DOSEN PEMBIMBING
ULVI PRI ASTUTI S. T., M. T.
AHMAD ERLAN AFIUDDIN S. T., M. T.
DOSEN PEMBIMBING
ULVI PRI ASTUTI S. T., M. T.
AHMAD ERLAN AFIUDDIN S. T., M. T.
i
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
ii
LEMBAR PENGESAHAN
TUGAS AKHIR
APLIKASI DISSOLVED AIR FLOTATION UNTUK MENURUNKAN
KADAR ORGANIK PADA AIR LIMBAH UMKM MAKANAN
PENGOLAHAN DAGING
Disusun Oleh:
Fran Bagus Andrian
1016040050
Disetujui oleh Tim penguji Tugas Akhir Tanggal Ujian : 05 Agustus 2020
Periode Wisuda : November 2020
Menyetujui,
Menyetujui Mengetahui
Ketua Jurusan, Koordinator Program Studi,
George Endri Kusuma, S.T., M.Sc. Eng. Adhi Setiawan, S.T., M.T.
NIP. 197605172009121003 NIP. 198702242014041001
iii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur, penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan kelimpahan rahmat, hidayah, serta kenikmatan yang tidak terhingga
nilainya sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan tugas akhir
dengan judul “Aplikasi Dissolved Air Flotation Untuk Menurunkan Kadar
Organik Pada Air Limbah UMKM Makanan Pengolahan Daging”. Penulisan
tugas akhir ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan pada
Program Studi Diploma IV Teknik Pengolahan Limbah di Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
Penulis juga menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak akan
berhasil tanpa bantuan dari berbagai pihak, baik berupa bimbingan, pengarahan
dan motivasi sehingga telah memberikan semangat dalam proses penyusunan
laporan ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan
terimakasih yang dalam kepada:
1. Allah SWT. yang selalu memberikan hidayah-Nya dan Muhammad SAW. yang
selalu telah memberikan safaatnya dalam pengerjaan Tugas Akhir ini.
2. Kedua orang tua tercinta Ibu Hepi dan Bapak Agus yang memberikan
dukungan dan kepercayaan kepada saya, serta kedua adik saya Pramuja dan
Safira selalu memberikan dukungan dan semangat apapun yang terjadi dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
3. Bapak Ir. Eko Julianto, M.Sc., FRINA. selaku Direktur Politeknik Perkapalan
Negeri Surabaya.
4. Bapak George Endri Kusuma, S.T., M.Sc.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknik
Permesinan Kapal Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya.
5. Bapak Adhi Setiawan, S.T., M.T. selaku Koordinator Program Studi Teknik
Pengolahan Limbah Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya
v
6. Ibu Tanti Utami Dewi, S.Si., M.Sc selaku Koordinator Tugas Akhir
Program Studi Teknik Pengolahan Limbah PPNS.
7. Ibu Ulvi Priastuti, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing I yang telah banyak
memberikan doa, bimbingan, masukan dan semangat yang sangat bermanfaat
dalam penyeleasian kemajuan tugas akhir ini.
8. Bapak Ahmad Erlan Afiuddin, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing II yang
telah banyak memberikan doa, bimbingan, masukan dan semangat yang sangat
bermanfaat dalam penyeleasian kemajuan tugas akhir ini.
9. Ibu Dr. Mirna Apriani, S.T., M.T selaku dosen penguji I yang telah
memberikan masukan dan saran dalam tugas akhir ini.
10. Ibu Ayu Nindiapuspa, S.T., M.T selaku dosen penguji II yang telah
memberikan masukan dan saran dalam tugas akhir literatur review ini.
11. Segenap Dosen Program Studi Teknik Pengolahan Limbah yang telah
memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat.
12. Keluarga Crosshell dan yang telah menjadi keluarga kedua saya di Surabaya
serta selalu memberikan dukungan dan semangat apapun yang terjadi
13. PT. PPLI Cileungsi Bogor yang telah memberikan kesempatan untuk saya
melakukan OJT.
14. Teman yang selalu ada Ercika Muri Cahyana yang telah memberikan
dukungan semangat dan mendampingi penulis serta mengingatkan penulis
untuk tidak boleh menyerah dalam menyelesaikan tugas akhir.
15. Teman saya Ahmad Randi yang mengizinkan saya untuk melanjutkan
penelitiannya dan juga memberi saran dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
16. Teman-teman seperjuangan tugas akhir Sultan, Yuda, Hasbi dan Aziz yang
telah membantu, memberikan semangat dan peduli terhadap penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir.
vi
17. Keluarga Besar PL angkatan 2016 atas 4 tahun yang indah ini yang telah
menjadi keluarga kedua, canda tawa suka duka yang telah kita alami selalu
jadi bagian indah dalam hidup ini.
18. Teman-teman Teknik Pengolahan Limbah PPNS angkatan 2014, 2015, 2017,
2018 dan 2019 yang memberikan semangat, do’a dan dukungan untuk segera
menyelesaikan tugas akhir ini.
19. Keluarga Ibu Izam (Gang Rodah Enam) yang telah memberikan saya tempat
yang nyaman dan dukungan untuk menyelesaikan segala tugas dan
permasalahan sewaktu kuliah.
20. Semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu–persatu. Terimakasih
banyak atas semua bantuan yang diberikan.
Penulis
vii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
viii
APLIKASI DISSOLVED AIR FLOTATION UNTUK
MENURUNKAN KADAR ORGANIK PADA
AIR LIMBAH UMKM MAKANAN PENGOLAHAN DAGING
ABSTRAK
ix
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
x
IMPLEMENTATION OF DISSOLVED AIR FLOTATION
TO REMOVE ORGANIC CONTAMINANT IN
MSME FOOD INDUSTRY WASTE WATER
ABSTRACT
MSME stands for Micro, Small and Medium Enterprise. Almost every MSME
produce wastewater in Indonesia. Some MSME industries do not have
wastewater treatment units so they directly dispose their wastewater to the water
body. The type of food MSME industry that needs to be re-examined is the type
of meat processing food MSME industry. According to East Java Governor
Regulation No. 72 of 2013 parameters analyzed for wastewater from the meat
processing industry are COD, BOD, Oil and Fat, TSS and Ammonia. One
alternative treatment that fits these characteristics is the Dissolved Air Flotation
system. The research in this final project aims to perfect the results of previous
studies by evaluating the prototype DAF in research (Taufiqussyakir, 2019) in the
PPNS waste laboratory. This study also aims to find the optimum DAF
performance efficiency with air pressure and percent discharge recycle by doing
literature studies.
Evaluation is done by making forms that can provide information about the
existing conditions of each unit in DAF, if it is found that the unit is not optimal,
it will be improved. Based on literature studies that have been carried out, it is
known that the optimum operating conditions for DAF performance in processing
the parameters of COD, BOD, oil and fat, TSS. The optimum operating pressure
used is 2-7 atm and obtains percent removal of COD 91.2 - 93.5%, BOD 72 -
85%, oil and fat 91 - 93.64% and TSS 93 - 98%. The optimum percentage of
recycle flowrate used is 15 - 70% which can get COD removal percentage of 91.2
- 91.51%, BOD 82 - 85%, oil and fat 93.64 - 98.82% and TSS 91 - 98.33%.
xi
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN..................................................................................iii
KATA PENGANTAR............................................................................................v
ABSTRAK.............................................................................................................ix
DAFTAR ISI.......................................................................................................xiii
DAFTAR TABEL................................................................................................xv
DAFTAR GAMBAR..........................................................................................xvii
BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................2
1.3 Tujuan............................................................................................................3
1.4 Manfaat..........................................................................................................3
1.5 Batasan masalah.............................................................................................3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................5
2.1 Industri UMKM.............................................................................................5
2.1.1 Jenis – Jenis Industri UMKM.................................................................5
2.1.2 Industri UMKM Makanan (Pengolahan daging)....................................6
2.2 Karakteristik Limbah Industri UMKM Makanan (Pengolahan Daging).......7
2.2.1 COD........................................................................................................7
2.2.2 BOD........................................................................................................7
2.2.3 Minyak dan Lemak.................................................................................8
2.2.4 TSS..........................................................................................................8
2.2.5 Amonia....................................................................................................9
2.3 Proses Flotasi.................................................................................................9
2.3.1 Prinsip Dasar Flotasi.............................................................................10
2.3.2 Metode Flotasi.......................................................................................11
2. 3. 3 Kelebihan dan Kekurangan Proses Flotasi..........................................11
2.4 Dissolved Air Flotation................................................................................12
2.4.1 Proses DAF...........................................................................................12
2.4.2 Karakteristik DAF.................................................................................13
xiii
2.4.4 DAF di Laboratorium Limbah PPNS....................................................16
2.5 Aplikasi DAF...............................................................................................16
BAB 3 METODE PENELITIAN........................................................................19
3.1 Diagram Alir Penelitian...............................................................................19
3.2 Tahapan Penelitian.......................................................................................20
3.2.1 Ide Penelitian.........................................................................................20
3.2.2 Studi Literatur.......................................................................................20
3.2.3 Pengumpulan Data dan Literatur..........................................................20
3.2.4 Evaluasi instrumen Dissolved Air Flotation.........................................21
3.2.5 Mengumpulkan dan Mengkaji Literatur..............................................21
3.2.6 Menyusun Kesimpulan dan Saran........................................................22
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................23
4.1 Evaluasi Prototype Dissolved Air Flotation................................................23
4.1.1 Re-Desain Aliran Masuk Dissolved Air Flotation................................24
4.1.2 Penambahan Tinggi Bak Kontak..........................................................25
4.1.3 Perancangan Automatic Skimmer..........................................................25
4.2 Kondisi Operasi Optimum Terhadap Efisiensi Kinerja Dissolved Air
Flotation.............................................................................................................26
4.2.1 Tekanan Udara......................................................................................26
4.2.2 Persen Debit Recycle.............................................................................36
BAB 5 PENUTUP.................................................................................................45
5.1 Kesimpulan..................................................................................................45
5.2 Saran.............................................................................................................46
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................47
LAMPIRAN..........................................................................................................53
xiv
DAFTAR TABEL
xv
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xvi
DAFTAR GAMBAR
xvii
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
xviii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
sehingga menimbulkan bau yang tidak enak. Menurut Peraturan Gubernur Jatim
No. 72 tahun 2013 parameter yang dianalisa untuk air limbah dari industri
pengolahan daging adalah COD, BOD, Minyak dan Lemak, TSS dan Amonia.
Salah satu alternatif pengolahan yang sesuai dengan karakteristik tersebut
adalah sistem flotasi udara terlarut DAF (Dissolved Air Flotation). Proses flotasi
udara terlarut efektif untuk memisihkan padatan-padatan yang memiliki densitas
yang rendah seperti kekeruhan, warna, algae atau senyawa-senyawa organik
terlarut. Semua bahan-bahan tersebut adalah bahan-bahan yang sulit untuk dapat
diendapkan, tetapi cenderung mengapung atau melayang didalam air (James E.
