Sampah adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang, merupakan hasil aktifitas
manusia maupun alam yang sudah tidak digunakan lagi karena sudah diambil
unsur atau fungsi utamanya. Setiap aktifitas manusia pasti menghasilkan
buangan atau sampah. Sumber sampah bias berasal dari rumah tangga, pertanian,
perkantoran, perusahaan, rumah sakit, paar dan sebagainya (Sejati, 2009)
Cawan petri
Oven
Penjepit cawan
Tempat penampung sampah
Sampel sampah
Ukur Catat
volume wadahlingkungan
kondisi yang ada, dan
timbang beratnya
cuaca.
Catat kondisi
Setiap komponen lingkungan
hasil pemilahan dan cuaca.
ditimbang beratnya dan
dihitung persentase
Densitas Sampah
W1-W2 (kg)
Rumus = Vtetap (L)
NO Berat (gr)
Densitas Sampah =(1,544-1,109) kg/20 L
W1 W2
= 0,2175 kg/L
1 1,544 1,109
= 21,75%
Komposisi sampah
Berat Komponen Sampah
Rumus = x 100%
Berat Total
Berat Total = (Berat Sampah+Kontainer)-Berat Kontainer
= (1,544-1,109) kg
= 0,435
% Kertas
= 0,152/0,435 x 100%
= 34 %
% Sampah lain-lain
= 0,026/0,435 x 100%
= 5,9 %
Kadar Air
Kadar Air Sampah
0,056- 0,054
= 0,056- 0,044 x 100%
= 16,67 %
Kadar Kering
= 100% - Kadar Air Sampah
= 100% - 16,67%
= 83,33 %
4.2 Pembahasan
Pada Praktikum ini saya melakukan percobaan untuk mencari nilai kadar air dalam
suatu sampel tanah, mencari nilai massa jenis limbah, dan mencari komponen
dalam sampel tersebut. Seperti kita ketahui bersama, sampel sampah yang
digunakan dikumpulkan di sekitar ITERA, mirip dengan sampah pada umumnya
baik itu sampah organik maupun sampak non organik. Metode pengukuran yang
pertama adalah mengukur berat jenis sampah, dimana berat jenis sampah adalah
sampah yang diukur dalam kilogram, kemudian dijadikan target volume
pengukuran berat jenis sampah. Hal ini berguna untuk mengetahui volume sampah
yang akan dibawa alat ke bunker. Jadi jika kita perlu pengangkutan, kita sudah tahu
bahwa berat jenis sampah berguna untuk menunjukkan volume atau berat sampah.
Perhitungan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah kadar air sampah. Kadar
air menunjukkan kadar air dalam sampah. Saat mengukur kadar air sampah, metode
yang paling sering digunakan adalah berat basah dan berat kering.Kadar air sampah
bervariasi sesuai dengan komposisi sampah, musim tahunan, kelembaban dan
kondisi cuaca hujan. Dengan mengetahui kelembaban atau kadar air sampah,
frekuensi pengumpulan sampah dapat ditentukan. Frekuensi pengumpulan sampah
dipengaruhi oleh komposisi sampah yang dikandungnya. Umumnya sampah
dengan kadar air lebih tinggi merupakan sampah organik yang berasal dari bahan
organik (seperti sisa makanan, sayuran, kulit, dll). Hal ini terlihat dari hasil
perhitungan bahwa terdapat lebih banyak air pada sampah organik. Karena
frekuensi sampah kering lebih tinggi dari pada sampah basah, maka persentase
kadar air dalam perhitungan lebih kecil dari pada kadar kering.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Gelbert, M. d. (1996). Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dan “Wall Chart”. Buku
:Gosyen Publishing.