluar.
2) Ventilasi pengeluaran setempat (Local Exhaust Ventilation)

Gambar 1. Ventilasi pengeluaran setempat (Local Exhaust


Ventilation)
Jenis ventilasi ini dipakai dengan pertimbangan teknis, bahwa bahan
pencemar berupa gas, debu dan vapours yang ada pada tempat kerja
dalam konsentrasi tinggi tidak dapat dibuang atau diencerkan hanya
dengan menggunakan ventilasi umum apalagi ventilasi alami, namun
harus dengan ventilasi pengeluaran setempat yang diletakan tepat pada
sumber pencemar. Bahan pencemar yang keluar dari proses kerja akan
langsung di hisap oleh ventilasi, sebelum sampai pada tenaga kerja.
3) Comfort Ventilation

Gambar 2. Comfort Ventilation

Contoh ventilasi ini dengan digunakannya Air Conditioner


(AC) pada suatu ruangan. Jenis ventilasi ini berfungsi
menciptakan kondisi tempat kerja agar menjadii nyaman, hangat
bagi tempat kerja yang dingin, atau menjadi sejuk pada tempat
kerja yang panas. Sementara pendapat serupa mengatakan, bahwa
untuk memperoleh ventilasi yang baik dapat dilaksanakan dengan
cara:
Faktor yang harus diperhatikan dalam membangun sistem
ventilasi, selain bentuk juga harus sangat diperhatikan kekuatan
aliran dan tata letak ventilasi. Letak ventilasi harus sesuai dengan
priciples of dilution ventilation, terutama untuk tempat kerja
dengan resiko paparan bahan kimia.
Teknologi pengendalian pencemaran udara dalam suatu plant atau
tahap proses dirancang untuk memenuhi kebutuhan proses itu atau
perlindungan lingkungan. Teknologi ini dapat dipilih dengan
penerapan susunan alat pengendali sehingga memenuhi
persyaratan yang telah disusun dalam rancangan proses.
Rancangan proses pengendalian pencemaran ini harus dapat
memenuhi persyaratan yang dicantumkan dalam peraturan
pengelolaan lingkungan. Rancangan ini harus mempertimbangkan
faktor ekonomi. Jadi penerapan peralatan pengendalian ini perlu
dikaitkan dengan perkembangan proses produksi itu sendiri
sehingga memberikan nilai ekonomik yang paling rendah baik
untuk instalasi, operasi dan pemeliharaan. Nilai ekonomik yang
dihubungkan dengan biaya produksi ini masih sering dianggap
cukup besar. Penilaian ekonomi yang dihubungkan dengan
kemaslahatan masyarakat kurang ditinjau, karena analisis ini
kurang dapat dipahami oleh pihak industriawan. Dengan demikian
penerapan peraturan harus dilaksanakan dan diawasi dengan baik,
agar penerapan teknologi pengendalian ini bukan hanya sekedar
memasang alat pengendalian pencemaran udara tetapi kinerja alat
ini tidak memenuhi persyaratan.
Teknologi pengendalian ini perlu dikaji dengan seksama, agar
penggunaan alat tidak berlebihan dan kinerja yang diajukan oleh
pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi persyaratan
perlindungan lingkungan. Sistem pengendalian ini harus diawali
dengan memahami watak emisi senyawa pencemar dan
lingkungan penerima. Teknologi pengendalian yang sempurna
akan membutuhkan biaya yang besar sekali sehubungan dengan
dimensi alat, kebutuhan energi, keselamatan kerja dan mekanisme
reaksi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan teknologi
pengendalian atau rancangan sistem pengendalian meliputi:
1) Karakteristik gas buang atau efluen

2) Tingkat pengurangan yang dibutuhkan

3) Teknologi komponen alat pengendalian pencemaran


4) Kemungkinan perolehan senyawapencemar yang bernilai
ekonomik.
Karakteristik efluen merupakan faktor penentu dan tidak dapat
digunakan untuk penyelesaian semua jenis pengendalian
pencemaran. Jadi karakteristik fisik dan kimia efluen dan
lingkungan penerima harus di pahami dengan baik. Kemungkinan
fenomena sinergetik yang dapat berlangsung harus dapat di
perkirakan, jika perubahan karakteristik atau komposisi effluent
atau proses produksi dapat berlangsung dalam waktu yang akan
datang.

Gambar 3. Jenis-jenis Ventilaai

3. Jenis pengendalian yang sesuai dengan Polutan


A. Teknik Pengendalian Partikulat
Secara mekanistik teknologi pengendalian partikulat terdiri dari 6 cara,
yaitu:

a. Proses Gravitasi. Pada proses ini penyisihan dilakukan dengan


memanfaatkan gaya berat/gravitasi dari partikulat itu sendiri
yang menghasilkan kecepatan pengendapan. Sehingga
mekanisme penyisihannya memanfaatkan ruang yang mampu
menghasilkan kecepatan terminal saat partikulat terpisah dari
stream aliran gas buang. Proses ini hanya efektif pada ukuran
partikulat lebih dari 70 mikron.
b. Proses Sentrifugal. Pada proses ini, kelemahan pada
mekanisme gravitasi dicoba diatasi dengan memberikan
percepatan gaya sentrifugal dan pembentukan vortex.
Sehingga partikulat dapat terpisah dari stream aliran gas
buang. Penambahan gaya sentrifugal ini mampu menyisihkan
partikulat hingga ukuran 5 mikron.
c. Proses Elektrostatik. Pada proses ini partikulat diberikan
muatan pada bagian permukaannya kemudian ditangkap oleh
bidang pengumpul yang bermuatan berlawanan. Pada
mekanisme pemberian muatan ini, ukuran partikel efektif
adalah lebih kecil dari 10 mikron karena pada ukuran yang
lebih besar, muatan akan mudah lepas dari bidang permukaan
seiring dengan berkurangnya gaya induksi elektrik.
d. Proses Impaksi. Proses penyisihan pada proses ini adalah
melalui menumbukkan partikel dengan bidang material
tertentu yang tegak lurus dengan garis edar gas buang. Proses
impaksi akan efektif jika pada titik tumbukan tercapai
kecepatan terminal sehingga tidak terpantul kembali dan
terbawa aliran gas buang.
e. Proses Intersepsi. Pada proses intersepsi, partikulat masih
akan terbawa dalam garis edar gas buang namun ketika
memasuki zona porositas, partikel akan mengalami
kehilangan tekan sehingga terpisah dari gas buang.
f. Proses Difusi. Proses ini merupakan mekanisme lebih lanjut
dari partikulat dengan proses impaksi namun terjadi
kesetimbangan momentum sehingga perilaku partikel akan
mengalami perubahan sesuai materi atau bidang yang terkena
impaksi.
Skema mekanisme pengendalian partikulat dapat digambarkan sebagai
berikut, dimana proses akan terkait dengan jenis lat pengendali:

