Modul Pengendalian Emisi Partikulat dan Gas dari Fasilitas WtE Termal ini disusun
untuk pegangan bagi setiap peserta pelatihan sebagai materi pendukung agar
peserta dapat mengevaluasi pemahamannya terhadap materi yang diajarkan di
kelas.
Modul Pengendalian Emisi Partikulat dan Gas dari Fasilitas WtE Termal ini
bertujuan agar peserta pelatihan mampu mengidentifikasi proses dan teknologi
pengendalian emisi partikulat dan gas hasil pemrosesan sampah terkait WTE
serta memilih dan menentukan proses dan teknologi secara kombinatif untuk
pengendalian emisi partikulat dan gas hasil pemrosesan sampah terkait WTE.
Modul ini merupakan Modul ke-11 dari 14 Modul.
Ucapan terima kasih dan penghargaan kami sampaikan kepada tim penyusun
dan Para Narasumber atas tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk
mewujudkan modul ini. Penyempurnaan maupun perubahan modul di masa
mendatang senantiasa terbuka dan dimungkinkan mengingat akan
perkembangan situasi, kebijakan dan peraturan yang terus menerus terjadi.
Semoga modul ini dapat membantu dan bermanfaat bagi peningkatan
kompetensi ASN dalam pengolahan sampah dengan konsep WtE.
i
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
v
vi | Modul 11 – Pengendalian Emisi Partikulat dan Gas dari Fasilitas WtE
POSISI MODUL DALAM KURIKULUM PELATIHAN
vii
viii | Modul 11 – Pengendalian Emisi Partikulat dan Gas dari Fasilitas WtE
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL
A Deskripsi
Modul Penanganan Residu dari WtE ini terdiri atas tiga materi pokok. Materi
pokok pertama membahas mengenai “Residu Padat Insenerator”, terdiri atas
materi mengenai jenis, kuantitas, karakteristik, pengelolaan dan pemanfaatan
residu. Materi pokok kedua menjelaskan tentang Residu Cair Insenerator,
melingkupi kuantitas, kualitas, pengelolaan dan pengolahan residu. Materi
pokok ketiga menjelaskan tentang Residu Padat Pirolisis, melingkupi kuantitas,
karakteristik, penanganan dan pemanfaatan. Modul ini bertujuan untuk
memberikan pemahaman lebih mendalam kepada peserta terkait proses dan
teknologi penanganan residu dari teknologi WtE.
Untuk menanamkan pemahaman yang lebih kuat, Modul ini akan berkaitan erat
dengan kegiatan kunjungan lapangan dan seminar. Kegiatan tersebut
merupakan latihan bagi peserta untuk mengetahui fungsi seluruh prasarana dan
sarana dari teknologi WtE dengan cara melakukan observasi langsung di
sebuah instalasi teknologi WtE. Sebagai evaluasi akan capaian pemahaman
peserta, dilakukan presentasi hasil kunjungan lapangan dengan menugaskan
peserta untuk menganalisa permasalahan yang ditemukan. Evaluasi dilakukan
langsung saat presentasi dan diskusi berlangsung, oleh Narasumber terhadap
peserta. Latihan atau evaluasi ini menjadi alat ukur tingkat penguasaan
peserta pelatihan setelah mempelajari materi dalam modul ini.
ix
B Persyaratan
Dalam mempelajari buku ini peserta pelatihan telah mengikuti diklat
dasar tentang pengelolaan sampah.
C Metode
Dalam pelaksanaan pembelajaran modul ini, metode yang dipergunakan
adalah metoda pemaparan di dalam kelas, yang diberikan oleh narasumber
yang akan menjadi bahan bagi diskusi interaktif yang harus terbangun antara
diantara Peserta Pelatihan. Paparan yang diberikan juga dilengkapi dengan
beberapa film singkat mengenai teknologi WtE.
