Anda di halaman 1dari 25

Pengabdian Pembangunan Masyarakat

PROPOSAL

PENERAPAN TEKNOLOGI TEPAT GUNA DALAM PENYEDIAAN


AIR BERSIH DI SEKOLAH DAN PENINGKATAN EKONOMI
MASYARAKAT DI DESA CUKANGGENTENG

Disusun Oleh:

Ir. Budi Husodo Bisowarno, M.Eng, PhD.

Jenny Novianti M S, S.T., M.Sc.

Angela Martina,S.T., M.T.

Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat

Universitas Katolik Parahyangan

2017

i
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................................................. i

DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii

ABSTRAK ............................................................................................................................... iii

BAB 1 ANALISIS SITUASI ..................................................................................................... 1

BAB 2 PERMASALAHAN MITRA ........................................................................................ 8

BAB 3 PELAKSANAAN KEGIATAN PENGABDIAN ......................................................... 9

BAB 4 HASIL DAN KESIMPULAN ..................................................................................... 95

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 196

LAMPIRAN A PERJANJIAN KERJASAMA ..................... Error! Bookmark not defined.7

LAMPIRAN B PELAKSANAAN KEGIATAN PENGABDIAN ......... Error! Bookmark not


defined.

LAMPIRAN C SK MENTERI KESEHATAN ..................... Error! Bookmark not defined.9

LAMPIRAN D DOKUMENTASI KEGIATAN ................... 2Error! Bookmark not defined.

ii
ABSTRAK

Desa Cukanggenteng yang terletak di Ciwidey, Kabupaten Bandung, memiliki permasalahan


ketersediaan air bersih. Air yang digunakan saat ini berasal dari sumur galian, dan juga dari
air sungai untuk memenuhi kebutuhan warga. Kondisi air sungai yang digunakan cenderung
keruh karena kandungan organik yang cukup tinggi, sehingga tidak baik bagi kesehatan. Saat
ini telah diterapkan sistem penyaringan bertahap yang relatif sederhana, dengan bahan-bahan
yang mudah diperoleh. Sistem dengan skala rumahan telah berhasil diterapkan di Kantor
Kepala Desa Cukanggenteng, sedangkan sistem yang lebih besar berhasil diterapkan di
Masjid untuk memenuhi kebutuhan Masjid dan warga sekitar.

Meninjau keberhasilan dari penerapan sistem air sederhana di Mesjid, kami diminta untuk
membantu pengolahan air baku di SDN Cukanggenteng yang sangat keruh dan berbau karena
langsung berasal dari air sisa sistem pengairan sawah dan air sumur gali sedalam 20 meter.
Adapun tujuan dari pengabdian ini adalah membuat sistem pengolahan air sederhana untuk
pengolahan air baku SDN Cukanggenteng yang akan dikerjakan bersama antara mahasiswa
HMPSTK dengan pengurus SDN setempat dan memberikan workshop dan penyuluhan
sederhana hidup bersih kepada siswa siswi SDN Cukanggenteng. Penyuluhan kesehatan
diberikan dengan menimbang kurangnya pengertian, pengetahuan dan aplikasi hidup sehat
yang terlihat dari pengamatan dan diskusi dengan guru-guru mengenai cara hidup sehari-hari
siswa siswi SDN tersebut yang kurang memenuhi standar kebersihan. Secara garis besar
kegiatan pengabdian yang akan dilakukan kali ini akan dibagi menjadi dua macam kegiatan,
yaitu (1) pemasangan sistem penyaringan air di SDN Cukanggeteng (2) penyuluhan
kesehatan sederhana untuk siswa siswi SDN Cukanggenteng.

Kegiatan yang telah dilakukan memberikan dampak positif terhadap seluruh stakeholders
yang terlibat dalam kegiatan pengabdian ini. Hal pertama yang tampak nyata adalah
kegembiraan guru-guru dan siswa yang memperoleh sumber air bersih. Kegiatan ini
menunjang hubungan kerjasama antara Universitas Katolik Parahyangan dengan Desa
Cukanggenteng dan menjadikan desa tersebut sebagai satu dari tiga kandidat desa mandiri di
kecamatan Pasir Jambu. Bagi tim pengabdian dan volunteer mahasiswa, kegiatan pengabdian
berdampak positif mengembangan dan menerapkan pengetahuan yang dimiliki dengan
berpraktek langsung memecahkan masalah nyata yang ada di lapangan, selain rasa kepuasan
atas keberhasilan kegiatan pengabdian ini.

Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian yang dilakukan telah
berhasil menyediakan kebutuhan air bersih bagi SDN 1 Cukanggenteng, di mana air yang
diperoleh sudah memenuhi standard air bersih berdasarkan SK Menkes No
416/MEN.KES/PER/IX/1990, dengan nilai kekeruhan maksimum 25NTU (MenKes 1990),
dan hampir memenuhi standard air minum yang ditetapkan oleh SK MENKES No
907/MENSKES/SK/VII/2002 dengan kekeruhan air maksimum 5NTU (MenKes 2002), serta
memberikan pengalaman berharga bagi tim yang terlibat dalam pengabdian ini.

iii
BAB 1
ANALISIS SITUASI

Air merupakan salah satu kebutuhan mutlak untuk seluruh makhluk hidup, termasuk
manusia. Sehari-hari air dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, seperti minum, memasak,
mandi, cuci, kakus, dan lain-lain. Di antara berbagai pemanfaatan di atas, hampir 85%
konsumsi air digunakan untuk mandi, cuci, dan kakus (MCK) (1). Akan tetapi masih relatif
banyak masyarakat di berbagai tempat di Indonesia belum dapat menikmati air bersih,
padahal penggunaan air keruh untuk mandi dan cuci dapat menyebabkan masalah kesehatan.
Permasalahan ini juga dialami oleh warga di Desa Cukanggenteng, Ciwidey, Kabupaten
Bandung.
Saat ini telah dilakukan pemasangan sistem pengolahan air (filtrasi) sederhana upflow,
dimana aliran air dalam penyaringan dioperasikan dari bawah ke atas. Sistem ini dipilih
dengan pertimbangan metode operasi yang relatif sederhana, tidak membutuhkan luas lahan
yang besar, serta tidak memerlukan pembelian bahan kimia tambahan (2,3). Skema
penyaringan upflow disajikan pada gambar 2.1.

Gambar 2.1. Gambar operasi filtrasi upflow (4)

1
Sistem penyaringan skala rumahan telah berhasil diterapkan di Kantor Kepala Desa
Cukanggenteng. Scale up dari sistem penyaringan serupa pun telah berhasil diterapkan di
Masjid. Foto-foto sistem penyaringan tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2, 2.4, dan 2.5.

Gambar 2.2. Penyaring air di Kantor Kepala Desa Cukanggenteng

Gambar 2.3. Kondisi air sebelum (kiri) dan setelah (kanan) penyaringan filter pertama

V3 V2

V4 V1

Gambar 2.4. Skema bagian dalam penyaring pasir (kiri), penyaring pasir yang sudah
terpasang (kanan) di Masjid

2
Gambar 2.5. Sistem penyaring pipa 4” di Masjid

Gambar 2.6. Tampak visual air baku (kiri), keluaran penyaring pasir (tengah), dan keluaran
filter pipa (kanan) di Masjid; (2 Maret 2016)

Berdasarkan hasil kunjungan tim untuk melihat kinerja alat, penyaring yang dipasang
telah digunakan secara rutin dan air yang keluar memiliki kualitas yang baik (tidak keruh).
Sampel air yang diambil dapat dilihat pada gambar 2.3 dan 2.6. Kinerja sistem penyaringan
dirasa cukup dapat mengatasi masalah ketersediaan air bersih di Desa Cukanggenteng
walaupun perlu diakui bahwa sampai saat ini maintenance untuk sistem penyaringan ini
masih belum berjalan dengan baik yang disebabkan oleh kesulitan dalam melakukan bongkar

3
pasang alat untuk melakukan pembersihan filter secara berkala. Untuk itu akan dilakukan
peninjauan terhadap alat bantu bongkar pasang alat (disajikan pada gambar 2.7) dan
pelatihan ulang bagi warga desa supaya dapat benar-benar mandiri.

