Dosen Pengampu :
Ida Munfarida, M.Si, M.T
2
4.2.1 Perhitungan Konsentrasi CO yang dihasilkan oleh Kendaraan Bermotor yang Melintas
di depan Halte UIN Sunan Ampel Surabaya ......................................................................... 19
4.2.2 Perbandingan Konsentrasi Karbon Monoksida dengan Baku Mutu Udara Ambien
Nasional ................................................................................................................................. 25
4.2.3 Permodelan Dispersi Polutan menggunakan Software Matlab R2019b ....................... 26
BAB V PENUTUP ...................................................................................................................... 28
5.1 Kesimpulan......................................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 30
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kota surabaya merupakan kota metropolitan dan terbesar ke dua setelah kota jakarta.
Jumlah penduduk surabaya mengalami peningkatan pada setiap tahunnya, dibanding tahun
tahun sebelumnya pada tahun 2019 kenaikan jumlah penduduk mencapai 3.095.026 jiwa.
Meningkatnya jumlah penduduk ini berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan hidup
individu maupu kelompok sehingga memicu meningkatnya pembangunan di kota kota dan
pusat pusat industri,yang berakibat pada perubahan kualitas udara , yang dulunya segar dan
bersih , kini kering dan kotor . Perubahan tersebut terjadi akibat dari pencemaran udara.
Kualitas udara memiliki peran penting bagi kehidupan mahkluk hidup di permukaan
bumi ini, terutama manusia, pada masa ini penurunan kualitas udara di beberapa kota di
wilayah Indonesia terus meningkat yang diakibatkan beberapa hal diantaranya pertumbuhan
industri dan perkembangan kendaraan transportasi yang semakin pesat sebanding dengan
pertumbungan penduduk yang makin meningkat dan tidak sebanding dengan pertumbungan
ruang terbuka hijau dan pelestarian kawasan hijau khususnya pada wilayah perkotaan.
(Prayudha,2018).
Polusi udara didefinisikan sebagai semua efek destruktif dari sumber mana pun yang
berkontribusi terhadap pencemaran atmosfer serta kerusakan ekosistem. Polusi udara
disebabkan oleh intervensi manusia dan fenomena alam, yang terdiri dari berbagai jenis
polutan termasuk bahan dalam fase padat, cair, dan gas. (azam, dkk. 2016).
Salah satu polutan yang menyebabkan polusi udara adalah gas Co, Karbon monoksida
(CO) adalah gas beracun, tidak berwarna, tidak berbau, dan tidak berasa. Karena sifatnya
yang tidak berbau, karbon monoksida (CO) biasanya bercampur dengan gas-gas lain yang
berbau sehingga karbon monoksida (CO) dapat terhirup secara tidak disadari bersamaan
dengan terhirupnya gas lain yang berbau. (Faroqi, 2016)
Karena emisi karbon monoksida berasal dari mesin pembakaran internal, tingkat
tertinggi gas beracun ini cenderung terjadi di daerah perkotaan yang padat kendaraan pada
saat-saat ketika jumlah maksimum orang terpapar, seperti pada jam-jam sibuk. Pada saat
seperti itu, kadar karbon monoksida di atmosfer telah mencapai 50-100 ppm. (Manahan ,
2000)
Secara ekologis, polusi udara dapat menyebabkan kerusakan lingkungan yang serius
pada air tanah, tanah, dan udara. Ini juga merupakan ancaman serius bagi keanekaragaman
kehidupan. Studi tentang hubungan antara polusi udara dan pengurangan keanekaragaman
spesies jelas menunjukkan efek merugikan dari kontaminan lingkungan pada kepunahan
spesies hewan dan tumbuhan. Zat beracun yang tertahan udara juga dapat menyebabkan efek
reproduksi pada hewan. Hujan asam, inversi suhu, dan perubahan iklim global karena emisi
gas rumah kaca ke atmosfer merupakan dampak ekologis utama lainnya dari polusi udara.
(azam, dkk. 2016)
4
Banyaknya kendaraan yang melintas didepan halte uinsa surabaya yang
mengakibatkan udara disekitarnya terasa panas, dan berdebu, sehingga untuk mengetahui
kualitas udara yang dipengaruhi oleh emisi gas co dilakukan suatu analisis permodel dengan
menghitung banyaknya laju, kekuatan, dispersi serta konsentrasi emisi gas yang dihasilka
oleh kendaraan yang melintas.
Percobaan ini dilakukan dengan metode kuantitatif yang di implementasikan
mengunakan software Matlab. MATLAB merupakan suatu program komputer yang bisa
membantu memecahkan berbagai masalah matematis dalam bidang teknis. MATLAB
mampu menggambarkan berbagai jenis grafik, sehingga dapat memvisualisasikan data dan
fungsi yang kompleks. Maka, hasil dari monitoring emisi dapat langsung diketahui secara
cepat dalam satuan ppm, disamping itu data akan diformulasikan dengan bahasa
pemograman matlab untuk mendapatkan gambaran hasil sebaran.
