Kelompok 3
Anggota Kelompok:
Dosen Pengampu:
Fakhrida Khairat, SKM,. M.Kes
NIP: 196609051987032001
PENYEHATAN UDARA B
TAHUN 2023
Disusun Oleh:
Laporan Praktek Belajar Lapangan ini telah diperiksa dan disetujui oleh
Pembimbing untuk diberikan kepada Prodi Sanitasi Lingkungan agar dikelola dalam
bentuk pangkalan data (data base).
PEMBIMBING
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Laporan dengan judul “Pemantauan Udara Ambien
ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara Menggunakan Alat AQMS di Dinas Lingkungan
Hidup Kota Jambi” tepat pada waktunya. Adapun tujuan utama dari penulisan Laporan ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Penyehatan Udara B.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bu Fakhrida Khairat, SKM., M.Kes selaku
Dosen Pembimbing Praktek Belajar Penyehatan Udara B, Kami juga mengucapkan terima
kasih kepada Bapak Henri Wibowo, S.T., M.E yang mana sudah bersedia untuk memberikan
ilmu pengetahuannya.
Kami juga menyadari bahwa Laporan ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Akhir kata kami berharap semoga Laporan ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan seluruh profesi kesehatan, khususnya dalam ruang
lingkup Prodi Sanitasi Lingkungan maupun di seluruh jurusan di Poltekkes Kemenkes Jambi.
Kelompok 3
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2 Tujuan Praktikum
• Untuk Mengetahui Mengenai Parameter ISPU (Indeks Standar Pencemaran Udara).
• Untuk Mengetahui System AQMS (Air Quality Monitoring System).
• Untuk Mengetahui cara perhitungan Nilai Indeks Kualitas Udara (IKU) pada udara
ambien di Kota Jambi sesuai dengan standar yang berlaku.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pada tahun 2020, KLHK telah mengeluarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan nomor 14 tahun 2020 tentang Indeks Standar Pencemar Udara yang
merupakan pengganti dari Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 45 tahun 1997 tentang
Perhitungan dan Pelaporan serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara. Pada peraturan
pengganti ini, tercantum bahwa perhitungan ISPU dilakukan pada 7 (tujuh) parameter yakni:
PM10, PM2.5, NO2, SO2, CO, O3, dan HC. Terdapat penambahan 2 (dua) parameter yakni
HC dan PM2.5 dari peraturan sebelumnya. Penambahan parameter tersebut didasari pada
besarnya resiko HC dan PM2.5 terhadap kesehatan manusia. Selain penambahan paramater,
terdapat peningkatan frekuensi penyampaian informasi ISPU kepada publik. Hasil
perhitungan ISPU parameter PM2.5 disampaikan kepada publik tiap jam selama 24 jam.
Sedangkan hasil perhitungan ISPU parameter PM10, NO2, SO2, CO, O3, dan HC
disampaikan kepada publik paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) hari pada pukul 09.00
dan 15.00.
3
Tabel 0.1 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)
• Partikulat (PM 2,5-PM 10) merupakan partikel halus di udara dan berasal dari
berbagai sumber seperti asap kendaraan, industri, atau pembakaran bahan bakar. Ukuran
partikel ini sangat kecil sehingga dapat menembus saluran pernapasan manusia dan memicu
masalah kesehatan. Keberadaan PM 2,5 dan PM 10 karena ada transport polutan yang
terdispersi melalui kecepatan angin dan turbulensi atmosfer (Safira, 2018). Partikel udara
halus dapat merusak sistem pernapasan dan jantung manusia sehingga menyebabkan berbagai
penyakit seperti asma, bronkitis, dan kanker. Total suspended particulate dapat mengendap di
dalam alveoli dan dapat menyebabkan keluhan kesehatan iritasi tenggorokan partikel debu
akan berada di udara dalam kurun waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang-layang
di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan (Prayudha & Puji,
2014). Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus
pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di
udara menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan
dengan ukuran dan bentuk yang relatif berbeda-beda. Debu merupakan salah satu polutan
udara yang memiliki tingkat toksisitas yang tinggi (Helmy, 2019).
• Karbon monoksida (CO) merupakan gas beracun yang tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa yang terbentuk dari pembakaran bahan bakar fosil, seperti gas alam, minyak
bumi, dan batu bara. Keberadaan CO pada udara juga karena transport polutan dan proses
dispersi di udara. Menurut Dara dan Katharina di udara terbuka atau di luar ruangan, faktor
arah dan kecepatan angin mempengaruhi paparan pada manusia. Semakin besar kecepatan
angin, semakin besar kemungkinan gas CO terbawa oleh angin (Dara & Katharina, 2012).