Gambar 2.7. Kunci F untuk membuka filter pipa

Meninjau keberhasilan aplikasi unit pengolahan air bersih di masjid dan kantor kepala
desa, warga setempat meminta bantuan kami untuk meninjau dan memperbaiki kondisi air
yang digunakan di toilet SD Cukanggenteng. Oleh karena itu pada kunjungan terakhir ke
Cukanggenteng, kami terdorong untuk meninjau kondisi air pasokan di SDN I
Cukanggenteng dan mengambil beberapa sampel di beberapa titik untuk analisis. Ternyata
SDN I Cukanggenteng juga tidak memiliki pasokan air bersih yang memadai. Saat ini sumber
air yang masuk ke bak penampungan di SDN Cukanggenteng berasal dari (i) air sisa sistem
pengairan sawah tanpa pengolahan lebih lanjut yang sangat keruh dan bercampur dengan
lumpur dan (ii) air sumur gali dengan kedalaman 20 meter yang masih berwarna kuning.
Kondisi air yang sedemikian memprihatinkan menjadi pasokan yang diterima oleh siswa
siswi SDN tersebut sebagai sarana air untuk kegiatan MCK.

4
Gambar 2.8. SDN I Cukanggenteng, Desa Pasir Jambu, Kabupaten Bandung, sebelah kiri:
bagian depan, sebelah kanan: bagian belakang tempat belajar mengaji area pertanian sumber
air baku untuk WC sekolah

Gambar 2.9 Kunjungan survei bersama perwakilan Himpunan Mahasiswa Program Studi
Teknik Kimia ke Desa Cukanggenteng, Kecamatan Pasir Jambu, Kabupaten Bandung pada
tanggal 28 Juli 2016, kiri: sampling air baku, kanan: analisis dengan kit dibimbing oleh Mr.
Takashi Sato perwakilan dari Ecological 1st-AID, Japan not-for Profit Organization

5
sampling point 4 :
SDN Cukanggenteng (GPS : -7.0786, 107.4867)
Hasil analisa (mg/L):
COD 10
NO3- 5.0
NH4 0.5
ORP* +150
pH 7.64
TEMP 23.2
H2S N.D. (cm)
Transparency -
Memo: after heavy rain smel initesimal(sewage)

Gambar 2.10. Kondisi bak penampungan kamar mandi SDN Cukanggenteng berdasarkan:
kiri: kondisi visual dan kanan: hasil analisa

Gambar 2.11 Salah satu sumber air baku untuk SDN Cukanggenteng yaitu dari: kiri: sisa
pengairan sawah (ikuti garis panah warna biru) yang akan menuju: kanan: saluran air akhir
sebelum masuk ke bak kamar mandi SDN I Cukanggenteng

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, yang menjadi perbedaan dengan kondisi
air baku sebelumnya terdeteksinya kandungan NO3- pada sampel air yang mengindikasikan
adanya kontaminasi pupuk pada air baku, namun dalam jumlah cukup rendah dan lebih
rendah daripada syarat maksimum air bersih dan air minum (10 mg/L) (5,6). Ditinjau dari
hasil analisis yang lain, terlihat bahwa kandungan total senyawa organik (biodegradable dan
non-biodegradable) dikategorikan rendah bahkan masuk ke dalam ambang batas COD air
kualitas 1 (7). Sedangkan hasil analisis ORP atau Oxidation Reduction Potential dilakukan

6
sebagai ukuran dari kemampuan potensial untuk terjadinya reaksi biologi oksidasi/reduksi
pada air/air limbah. Pengukuran ini lebih dipilih karena mudah dilakukan dan hasil
pengukuran dapat serta merta teramati (8). Berdasarkan tabel 2.1, nilai ORP yang diperoleh
yaitu +150 menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh masih di bawah ambang batas untuk
terjadnya oksidasi secara natural pada kontaminan biodegradable seperti nitrifikasi, degradasi
BOD dan fosfor sehingga kontaminan organik bukan merupakan masalah utama air baku.

Tabel 2.1 Tabel korelasi antara reaksi biokimia dengan nilai ORP

Mempertimbangkan hasil analisis awal tersebut, maka pada kasus ini, kondisi air baku
memungkin untuk diolah secara fisika. Oleh karena itu alat penyaring air sederhana seperti
yang telah diterapkan di masjid dan kantor kepala desa masih sangat memungkinkan untuk
diterapkan dalam pengolahan air baku menjadi air bersih untuk SDN Cukanggenteng.

