Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“UPAYA PENGENDALIAN KARBON MONOKSIDA


DALAM UDARA (CO) “

Disusun Oleh:

Ega Dwi Maharani (PO71331210021)

Dosen Pengampu:

Fakhrida Khairat, SKM, M.Kes

NIP : 196609051987032001

JURUSAN KESEHATAN LINGKUNGAN PRODI SANITASI LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI

TAHUN 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas Makalah “ Uapaya Pengendalian Gas Karbon
Monoksida (CO)”.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu Fakhrida Khairat, SKM, M.Kes selaku
Dosen Pembimbing mata kuliah Penyehatan udara.

Kami menyadari bahwa Makalah ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis
mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Akhir kata kami berharap semoga Laporan ini
dapat bermanfaat bagi perkembangan seluruh profesi kesehatan, khususnya dalam ruang
lingkup Prodi Sanitasi Lingkungan di Poltekkes Kemenkes Jambi.

Jambi, 27 Agustus 2023

Ega Dwi Maharani

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................................. 1


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................ 2
BAB I ...................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ................................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ............................................................................................................................................ 2
BAB II ..................................................................................................................................................... 3
PEMBAHASAN ...................................................................................................................................... 3
2.1 Pengertian Karbon Monoksida (CO) ............................................................................................... 3
2.2 Pencemaran Udara Akibat Aktivitas Transportasi ............................................................................ 4
2.3 Klasifikasi Jalan dan Sistem Jaringan Jalan ..................................................................................... 5
2.4 Sumber-Sumber CO........................................................................................................................ 6
2.5 Dampak Negatif Karbon Monoksida (CO) ...................................................................................... 7
2.6 Standar Baku Mutu Udara Ambien .................................................................................................. 9
2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Polutan Udara ......................................................10
2.8 Model Sebaran Gas Karbon Monoksida (CO) ................................................................................12
2.9. Pengendalian Pencemaran Udara Ambien .....................................................................................13
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................15
3.1 Kesimpulan ...................................................................................................................................15
3.2 Saran .............................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................................16
LAMPIRAN ...........................................................................................................................................17

ii
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Udara berperan sebagai salah satu komponen lingkungan yang sangat dibutuhkan oleh
manusia untuk mempertahankan kehidupannya. Pengelompokan udara terbagi menjadi
dua, yaitu udara emisi dan udara ambien. Udara emisi adalah udara yang langsung
dikeluarkan oleh sumber emisi seperti cerobong asap suatu industri, sedangkan udara
ambien adalah udara bebas yang ada di permukaan bumi. Kualitas udara, baik udara
ambien maupun udara emisi yang dihirup oleh manusia merupakan faktor penentu yang
penting bagi kesehatan manusia. Secara umum, udara mengandung berbagai jenis zat
yang dapat mendukung bahkan melemahkan kesehatan manusia, seperti oksigen (O2),
dan zat yang dapat melemahkan kesehatan manusia, yaitu zat-zat kimia berbahaya dan
mikroba pencemar di udara dalam kadar yang berlebihan (polutan udara).
Pencemaran udara dapat didefinisikan sebagai hadirnya substansi di udara dalam
konsentrasi yang cukup untuk menyebabkan gangguan pada manusiahewantanaman
maupun materialSubstansi ini bisa berupa gascair maupun partikel padatAda lima jenis
polutan di udara, yaitu partikulat dengan diameter kurang dari 10 um (PM10)sulfur
dioksida (SO2), nitrogen dioksida (NO2)karbon monoksida (CO) dan timbaleSedangkan
menurut PP No1 Tahun 1999 Pencemmaran Udara itu sendiri adalah masuk atau
dimasukkannya makhluk hidupzatenergidan atau komponen lain ke udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Pencemaran udara di perkotaan merupakan permasalahan yang sangat serius dan
memerlukan perhatian khusus dari pemerintahLebih dari 80% orang yang tinggal di
daerah perkotaan terpapar pencemaran udara (Nurwita2020)Menurut WHO (2018)
negara-negara dengan penghasilan menengah dan rendah mendapat paparan pencemaran
udara tertinggibaik di dalam maupun di luar ruanganPertumbuhan penduduk di berbagai
kota besar menimbulkan dampak berupa peningkatan pemenuhan kebutuhan energi dan
transportasi yang lebih tinggiMenurut WHO (2014) menyatakan bahwa pencemaran
udara merupakan risiko gangguan kesehatan terbesar di dunia diperkirakan data tahun
2016 sekitar 6,5 juta orang meninggal tiap tahun akibat paparan polusi udara. Pencemaran
udara di Indonesia mengakibatkan 16.000 kematian setiap tahunnya. I dari 10 orang
menderita infeksi saluran pernapasan atas dan 1 dari 10 anak menderita asma (Kurniawati
and Nurullita, 2017)Faktor-faktor tersebut dapat menjadi konstribusi yang sangat
signifikan terhadap pencemaran udara perkotaan yang berasal dari jalan utama yang padat
kendaraanJumlah kendaraan di Indonesia tahun 2016 mencapai 112.205.711 unitnaik
sekitar 10- 15% dari tahun sebelumnya (BPS, 2017)Jumlah kendaraan meningkat 6 juta
unit setiap tahunnyaBerdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS)jumlah kendaraan pada
tahun 2019 yaitu 133.617.012 unit (BPS2020)Sedangkan untuk jumlah kendaraan
bermotor di wilayah kota Yogyakarta pada tahun 2018 sebesar 1.409.840 unit (Dinas
Perhubungan DIY2019).