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mengetahui jumlah konsentrasi karbon yang dihasilkan kendaraan bermotor, ,
kendaraan berpenumpang, dan kendaraan berat
2. Mengetahui model dispersi polutan (karbon) oleh transportasi dengan menggunakan
software Matlab
3. Mengetahui perbandingan hasil konsentrasi karbon monoksida yang diukur dengan
baku mutu udara Nasional
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pencemaran Udara
Udara merupakan campuran beberapa kandungan gas. Tetapi terdapat juga gas yang
berdampak negatif bagi manusia dan lingkungan. Gas yang berdampak negatif ini diakibatkan
adanya pencemaran udara dari industri maupun transpotasi, seperti asap cerobong pabrik maupun
asap kendaraan. Gas buang kendaraan merupakan salah satu polutan atau sumber pencemaran
udara yang relatif besar. Pencemaran udara merupakan masuknya zat pencemar yang berbentuk
gas-gas dan partikel kecil atau aerosol ke dalam badan udara sehingga menyebabkan perubahan
lingkungan udara.
Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/ atau komponen
lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke
tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhinya. Udara ambien
adalah udara bebas dipermukaan bumi pada lapisan troposfir yang berada di dalam wilayah
yurisdiksi Republik Indonesia yang dibutuhkan dan mempengaruhi kesehatan manusia, makhluk
hidup dan unsur lingkungan hidup lainnya.
2. Sumber antropogenik
Sumber antropogenik merupakan sumber pencemar udara yang berasal dari aktivitas
manusia. Sumber antropogenik dapat dibedakan berdasarkan sumber bergerak dan tidak
bergerak. Sumber emisi tidak bergerak seperti cerobong industri, dan kawasan industri, sangat
bergantung dari proses produksi yang dilakukan oleh industri. Sumber emisi bergerak berasal
dari transportasi, sumber ini bergantung pada jenis bahan bakar dan sistem ruang bakar yang
digunakan oleh kendaraan bermotor. Berdasarkan aktivitasnya, sumber antropogenik dibagi
menjadi:
a) Transportasi
b) Domestik (rumah tangga)
c) Industri
6
Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran
Udara, sumber pencemar udara terdiri atas lima kelompok, yaitu :
1. Sumber bergerak, yaitu sumber emisi yang bergerak atau tidak tetap pada suatu tempat yang
berasal dari kendaraan bermotor.
2. Sumber bergerak spesifik, yaitu serupa dengan sumber bergerak namun berasal dari kereta
api, pesawat terbang, kapal laut, dan kendaraan berat lainnya.
3. Sumber tidak bergerak, yatiu sumber emisi yang tetap pada suatu tempat.
4. Sumber tidak bergerak spesifik, yaitu serupa dengan sumber tidak bergerak namun berasal
dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah.
5. Sumber gangguan, yaitu sumber pencemar yang menggunakan media udara atau padat untuk
penyebarannya. Sumber ini terdiri dari kebisingan, getaran, kebauan dan gangguan lain.
NO 8,89
SO 0,88
HC 18,34
Partikel 1,33
TOTAL 100
(Sumber: Wardhana, 2004)
7
Tabel 2.2 Baku Mutut Udara Ambien Naional
8
engines, internal engines adalah sebuah mesin yang sumber tenaganya berasal dari
pengembangan gas-gas panas yang bertekanan tinggi atau bisa disebut dengan hasil campuran
bahan bakar dan udara yang berlangsung berada di dalam ruang bakar. Berdasarkan hasil
penelitianyang telah dilakukan di negara-negara industri, Sumber pencemar gas CO yang
terbesar berasal dari pemakaian bahan bakar fosil (minyak, batubara) yang berada pada mesin-
mesin penggerak transportasi.
Sedangkan menurut (Sinaga, 2013), Dapat diketahui bahwa meningkatnya karbon
monoksida disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah kendaraan. Lalu untuk naik turunnya
suatu nilai konsentrasi CO disebabkan karena adanya faktor meteorologi, dan dapat dilihat pada
grafik kecepatan angin dan suhu. Jadi semakin rendah kecepatan angin maka akan semakin
tinggi konsentrasi CO dan semakin rendah suhu udara maka akan meningkat konsentrasi CO.
Sumber gas CO yang terbesar berasal dari kendaraan-kendaraan yang menggunakan bensin
sebagai bahan bakar. Di kota-kota besar, sumber utama penghasil CO adalah kendaraan bermotor
seperti mobil, truk, bus, dan sepeda motor karena pembakaran bahan bakar minyak (BBM) yang
tidak sempurna. Di daerah perkotaan dengan lalu lintas yang padat konsentrasi gas CO berkisar
antara 10-15 ppm (Wardhana, 2004)
9
Model dispersi Gauss sering digunakan untuk memprediksi dispersi polutan secara
kontinyu yang dari permukaan atau dataran tinggi. Hal ini mengasumsikan bahwa dispersi
polutan memiliki distribusi probabilitas normal. Analisis sebaran konsentrasi polutan dilakukan
dengan menggunakan dispersi Gauss yang persamaannya adalah sebagai berikut. (Abidin &
purqon, 2016)
Dimana:
c(x,y,z) = konsentrasi polutan pada titik x,y,z (g/m3)
Q = laju emisi polutan (g/s)
v = kecepatan angin (m/s)
σy = tetapan dispersi secara horizontal terhadap sumbu x (m)
σz = tetapan dispersi secara vertikal terhadap sumbu x (m)
x = jarak jatuhnya polutan (m)
y = jarak pengamatan sejajar dengan sumbu x (m)
z = jarak pengamatan tegak lurus dengan sumbu y (m)
H = tinggi efektif emisi (m)
10
memerlukan dimensi. Hal ini memungkinkan untuk menyelesaikan beberapa masalah
perhitungan teknik sekaligus, terutama dengan formulasi vektor dan matriks dalam fraksi waktu.