D Alat Bantu/Media
Untuk menunjang tercapainya tujuan pembelajaran ini, diperlukan
alat bantu/media pembelajaran tertentu, yaitu :
1. LCD/projector
2. Laptop
3. Papan tulis atau whiteboard dengan penghapusnya
4. Flip chart
5. Bahan tayang
6. Modul dan/atau Bahan Ajar
7. Video
1
PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Pengendalian emisi merupakan serangkaian proses dan pendekatan teknis yang
ditujukan untuk meniadakan/mengurangi tingkat toksik senyawa tertentu pada
gas buang sehingga tidak melebihi baku mutu emisi yang ditetapkan sesuai
kaidah perancangan. Yang dimaksud dengan udara emisi adalah luaran langsung
dari kegiatan/proses baik bersifat termal ataupun lainnya sehingga memberikan
beban berupa partikulat atau gas ke udara ambien di sekitar aktivitas tersebut.
Kriteria gas buang merupakan salah satu indikasi utama yang diperlukan dalam
menilai efisiensi proses. Proses yang dijalankan sesuai spesifikasi teknis dan pada
kondisi beban oparasi normal akan menjamin minimasi emisi partikulat maupun
gas pada emisinya. Unjuk kerja proses akan dinilai dari perbandingan antara hasil
pengukuran emisi dengan baku mutu untuk dilaporkan sesuai ketentuan
perundangan.
Pada modul ini, urutan penyampaian adalah mulai dasar hukum, identifikasi
pencemar dan unit emisi, dan teknologi pengendalian emisi beserta implikasinya
bagi keseluruhan kegiatan pengolahan sampah. Bobot terbesar materi adalah
dari sumber emisi dari proses termokimia namun juga akan disajikan untuk tipe
pemrosesan sampah lain, seperti pengolahan secara biologi.
B Tujuan
Materi ini bertujuan untuk mengenalkan proses dan teknologi pengendalian
emisi partikulat dan gas dari luaran hasil pemrosesan sampah terkait WTE.
C Kompetensi Dasar
Setelah mengikuti pelatihan mata pelatihan ini peserta pelatihan diharapkan
mampu mengidentifikasi proses dan teknologi pengendalian emisi partikulat dan
3
5) Aspek Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Lingkungan (K3L)
Aspek K3L
F Estimasi Waktu
Untuk mempelajari mata pelatihan Pengendalian Emisi Partikulat dan Gas dari
Fasilitas WtE Termal ini, dialokasikan waktu sebanyak 3 (tiga) jam pelajaran.
G Dasar Normatif
Ketentuan tentang peraturan yang mengatur tentang identifikasi dan monitoring
emisi adalah sebagai berikut:
1. Kepka Bapedal 205 tahun 1996 tentang Pengendalian Pencemaran Udara
Sumber Tidak Brgerak.
2. PP 70 tahun 2016 tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau Kegiatan
Pengolahan Sampah Secara Termal.
3. PP 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara (sebagai
pelengkap).
5
IDENTIFIKASI PROSES PENGENDALIAN
PENCEMAR UDARA
A Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan
mengidentifikasi proses pengendalian pencemar udara dari fasilitas WtE.
B Tujuan
Mata pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan proses dan teknologi
pengendalian emisi partikulat dan gas dari luaran hasil pemrosesan sampah
terkait WtE.
C Pendahuluan
Pencemar udara secara fasa dibagi menjadi dua yaitu fasa partikulat dan fasa gas.
Klasifikasi ini untuk selanjutnya digunakan untuk membedakan teknik
pengambilan sampel. Lebih lanjut, hasil analisis akan digunakan sebagai dasar
penentuan fasa pembentukan senyawa buangan-buangan udara yang akan
digunakan untuk mengevaluasi efisiensi proses termal yang terkait pengolahan
sampah.
D Partikulat
Secara ukuran, partikulat pada buangan udara dinyatakan dalam satuan mikron
(m – micrometer). Partikulat dengan ukuran lebih dari 100 mikron dikategorikan
sebagai kelompok yang mudah mengendap, sedangkan yang kurang dari 100
mikron sebagai partikulat tersuspensi di udara. Lebih lanjut, untuk ukuran kurang
dari 10 mikron dapat berpotensi untuk berpengaruh terhadap sistem pernapasan
(inhalable particulate) dan yang kurang dari 1 mikron merupakan kelompok
permanently suspended di udara.