Gambar 4. Mekanisme dan Klasifikasi Alat Pengendali Partikulat

Namun, berdasarkan distribusi dominan dari ukuran partikelnya, tipe


pengendalian partikulat secara umum dapat dihubungkan dengan Gambar 5.
Gambar 5. Mekanisme Pengendalani Partikulat berdasarkan distribusi
ukuran partikel

Adapun kelebihan dan kekurangan dari setiap alat pengendali partikulat:

A. Gravity Settling Chamber


Kelebihan :

 Desain alat sederhana


 mudah untuk dibuat konstruksinya
 Pemeliharaan yang mudah dan biaya pemeliharaan sangat rendah
Kekurangan :
a) ukurannya besar, perlu lahan yang luas
b) harus dibersihkan secara manual dalam interval waktu tertentu
hanya dapat menyisihkan partikel berukuran besar
Skema dasar penyisihan alat gravity settling chamber:

B. Cyclone
Kelebihan :

 Capital cost yang rendah


 Peralatan relatif sederhana
 Dapat dioperasikan pada temperatur tinggi
 Pemeliharaan mudah
 Merupakan sistem pengumpul kering
 Kebutuhan lahan relatif tidak luas
Kekurangan :

 Efisiensi rendah untuk partikel yang sangat kecil


 Biaya operasi tinggi karena tingginya pressure
drop Skema dasar penyisihan alat cyclone:

C. Electrostatic Precipitator
Kelebihan :

 Yang Efisiensi penyisihan partikel sangat tinggi


 Mampu menyisihkan partikel berukuran kecil (0.1 -10 mikron)
 Dapat menangani debit aliran gas besar dengan kehilangan tekan
yang rendah.
 Kehilangan tekanan sekitar 2.54 cm H2O
(<< jika dibandingkan dengan scrubber ataupun fabric filter)
 Dapat digunakan untuk pengumpul sistem kering bagi materi yang
bernilai, atau pengumpul sistem basah untuk fume dan mist
 Dapat didisain aliran gas dengan temperatur cukup tinggi
 Biaya operasional rendah, kecuali untuk efisiensi yang sangat
tinggi
Kekurangan :

 Capital cost yang tinggi


 Hanya menyisihkan partikulat dan tidak dapat menyisihkan
pencemar dalam bentuk gas
 Tidak terlalu fleksibel
 Memerlukan lahan yang luas
 Tidak dapat digunakan untuk partikel yang memiliki resistivitas
elektrik (electrical resistivity) yang terlalu tinggi (>1010 ohm.cm)
atau terlalu rendah (104-107 ohm.cm)
 Ozon dihasilkan dari pemberian muatan negatif terhadap elektoda
pada saat ionisasi gas
 Dibutuhkan personel yang memiliki keahlian khusus dalam
pemeliharaan EP

Skema dasar penyisihan alat electrostatic precipitator:


D. Fabric Filter
Kelebihan :

 Efisiensi penyisihan partikulat yang sangat tinggi baik partikel kasar maupun
halus, bahkan sangat halus
 Relatif tidak sensitif terhadap perubahan aliran gas:
 Bahan yang terkumpul dapat direcovery untuk digunakan kembali pada proses
atau dibuang
 Tidak dihasilkan air buangan
Kekurangan:

 Partikulat tertentu memerlukan pengolahan khusus untuk mengurangi


terjadinya rembesan partikel pada filter
 konsentrasi partikel pada kolektor (50g/m3) dapat memicu terjadinya
kebakaran atau bahaya ledakan jika terdapat percikan api secara tidak sengaja;
 Relatif memerlukan biaya pemeliharaan yang tinggi (penggantian kantong
penyaring, dan lain lain)
 kain saring :
a) dapat terbakar jika digunakan untuk mengkoleksi debu yang mudah
teroksidasi
b) Umur kain saring dapat menjadi pendek akibat temperatur tinggi dan
adanya partikulat atau gas yang bersifat alkali
 Materi higroskopis, kondensasi uap, atau komponen adhesif dapat
mengakibatkan penyumbatan pada fabric filter sehingga diperlukan aditif
tertentu
 Personel yang melakukan penggantian kantong penyaring harus terlindungi
sistem pernafasannya
Skema dasar penyisihan alat fabric filter:

E. Wet Scrubber
Kelebihan :

 netralisasi partikel korosif dan yang mudah terbakar


 dapat menurunkan emisi yang suhunya tinggi serta memungkinkan untuk
menggabungkan dengan penyisihan gas
 Kebutuhan lahan relatif tidak luas
Kekurangan :