Sistem MATLAB setidaknya terdiri atas beberapa bagian utama (MathWork, 2008):
1. Tool Dekstop dan Lingkungan pengembangan. Merupakan paket tool yang membantu
dalam penggunaan lebih produktif dengan fungsi MATLAB dan file. Fasilitas ini
termasuk MATLAB dekstop dan Command Windows
2. Librari fungsi matematika. Librari ini merupakan kumpulan dari algoritma fungsi-fungsi
elementer dan pengembangannya seperti statistik umum, sinus, cosinus, dan aritmatik
kompleks, sampai fungsi-fungsi sofikastik seperti matriks invers, nilai eigen, fungsi
Bessel, dan transformasi Fourier.
3. Bahasa pemrograman. Bahasa MATLAB adalah bahasa matrix/array level tinggi dengan
kontrol statemen alur, fungsi, data struktur, input-output, dan fitur pemrograman
berorientasi objek.
4. Grafik. Fasilitas ekstensif untuk menampilkan vektor dan matriks seperti grafik. Ini juga
termasuk fungsi untuk visualisasi data 2-D fan 3-D, pemrosesan gambar, animasi, dan
sebagainya.
5. Interface eksternal. Fasilitas ini memungkinkan interaksi MATLAB dengan program lain
seperti Fortran, C, excell, dan sebagainya. Salah satu fasilitas ini adalah pembacaan dan
penulisan MAT-files. Lebih lanjut, fungsi-fungsi matematik dan bahasa program dalam
MATLAB dapat diakses pada berbagai literatur dan fungsi help pada software
MATLAB.
11
BAB III
METODE PENELITIAN
12
3.3 Variabel
Adapun variabel – variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Variabel bebas (independent variable ) yaitu jumlah kendaraan bermotor , kendaraan
berpenumpang , dan kendaraan berat .
b. Variabel terikat ( depedent variable ) yaitu konsentrasi gas karbon monoksida (Co)
13
3.6 Tahap Persiapan Penelitian
Dalam tahap ini yang dilakukan adalah melakukan studi literatur terhadap obyek
penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan proses administrasi sampai diperoleh persetujuan
pelaksanaan penelitian pada obyek tersebut.
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di depan UIN Sunan Ampel. Pemilihan lokasi ini atas dasar
pembagian tugas kelompok mengenai jumlah kendaraan bermotor, dan perubahan
temperatur udara di wilayah kampus .
14
4. Tahap Pengolahan Data dan Penyusunan Laporan
Tahap penyusunan laporan yaitu melaporkan semua hasil penelitian mengenai
evaluasi kualitas udara karbon monoksida (CO) akibat lalu lintas kendaraan bermotor di
depan halte UIN Sunan Ampel Surabaya. Data konsentrasi karbon monoksida,
temperatur udara, dan jumlah kendaraan yang telah didapat dianalisis dengan
menggunakan metode deskriptif . Selanjutnya dilakukan evaluasi kualitas udara ambien
halte UIN Sunan Ampel. Evaluasi kualitas udara dilakukan dengan membandingkan
hasil pengukuran konsentrasi karbon monoksida dengan standar kualitas udara ambien
yang berlaku di Indonesia.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis
deskriptif
15
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Pengambilan sampel dilakukan di depan Halte UIN Sunan Ampel karna kondisi
di tempat tersebut banyak sekali kendaraan yang melintas sehingga menjadi sumber
polutan. Jalan di depan Halte UIN Sunan Ampel Surabaya merupakan akses
pemberhentian kendaraan berpenumpang (Bus Suroboyo), akses menuju jalan masuk
kampus UINSA, Jalan Raya Jemursari dan Jalan Achmad Yani. Dan pada saat hari aktif,
jalanan tersebut sangat padat dengan kendaraan yang melintas.
16
4.1.2 Hasil Pengukuran Jumlah Kendaraan Yang Melintas Di Depan Halte UIN Sunan
Ampel Surabaya.
Pengukuran Jumlah Kendaraan bermotor, kendaraan berpenumpang dan kendaraan
berat dilakukan pada hari senin tanggal 24 februari 2020, dimana survei hanya dilakukan 1
kali dan dilakukan pada hari aktif di jam 10.00-11.00 WIB. Pemilihan waktu survei pada
hari dan jam tersebut ditimbang dengan alasan pada hari aktif banyak sekali kendaraan
yang melintas di depan Halte UIN Sunan Ampel Surabaya. Kendaraan yang dihitung
ketika survei adalah kendaraan bermotor, kendaraan berpenumpang dan kendaraan berat.
