Anda di halaman 1dari 15

MATERI PERTEMUAN 4

STANDAR KUALITAS UDARA AMBIEN


Oleh: Dr. Burhan Muslim, SKM.,M.Si.

A. Pengantar
Pernakah Saudara melihat prakiraan cuaca yang disiarkan oleh stasiun televisi
lokal atau luar negeri?. Mungkin tidan banyak yang pernah karena kurang menarik,
akan tetapi pada acara tersebut, kita dapat mengehatuhi kondisi atmosfir di suatu
wilayah tanpa harus mengunjnginya. Pada prakiraan cuaca, disampaikan antara lain
kualitas udara (air quality), yang mencakup antara lain suhu udara, kelembaban
udara, dan AQI (Air Quality Index) atau Index Standar Polusi Udara (ISPU). Informasi
ini sesunguugnya sangat penting di bidang kesehatan lingkungan.
Pertemuan kita kali ini akan membahas tentang kualitas/mutu udara, mengenai
antara lain konsep Mutu Udara, Baku Mutu Udara, dan ISPU/AQI.

B. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, Saudara diharapkan dapat:
1. Menjelaskan tentang mutu udara
2. Menjelaskan tentang Baku Mutu Udara
3. Menjelaskan tentang ISPU
Disamping itu, Saudara juga diharapkan memiliki keterampilan untuk mencari
informasi tentang kondisi qualitas udara dari berbagai belahan dunia, serta
memberikan interpetasi/pendapat/kesimpulan dari informasi fakta yang Saudara
temukan.

C. Kualitas Udara Ambien

Ambien adalah udara bebas di permukaan bumi pada lapisan troposfer yang
berada di dalam wilayah yuridiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan
mempengaruhinya kesehatan manusia, makhluk hidup dan unsur lingkungan hidup
lainnya (PP No. 41 Tahun 1999). Kualitas atau Mutu Udara adalah adalah kadar zat,
energi, dan/atau komponen lain yang ada di udara bebas.

Baku mutu udara ambien adalah ukuran batas atau kadar zat, energi,
dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada dan/atau unsur pencemar
yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Selanjutnya dijelaskan juga
tentang sumber pencemar udara adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang
mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya (Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999).
BAKU MUTU UDARA AMBIEN NASIONAL
PP No. 41 Tahun 1999

No. Parameter Waktu Baku Mutu Metode Peralatan


Pengukuran Analisis

1 SO2 1 Jam 900 ug/Nm3 Pararosanilin Spektrofotometer

(Sulfur Dioksida)
24 Jam 365 ug/Nm3

1 Thn 60 ug/Nm3

2 CO 1 Jam 30.000 ug/Nm3 NDIR NDIR Analyzer

(Karbon
24 Jam 10.000 ug/Nm3
Monoksida)

1 Thn -

NO2
3 1 Jam 400 ug/Nm3 Saltzman Spektrofotometer

(Nitrogen Dioksida)
24 Jam 150 ug/Nm3

1 Thn 100 ug/Nm3

O3
4 1 Jam 235 ug/Nm3 Chemiluminescent Spektrofotometer

(Oksidan)
1 Thn 50 ug/Nm3

5 HC 3 Jam 160 ug/Nm3 Flame Ionization Gas

(Hidro Karbon)
Chromatogarfi

PM10
6 24 Jam 150 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

(Partikel < 10 um )

PM2,5 (*)
24 Jam 65 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

(Partikel < 2,5 um )


1 Thn 15 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol
TSP
7 24 Jam 230 ug/Nm3 Gravimetric Hi - Vol

(Debu)
1 Thn 90 ug/Nm3

Pb
8 24 Jam 2 ug/Nm3 Gravimetric Hi – Vol

(Timah Hitam) 1 Thn 1 ug/Nm3 Ekstraktif

Pengabuan AAS

Dustfall
9. 30 hari

(Debu Jatuh ) 10 Gravimetric Cannister


Ton/km2/Bulan
(Pemukiman)

