Anda di halaman 1dari 17

KEBISINGAN DAN KECEPATAN ANGIN

(Laporan Praktikum Laborotorium Lingkungan)

Nama : Elysa sabella laurita


NIM : 119250113
Asisten : Dianita Puspa Rismala
Nim Asisten : 25116008

INSTITUT TEKNOLOGI SUMATERA


JURUSAN TEKNOLOGI INFRASTUKTUR DAN
KEWILAYAHAN TEKNIK LINKUNGAN
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebisingan merupakan salah satu faktor bahaya fisik yang sering dijumpai
ditempat kerja. Terpajan oleh kebisingan yang berlebihan dapat merusak
kemampuan untuk mendengar (menjadi tuli) dan juga dapat mempengaruhi
anggota tubuh yang lain termasuk jantung (Soeripto, 2008)
Faktor kebisingan di lingkungan tempat kerja dapat menyebabkan munculnya
potensi risiko lainnya seperti gangguan stress, percepatan denyut nadi, peningkatan
tekanan darah, kestabilan emosional, gangguan komunikasi dan penurunan motivasi
kerja (Mulia, 2018). Kebisingan berpotensi mempengaruhi kenyamanan dan
kesehatan operator yang bekerja di dalam lingkungan pabrik. Gangguan yang tidak
dicegah maupun diatasi bisa menimbulkan kecelakaan, baik pada pekerja maupun
orang di sekitarnya. Upaya pengendalian kebisingan meliputi identifikasi masalah
kebisingan di pabrik dan menentukan tingkat kebisingan yang diterima oleh
karyawan, sehingga makalah ini bertujuan untuk melakukan suatu pengendalian
potensi bahaya kebisingan ditempat kerja agar tenaga kerja dapat bekerja dengan
sehat dan selamat.

Tingkat kebisingan yang melebihi nilai ambang batas dapat mendorong


timbulnya gangguan pendengaran dan risiko kerusakan pada telinga baik bersifat
sementara maupun permanan setelah terpapar dalam periode waktu tertentu tanpa
penggunaan alat proteksi yang memadai. Menurut laporan Badan Kesehatan Dunia
(WHO) menyatakan bahwa prevalensi kehilangan atau kerusakan pendengaran di
Indonesia mencapai sekitar 4.2% (WHO, 2007). Negara-negara di seluruh dunia
menyatakan bahwa Noise Induced Hearing Loss (NIHL) merupakan jenis penyakit
yang sangat berpotensi berdampak risiko kehilangan pendengaran. Lebih lanjut
dalam laporan WHO tersebut juga dinyatakan bahwa sekitar 16.% orang dewasa
mengalami ketulian akibat kebisingan di tempat kerja. Berdasarkan hal ini, maka
NIHL merupakan salah satu masalah yang harus mendapatkan perhatian khusus.

1.1 Tujuan Praktikum


Adapaun tujuan dari praktikum ini adalah ;
1. Untuk memahami cara menggunakan alat anemometer dan sound
level serta pengimplementasiannya.
2. Untuk mengetahui kondisi kebisingan dan kecepatan angina di beberapa titik
lokasi ITERA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki dan mengganggu manusia.
[1] Berdasarkan SK Menteri Negara Lingkungan Hidup No: Kep.Men-
48/MEN.LH/11/1996, kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari suatu
usaha atau kegiatan dalam tingkat dan waktu tertentu yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan, termasuk ternak, satwa,
dan sistem alam.
Menurut Suma’mur (2009), bunyi atau suara didengar sebagai rangsangan
pada sel saraf pendengaran dalam telinga oleh gelombang longitudinal yang
ditimbulkan getaran dari sumber bunyi atau suara dan gelombang tersebut merambat
melalui media udara atau penghantar lainnya, dan manakala bunyi atau suara tersebut
tidak dikehendaki oleh karena mengganggu atau timbul diluar kemauan orang yang
bersangkutan, maka 9 bunyi-bunyian atau suara demikian dinyatakan sebagai
kebisingan. Kebisingan didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehehndaki. Bising
menyebabkan berbagai gangguan terhadap tenaga kerja, seperti gangguan fisiologis,
gangguan psikologis, gangguan komunikasi dan ketulian, atau ada yang
menggolongkan gangguannya berupa gangguan pendengaran, misalnya gangguan
terhadap pendengaran dan gangguan pendengaran seperti komunikasi terganggu,
ancaman bahaya keselamatan, menurunnya performa kerja, kelelahan dan stres.
(Aznizar, 2008)