Fasa partikulat terdiri dari sub solid dan liquid. Secara terminologi, bentuk-bentuk
partikulat dapat berupa dust, ash, smoke, fume, dan aerosol. Sedangkan dalam
bentuk campuran bisa berupa aerosol.
E Gas
Terminologi gas merupakan kategori di luar partikulat, yaitu dapat berupa uap
atau gas (dalam bahasa Inggris). Uap merupakan bentuk lebih lanjut dari fase
liquid akibat combustion atau pemanasan, sehingga pada perubahan tekanan dan
temperatur tertentu dapat berubah menjadi embun/terkondensasi. Sedangkan
gas memiliki energi internal yang sangat tinggi sehingga jauh dari bentuk cairnya.
Contoh uap diantaranya uap air dan uap organik (volatile organic compound –
VOC). Contoh gas diantaranya O2, CO, NOx, SO2, dan lain-lain. Dalam campuran
gas buang, beberapa gas bersifat terlarut dalam uap air sehingga mengalami
disosiasi menjadi ion yang dapat berupah menjadi bentuk aerosol.
7
Tabel 1. Baku Mutu Emisi PP 70 tahun 2016 pada Lampiran I
Dalam peraturan PP 70 tahun 2016, parameter baku mutu emisi yang termasuk
dalam kategori partikulat hanya total partikulat. Sedangkan parameter lain
masuk kategori gas, termasuk PCDD’s/PCDF’s (Dioksin dan Furan). Namun untuk
parameter merkuri bisa berupa partikulat atau uap.
F Soal Latihan
1. Sebutkan pencemar yang dihasilkan dari proses pengolahan dengan
infrastruktur Waste to Energy dan bagaimana karakteristiknya
dibandingkan dengan baku mutu?
2. Sebutkan dan mengapa pengidentifikasian emisi dan parikulat dirasa
penting dalam pengolahan sampah dengan infrastrktur Waste to Energy!
9
10 | Modul 11 – Pengendalian Emisi Partikulat dan Gas dari Fasilitas WtE
BAB 3
TEKNOLOGI PENGENDALIAN
PARTIKULAT
11
TEKNOLOGI PENGENDALIAN PARTIKULAT
A Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan
menjelaskan teknologi pengendalian partikulat dari fasilitas WtE.
B Tujuan
Mata pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan proses dan teknologi
pengendalian emisi partikulat dari luaran hasil pemrosesan sampah terkait WtE.
13
Gambar 2. Mekanisme Pengendalani Partikulat berdasarkan distribusi ukuran partikel
C. Electrostatic Precipitator
Kelebihan :
Efisiensi penyisihan partikel sangat tinggi
Mampu menyisihkan partikel berukuran kecil (0.1 -10 mikron)
Dapat menangani debit aliran gas besar dengan kehilangan tekan
yang rendah.
Kehilangan tekanan sekitar 2.54 cm H2O
(<< jika dibandingkan dengan scrubber ataupun fabric filter)
15
Dapat digunakan untuk pengumpul sistem kering bagi materi yang
bernilai, atau pengumpul sistem basah untuk fume dan mist
Dapat didisain aliran gas dengan temperatur cukup tinggi
Biaya operasional rendah, kecuali untuk efisiensi yang sangat tinggi
Kekurangan :
Capital cost yang tinggi
Hanya menyisihkan partikulat dan tidak dapat menyisihkan
pencemar dalam bentuk gas
Tidak terlalu fleksibel
Memerlukan lahan yang luas
Tidak dapat digunakan untuk partikel yang memiliki resistivitas
elektrik (electrical resistivity) yang terlalu tinggi (>1010 ohm.cm) atau
terlalu rendah (104-107 ohm.cm)
Ozon dihasilkan dari pemberian muatan negatif terhadap elektoda
pada saat ionisasi gas
Dibutuhkan personel yang memiliki keahlian khusus dalam
pemeliharaan EP
17
Materi higroskopis, kondensasi uap, atau komponen adhesif dapat
mengakibatkan penyumbatan pada fabric filter sehingga diperlukan
aditif tertentu
Personel yang melakukan penggantian kantong penyaring harus
terlindungi sistem pernafasannya
E. Wet Scrubber
Kelebihan :
netralisasi partikel korosif dan yang mudah terbakar
dapat menurunkan emisi yang suhunya tinggi serta memungkinkan
untuk menggabungkan dengan penyisihan gas
Kebutuhan lahan relatif tidak luas
Kekurangan :
Menimbulkan masalah pencemaran air
Produk dikumpulkan dalam kondisi basah
Masalah korosi lebih sering timbul daripada menggunakan sistem
kering
Kehilangan tekanan dan energi yang dibutuhkan tinggi
Kebutuhan biaya pemeliharaan relatif tinggi
19
D Soal Latihan
1. Apa arti pernyataan “Suatu unit cyclone memiliki efisiensi penyisihan
partikel 60 – 70%”?