 Menimbulkan masalah pencemaran air


 Produk dikumpulkan dalam kondisi basah
 Masalah korosi lebih sering timbul daripada menggunakan sistem kering
 Kehilangan tekanan dan energi yang dibutuhkan tinggi
 Kebutuhan biaya pemeliharaan relatif tinggi
Skema dasar penyisihan alat wet scrubber:
B. Teknologi Pengendalian Gas
Secara mekanistik teknologi pengendalian gas terdiri dari 4 proses, yaitu:

a. Proses Adsorpsi. Proses adsorpsi dalam penyisihan gas berupa terserapnya gas
pada permukaan padat. Tiga elemen penting dalam proses adsorpsi, yaitu
Adsorpsi : proses tertahannya pencemar gas pada permukaan padat; Adsorben:
permukaan padat yang mampu menarik molekul gas pencemar (seperti karbon
aktif, silica gel, activated alumina); Adsorbat adalah molekul gas pencemar
yang tertahan pada permukaan padat (seperti senyawa organik volatil, thinner
cat, pelarut / solvents).
b. Proses Absorpsi. Absorpsi adalah mekanisme dimana satu atau lebih zat
pencemar dalam aliran gas dieliminasi atau dihilangkan dengan cara
melarutkannya dalam cairan.
c. Proses Kondensasi. proses penyisihan gas pencemar dengan cara merubah fasa
dari fasa gas ke fasa cair.
d. Proses Combustion. Proses penyisihan gas yang bekerja dengan prinsip
okidasi. Biasanya digunakan untuk mengendalikan senyawa organik volatil
(VOC) dan atau senyawa-senyawa beracun. Pembakaran atau disebut juga
oksidasi secara kimia berlangsung dengan mereaksikan senyawa tertentu
dengan oksigen baik secara langsung ataupun dengan bantuan katalis.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari alat pengendali gas, sebagai berikut:
1) Adsorber
Kelebihan :

 produk dapat di-recovery


 sistemnya dapat dijalankan secara otomatis
 mampu menyisihkan zat pencemar konsentrasi rendah
Kekurangan :

 Recovery produk membutuhkan peralatan distilasi yang mahal


 Kapasitas adsorpsi yang terbatas sehingga sering terjadi kerusakan adsorben
 Regenerasi adsorben memerlukan steam atau vacuum
 biaya investasi yang cukup tinggi
 Pemasangan filter diperlukan untuk menyisihkan partikulat sehingga tidak
terjadi penyumbatan pada adsorber
Skema dasar penyisihan alat adsorber

Gambar 6. Mekanisme Pengendailan Unit Adsorber

2) Absorber
Kelebihan :

 Efisiensi penyisihan yang tinggi


 Biaya pembangunan yang relatif rendah
 Luas area yang dibutuhkan tidak besar
 Kehilangan tekanan relatif kecil
Kekurangan :

 Sulit untuk memperoleh gas murni (biasanya lebih dari satu jenis gas akan
terserap pada waktu bersamaan)
 Menghasilkan limbah cair
 Membutuhkan proses regenerasi untuk memisahkan absorben dan absorbatnya
 Biaya pemeliharaan relatif tinggi
Skema dasar penyisihan alat absorber, pada prinsipnya proses scrubber pada

gas:
Gambar 7. Berbagai Mekanisme Pengendailan Unit Absorber
3) Kondense
Kelebihan

 dapat diperoleh produk recovery yang murni (kondenser permukaan)


 air yang didigunakan sebagai pendingin tidak dikontakkan langsung dengan
gas pencemar sehingga dapat digunakan kembali (kondenser permukaan)
Kekurangan :

 Efisiensi penyisihan gas pencemar relatif rendah


 Pendingin selain air dapat berharga sangat mahal
 Membutuhkan temperatur rendah, sehingga satu tahap pendinginan tidak
mencukupi
 Membutuhkan proses pencairan (defrosting)
 Biaya operasional relatif tinggi
Skema dasar penyisihan alat kondenser:
Gambar 8. Tipe-tipe Pengendailan Unit Kondenser

4) Combustion/Catalytic Combustion
Kelebihan :

 Pengoperasian yang sederhana


 Dapat menjadi sumber panas
 Dapat mendestruksi senyawa organik dengan efisiensi tinggi
Kekurangan :

 Biaya operasional relatif tinggi karena membutuhkan bahan bakar


 Dapat terjadi pembakaran tidak sempurna sehingga menghasilkan pencemar
lain yang berbahaya
Skema dasar penyisihan alat catalytic/non-catalytic combustion:

4. Pencemaran Polutan Emisi

Penyebab dan dampak pencemaran udara yang paling utama selalu terkait dengan manusia.
Manusia menjadi penyebab utama dan terbesar terjadinya pencemaran udara. Pun manusia
pula yang merasakan dampak terburuk dari terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara
merupakan salah satu kerusakan lingkungan, berupa penurunan kualitas udara karena
masuknya unsur-unsur berbahaya ke dalam udara atau atmosfer bumi. Unsur-unsur
berbahaya yang masuk ke dalam atmosfer tersebut bisa berupa karbon monoksida (CO),
Nitrogen dioksida (NO2), chlorofluorocarbon (CFC), sulfur dioksida (SO2), Hidrokarbon
(HC), Benda Partikulat, Timah (Pb), dan Carbon Diaoksida (CO2). Unsur-unsur tersebut bisa
disebut juga sebagai polutan atau jenis-jenis bahan pencemar udara.

Masuknya polutan  ke dalam atmosfer yang menjadikan terjadinya pencemaran udara bisa


disebabkan dua faktor, yaitu faktor alam dan faktor manusia. Penyebab pencemaran udara
dari faktor adalah alam contohnya adalah aktifitas gunung berapi yang mengeluarkan abu dan
gas vulkanik, kebakaran hutan, dan kegiatan mikroorganisme. Polutan yang dihasilkan
biasanya berupa asap, debu, dan gas.

 Penyebab polusi udara yang kedua adalah faktor manusia dengan segala aktifitasnya.
Berbagai kegiatan manusia yang dapat menghasilkan polutan antara lain :
a) Pembakaran; Semisal pembakaran sampah, pembakaran pada kegiatan rumah tangga,
kendaraan bermotor, dan kegiatan industri. Polutan yang dihasilkan antara lain asap,
debu, grit (pasir halus), dan gas (CO dan NO).
b) Proses peleburan; Semisal proses peleburan baja, pembuatan soda, semen, keramik,
aspal. Polutan yang dihasilkannya meliputi debu, uap, dan gas.
c) Pertambangan dan penggalian; Polutan yang dihasilkan terutama adalah debu.
d) Proses pengolahan dan pemanasan; Semisal proses pengolahan makanan, daging,
ikan, dan penyamakan. Polutan yang dihasilkan meliputi asap, debu, dan bau.
e) Pembuangan limbah; baik limbah industri maupun limbah rumah tangga. Polutannya
adalah gas H2S yang menimbulkan bau busuk.
f) Proses kimia; Semisal pada pemurnian minyak bumi, pengolahan mineral, dan
pembuatan keris. Polutan yang dihasilkan umunya berupa debu, uap dan gas.
g) Proses pembangunan; Semisal pembangunan gedung-gedung, jalan dan kegiatan yang
semacamnya. Polutannya seperti asap dan debu.
h) Proses percobaan atom atau nuklir; Polutan yang dihasilkan terutama adalah gas dan
debu radioaktif.