Farmerie, 2011). Selain itu , lahan instalasi yang dibutuhkan DAF tidak terlalu
luas dan mudah dalam perawatan dan pembersihan (Octavian, 2007). Penelitian
yang di lakukan oleh Satria pada tahun 2012, DAF berhasil me removal
kandungan organik pada limbah domestik yang berasal dari air buangan asrama
Politeknik Negeri Lhoksumawe mencapai 82,60%.
Penelitian terdahulu oleh (Taufiqussyakir, 2019) menunjukkan bahwa DAF
mampu menurunkan minyak dan lemak diatas 90% dengan tekanan 4 bar dengan
nozzle. Penelitian tersebut mengolah air limbah industri bir dan minuman ringan
dengan variasi tekanan 2, 3, 4 bar. Penelitian tersebut masih menggunakan
skimmer manual, sehingga pembersihan minyak lemak menjadi agak sulit. Selain
itu, penggunaan nozzle juga belum optimal karena hanya digunakan pada tekanan
4 bar. Penelitian pada tugas akhir ini bertujuan menyempurnakan hasil penelitian
sebelumnya dengan melakukan evaluasi terhadap prototype DAF pada penelitian
(Taufiqussyakir, 2019) yang ada di laboratorium limbah PPNS. Penelitian ini juga
bertujuan mencari efisiensi kinerja optimum DAF dengan tekanan udara dan
persen debit recycle dengan studi literatur.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana kondisi eksisting DAF yang ada di Laboratorium limbah PPNS ?
2. Bagaimana efisiensi DAF dalam mengolah limbah cair yang mengandung
senyawa organik ?
2
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
1. Untuk mengaplikasikan ilmu yang di dapat selama proses perkuliahan tentang
pengolahan limbah cair
2. Untuk memperluas pengetahuan tentang pengolahan limbah cair menggunakan
unit Dissolved Air Flotation
3. Untuk pertimbangan dalam menentukan pengolahan limbah cair Industri
UMKM makanan pengolahan daging
1.5 Batasan masalah
1. DAF yang dievaluasi adalah DAF yang ada di laboratorium limbah PPNS dan
yang dibuat oleh Taufiqussyakir, 2019.
2. Senyawa organik yang dianalisa sesuai Peraturan Gubernur Jawa Timur No. 72
Tahun 2013 tentang baku mutu limbah Cair industri pengolahan daging yaitu
parameter COD, BOD, Minyak dan Lemak, TSS, Amonia
3. Studi literatur yang di bahas yaitu kondisi operasi optimum tekanan udara dan
persen debit recycle untuk efisiensi kinerja DAF.
4. Tidak membuat BOQ dan RAB
3
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
5
3. UMKM pendidikan
4. UMKM otomotif
5. UMKM agrobisnis
6. UMKM teknologi internet
7. UMKM kerajinan tangan
8. UMKM elektronik dan gadget
2.1.2 Industri UMKM Makanan (Pengolahan daging)
Daging merupakan bahan pangan asal ternak yang sangat esensial bagi
tubuh, karena bahan pangan ini mengandung zat-zat makanan yang sangat
diperlukan oleh tubuh terutama pada periode pertumbuhan. Kini sudah
banyak tersedia makanan berbahan olahan daging sapi seperti bakso atau
pentol, kornet, kaldu sapi, sosis dll, guna memenuhi kebutuhan protein
hewani masyarakat meskipun merupakan makanan sepat saji. Banyak
industri yang berlomba-lomba menawarkan produknya dengan menciptakan
variasi-variasi yang disukai oleh konsumen. Namun peningkatan produksi
terkadang tidak diimbangi dengan peningkatan pengolahan limbahnya.
Akan tetapi, masih banyak industri makanan olahan daging di Indonesia
belum menerapkan konsep produksi bersih. Dimana limbah yang dihasilkan
langsung dibuang begitu saja tanpa diolah sehingga mencemari lingkungan.
Pertumbuhan berbagai industri olahan sapi juga telah membawa dampak
berupa limbah yang apabila langsung dibuang ke saluran atau keperairan
umum akan menimbulkan pencemaran air tanah, selain itu limbah organik
yang banyak terkandung dalam limbah industri makanan dapat membusuk
sehingga menimbulkan bau yang tidak enak. Limbah cair berasal dari air
yang digunakan selama produksi seperti penggunaaan air untuk merebus
dan ketika membersihkan bahan-bahan yang digunakan dalam produksi dan
unit produksi (mixer, filler dll). Air yang digunakan untuk pembersihan ini
mengandung bahan-bahan yang digunakan dalam produksi sehingga pada
pengolahan limbah diakhiri dilakukan treatment khusus yaitu pengolahan
limbah karena memiliki nilai kadar organik yang tidak sesuai dengan
standard baku mutu.
6
2.2 Karakteristik Limbah Industri UMKM Makanan (Pengolahan Daging)
Pengolahan yang dilakukan bertujuan agar limbah yang akan dibuang aman
bagi lingkungan serta memenuhi baku mutu. Adapun baku mutu limbah cair
industri makanan pengolahan daging mengacu pada Peraturan Gubernur Jatim No.
72 Tahun 2013 tentang baku mutu air limbah industri pengolahan daging .
Parameter baku mutu air limbah bindustri pengolahan daging ada pada Tabel 2.2
di bawah :
Tabel 2.1 Baku Mutu Limbah Cair Industri Pengolahan Daging
Parameter Kadar
BOD 125 mg/l
COD 250 mg/l
TSS 100 mg/l
Amonia 10 mg/l
Minyak dan Lemak 5 mg/l
pH 6-9
Sumber : (Peraturan Gubernur Jatim No. 72 Tahun 2013)
2.2.1 COD
COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigen yang
diperlukan untuk mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air
(Metcalf & Eddy, 2007). Hal ini karena bahan organik yang ada sengaja
diurai secara kimia dengan menggunakan oksidator kuat kalium bikromat
pada kondisi asam dan panas dengan katalisator perak sulfat, sehingga segala
macam bahan organik, baik yang mudah urai maupun yang kompleks dan
sulit urai, akan teroksidasi. Dengan demikian, selisih nilai antara COD dan
BOD memberikan gambaran besarnya bahan organik yang sulit urai yang ada
di perairan. Bisa saja nilai BOD sama dengan COD, tetapi BOD tidak bisa
lebih besar dari COD. Jadi COD menggambarkan jumlah total bahan organik
yang ada.
2.2.2 BOD
BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik
dalam kondisi aerobik (Metcalf & Eddy, 2007). BOD sebagai suatu ukuran
jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang terkandung
dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan organik yang dapat
7
diurai. Dari pengertianpengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai
BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga
diartikan sebagai gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable
organics) yang ada di perairan.
2.2.3 Minyak dan Lemak
Minyak dan Lemak adalah salah satu kelompok yang termasuk golongan
lipid, yaitu senyawa organik yang terdapat dialam serta tidak larut dalam air,
tetapi larut dalam pelarut organik non-polar , contohnya dietil eter,
kloroform dan hidrokarbon lainnya. Lemak dan Minyak dapat larut dalam
pelarut yang disebut di atas karena lemak dan minyak mempunyai polaritas
yang sama dengan pelarut tersebut (Herlina dan Ginting, 2002). Lemak dan
minyak adalah trigliserida, atau triasilgliserol, dalam kedua istilah ini yang
berarti trimester dari gliserol. Perbedaan antara suatu lemak dan minyak,
yaitu: pada suhu kamar (250c) lemak berbentuk padat dan minyak bersifat
cair. Selain itu lemak dan minyak juga merupakan sumber energi yang lebih
efektif dibandingkan dengan karbohidrat dan protein. Satu gram minyak
atau lemak dapat menhasilkan energi sebesar 9 kkal, sedangkan karbohidrat
dan protein hanya menghasilkan 4 kkal/gram. Minyak goreng merupakan
salah satu bahan yang ada didalam lemak, baik yang berasal dari lemak
tumbuhan (lemak nabati) maupun dari lemak hewan (lemak hewani).
2.2.4 TSS
TSS merupakan materi atau bahan tersuspensi yang menyebabkan
kekeruhan air terdiri dari lumpur, pasir halus serta jasad-jasad renik yang
terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi yang terbawa badan air
(Effendi, 2003). TSS merupakan salah satu faktor penting menurunnya
kualitas perairan sehingga menyebabkan perubahan secara fisika, kimia dan
biologi (Bilotta and Brazier, 2008). Perubahan secara fisika meliputi
penambahan zat padat baik bahan organik mau pun anorganik ke dalam
perairan sehingga meningkatkan kekeruhan yang selanjutnya akan
menghambat penetrasi cahaya matahari ke badan air. Berkurangnya
penetrasi cahaya matahari akanberpengaruh terhadap proses fotosintesis
yang dilakukan oleh fitoplankton dan tumbuhan air lainnya. Banyaknya TSS
8
yang berada dalam perairan dapat menurunkan kesediaan oksigen terlarut.
Jika menurunnya ketersediaan oksigen berlangsung lama akan
menyebabkan perairan menjadi anaerob, sehinggga organisme aerob akan
mati.Tingginya TSS juga dapat secara langsung menganggu biota perairan
seperti ikan karena tersaring oleh insang. Nilai TSS dapat menjadi salah
satu parameter biofisik perairan yang secara dinamis mencerminkan
perubahan yang terjadi di daratan maupun di perairan.TSS sangat berguna
dalam analisis perairan dan buangan domestik yang tercemar serta dapat
digunakan untuk mengevaluasi mutu air, maupun menentukan efisiensi unit
pengolahan.
2.2.5 Amonia
Amonia adalah suatu senyawa kimia yang terdiri dari nitrogen dan
hidrogen dengan rumus kimia NH3. Pada tekanan dan temperatur standar,
amonia berbentuk gas. Amonia lebih ringan dari udara dan berbau sangat
tajam. Amonia dapat disimpan dalam bentuk cair pada tekanan 10 atm dan
temperatur 25° C, dan dapat dicairkanpada tekanan di bawah 10 atm.