2. Apa implikasi terjadinya pressure drop pada rangkaian line process?
(Sebutkan 2)
3. Apa yang menyebabkan terjadinya kondensasi pada pipeline? (sebutkan
1 dari 2 jalur proses)
4. Apa arti konsentrasi emisi partikulat 50 ug/m3 pada oksigen 10%?
E Rangkuman
Terdapat berbagai macam proses dan teknologi pengendalian emisi
partikulat hasil pemrosesan sampah terkait WtE. Berbagai macam proses dan
teknologi tersebut memiliki karakteristik masing-masing. Sehingga dalam
pengendalian emisi partikulat hasil pemrosesan sampah terkait WtE harus
menggunakan kombinasi beberapa proses dan teknologi.
21
TEKNOLOGI PENGENDALIAN GAS
A Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami dan
menjelaskan teknologi pengendalian gas dari fasilitas WtE.
B Tujuan
Mata pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan proses dan teknologi
pengendalian gas dari luaran hasil pemrosesan sampah terkait WtE.
Adapun kelebihan dan kekurangan dari alat pengendali gas, sebagai berikut:
1. Adsorber
Kelebihan :
produk dapat di-recovery
2. Absorber
Kelebihan :
Efisiensi penyisihan yang tinggi
Biaya pembangunan yang relatif rendah
Luas area yang dibutuhkan tidak besar
Kehilangan tekanan relatif kecil
23
Kekurangan :
Sulit untuk memperoleh gas murni (biasanya lebih dari satu jenis gas
akan terserap pada waktu bersamaan)
Menghasilkan limbah cair
Membutuhkan proses regenerasi untuk memisahkan absorben dan
absorbatnya
Biaya pemeliharaan relatif tinggi
Skema dasar penyisihan alat absorber, pada prinsipnya proses scrubber pada gas:
3. Kondenser
Kelebihan :
dapat diperoleh produk recovery yang murni (kondenser permukaan)
air yang didigunakan sebagai pendingin tidak dikontakkan langsung
dengan gas pencemar sehingga dapat digunakan kembali (kondenser
permukaan)
Kekurangan :
Efisiensi penyisihan gas pencemar relatif rendah
Pendingin selain air dapat berharga sangat mahal
Membutuhkan temperatur rendah, sehingga satu tahap pendinginan
tidak mencukupi
Membutuhkan proses pencairan (defrosting)
Biaya operasional relatif tinggi
4. Combustion/Catalytic Combustion
Kelebihan :
Pengoperasian yang sederhana
Dapat menjadi sumber panas
Dapat mendestruksi senyawa organik dengan efisiensi tinggi
Kekurangan :
Biaya operasional relatif tinggi karena membutuhkan bahan bakar
Dapat terjadi pembakaran tidak sempurna sehingga menghasilkan
pencemar lain yang berbahaya
25
Skema dasar penyisihan alat catalytic/non-catalytic combustion:
D Soal Latihan
1. Sebutkan 6 prinsip mekanisme yang diterapkan dalam penyisihan
partikulat?