Emisi akibat gunung meletus masih kalah dibanding emisi akibat aktivitas manusia di
awal sudah dituliskan bahwa manusia menjadi penyebab utama dan terbesar terjadinya
pencemaran udara. Belum lagi jika kebakaran hutan, sebagai salah satu penyebab polusi
udara terbesar, dimasukkan sebagai pencemaran udara yang disebabkan oleh manusia.
Karena tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar kebakaran hutan dan lahan sengaja
dilakukan oleh manusia.Faktor alami penyebab
Udara terbesar lainnya adalah meletusnya gunung berapi. Letusan gunung berapi sangat
luar biasa. Meskipun demikian, menurut penelitian, seluruh gunung api di dunia
mengeluarkan hanya 0,13 hingga 0,44 miliar ton CO2 per tahunnya. Jumlah ini ternyata
tidak sebanding dengan emisi karbon dioksida yang dihasilkan oleh manusia melalui
pabrik-pabrik dan kendaraan bermotor. Kendaran bermotor saja menyumbangkan emisi
karbon hingga 2 miliar pertahunnya. Pada tahun 2010 saja, berbagai aktivitas manusia
telah menambahkan sedikitnya 35 miliar ton emisi karbon dioksida ke atmosfer. 
Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya
pembangunan fisik kota dan pusat – pusat industri, kualitas udara telah mengalami
perubahan. Udara yang dulunya segar, kini kering dan kotor. Keadaan ini apabila tidak
segera di tanggulangi dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan, serta
tumbuhan . Perubahan lingkungan udara disebabkan pencemaran udara, yaitu masuknya
zat pencemar (berbentuk gas – gas dan partikel kecil / aerosol) kedalam udara. Zat
pencemar masuk kedalam udara dapat secara alamiah (asap kebakaran hutan, akibat
gunung berapi, debu meteorit, dan pancaran garam dari laut) dan aktivitas manusia
(transportasi, industri pembuangan sampah). Konsentrasi pencemaran udara di beberapa
kota besar dan daerah industri Indonesia menyebabkan adanya gangguan pernafasan,
iritasi pada mata dan telinga, timbulnya penyakit tertentu serta gangguan jarak pandang.
Pembahasan dibawah ini bertujuan untuk mengetahui gambaran secara umum tentang
udara dan permasalahanya serta mengetahui tentang upaya - upaya dalam pengendalian
pencemaran udara.
 Sumber Pencemar Udara
Sumber pencemaran dapat merupakan kegiatan yang bersifat alami dan kegiatan
antropogenik. Contoh sumber alami adalah akibat letusan gunung berapi, kebakaran hutan,
dekomposisi biotik, debu, spora tumbuhan dan lain sebagainya. Pencemaran akibat
kegiatan manusia secara kuantitatif sering lebih besar, misalnya sumber pencemar akibat
aktivitas transportasi, industri, persampahan baik akibat proses dekomposisi ataupun
pembakaran dan rumah tangga. Pencemaran udara akibat kegiatan transportasi yang sangat
penting adalah akibat kendaraan bermotor di darat yang menghasilkan gas CO, Nox,
hidrokarbon, SO2 dan Tetraethyl lead, yang merupakan bahan logam timah yang
ditambahkan kedalam bensin berkualitas rendah untuk meningkatkan nilai oktan guna
mencegah terjadinya letupan pada mesin. Parameter penting akibat aktivitas ini adalah
CO, Partikulat, NOx, HC, Pb , dan SOx.
Emisi pencemaran udara oleh industri sangat tergantung dari jenis industri dan prosesnya,
peralatan industri dan utilitasnya. Berbagai industri dan pusat pembangkit tenaga listrik
menggunakan tenaga dan panas yang berasal dari pembakaran arang dan bensin. Hasil
sampingan dari pembakaran adalah SOx, asap dan bahan pencemar lain. Proses
pembakaran sampah walaupun skalanya kecil sangat berperan dalam menambah jumlah
zat pencemar diudara terutama debu dan hidrokarbon. Hal penting yang perlu
diperhitungkan dalam emisi pencemaran udara oleh sampah adalah emisi partikulat akibat
pembakaran, sedangkan emisi dari proses dekomposisi yang perlu diperhatikan adalah
emisi HC dalam bentuk gas metana.
 Jenis Pencemar Udara

 Dilihat dari ciri fisik, bahan pencemar dapat berupa:

a. Partikel (debu, aerosol, timah hitam)


b. Gas (CO, NOx, SOx, H2S dan HC)
c. Energi (suhu dan kebisingan).

 Berdasarkan dari kejadian, terbentuknya pencemar terdiri dari :

a. Pencemar primer (yang diemisikan langsung dari sumbernya)


b. Pencemar sekunder (yang terbentuk karena reaksi di udara antara berbagai zat)