Perhitungan kendaraan dilakukan secara manual yaitu dengan mencatat di buku atau
dengan menggunakan alat berupa Counter (alat penghitung) setiap masing-masing
kendaraan yang melintas di depan Halte UIN Sunan Ampel Surabaya. Adapun Hasil survei
kendaraan yang melintas di depan UIN Sunan Ampel Surabaya adalah sebagai berikut.
Tabel 4.2 menunjukkan hasil survei kendaraan bermotor, kendaraan berpenumpang dan
kendaraan berat.
KENDARAAN BERAT 26
Tabel 4.2
4.1.3 Hasil Pengukuran Kecepatan Kendaraan Yang Melintas Di Depan Halte UIN
Sunan Ampel Surabaya.
Saat survei selain menghitung jumlah kendaraan, kita juga menghitung Pengukuran
kecepatan kendaraan yang melintas di depan halte UIN Sunan Ampel Surabaya dilakukan
dengan cara manual yaitu menghitung laju kendaraan tiap detiknya. Kecepatan adalah
besaran jarak yang ditempuh oleh suatu kendaraan yang dibagi waktu tempuh (Zul
Andri,2017). Di indonesia kecepatan biasanya dinyatakan dalam kilometer per jam
(km/jam). Dan konsentrasi co dapat di hitung dari kecepatan kendaraan yang melintas.
Adapu hasil survei kecepatan kendaraan yang melintas adalah sebagai berikut. Tabel 4.3
menunjukkan hasil kecepatan kendaraan yang melintas di depan Halte UIN Sunan Ampel
Surabaya.
17
KEC RATA RATA
JUMLAH KENDARAAN JAM 10:00-11:00 KEND/DETIK
(KM/JAM)
Tabel 4.3
4.1.4 Hasil Pengukuran Konsentrasi Karbon Monoksida (CO) Di Udara Ambien Depan
Halte UIN Sunan Ampel Surabaya.
Karbon Monoksida (CO) adalah suatu gas yang tidak berwarna, tidak berbau dan
tidak berasa diproduksi oleh pembakaran yang tidak sempurna dari bahan-bahan yang
mengandung karbon. (Dewanti,2018). CO merupakan salah satu bahan pencemar yang
diemisikan oleh kendaraan bermotor dalam kegiatan transportasi. Pengukuran
Konsentrasi CO dapat dilakukan dengan menggunakan alat CO Analyzer dengan durasi 1
jam. Tetapi pada penelitian kali ini kita menggunakan rumus glaussiam yang diperoleh
dengan mengetahui kecepatan rata-rata kendaraan. Adapun hasil dari pengukuran
konsentrasi karbon monoksida (CO) di udara ambien depan Halte UIN Sunan Ampel
Surabaya adalah sebagai berikut. Tabel 4.4 menunjukkan Hasil pengukuran konsentrasi
karbon monoksida (CO) di udara ambien depan halte UIN Sunan Ampel Surabaya.
18
4.2 Pembahasan
Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutan Republik Indonesia Nomor 70
Tahun 2016 tentang Baku Mutu Emisi Usaha dan/atau Kegiatan Pengolahan Sampah secara
Termal, emisi adalah zat, energi, dan/atau komponen lain yang dihasilkan dalam suatu kegiatan
yang masuk dan/atau di masukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai atau tidak
mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Laju emisi merupakan kadar massa polutan yang
dihasilkan oleh satu kendaraan per kilometer jarak yang ditempuh. Menurut (Jaya, 2017).
persamaan yang digunakan untuk menghitung laju emisi CO merupakan hasil studi IGW Sanusi
dan Tim Puslitbang Jalan PU Bandung 1997-1988. Berikut adalah perhitungan laju emisi dari
kendaraan bermotor yang melintas di depan halte UIN Sunan Ampel Surabaya pada pukul 10.00
WIB – 11.00 WIB.
diketahui : kecepatan rata-rata (V) sepeda motor = 18 km/jam
kecepatan rata-rata (V) kendaraan berpenumpang = 18 km/jam
kecepatan rata-rata (V) kendaraan berat = 20 km/jam
1. laju emisi sepeda motor
qCO = 867,92 (V)-0,8648
qCO = 867,92 (18) -0,8648
qCO = 71,272 gr/km
19
2. laju emisi kendaraan berpenumpang
qCO = 867,92 (V)-0,8648
qCO = 867,92 (18) -0,8648
qCO = 71,272 gr/km
3. laju emisi kendaraan berat
qCO = 867,92 (V)-0,8648
qCO = 867,92 (20 km/jam) -0,8648
qCO = 65,065 gr/km
dari hasil perhitungan di atas, maka laju emisi kendaraan bermotor yang melintas di depan halte
UIN Sunan Ampel Surabaya pada pukul 10.00 WIB – 11.00 WIB disajikan pada tabel 1.