1
Udara ambien pada keadaan normal terdiri dari gas nitrogen (78%), gas oksigen
(20%), gas argon (0,93%), dan gas karbon dioksida (0,03%). Komposisi udara ambien
ini dapat mengalami perubahan yang diakibatkan oleh polusi udara. Polusi udara dapat
ditimbulkan dari hasil pembakaran yang tidak sempurna. Proses pembakaran tersebut
menghasilkan gas-gas yang berbahaya bagi lingkungan, khususnya udara, seperti gas
karbon monoksida (CO), gas karbon dioksida (CO2), gas hidrokarbon (HC), gas nitrogen
monoksida (NO), gas nitrogen dioksida (NO2), gas sulfur monoksida (SO), dan gas
sulfur dioksida (SO2).
Sumber utama pencemaran udara oleh polutan udara adalah aktivitas transportasi
khususnya kendaraan bermotor Peningkatan jumlah transportasi memberikan dampak
negatif terhadap kualitas udaraDi kota-kota besar, kontribusi gas buang kendaraan
bermotor sebagai sumber polusi udara mencapai 60-70%sedangkan kontribusi gas buang
dari cerobong asap industri hanya berkisar 10-15%, sisanya berasal dari sumber
pembakaran lain misalnya dari rumah tangga pembakaran sampah kebakaran hutan dan
lain-lain (Dinas Lingkungan Hidup Kota Surabaya2017)
Penyebaran polutan udara dipengaruhi oleh beberapa faktoryaitu arah
anginkecepatan anginsuhu udara, kelembapan udaradan cuacaMenurut Agustina et
al(2019), konsentrasi polutan di udara selain dipengaruhi oleh jumlah sumber pencemar
(Tampubolon, 2010) juga dipengaruhi oleh parameter meteorologis yaitu suhu udara dan
kecepatan angin (Neiburger dkk., 1994)Selain itu, naiknya suhu dan curah hujan juga
berpengaruh terhadap kenaikan CO₂ dari permukaan (Raich dan Schlesinger, 1992;
Shinjo dkk.. 2006; Martin dkk2007)Dari beberapa lokasi, suhu dan RH juga menjadi
kontributor utama dalam variabilitas konsentrasi dari CO (Mahesh dkk... 2018)Menurut
Soedomo dkk.. (1990)transportasi darat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap
setengah dari total emisi partikel SPM10 untuk sebagian besar timbal, CO, HC, dan NOx
di daerah perkotaan, dengan konsentrasi utama terdapat di daerah lalu lintas yang padat,
di mana tingkat pencemaran udara sudah dan/atau hampir melampaui standar kualitas
udara ambien (Hudha et al2019).
Kendaraan bermotor merupakan sumber polutan CO yang utama (sekitar
59,2%)maka daerah-daerah yang berpendudukan padat dengan lalu lintas ramai
memperlihatkan tingkat polusi CO yang tinggi Konsentrasi CO di udara per waktu dalam
satu hari dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan bermotor yang ada.
Semakin ramai kendaraan bermotor yang ada, semakin tinggi tingkat polusi CO di udara
(Prabowo & Muslim, 2018).

1.2 Rumusan Masalah


 Bagaimana Kadar kandungan Karbon Monoksida dalam udara?
1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui bagaimana kadar Karbon Monoksida di dalam udara

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Karbon Monoksida (CO)
Karbon monoksida (CO) adalah gas beracun, tidak berwarnatidak berbau, dan tidak
berasaKarena sifatnya yang tidak berbauCO biasanya bercampur dengan gas-gas lain
yang berbau sehingga CO dapat terhirup secara tidak sadar bersamaan dengan
terhirupnya gas lain yang berbauCO merupakan salah satu polutan yang terdistribusi
paling luas di udaraSetiap tahunCO dilepaskan ke udara dalam jumlah yang paling
banyak di antara polutan udara yang lain, kecuali karbon dioksida (CO2)Di daerah
dengan populasi tinggi, rasio mixing CO bisa mencapai 1 hingga 10 ppm (LAPAN2010)

1. Sifat dan Karakteristik Karbon Monoksida

Karbon dan oksigen dapat bergabung membentuk senyawa karbon monoksida (CO)
sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai
hasil pembakaran sempurnaKarbon Monoksida adalah gas yang tidak berwarnatidak
berbautidak mempunyai rasatitik didih -192° C, tidak larut dalam air, dan beratnya
96,5% dari berat udara (Wichayo, 2010 dalam Mallongi, 2019)Karbon monoksida
terdiri dari satu atom karbon yang berikatan secara kovalen dengan satu atom
oksigenKarbon monoksida dihasilkan dari pembakaran yang tidak sempurna dari
senyawa karbonKarbon monoksida terbentuk apabila terdapat kekurangan oksigen
dalam pembakaran.
2. Kegunaan dan Manfaat Karbon Monoksida
Karbon monoksida digunakan dalam sistem kemasan produk di Amerika Serikat,
utamanya digunakan dalam produk-produk daging segar seperti daging kerbau dan
babi. Karbon monosida berkombinasi dengan myoglobin membentuk
karboksimioglobinsebuah pigmen cerah yang berwarna merah ceriKarboksimioglobin,
yang dapat dioksida menjadi pigmen coklat, metmioglobinWarna merah yang stabil ini
dapat bertahan lebih lama, sehingga memberikan kesan kesegaran. Teknologi ini
pertama kali diberikan status "Generally recognized as safe" (secara umum dikenal
aman) oleh Food and Drug Administration (FDA) pada tahun 2002 untuk penggunaan
sistem kemasan sekunderPada tahun 2004FDA menginjinkan penggunaan CO sebagai
metode kemasan primer dan menyatakan bahwa CO tidak menutupi bau
busukWalaupun begitu, teknologi ini masih kontroversial di Amerika Serikat oleh
karena kekhawatiran CO akan menutupi bau busuk makanan.