Pola emisi akan menggolongkan pencemar dari sumber titik (point source), sumber
garis (line source ) dan sumber area (area source). Dilihat secara kimiawi, banyak sekali
macam bahan pencemar tetapi yang biasanya menjadi perhatian adalah pencemar utama
(major air pollutans) yaitu golongan oksida karbon (CO, CO2) , oksida belerang (SO2,
SO3) dan oksida nitrogen (N2O, NO, NO3) senyawa hasil reaksi fotokimia, partikel (asap,
debu, asbestos, metal, minyak, garam sulfat), senyawa inorganik ( HF,
H2S,NH3,H2SO4,HNO3), hidrokarbon (CH4, C4H10) unsur radio aktif (titanium,
Radon), energi panas (suhu, kebisingan). Gas diudara dengan reaksi fotokimia dapat
membentuk bahan pencemar sekunder, misalnya peroxyl radikal dengan oksigen akan
membentuk ozon dan nitrogen dioksida berubah menjadi nitrogen monoksida dengan
oksigen dan sebagainya. Pemaparan terhadap manusia pada umumnya melalui pernafasan
dan cara penanggulangannya terutama dengan mengurangi pembebasan bahan pencemar
secara langsung keudara, misalnya dengan menggunakan “ gas scrubber “, alat tambahan
pada knalpot dan lain – lain. Partikel dengan ukuran antara 0,01 – 5 μm merupakan
sumber pencemar udara yang utama karena keadaanya tidak terlihat secara nyata dan terus
berada pada atmosfer untuk waktu yang cukup lama. Dampak negatif dari bahan – bahan
ini biasanya berupa gangguan pada bahan – bahan bangunan, tanaman, hewan serta
manusia.
 Polutan
Polutan udara primer, yaitu polutan yang mencakup 90 % dari jumlah polutan udara
seluruhnya , dapat dibedakan menjadi lima kelompok sebagai berikut:

1) Karbon monoksida (CO)


2) Nitrogen oksida ( NOx)
3) Hidrokarbon ( HC)
4) Sulfur Dioksida ( SOx)
5) Partikel

Sumber polusi yang utama berasal dari transpotasi, 60 % dari polutan yang dihasilkan
terdiri dari karbonmonoksida dan sekitar 15 % hidrokarbon. Toksisitas kelima kelompok
polutan tersebut berbeda – beda dan Tabel 1. di bawah ini menyajikan toksisitas relatif
masing – masing kelompok polutan tersebut. Ternyata polutan yang paling berbahaya bagi
kesehatan adalah partikel – partikel, diikuti berturut – turut NOx, SOx, Hidrokarbon dan
yang paling rendah toksisitasnya adalah karbonmonoksida.

 Jenis Dan Sifat Partikel


Polusi udara karena partikel – partikel tersebut merupakan masalah lingkungan yang
perlu mendapat perhatian. berbagai jenis polutan partikel dan bentuk – bentuknya yang
terdapat diudara dapat dilihat pada Tabel 2. dibawah ini:
Sifat fisis partikel yang penting adalah ukurannya, yang berkisar antara diameter
0,0002 mikron sampai sekitar 500 mikron. Pada kisaran tersebut partikel mempunyai umur
dalam bentuk tersuspensi di udara antara beberapa detik sampai beberapa bulan. Umur
partikel tersebut dipengaruhi oleh kecepetan pengendapan yang ditentukan dari ukuran
dan densitas partikel serta aliran udara. Pada gambar dibawah ini dapat dilihat hubungan
antara velositas pengendapan dengan ukuran partikel jika diasumsi densitas sama. Sifat
partikel lainnya yang penting adalah kemampuannya sebagi tempat adsorbsi (sorbsi secara
fisik) atau kimisorbsi (sorbsi disertai dengan interaksi kimia). Sifat ini merupakan fungsi
luas permukaan yang pada umunya luas untuk kebanyakan partikel. Sifat lainnya adalah
sifat optiknya . Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0,1 mikron berukuran
sedemikian kecilnya dibandingkan dengan panjang gelombang sinar , sehingga partikel –
partikel tersebut mempengaruhi sinar seperti halnya molekul molekul dan menyebabkan
refraksi. Demikian sebaliknya untuk partikel yang ukurannya lebih dari satu mikron. Sifat
optik ini penting dalam menentukan pengaruh partikel atmosfer terhadap radiasi dan
visibilitas solar dan energi.
Ada beberapa bahan pencemar udara yang sering ditemukan di kota-kota. Dilihat dari
ciri fisik, bahan pencemar dapat berupa:

a. Partikulat (PM)

