Anda di halaman 1dari 18

Perencanaan Wet Scrubber

Perhitungan desain wet scrubber mengacu pada US EPA 2002 dan membutuhkan beberapa
daa terkait karakteristik emisi dari unit auxiliary boiler. Berikut adalah beberapa data karakteristik
emisi dari unit auxiliary boiler.

1. Diameter partikulat :
2. Kandungan kelembaban
3. Particulate loading
4. Kecepatan gas :
5. Densitas Gas

Humidity ratio digunakan unutk menentukan besar nilai dry bulb¸temperature, humidity ratio
pada wet scrubber dan humid volume.

Berikut adalah beberapa langkah untuk mendapatkan nilai humidity ratio.

1. Menentukan debit aliran gas dalam wet scrubber

Q=v × A

Q 1=26,41 × ( 14 × π × (1,4 )) 2

Q 1=40,65503637 m3 / s

Q1=86143,1435974 ft 3 /min

T2
Q 2=Q 1 ×
T1

( 70+ 460 )
¿ 86143,1435974 ×
( 350+ 460 )

¿ 56365,2668 ft 3 /min

2. Menentukan nilai laju aliran massa


m (Q 2× θ H 2 O)× Mw uap air
uap air∈¿= ¿
V mole

m (56365,2668 ft 3 / min×27 %)×18


uap air∈¿= ¿
385 ft 3

Lb
¿ 711,5199913
min
( Q 2 × θ H 2 O ) × Mw udara kering
m udara kering(¿)=
V mole
(56365,2668 ft 3 /min ×(1−27 %))×29
m udara kering(¿)=
385 ft 3
Lb
¿ 3099,357658
min

Humidity ratio pada temperature standar:


muap air
Humidity Ratio ( ω )=
mudara kering
Lb
711,5199913
min
¿
Lb
3099,357658
min
¿ 0,2295701464

Dari diagram Psychometric, titik untuk dry bulb temperature 350 °F dan Humidity Ratio
0,2295701464. Garis constant enthalphy sampai 100% garis relative humidity. Titik ini berada pada
dry bulb temperature 170 °F, humidity ratio 0,29 dan humid volume23 ft 3 /lb .
1. Humidity ratio
2. Humidity temperature
3. Humidity volume

Humidity ratio pada outlet dapat digunakan untuk mengetahui flowrate massa pada outlet dari
uap air:

mudara kering (out )=w out × mudara kering ( ¿ )

¿ 0,26 lb udara kering/lb air × 3099,357658lb air /menit

¿ 805,8329911 lbudara kering /menit

Air atau scrubbing liquid yang menguap akibat kontak dengan gas producer yang panas,
dapat dihitung melalui perbedaan antara humiditas arus gas pada inlet dan outlet:

m udara kering (out )=m udara kering(out)−mudara kering ( ¿ )

¿( 805,8329911−711,5199913) lb /menit

¿ 94,31299978 lb/menit

Air tambahan atau cadangan untuk mengganti air yang menguap dapat dihitung dengan
persamaan berikut :

mudara kering (evp )


Qudara kering (evp )=
ρ H2 O

94,31299978lb /menit
¿
62,4 lb /ft 3
 Menentukan Dimensi wet scrubber

Langkah berikutna adalah mengetahui ukuran atu dimensi scrubber. Parameter prtama yang harus
diketahui adalah pressure drop di sepanjang scrubber. Metode yang digunakan adalah Calvert cut
diameter. Dengan konstanta B=2,0, untuk wet scrubber.