Larutan amonia tidak boleh dicampur dengan golongan halogen karena akan
membentuk produk yang beracun dan eksplosif (Permana 2008). Anhidrat
amonia dalam bentuk gas atau cair dikalasifikasikan sebagai zat beracun dan
berbahaya bagi lingkungan. Limbah amonia sebagian besar dihasilkan dari
pabrik pupuk yang menghasilkan produk utama amonia dan urea serta
produk lainnya seperti amonium sulfat dan amonium nitrat. Selain itu,
amonia banyak dihasilkan dari berbagai macam kegiatan industri, misalnya
pabrik kertas dan pulp, pabrik daging, industri proses pembuatan gula tebu,
industri tekstil, industri makanan dan minuman, pengolahan minyak bumi,
pabrik asbes dan gelas. `
2.3 Proses Flotasi
Flotasi merupakan salah satu metode untuk memisahkan atau menghilangkan
minyak yang bercampur pada air limbah. Tekanan udara dan reaksi dengan
oksigen akan membuat minyak terflotasi. Penggunaan metode flotasi saat ini telah
berhasil dikembangkan sebagai strategi alternatif untuk pengolahan air limbah
(Melo dkk, 2003). Flotasi atau proses mengubah bahan tersuspensi, teremulsi, dan
9
terlarut, serta bahan koloidal menjadi bahan yang mengambang (floating), dan
merupakan proses pemisahan yang telah digunakan pada pengolahan mineral
lebih dari satu abad yang lalu. Pada saat ini flotasi telah dikembangkan ke
dalam lingkup yang lebih luas.
Flotasi saat ini juga banyak digunakan pada industri pertambangan dan
industri pengolahan logam. Proses flotasi memungkinkan untuk memindahkan
padatan yang terjebak dan minyak pada waktu tertentu dari berbagai macam air
yang sangat keruh termasuk, aliran limbah industri pulp, industri tekstil dan
bahan celup, industri makanan, limbah perkotaan, limbah dari industri kulit,
limbah industri petrokimia, pengilangan minyak, dan industri baterai dan
elektroplatting. Banyak penelitian yang telah menekankan keunggulan dari proses
flotasi ini baik itu menggunakan metode flotasi udara terlarut (Dissolved Air
Flotation) ataupun metode flotasi tekanan (Induced Air Flotation). Diantaranya
yaitu, ekonomis dalam hal tempat, dan kemampuan untuk mengolah limbah
yang jumlahnya besar dengan waktu detensi yang singkat (Rigas dkk, 2000).
2.3.1 Prinsip Dasar Flotasi
Proses flotasi adalah proses separasi yang berdasarkan pada sifat
kimia fisika, yaitu perbedaan kemampuan untuk terbasahi (wettability)
pada permukaan partikel padatan yang akan dipisahkan. Perbedaan
wettability permukaan partikel padatan (mineral logam) dapat
bersifat alami atau bisa juga dipengaruhi oleh penggunaan adsorbat-
adsorbat kimia (East, 2003). Permukaan padatan biasanya secara
alamiah dapat terbasahi (wettable) dengan air dan bersifat hidrofilik.
Sedangkan jika suatu permukaan tidak wettable, maka permukaan
tersebut bersifat hidrofobik dan aerofilik dimana permukaan tersebut
akan tertarik dengan kuat ke interface udara sehingga dapat
menggantikan air pada permukaan padatan. Pada proses flotasi,
pemisahan campuran padatan biner dapat dipenuhi dengan menambahkan
partikel solid hidrofobik ke dalam gelembung gas, sedangkan partikel
padat hidrofilik akan tertinggal di dalam air limbah. Perbedaan densitas
antara gelembung udara dan air menghasilkan daya apung yang dapat
10
mengangkat partikel solid hidrofobik ke permukaan, dan membentuk
lumpur (sluge) (Permana, 2008).
2.3.2 Metode Flotasi
Ada dua metode flotasi menurut (Permana, 2008) yaitu :
a. Metode flotasi udara tersuspensi (Dispersed Air Flotation) dimana
gelembung-gelembung udara terbentuk akibat memasukkan fase gas
melalui impeller berputar atau melalui media berpori. Diameter
gelembung sekitar 1.000 mikron (μm). Metode ini sangat banyak
digunakan dalam industri logam.
b. Metode Flotasi Udara Terlarut (Dissolved Air Flotation), dimana
gelembung merupakan hasil presipitasi gas dari suatu larutan yang
lewat jenuh terhadap gas. Ukuran gelembung rata-rata 70-90 mikron.
Metode ini banyak digunakan dalam pengolahan buangan industri.
2. 3. 3 Kelebihan dan Kekurangan Proses Flotasi
Kelebihan proses flotasi ini dibandingkan dengan proses yang lain
menurut (Widaningroem, 2004):
1. Dapat memisahkan partikel-partikel logam yang lebih kecil dan lebih
ringan.
2. Laju limpahan air limbah lebih besar sedangkan waktu detensi
yang dibutuhkan lebih singkat sehingga ukuran tangki yang dibutuhkan
lebih kecil. Oleh karena itu proses ini hanya memerlukan ruangan
yang tidak terlalu besar dan biaya yang lebih ekonomis.
3. Bau limbah yang mengganggu dapat diminimalisasi karena air limbah
tidak terlalu lama di diamkan di dalam tangki dan karena adanya udara
terlarut dalam keluaran limbah.
4. Lumpur (sludge) yang diperoleh lebih tebal karena lebih banyak
partikel-pertikel logam berat yang terikat dan terangkat ke permukaan.
Selain memiliki kelebihan dibandingkan proses yang lain, pengolahan
limbah cair dengan proses flotasi juga memiliki bebrapa kekurangan,
antara lain :
1. Untuk pengambilan kembali (recovery) dibutuhkan tambahan alat
seperti unit filtrasi
11
2. Pada flotasi vakum juga diperlukan tambahan alat dan perhatian khusus
terhadap kemungkinan terjadinya kebocoran
2.4 Dissolved Air Flotation
Proses Flotasi udara terlarut / dissolved air flotation (DAF) merupakan sistem
pengolahan air yang telah terbukti efektif dalam proses pemisahan partikel tak
terlarut dari dalam air. Prinsip dari proses ini adalah terjadinya pengikatan flok
oleh gelembung – gelembung udara yang berasal dari proses pencampuran antara
udara dengan air dalam tekanan tinggi, sehingga udara akan terlarut dalam air dan
membentuk gelembung – gelembung udara dengan ukuran yang sangat kecil,
anatar 10-100 mm. Pada proses ini padatan tersuspensi akan mengapung diatas
permukaan air, sehingga menimbulkan akumulasi padatan terapung diatas
permukaan air yang selanjutnya akan dipisahkan dengan sistem mekanik.
Proses DAF merupakan pilihan yang tepat untuk proses penjernihan air. Pada
proses DAF partikel – partikel yang terlarut dlam air limbah di gumpalkan dan
dipisahkan dari air tidak dengan mengendapkannya ke dasar, tetapi dengan
mengapungkan partikel – partikel tersebut ke permukaan air. Proses DAF juga
sangat efektif untuk menghilangkan senyawa – senyawa yang menyebabkn air
memiliki bau dan rasa yang tidak enak. DAF efektif untuk menyisihkan padatan –
padatan yang memiliki densitas yang rendah seperti kekeruhan, warna, algae, atau
senyawa – senyawa organik terlarut, semua bahan – bahan tersebut adalah bahan –
bahan yang sulit untuk diendapkan tetapi cenderung mengapung atau melayang di
dalam air (James E. Farmerie, 2011).
2.4.1 Proses DAF
Sistem DAF terdiri dari pasokan udara dan air, dan ruang atau tangki
pengapungan. Ada dua jenis tangki flotasi: tangki melingkar dan tangki
persegi panjang. Pengolahan air limbah dan lumpur (Palaniandy, 2010).
Pada DAF, udara dilarutkan ke dalam air dengan tekanan beberapa bar,
kemudian dilepaskan pada tekanan atmosfer sehingga menghasilkan
gelembung udara halus dengan ukuran 40 mm – 80 mm. Pada proses
pemasukan udara ke dalam air (pressurization), terdapat dua sistem yang
perlu diketahui, pressurization langsung dan pressurization tidak langsung
12
(sebagian). Pada pressurization langsung, seluruh aliran air yang menuju ke
unit flotasi dijenuhkan oleh udara pada tekanan 3-5 bar. Pada pressurization
tidak langsung (sebagian), sebagian dari hasil olahan yang keluar dari DAF
dikembalikan lagi setelah terlebih dahulu dilewatkan dalam ASV (air
saturated vessel) pada tekanan 4-6 bar. Pada urnumnya, recycle ratio ini
bervariasi antara 10%-50%. Pressurization langsung memiliki
keuntungan, yakni beban hidraulik pada DAF sama dengan beban
keseluruhan air limbah.
Dengan demikian, luas area lebih kecil dari pada pressurization
sebagian. Akan tetapi cara ini juga memiliki kekurangan, yakni
kemungkinan adanya penyumbatan pada pressure release valve, pelarutan
udara yang kurang efisien, dan gelembung udara yang lebih besar.
Pressurization sebagian membutuhkan area yang lebih luas
dibandingkan dengan pressurization total karena beban hidraulik meningkat
dengan adanya penambahan recycle. Namun, karena ukuran gelembung
udara yang dihasilkan sangat halus, efisiensi DAF akan meningkat.
Gelembung udara yang lebih halus akan melekat pada padatan secara
lebih baik sehingga menghasilkan effluent yang lebih baik (Siregar, 2005).
2.4.2 Karakteristik DAF
Pada dissolved air flotation memiliki 2 tipe aliran yakni menggunakan
tipe aliran parsial dan aliran recycle seperti terlihat pada Gambar 2.1 dan
2.2.
13
Gambar 2.2 Metode operasional daur ulang aliran (Adlan, 1998)
Gambar 2.3 Tangki flotasi persegi panjang dengan sistem aliran daur ulang (Adlan, 1998)
Gambar 2.3 menunjukkan pengaturan khas sistem DAF aliran daur ulang
dengan tangki flotasi persegi panjang. Dapat dilihat pada Gambar 2.3,
14
tangki pengapungan dibagi menjadi dua zona: zona depan, yang merupakan
zona kontak atau zona reaksi, dan zona pemisahan. Penyekat dipasang
antara zona kontak dan zona pemisahan. Zona kontak dirancang untuk
membentuk aglomerat bubble-floc. Gelembung udara dimasukkan ke dalam
zona kontak. Untuk mendapatkan ukuran gelembung yang optimal, udara
dilarutkan dalam saturator di bawah tekanan dalam kisaran 400-600 kPa.
Dengan demikian, tekanan dan aliran daur ulang mengontrol jumlah total
udara yang dimasukkan ke dalam zona kontak (Edzwald, 2010). Setelah air
dan bercampur udara bertekanan dilepaskan ke tangki flotasi pada tekanan
atmosfer, gelembung dihasilkan. Dalam DAF, gelembung kecil diperlukan
untuk mencapai pemisahan padat-cair yang baik. Ukuran gelembung dalam
kisaran 50-100 μm adalah yang paling cocok untuk proses DAF.