Particulate Matter (PM), didefinisikan sebagai material halus dalam bentuk solid
maupun cair (liquid droplets) di udara dengan ukuran antara 0.05 µm hingga 100 µm.
Selain itu, partikulat juga ditemukan dalam bentuk suspensi dengan rata-rata ukuran
kurang dari 40 µm. Pengelompokan partikulat berdasarkan ukurannya dibagi menjadi
3 (tiga) jenis yaitu a) ultra fine particle, dengan ukuran < 0.1 µm , b) fine particle,
dengan ukuran 0.1 – 2.0 µm, dan c) coarse particle, dengan ukuran >2 µm. Selain itu,
klasifikasi lainnya yang digunakan untuk menggambarkan ukuran partikel adalah sifat
aerodinamis yaitu kurang atau sama dengan 10 µm (PM10). Partikulat dari hasil
pembakaran di mesin diesel pada umumnya berukuran kurang dari 2,5 µm (PM2.5).
Sebagai sebuah hasil reaksi kimia, partikel ini juga memiliki susunan partikel yang
lebih kecil dengan ukuran diameter kurang dari 0,1 µm (CEPA, 1999).
Sumber pencemaran partikel dapat berasal dari peristiwa alami dan dapat juga berasal
dari aktivitas manusia. Sumber pencemaran partikel akibat aktivitas manusia sebagian
besar berasal dari pembakaran batu bara, proses industri, kebakaran hutan dan gas
buangan alat transportasi. Pencemaran partikel yang berasal dari alam, adalah sebagai
berikut :
 Debu tanah/pasir halus yang terbang terbawa oleh angin kencang.
 Abu dan bahan-bahan vulkanik yang terlempar ke duara akibat letusan gunung
berapi.
 Semburan uap air panas di sekitar daerah sumber panas bumi di daerah
pegunungan.
Debu adalah zat padat yang dihasilkan oleh manusia atau alam dan merupakan hasil
dari proses pemecahan suatu bahan. Debu adalah zat padat yang berukuran 0,1 – 25
mikron. Debu termasuk kedalam golongan partikulat. Yang dimaksud dengan
partikulat adalah zat padat/cair yang halus, dan tersuspensi diudara, misalnya embun,
debu, asap, fumes dan fog.
Partikel menyebar di atmosfer akibat dari berbagai proses alami, seperti letusan
vulkano, hembusan debu serta tanah oleh angin. Aktifitas manusia juga berperan
dalam penyebaran partikel, misal dalam bentuk partikel debu dan asbes dari bahan
bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja dan asap dari proses pembakaran
tidak sempuran, terutama dari batu arang. Sumber partikel yang utama adalah
pembakaran bahan bakar dari sumbernya. Diikuti oleh proses– proses industri.
c. Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan juga
tidak berasa. Karbon monoksida yang terdapat di alam terbentuk dari salah satu
proses sebagai berikut:
 Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon.
 Reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu
tinggi.
 Pada suhu tinggi, karbon dioksida terurai menjadi CO dan O
Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara,
berupa gas buangan. Kendaraan bermotor merupakan sumber polutan CO yang utama
(sekitar 59,2%), maka daerah-daerah yang berpenduduk padat dengan lalu lintas
ramai memperlihatkan tingkat polusi CO yang tinggi. Konsentrasi CO di udara per
waktu dalam satu hari dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan bermotor
yang ada. Semakin ramai kendaraan bermotor yang ada, ]semakin tinggi tingkat
polusi CO di udara.
Kota besar yang padat lalu lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga
kadar CO dalam udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Secara
alamiah gas CO dapat juga terbentuk walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas
hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain.
Penyebaran gas CO di udara tergantung pada keadaan lingkungan. Untuk daerah
perkotaan yang banyak kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padat, udaranya sudah
banyak tercemar oleh gas CO. Sedangkan daerah pinggiran kota atau desa, cemaran
CO di udara relatif sedikit. Ternyata tanah yang masih terbuka di mana belum ada
bangunan di atasnya, dapat membantu penyerapan gas CO. Hal ini disebabkan
mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu menyerap gas CO yang terdapat di
udara. Angin dapat mengurangi konsentrasi gas CO pada suatu tempat karena
dipindahkan ke tempat lain.
d. Sulfur Oksida (SOx)
Gas belerang oksida atau sering ditulis dengan SOx, terdiri dari gas SO2 dan gas SO3
yang keduanya mempunyai sifat berbeda. Gas SO2 berbau sangat tajam dan tidak
mudah terbakar, sedangkan gas SO3 bersifat sangat reaktif. Gas SO3 mudah bereaksi
dengan uap air yang ada di udara untuk membentuk asam sulfat atau H2SO4. Asam
sulfat ini sangat reaktif, mudah bereaksi (memakan) benda-benda lain yang
mengakibatkan kerusakan, seperti proses pengkaratan (korosi) dan proses kimiawi
lainnya. Konsentrasi gas SO2 di udara akan mulai terdeteksi oleh indera manusia
(tercium baunya) manakala konsentrasinya berkisar antara 0,3 – 1 ppm.
Hanya sepertiga dari jumlah sulfur yang terdapat di atmosfer merupakan hasil dari
aktivitas manusia, dan kebanyakan dalam bentuk SO2 . Sebanyak dua pertiga dari
jumlah sulfur di atmosfer berasal dari sumber-sumber alam seperti volcano, dan
terdapat dalam bentuk H2S dan oksida. Masalah yang ditimbulkan oleh polutan yang
dibuat manusia adalah dalam hal distribusinya yang tidak merata sehingga
terkonsentrasi pada daerah tertentu, bukan dari jumlah keseluruhannya, sedangkan
polusi dari sumber alam biasanya lebih tersebar merata. Transportasi bukan
merupakan sumber utama polutan SOx tetapi pembakaran bahan bakar pada
sumbernya merupakan sumber utama polutan SOx, misalnya pembakaran batu arang,
minyak bakar, gas, kayu dan sebagainya.
Pembakaran bahan-bahan yang mengandung sulfur akan menghasilkan kedua bentuk
sulfur oksida, tetapi jumlah relatif masing-masing tidak dipengaruhi oleh jumlah
oksigen yang tersedia. Meskipun udara tersedia dalam jumlah cukup, SO2 selalu
terbentuk dalam jumlah terbesar. Jumlah SO2 yang terbentuk dipengaruhi oleh
kondisi reaksi, terutama suhu dan bervariasi dari 1 sampai 10% dari total SOx.
SO3 biasanya diproduksi dalam jumlah kecil selama pembakaran. Adanya SO3 di
udara dalam bentuk gas hanya mungkin jika konsentrasi uap air sangat rendah. Jika
uap air terdapat dalam jumlah cukup seperti biasanya, SO3 dan air akan segera
bergabung membentuk droplet asam sulfat (H2SO4). Setelah berada di atmosfer,
sebagian SO2 akan diubah menjadi SO3 (kemudian menjadi H2SO4) oleh proses-
proses fotolitik dan katalitik. Jumlah SO2 yang teroksidasi menjadi SO3 dipengaruhi
oleh beberapa faktor termasuk jumlah air yang tersedia, intensitas, waktu dan
distribusi spektrum sinar matahari.
e. Nitrogen Oksida (NOx)
Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx, karena oksida nitrogen mempunyai 2
macam bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan gas NO. Sifat gas NO2
adalah berwarna dan berbau, sedangkan gas NO tidak berwarna dan tidak berbau.
Warna gas NO2 adalah merah kecoklatan dan berbau tajam menyengat hidung.
Seperti halnya CO, emisi nitrogen oksida dipengaruhi oleh kepadatan penduduk
karena sumber utama NOx yang diproduksi manusia adalah dari pembakaran, dan
kebanyakan pembakaran disebabkan oleh kendaraan, produksi energi dan
pembuangan sampah. Sebagian besar emisi NOx yang dibuat manusia berasal dari
pembakaran arang, minyak, gas alam dan bensin.
Emisi NOx sangat bervariasi tergantung pada jenis bahan bakar dan jenis
pembakaran. Dampak NO2 pada kesehatan bervariasi dengan tingkat paparan.
Paparan dari beberapa menit sampai dengan satu jam pada level antara 50-100 ppm
NO2, menyebabkan membengkaknya kulit paru-paru selama 6-8 minggu. Paparan
pada 150-200 ppm NO2 menyebabkan hilangnya fibrasi tenggorokan (bronchiolitis
fibrosa obliterans), suatu kondisi yang fatal dalam 3-5 minggu setelah terpapar.
Kematian akan datang jika terpapar NO2 sebanyak 500 ppm atau lebih dalam waktu
2-10 hari (Haidong Kan et al, 2012).
Gas nitrogen dioksida (NO2) bila mencemari udara mudah diamati dari baunya yang
sangat menyengat dan warnanya coklat kemerahan. Organ tubuh yang paling peka
terhadap pencemaran gas NO2 adalah paru-paru. Paru-paru yang terkontaminasi oleh
gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernapas yang dapat
mengakibatkan kematian. Konsentrasi gas NO yang tinggi dapat menyebabkan
gangguan pada system syaraf yang mengakibatkan kejang-kejang. Pada tanaman
dapat menyebabkan nekrosis atau kerusakan pada jaringan daun. Pencemaran udara
oleh gas NOx juga dapat menyebabkan timbulnya Peroxi Acetil Nitrates (PAN).
Dapat menyebabkan iritasi pada mata yang menyebabkan mata terasa pedih dan
berair.
f. Oksidan Kimia : Ozon (O3) & Peroksiasilnitrat (PAN)
Polutan sekunder yang paling berbahaya yang dihasilkan oleh reaksi hidrokarbon
dalam siklus tersebut adalah ozon (O3) dan peroksiasetilnitrat, yaitu salah satu
komponen yang paling sederhana dari grup peroksiasilnitrat (PAN).
Oksidan yang terutama adalah ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2) dan
peroxyacylnitrate (PAN). NO2 berasal dari hasil reaksi fotokimia NO dengan oksigen
di udara. Sedangkan ozon dan PAN berasal dari reaksi fotokimia NO, NO2, SO2 dan
radiakal hidrokarbon. Ozon bukan merupakan hidrokarbon tetapi konsentrasi O3 di
atmosfer naik sebagai akibat langsung dari reaksi hidrokarbon, sedangkan PAN
merupakan turunan hidrokarbon. Hasil reaksi antara O dengan hidrokarbon
merupakan produk intermediat yang sangat reaktif yang disebut hidrokarbon radikal
bebas (RO2 ). Radikal bebas semacam ini dapat bereaksi lebih lanjut dengan berbagai
komponen termasuk NO, NO2 , O2 , O3 , dan hidrokarbon lainnya.
Campuran produk-produk sebagai akibat gangguan hidrokarbon di dalam siklus
fotolitik NO2 disebut smog fotokimia, yaitu terdiri dari kumpulan O3 , CO, PAN dan
komponen-komponen organik lainnya termasuk aldehide, keton, dam alkil nitrat.
Konsentrasi oksidan di udara dipengaruhi oleh ada tidaknya sinar matahari dan kadar
bahan-bahan pencemar primernya di udara. Pada siang hari kadar oksidan mencapai
titik maksimum dan malam hari kadar oksidant berada pada titik minimumnya.
5. Hubungan Ventilasi Dengan Pengendalian Pencemaran
Udara sebagai komponen lingkungan yang penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan
ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup
untuk hidup secara optimal. Udara dapat dikelompokkan menjadi: udara luar ruangan
(outdoor air) dan udara dalam ruangan (indoor air). Kualitas udara dalam ruang sangat
mempengaruhi kesehatan manusia, karena hampir 90 % hidup manusia berada dalam
ruangan.