1. Menentukan nilai cut diameter


Partikulat berukuran 1µm diasumsikan tetangkap 90% untuk efisiensinya (kriteria desain
koleksi efisiensi wet scrubber 81-100%)
Ukuran partikel = 1 µm
Koleksi Efisiensi (ηd ) = 90%
Pt = 1-ηd
= 1 - 0,9
= 0,1
Dari nilai Pt dan B = 2,0, didapatkan nilai d cut /d 50 = 0,45
d cut /d 50 = 0,45
d 50 = 1 µm
d cut = 0,45

2. Menentukan scrubber power


Dari grafik hubungan antara cut diameter dibawah ini pressure drop dan power
didapatkan :
8 hp
Daya (P) =
1000 ft 3 / m
Pressure Drop (∆) = 25 in. H 2 O
L 30 gallon
= =
G 1000 acf

3. Menentukan kecepetan throat dan dimensi wet scrubber. Asumsi penggunaan air atau
L/G ratio adalah 30 gal / 1000 acf, maka kecepetan throat dapat diperkirakan, yaitu:
v pada throat = 280 ft /s
v 2 pada throat = (280¿¿ 2)¿ ft /s
= 78400 ft /s

Maka kecepatan pada throat dari perhitungan yaitu:


ρ gas = 0,0506lb /ft 3
−4 2 L
∆P = 5,4 ×(10 )× v × ρgas ×
G
25∈. H 2 O× 1270
v2 =
¿¿
= 30498,2189 ft /s
Kecepatan rata-rata pada throat diambil dari nilai tengah kedua v tersebut :
30498,2189 ft /s +78400 ft / s
v 2 rata−rata =
2
= 54449,10945 ft /s

2 L 0,78
2
v × ρ gas × A ×
∆P = G
1270
25 ×1270
Athroat = 1,0133
( 5,4449,10945× 0,0506 × ( 30 0,78 ) )
= 6,485893805 ft 2
1 2
Athroat = × π ×(d )
4
= √ 6,485893805
= 2,546741802 ft
= 0,77624 m
= 0,8 m
Jenis venturi = Rectangular Venturi
Karena menggunakan rectangular venturi, maka d throat = panjang sisi, sehingga luar
permukaan throat yaitu :
A permukaan throat = panjang sisi × panjang sisi
= 0,8 × 0,8
= 0,64 m2
Perencanaan dimensi wet scrubber juga dipengaruhi oleh diameter duct yang
digunakan. Diameter duct yang digunakan sebesar 1,4 m maka dari itu besar nilai panjang
dan lebar wet scrubber juga harus disesuaikan dengan diameter duct yang digunakan.
Panjang throat dan panjang diverging section dioptimalkan untuk pressure recovery.
Pengoptimalan pressure recovery maka diasumsikan:
Pthroat =3 ×d throat
Pdiverging section = 4 ×d throat
Pthroat =3 ×0,8
= 2,1 m
Pdiverging section = 4 ×0,8
= 3,2 m
 Menentukan jumlah solvent yang dibutuhkan
L/G = 30 gallon/1000 acf
= 0,12 m 3 /1000 acf
udara = 1000 acf
= 30 m 3

0,8 m3 /1000 acf


L/G =
30 m 3
= 0,004 m 3 air /m3 gas
 Kebutuhan CaCo3 guna mereduksi S O 2
Reaksi yang terjadi:

SO2 + CaCo3 + 0,5 H2O → CaSO3 + 0,5H2O + CO2


SO2 + MgCO3 → MgSO3 + CO2

Dengan persamaan diatas 1 mole dari SO 2 membutuhkan 1 mole dari CaCO 3 untuk
menghilangkan 1 mole dari SO2 gas

Kebutuhan SO2 pada inlet scrubber:


Diasumsikan tekanan dalam gas sekitar 1 atm dan hukum gas ideal di aplikasikan pada inlet
scrubber masuknya gas pencemar :
V /n = RT / P
V /n =0.73(329+ 460)/1
V /n =575,97 acf /lb−mol

scrubber inlet flue gas =55959,62× 60/547,5


=6132,56 lb−mol /h

total kandungan SO2 =1,13105 ×106,301/1000


=0,12024 lb−mol/h

Kebutuhan removal SO 2

pengurangan SO 2 pada inlet =0,12024 lb−mol/h ×90 %


=0,108216 lb−mol /h
Kalkulasi kebutuhan limestone Dengan persamaan diatas 1 mole dari SO 2
membutuhkan 1 mole dari CaCO3 untuk menghilangkan 1 mole dari SO2 gas

teori kebutuhan alkalinitas =0,108216 lb−mol / h+1,1× 10,1


=11,218 lb−mol /h
konsumsi alkalanitas actual =11,218 lb−mol /h+110 %
=12,340 lb−mol /h
Limestone mengandung 94,5 wt% CaCO3 (berat molekul 100,09) dan 1,5 wt% MgCO 3
(berat molekul 84)
alkalinitas pada 100 lblimestone =100 ×94,5 % /100+100 ×1,5 % /84
=0,962 lb−mol
konsumsi total limestone =¿
= 1282,744 lb/h