Kecepatan
Jenis Kendaraan qCO (gr/km)
(km/jam)
Sepeda Motor 18 71,272
Kendaraan Berpenumpang 18 71,272
Kendaraan Berat 20 65,065
(Sumber: hasil perhitungan, 2020)
Menurut (Jaya, 2017), Kekuatan sumber emisi merupakan kadar massa polutan yang
dihasilkan oleh kendaraan bermotor sebagai sumber polusi udara dalam satuan waktu tertentu.
Persamaan yang digunakan untuk menghitung kekuatan sumber emisi berdasarkan Pedoman
Teknik dari Departemen Pekerjaan Umum (1999). Jumlah kendaraan bermotor per satuan waktu
dapat dihitung berdasarkan volume kendaraan bermotor yang dinormalisasikan menjadi satuan
mobil penumpang (smp) per satuan waktu. Dikarenakan Surabaya termasuk kota besar, maka
faktor pengali emisi CO menggunakan angka kota besar. Berikut adalah perhitungan
menormalisasi volume kendaraan ke satuan mobil penumpang yang disajikan pada tabel 2.
Sepeda Kendaraan Kendaraan Faktor Pengali Emisi CO Total
Waktu
Motor Berpenumpang Berat (smp) (smp)
20
Q = 19,95 gr/detik
2. kekuatan emisi kendaraan berpenumpang
Q=n×q
0,05 71,272 𝑔𝑟
Q = 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 × 𝑘𝑚
Q = 3,56 gr/detik
3. kekuatan emisi kendaraan berpenumpang
Q=n×q
0,02 65,065 𝑔𝑟
Q = 𝑑𝑒𝑡𝑖𝑘 × 𝑘𝑚
Q = 1,3 gr/detik
dari hasil perhitungan di atas, maka kekuatan emisi kendaraan bermotor yang melintas di
depan halte UIN Sunan Ampel Surabaya pada pukul 10.00 WIB – 11.00 WIB disajikan
pada tabel 3.
Q (gr/detik)
Jumlah Q
Sepeda Kendaraan Kendaraan
(gr/detik)
Motor Berpenumpang Berat
19,95 3,56 1,3 24,81
(Sumber: hasil perhitungan, 2020)
21
Konsentrasi polutan merupakan kadar zat pencemar yang dilepaskan ke udara oleh lalu lintas dalam
satuan volume. Berikut adalah perhitungan konsentrasi polutan bersadarkan model dispersi Gaussian.
diketahui : total kekuatan emisi (Q) = 24,81 gr/detik
kecepatan angina permukaan (µ) = 15,79 𝑚⁄𝑠
koefisien dispersi (𝜎y) = 13,52 m
koefisien dispersi (𝜎z) = 12,28 m
tinggi pencemar (H) =0m
jarak sebaran (y) = 1 m, 2 m, 3 m, 4 m, 5 m, 6 m, 7 m, 8 m,
9 m, 10 m
1. perhitungan konsentrasi polutan dengan y = 1 m
𝑄 −𝐻 2 −𝑦 2
C(x,y,z) = 𝜋𝜇𝜎 ×exp 2 ×exp 2𝜎𝑦2
𝑦 𝜎𝑧 2𝜎𝑧
𝑔𝑟
24,81 −(0 𝑚)2 −(1 𝑚)2
𝑠
= 𝑚 × exp × exp
(3,14)(15,79 ⁄𝑠)(12,28 𝑚)(13,52 𝑚) 2(12,28 𝑚)2 2(13,52 𝑚)2
𝑔𝑟
= (0,003013977 𝑚3
) × (1) × (0,997268364)
𝑔𝑟
= 0,003005744
𝑚3
Berdasarkan perhitungan di atas, konsentrasi polutan pada jarak 1 meter dari titik pengamatan adalah
𝑔𝑟
0,003005744 𝑚3 .
𝑔𝑟
24,81 −(0 𝑚)2 −(2 𝑚)2
𝑠
= × exp × exp
(3,14)(15,79 𝑚⁄𝑠)(12,28 𝑚)(13,52 𝑚) 2(12,28 𝑚)2 2(13,52 𝑚)2
𝑔𝑟
= (0,003013977 𝑚3
) × (1) × (0,988118147)
𝑔𝑟
= 0,002981179 𝑚3
Berdasarkan perhitungan di atas, konsentrasi polutan pada jarak 2 meter dari titik pengamatan adalah
𝑔𝑟
0,002981179 𝑚3 .
𝑔𝑟
24,81 −(0 𝑚)2 −(3 𝑚)2
𝑠
= × exp × exp
(3,14)(15,79 𝑚⁄𝑠)(12,28 𝑚)(13,52 𝑚) 2(12,28 𝑚)2 2(13,52 𝑚)2
22
𝑔𝑟
= (0,003013977 𝑚3
) × (1) × (0,9756822)
𝑔𝑟
= 0,002940684 𝑚3
Berdasarkan perhitungan di atas, konsentrasi polutan pada jarak 3 meter dari titik pengamatan adalah
𝑔𝑟
0,002940684 3 .