20
Ton/km2/Bulan

(Industri)

Total Fluorides (as


10 24 Jam 3 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau
F)

90 hari 0,5 ug/Nm3 Electrode Countinous


Analyzer

11. Fluor Indeks 30 hari 40 u g/100 cm2 Colourimetric Limed Filter


dari kertas Paper
limed filter

Khlorine &
12. 24 Jam 150 ug/Nm3 Spesific Ion Impinger atau

Khlorine Dioksida Electrode Countinous


Analyzer

Sulphat Indeks
13. 30 hari 1 mg SO3/100 Colourimetric Lead
cm3

Dari Lead Peroxida Candle


Peroksida

Catatan :
Nomor 10 s/d 13 Hanya di berlakukan untuk daerah/kawasan Industri Kimia Dasar
Contoh : - Industri Petro Kimia
- Industri Pembuatan Asam Sulfat.

Saat ini Indeks standar kualitas udara yang dipergunakan secara resmi di
Indonesia adalah Indek Standar Pencemar Udara (ISPU), hal ini sesuai dengan
Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : KEP 45 / MENLH / 1997
Tentang Indeks Standar Pencemar Udara. Dalam keputusan tersebut yang
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan diantaranya : bahwa untuk memberikan
kemudahan dari keseragaman informasi kualitas udara ambien kepada masyarakat
di lokasi dan waktu tertentu serta sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan
upaya-upaya pengendalian pencemaran udara perlu disusun Indeks Standar
Pencemar Udara.
Indeks Standar Pencemar Udara adalah angka yang tidak mempunyai satuan
yangmenggambarkan kondisi kualitas udara ambien di lokasi dan waktu tertentu
yangdidasarkan kepada dampak terhadap kesehatan manusia, nilai estetika dan
makhlukhidup lainnya.Indeks Standar Pencemar Udara ditetapkan dengan cara
mengubah kadar pencemar udara yang terukur menjadi suatu angka yang tidak
berdimensi. Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) (bahasa Inggris: Air Pollution
Index, disingkat API) adalah laporan kualitas udara kepada masyarakat untuk
menerangkan seberapa bersih atau tercemarnya kualitas udara kita dan bagaimana
dampaknya terhadap kesehatan kita setelah menghirup udara tersebut selama
beberapa jam atau hari. Penetapan ISPU ini mempertimbangkan tingkat mutu udara
terhadap kesehatan manusia, hewan, tumbuhan, bangunan, dan nilai estetika.ISPU
ditetapkan berdasarkan 5 (lima) pencemar utama, yaitu: karbon monoksida (CO),
sulfur dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2), Ozon permukaan (O3), dan partikel
debu (PM10). Di Indonesia ISPU diatur berdasarkan Keputusan Badan Pengendalian
Dampak Lingkungan (Bapedal) Nomor KEP-107/Kabapedal/11/1997.
Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) adalah konsep indeks yang dijadikan
rujukan kategori udara ambien. Udara ambien dalam atmosfer akan terus mengalami
perubahan akibat aktivitas kehidupan manusia maupun kejadian alamiah. Setiap
aktivitas akan menghasilkan sampah atau hasil sampingan yang masuk kembali ke
dalam sistem atmosfer. Nilai ISPU tidak memiliki satuan, tetapi merupakan angka
absolut yang menggambarkan kondisi kualitas udara ambien di suatu tempat.
Penetapan kriteria ISPU didasarkan pada dampaknya terhadap kesehatan manusia,
nilai estetika dan makhluk hidup lainnya.
Data Indeks Standar Pencemar Udara diperoleh dari pengoperasian Stasiun
Pemantauan Kualitas Udara Ambien Otomatis. Sedangkan Parameter Indeks
Standar Pencemar Udara meliputi :
a. Partikulat (PM10)
b. Karbondioksida (CO)
c. Sulfur dioksida (SO2).
d. Nitrogen dioksida (NO2).
e. Ozon (O3)
Perhitungan dan pelaporan serta informasi Indeks Standar Pencemar Udara
ditetapkan oleh Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan, yaitu Keputusan
Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan No. 107 Tahun 1997 Tanggal 21
November 1997.Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan,
memuat diantaranya adalah :