Selain ituCO meregulasi reaksi peradangan yang dapat mencegah berkembangnya


beberapa penyakit seperti aterosklerosis atau malaria beratCO adalah nutrien bagi
bakteri, CO diproduksi via reduksi karbon diosida dengan enzom karbon monoksida
dehirogenase, sebuah protein yang mengandung Fe-Ni-S. Dikenal juga sebuah protein
sensor-CO yang berdasarkan heme, CooA. Cakupan peranan biologis zat ini masih
tidak jelas, namun tampaknya merupakan bagian dari lintasan signal pada bakteri dan
arkeaCO juga baru-baru ini dikaji di beberapa laboratorium riset di seluruh dunia atas

3
sifatnya yang anti-peradangan dan sitoprotektif yang dapat digunakan unutk terapi
pencegahan kondisi patologis seperti cedera reperfusi iskemia, penolakan trasplan,
aterosklerosis, spesi, malaria berat, atau autoimunitas. Sampai sekarang ini tidak ada
aplikasi medis CO kepada manusia.

2.2 Pencemaran Udara Akibat Aktivitas Transportasi


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian
Pencemaran Udara"Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya zat, energi,
dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh. kegiatan manusia, sehingga
mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien
tidak dapat memenuhi fungsinya" Peraturan pemerintah ini juga menggolongkan
sumber pencemaran udara atas lima yakni:

3. Sumber bergerak yaitu sumber emisi yang bergerak atau tetap pada suatu
tempat yang berasal dari kendaraan bermotor;
4. Sumber bergerak spesifik serupa dengan sumber bergerak namun berasal dari
kereta api, pesawat terbang, kapal, laut dan kendaraan berat lainnya;

5. Sumber tidak bergerak yaitu sumber emisi yang tetap pada suatu tempat
6. Sumber tidak bergerak spesifik serupa dengan sumber tidak bergerak namun
berasal dari kebakaran hutan dan pembakaran sampah;

7. Sumber gangguan yaitu sumber pencemar yang menggunakan media udara


atau padat untuk penyebarannya sumber ini berupa dari kebisingan getaran, kebauan
dan gangguan lain.

Pencemaran udara umumnya terjadi pada daerah perkotaanhal ini disebabkan kerena
banyaknya aktivitas manusia dan sektor-sektor penunjang terjadinya pencemaran
udara. Sumber polutan penyebab terjadinya perubahan kualitas udara tersebut berasal
dari berbagai sektor seperti sektor industri limbah. rumah tangga pembakaran sampah
dan sektor transportasi (Sabki. 2002). Mekanisme pencemaran udara merupakan suatu
sistem yang terdiri atas tiga. komponen dasar yaitu sumber emisi, atmosfer dan
penerima Hubungan antara ketiga komponen dasar.

Polusi udara dapat disebabkan oleh aktivitas manusia yaitu antara lain oleh industri
transportasi, power plant aktivitas rumah tanggadan perkantoranDi antara sumber
polutan tersebut kendaraan bermotor merupakan sumber polutan terbesar, dimana pada
kota besar 98% polutan udara berasal dari kendaraan bermotor (Santi2001)Menurut
BPLHD Jawa Barat (2009) faktor-faktor yang menyebabkan tingginya polusi yang
disebabkan oleh sektor transportasi yaitu sebagai berikut (perkembangan jumlah
kendaraan yang cepat/eksponensial)
1. Tidak seimbangnya prasarana transportasi dengan jumlah kendaraan yang ada.

4
2. Pola lalu lintas perkotaan yang berorientasi memusat, akibat terpusatnya
kegiatan-kegiatan perekonomian dan perkantoran di pusat kota.

3. Masalah turunan akibat pelaksanaan kebijakan pengembangan kota yang ada,


misalnya daerah pemukiman penduduk yang semakin menjauhi pusat kota.
4. Kesamaan waktu aliran lalu lintas;

5. Jenis umur dan karakteristik kendaraan bermotor;


6. Faktor perawatan kendaraan;

7. Jenis bahan bakar yang digunakan


8. Jenis permukaan jalan.
9. Siklus dan pola mengemudi (driving pattern).
2.3 Klasifikasi Jalan dan Sistem Jaringan Jalan
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No34 Tahun 2006 tentang Jalan,
klasifikasi jalan menurut fungsinya terbagi menjadi empat jalan yaitu:

8. Jalan Arteri

Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama dengan
ciri perjalanannya jarak jauhdengan kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan masuk
ke jalan ini sangat dibatasi
9. Jalan Kolektor
Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan dengan ciri-
ciri perjalanan jarak sedangkecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
10. Jalan Lokal

Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendek, kecepatan rata-rata rendah dan jalan masuk
tidak dibatasi.
11. Jalan Lingkungan

Jalan lingkungan merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat
dengan ciri-ciri perjalanan jarak pendekkecepatan rata-rata rendah dan jalan masuk
dibatasi
Menurut peranan pelayanan jasa distribusinya, diklasifikasikan dalam 2 sistemyaitu (PP
No34 Tahun 2006):
1. Sistem jaringan jalan primer jaringan jalan.
Sistem jaringan jalan primer disusun berdasarkan rencana tata ruang dan pelayanan
distribute barang dan jasa untuk pengembangan semua wilayah ditingkat