Jika gelembung lebih besar dari kisaran ini, mereka dapat menciptakan
turbulensi di tangki pengapungan dan, pada saat yang sama, mengurangi
area permukaan dari lampiran partikel-gelembung. Setelah gelembung dan
partikel bersentuhan melalui proses adhesi, perangkap, atau penyerapan di
zona reaksi, agregat gelembung-flok pindah ke zona pemisahan. Di sini,
agregat gelembung-flok akan naik dengan stabil ke permukaan tangki
pengapungan, sementara air yang diolah / air limbah akan ditarik dari
bagian bawah tangki. Kemudian, agregat bubble-floc pindah ke zona
pemisahan. Di sini, flok naik ke permukaan dan mengapung sebagai lapisan
lumpur yang tebal. Kecepatan naik agregat bubble-floc dapat diperkirakan
menggunakan hukum (Haarhoff dan Steinbach, 1996). Agregat yang tidak
mencapai permukaan akan tersapu oleh air bersih (Palaniandy, 2010).
2.4.3 Pengaruh Tekanan Saturasi dan Debit Recycle pada Proses DAF
Tekanan saturasi didalam pembentukan gelembung udara sangat
berpengaruh, karena semakin tinggi tekanan yang di beikan maka bentuk
ukuran gelembung udara akan semakin lebih sehingga hal ini akan
membantu penyebaran udara yang merata untuk dapat mengikat partikel
kandungan organik di dalam cairannya. Semakin tinggi tekanan operasi
yang diberikan, maka udara yang terlarut di dalam tangki saturasi akan
semakin besar, sehingga setelah di lepas ke tekanan atmosfer maka udara
15
yang terlepas melalui nozzle sebagai gelembung – gelembung halus akan
semakin banyak, hal ini dapat memengaruhi didalam penyisihan kadar
organik yang terkandung di dalam air limbah tersebut (Octavian, 2007).
Recycle yang dilakukan bertujuan untuk mengolah kembali efluen yang
dihasilkan untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi.
2.4.4 DAF di Laboratorium Limbah PPNS
DAF yang ada di laboratorium limbah PPNS terdiri dari beberapa unit
yaitu tangki saturasi, zona separasi, zona kontak, dan zona pengendap.
Tangki saturasi merupakan alat utama yang digunakan untuk melarutkan
udara ke dalam air pada tekanan tertentu. Pada zona kontak ini terjadi
kontak antara partikel dan gelembung udara sehingga gelembung udara
dapat menyelimuti partikel. Pada zona separasi terjadi pemisahan antara air
dengan ikatan antara partikel dan gelembung (yang mempunyai densitas
lebih kecil dari air) sehingga akan mengapung. DAF yang ada di
laboratorium limbah PPNS difungsikan unuk menurunkan kadar minyak
lemak. DAF dapat dilihat pada Gambar 2.4.
16
pada 40 psi atau 2,8 bar, 50 psi atau 3,4 bar, 60 psi atau 4,1 bar, 70 psi atau 4,8
bar dan 80 psi atau 5,5 bar. Pengujian sampel dilakukan sebelum dan sesudah
proses untuk melihat kemampuan reaktor dissolved air flotation dalam
menyisihkan senyawa organik dari air limbah domestik. Hasil penelitian
terbaik diperoleh efisiensi penyisihan TOC sebesar 82,60 %, TDS 16,05 %,
kekeruhan 66,13% pada tekanan operasi 5,5 bar
2. Penelitian dilakukan oleh Bayu dkk tahun 2012. Pada penelitian ini dilakukan
studi untuk mencari parameter tekanan yang paling sesuai untuk memisahkan
fat, oil, and grease dari limbah food digunakan pada pemisahan ini adalah 4,5;
5; 5,5; dan 6 bar. Hasil pemisahan yang didapatkan kemudian dianalisa dengan
menggunakan analisa total padatan tersuspensi. Data hasil analisa yang
didapatkan adalah total padatan tersuspensi pada umpan sebesar 40.000 mg/L,
setelah dipisahkan menggunakan dissolved air flotation masing didapatkan
jumlah total padatan tersuspensi sebesar 3000 mg/L, pada tekanan 5 bar
didapatkan total padatan tersuspensi sebesar 2500 mg/L, pada tekanan 5,5 bar
didapatkan total padatan tersuspensi sebesar 1500 mg/L, dan pada tekanan 6
bar didapatkan total padatan tersuspensi sebesar 500 mg/L.
3. Penelitian dilakukan oleh Randi tahun 2019. Pada penelitian ini dilakukan studi
untuk mencari parameter tekanan yang paling sesuai untuk memisahkan
minyak dan lemak dari limbah industri bir dan minuman ringan digunakan
pada pemisahan ini adalah 2; 3; 4; dan 4 bar dengan menggunakan nozzle.
Hasil pemisahan yang didapatkan kemudian dianalisa dengan menggunakan
analisa minyak lemak. Data hasil analisa yang didapatkan adalah minyak
lemak pada umpan sebesar 254 mg/L, setelah dipisahkan menggunakan
dissolved air flotation pada tekanan 2 bar didapatkan kadar minyak lemak
sebesar 144,8 mg/L, pada tekanan 3 bar didapatkan kadar minyak lemak
sebesar 104,4 mg/L, pada tekanan 4 bar didapatkan kadar minyak lemak 74,2
mg/L dan pada tekanan 4 bar dengan menggunakan nozzle didapatkan kadar
minyak lema sebesar 1,6 mg/L.
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
17
BAB 3
METODE PENELITIAN
18
Pada metode penelitian ini akan dijelaskan tentang, diagram alir penelitian,
prosedur percobaan, analisis sampel yang diambil agar lebih terarah dan
sistematis.
3.1 Diagram Alir Penelitian
Tahap-tahap penelitian lebih jelas bisa dilihat di diagram alir penelitian pada
gambar 3.1 di bawah ini :
Mulai
Evaluasi Prototype
DAF
Mengumpulkan
Literatur
Mengkaji literatur
dan melakukan
kompilasi kajian
Menyusun
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
19
mengumpulkan literarur, mengkaji literatur dan melakukan kompilasi kajian, dan
menyusun pembahasan kesimpulan dan saran. Lebih detailnya sebagai berikut :
3.2.1 Ide Penelitian
Ide penelitian ini muncul di karenakan Industri UMKM makanan
pengolahan daging masih belum serius dan belum mempunyai alternatif
dalam mengolah limbahnya namun limbah yang dihasilkan langsung di
buang di badan air. Dissolved Air Flotation yang sudah terbukti bisa
menurunkan kadar minyak lemak mencapai efisiensi 90% menurut beberapa
sumber bisa meremoval limbah yang mengandung kandungan organik
tinggi. Sehingga muncul suatu ide penelitian instrumen DAF untuk
meremoval kandungan organik limbah industri UMKM makanan
pengolahan daging sampai dengan baku mutu yang berlaku.
3.2.2 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk menjadi acuan dasar atau pedoman
dalam pelaksanaan penelitian kedepannya. Studi literatur ini didapatkan
berasal dari sumber text book, jurnal penelitian, artikel, dan internet.
Beberapa literatur pendukung yang menunjang penelitian ini meliputi :
1. Evaluasi dan perbaikan instrument Dissolved Air Flotation.
2. Karakteristik dan baku mutu limbah cair industri UMKM makanan
pengolahan daging.
3. Kondisi operasi optimum tekanan udara dan persen debit recycle untuk
efisiensi kinerja DAF.
3.2.3 Pengumpulan Data dan Literatur
Pada tahap ini dilakukan pengumpulan informasi, data dan literatur
yang relevan dengan topik yang akan dibahas pada penelitian ini.
Pengumpulan data disesuaikan dengan jenis data yang hendak didapatkan.
Referensi atau literatur didapat dari jurnal terpublikasi skala nasional
maupun internasional, buku-buku, proceedings, thesis, peraturan dan artikel
internet terkait. Data yang dikumpulkan berupa hasil evaluasi dan perbaikan
yang akan di lakukan pada DAF. Literatur yang dikumpulkan berupa
kondisi operasi optimum tekanan udara dan persen debit recycle untuk
efisiensi kinerja DAF.
20
3.2.4 Evaluasi instrumen Dissolved Air Flotation
Dalam langkah ini akan di lakukan evaluasi mengenai kondisi alat
yang ditinjau dari parameter teknis alat seperti : Dimensi alat, Kapasitas
alat, efisiensi alat serta parameter teknis lainnya. Evaluasi dilakukan
dengan membuat form yang bisa memberikan informasi tentang kondisi
ekisting dari setiap unit yang ada di DAF, jika ditemukan unit yang tidak
optimal maka akan di lakukan perbaikan. Adapun form yang di gunakan
sebagai berikut :
Tabel 3.1 Form Evaluasi DAF
No. Instrumen DAF Kondisi Eksisting Rencana
Perbaikan
1. Pipa aliran inlet
2. Flowmeter inlet
3. Pompa inlet
4. Skimmer
5. Bak kontak
6. Bak Separasi
7. Bak Pengendap
8. Pompa recycle
9. Flowmeter recycle
10. Tangki Saturasi
11. Penyangga DAF
12. Kompresor
3.2.5 Mengumpulkan dan Mengkaji Literatur
Tahapan ini dilakukan dengan membaca secara detail literatur yang
telah dikumpulkan. Dari hasil telaah literatur tersebut akan ditulis
ringkasan poin sesuai dengan topik bahasan yang akan dibahas dalam
penelitian ini. Terdapat beberapa topik bahasan yang akan dibahas dalam
TA ini. Dari hasil tersebut akan dikaji per poin dan dihubungkan dengan
penelitian yang lainnya. Hasil kajian tersebut kemudian akan dituliskan
dalam bab pembahasan dari laporan penelitian ini. List hasil kajian akan
dimasukkan ke dalam tabel yang telah dibuat sesuai dengan pokok
bahasan. Masing-masing tabel akan dibuat untuk setiap pokok bahasan
yang dikaji. Contoh tabel ringkasan literatur dijelaskan pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Contoh Tabel Ringkasan Literatur
Tekana % Removal
n COD BOD Minyak & TSS Amonia
21
Udara Lemak
(atm)
Kolom tabel ringkasan literatur akan diisi dengan hasil ringkasan yang
telah diperoleh dari literatur yang dikaji. Kolom tekanan udara akan diisi
tekanan udara optimum dari kajian literatur yang di lakukan. Kolom
persen removal akan diisi persen removal DAF dalam mengolah parameter
COD, BOD, mimyak dan lemak, TSS dan amonia menggunakan tekanan
udara optimum dari kajian literatur yang dilakukan.
3.2.6 Menyusun Kesimpulan dan Saran
Tahap terakhir dalam penelitian ini adalah kesimpulan dan saran. Pada
tahap ini akan ditarik pernyataan singkat tentang hasil analisis deskripsi
dan pembahasan, selanjutnya akan dilakukan pemberian saran untuk
pengembangan penelitian selanjutnya. Kesimpulan dari penulisan studi
literatur ini diperoleh dari hasil kajian & analisis detail dari pokok
bahasan. Pokok bahasan tersebut mengacu pada tujuan dari penelitian ini.