Tabel 1. Parameter-Parameter Dasar Untuk Indeks Standar Pencemar Udara


(ISPU)
Dan Periode Waktu Pengukuran

Catatan :
 Hasil pengukuran untuk pengukuran kontinyu diambil harga rata-rata tertinggi
waktu pengukuran.
 ISPU disampaikan kepada masyarakat setiap 24 jam dari data ratarata
sebelumnya (24 jam sebelumnya).
 Waktu terakhir pengambilan data dilakukan pada pukul 15.00 Waktu
Indonesia Bagian Barat (WIBB).
 ISPU yang dilaporkan kepada masyarakat berlaku 24 jam ke depan (pkl 15.00
tgl (n) sampai pkl 15.00 tgl (n+1 ) )

Tabel 2 Indeks Standar Pencemar Udara


Pencemaran
ISPU Udara Dampak kesehatan
Level
tidak memberikan dampak bagi kesehatan manusia
0 - 50 Baik
atau hewan.
tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun
51 - 100 Sedang hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang
peka.
bersifat merugikan pada manusia ataupun kelompok
101 - 199 Tidak Sehat hewan yang peka atau dapat menimbulkan
kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Sangat Tidak kualitas udara yang dapat merugikan kesehatan pada
200 - 299
Sehat sejumlah segmen populasi yang terpapar.
kualitas udara berbahaya yang secara umum dapat
merugikan kesehatan yang serius pada populasi
300 - 500 Berbahaya
(misalnya iritasi mata, batuk, dahak dan sakit
tenggorokan).

Tabel 3 Pengaruh Indeks Standar Pencemar Udara


Untuk Setiap Parameter Pencemar

 Carbon Monoksida ( CO )
KATEGORI RENTANG DAMPAK (PENGARUH)
ISPU
Baik 0 – 50 Tidak ada efeek
Sedang 51 – 100 Perubahan kimia darah, tetapi tidak
terdeteksi
Tidak 101 – 199 Peningkatan gejala Cardiovasculer pada
Sehat perokok yang sakit jantung
Sangat 200 – 299 Peningkatan gejala Cardiovascular pd orang
Tidak bukan perokok yang menderita penyakit
Sehat jantung; dan akan tampak beberapa
kelemahan secara nyata
Berbahaya 300 – lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua
populasi yang terpapar
 Nitrogen ( NO2 )
KATEGORI RENTANG DAMPAK (PENGARUH)
ISPU
Baik 0 – 50 Sedikit berbau
Sedang 51 – 100 Berbau
Tidak 101 – 199  Bau dan kehilangan warna
Sehat  Peningkatan reaktivitas pembuluh
tenggorokan pada penderita asma
Sangat 200 – 299 Meningkatnya senditivitas pasien yang
Tidak berpnyakit asma dan bronkitis
Sehat
Berbahaya 300 – lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua
populasi yang terpapar

 Ozone ( O3 )
KATEGORI RENTANG DAMPAK (PENGARUH)
ISPU
Baik 0 – 50 Luka pada beberapa spesies tumbuhan
akibat kombinasi dengan SO2 (selama 4
jam)
Sedang 51 – 100 Luka pada beberapa spesies tumbuhan
Tidak 101 – 199 Penurunan kemampuan pada atlit yang
Sehat berlatih keeras
Sangat 200 – 299 Olah raga ringan mengakibatkan pengaruh
Tidak pernapasan pada pasien yang berpenyakit
Sehat paru-paru kronis
Berbahaya 300 – lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua
populasi yang terpapar

 Sulfur Dioksida ( SO2 )