Keadaan ini membuat angin cenderung membawa polutan terbang dan memperluas
penyebarannya sehingga dapat mencemari wilayah lain di sekitarnya (Masito, 2018). Pada
4
udara terbuka dapat terjadi kemungkinan terjadi akumulasi polutan pada area tertentu (Dara
& Katharina, 2012). Selain itu Menurut Faza et al, kadar polutan yang tinggi berada pada
karakteristik wilayah dengan suhu permukaan tinggi, nilai indeks kerapatan bangunan yang
tinggi, dan nilai indeks kerapatan vegetasi yang rendah sedangkan kadar polutan rendah
berada pada karakteristik wilayah dengan suhu permukaan rendah, nilai indeks kerapatan
bangunan yang rendah, dan nilai indeks kerapatan vegetasi yang tinggi (Faza et al, 2019).
Karbon monoksida (CO) sangat berbahaya bagi kesehatan manusia karena dapat
mengikat hemoglobin dalam darah dan mengganggu kemampuan darah untuk mengangkut
oksigen ke seluruh tubuh. Hal senada yang disampaikan R., Andrian (2015) bahwa karbon
monoksida (CO) mudah bereaksi dengan hemoglobin membentuk karboksihemoglobin
(COHb). Hal ini jelas akan mengganggu pengangkutan oksigen dari paru ke jaringan.
Akibatnya, jaringan tubuh akan mati karena tidak mendapat oksigen untuk melakukan proses
bio-oksidasi.
• Belerang dioksida adalaha senyawa kimia dengan rumus SO2. Senyawa ini
merupakan gas beracun dengan bau menyengat yang dilepaskan oleh gunung berapi dan
beberapa pemrosesan industri. Karena batu bara dan minyak bumi juga mengandung senyawa
belerang, hasil pembakarannya juga menghasilkan gas belerang dioksida walaupun senyawa
belerangnya telah dipisahkan dulu sebelum dibakar. Sulfur dioksida (SO2) yang berasal dari
pembakaran belerang, pembakaran senyawa kimia pirit (FeS2), dan proses mineral yang
menyebabkan iritasi tenggorokan manusia.
• Nitrogen dioksida (NO2) berasal dari pembakaran suhu tinggi dan peristiwa alam
menyebabkan kerusakan seluruh pernafasan manusia.
• Ozon (CO3) yang berasal dari reaksi kimia di udara menyebabkan kerusakan saluran
pernafasan manusia.
• Hidrocarbon (HC) berasal dari gas alam, minyak bumi, batu bara, dan energi lainnya.
Senyawa ini memiliki bau yang bisa dibilang relatif lemah. Hidrocarbon dapat menimbulkan
efek rumah kaca serta penipisan lapisan ozon. Selain itu, senyawa tersebut juga dapat
menyebabkan berkurangnya kemampuan fotosintesis dari tanaman. Serta meningkatkan
risiko terjadinya kanker dan pernapasan berbahaya lainnya.
5
2.4 Pengertian AQMS
AQMS (Air Qualtity Monitoring System) adalah alat pemantau kualitas udara
otomatis kontinu, 24 jam. Tujuan untuk mengetahui kualitas parameter yang dipantau
meliputi: PM10, PM2.5, NO2, SO2, CO, O3, dan HC. Selain itu juga AQMS juga dapat
mengukur kecepatan angin, arah angin, curah hujan dan parameter cuaca lainnya. Sistem
kerja dari AQMS bermula dari pemantauan udara sekitar yang dilakukannya menggunakan
sensor dengan radius 5-7 km untuk menangkap partikulat dan data akan didistribusikan ke
alat komputer. Kemudian, data tersebut dikirim ke pusat server utama pengendali AQMS
KLHK. Setelah itu, hasil data diteruskan ke indoor display maupun outdoor display ISPU.
Keterangan:
• Data pengukuran selama 24 jam secara terus-menerus.
• Hasil perhitungan ISPU parameter partikulat (PM2.5) disampaikan tiap jam selama 24
jam.
• Hasil perhitungan ISPU parameter partikulat (PM10), sulfur dioksida (SO2), karbon
monoksida (CO), ozon (O3), nitrogen dioksida (NO2) dan hidrokarbon (HC), diambil
nilai ISPU parameter tertinggi dan paling sedikit disampaikan setiap jam 09.00 dan jam
15.00.
6
B. Tata Cara Perhitungan menggunakan persamaan:
…………………(1)
I = ISPU terhitung
T0 – T1 48 T12 – T13 23
T1 – T2 37 T13 – T14 26
T2 – T3 30 T14 – T15 27
T3 – T4 29 T15 – T16 25
T4 – T5 30 T16 – T17 25
T5 – T6 30 T17 – T18 25
T6 –T7 37 T18 – T19 27
T7 – T8 44 T19 – T20 27
T8 – T9 42 T20 – T21 29
T9 – T10 35 T21 – T22 29
T10 – T11 30 T22 – T23 35
T11 – T12 27 T23 – T24 37
7
Keterangan:
T0 = waktu mulai pengukuran
T1 = T0+1, T2 = T1+1, T3 = T2 +1 dstnya.