2. Apa jenis pengendalian yang akan digunakan, jika direncanakan untuk
mengatasi penyisihan partikulat yang sticky (lengket) dan berpotensi
korosif?
3. Apa perbedaan prinsip penyisihan untuk partikel yang berukuran kecil-
kecepatan mengendap besar dengan partikel berukuran besar-
kecepatan mengendap kecil?
E Rangkuman
Terdapat berbagai macam proses dan teknologi pengendalian emisi gas hasil
pemrosesan sampah terkait WtE. Berbagai macam proses dan teknologi tersebut
memiliki karakteristik masing-masing. Sehingga dalam pengendalian emisi gas
hasil pemrosesan sampah terkait WtE harus menggunakan kombinasi beberapa
proses dan teknologi.
27
PEMILIHAN TEKNOLOGI PENGENDALIAN
A Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu menentukan pemilihan
teknologi pengendalian emisi untuk fasilitas WtE.
B Tujuan
Mata pelatihan ini bertujuan untuk mengenalkan proses dan teknologi
pengendalian emisi partikulat dan gas dari luaran hasil pemrosesan sampah
terkait WtE.
29
Absorber
Electrostatic Wet Scrubber
(Packed- Thermal Catalytic Gravity
Precipitator (Spray
bed/Packed- Combustion Combustion Cyclone Settling Fabric Filter
(jenis kering, chamber/spray
tower wet Unit Unit Chamber
wire-plate) tower)
scrubber)
Tipikal aplikasi Industri Ventilasi Oven Industri Biasanya Industri Pengendalian Boiler (batu
pada industri kimia, reactor; pemroses utilitas digunakan penyulingan emisi dari bara); boiler
alumunium, ventilasi kertas filter; listrik; setelah logam; tanki industri/ko
makanan distilasi; proses industri proses power penyimpanan mersial/inst
dan proses pengeringa pulp dan pengeringa plant. benzene dan itusi (batu
pertanian, pembuatan n kayu lapis; kertas; n spray light-oil; bara, kayu);
electroplati pelarut; dan stasiun industri pada sebagai proses
ng krom proses yang pemuatan semen dan industri bagian dari pengolahan
melibatkan bahan mineral makanan FGD untuk logam besi
oven, bakar; lainnya; dan kimia; mengendalik dan baja;
pengering proses serta setelah an emisi dari industri
serta kiln manufaktur industry proses pembakaran semen;
karet dan logam non- crushing, batu bara dan proses
polimer; besi. grinding dan minyak pada pembuatan
resin calcining peralatan aspal;
polietilen, pada listrik dan proses
polistiren industri industry. penggilinga
dan mineral dan n biji-bijian.
polyester; kimia
ventilasi
proses dari
31
Absorber
Electrostatic Wet Scrubber
(Packed- Thermal Catalytic Gravity
Precipitator (Spray
bed/Packed- Combustion Combustion Cyclone Settling Fabric Filter
(jenis kering, chamber/spray
tower wet Unit Unit Chamber
wire-plate) tower)
scrubber)
£1 ppmv. – 110
3
Konsentrasi gram/m
maksimum
25% dari LEL
a. Pertimbanga Penyisihan Tidak Karakteristi ESP jenis Cyclone Diperlukan Penyisihan Perlu
n lain HAP akan direkomend k aliran kering beroperasi adanya HAP akan mempertim
lebih efektif asikan pada inlet beroperasi lebih efisien pencegahan lebih efektif bangkan
apabila untuk gas harus paling pada kondensasi apabila kadar air
dikombinasi yang dievaluasi efisien pada dikombinasik dan
kan dengan mengandun secara resistivitas an dengan senyawa
APC lain g halogen detail debu 5x103 APC lain korosif
seperti atau sulfur – 2x1010 seperti dalam aliran
incinerator ohm-cm incinerator gas
atau atau
adsorber adsorber
karbon karbon
Analisis $110 - $550 $440 - $105 - $38 - $260 $0,47 - $440 $0,01 - $50 - $950 $46 - $293
efektivitas per ton $3.600 per $5.500 per per ton per ton $3,90 per per ton per ton
metrik ton metrik ton metrik metrik metrik ton metrik metrik metrik
33
E Soal Latihan
Buatlah skema pemilihan jika diketahui contoh kasus berikut ini:
Hasil pemantauan Emisi suatu proses pembakaran pada gas turbin yang
dioperasikan pada suhu 900 C, menunjukkan hasil sebagai berikut:
- Partikulat : 100 mg/m3 pada oksigen 10%
- SO2 : 250 mg/m3
- NO2: 500 mg/m3
Berikan skema dan rangkaikan jenis pengolahan yang akan anda terapkan!