KATEGORI RENTANG DAMPAK (PENGARUH)
ISPU
Baik 0 – 50 Luka pada beberapa spesies tumbuhan
akibat kombinasi dengan O3 (selama 4 jam)
Sedang 51 – 100 Luka pada beberapa spesies tumbuhan
Tidak 101 – 199 Bau, meningkatnya kerusakan tanaman
Sehat
Sangat 200 – 299 Meningkatnya senditivitas pasien yang
Tidak berpnyakit asma dan bronkitis
Sehat
Berbahaya 300 – lebih Tingkat yang berbahaya bagi semua
populasi yang terpapar

D. Kualitas Udara Dalam Ruang

Selain kualitas udara ambien, kualitas udara dalam ruangan (indoor air quality)
juga merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian karena sangat
berpengaruh terhadap kesehatan manusia, karena hampir 90% hidup manusia
berada dalam ruangan.Sebanyak 400 sampai 500 juta orang khususnya di negara
yang sedang berkembangmenghadapi masalah pencemaran udara dalam ruangan.
Begitu juga di Indonesia yang sedang melakukan kegiatan pembangunan fisik yang
sangat pesat, untuk memenuhi kebutuhan perkantoran dan perumahan di kota besar
seperti Jakarta bangunan gedung bertingkat tinggi menjadi pilihan.
Perkembangan desain arsitektur sedang mengarah pada arsitektur bangunan
dengan dinding dan jendela yang terbuat dari kaca. Untuk menjaga suhu udara
ruangan tetap dingin maka digunakan pendingin ruangan. Tidak adanya ventilasi
tidak mengurangi kenyamanan para pekerja di dalam gedung. Sangat nyaman
sehingga tidak banyak yang menyadari bahwa sumber polusi justru berasal dari
ruangan kerja itu sendiri.Perwujudan kualitas lingkungan yang sehat merupakan
bagian pokok di bidang kesehatan. Udara sebagai komponen lingkungan yang
penting dalam kehidupan perlu dipelihara dan ditingkatkan kualitasnya sehingga
dapat memberikan daya dukungan bagi mahluk hidup untuk hidup secara optimal.
Sumber penyebab polusi udara dalam ruangan antara lain yang berhubungan
dengan bangunan itu sendiri, perlengkapan dalam bangunan (karpet, AC, dan
sebagainya), kondisi bangunan, suhu, kelembaban, pertukaran udara, dan hal-hal
yang berhubungan dengan perilaku orang-orang yang berada di dalam ruangan,
misalnya merokok. Sumber polusi udara dalam ruang dapat berasal dari bahan-
bahan sintetis dan beberapa bahan alamiah yang digunakan untuk karpet, busa,
pelapis dinding, dan perabotan rumah tangga (asbestos, formaldehid, VOC), juga
dapat berasal dari produk konsumsi (pengkilap perabot, perekat, kosmetik,
pestisida/insektisida).
Mikroorganisme yang berasal dari dalam ruangan misalnya serangga, bakteri,
kutu binatang peliharaan, jamur. Mikroorganisme yang tersebar di dalam ruangan
dikenal dengan istilah bioaerosol. Bioaerosol di dalam ruangan dapat berasal dari
lingkungan luar dan kontaminasi dari dalam ruangan. Dari lingkungan luar dapat
berupa jamur yang berasal dari organisme yang membusuk, tumbuh-tumbuhan yang
mati dan bangkai binatang, bakteri Legionella yang berasal dari tanah yang
menembus ke dalam ruang, alga yang tumbuh dekat kolam/danau masuk ke dalam
ruangan melalui hembusan angin.Kontaminasi yang berasal dari dalam ruang yaitu
kelembaban antara 25-75% membuat spora jamur akan meningkat dan terjadi
kemungkinan peningkatan pertumbuhan jamur, dan sumber kelembaban adalah
tandon air, bak air di kamar mandi.
Sementara itu, The National Institute of Occupational Safety and Health(NIOSH)
dalam penelitiannya menyebutkan ada lima sumber pencemarandi dalam ruangan
yaitu:
1. Pencemaran dari alat-alat di dalam gedung seperti asap rokok,pestisida,
bahan-bahan pembersih ruangan.
2. Pencemaran di luar gedung meliputi masuknya gas buangan kendaraan
bermotor, gas dari cerobong asap atau dapur yang terletak di dekat gedung,
dimana kesemuanya dapat terjadi akibat penempatan lokasi lubang udara
yang tidak tepat.
3. Pencemaran akibat bahan bangunan meliputi pencemaran formaldehid, lem,
asbes, fibreglass dan bahan-bahan lain yang merupakan komponen
pembentuk gedung tersebut.
4. Pencemaran akibat mikroba dapat berupa bakteri, jamur, protozoa dan produk
mikroba lainnya yang dapat ditemukan di saluran udara dan alat pendingin
beserta seluruh sistemnya.
5. Gangguan ventilasi udara berupa kurangnya udara segar yang masuk, serta
buruknya distribusi udara dan kurangnya perawatan sistem ventilasi udara.