5
nasionaldengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat-
pusat kegiatan sebagai berikut:

a. Menghubungkan secara terus menerus pusat kegiatan nasionalpusat kegiatan


wilayah, pusat kegiatan lokal sampai ke pusat kegiatan lingkungan.
b. Menghubungkan antar pusat kegiatan nasional

2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder


Sistem jaringan jalan sekunder disusun berdasarkan rencana tata ruang wilayah
kabupaten/kota dan pelayanan distribusi barang dan jasa untuk masyarakat di dalam
kawasan perkotaan kota tersebut. Adapun implementasi pengelompokan jalan menurut
fungsinya dalam sistem jaringan jalan, dibedakan sebagai berikut:

1. Sistem jaringan jalan primer meliputi jaringan jalan arteri primer jaringan
jalan kolektor primer dan jaringan jalan lokal primer.
2. Sistem jaringan jalan sekunder, meliputi: Jaringan jalan arteri sekunder,
jaringan jalan kolektor sekunder dan jaringan jalan lokal sekunder.

2.4 Sumber-Sumber CO
Karbon monoksida berupa gas dan merupakan komponen esensial untuk kehidupan
organismedan juga merupakan unsur pokok minor atmosfer sekitar 0,4 %. Bertambahnya
gas CO pada umumnya terjadi karena pembakaran batu bara, minyak, dan gas dalam
skala besar. Akibat dari pembakaran yang berlebihan maka terjadi akumulasi CO2 di
atmosfer sehingga suhu bumi meningkat Distribusi gas karbon dioksida adalah atmosfer,
teresfer dalam lautan, sebagai bahan bakar dalam fosil dan dalam lautan bersifat hidup
dan sedimen.
Karbon monoksida berasal dari pembakaran tidak sempurna bensin di dalam mobil
pembakaran di perindustrian, pembangkit listrik pemanas timah pembakaran di
pertaniandan sebagainya.

Semakin tinggi suhu hasil pembakaran maka jumlah gas CO yang terdisosiasi menjadi
CO dan O akan semakin banyaksuhu tinggi merupakan pemicu terjadinya gas
COSumber pencemaran gas CO terutama berasal dari pembakaran bahan bakar fosil
(minyak maupun batubara) pada mesin mesin penggerak transportasiPenyebaran gas CO
di udara tergantung pada keadaan lingkunganuntuk daerah perkotaan yang banyak
kegiatan industrinya dan lalu lintasnya padatudaranya sudah banyak tercemar oleh gas
COsedangkan daerah pinggiran kota atau desacemaran CO di udara relatif
sedikitTernyata tanah yang masih terbuka dimana belum ada bangunan di atasnyadapat
membantu penyerapan gas COkarena mikroorganisme yang ada di dalam tanah mampu
menyerap gas CO yang terdapat di udaraAngin dapat mengurangi konsentrasi gas CO
pada suatu tempat karena dipindahkan ke tempat lain.

6
Menurut Kusminingrum 2008pada mesin kendaraan bermotorbensin oksidasi bensin
adalah sebagai berikut yang teroksidasi dengan sempurna akan menghasilkan H:O dan
CO:reaksi

Tahap 1:2 CH2 (201) O2n CO 2 (n+1) HO


Tahap II: 2 CO0:-2 CO:
Namun apabila jumlah Odari udara tidak cukup atau tidak tercampur baik dengan
bensinmaka pada pembakaran ini akan selalu terbentuk gas CO yang tidak teroksidasidi
bawah ini disajikan hubungan antara gas CO yang dihasilkan dengan kecepatan
kendaraan:
2.5 Dampak Negatif Karbon Monoksida (CO)
Pengaruh beracun CO terhadap tubuh terutama disebabkan oleh reaksi antara CO dengan
hemoglobin (Hb) di dalam darahHemoglobin di dalam darah secara normal berfungsi
dalam sistem transport untuk membawa oksigen dalam bentuk Oksihemoglobin (O:Hb)
dari sel- sel tubuh ke paru-paruDengan adanya CO dalam hemoglobin dapat membentuk
karboksihemoglobinJika reaksi demikian terjadimaka kemampuan darah untuk
mentranspor oksigen menjadi berkurangFaktor penting yang menentukan pengaruh CO
terhadap tubuh manusia adalah konsentrasi COHb yang terdapat di dalam darah, dimana
semakin tinggi persentase hemoglobin yang terikat dalam bentuk COHb, semakin parah
pengaruhnya terhadap kesehatan manusia.

Estimasi dosis pemajanan sangat tergantung kepada tinggi rendahnya pencemar yang
dikaitkan dengan kondisi lalu lintas pada saat tertentu, pengaruh yang merugikan mulai
dari meningkatnya kematian akibat adanya episode smog sampai pada gangguan estetika
dan kenyamanan. Gangguan kesehatan lain seperti kanker pada paru-paru atau organ
tubuh lainnya, penyakit pada saluran tenggorokan yang bersifat akut maupun kronis, dan
kondisi yang diakibatkan karena pengaruh bahan pencemar terhadap organ lain seperti
paru-paru dan sistem sarafKarena setiap individu akan terpajan oleh banyak senyawa
secara bersamaansering kali sangat sulit untuk menentukan senyawa atau kombinasi
senyawa mana yang paling berpengaruh membahayakan kesehatan.