Baku Mutu Emisi yang digunakan
Catatan :
Konsentrasi partikulat dikoreksi pada kondisi 15% O
2
Volume gas dalam keadaan standar (25 C tekanan 1 atm)
Nitrogen oksida ditentukan sebagai NO
2
Pemberlakuan BME untuk 95% waktu operational normal selama
3 bulan
35
ASPEK KESELAMATAN, KESEHATAN KERJA,
DAN LINGKUNGAN (K3L)
A Indikator Keberhasilan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, peserta mampu memahami memahami
aspek kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan (K3L) mengenai
pengidentifikasian emisi dari fasilitas WtE.
B Tujuan
Memberikan gambaran dan pengetahuan mengenai aspek kesehatan dan
keselamatan kerja dari identifikasi dan pengukuran emisi fasilitas waste to
energy.
C Aspek K3L
Pelaksanaan Sistim Manajemen Keselamatan Kerja (SMK3) Peraturan Pemerintah No.
50 Tahun 2012 Seperti diketahui tujuan penerapan Sistim Manajamen Keselamatan
dan Kesehatan Kerja (SMK3) ini adalah dalam rangka :
1. Untuk meningkatkan efektifitas perlindungan K3 dengan cara : terencana,
terukur, terstruktur, terintegrasi
2. Untuk mencegah kecelakaan kerja dan mengurangi penyakit akibat kerja,
dengan melibatkan : manajemen, tenaga kerja/pekerja dan serikat pekerja
SMK3 adalah: Bagian dari sistem manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam
rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya
tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. SMK3 diwajibkan bagi perusahaan,
mempekerjakan lebih dari 100 org dan mempunyai tingkat potensi bahaya tinggi.
Industri yang bergerak dalam lingkup WTE lebih cenderung ada dalam kategori
memiliki potensi bahaya yang tinggi terkait lingkup material dan prosesnya. Untuk itu
perusahaan diwajibkan menyusun Rencana K3, dalam menyusun rencana K3
tersebut, pengusaha melibatkan Ahli K3, Panitia Pembina Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (P2K3), Wakil Pekerja dan Pihak Lain yag terkait.
Aspek yang perlu dikendalikan dalam SMK3 terdiri dari tindakan yang tidak aman dan
kondisi yang tidak aman. Dimana tolok ukurnya digunakan stressor lingkungan berupa
bahaya dari karakter kimia, karakter fisis, karakter biologi dan karakter ergonomi.
D Soal Latihan
i. Menurut Anda, siapakah yang bertanggung jawab atas terselenggaranya
keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan dalam pengendalian emisi
dari fasilitas Waste to Energy?
ii. Jelaskan mengapa 4 komponen di dalam pengendalian pencemaran WTE
perlu diberikan perhatian?
E Rangkuman
Berbagai macam kegiatan berpotensi menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan dan keselamatan pekerja, oleh karena itu penting juga dalam suatu
fasilitas WtE disusun SOP yang berhubungan dengan pengidentifikasian emisi
yang dihasilkan. Agar dapat mereduksi potensi gangguan tersebut maka
pengelola fasilitas WtE harus melakukan berbagai macam perencanaan berbagai
macam tahapan, antara lain terkait penanganan material terkait pemantauan
emisi, pengoperasian dan pemeliharaan alat/unit, kondisi tanggap darurat dll.
37
38 | Modul 11 – Pengendalian Emisi Partikulat dan Gas dari Fasilitas WtE