Terdapat beberapa komponen kualitas fisik udara dalam ruangan. Beberapa


parameter kualitas udara dalam ruangan menurut World Health Organization
(WHO)antara lain meliputi suhu/temperatur udara, kelembaban udara, kecepatan
aliran udara, kebersihan udara, bau, kualitas ventilasi, pencahayaan, kadar debu /
partikulat ( respirable suspended perticulate).

a. Suhu/Temperatur Udara
Suhu udara sangat berperan terhadap kenyamanan kerja. Sebagaimana kita
ketahui, tubuh manusia menghasilkan panas yang digunakan untuk metabolisme
basal dan muskular, namun dari semua energi yang dihasilkan tubuh hanya 20 %
saja dipergunakan dan sisanya akan dibuang ke lingkungan. Variasi suhu udara
tubuh dengan ruangan memungkinkan terjadinya pelepasan suhu tubuh, sehingga
tubuh merasa nyaman. Sebaliknya suhu ruangan yang tinggi merupakan beban
tambahan bagi seseorang yang sedang bekerja
Untuk melakukan penilaian suhu suhu udara ruangan, pada umumnya
dibedakan menjadi dua yaitu suhu basah dimana pengukuran dilakukan jika udara
mengandung uap air, dan suhu kering bilamana udara sama sekali tidak
mengandung uap air. Pembacaannya dilakukan dengan termometer sensor kering
dan sensor basah. Kisaran suhu kering 22°- 25°C. Bagi pekerja dengan beban kerja
ringan kisaran suhu dapat lebih luas yaitu 20°-25°C.
Perubahan suhu lebih dari 7°C secara tiba-tiba dapat menyebabkan
pengerutan saluran darah, sehingga perbedaan suhu dalam dan luar ruangan
sebaiknya kurang dari 7°C. Itulah sebabnya penetapan suhu udara perlu
memperhitungkan iklim setempat agar perbedaan suhu dapat disesuaikan,
contohnya kota Jakarta berdasarkan data meteorologi memiliki suhu terendah
sebesar 21,7°C – 26,2°C (musim penghuja ) dan suhu tertinggi 27,3°C – 32°C
( musim kemarau ).