Menentukan Diameter Duct

Penentuan diameter duct dilakukan dengan beberapa langkah perhitungan, sebagai


berikut :

 Konversi nilai debit menjadi scfm


Q = 40,65 m 3 /s
= 40,65 m 3 /s ×2118,88
= 86132.472 scfm
 Menentukan nilai minimum control velocity

Berdasarkan tabel minimum recommended duct velocities, karakteristik limbah unit


auxiliary boiler termasuk dalam kategori heavy dust dengan nilai minimum control velocity
sebesar 5000 ft /min.

Q
A =
V
86132.472 scfm
=
5000 ft /min
= 17,2 ft 2
 Menentukan diameter duct
0,5
4A
D = ( ) π
0,5
4 × 17,2 ft 2
= ( π )
= 4,58 ft

 Menyesuaikan dengan diameter duct yang tersedia


Berdasarkan hasil perhitungan dapat diketahui diameter duct yang dibutuhkan sebesar 4,58 ft.
Dalam kondisi asli pasran tidak terdapat duct dengan diameter 4,58 ft, sehingga diperlukan
adanya pembulatan ke nilai terdekat. Berdasarkan hasil pembulatan diperoleh 4,5 ft.

Menghitung Total Energy Loss pada pipa dan sambungan

Total energy loss ditentukan berdasar nilai panjang pipa beserta jenis dan
jumlah sambungan yang digunakan. Nilai total energy loss nantinya juga dapat
digunakan untuk menentukan untuk menentukan jenis blower yang akan digunakan.
Jalur perpipaan pengolahan partikulat yang telah terpasang dilapangan dibagi
menjadi beberapa bagian yang kemudian diberi notasi untuk mempermudah
perhitungan.

velocity Area A Vel actual


Duct flow (scfm) D (ft) Dact (ft)
(ft/min) (ft^2) act(ft^2) (ft/min)
A 86132.472 5000 17.2 4.68 4.50 15.90 5418.415
B 86132.472 5000 17.2 4.68 4.50 15.90 5418.415
C 86132.472 5000 17.2 4.68 4.50 15.90 5418.415

Perhitungan total energy loss pada pipa membutuhkan nilai f atau friction
factor yang di dapat dari diagram friction loss dengan cara plotting nilai diameter
pipa dan nilai velocity atau kecepatan pada pipa. Nilai f pada seluruh jalur pipa pada
penelitian ini adalah sama karena nilai diameter pipa dan nilai kecepatan pipa yang
sama pada semua jalur yakni sebesar 0,55 in of H2O/100 ft.
Duct A :

V = 5418.415 ft /min

L = 26,24 ft

D
TP = f
[( )(
V
+ 1+ K u ) + Σ K x
]
2
V
V (std) =( )
4005
2
5418.415 ft /min
=( )
4005
V (std) = 1,8303

f (D/V ) =¿

= 1.732

KH = 1+1

=2

Kx = 0 , 6+0,6 +0,6+0,6+ 0,2=2

TP = (1.732+2+2)× 1,8303

= 10. 491∈¿of H2O

Duct B :

V = 5418.415 ft /min

L = 9,84 ft

D
TP = f
[ V )+( 1+ K )+ Σ K ]
( u x

2
V
V (std) =( ) 4005
2
5418.415 ft /min
=( )
4005
V (std) = 1,8303

f (D/V ) =¿

= 0.649
KH =0

Kx =0
TP = 0.649 ×1,8303

= 1.189∈¿of H2O

Total TP UP to fan = −( 10.491+1.189)

= - 11,68
Duct C :