Gas CO dalam jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan


kesehatan bahkan juga dapat menimbulkan kematian, karbon monoksida (CO) apabila
terhirup ke dalam paru-paru akan ikut masuk ke peredaran darah dan menghalangi
masuknya oksigen yang dibutuhkan oleh tubuh, hal ini dapat terjadi karena gas CO yang
bersifat racun ikut bereaksi secara metabolis dengan darah. Ikatan karbon monoksida
dengan darah (karboksihemoglobin) lebih stabil dari pada ikatan oksigen dengan darah
(oksihemoglobin), keadaan ini menyebabkan darah menjadi lebih mudah menangkap gas
CO dan menyebabkan fungsi vital darah sebagai pengangkut oksigen tergangguDalam
keadaan normal konsentrasi CO di dalam darah berkisar antara 0,2 % sampai 1,0% dan
rata-rata sekitar 0,5 %. Di samping itukadar CO dalam darah dapat seimbang selama
kadar CO di atmosfer tidak meningkat dan kecepatan pernafasan tetap konstan.

7
Karbon monoksida dapat terikat lebih kuat dengan hemoglobin darah dan membentuk
karboksihemoglobin (COHb) sehingga menyebabkan terhambatnya pasokan oksigen ke
jaringan tubuh. Pajanan CO diketahui dapat mempengaruhi kerja jantung (sistem
kardiovaskuler)sistem saraf pusatjanindan semua organ tubuh yang peka terhadap
kekurangan oksigen. Pengaruh CO terhadap sistem kardiovaskuler cukup nyata teramati
walaupun dalam kadar rendahpenderita penyakit jantung dan penyakit paru merupakan
kelompok yang paling peka terhadap pajanan COStudi eksperimen terhadap pasien
jantung dan penyakit pasien paru menemukan adanya hambatan pasokan oksigen ke
jantung selama melakukan latihan gerak badan pada kadar COHb yang cukup rendah 2,7
%.

Pengaruh Karbon monoksida (CO) terhadap tubuh manusia tidak sama untuk manusia
yang satu dengan yang lainDaya tahan tubuh manusia ikut menentukan toleransi tubuh
terhadap pengaruh adanya karbon monoksida (Wardhana, 2004)Keracunan gas
monoksida (CO) dapat ditandai dari keadaan yang ringan berupa pusingsakit kepala dan
mualKeadaan yang lebih berat dapat berupa menurunnya kemampuan gerak
tubuhgangguan pada sistem kardiovaskulerserangan jantung sampai pada kematian
(Mukono 2006)Efek gas CO bagi tubuh manusia.

 Dampak Pencemaran Karbon Monoksida terhadap Lingkungan

8
Menurut Akmal (2009) bahwa sudah sejak lama diketahui bahwa gas CO dalam
jumlah banyak (konsentrasi tinggi) dapat menyebabkan gangguan pada ekosistem
dan lingkungan. Bahkan karbon monoksida dengan kadar yang berlebihan dapat
memberi dampak kepada hewan dengan hampir menyerupai dampak yang terjadi
pada manusia, seperti menyebabkan kematian.

Pada sebuah penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh paparan asap knalpot
dengan kadar CO 1800 ppm terhadap gambaran histopatologi otot jantung tikus
WistarPerubahan struktur histopatologis otot jantung yang dilihat berupa sel otot
jantung yang nekrosis. Selain dikarenakan efek dari ikatan karboksihemoglobin
yang menyebabkan hipoksia organ termasuk jantunggas CO yang berada di jaringan
ekstravaskuler (10-15% ) akan meningkat myoglobin, sitokrom P 450 dan enzim
sitokrom oksidase a3 mitokondria miokardium menyebabkan hasil oksidasi
mitokondaria berupa Adenosin Tri posfat (ATP) berkurangAdenosin Tri Posfat
(ATP) merupakan bahan sangat penting bagi aktivitas neuron dan
miokardiumsehingga daya kontraktil miokardium menurun, terjadi hipotensi aritmia
ventrikuler sehingga dapat terjadi kematian mendadak (sudden death).

Bagi tumbuhan, kadar CO 200 ppm dengan waktu kontrak 24 jam dapat
mempengaruhi kemampuan fiksasi nitrogen oleh bakteri bebas terutama yang
terdapat pada akar tumbuhan (Anonim2010)Pada materialdampak pencemaran
udara oleh karbon monoksida adalah menghitamnya benda-benda pada daerah yang
telah tercemar oleh karbon monoksida
2.6 Standar Baku Mutu Udara Ambien
Menurut Edhyansyah (1991), baku mutu udara adalah batasan yang variasi waktu
berdasarkan pengaruhnya terhadap kesehatan dan keselamatan makhluk hidup dan
benda-benda. Penetapan baku mutu dirumuskan dengan mempertimbangkan aspek-aspek
sosial, ekonomidan teknologi, baku mutu udara diijinkan mengenai hubungan antara
kualitas udara atau kuantitas udara dengan yang telah ditetapkan dalam baku mutu
lingkungan ada dua jenis:

 Baku mutu udara Emisi


Baku mutu udara emisi adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar untuk dikeluarkan dari sumber pencemar ke udara sehingga tidak
mengakibatkan dilampauinya baku mutu udara ambien.
 Baku udara ambien

Baku mutu udara ambien adalah batas kadar yang diperbolehkan bagi zat atau bahan
pencemar yang terdapat di udara, namun tidak menimbulkan gangguan bagi
makhluk hidup, tumbuh-tumbuhan, dan bendaIndonesia telah mengatur baku mutu
konsentrasi pencemar di udara ambien berdasarkan Peraturan Pemerintah No 41
Tahun 1999 seperti yang diperlihatkan dalam Tabel.