2.2 Angin
Angin adalah aliran udara dalam jumlah yang besar diakibatkan
oleh rotasi bumi dan juga karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya.
Angin bergerak dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara
rendah.Tekanan udara disemua tempat tidak sama. Perbedaan tekanan udara tersebut
menyebabkan udara mengalir atau bergerak. Angin selalu diberi nama berdasarkan
asal datangnya, seperti angin darat, angin lembah, dan angin gunung . (Ackerman,
2015)
Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah memuai menjadi lebih
ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara turun karena udaranya
berkurang. Udara dingin di sekitarnya mengalir ke tempat yang bertekanan rendah
tadi. Udara menyusut menjadi lebih berat dan turun ke tanah. Di atas tanah udara
menjadi panas lagi dan naik kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara
dingin ini dinamakan konveksi (Rosidi, 2007)

2.3 Anemometer
Anemometer adalah sebuah alat pengukur kecepatan angin yang banyak
dipakai dalam bidang Meteorologi dan Geofisika atau stasiun prakiraan cuaca. Nama
alat ini berasal dari kata Yunani anemos yang berarti angin. Perancang pertama dari
alat ini adalah Leon Battista Alberti pada tahun 1450. Selain mengukur kecepatan
angin, alat ini juga dapat mengukur besarnya tekanan angin itu.
Anemometer juga dapat digunakan untuk mengukur gas. Fungsi Anemometer
ultrasonik dapat digunakan untuk mengukur kecepatan angin dan juga dapat
menentukan arah mata angin, pengamatan cuaca dan meteorologi, tidak sedikit yang
menggunakan Anemometer ultrasonik ini untuk kegiatannya.
Alat Anemometer ini mampu mengukur kecepatan angin dengan tingkat
ketilitian sangat tinggi yakni berkisar 0.5 meter setiap detiknya. Dilihat dari tinggkat
ketelitian pada Anemometer itu sendiri merupakan alat pengukur kecepatan angin
yang sangat efektif dan efisien. (Hamzah, 2017)

2.4 Sounds Level Meter


Sound Level Meter adalah suatu perangkat alat uji untuk mengukur tingkat
kebisingan suara, hal tersebut sangat di perlukan terutama untuk lingkungan industri.
Adanya angin yang bertiup dari berbagai arah menyebabkan tidak akuratnya nilai
yang terukur, Pengaruh kecepatan angin membuat nilai intensitas suara yang terukur
tidak sesuai dengan intensitas suara. Posisi tempat pengukuran yang terbuka seperti
disekitar yang banyak tumbuhan dimana suara yang di uji banyak diserap oleh
tumbuhan sehinnga pengukuran tidak maksimal. Pada dasarnya, manusia dapat
mendengar bunyi pada frekuensi 20 Hz – 20.000 Hz. Oleh karena itu, diperlukan
sound level meter untuk mengetahui tingkat kebisingannya dan seberapa besar
pengaruh yang ditimbulkan ke lingkungan sekitarnya.
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum Laboratorium Lingkungan modul kebisingan dan kecepatan angin
dilakukan pada hari kamis, 10 Desember 2020 secara daring melalui Google Meet
pada puku 20.00 WIB s.d selesai. Percobaan dilakukan di 4 lokasi yaitu di Gleri
ITERA, Gedung GKU, jalan dan Embung C.

3.2 Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum percobaan kali ini
adalah sebagai berikut :
1. Sound Level
2. Anemometer

3.3 Prosedur Percobaan


a. Galery Itera
1. Kebisingan
 Dihidupkan sound level dengan mengklik tombol ON/OFF
 Diukur krbisingan yang implusif atau terputus putus ditekan tombol slow
 Hasil pengukuran akan keluar pada monitor alat
2. Kecepatan Angin
 Dihidupkan anemometer
 Ditekan tombol mode selama 3 detik
 Diarahkan alat ketitik sampel
 Hasil pengukuran tunjukan pada layar monitor
 Dilakukan percobaan selama kurang lebih satu jam, minimal 25x pembacaan
 Dihitung rata-ratanya
 Matikan alat dengan menekan tombol mode dan save
b. Gedung GKU
1. Kebisingan
 Dihidupkan sound level dengan mengklik tombol ON/OFF
 Diukur krbisingan yang implusif atau terputus putus ditekan tombol slow
 Hasil pengukuran akan keluar pada monitor alat
2. Kecepatan Angin
 Dihidupkan anemometer
 Ditekan tombol mode selama 3 detik
 Diarahkan alat ketitik sampel
 Hasil pengukuran tunjukan pada layar monitor
 Dilakukan percobaan selama kurang lebih satu jam, minimal 25x pembacaan
 Dihitung rata-ratanya
 Matikan alat dengan menekan tombol mode dan save