b. Kelembaban udara
Kelembaban udara dihitung dari perbandingan suhu basah dan suhu kering
(persen) dengan demikian kedua ukuran ini saling berkaitan. Kombinasi suhu dan
kelembaban udara yang tepat akan menciptakan kenyamanan ruangan, sebaliknya
kombinasi keduanya dapat pula memperburuk kondisi udara ruangan. Kelembaban
relatif udara yang rendah, yaitu kurang dari 20% dapat menyebabkan kekeringan
selaput lendir membran. Sedangkan kelembaban yang tinggi pada suhu tinggi dapat
meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan pelepasan folmaldehid dari
material bangunan. Agar terpenuhi kenyamanan dengan kelembaban relatif udara
dengan besaran sekitar 65%, sangat layak dipertimbangkan adanya penggunaan AC.
Berdasarkan surat edaran Menteri Tenaga Kerja, Transmigrasi dan Koperasi
Nomor SE-01/Men/1978 tentang nilai ambang batas (NAB) yang berlaku untuk
lingkungan kerja panas di Industri adalah kelembaban 65% – 95% dengan kisaran
suhu 26°C – 30°C. Untuk lingkungan kerja lainnya tidak ada aturan NAB. Sedangkan
menurut ASHRAE (1981) zona kenyamanan 55% – 74% berada pada kisaran suhu
22°C – 26°C dan kelembaban 20% – 70%.

c. Kecepatan Aliran Udara


Kecepatan aliran udara mempengaruhi gerakan udara dan pergantian udara
dalam ruang. Besar kecepatan aliran udara yang nyaman, sekitar 0,15 – 1,5 m
/detik. Sedangkan kecepatan udara kurang dari 0,1 m/dtk atau lebih rendah
menjadikan ruangan tidak nyaman karena tidak ada gerakan udara, sebaliknya
kecepatan udara terlalu tinggi akan menyebabkan tarikan dingin dan atau kebisingan
di dalam ruangan.

d. Kebersihan udara
Kebersihan udara berkaitan dengan keberadaan kontaminasi udara baik kimia
maupun mikrobiologi. Sistem ventilasi AC umumnya diperlengkapi dengan saringan
udara untuk mengurangi atau menghilangkan kemungkinan masuknya zat-zat
berbahaya ke dalam ruangan. Untuk ruangan pertemuan atau gedung-gedung
dimana banyak orang berkumpul dan ada kemungkinan merokok, dibuat suatu
perangkat hisap udara pada langit-langit ruangan sedangkan lubang hisap jamur
dibuat dilantai dengan cenderung menghisap debu.

e. Bau
Bau dapat menjadi petunjuk keberadaan suatau zat kimia berbahaya seperti
Hydrogen Sulfida, Amonia dll. Selain itu bau juga dihasilkan oleh berbagai proses
biologi oleh mikroorganisme. Kondisi ruangan yang lembab dengan suhu tinggi dan
aliran udara yang tenang biasanya menebarkan bau kurang sedap karena proses
pembusukan oleh mikroorganisme.