Kesimpulan dari studi literatur ini akan berkaitan dengan potensi kondisi
operasi optimum tekanan udara dan persen debit recycle pada efisiensi
kinerja DAF dalam meremoval parameter COD, BOD, minyak dan lemak,
TSS dan amonia.
BAB 4
Pada bab ini akan dijelaskan tentang hasil dari evaluasi prototype DAF
dan rencana perbaikan DAF beserta pembahasannya. Pada penelitian ini
22
dilakukan studi literatur terhadap kondisi operasi optimum tekanan udara dan
debit recycle untuk efisiensi kinerja DAF dalam mengolah parameter COD, BOD,
minyak dan lemak, TSS dan amonia.
4.1 Evaluasi Prototype Dissolved Air Flotation
Pada evaluasi yang akan di lakukan ini menggunakan prototype DAF yang ada
di laboratorium PPNS. Diperlukan evaluasi alat untuk memastikan alat tidak ada
kerusakan dan kebocoran. Evaluasi di lakukan dengan mencoba comissioning
menggunakan air biasa. Setelah dilakukan comissioning didapatkan hasil evaluasi
sebagai berikut :
Tabel 4.1 Hasil Observasi dan Rencana Perbaikan
23
Lanjutan Tabel 4.1
5. Bak kontak Tidak ada Freeboard Akan
menyebabkan ditambahkan
overflow ketinggian di bak
kontak dan bak
separasi
6. Bak Separasi Berfungsi dengan baik -
7. Bak Pengendap Berfungsi dengan baik -
8. Pompa recycle Berfungsi dengan baik -
9. Flowmeter recycle Berfungsi dengan baik -
10. Tangki Saturasi Berfungsi dengan baik -
11. Penyangga DAF Rusak Diganti
12. Kompresor Berfungsi dengan baik -
Hasil dari evaluasi yang dilakukan ditemukan bahwa beberapa komponen perlu
di lakukan perbaikan. Rencana perbaikan perlu dilakukann sebelum dilakukannya
perbaikan. Komponen yang perlu dilakukan yaitu saluran inlet, bak kontak dan
automatic skimmer. Dokumentasi kegiatan evaluasi bisa dilihat di lampiran A.
4.1.1 Re-Desain Aliran Masuk Dissolved Air Flotation
Setelah dilakukan evaluasi Dissolved Air Flotation dan mengetahui hasil
dari evaluasi yang dilakukan , kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah
perbaikan instrument atau mendesain ulang. Pada penelitian sebelumnya
aliran dari inlet dan aliran dari tangki saturasi digabung namun dengan
desain aliran seperti itu menyebabkan pompa inlet rusak. Menurut
(Schwartzman, 1998) bahwa mendeseain aliran juga harus diperhatikan
dengan baik agar tidak terjadi aliran blowback. Aliran blowback adalah
dimana 2 aliran dijadikan 1 akan tetapi karena tekanan salah 1 aliran terlalu
besar menyebabkan fluida/air kembali pada aliran yang lain (Schwartzman,
1998), sehingga aliran tersumbat bahkan menyebabkan kerusakan pada
pompa. Perbaikan yang di lakukan pada kondisi tersebut dilakukan desain
ulang pada aliran inlet dan aliran dari tangki saturasi yang sebelumnya
digabung dibuat aliran secara terpisah Desain ulang bisa dilihat di Gambar
4.1.
24
Gambar 4.1 Desain aliran masuk sebelum dan sesudah evaluasi
Pada gambar 4.1 di bagian lingkaran merah di perlihatkan desain
sebelum dan sesudah evaluasi. Diharapkan dengan desain aliran inlet dan
aliran dari tangki saturasi yang terpisah tidak terjadi aliran blowback yang
menyebabkan aliran terhambat atau merusak pompa. Kondisi inlet dengan
desain seperti ini diharapkan mampu membantu kinerja DAF menjadi lebih
efisien.
4.1.2 Penambahan Tinggi Bak Kontak
Setelah dilakukan perbaikan terhadap aliran masuk DAF kegiatan
selanjutnya yang dilakukan adalah penambahan tinggi bak kontak. Hasil
evaluasi didapatkan bahwa pada bak kontak tidak ada nya freeboard
sehinggga menyebabkab overflow. Kondisi overflow di khawatirkan
menggangu proses kontak udara dengan air limbah. Adanya kondisi seperti
itu maka perlu dilakukan penambahan tinggi pada kontak. Penambahan
freeboard 15 cm masih diperbolehkan menurut (Puspita,2008) di bak
kontak juga akan di lakukan di bak separasi untuk menjaga keseimbangan
dan estetika dari prototype DAF. Detail gambar penambahan tinggi bak
kontak bisa dilihat di lampiran B.
4.1.3 Perancangan Automatic Skimmer
Setelah dilakukan penambahan tinggi bak kontak, kegiatan selanjutnya
yang dilakukan adalah perbaikan skimmer. Hasil evaluasi didapatkan bahwa
skimmer berkarat dan tidak praktis karena bekerja secara manual. Perbaikan
yang dilakukan yaitu mengganti skimmer dengan yang baru dan membuat
skimmer menjadi otomatis. Perancangan automatic skimmer dapat dilihat
pada Gambar 4.2
25
Gambar 4.2 Diagram alir Automatic Skimmer
26
menjadikan flok yang sudah terbentuk lebih mudah pecah. Ukuran
gelembung berpengaruh pada luas permukaan kontak padatan dengan
gelembung udara. Semakin besar gelembung akan memeperkecil luas
kontak. Semakin kecil kontak membuat padatan yang terapungkan semakin
sedikit, yang ditunjukan dengan menurunnya efisiensi pengolahan DAF. Ini
menunjukan bahwa tekanan udara mempengaruhi efisiensi dan menjadi
parameter penting dalam kinerja DAF. Beberapa penelitian yang
menggunakan tekanan udara untuk efisiensi kinerja DAF dituliskan pada
Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Penelitian DAF dengan Tekanan Udara
No Sumber Kondisi Operasi Parameter Persen
Literatur yang Diolah Removal
1. Viitasari Tekanan Udara 6 BOD 85 %
dkk., 1995 atm
2. Hendartini, Tekanan Udara TSS BOD TSS 40-65 %
1995 3-6,5 atm BOD 25-50 %
3. Octavian, Tekanan Udara : Minyak dan 75,52-93,64%
2007 2, 3, 4, 5 atm Lemak
4. Budianto Tekanan Udara : Minyak dan 50-91%
dkk., 2007 2, 2,7 , 3,4 , 4,1 , Lemak
4,8 atm
5. Satria, 2012 Tekanan Udara : TOC 10-81 %
2,8 , 3,4 , 4,1 ,
4,8 dan 5,5 atm
6. Utama dkk., Tekanan Udara :
2012 4,5, 5, 5,5, 6 atm TSS 93-98%
27
- 80,71 %
9. Etchepare Tekanan Udara Minyak dan 73-84 %
dkk., 2017 3,5-5 atm Lemak
28
menjadi lebih besar. Meningkatnya kecepatan apung gelembung dapat
meningkatkan gaya gesek antar gelembung dengan ikatan flok suspensi
yang sudah terbentuk. Hal tersebut menjadikan flok yang sudah terbentuk
lebih mudah pecah. Selain itu, ukuran gelembung berpengaruh pada luas
permukaan kontak padatan dengan gelembung udara. Semakin besar
gelembung udara akan memperkecil luas kontak. Semakin kecil kontak,
membuat padatan yang terapungkan semakin sedikit, yang ditunjukan
dengan menurunnya efisiensi pengolahan DAF. Ini menunjukan bahwa
diameter gelembung mempengaruhi efisiensi pemisahan dan menjadi
parameter penting dalam pemisahan DAF.
Penggunaan tekanan udara sebesar 6 atm untuk kinerja DAF dalam
mengolah parameter BOD tidak mendapatkan hasil yang maksimal pada
penelitian Hendartini (1995). Penelitian ini berfokus pada kinerja DAF
dalam menurunkan kadar BOD dan TSS dalam air limbah. Penelitian ini
menggunakan range tekanan udara 3 – 6,5 atm dan mendapatkan hasil
persen removal untuk TSS 40 - 65 % dan untuk BOD 25 – 50 %. Hasil
persen removal yang kurang maksimal dikarenakan sebelum proses flotasi
udara terlarut ada proses sedimentasi terlebih dahulu. Kurang maksimalnya
hasil persen removal dalam penelitian ini maka dalam flotasi udara terlarut
ditambahkan campuran bahan kimia (koagulan dan floakulan) seperti alum
dan feriklorida. Mendapatkan hasil persen removal yang lebih baik yaitu 98
% untuk parameter TSS.
Semakin tinggi tekanan udara akan semakin baik kinerja DAF diperkuat
dengan penelitian Penelitian Utama dkk (2012) . Besar nya tekanan udara
dalam efisiensi kinerja DAF juga berpengaruh dalam mengolah parameter
TSS dalam air limbah. Penelitian ini menggunakan variasi tekanan udara
sebesar 4,5 5, 5,5 dan 6 atm. Persen removal yang didapatkan pun
meningkat dari tekanan 4,5 sampai dengan 6 atm. Tekanan udara 4,5 dan 5
atm mendapatkan persen removal sebesar 93 dan 94 %, sedangkan tekanan
udara 5,5 dan 6 atm dan mendapatkan persen removal sebesar 96 dan 98 %.
Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa tekanan 6 atm memiliki persen
removal TSS yang paling tinggi. Hal ini menunjukan bahwa semakin besar
29
tekanan operasi maka proses penurunan kadar TSS yang terkandung dalam
air limbah dengan DAF semakin baik.
Tekanan operasi yang kurang memadai menyebabkan gelembung udara
yang terbentuk berdiameter lebih besar dan berjumlah sedikit. Ukuran
gelembung yang besar menyebabkan kecepatan mengapung menjadi lebih
besar. Meningkatnya kecepatan apung gelembung dapat meningkatkan gaya
gesek antar gelembung dengan ikatan flok suspensi yang sudah terbentuk.
Hal tersebut menjadikan flok yang sudah terbentuk lebih mudah pecah.
Selain itu, ukuran gelembung berpengaruh pada luas permukaan kontak
padatan dengan gelembung udara. Semakin besar gelembung udara akan
memperkecil luas kontak. Semakin kecil kontak, membuat padatan yang
terapungkan semakin sedikit, yang ditunjukan dengan menurunnya efisiensi
pengolahan DAF. Ini menunjukan bahwa diameter gelembung
mempengaruhi efisiensi pemisahan dan menjadi parameter penting dalam
pemisahan DAF.