V = 5418.415 ft /min

L = 19,685 ft

D
TP = f
[ V )+( 1+ K )+ Σ K ]
( u x

2
V
V (std) =( ) 4005
2
5418.415 ft /min
=( )
4005
V (std) = 1,8303

f (D/V ) =¿

= 1 ,299

KH =0

Kx = 0,45+0,45=0,9

TP = (1.299+0,9) ×0,18303

= 4.025∈¿ of H2O

Cerobong :

V = 5418.415 ft /min

L = 19,685 ft

D
TP = f
[( )(
V
+ 1+ K u ) + Σ K x
]
2
V
V (std) =( ) 4005
2
5418.415 ft /min
=( )
4005
V (std) = 1,8303

f (D/V ) =¿
= 6.713
KH =0

Kx =0

TP = (6.713)× 0,18303

= 12.287∈¿of H2O

Tp up to cerobong = - (10.491+1.189+4.025+12.287)
= - 27,992

Menentukan Blower

Perhitungan nilai total energy loss telah diketahui sehingga daya


blower dapat dihitung . Blower yang akan digunakan efisiensi sebesar 83%
untuk jumlah blower dan penempatan blower akan disesuaikan dengan kondisi
perencanaan di lapangan. Terdapat satu blower yang terpasang pada jalur dust
collecting yang ditempatkan diantara duct B dan duct C serta diletakkan setelah
unit dust collector menuju ke cerobong.

Q = Aact × V act

= 15,90 ft 2 ×5418.415 ft /min

= 86152,7985 ft 3 /min

∆P = 20−¿) ¿ 47.992

0,0001575× Q× ∆ Pf
Wf =
η

Wf 0,0001575× 86152,7985 ft 3 /min × 47.992


=
0,83
Wf = 784.40 HP

Menentukan Cerobong

Perencanaan diameter pada cerobong dengan menggunakan data debit limbah


sebesar 40,65 m3 /s dan kecepatan sebesar 26,41 m/s, sehingga didapatkan
perhitungan untuk mencari luas penampang cerobong adalah sebagai berikut:
A = Q :V

A = 40,65 m 3 /s :26,41m/ s

A = 1,539 m 2

Nilai luas telah didapatkan selanjutnya menghitung nilai jari – jari cerobong
sehingga dapat diketahui nilai diameter pada cerobong dengapan mengguankan
persamaan berikut:

A = π × d2

A
d =√
π

1,539 m 2
d =√
π

r = 0,69991 m

d = 2 ×r

d = 2 ×0,69991 m

d = 1,3998 m

Merencanakan tinggi dari cerobong, berdasarkan Keputusan Kepala Badan


Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor 205 Tahun 1996 menjelaskan bahwa
tinggi pada cerobong harus 2 – 2 ½ kali dari tinggi bangunan. Sedangkan pada
perencanaan ini tinggi bangunan adalah sebesar 15 meter sehingga tinggi cerobong
dapat ditentukan dengan persamaan berikut.

Tinggi cerobong = 2 x tinggi bangunan sekitar

= 2 x 15 m

= 30 m

Perencanaan cerobong ini menggunakan cerobong yang berbentuk lingkaran


dengan bentuk yang lurus tanpa ada pembesaran pada cerobong, berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 12 Tahun 2010 penentuan titik lubang
sampling pada cerobong adalah berada diantara minimal 8 x diameter stack untuk
downs stream dab 2 x diameter stack untuk upstream. Dengan diameter lubang
sampling sekurang– kurangnya adalah 10 cm atau 0,1 m.

Gambar 4.7 Penentuan Lokasi Lubang Sampling

(PermenLH No.12 Tahun 2010)

Perencanaan ini menggunakan diameter cerobong sebesar 1,3998 m


dengan tinggi sebesar 30 m untuk menentukan lokasi lubang sampling
adalah dengan persamaan berikut:

8 x Diameter Stack

= 8 x 1,3998 m

= 11,1984 m

2 x Dimater stack

= 2 x 1,3998 m

= 2,7996 m
Titik pengambilan sampling berada 11,984 m dari down stream atau aliran
bawah dan berada pada 2,7996 m dari up stream atau aliran atas.

Anda mungkin juga menyukai