Pertumbuhan pembangunan seperti industri, transportasi, dan lain-lain disamping


memberikan dampak positif namun disisi lain akan memberikan dampak negatif dimana
salah satunya berupa pencemaran udara dan kebisingan baik yang terjadi didalam ruangan
(indoor) maupun di luar ruangan (outdoor) yang dapat membahayakan kesehatan manusia
dan terjadinya penularan penyakit.

Kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality) merupakan masalah yang perlu
mendapat perhatian karena akan berpengaruh terhadap kesehatan manusia. Timbulnya
kualitas udara dalam ruangan umumnya disebabkan oleh beberapa hal, yaitu kurangnya
ventilasi udara (52%), adanya sumber kontaminasi di dalam ruangan (16%) kontaminasi
dari luar ruangan (10%), mikroba (5%), bahan material bangunan (4%) ,lain-lain (13%).

Salah satu timbulnya kualitas udara dalam ruangan yaitu krangnya ventilasi udara dapat
menimbulkan beberapa dampak pada kesehatan. Menurut standar WHO, luas ventilasi
ruangan yang kurang dari 10 % atau ventilation rate kurang dari 20 CFM memberikan
risiko yang besar untuk terjadinya gejala SBS. Ventilation rate yang baik untuk suatu
gedung atau ruangan adalah 25-50 CFM per penghuni. Ventilasi yang paling ideal untuk
suatu ruangan apabila ventilasi dalam keadaan bersih, luas memenuhi syarat, sering
dibuka, adanya cross ventilation sehingga tidak menyebabkan adanya dead space dalam
ruangan. Ketidakseimbangan antara ventilasi dan pencemaran udara merupakan salah satu
sebab terbesar gejala SBS.

Fungsi sebuah sistem ventilasi dalam lingkungan kerja dimaksudkan untuk mengatur
kondisi kenyamanan ruangan, memperbaruhi udara dengan pencemaran udara ruangan
pada batas normal, serta menjaga kebersihan udara dari kontaminasi berbahaya. Ventilasi
ruangan secara alami didapatkan dengan jendela terbuka yang mengalirkan udara luar ke
dalam ruangan

Untuk memenuhi fungsi diatas, kita dapat memanfaatkan teknologi pengendalian


pencemaran udara yaitu dengan menggunakan ventilasi baik alami maupun ventilasi
buatan. Membuat sistem ventilasi harus dipikirkan dengan matang dan harus sesuai
dengan ketentuan sehingga tidak menimbulkan dampak gangguan kesehatan kepada
penghuni rumah. Faktor yang harus diperhatikan dalam membangun sistem ventilasi,
selain bentuk juga harus sangat diperhatikan kekuatan aliran dan tata letak ventilasi. Letak
ventilasi harus sesuai dengan priciples of dilution ventilation, terutama untuk tempat kerja
dengan resiko paparan bahan kimia. Teknologi pengendalian pencemaran udara dalam
suatu plant atau tahap proses dirancang untuk memenuhi kebutuhan proses itu atau
perlindungan lingkungan. Teknologi ini dapat dipilih dengan penerapan susunan alat
pengendali sehingga memenuhi persyaratan yang telah disusun dalam rancangan proses