Tekanan didalam pembentukan gelembung udara sangat berpengaruh,
karena semakin tinggi tekanan yang diberikan maka bentuk ukuran
gelembung udara akan semakin lebih kecil, sehingga hal ini akan membantu
penyebaran udara yang merata untuk dapat mengikat partikel kontaminan.
Berdasarkan penelitian Nur dkk (2017), menggunakan range tekanan udara
2 – 4,8 atm untuk mengolah parameter amonia dan senyawa organik.
Tekanan udara 2 atm untuk efisiensi kinerja DAF dalam mengolah senyawa
organik masih cukup baik dengan persen removal 75,18 %, akan tetapi
untuk parameter amonia tidak maksimal karena hanya mendapatkan hasil
persen removal sebesar 25 %. Tekanan udara 4,8 atm untuk efisiensi DAF
kenaikan persen removal tidak terlalu jauh untuk mengolah senyawa
organik yaitu 80,71 %, akan tetapi dengan 4,8 atm untuk amonia kenaikan
cukup signifikan mencapai persen removal 72,5 %. Hasil penelitian ini
memberikan gambaran bahwa semakin tinggi tekanan operasi yang
diberikan, maka udara yang terlarut di dalam tangki saturasi akan semakin
besar, sehingga setelah dilepas ke tekanan atmosfer maka udara yang
terlepas melalui sebagai gelembung – gelembung halus akan semakin
30
banyak, hal ini dapat mempengaruhi di dalam penyisihan amonia dan
senyawa organik yang terkandung di dalam air limbah tersebut.
Semakin tinggi tekanan udara akan semakin baik kinerja DAF dalam
menurunkan kadar minyak dan lemak pada air limbah. Pernyataan tersebut
diperkuat dalam penelitian Etchepare dkk (2017). Penelitian ini
menggunakan variasi tekanan udara 3,5 – 5 atm, dan didapatkan persen
removal optimum yaitu sebesar 73 - 84 %. Hasil penelitian ini dapat
memberikan gambaran bahwa semakin tinggi tekanan operasi yang
diberikan, maka udara yang terlarut didalam tangki saturasi akan semakin
besar. Sehingga setelah dilepas ke tekanan atmosfer maka udara yang
terlepas sebagai gelembung-gelembung halus akan makin banyak, hal ini
dapat memengaruhi didalam dalam penyisihan minyak dan lemak yang
terkandung di dalam air limbah tersebut. Oleh karena itu ikatan antara
gelombang dan partikel minyak dan lemak bersifat kokoh atau kuat, maka
dengan pemberian tekanan operasi yang besar akan menaikan efisiensi
penyisihan minyak dan lemak.
Semakin tinggi tekanan udara akan semakin baik efisiensi kinerja DAF
tidak berlaku pada penelitian Octavian (2007) dalam mengolah parameter
minyak dan lemak. Penelitian ini menggunakan variasi tekanan udara 2, 3,
4, dan 4,5 atm. Persen removal dalam mengolah kadar minyak dan lemak
yang paling optimal bukan di variasi tekanan 4,5 atm. Tekanan udara 3 dan
4 atm lah yang mendapatkan hasil optimum persen removal yaitu 93,60 %
dan 93,64 %, sedangkan pada tekanan 4,5 atm persen removal optimum
hanya 85,05 %. Tekanan udara 2 atm mendapatkan hasil yang lebih baik
jika dibandingkan dengan 4,5 dalam persen removal optimum yaitu sebesar
90,12 % atm.
Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran bahwa semakin tinggi
tekanan operasi yang diberikan, maka udara yang terlarut didalam tangki
saturasi akan semakin besar. Sehingga setelah dilepas ke tekanan atmosfer
maka udara yang terlepas sebagai gelembung-gelembung halus akan makin
banyak, hal ini dapat memengaruhi didalam dalam penyisihan minyak dan
lemak yang terkandung di dalam air limbah tersebut. Oleh karena itu ikatan
31
antara gelombang dan partikel minyak dan lemak bersifat rapuh, maka
dengan pemberian tekanan operasi yang besar justru akan menurunkan
efisiensi penyisihan minyak dan lemak. Jumlah udara yang terlalu banyak
sehingga antar gelembung udara tersebut akan begabung membentuk
gelembung udara yang berukuran lebih besar.
Semakin tinggi tekanan udara belum tentu akan semakin baik kinerja
DAF dalam menurunkan kadar minyak dan lemak pada air limbah.
Pernyataan tersebut diperkuat dalam penelitian Budianto dkk (2007) .
Penelitian ini menggunakan variasi tekanan udara 2 – 4,8 atm, dan
didapatkan persen removal optimum pada tekanan udara 4,1 atm yaitu
sebesar 91 % . Tekanan udara 4,8 atm mendapatkan persen removal
optimum hanya 83 %. Meskipun pada tekanan yang lebih besar gelembung
yang terbentuk akan lebih kecil, sehingga jumlah gelembung lebih banyak
dan kecepatan naik gelembung menjadi semakin kecil, hal ini akan
meningkatkan tumbukan. Pada kondisi ini gelembung yang terbentuk
melewati sludge dengan gaya akan yang lebih besar dan lebih
kompak.Tekanan optimal yang didapatkan pada penelitian ini adalah
sebesar 4,1 atm. Tekanan yang besar dibutuhkan untuk menghasilkan
gelembung udara yang sekecil mungkin. Selain tekanan faktor lain yang
cukup berpengaruh terhadap diameter gelembung adalah nozzle, sparger,
dan faktor retensi tangki tekan.
Penelitian Satria (2012), menggunakan variasi tekanan udara untuk
efisiensi kinerja DAF, variasi yang digunakan adalah 2,8 , 3,4 , 4,1 , 4,8
dan 5,5 atm. Pada tekanan 2,8 dan 3,4 atm mendapatkan hasil efisiensi
penyisihan TOC dalam range 10 - 22 % dan 15 – 44 %. Tekanan udara 2,8
dan 3,4 atam belum efisien hal ini disebabkan karena tekanan yang
diberikan belum mampu memaksa udara secara maksimal larut ke dalam air,
akibatnya pada saat air dalam tangki flotasi dilepaskan ke tekanan atmosfer,
gelembung –gelembung udara yang dihasilkan jumlahnya sangat sedikit dan
berukuran besar. penyisihan TOC pada tekanan 4,1 , 4,8 dan 5,5 bar yang
mencapai range 20 – 74 %, 50 – 78 %, dan 50 - 81 %. Ukuran gelembung
yang besar dan dalam jumlah yang sedikit tentu saja tidak dapat efektif
32
untuk mengikat senyawa-senyawa organik yang terdapat di dalam air,
sehingga penyisihan TOC maksimum pada tekanan udara 2,8 dan 3,4 yang
dapat dicapai hanya mencapai 22 % dan 44%. Hal ini terlihat sangat berbeda
dibandingkan dengan efisiensi. Dapat dilihat bahwa semakin tinggi tekanan
operasi, maka presentase efisiensi penurunan kadar organik pada akhir
proses menjadi semakin kecil. Hal ini disebabkan karena semakin besar
tekanan yang diberikan, maka semakin banyak molekul udara yang dipaksa
masuk ke dalam air, sehingga konsentrasi udara di dalam air menjadi
semakin meningkat.
Penelitian Maeng dkk (2017) menggunakan DAF sebagai alat untuk
mengolah parameter BOD, COD dan TSS. Tekanan udara yang digunakan
adalah 5.5 atm dan mendapatkan persen efisiensi removal untuk BOD 82 %,
COD 91,2 % dan untuk TSS 91 %. Pada saat air yang mengandung udara
terlarut tersebut dilepaskan ke tekanan atmosfer, molekul-molekul udara
yang terlarut di dalam air akan lepas menjadi gelembung-gelembung yang
sangat halus. Semakin besar tekanan yang diberikan maka gelembung yang
dihasilkan akan semakin banyak dan semakin kecil. Gelembung gelembung
tersebut akan naik ke permukaan air sambil membawa partikel-partikel
senyawa organik yang tersuspensi. Proses ini menyebabkan kandungan
senyawa organik di dalam air menjadi semakin berkurang sehingga efisiensi
penyisihan senyawa organik menjadi semakin tinggi dan air menjadi lebih
jernih.
Penelitian Pereira dkk (2018) menggunakan DAF sebagai alat untuk
mengolah parameter COD. Range tekanan udara yang digunakan adalah 4 -
7 atm dan mendapatkan persen efisiensi sebesar 87,5 %. Pada saat air yang
mengandung udara terlarut tersebut dilepaskan ke tekanan atmosfer,
molekul-molekul udara yang terlarut di dalam air akan lepas menjadi
gelembung-gelembung yang sangat halus. Semakin besar tekanan yang
diberikan maka gelembung yang dihasilkan akan semakin banyak dan
semakin kecil. Gelembung gelembung tersebut akan naik ke permukaan air
sambil membawa partikel-partikel senyawa organik yang tersuspensi.
Proses ini menyebabkan kandungan senyawa organik di dalam air menjadi
33
semakin berkurang sehingga efisiensi penyisihan senyawa organik menjadi
semakin tinggi dan air menjadi lebih jernih.
Penelitian Cagnetta dkk (2019) menggunakan DAF sebagai alat untuk
mengolah parameter COD dan TSS. Tekanan udara yang digunakan adalah
7 atm dan mendapatkan persen efisiensi removal untuk COD 63 % dan
untuk TSS 78 %. Pada saat air yang mengandung udara terlarut tersebut
dilepaskan ke tekanan atmosfer, molekul-molekul udara yang terlarut di
dalam air akan lepas menjadi gelembung-gelembung yang sangat halus.
Semakin besar tekanan yang diberikan maka gelembung yang dihasilkan
akan semakin banyak dan semakin kecil. Gelembung gelembung tersebut
akan naik ke permukaan air sambil membawa partikel-partikel senyawa
organik yang tersuspensi. Proses ini menyebabkan kandungan senyawa
organik di dalam air menjadi semakin berkurang sehingga efisiensi
penyisihan senyawa organik menjadi semakin tinggi dan air menjadi lebih
jernih. Meningkatnya kecepatan apung gelembung dapat meningkatkan
gaya gesek antar gelembung dengan ikatan flok suspensi yang sudah
terbentuk. Hal tersebut menjadikan flok yang sudah terbentuk lebih mudah
pecah. Selain itu, ukuran gelembung berpengaruh pada luas permukaan
kontak padatan dengan gelembung udara. Semakin besar gelembung udara
akan memperkecil luas kontak. Semakin kecil kontak, membuat padatan
yang terapungkan semakin sedikit, yang ditunjukan dengan menurunnya
efisiensi pengolahan DAF. Ini menunjukan bahwa diameter gelembung
mempengaruhi efisiensi pemisahan dan menjadi parameter penting dalam
pemisahan DAF.