9
2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Konsentrasi Polutan Udara
12. Kendaraan Bermotor
Kendaraan bermotor merupakan sumber polutan CO yang utama (sekitar 59,2%)maka
daerah-daerah yang berpendudukan padat dengan lalu lintas ramai memperlihatkan
tingkat polusi CO yang tinggiKonsentrasi CO di udara per waktu dalam satu hari
dipengaruhi oleh kesibukan atau aktivitas kendaraan bermotor yang adaSemakin ramai
kendaraan bermotor yang ada, semakin tinggi tingkat polusi CO di udara.

13. Meterologi

Menurut Zhang et al(2015) dalam Sibarani et al(2021)parameter meteorologi adalah


salah satu faktor penting yang mempengaruhi kualitas udara perkotaan. Suhu udara,
kelembapan relatif, serta kecepatan dan arah angin dianggap sebagai faktor utama
karena dapat mempengaruhi proses dispersimekanisme penghapusandan pembentukan
partikel atmosferProses- proses tersebut dapat memainkan peran penting dalam
mengendalikan konsentrasi polutan udaraSelain itumenurut Shukla et
al(2008)parameter hujan juga dapat mempengaruhi konsentrasi polutan udara karena
dapat menghilangkan polusi gas dan pengendapan partikulat melalui proses kimia
atmosfer.
Pencemaran udara terjadi karena adanya sumber-sumber pencemar yang
mengemisikan polutan ke lingkungan dan ditransfer dari sumbernya menuju

10
lingkungan oleh faktor- faktor meteorologis seperti arah angin, kecepatan angindan
sebagainya.

a. Suhu Udara
Suhu dapat menyebabkan polutan dalam atmosfer yang lebih rendah dan
tidak menyebarPada musim kemarau keadaan udara lebih kering dengan suhu
cenderung meningkat serta angin yang bertiup lambat dibanding dengan
keadaan hujan maka polutan udara pada keadaan musim kemarau cenderung
tinggi karena tidak terjadi pengenceran polutan di udara. Suhu udara yang
tinggi akan menyebabkan udara makin renggang sehingga konsentrasi
pencemar menjadi makin rendah. Suhu udara yang tinggi akan menyebabkan
bahan pencemar dalam udara terbentuk partikel menjadi kering dan ringan
sehingga bertahan lebih lama di udaraterutama pada musim kemarau dimana
hujan jarang turun

b. Kelembapan Udara
Kelembapan udara didefinisikan sebagai banyaknya uap air dalam udara.
Kondisi udara yang lembap akan membantu proses pengendapan bahan
pencemar, sebab dengan keadaan udara yang lembab maka beberapa bahan
pencemar berbentuk partikel (misalnya debu) akan berikatan dengan air yang
ada dalam udara dan membentuk partikel yang berukuran lebih besar
sehingga mudah mengendap ke permukaan bumi oleh gaya tarik bumi.

c. Kecepatan Angin

Kecepatan angin di suatu daerah akan menyebarkan polutan di udara ke area


lainMenurut Noviani et al, (2013) dalam Wirosoedarmo et al,
(2020)kecepatan angin berbanding terbalik dengan konsentrasi pencemar CO
yang dihasilkan, hal ini berarti semakin besar kecepatan angin yang
berhembusmaka konsentrasi CO akan semakin kecilkarena konsentrasi
pencemar CO terdispersi ke segala arah. Selain itumenurut Sutiawan et
al(2016) dalam Wirosoedarmo et al(2020), kecepatan angin yang tinggi yang
melewati suatu daerah menyebabkan konsentrasi CO yang berada di daerah
tersebut ikut terbawa, hal ini mengakibatkan konsentrasi CO menjadi
berkurang dan pada saat pengukuran cenderung menjadi lebih rendah.
d. Tekanan udara adalah tekanan kolom udara di lapisan atmosfer bumibesarnya
tekanan udara tersebut dinyatakan dalam 1 atmTekanan udara tertentu dapat
mempercepat atau menghambat terjadinya suatu reaksi kimia antara pencemar dengan
zat pencemar di udara atau zat-zat yang ada di udara sehingga pencemar udara dapat
bertambah ataupun berkurang.

e. Hujan
Hujan merupakan suatu partikel air di udara yang bergerak dari atas jatuh ke
bumi yang dapat menyerap pencemar gas tertentu ke dalam partikel air, serta

11
dapat menangkap partikel debu yang inert maupun partikel debu yang
lainDebu akan menempel pada partikel air dan dibawa jatuh ke bumidengan
demikian pencemar dalam bentuk partikel dapat berkurang konsentrasinya
akibat jatuhnya hujan.

f. Stabilan Atmosfer
Stabilitas atmosfer merupakan kecendrungan atmosfer untuk menahan
gerakan vertikal atau untuk menekan turbulensi yang ada, yang
mempengaruhi kemampuan atmosfer untuk mendispersikan polutan-polutan
yang teremisikan ke atmosferMenurut Soedomo (1999), stabilitas atmosfer
merupakan indikator kapasitas dispersiparameter ini adalah faktor penting
yang mempengaruhi konsentrasi pencemar udara di atmosfer dan merupakan
fungsi dari distribusi temperatur secara vertikalStabilitas atmosfer
dipengaruhi oleh kecepatan anginselain dipengaruhi radiasi sinar matahari
(insolasi) pada siang hari dan penutupan awan (night cloudiness) pada malam
hariPenentuan stabilitas atmosfer suatu wilayah dapat ditentukan dengan
menggunakan Tabel berikut ini:

g. Volume Lalu Lintas


Volume lalu lintas dihitung berdasarkan jumlah kendaraan rata-rata yang
lewat pada suatu titik di ruas jalan untuk kategori sepeda motor, kendaraan
penumpang, dan kendaraan berat. Menurut Hoesodo (2004), volume lalu
lintas. menunjukkan tingkat kepadatan lalu lintas kendaraan bermotor pada
suatu ruas jalan. Volume pada suatu jalan dapat bervariasi dari waktu ke
waktu (bervariasi dari tahun ke tahun, minggu ke minggu, atau jam ke jam).
Untuk mengetahui volume lalu lintas dilakukan penghitungan jumlah
kendaraan yang melewati titik pengamatan pada interval waktu tertentu.
Periode waktu yang diterapkan bervariasi, dapat dari 15 menit sampai dengan
satu tahun, tergantung dari tujuan penggunaan data volume tersebut..
2.8 Model Sebaran Gas Karbon Monoksida (CO)
Pemodelan kualitas udara sangat penting karena membantu untuk memprediksi dampak
dari pembangunan suatu kegiatan yang nantinya digunakan sebagai bahan dasar

12
pertimbangan para stakeholder untuk membuat keputusan mengenai arahan
pengembangan suatu daerahDampak pencemaran udara pada lingkungan perkotaan telah
menjadi isu penelitian penting yang mengarah pada beberapa studi yang berhubungan
dengan pengaruh bangunan dan struktur kota pada akumulasi polutan dan pola dispersi,
dimana model yang digunakan pada penelitian ini yaitu model street canyon.

Hubungan antara emisi dan udara diartikan dengan model dispersi pencemaran, model
dikembangkan berdasarkan teori statistik Taylor dengan pendekatan dispersi polutan
sebagai fungsi nilai variable acakParameter utamanya adalah kondisi meteorologi serta
konsentrasi polutan, dimana kondisi topografis serta efek bangunan jarang tergabung
pada model. Ada empat model yang dikembangkan berdasarkan konsep iniyaitu: model
Langrange, model Kmodel Box dan model Gaussian.
Menurut Soedomo 1990)model yang dikembangkan terdiri atas beberapa sub model
yaitu:

14. Sub model emisi pencemaran


Data masukan untuk sub-model emisi adalah informasi sumber pencemar yang
ditekankan pada penggunaan energi padas sektor transportasidata masukan dalam sub-
model ini akan menghasilkan emission load dari sumber emisi transportasi dan akan
diolah datanya bersama-sama dengan hasil sub-model meteorologi untuk membuat
dispersi pencemar.

15. Sub model Metereologi


Data masukan untuk sub-model meteorologi meliputi data arah dan kecepatan angin,
radiasi matahariserta ketinggian lapisan pencampurSub-model ini digunakan untuk
menghitung frekuensi distribusi dari data meteorologi selama 1 tahunhasil keluaran
sub-model ini akan menjadi masukan dalam sub-model dispersi bersama dengan data
keluaran sub-model emisi.
16. Sub-model dispersi karbon monoksida (CO)

Sub-model dispersi dan difusi ini menggunakan metode Eulerian Multi Box Model
(Model Multi Kotak Eulerian)Kalau model Gaussian pertama-tama dikembangkan
untuk mengolah emisi dari sebuah sumber titik (plumes) dalam skala lokalmodel multi
kotak sengaja dikembangkan sebagai model regionaluntuk menangani pencemaran di
daerah urban yang secara spesifik akan mengolah penyebaran pencemar di daerah
berdasarkan distribusi emisi pencemarnyaDalam model multi-kotak, atmosfer di atas
daerah studi dibagi-bagi dalam grid (kotak) dan aliran pencemar ke dalam dan keluar
setiap kotak dapat dihitung.
2.9. Pengendalian Pencemaran Udara Ambien
Pengendalian pencemaran udara akibat kendaraan bermotor merupakan salah satu bagian
dalam pengendalian pencemaran udara akibat sistem dan sarana transportasi. Kendaraan
bermotor dalam hal ini merupakan salah satu sumber pencemar yang terkait dengan
sistem dan sarana transportasi. Dalam dasar penetapan kebijakan pengendalian

13
pencemaran udara pada dasarnya mencakup banyak pertimbangan, baik aspek teknis dan
teknologi pengendalian itu sendiri, maupun aspek sosial dan ekonomi yang akan terkait
dengan strategi pengendalian dan teknologi pengendalian yang diterapkanDi negara-
negara maju, pengendalian polusi udara yang berasal dari kendaraan bermotor sudah
dilakukan, sebagai usaha yang telah dilakukan untuk mengontrol polusi di udara
kebanyakan ditujukan untuk mengurangi polusi CO dari kendaraan bermotor karena
sebanyak 64% dari seluruh emisi CO dihasilkan dari transportasi terutama yang
menggunakan bahan bakar (oli/bensin). Hasil pembakaran mesin ini selain mengandung
CO juga mengandung campuran NOxHC dan partikel sehingga masalah yang harus
dipecahkan juga Menurut Ryadi (1982), pengendalian pencemaran udara akibat
kendaraan bermotor mencakup upaya-upaya pengendalian baik secara langsung maupun
tidak langsung yang dapat menurunkan tingkat emisi gas buang yang berasal dari
kendaraan bermotor secara efektifPendekatan-pendekatan strategis yang mungkin
diterapkan adalah:

1. Penurunan laju emisi dari setiap kendaraan untuk setiap kilometer jalan yang
ditempuh;

2. Penurunan jumlah dan kerapatan total kendaraan di dalam suatu daerah tertentu
3. Melakukan pengujian kendaraan bermotor secara berkala terhadap setiap kendaraan
wajib uji yang merupakan serangkaian kegiatan menguji dan memeriksa bagian-bagian
kendaraan wajib uji dalam rangka pemenuhan persyaratan teknis dan layak jalan.