𝑚
𝑔𝑟
24,81 −(0 𝑚)2 −(4 𝑚)2
𝑠
= (3,14)(15,79 𝑚⁄ )(12,28 𝑚)(13,52 𝑚)
× exp 2(12,28 𝑚)2 × exp 2(13,52 𝑚)2
𝑠
𝑔𝑟
= (0,003013977 𝑚3
) × (1) × (0,957177935)
𝑔𝑟
= 0,002884912 𝑚3
Berdasarkan perhitungan di atas, konsentrasi polutan pada jarak 4 meter dari titik pengamatan adalah
𝑔𝑟
0,002884912 𝑚3 .
𝑔𝑟
24,81 −(0 𝑚)2 −(5 𝑚)2
𝑠
= (3,14)(15,79 𝑚⁄𝑠)(12,28 𝑚)(13,52 𝑚)
× exp 2(12,28 𝑚)2 × exp 2(13,52 𝑚)2
𝑔𝑟
= (0,003013977 ) × (1) × (0,933901473)
𝑚3
𝑔𝑟
= 0,002814758
𝑚3
Berdasarkan perhitungan di atas, konsentrasi polutan pada jarak 5 meter dari titik pengamatan adalah
𝑔𝑟
0,002814758 𝑚3 .
𝑔𝑟
24,81 −(0 𝑚)2 −(6 𝑚)2
𝑠
= (3,14)(15,79 𝑚⁄ )(12,28 𝑚)(13,52 𝑚)
× exp 2(12,28 𝑚)2 × exp 2(13,52 𝑚)2
𝑠
𝑔𝑟
= (0,003013977 ) × (1) × (0,906219759)
𝑚3
𝑔𝑟
= 0,002731325
𝑚3
Berdasarkan perhitungan di atas, konsentrasi polutan pada jarak 6 meter dari titik pengamatan adalah
𝑔𝑟
0,002731325 𝑚3 .
23
7. perhitungan konsentrasi polutan dengan y = 7 m
𝑄 −𝐻 2 −𝑦 2
C(x,y,z) = 𝜋𝜇𝜎 ×exp 2 ×exp 2𝜎𝑦2
𝑦 𝜎𝑧 2𝜎𝑧
𝑔𝑟
24,81 −(0 𝑚)2 −(7 𝑚)2
𝑠
= 𝑚 × exp × exp
(3,14)(15,79 ⁄𝑠)(12,28 𝑚)(13,52 𝑚) 2(12,28 𝑚)2 2(13,52 𝑚)2
𝑔𝑟
= (0,003013977 𝑚3
) × (1) × (0,874560944)
𝑔𝑟
= 0,002635907
𝑚3
Berdasarkan perhitungan di atas, konsentrasi polutan pada jarak 7 meter dari titik pengamatan adalah
𝑔𝑟
0,002635907 𝑚3 .
𝑔𝑟
24,81 −(0 𝑚)2 −(8 𝑚)2
𝑠
= (3,14)(15,79 𝑚⁄𝑠)(12,28 𝑚)(13,52 𝑚)
× exp 2(12,28 𝑚)2 × exp 2(13,52 𝑚)2
𝑔𝑟
= (0,003013977 𝑚3
) × (1) × (0,839403383)
𝑔𝑟
= 0,002529942 𝑚3
Berdasarkan perhitungan di atas, konsentrasi polutan pada jarak 8 meter dari titik pengamatan adalah
𝑔𝑟
0,002529942 3 .
𝑚
𝑔𝑟
24,81 −(0 𝑚)2 −(9 𝑚)2
𝑠
= (3,14)(15,79 𝑚⁄ )(12,28 𝑚)(13,52 𝑚)
× exp 2(12,28 𝑚)2 × exp 2(13,52 𝑚)2
𝑠
𝑔𝑟
= (0,003013977 ) × (1) × (0,801263641)
𝑚3
𝑔𝑟
= 0,00241499 𝑚3
Berdasarkan perhitungan di atas, konsentrasi polutan pada jarak 9 meter dari titik pengamatan adalah
𝑔𝑟
0,00241499 𝑚3 .
𝑔𝑟
24,81 −(0 𝑚)2 −(10 𝑚)2
𝑠
= (3,14)(15,79 𝑚⁄ )(12,28 𝑚)(13,52 𝑚)
× exp 2(12,28 𝑚)2 × exp 2(13,52 𝑚)2
𝑠
24
𝑔𝑟
= (0,003013977 𝑚3
) × (1) × (0,760683931)
𝑔𝑟
= 0,002292684 𝑚3
Berdasarkan perhitungan di atas, konsentrasi polutan pada jarak 10 meter dari titik pengamatan adalah
𝑔𝑟
0,002292684 3 .
𝑚
1 0,003005744
2 0,002981179
3 0,002940684
4 0,002884912
5 0,002814758
6 0,002731325
7 0,002635907
8 0,002529942
9 0,00241499
10 0,002292684
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa semakin besar jarak penyebaran
maka konsentrasi polutan semakin kecil. Rata-rata polutan akan terkumpul pada sekitar jarak
maksimum dari sumber emisi. Polutan akan tersebar hingga jarak yang jauh dari sumbernya
dengan konsentrasi yang menurun setiap jaraknya.