Penelitian Lee dkk (2020) menggunakan DAF sebagai alat untuk
mengolah parameter COD. Tekanan udara yang digunakan adalah 4 - 7 atm
dan mendapatkan range persen efisiensi sebesar 79,1 – 93,5 %. Pada saat
air yang mengandung udara terlarut tersebut dilepaskan ke tekanan
atmosfer, molekul-molekul udara yang terlarut di dalam air akan lepas
menjadi gelembung-gelembung yang sangat halus. Semakin besar tekanan
yang diberikan maka gelembung yang dihasilkan akan semakin banyak dan
semakin kecil. Gelembung gelembung tersebut akan naik ke permukaan air
34
sambil membawa partikel-partikel senyawa organik yang tersuspensi.
Proses ini menyebabkan kandungan senyawa organik di dalam air menjadi
semakin berkurang sehingga efisiensi penyisihan senyawa organik menjadi
semakin tinggi dan air menjadi lebih jernih.
Beberapa literatur yang di bahas memberikan kesimpulan bahwa tekanan
udara mempunyai peran dalam kinerja DAF dalam meremoval kontaminan
pada air limbah. Fungsi utama DAF pada umumnya yaitu untuk meremoval
lemak dan minyak dan suspended solid. Kesimpulan beberapa literatur yang
di bahas memperkuat pernyataan tersebut bahwa DAF bisa meremoval
kontaminan minyak dan lemak dan TSS. Kesimpulan yang didapat yaitu
dapat menentukan berapa tekanan udara yang paling efektif untuk DAF
dalam meremoval minyak dan lemak dan TSS pada air limbah. Tekanan
udara yang digunakan adalah tekanan udara yang mendapatkan persen
removal yang efisien. Tekanan udara yang digunakan adalah range 2 – 4
atm yang mendapatkan persen removal yang efisien yaitu sebesar 91 –
93,64 % untuk minyak dan lemak, sedangkan untuk TSS tekanan udara
yang digunakan adalah range 4,5 – 6 atm yang mendapatkan persen removal
yang efisien yaitu sebesar 93 - 98 %.
Fungsi utama DAF pada umumnya yaitu untuk meremoval lemak dan
minyak dan suspended solid. Kesimpulan beberapa literatur yang di bahas
menyatakan bahwa DAF juga bisa meremoval kontaminan senyawa organik
seperti parameter BOD dan COD. Tekanan udara yang digunakan adalah
range 5,5 – 6 atm yang mendapatkan persen removal yang efisien yaitu
sebesar 82 – 85 % untuk BOD, sedangkan untuk COD tekanan udara yang
digunakan adalah range 5,5 – 7 atm yang mendapatkan persen removal yang
efisien yaitu sebesar 91,2 – 93,5 %. DAF juga bisa meremoval parameter
amonia pada air limbah. Tekanan udara yang digunakan adalah 4,8 atm
yang mendapatkan persen removal yang efisien yaitu sebesar 72,5 %, akan
tetapi acuan ini masih belum bisa di benarkan karena masih sedikitnya
literatur yang digunakan.
Beberapa kesimpulan tentang berapa tekanan udara yang bisa digunakan
untuk membantu kinerja DAF dalam mengolah parameter COD, BOD,
35
minyak dan lemak, TSS dan amonia mendapatkan pernyataan tekanan udara
range berapa untuk efisiensi DAF. Tekanan udara yang digunakan adalah
tekanan udara yang sesuai dengan kesimpulan yang didapatkan dari
beberapa literatur yang dibahas yaitu 2 – 7 atm. Berapa persen removal yang
didapatkan saat menggunakan tekanan udara 2 -7 atam dapat di lihat di
Tabel 4.3 dibawah ini :
Tabel 4.3 Kondisi Operasi Optimum untuk Tekanan Udara
Tekana % Removal
n COD BOD Minyak & TSS Amonia
Operasi Lemak
(atm)
2-7 91,2 – 93,5 % 72 – 85 % 91 – 93,64 % 93 – 98 % -
36
sehingga menghasilkan effluent yang lebih baik (Siregar, 2005). Recycle
yang dilakukan pada kinerja DAF bertujuan untuk mengolah kembali efluen
yang dihasilkan untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi. Beberapa
penelitian yang menggunakan persen debit recycle untuk efisiensi kinerja
DAF dituliskan pada tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Penelitian DAF dengan Persen Debit Recycle
No Sumber Kondisi Operasi Parameter Persen
Literatur yang Diolah Removal
1. Viitasari % Debit Recycle BOD 85 %
dkk., 1995 40 %
37
Persen debit recycle pada umumnya berkisar antara 10 – 50 %
dibuktikan pada penelitian Vittasari dkk (1995). Penelitian ini
menggunakan DAF dalam mengolah parameter BOD pada air limbah
menggunakan debit recycle sebesar 40 % dan mendapatkan persen
removal sebesar 85 %. Recycle sebesar 40 % membuat maksimalnya
kinerja DAF karena hampir setengah dari effluen di kembalikan ke tangki
saturasi untuk diolah kembali dan di homogenkan dengan udara dari
kompresor. Setelah di homogenkan dengan udara di tangki saturasi
kemudian di masukkan ke dalam zona kontak. Recycle sebesar 40 % juga
tidak melebihi batas komposisi perbandingan antara air dan udara dalam
tangki saturasi. Perbandingan air recycle dan udara pada tangki saturasi
juga penting supaya menjadi gelembung yang maksimal dan ketika di
masukan ke zona kontak bisa mengikat kontaminan dalam air limbah.
Persen debit recycle pada umumnya berkisar antara 10 – 50 % akan
membuat kinerja DAF semakin maksimal dalam mengolah air limbah
dibuktikan pada penelitian Octavian (2007). Penelitian ini menggunakan
DAF dalam mengolah parameter minyak dan lemak pada air limbah
menggunakan persen recycle 20, 30, 40 dan 50 % . Persen debit recycle
tidak melebihi 50 % kembali mendapatkan hasil yang maksimal seperti
pada penelitian Vittasari dkk (1995). Persen removal 30 % mendapatkan
hasil yang paling optimum persen removal sebesar 81,96 – 93,64 % Persen
removal 40 % juga mendapatkan hasil yang baik, persen removal yang
didapatkan sebesar 85,05 – 90,12 % . Persen recycle 20 % mendapat
penurunan persen removal yaitu sebesar 78,89 – 90,50 %. Hasil persen
removal persen recycle 30 dan 40 % masih lebih baik jika dibandingkan
dengan persen recycle 50 % dikarenakan persen recycle 50 %
menggunakan setengah effluen kembali untuk dimasukan ke dalam tangki
saturasi dan di homogenkan dengan udara dari kompresor. Persen recycle
50 % mendapatkan hasil persen removal 76,31 – 90,64 %.
Persen debit recycle pada umumnya berkisar antara 10 – 50 %
dibuktikan pada penelitian Egler dkk (2019). Penelitian ini menggunakan
DAF dalam mengolah parameter TSS pada air limbah menggunakan debit
38
recycle sebesar 30 % dan mendapatkan persen removal sebesar 90 %.
Recycle sebesar 30 % membuat maksimalnya kinerja DAF karena hampir
setengah dari effluen di kembalikan ke tangki saturasi untuk diolah
kembali dan di homogenkan dengan udara dari kompresor. Setelah di
homogenkan dengan udara di tangki saturasi kemudian di masukkan ke
dalam zona kontak. Recycle sebesar 30 % juga tidak melebihi batas
komposisi perbandingan antara air dan udara dalam tangki saturasi.
Perbandingan air recycle dan udara pada tangki saturasi juga penting
supaya menjadi gelembung yang maksimal dan ketika di masukan ke zona
kontak bisa mengikat kontaminan dalam air limbah.
Persen recycle dibawah 30 % pun masih bisa membuat kinerja DAF
maksimaal jika persen recycle tidak di bawah 10 % dibuktikan pada
penelitian Maeng dkk (2017). Penelitian ini menggunakan persen recycle
sebesar 15 % untuk menolah parameter BOD, COD dan TSS pada air
limbah dan mendapatkan persen efisiensi removal BOD 82%, untuk COD
91,2% dan untuk TSS 91%. Persen recycle 15 % bisa membuat kinerja
DAF menjadi efisien jika menggunakan tekana udara yang sesuai, pada
penelitian ini menggunakan tekanan udara 5,5 atm. Penelitian ini
membuktikan jika menggunakan persen recycle dibawah 30 % juga masih
bisa mendapatkan hasil yang optimum dalam kinerja DAF. Komposisi
antara tekanan udara dan persen recycle yang ideal akan membuat
pencampuran udara dan air di tangki saturasi menjadi lebih baik sehingga
ketika gelembung udara dari tangki saturasi dimasukkan kedalam zona
kontak bisa mengikat kontaminan minyak lemak dan senyawa organik.
Persen debit recycle melebehi 50 % bisa mempengaruhi persen
removal pada kinerja DAF, dibuktikan pada penelitian Hendartini (1995).
Peneltian ini menggunakan DAF untuk meremoval parameter TSS dan
BOD pada air limbah dengan persen recycle 20 - 150 %. Persen removal
yang diapatkan untuk TSS 40 - 65 % dan untuk BOD 25 – 50 %. Recycle
yang melebihi komposisi ideal justru akan membuat efisiensi DAF
berkurang karena terlalu banyak effluen yang diolah kembali dan membuat
komposisi di tangki saturasi menjadi tidak ideal. Komposisi di tangki
39
saturasi antara air recycle dan udara dari kompresor juga harus
diperhitungkan dengan baik supaya gelembung udara yang di buat bisa
maksimal dan efisien mengikat kontaminan saat di masukan ke zona
kontak.
Penelitian Budianto dkk (2007) tidak membenarkan persen recycle
pada umumnya berkisar antara 10 – 50 %. Penelitian ini menggunakan
persen recycle sebesar 75 % untuk menolah parameter minyak dan lemak
pada air limbah dan mendapatkan persen efisiensi 50 – 91 %. Persen
recycle 75 % bisa membuat kinerja DAF menjadi efisien jika
menggunakan tekana udara yang sesuai yaitu 4,1 atm. Komposisi persen
recycle 75 % dan tekanan udara 4,1 atm mendapatkan persen removal
91%. Penelitian ini membuktikan jika menggunakan persen recycle diatas
50 % juga masih bisa mendapatkan hasil yang optimum dalam kinerja
DAF. Komposisi antara tekanan udara dan persen recycle yang ideal akan
membuat pencampuran udara dan air di tangki saturasi menjadi lebih baik
sehingga ketika gelembung udara dari tangki saturasi dimasukkan kedalam
zona kontak bisa mengikat kontaminan minyak dan lemak.