f. Kualitas Ventilasi
Ventilasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menyebabkan
terjadinya Sick Building Syndrome. Menurut standar WHO, luas ventilasi ruangan
yang kurang dari 10% atau ventilation rate kurang dari 20 CFM OA memberikan
risiko yang besar untuk terjadinya gejala SBS. Ventilation rate yang baik untuk suatu
gedung atau ruangan adalah 25 -50 CFM OA per penghuni. Ventilasi yang paling
ideal untuk suatu ruangan apabila ventilasi dalam keadaan bersih, luas memenuhi
syarat, sering dibuka, adanya cross ventilation sehingga tidak menyebabkan adanya
dead space dalam ruangan. Ketidakseimbangan antara ventilasi dan pencemaran
udara merupakan salah satu sebab terbesar gejala SBS.
Fungsi sebuah sistem ventilasi dalam lingkungan kerja dimaksudkan untuk
mengatur kondisi kenyamanan ruangan, memperbaruhi udara dengan pencemaran
udara ruangan pada batas normal, serta menjaga kebersihan udara dari kontaminasi
berbahaya. Ventilasi ruangan secara alami didapatkan dengan jendela terbuka yang
mengalirkan udara luar ke dalam ruangan.
Untuk memenuhi fungsi diatas, kita dapat memanfaatkan sistem AC (Air
Conditioner). Pada dasarnya mekanisme kerja AC dengan mengalirkan udara dari
luar gedung, dilakukan proses pendinginan, selanjutnya udara yang dingin itu
dihembuskan ke dalam ruangan. Terdapat dua jenis AC, yaitu AC sentral dan AC
non sentral, dengan perbedaan utama pada volume udara segar yang dipergunakan.
Biasanya AC non sentral hanya memiliki gerakan udara masuk (inlet), sedangkan
outlet melalui lubang atau pintu yang sedang dibuka. Sistem ventilasi AC non sentral
memungkinkan masuknya zat pencemar dari udara ke dalam ruangan. Pada sistem
AC sentral, udara luar dihisap masuk kedalam chiller, mengalami proses
pendinginan, kemudian dihembuskan ke ruangan. Selanjutnya udara di ruangan
yang masih agak dingin dihisap lagi untuk didinginkan kembali kemudian
dihembuskan lagi. Aliran udara demikian disebut udara sirkulasi, dimana 85% –
100% berupa udara campuran. Bangunan atau gedung yang menggunakan sistem
sirkulasi artifisial umumnya dibuat relatif tertutup untuk mengurangi penggunaan
kalor (efisiensi energi), artinya kurang memiliki sistem pertukaran udara segar dan
bersih yang baik.
g. Pencahayaan
Sistem pencahayaan ruangan terdiri dari dua macam yaitu pencahayaan
alami (sinar matahari) dan pencahayaan buatan (lampu). Faktor pencahayaan
penting berkaitan dengan perkembangbiakan mikro organisme dalam ruangan. Sinar
matahari yang mengandung ultra violet dapat membunuh kuman-kuman sehingga
pertumbuhan mikroorganisme terhambat.

h. Kadar Debu (Partikulat)


Partikulat RSP (Respirable Suspended Particulate) adalah partikulat atau fiber
yang melayang-layang diudara, dan mempunyai ukuran cukup kecil untuk dapat
dihirup oleh manusia. Partikulat ini meliputi semua materi baik fisik maupun kimia,
dan dalam bentuk cair maupun padat, atau kedua-duanya. Umumnya partikulat
berdiameter kurang dari 10 mikron. Partikulat kecil ini bisa berasal dari material
gedung, alat¬alat pembakaran, aktivitas penghuni gedung, dan infiltrasi dari sumber
sumber partikulat diluar gedung.
Sumber utama partikulat RSP di didalam ruangan adalah merokok .
Sedangkan sumber partikulat RSP di dalam ruangan yang lain adalah alat-alat
pembakaran, material dari asbes, dan partikulat rumah. Penggunaan aerosol spray
dan kerusakan komponen gedung juga merupakan sumber partikulat RSP. Diruang-
ruang tertentu gedung perkantoran, partikulat dari mesin fotocopy juga menjadi
sebab tingginya kadar partikulat RSP di udara.
Sebagian partikulat RSP berasal dari luar gedung yang masuk melalui sistem
pengatur udara, ventilasi alami atau melalui infiltrasi. Pada umumnya konsentrasi
partikulat RSP lebih besar di dalam ruangan dibanding dengan konsentrasi diluar
ruangan. Konsentrasi di dalam ruangan biasanya sekitar 100 sampai dengan
500 ?gr/meter kubik dengan konsentrasi yang paling tinggi berada diruangan para
perokok. Walaupun pembakaran yang terjadi pada kompor minyak merupakan
sumber partikulat RSP didalam ruangan, tetapi kegiatan lain seperti memasak,
penyedotan partikulat (vacuum cleaning), dan produk aerosol spray, serta aktivitas
lain juga merupakan sumber-sumber partikulat RSP di dalam ruangan.
Pengaruh partikulat RSP terhadap kesehatan tergantung kepada sifat fisik
dan toksik partikulat tersebut, atau kemampuan partikulat dalam menyerap materi
toksik. Partikulat RSP dapat terakumulasi didalam paru-paru, oleh karenanya efek
yang disebabkan oleh partikulat ini bisa sangat berbahaya walaupun konsentrasinya
diudara sangat kecil. Didalam paru-paru, partikulat RSP dapat menetap lama dan
mampu mempengaruhi jaringan-jaringan disekitarnya.