4.2.2 Perbandingan Konsentrasi Karbon Monoksida dengan Baku Mutu Udara Ambien
Nasional
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, mutu emisi merupakan
emisi atau polutan yang boleh dilepaskan ke udara ambien dari suatu kegiatan. Baku mutu udara ambien
merupakan ukuran batas atau kadar zat, energi, dan/atau komponen yang ada atau yang seharusnya ada
dan/atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya dalam udara ambien. Penjagaan mutu udara
ambien dilakukan agar fungsi udara ambien dapat terpenuhi sebagaimana mestinya. Berikut merupakan
konsentrasi karbon monoksida dengan jarak penyebaran yang telah dimodelkan.
25
Jarak Konsentrasi Baku Mutu berdasarkan
Sebaran (m) (µg/m3) PP No. 14 Tahun 1999
1 3.005,744
2 2.981,179
3 2.940,684
4 2.884,912
5 2.814,758
30.000 µg/Nm3
6 2.731,325
7 2.635,907
8 2.529,942
9 2.414,99
10 2.292,684
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa konsentrasi karbon monoksida (CO) yang telah
dimodelkan dengan Guisse Plume masih berada di bawah baku mutu kadar karbon monoksida
(CO) dalam udara ambien. Pengukuran dilakukan siang hari yaitu pada pukul 10.00 WIB – 11.00
WIB, hal ini berpengaruh pada jumlah kendaraan yang melintas. Aktivitas penggunaan
kendaraan bermotor paling banyak dilakukan di pagi hari pada saat jam kerja dan awal
perkuliahan. Pada siang hari di titik pengamatan, terlihat aktivitas penggunaan kendaraan
bermotor dalam kategori normal. Menurut (Anjarsari, 2019). dalam penelitiannya menyebutkan
bahwa suhu udara pada siang hari cenderung meningkat diakibatkan oleh sinar matahari yang
diterima bumi sehingga terjadi pemuaian udara. Hal ini mengakibatkan rendahnya konsentrasi
karbon monoksida karena terjadinya dispersi polutan.
26
(Sumber: hasil permodelan,2020)
Konsentrasi CO pada titik 0 yaitu titik sumber atau titik pengambilan sampel diperkirakan sekitar
0,14 gram/m3 yang ditandai dengan warna kuning dalam grafik hasil permodelan. Semakin jauh jarak
horizontal (searah dengan arah angin) dari titik sumber, konsentrasi CO mengalami dispersi mengikuti
model Gaussian Plume. Pada jarak horizontal 2 meter dari titik pengambilan sampel, konsentrasi CO
diperkirakan sekitar 0,1 gram/m3 yang ditandai dengan warna hijau dalam grafik permodelan. Pada jarak
horizontal 4 meter dari titik pengambilan sampel, konsentrasi CO diperkirakan sekitar 0,05 gram/m3 yang
ditandai dengan warna biru langit dalam pada grafik permodelan. Pada jarak horizontal 6 meter dari titik
pengambilan sampel, konsentrasi CO diperkirakan sekitar 0,06 gram/m3 yang ditandai dengan warna biru
dodger dalam grafik permodelan. Pada jarak horizontal 8 hingga 10 meter dari titik pengambilan sampel,
konsentrasi CO hanya 0,03 gram/m3 ditandai dengan warna biru ningrat pada grafik permodelan.
Untuk jarak vertikal (tegah lurus dengan arah angin), dispersi CO diperkirakan mencapai jarak
vertikal 4 meter dari titik pengambilan sampel. Pada jarak vertikal 0,5 meter dari titik pengambilan
sampel, konsentrasi CO diperkirakan sekitar 0,14 gram/m3 yang ditandai dengan warna kuning dalam
grafik hasil permodelan. Pada jarak vertikal 1 meter dari titik pengambilan sampel, konsentrasi CO
diperkirakan sekitar 0,1 gram/m3 yang ditandai dengan warna hijau dalam grafik permodelan. Pada jarak
vertikal 1,8 meter dari titik pengambilan sampel, konsentrasi CO diperkirakan sekitar 0,05 gram/m3 yang
ditandai dengan warna biru dalam pada grafik permodelan. Pada jarak vertikal 2,5 meter dari titik
pengambilan sampel, konsentrasi CO diperkirakan sekitar 0,06 gram/m3 yang ditandai dengan warna biru
dodger dalam grafik permodelan. Pada jarak vertikal 4 meter dari titik pengambilan sampel, konsentrasi
CO diperkirakan sekitar hanya 0,03 gram/m3 ditandai dengan warna biru ningrat pada grafik permodelan.
Untuk kesesuaian dengan baku mutu udara ambien, penelitian ini membandingkan hasil permodelan
konsentrasi CO dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999. Berdasarkan PP
No.41 Tahun 1999, baku mutu udara ambien adalah 30.000 µg/Nm3 atau 3×1010 gram/m3. Maka, dapat
dilihat bahwa konsentrasi karbon monoksida (CO) yang telah dimodelkan dengan Guisse Plume masih
berada di bawah baku mutu kadar karbon monoksida (CO) dalam udara ambien.