Pernyataaan di penelitian Budianto dkk (2007) juga di benarkan di
penelitian Setiaji dkk (2016). Penelitian ini menggunakan persen recycle
sebesar 70 % untuk menolah parameter minyak dan lemak, COD dan TSS
pada air limbah dan mendapatkan persen efisiensi minyak dan lemak
98,82%, untuk COD 91,51% dan untuk TSS 98,33 %. Persen recycle 70 %
bisa membuat kinerja DAF menjadi efisien jika menggunakan tekana
udara yang sesuai, pada penelitian ini menggunakan tekanan udara 4,2
atm. Penelitian ini membuktikan jika menggunakan persen recycle diatas
50 % juga masih bisa mendapatkan hasil yang optimum dalam kinerja
DAF. Komposisi antara tekanan udara dan persen recycle yang ideal akan
membuat pencampuran udara dan air di tangki saturasi menjadi lebih baik
sehingga ketika gelembung udara dari tangki saturasi dimasukkan kedalam
zona kontak bisa mengikat kontaminan minyak lemak dan senyawa
organik.
40
Pernyataaan di penelitian Setiaji dkk (2016) juga di benarkan di
penelitian Pereira dkk (2018). Penelitian ini menggunakan persen recycle
sebesar 20-100 % untuk menolah parameter COD pada air limbah dan
mendapatkan persen efisiensi 87,5 %. Persen recycle 20-100 % bisa
membuat kinerja DAF menjadi efisien jika menggunakan tekana udara
yang sesuai, pada penelitian ini menggunakan tekanan udara 4 - 7 atm.
Penelitian ini membuktikan jika menggunakan persen recycle diatas 50 %
dan di bawah 30 % juga masih bisa mendapatkan hasil yang optimum
dalam kinerja DAF. Komposisi antara tekanan udara dan persen recycle
yang ideal akan membuat pencampuran udara dan air di tangki saturasi
menjadi lebih baik sehingga ketika gelembung udara dari tangki saturasi
dimasukkan kedalam zona kontak bisa mengikat kontaminan senyawa
organik.
Beberapa literatur yang di bahas memberikan kesimpulan bahwa persen
recycle mempunyai peran dalam kinerja DAF dalam meremoval
kontaminan pada air limbah. Fungsi utama DAF pada umumnya yaitu
untuk meremoval lemak dan minyak dan suspended solid. Kesimpulan
beberapa literatur yang di bahas memperkuat pernyataan tersebut bahwa
DAF bisa meremoval kontaminan minyak dan lemak dan TSS.
Kesimpulan yang didapat yaitu dapat menentukan berapa persen recycle
yang paling efektif untuk DAF dalam meremoval minyak dan lemak dan
TSS pada air limbah. Persen recycle yang digunakan adalah persen recycle
yang mendapatkan persen removal yang efisien. Persen recycle yang
digunakan adalah range 30 – 70 % yang mendapatkan persen removal
yang efisien yaitu sebesar 93,64 – 98,82 % untuk minyak dan lemak,
sedangkan untuk TSS persen recycle yang digunakan adalah range 15 – 70
% yang mendapatkan persen removal yang efisien yaitu sebesar 91 – 98,33
%.
Fungsi utama DAF pada umumnya yaitu untuk meremoval lemak
dan minyak dan suspended solid. Kesimpulan beberapa literatur yang di
bahas menyatakan bahwa DAF juga bisa meremoval kontaminan senyawa
organik seperti parameter BOD dan COD. Persen recycle yang digunakan
41
adalah 15 - 70 % yang mendapatkan persen removal yang efisien yaitu
sebesar 91,2 – 91,51 % untuk COD, sedangkan untuk BOD persen recycle
yang digunakan adalah range 15 - 40 % yang mendapatkan persen removal
yang efisien yaitu sebesar 82 - 85 %. Beberapa literatur yang di bahas
belum ditemukan penenlitian yang menggunakan DAF dalam mengolah
parameter amonia dengan menggunakan kondisi operasi persen recycle.
Kesimpulan yang dihasilkan masih belum bisa menjawab apakah persen
recycle mampu menaikan kinerja DAF dalam mengolah parameter
amonia.
Beberapa kesimpulan tentang berapa persen recycle yang bisa
digunakan untuk membantu kinerja DAF dalam mengolah parameter
COD, BOD, minyak dan lemak, TSS dan amonia mendapatkan pernyataan
berapa persen recycle yang digunakan untuk efisiensi kinerja DAF. Persen
recycle yang digunakan adalah persen recycle yang sesuai dengan
kesimpulan yang didapatkan dari beberapa literatur yang dibahas yaitu 15
– 70 %. Berapa persen removal yang didapatkan saat menggunakan
tekanan udara 15 -70 % dapat di lihat di tabel 4.5 dibawah ini :
Persen % Removal
Recycle COD BOD Minyak & TSS Amonia
(%) Lemak
15 - 70 91,2 – 91,51 82 - 85 93,64 – 98,82 91 – 98,33 -
42
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
43
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Berdasarkan evaluasi yang telah dilakukan maka diketahui kondisi
eksisting DAF yang ada di laboratorium limbah PPNS dan perbaikan yang
di lakukan. Pipa aliran inlet di gabung dengan pipa aliran dari tangki
saturasi dan menyebabkan aliran blowback. Perbaikan yang dilakukan
adalah aliran inlet dan aliran dari tangki saturasi akan di buat pipa aliran
terpisah. Tidak ada Freeboard pada zona kontak menyebabkan overflow.
44
Perbaikan yang dilakukan adalah penambahan tinggi 30 cm di bak kontak
dan di bak separasi untuk menjaga keseimbangan dan estetika dari
prototype DAF. Skimmer material berkarat , tidak praktis dan tidak
ergonomis. Perbaikan yang dilakukan adalah merancang instrument
sensor agar skimmer bisa bekerja secara otomatis. Automatic skimmer ini
menggunakan sensor water level, mikrokontroller arduino dan akuator
motor pengggerak skimmer.
2. Berdasarkan kajian literatur review yang telah dilakukan maka diketahui
kondisi operasi optimum untuk kinerja DAF dalam mengolah parameter
COD, BOD, minyak dan lemak, TSS.
a. Tekanan operasi optimum yang diguanakan adalah 2 -7 atm dan
mendapatkan persen removal COD 91,2 – 93,5 %, BOD 72 – 85 %,
minyak dan lemak 91 – 93,64 % dan TSS 93 – 98 %.
b. Persen recycle optimum yang digunakan adalah 15 – 70 % dan
mendapatkan persen removal COD 91,2 – 91,51 %, BOD 82 – 85%,
minyak dan lemak 93,64 – 98,82 % dan TSS 91 – 98,33 %.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian tambahan mengenai penerapan DAF untuk
mengolah parameter amonia.
2. Untuk meningkatkan efisiensi dari kinerjan DAF disarankan menambahkan
koagulan dan floakulan pada instrument DAF.
45
DAFTAR PUSTAKA
46
Boyd, C.E. (1990). Water Quality in Ponds for Aquaculture. Birmingham
Publishing Co. Birmingham, Alabama
Budianto, H., Notodarmojo, S., Soenarko, B., & Wisjnuprapto. (2007). Pengaruh
Tinggi Reaktor Flotasi Udara Terlarut Terhadap Efisiensi
Penyisihan Minyak. Program Studi Teknik Lingkungan FTSL ITB.
Bandung.
Cagnetta, C., Saerens, B., Meerburg, F. A., Decru, S. O., Broeders, E., Menkveld,
W., Vanderkerckhove, T. G. L., Vrieze, J. D. Vlaemick, S. E., Verliefde,
A. R. D., Gusseme, B. D., Weemes, M., Rabaey, K. (2019). High-Rate
Activated Sludges Systems combined With Dissolved Air Flotation
Enable Effectives Organics Removal And Recovery. Ghent University.
Belgium.
Edzwald, J. K. (2010). Dissolved air flotation and me. Water research, 44(7),
2077-2106.
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan
Lingkungan. Kanisius. Yogyakarta.
47
Haarhoff, J., & Steinbach, S. (1996). A model for the prediction of the air
composition in pressure saturators. Water Research, 30(12), 3074-
3082.
Lee, J., Cho, W. C., Poo, K. M., Choi, S., Kim, T. K., Son, E. B., Choi, Y. J.,
Kim, Y. M., Chae, K. J. (2020). Refaractory Oil Wastewater
Treatment by Dissolved Air Flotation Electrochemical advanced
Oxidation Process, and Magnetic Biochar Integrated System.
Gwangju Institute and Technology. Gwangju. South Korea.
Maeng, M. S., Kim, H. S., Lee, K. S., Dockko, S. (2017). Effect of DAF
Configuration On The Removal Of Phosphorus And Organic Matter
By A Pilot plant Treating Combined Sewer Overflows. Departement
of Civil and Environmental Engineering, Dankook University. South
Korea.
Melo, M. V., Sant’Anna Jr, G. L., & Massarani, G. (2003). Flotation techniques
for oily water treatment. Environmental technology, 24(7), 867-876.
48
Nur, M., Munawar, E., Mariana. (2017). Recovery Air Buanagan Kondesat
Pada Amonia Plant PT. PIM Dengan Teknologi Pengolahan
Lanjutan. Jurusan Teknik Kimia, Universitas Syiah Kuala. Banda Aceh.
Octavian, S. (2007). Pemisahan Minyak dan Lemak Dari Air Limbah Rumah
Makan Cepat Saji dengan Menggunakan Unit Dissolved Air
Flotation.
Palaniandy, P., Adlan, M. N., Aziz, H. A., & Murshed, M. F. (2010). Application
of dissolved air flotation (DAF) in semi-aerobic leachate treatment.
Chemical Engineering Journal, 157(2-3), 316-322.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun (2013), Tentang Baku Mutu
Air Limbah Bagi Usaha dan/atau Kegiatan Lainnya.
49
Rigas, F, et al. (2003). Central Compsite Design In A Refinery’s Wastewater
Treatment By Air Flotation, Global Nest : the Int. J. Vol 2, No 3, pp
245-253, 2000.
Setiaji, G., Shoiful, A., Ikbal., Setiadi, I., & Setiyono. (2016). Pengolahan
Limbah Mengandung Minyak Industri Penyedia Jasa Terminal
BBM Menggunakan Teknologi DAF. Pusat Teknologi Lingkungan,
Badan Pengkajian dan Penenrapan Teknologi, Tangerang Selatan. Banten
Viitasaari, M., Jokela, P., & Heinanen, J. (1995). Dissolved Air Flotation In The
Treatment Of Industrial Wastewater With a Special Emphasis On
Forest and Foodstuff industries. Institute of Water Environmental
Engineering, Tamper of Technology, Tampare, Finland.
50
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
51
52
LAMPIRAN A
DOKUMENTASI KEGIATAN
53
Proses Comissioning dan Evaluasi
54
(Halaman ini sengaja dikosongkan)
55
Proses Comissioning dan Evaluasi
56
(Halaman Ini Sengaja di Kosongkan)
57
LAMPIRAN B
58
GAMBAR RANCANGAN
59