Integrasi yang baik antara tataguna lahan dan penataan transportasi merupakan kunci
dalam mengendalikan pencemaran udaraPembangunan pusat- pusat perbelanjaan,
sekolah, rumah sakit yang tidak terkonsentrasi dalam suatu wilayah akan dapat
mengurangi jarak perjalanan yang ditempuh sehingga emisi yang dihasilkan dari
pergerakan kendaraan dapat ditekanTersedianya transportasi massal yang nyaman dan
aman merupakan solusi untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi serta
mendorong penggunaan transportasi umum.

14
BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Ada 3 tahapan yang di lakukan untuk memprediksi tingkat pencemaran udara akibat
aktivitas transportasi yaitu :

a) Kadar Karbon Monoksida (CO) pada saat ini atau kondisi eksisting 2021 sebesar
60,819 ppm/vol 3 jam atau sebesar 24,854 ppm/vol per jam dan 10 tahun mendatang menjadi
sekitar 220,486 ppm/vol3jam atau sekitar 58,985 ppm/jam. Kondisi paparan eksisting
tergolong cukup baik karena nilai kadar Karbon Monoksida masih dibawah Baku Mutu
Uadar Ambient. Namun di tahun 2022 nilai kadar CO sebesar 30.911,46 µg/Nm3 dalam
waktu 1 jam, yang mana nilai tersebut sudah melampaui Baku Mutu Udara Ambient dan akan
terus bertambah sampai tauhun 2031. Sementara kadar Nitrit Oksida (NOx) dan Timah (Pb)
pada saat ini atau kondisi eksisting 2021 saja sudah berada jauh diatas standar baku mutu
yang disyaratkan yaitu 400 g/Nm3 per jam.

b) Jenis polutan yang harus dikelola dampaknya adalan Karbon Monoksida (CO),
Nitrit Oksida (NOx) dan Timbal/Timah (Pb). Potensi gangguan kesehatan yang diakibatkan
oleh kadar polutan tersebut antara lain gangguan sistem pernapasan (bronchitis, pneumonia),
mual/pusing, kehilangan keseimbangan dan kanker.
c) CO ternyata berpotensi menjadi pemicu dan/atau penyebab peningkatan resiko
kecelakaan karena serapan CO dalam kadar 30 ppm selama 8 jam per hari dapat
menimbulkan gangguan psikologis (emosional) dan gangguan keseimbangan (sistem kontrol
syaraf pengemudi).

Strategi dasar yang dipakai adalah dengan pengendalian pada sumber pencemar,
pengendalian pada penerima polutan (recipient) dan pengendalian kualitas lingkungan di
lokasi tercemar. Teknik pengendalian dan/atau penanganan adalah dengan teknik
pengendalian polutan pada sumber pencemar, teknik pengendalian polutan pada penerima
cemaran dan teknik pengendalian kualitas lingkungan di lokasi tercemar.
3.2 Saran
1. Melakukan pemantauan kualitas udara di jalan raya secara rutin untuk mengetahui
konsentrasi polutan di udara ambien sehingga dapat melakukan pengendalian dan
pencegahan pencemaran udara.
2. Melakukan penelitian lanjutan pemantauan kualitas udara dan parameter meteorologi
dengan menggunakan variasi pemodelan lain atau perangkat lunak seperti Surfer 10
atau ArCGIS 10.
3. Melakukan pengendalian pencemaran udara untuk mencegah terjadinya polusi udara
akibat CO maupun polutan lainnya dengan menanam pohon disekitar jalan,
mengganti sumber emisi, dan pengendalian lainnya.

15
DAFTAR PUSTAKA

Hermana, Joni. 2003. Bagaimana Kondisi Kualitas Udara Di Kota Surabaya


Saat Ini?. Orasi Ilmiah Dies Natalis ITS, Surabaya. Diakses pada 3 oktober 2023
pukul 20.08

Hidayat, T. 2013. Pemetaan Dispersi Gas Karbon monoksida (CO) Dari Sektor
Kendaraan Bermotor di Kota Padang, Tugas Akhir, Universitas Andalas, Padang.
Diakses pada 3 oktober 2023 pukul 20.30

Hoesodo, D. 2004. Permodelan Pencemaran Udara Akibat Lalu Lintas di Jalan


Arteri (Studi Kasus Ruas Jalan Soekarno-Hatta di Kota Bandung). Semarang: Program
Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. Diakses pada 3 oktober pukul
22.00.

Yulianti et al. 2013. Analisis Konsentrasi Gas Karbon Monoksida (CO) Pada
Ruas Jalan Gajah Mada Pontianak. Universitas Tanjungpura : Pontianak. Jurnal
Teknik Lingkungan. Diakses pada 3 oktober 2023 pukul 21.00.
https://journal.unwim.ac.id/index.php/geoplanart/article/viewFile/222/160

Joseph et al. 2003. Sensors, Chemical Sensors, Electrochemical Sensors, and


ECS. Journal of The Electrochemical Society. 150 (2) S11-S16. Diakses pada 3
oktober pukul 21.30. https://repository.its.ac.id/2159/1/3315201011-
Master_Theses.pdf

Soekamto, Tomie Hermawa dan Perdanakusuma David. 2005.”Intoksikasi


Karbon Monoksida”. Jurnal. Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Diakses pada 3 oktober 2023 pukul 22.45.
https://ejournal.undip.ac.id/index.php/ilmulingkungan/article/view/2086/0

16
LAMPIRAN

17

Anda mungkin juga menyukai