27
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian diatas didapat kesimpulan
1. Konsetrasi karbon tertinggi yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor, kendaraan berpenumpang,
dan kendaraan berat dalam jarak 10 M menurut perhitungan penelitian ini adalah :
𝒈𝒓
Jarak Sebaran (m) Konsentrasi CO (𝒎𝟑)
1 0,003005744
2 0,002981179
3 0,002940684
4 0,002884912
5 0,002814758
6 0,002731325
7 0,002635907
8 0,002529942
9 0,00241499
10 0,002292684
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat dilihat bahwa semakin besar jarak penyebaran maka
konsentrasi polutan semakin kecil. Rata-rata polutan akan terkumpul pada sekitar jarak
maksimum dari sumber emisi. Polutan akan tersebar hingga jarak yang jauh dari sumbernya
dengan konsentrasi yang menurun setiap jaraknya.
2. model dispersi polutan (karbon) oleh transportasi dengan menggunakan software Matlab
mendapatkan hasil yang di tunjukan oleh grafik berikut.
28
Konsentrasi CO pada titik 0 yaitu titik sumber atau titik pengambilan sampel
diperkirakan sekitar 0,14 gram/m3 yang ditandai dengan warna kuning dalam grafik hasil
permodelan. Semakin jauh jarak horizontal (searah dengan arah angin) dari titik sumber,
konsentrasi CO mengalami dispersi mengikuti model Gaussian Plume. Untuk jarak
vertikal (tegah lurus dengan arah angin), dispersi CO diperkirakan mencapai jarak
vertikal 4 meter dari titik pengambilan sampel.
3. Hasil perbandingan konsentrasi karbon monoksida yang diukur dengan baku mutu udara
Nasional endapatkan hasil :
Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwakonsentrasi karbon monoksida (CO) yang
telah dimodelkan dengan Guisse Plume masih berada di bawah baku mutu kadar karbon
monoksida (CO) dalam udara ambien. Pengukuran dilakukan siang hari yaitu pada pukul
10.00 WIB – 11.00 WIB, hal ini berpengaruh pada jumlah kendaraan yang melintas.
29
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, J., & purqon, A. (2016). Pemodelan Polusi Udara dengan Gaussian Plume. PROSIDING
SNIPS .
Anjarsari, I. (2019). Evaluasi Kualitas Udara Karbon Monoksida (CO) Akibat Lalu Lintas
Kendaraan Bermotor di Kampus I UIN Sunan Ampel Surabaya. Surabaya: UIN Sunan
Ampel.
Aziz, M. N. (2016). Rancang Bangun Sistem Monitoring Kadar Gas Karbon Monoksida dan
Senyawa Hidrokarbon pada Kabin Mobil Menggunakan Sensor Gas TGS 2201 Berbasis
Arduino. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Cahyono, B. (2013). Penggunaan Software Matrix Laboratory (Matlab) dalam Pembelajaran
Aljabar Linier. Jurnal Phenomenon, 45-62.
Hasibuan, F., Warsito, & Suciyati, S. W. (2015). Simulasi Model Dispersi Polutan Gas dan
Partikulat Molekul pada Pabrik Semen dengan Menggunakan Software Matlab 7.12.
Jurnal Teori dan Aplikasi Fisika, 142-150.
Houcque, D., (2005). Introduction to MATLAB for Engineering Student, s.l.: Northwestern
University.
Iodice, P., & Senatore, A. 2015. Air Pollution And Air Quality State In An Italian National
Interest Priority Site. Part 2: The Pollutant Dispersion, Energy Procedia 81, 637 – 643.
Jaya, Z. (2017). Analisis Pengaruh Lalu Lintas Kendaraan Bermotor di Jalan Pelabuhan terhadap
Baku Mutu Udara Ambien. Jurnal Rekayasa Sipil, 55-66.
MathWork, (2008). MATLAB 7 Getting Started Guide, 3 Apple Hill Drive, Natick, MA 01760-
2098: The MathWork, Inc..
MathWork, (2016). MATLAB Primer, 3 Apple Hill Drive, Natick, MA 01760-2098: The
MathWorks, Inc
Patmasari, S. 2018. Model Matematika Dari Penyebaran Polutan Di Udara Dengan Model
Gaussian Plume, MATHunesa Jurnal Ilmiah Matematika, 6(2), ISSN 2301-911.
Sinaga. (2017). Analisi Dampak Kualitas Udara Karbon Monoksida (Co) Di Sekitar Jl. Pemuda
Akibat Kegiatan Car Fee Day Menggunakan Program Caline4 Dan Surfer . Jurnal Teknik
Lingkungan , 9.
Wardhana, A.W. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan, Cetakan III. Yogyakarta: Andi
Offset.
Zakaria, N., & Azizah, R. (2013). Analisis Pencemaran Udara (SO2), Keluhan Iritasi
Tenggorokan dan Keluhan Kesehatan Iritasi Mata pada Pedagang Makanan disekitar
Terminal Joyoboyo Surabaya. The Indonesian Journal of Occupational Safety and Health,
75-81.
30
Zhou, Y., Mao, H., Demerjian, K., Hogrefe, C., & Liu, J. (2017). Regional and Hemispheric
Influences on Temporal Variability in Baseline Carbon Monoxide and Ozone over the
Northeast US. USA: EPA.
31