c. Jalan
1. Kebisingan
 Dihidupkan sound level dengan mengklik tombol ON/OFF
 Diukur krbisingan yang implusif atau terputus putus ditekan tombol slow
 Hasil pengukuran akan keluar pada monitor alat
2. Kecepatan Angin
 Dihidupkan anemometer
 Ditekan tombol mode selama 3 detik
 Diarahkan alat ketitik sampel
 Hasil pengukuran tunjukan pada layar monitor
 Dilakukan percobaan selama kurang lebih satu jam, minimal 25x pembacaan
 Dihitung rata-ratanya
 Matikan alat dengan menekan tombol mode dan save

d. Embung C
1. Kebisingan
 Dihidupkan sound level dengan mengklik tombol ON/OFF
 Diukur krbisingan yang implusif atau terputus putus ditekan tombol slow
 Hasil pengukuran akan keluar pada monitor alat
2. Kecepatan Angin
 Dihidupkan anemometer
 Ditekan tombol mode selama 3 detik
 Diarahkan alat ketitik sampel
 Hasil pengukuran tunjukan pada layar monitor
 Dilakukan percobaan selama kurang lebih satu jam, minimal 25x pembacaan
 Dihitung rata-ratanya
 Matikan alat dengan menekan tombol mode dan save
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Kebisingan

Tabel 1. Kebisingan pada gedung lobby D

interval kelas frekuensi

53.2-58.2 9

58.3-63.3 36

63.4-68.4 37

68.5-73.5 15

73.6-78.6 16

78.7-83.7 7

MAX 84.3

MIN 52.7

RANGE 31.6

KELAS 7.861298112 dibulatkan menjadi 8 atau 7

INTERVAL
KELAS 4.019692365 dibulatkan menjadi 4 atau 5

nilai tengah 132.8 4.888844

Tn x 0.488884424 3.082368

LTSM 342.3739754 25.34501


Tabel 2. Kebisingan Lokasi jalanan gedung A
Detik
No ke

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

1 77.7 62.3 61.6 59 68.5 62.4 70.4 58.5 60.4 70.4 71.2 69.5

2 67.7 70.5 67.5 61.5 70.2 85.5 85.2 70.8 77.2 78 63.8 89.4

3 62.6 74.5 66.8 77.4 76.3 72.1 65.2 77.2 68.9 78.2 82.3 63.6

4 68.5 72.8 62.5 60.1 62.1 76.7 63.7 74.8 66.2 88.5 76.7 72.7

5 69.7 71.7 66.7 71.4 76.7 77.5 57.3 74.5 77.2 73.6 77.9 76.4

6 64 74.8 73.2 65 64.2 65.6 61 66.8 62.2 62.8 71.1 71.2

7 71.7 56.8 55.9 70.2 56.1 71.7 67.8 61.3 66.2 75.2 60.1 76

8 66 62.1 63.2 59.4 55.4 68.6 65.6 66.7 69.4 69.7 71.4 63.8

9 71.8 59.4 53.2 62 56.3 65 68.2 68.1 67.5 64.3 69.2 64.8

10 69.5 73.1 65.5 72.6 63.5 64 69.3 72.9 59.7 71.5 61.7 58.1

MAX 89.4

MIN 53.2

RANGE 36.2

dibulatkan menjadi 8
KELAS 7.861298112 atau 7

INTERVAL dibulatkan menjadi 4


KELAS 4.604837456 atau 5

nilai tengah 69.27 4.238012

Tn x 0.423801191 2.653391

LTSM 294.7253643 24.69418

interval kelas frekuensi

53.2-57.2 7

58.2-62.2 19

63.2-67.2 27

68.2-72.2
15
73.2-77.2 16

78.2-82.2 7

83.2-87.2 26
88.2-92.2 3

Tabel 3. Kebisingan Lokasi tangga gedung D


Detik
no ke

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

1 71 70.4 65 67.6 69.2 68.3 73.5 66.2 65.1 75.2 65.3 69.6

2 67.9 67.8 69.2 62.9 66.3 66.6 70.7 69.9 66.1 61.5 64.3 57.9

3 58.5 55.1 55.9 60.8 59.1 62.5 60.5 68 62.3 71.2 66.5 72.1
4 64.1 64.4 66.9 62.2 55.7 61.9 61.6 59.9 69 58.1 61.6 63.8