7
BAB 2
PERMASALAHAN MITRA

Air bersih pada SDN I Cukanggenteng digunakan oleh 288 siswa (2 shift) dan 12 orang
guru dan karyawan. Selama ini air ditampung dalam toren 500 L dan dibagi menjadi 7 aliran,
yang mana 3 aliran ke WC siswa, 3 aliran ke tempat wudhu dan 1 aliran ke WC guru. Adapun
pada bulan Agustus 2017, SDN I Cukanggenteng telah mendapatkan dana bantuan
pemerintah untuk perbaikan WC siswa. Akan tetapi air yang digunakan masih tetap berwarna
kuning dan berbau. Setelah dilakukan survei dan analisis sampel air baku diperoleh hasil
yang menunjukkan bahwa kontaminan utama air tersebut masih dapat dihilangkan dengan
metode fisika yaitu penyaringan air sederhana.
Permasalahan lain yang sedang dihadapi oleh siswa siswi SDN I Cukanggenteng adalah
kurangnya pengertian, pengetahuan dan praktek kebersihan yang salah satunya dapat terlihat
dari berserakannya sampah di SDN I Cukanggenteng. Oleh karena itu dalam kegiatan
pengabdian kali ini, diberikan juga penyuluhan kebersihan kepada siswa siswa SDN I
Cukanggenteng yang dipadukan dengan pemainan-permainan sederhana seperti lomba
mewarnai gambar maupun lomba-lomba lain yang berhubungan dengan kebersihan pribadi
dan lingkungan.

8
BAB 3
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGABDIAN

Kegiatan pengabdian pemasangan filter air di SDN I Cukanggenteng berlangsung dari


15 Februari 2017 sampai Oktober 2017. Persiapan kegiatan telah dilakukan sejak akhir
Februari 2017.

3.1. Proses Pemasangan Filter Air

Pemasangan filter air dilakukan pada bagian belakang WC siswa SDN I


Cukanggenteng. Tantangan yang harus dihadapi adalah lahan yang sangat sempit sehingga
pemasangan dilakukan dalam ruang yang sangat terbatas (lihat gambar 3.1)

Gambar 3.1 Ruang pengerjaan dan pemasangan filter air di SDN I Cukanggenteng

Hal ini sudah diketahui melalui survey sebelumnya, sehingga komponen alat sudah
dipersiapkan dan diberikan penomoran untuk mempermudah proses pemasangan di lokasi.
Hal ini mempermudah proses pemasangan sehingga pada lokasi pemasangan, instalasi alat
penyaringan dapat dilakukan lebih mudah dan lebih cepat (lihat gambar 3.2).

9
Gambar 3.2 Instalasi komponen-komponen pipa yang sudah dipersiapkan sebelumnya dari
Bandung

Berkat kerjasama dan persiapan yang baik, pemasangan filter air ketiga di Desa
Cukanggenteng dapat dilakukan tanpa kendala yang berarti (lihat gambar 3.3 dan
gambar 3.4).

Gambar 3.3 Hasil pemasangan filter air ketiga di Desa Cukanggenteng

10
Gambar 3.4 Instalasi filter air di SDN I Cukanggenteng yang telah berhasil dilakukan

3.2 Workshop dan Penyuluhan Kebersihan untuk Siswa Siswi SDN I Cukanggenteng

Penyuluhan dilakukan dengan cara yang sederhana melalui permainan seperti mewarnai
gambar dengan tema hidup bersih, mencat tong sampah dan workshop pelaksanaan personal
hygiene yang benar. Untuk menambah daya tarik, permainan-permainan dikompetisikan dan
pemenangnya diberikan hadiah-hadiah kecil yang berhubungan dengan tema kebersihan
(lihat gambar 3.5, gambar 3.6 dan gambar 3.7).

Gambar 3.5 Perlombaan mewarnai/menandai tempat sampah organik – anorganik

11
Gambar 3.6 Perlombaan mewarnai gambar dengan tema hidup bersih

Gambar 3.7 Penyuluhan kesehatan sederhana di SDN I Cukanggenteng

Pada bagian akhir acara, dilakukan pembagian paket hidup bersih yang terdiri dari
shampo, pasta gigi, sabun dan sikat gigi. Tujuan dari kegiatan ini adalah agar pelatihan
sederhana yang sudah diberikan dapat langsung dipraktekan di rumah sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup siswa siswi SDN I Cukanggenteng.