E. Kualitas Udara Dalam Ruang Rumah Sakit


Menurut Kepmenkes No.1204/ Menkes/ SK/ X/ 2004 tentang Persyaratan
kesehatan lingkungan rumah sakit, standard kualitas udara ruang rumah sakit
adalah : Tidak berbau (terutama bebas dari H2S dan amonia), Kadar debu
(particulate matter) berdiameter kurang dari 10 micron dengan rata- rata pengukuran
8 jam atau 24 jam tidak melebihi 150 µg/ m3, dan tidak mengandung debu asbes.

Indeks kadar gas dan bahan berbahaya dalam udara ruang rumah sakit yaitu
konsentrasi gas dalam udara tidak melebihi konsentrasi maksimum seperti dalam
tabel berikut:
Tabel Indeks Kadar Gas dan Bahan Berbahaya dalam Udara Ruang Rumah Sakit

No. Parameter kimiawi Rata- rata waktu Konsentrasi maksimal


pengukuran sebagai standar
1. Karbon monoksida
8 jam 10.000 jig/ m3
(CO)
2. Karbondioksida (CO2) 8 jam 1 ppm
3. Timbal (Pb) 1 tahun 0,5 jig/ m3
Nitrogen Dioksida
4. 1 jam 200 jig/ m3
(NO2)
5. Radon (Rn) – 4 pCi/ liter
6. Sulfur dioksida (SO2) 24 jam 125 jig/ m3
7. Formaldehida 30 menit 100 g/ m3
8. Total senyawa – 1 ppm
organik
yang mudah menguap
(T. VOC)

Sedangkan Indeks angka kuman untuk seiap ruang atau unit seperti tabel
berikut:

Tabel Indeks Angka Kuman Menurut Fungsi Ruang

No. Ruang / Unit Konsentrasi maksimum mikroorganisme


per m3 udara (CFU/ m3)
1. Operasi 10
2. Bersalin 200
3 Pemulihan/perawatan 200-500
4. Observasi bayi 200
5. Perawatan bayi 200
6. Perawatan premature 200
7. ICU 200
8 Jenazah/ autopsi 200-500
9 Penginderaan medis 200
10 Laboratorium 200-500
11 Radiologi 200-500
12 Sterilisasi 200
13 Dapur 200-500
14 Gawat darurat 200
15 Administrasi, pertemuan 200-500
16 Ruang luka bakar 200

Indeks PencahayaanMenurut Jenis Ruangan

No. Ruangan atau Unit Intensitas Keterangan


Cahaya (Lux)
1. Ruangan pasien – Warna cahaya sedang
saat tidak tidur – saat 100-200
tidur maksimal 50
2. R. Operasi umum 300-500
3. Meja operasi 10.000- 20.000 Warna cahaya sejuk atau
sedang tanpa bayangan
4. Anastesi, pemulihan 300-500
5. Endoscopy 75- 100
6. Sinar X Minimal 60
7. Koridor, tangga, Minimal 100 Tangga pada malam hari
administrasi/ kantor,
ruang cuci, toilet
8. Ruang alat/ gudang, Minimal 200
farmasi, dapur
9. Ruang isolasi khusus 0,1- 0,5 Warna cahaya biru
penyakit tetanus
10. Ruang luka bakar 100-200

Kuat Prabowo dan Burhan Muslim (2018) Bahan Ajar Kesehatan Lingkungan
Penyehatan Udara, Jakarta, Pusdik SDM Kesehatan Badan PPSDM
Kesehatan.
Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999, tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP-
45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA
MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Tri Cahyono (2017), Penyehatan Udara, Penerbit Andi

Anda mungkin juga menyukai