5 57.8 63.8 59.5 59 54.9 54.1 54.5 62.2 54.3 64.2 68.6 69.3

6 61.4 66.7 63.6 61.2 57.4 59.1 55.7 60.2 63.2 59.2 55.8 61

7 58.7 63.3 62 54.7 53.8 52.4 57.2 58 63 57 70.3 70.3

8 63.9 53.2 60.6 60.2 55.5 72.1 65.8 66.9 59.9 58.4 61.9 77.1

9 72.7 55.9 74.4 69.2 72.8 72.6 69.2 70.6 66.3 63.6 66.2 63.6

10 71.5 71.2 68.1 71.5 64.3 69.2 65.9 63.3 67.5 63 59 59

MAX 77.1

MIN 52.4

RANGE 24.7

dibulatkan menjadi 8 atau


KELAS 7.861298112 7

INTERVAL dibulatkan menjadi 3 atau


KELAS 3.141974728 4

nilai tengah 69.27 4.238012

Tn x 0.423801191 2.653391
LTSM 294.7253643 24.69418
interval kelas Frekuensi

52.4-55.4 5

56.2-59.4 21

60.4-63.4 19

64.4-67.4 15

68.4-71.4 16

72.4-75.4 18

76.4-79.4 26

Tabel 4. Kebisingan Lokasi Embung C


Detik
no ke

5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60

1 53.2 63.1 58.5 57.6 54.9 62.1 54.8 57.9 59 62 58.4 56.7

2 66.8 58.3 54.2 54.5 55.5 55.2 54.5 60.8 60.1 63.9 77.1 59.1
3 62.6 51.5 56.9 57.6 67.8 54.5 56.2 51.4 52.5 64.1 52.6 53

4 62.6 54.1 63.9 54.5 53.4 52 52.5 50.2 53.8 54.7 53 54.5

5 50 53.3 61 64.1 54 50.3 56.1 55.9 58.8 54.1 54.6 53.2

6 50.9 48.9 48.3 57.3 48.8 49.2 50.7 50.3 50.9 50.6 50.5 52.1

7 49 50.7 51.2 53 52.7 56.9 63.4 56.1 57.5 54.4 53.6 53

8 50.3 49.6 50.5 51 50.5 50.2 50.1 50.4 50.1 50.2 50.9 50.9

9 51.8 50.7 51.7 50.4 47 51.5 50.8 53.7 47.8 50.2 46.8 51.7
10 50.1 48 55.1 52.5 51.6 49.2 50.8 50 50.2 49 50.9 49.8

MAX 77.1

MIN 46.8

RANGE 30.3

KELAS 7.861298112 dibulatkan menjadi 8 atau 7

INTERVAL
KELAS 3.854325274 dibulatkan menjadi 3 atau 4

nilai tengah 69.27 4.238012

Tn x 0.423801191 2.653391
LTSM 305.2504804 24.84656

interval kelas Frekuensi

52.4-55.4 5

56.2-59.4 21

60.4-63.4 19

64.4-67.4 15

68.4-71.4 16

72.4-75.4 26

4.1.2 Kecepatan Angin


Tabel 1. Gerbang
Detik Ke-
No 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 1.3 2.3 1 2 1.3 0.5 1.3 0.7 0.7 1.5 1.5 2.1
2 0.5 0 0 0 0.5 1 1.1 1.5 1.3 1 1.2 0.8
3 0.4 0 0 0 0.6 1.1 1.3 0.3 0.6 0 0.5 0.6
4 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.3 0.6
5 2.6 3.1 3.3 2.3 1.7 0.3 0 0 0.4 0 0.3 0
6 1.3 0.6 1.6 1.8 1.1 1 2.7 1.2 1.2 1.8 1.4 0.4
7 1.5 0 0.3 0.6 1.2 1.1 1.4 0.4 1 1.9 2.2 1.1
8 0.5 0 0 0 0 0 0 0 0.5 1.5 1 0
9 0.5 0 0.3 1.6 0.5 1.3 1.5 1.7 1.2 1.2 0.4 0.4
10 0.3 0 0.9 0.7 0 0 0.7 0.8 0 1.1 0.5 0
Jumlah 8.9 6 7.4 9 6.9 6.3 10 6.6 6.9 10 9.3 6
8,9+6+7,4+9+6,9+6,3+10+6,6+6,9+10+9,3+6 =
= 1,413636
120
Tabel 2. . Embung C
Detik Ke-
No 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 0.6 0 0.4 0 0 0 0
3 0 0 0 0 0 1.5 1.5 1.4 0.9 0.6 0.1 0
4 0 0 0 0 0.3 0 0 0 0 0 0 0
5 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 0 0 0 0.4 0 0 0.3 2.5 1.2 0 0 0
7 0 0 0.1 0 0 0 0 0 0 0 0 0.2
8 0.2 0.3 0.4 0.9 2.2 1.6 1.6 0.6 1 0.9 0.4 0.4
9 0 0.2 1.5 0.6 0.3 1 0 0 0 0 0 1.2
10 1.1 0.4 0.4 0 0 0 0 0 0 0 0.3 0
Jumlah 1.3 0.9 2.4 1.9 2.8 4.7 3.4 4.9 3.1 1.5 0.7 1.8
X = 1,3+0,9+2,4+1,9+2,8+4,7+3,4+4,9+3,1+1,5+0,7+1,8 / 120 = 0.24583333