12
Gambar 3.8 Pembagian paket bingkisan bersih: shampo, pasta gigi, sabun, sikat gigi

3.3 Hasil Analisa Air Keluaran Filter Air SDN I Cukanggenteng

Setelah sistem dibiarkan beroperasi selama kurang lebih 4 jam, tim melakukan
sampling air. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kondisi fisik air yang keluar memiliki
kualitas yang baik (tidak keruh) jika dibandingkan kondisi fisik air masukan. Sampel air yang
diambil disajikan pada gambar 3.5 dan tabel 3.1. Berdasarkan tampilan visual, air yang
diperoleh telah memiliki tampilan visual yang jernih, dengan kekeruhan 1,02 NTU. Nilai
kekeruhan yang diperoleh sudah masuk standard air bersih berdasarkan SK Menkes No
416/MEN.KES/PER/IX/1990, dengan nilai kekeruhan maksimum 25NTU (MenKes 1990),
dan hampir memenuhi standard air minum yang ditetapkan oleh SK MENKES No
907/MENSKES/SK/VII/2002 dengan kekeruhan air maksimum 5NTU (MenKes 2002).

Gambar 3.5 Perbandingan tampak visual air baku (kiri) dan keluaran filter air (kanan)

13
Tabel 3.1 Kualitas air sebelum dan setelah penyaringan
Sampel Air Turbiditas (NTU) pH air
Sumber air (toren) 35,0 7,25
Air keluaran filter 1,02 7,25

3.3 Keterlibatan mitra

Secara aktif, mitra pengabdian, dalam hal ini SDN I Cukanggenteng berperan aktif
dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian. Sekolah Dasar Negeri I Cukanggenteng membiayai
pembelian toren air 1000 liter dan sistem perpipaan dari sumber air ke toren. Toren
diperlukan untuk tempat sedimentasi pertama dan tempat yang memungkinkan terjadinya
oksidasi pengotor-pengotor seperti Fe2+. Selain itu, perawatan rutin yang dilakukan oleh
pengurus SDN I Cukanggenteng sehingga diajarkan mengenai cara kerja dan penggunaan
sistem penyaringan. Melalui pantauan sesudah pemasangan selama 2 bulan, sistem penyaring
yang ada tetap dalam kondisi baik, dan dapat beroperasi dengan baik sehingga disimpulkan
bahwa transfer knowledge sudah berjalan dengan baik.
Keberlanjutan kegiatan pengabdian ini terjamin, dengan adanya rencana kerjasama
dalam cakupan yang lebih besar antara Fakultas Teknologi Industri dengan Desa
Cukanggenteng, bukan hanya dalam hal penjernihan air, tetapi juga dalam hal pemasaran dan
model bisnis maupun pengadaan listrik tenaga mikrohidro yang akan direncanakan akan
dilakukan pada tahun 2018-2019. Adapun pemerintah Desa Cukanggenteng, dalam hal ini
Bpk Hilman Sukmana, Kepala Desa Cukanggenteng telah bersedia menganggarkan tempat
terpusat untuk produksi potensi lokal desa yang berkesinambungan yang menggunakan
sumber listrik tenaga mikrohidro. Hal ini sedang dijajaki dan diharapkan dapat berlangsung
di tahun-tahun yang akan datang.

14
BAB 4
HASIL DAN KESIMPULAN

Kegiatan yang telah dilakukan memberikan dampak positif terhadap seluruh


stakeholders yang terlibat dalam kegiatan pengabdian ini. Hal pertama yang tampak nyata
adalah kegembiraan guru-guru dan siswa yang memperoleh sumber air bersih. Kegiatan ini
memberikan dampak positif bagi warga sehingga Desa Cukanggenteng menjadi satu dari 3
kandidat desa mandiri di kecamatan Pasir Jambu. Bagi tim pengabdian dan volunteer
mahasiswa, kegiatan pengabdian berdampak positif mengembangan dan menerapkan
pengetahuan yang dimiliki dengan berpraktek langsung memecahkan masalah nyata yang ada
di lapangan, selain rasa kepuasan atas keberhasilan kegiatan pengabdian ini.
Secara keseluruhan, dapat disimpulkan bahwa kegiatan pengabdian yang dilakukan
telah berhasil menyediakan kebutuhan air bersih bagi SDN 1 Cukanggenteng, di mana air
yang diperoleh sudah memenuhi standard air bersih berdasarkan SK Menkes No
416/MEN.KES/PER/IX/1990, dengan nilai kekeruhan maksimum 25NTU (MenKes 1990),
dan hampir memenuhi standard air minum yang ditetapkan oleh SK MENKES No
907/MENSKES/SK/VII/2002 dengan kekeruhan air maksimum 5NTU (MenKes 2002), serta
memberikan pengalaman berharga bagi tim yang terlibat dalam pengabdian ini.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Droste, R. L. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment; John Wiley&Sons: USA,
1997.