Rancangan proses pengendalian pencemaran ini harus dapat memenuhi persyaratan


yang dicantumkan dalam peraturan pengelolaan lingkungan. Rancangan ini harus
mempertimbangkan faktor ekonomi. Jadi penerapan peralatan pengendalian ini perlu
dikaitkan dengan perkembangan proses produksi itu sendiri sehingga memberikan nilai
ekonomik yang paling rendah baik untuk instalasi, operasi dan pemeliharaan. Nilai
ekonomik yang dihubungkan dengan biaya produksi ini masih sering dianggap cukup
besar. Penilaian ekonomi yang dihubungkan dengan kemaslahatan masyarakat kurang
ditinjau, karena analisis ini kurang dapat dipahami oleh pihak industriawan. Dengan
demikian penerapan peraturan harus dilaksanakan dan diawasi dengan baik, agar
penerapan teknologi pengendalian ini bukan hanya sekedar memasang alat pengendalian
pencemaran udara tetapi kinerja alat ini tidak memenuhi persyaratan.

Teknologi pengendalian ini perlu dikaji dengan seksama, agar penggunaan alat tidak
berlebihan dan kinerja yang diajukan oleh pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi
persyaratan perlindungan lingkungan. Sistem pengendalian ini harus diawali dengan
memahami watak emisi senyawa pencemar dan lingkungan penerima. Teknologi
pengendalian yang sempurna akan membutuhkan biaya yang besar sekali sehubungan
dengan dimensi alat, kebutuhan energi, keselamatan kerja dan mekanisme reaksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan teknologi pengendalian atau


rancangan sistem pengendalian meliputi:

 Karakteristik gas buang atau efluen


 Tingkat pengurangan yang dibutuhkan
 Teknologi komponen alat pengendalian pencemaran
 Kemungkinan perolehan senyawa pencemar yang bernilai ekonomik.
Selain faktor diatas perlu juga kita memperhatikan beberapa syarat untuk memenuhi
syarat ventilasi yang baik seperti misalnya pembuatan lubang-lubang ventilasi dan jendela
harus serasi dengan luas kamar dan sesuai dengan iklim di tempat itu. Di daerah yang
berhawa dingin dan banyak angin. Disarankan untuk tidak membuat lubang-lubang
ventilasi yang lebar dan harus sesuai ukuran. Tetapi di daerah yang berhawa panas dan
tidak banyak angin, lubang ventilasi dapat dibuat agak lebih besar. Terdapatnya lubang
ventilasi berfungsi untuk menghilangkan gas-gas atau partikel partikel beracun yang
ditimbulkan oleh keringat dan gas-gas CO2 yang ditimbulkan dari adanya proses
pernapasan.

Ventilasi yang baik dalam ruangan harus mempunyai syarat lainnya, di antaranya:

 Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5% dari luas lantai ruangan. Sedangkan luas
lubang ventilasi insidentil (dapat dibuka dan ditutup) minimum 5%. Jumlah keduanya
menjadi 10% dikali luas lantai ruangan. Ukuran luas ini diatur sedemikian rupa
sehingga udara yang masuk tidak terlalu deras dan tidak terlalu sedikit. 
 Udara yang masuk harus udara bersih, tidak dicemari oleh asap dari sampah atau dari
pabrik, dari knalpot kendaraan, debu dan lain-lain. 
 Aliran udara diusahakan Ventilasi Silang  atau Cross Ventilation dengan
menempatkan lubang hawa berhadapan antara 2 dinding ruangan. Aliran udara ini
jangan sampai terhalang oleh barang-barang besar misalnya almari, dinding sekat dan
lain-lain.

Oleh karena itu, perlu adanya ventilasi yang baik guna memperoleh pergantian udara
dan udara menjadi segar karena udara segar sangat dibutuhkan manusia terutama dimasa
sekarang dimana udara tidak lagi sehat dan pada masa pandemi ini hampir 24 jam kita
berada di rumah sehingga apabila suatu ruangan tidak mempunyai sistem ventilasi yang
baik dan over crowded maka akan menimbulkan keadaan yang dapat merugikan
kesehatan. Selain itu agar kuman-kuman penyakit dalam udara, seperti bakteri dan virus,
dapat keluar dari ruangan, sehingga tidak menjadi penyakit. Orang-orang yang batuk dan
bersin-bersin mengeluarkan udara yang penuh dengan kuman-kuman penyakit, yang dapat
menginfeksi udara di sekelilingnya. Penyakit-penyakit menular yang penularannya dengan
perantara udara, antara lain : TBC, bronchitis, pneumonia, dan lain-lain.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI, 2002. Keputusan Menkes RI No. 1407/Menkes/SK/XI/2002 tentang Pedoman


Pengendalian Dampak Pencemaran Udara.

Hadiyarto, A., dan Sasongko, D.P., 1998, Buku Teks ; Pengendalian Pencemaran Udara,
Pusat Studi lingkungan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan: Jakarta.

Prabowo, Kuat, dan Burhan Muslim. 2018. Buku Ajar Kesehatan Lingkungan, Penyehatan
Udara. Jakarta: Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Jakarta 2.

Soedomo, M., 2001, Pencemaran Udara (Kumpulan karya ilmiah), ITB press: Bandung

https://id.scribd.com/presentation/444584633/4-Jenis-jenis-ventilasi-hubungannya-dengan-
pengendalian-pencemaran-polutan-pptx

http://kotaku.pu.go.id/view/3063/tentang-rumah-sehat-

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://enviro.bppt.go.id/

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.usu.ac.id/

https://bpsdm.pu.go.id › Modul 11- Modul Pengend

Anda mungkin juga menyukai