8
BAB III
- Diketahui:
- Ia = 200
- Ib = 100
- Xa = 150,4 µg/m³
- Xb = 55,4 µg/m³
- Xx = 62 µg/m³
- Ditanya: I = ?
• Penyelesaian:
(𝐼𝑎−𝐼𝑏)
• I= (Xx-Xb) + Ib
(𝑋𝑎−𝑋𝑏)
(100−50)
• = (31,4-15,5) + 50
(55,4−15,5)
50
• = (5,6) + 50
39,9
• = (1,25) . (15,9) + 50
• = 69,8
• I = 70 µg/m³
3.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil perhitungan di dapatkan nilai 70 µg/m³ untuk kategori parameter
PM 2,5 yang mana dalam rentang 51-100 atau bisa dikatakan dalam indeks standar
pencemaran udara bahwa udara tidak sehat atau dalam tingkat kualitas udara masih dapat
diterima pada kesehatan manusia, hewan dan tumbuhan dan hal yang harus dilakukan adalah
kurangi aktivitas fisik yang terlalu lama atau berat tetapi setiap orang masih dapat
beraktivitas di luar.
9
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang kami lakukan dapat beberapa perolehan data dan
penjelasan dari kunjungan ke DLH Kota dan melakukan pemantauan ISPU di lapangan
walikota pada hari Jum’at, 13 oktober 2023 didapatkan beberapa kesimpulan yaitu:
Yang pertama mengenai parameter Ispu yakni ada 7 parameter yaitu PM10, PM2.5,
NO2, SO2, CO, O3, dan HC. Terdapat penambahan 2 (dua) parameter yakni HC dan PM2.5
dari peraturan sebelumnya. Penambahan parameter tersebut didasari pada besarnya resiko HC
dan PM2.5 terhadap kesehatan manusia. lalu pemberitahuan kepada publik terbagi menjadi 2
yaitu ISPU parameter PM2.5 disampaikan kepada publik tiap jam selama 24 jam. Sedangkan
hasil perhitungan ISPU parameter PM10, NO2, SO2, CO, O3, dan HC disampaikan kepada
publik paling sedikit 2 (dua) kali dalam 1 (satu) hari pada pukul 09.00 dan 15.00.
Yang kedua setelah kami mengetahui cara kerja AQMS yang mana untuk mengetahui
kadar kualitas udara dan untuk mengetahui kualitas parameter yang dipantau meliputi: PM10,
PM2.5, NO2, SO2, CO, O3, dan HC. Selain itu dapat juga mengukur kecepatan angin, arah
angin, curah hujan dan parameter cuaca lainnya.
Yang Ketiga konsentrasi ISPU untuk Parameter PM 2,5 yang paling tertinggi diantara
parameter lainnya yaitu masuk dalam kategori tidak sehat karena dalam perhitungan
mendapatkan hasil 107 µg/m³ jika sudah direntang nilai 101-200.
10
DAFTAR PUSTAKA
Ahsani Afinatunnisa (2023)., Laporan “Evaluasi Pemantauan Kualitas Udara Ambien
Parameter SO2 dan NO2, Menggunakan Passive Sampler di Dinas
Lingkungan Hidup Kota Bandung”. Sumber: eprints. Itenas.ac.id. diakses
pada tanggal 13 Oktober 2023 pukul 21:00 WIB.
Ristawati Rusti (2019)., “Analisis paparan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor dan Asap
Rokok Terhadap Pembentukkan Mikronukleus di Mukosa Rongga Mulut
Satuan Pengamanan (Satpam) Uin Raden Intan Lampung. Diakses pada
tanggal 14 Oktober 2023 pukul 21:00 WIB.
Rico, A. E., & Fitriza, Z. (2021). “Deskripsi Miskonsepsi Siswa pada Materi Senyawa
Hidrokarbon: Studi Literatur. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan”, 3(4), 1495-
1502. Sumber: Google Scholar diakses pada tanggal 14 Oktober 2023 pukul
22:00 WIB.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia No. 14 (2020).
“Tentang Indeks Standar Pencemar Udara”. Diakses pada tanggal 14 Oktober
2023 pukul 22:00 WIB.
Peraturan Pemerintah (PP) NO. 41 (1999) “Tentang Pengendalian Pencemaran Udara”.
Diakses pada tanggal 14 Oktober 2023 pukul 22:00 WIB.
https://totalenviro.co.id/apa-itu-air-quality-monitoring-system-aqms/
(Diakses pada tanggal 14 Oktober 2023 pukul 22:00 WIB).
https://mutuinstitute.com/post/perbedaan-kualitas-udara-ambien-dengan-kualitas-udara-emisi/
(Diakses pada tanggal 14 Oktober 2023 pukul 22:00 WIB).
11
LAMPIRAN DOKUMENTASI
Gambar 1.1
12
Gambar 1.2 Gambar 1.3
Alat Meteorological Display Outdoor ISPU
Gambar 1.4
Foto bersama kelompok 3 ( Tiga )
13