2. Okewale, A. O.; Igbokwe, P. K.; et al. Design of Pilot Plant Packed Column for the Dehydration of
Water of Ethanol-Water Mixtures. Advances in Chemical Engineering and Science 2015, 5, 152-
157.

3. Torres, D. S. Upflow gravel filtration for multiple uses. http://www.citg.tudelft.nl/en/about-


faculty/departments/watermanagement/sections/sanitary-engineering/staff/luis-dario-sanchez-
torres/upflow-gravel-filtration-for-multiple-uses/.

4. Kagaya, S. Emergency treatment of drinking water at poin-of-use.


www.who.int/water_sanitation_health/hygiene/envsan/tn05/en/.

5. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air: Lampiran II
Daftar Persyaratan Kualitas Air Bersih. PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor :
416/MEN.KES/PER/IX/1990 1990, 7.

6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Persyaratan Kualitas Air Minum: Lampiran I. I. Parameter
Wajib. PERATURAN MENTERI KESEHATAN Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 2010.

7. Presiden Republik Indonesia. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air:
LAMPIRAN Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 82 2001, 482.

8. Gerardi, M. H. Oxidation-Reduction Potential and Wastewater Treatment. Interstate Water


Report - The Newsletter of NEIWPCC, January 2008, Winter 2007, 15.

9. MenKes (1990). SK Menteri Kesehatan No 416/MEN.KES/PER/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan


Pengawasan Kualitas Air. K. Kesehatan. Jakarta.

10. MenKes (2002). SK MENKES No 907/MENKES/SK/VII/2002 Tentang Syarat-syarat dan


Pengawasan Kualitas Air Minum. K. Kesehatan. Jakarta.

16
LAMPIRAN A

PERJANJIAN KERJASAMA
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI - DESA CUKANGGENTENG
UNTUK TAHUN 2018

17
LAMPIRAN B
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGABDIAN

No Aktivitas Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agustus Sep Oktober Nov Des
1 Perekrutan dan pelatihan internal:
-Dosen pembimbing
-Anggota HMPSTK (2)
-Mahasiswa berminat (8)
2 Pembelian bahan-bahan dan material (2-4
mahasiswa)
3 Percobaan internal di laboratorium:
-Dosen pembimbing
-Mahasiswa (2-4orang)
4 A. Kunjungan awal-sosialisasi program:
-Dosen pembimbing
-Mahasiswa (2orang)
-Kepala Desa, -Ketua RW02
-Pengurus Karangtaruna (4 orang)
B. Evaluasi filter sebelumnya
C. Sampling air baku
5 Pelatihan eksternal:
-Dosen pembimbing
-Kepala Desa, -Ketua RW02
-Pengurus Karangtaruna (4 orang)
-Anggota Karangtaruna (8-10 orang)
7 Pembelian bahan dan material untuk alat
filtrasi sederhana
8 Pembuatan alat instalasi sederhana
10 Penyusunan Laporan (dosen)

18
LAMPIRAN C
SK MENTERI KESEHATAN

Tabel C.1 Syarat-syarat air bersih berdasarkan SK Menkes No 416/MEN.KES/PER/IX/1990

19
Tabel C.2 Syarat-syarat parameter fisik air minum berdasarkan SK MENKES No
907/MENSKES/SK/VII/2002

20
LAMPIRAN D
DOKUMENTASI KEGIATAN

Gambar D.1 Foto bersama guru-guru dan karyawan SDN I Cukanggenteng

Gambar D.2 Foto saat kedatangan di SDN I Cukanggenteng

21
Gambar D.3 Foto saat survey dengan siswa-siswi SDN I Cukanggenteng

Gambar D.4 Kit analisis air NO3-, H2S, COD, pH (kiri) dan proses analisis oleh mahasiswa
pengurus HMPSTK Teknik Kimia UNPAR (kanan)

22

Anda mungkin juga menyukai