Tabel 3. Parkiran Motor


Detik Ke-
No 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60
1 0 3.5 2.1 0.3 2.4 0 0.7 1.3 0.2 0.7 0.1 0
2 1 0.2 1.5 0.9 1.2 0 0 0 0 1.7 1.8 0.6
3 1.4 1.2 2.4 1.9 1.6 1.7 1.4 2.6 0.8 2 1.9 1.5
4 2.7 0.9 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.2
5 2.2 2.5 1.9 2.4 3.4 2.3 1.3 1.1 3.6 2.6 0.4 0.9
6 1.7 1.5 1 0.9 2.9 1 1.8 3.3 1.9 1.2 0.2 1
7 1.4 2.7 2.4 2.9 1.7 3.4 2.2 1.3 1.5 1.1 1.7 2.1
8 0.4 1.8 0.9 2.1 1.8 3.2 5.2 4 2.4 2 1.7 1.9
9 0 0 0 0 0.5 0 0 0.7 0.8 1.1 2.4 1.1
10 2.7 2.3 2 1.7 1.2 0.8 1 0 0.7 0.7 2.3 2
Jumlah 13.5 16.6 14.2 13.1 16.7 12.4 13.6 14.3 11.9 13.1 12.5 11.3

X = 2,7+16,6+14,2+13,1+16,7+12,4+13,6+14,3+11,9+13,1+12,5+11,3 / 120 = 1.36

4.2 Pembahasan
Dari hasil praktikum percobaan laboratorium lingkungan modul 3 mengenai
kebisingan dan kecepatan angina, yang dilakukan pada 3 titik lokasi yang berbeda
yaitu pada embung C, Jalan, dan Gedung D dengan percobaan pengambilang
berulang sebanyak 25 kali pembacaan alat dan dilakukan selama satu jam didapatkan
hasil bahwa kebisingan dan kecepatan angina pada lokasi tersebut masih dalam batas
wajar dan tidak mempengaruhi kualitas pendengaran, serta tidak termasuk dalam
kondisi ambang batas bahaya dimana tingkat kebisingan masih berada pada Nilai
Ambang Batas menurut Kepmenaker, yaitu sebesar 85 dB. Jadi di 5 lokasi masih
dibilang cukup aman dalam hal kebisingan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum dapa disimpulkan bahwa ;
1. Pengambilan uji coba kebisingan dan kecepatan angina dapat dilakukan dengan
cara penggunaan allat anemometer dan soundlevel dengan minimal pengambilan
sampel 25 kali pembacaan alat dan dilakukan selama kurang lebih satu jam.
2. Kondisi kebisingan dan kecepatan angina di ITERA,
terutama pada titik pengambilan sampel masih pada batas
wajar dan tidak mempengaruhi kualitas pendengaran dan
komunikasi.
5.2 Saran

1. Ketika melaksanakan praktikum sebaiknya dipahami dan lebih fokus lagi agar mengerti
apa materi yang dipelajari dan telah disampaikan

2. Praktikum dilaksanakan tidak mendekati UAS agar tidak terburu-buru dalam


mengerjakan laporannya
DAFTAR PUSTAKA

Ackerman, D. S. (2015). Sea and Land Breezer. Wisconsin: University of Wisconsin.

Aznizar. (2008). Keselamatn dak Kesehatan Kerja. Malang: Pressindo Pustaka.

EPA. (2018). Information On Levels And Environmental Noise Requisite To Protect


Public Health And Welfare With And Adequate Margin Of Safety. Washinton
(DC): Environmental Protection Agency.

Hamzah, F. (2017). Kebisingan dan Keselamatan. Jakarta: Soundi Press.

Mulia, R. (2018). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Rineka Cipta.

Rosidi. (2007). Pembaruan Sumber Energi Tenaga Angin. Jakarta: SCIID .

Silalahi, B. N., & B., R. (2015). Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Jakarta: PPT. Pustaka Binawan Pressindo.
Soeripto. (2008). Higieni Industri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

WHO. (2007). Situation Review and Update on Deafness. New Delhi: 2017.

Anda mungkin juga menyukai