NATA FIRDAUS
16.52.017551
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Swt atas segala limpahan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal Skripsi
ini. Dalam proses pengerjaan proposal ini, saya melakukan berbagai percobaan
yang tak lupa mendapat bimbingan, arahan dan pengetahuan sehingga saya
mampu menyelesaikan proposal ini dengan baik. Dengan ada proposal ini, saya
selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis
3
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 5
A. Latar Belakang ............................................................................ 5
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
E. Batasan Masalah ......................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 10
A. Pengertian Pencemaran ............................................................. 10
B. Pengertian Pencemaran Udara ................................................. 11
C. Pengertian Emisi ......................................................................... 13
D. Pengertian Emisi Gas Buang...................................................... 13
E. Penyebab Emisi Gas Buang........................................................ 14
F. Sumber Pencemaran Udara ....................................................... 15
G. Jenis-Jenis Pencemaran Udara .................................................. 16
H. Komponen Pencemar Udara dari Kendaraan Bermotor ........ 17
I. Dampak Emisi Gas Buang .......................................................... 22
J. Pengertian Kendaraan Bermotor .............................................. 28
K. Pengertian Honda Scoopy .......................................................... 29
L. Pengertian QROTECH-401 ....................................................... 29
M. Pengertian Bahan Bakar Minyak .............................................. 29
N. Pengertian Pertalite..................................................................... 30
O. Pengertian Pertamax................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 31
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................... 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 31
C. Alat dan Bahan ............................................................................ 32
D. Pengukuran .................................................................................. 32
E. Prosedur dan Pengambilan data................................................ 32
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin
penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah
pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil,
diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas. Salah satu pencemaran
yang terjadi di Indonesia adalah pencemaran udara.
semakin lama waktu menetapnya. BPLH DKI (2013) dalam Ismayanti, dkk
(2014) menambahkan bahwa sekitar 71% pencemar adalah oksida nitrogen
(NOx), 15% pencemar oksida sulfur (SOx), dan 70% pencemar partikulat
(PM10).
oleh kendaraan bermotor sangat berbahaya bagi lingkungan serta makhluk hidup
(Suhadi, 2005).
B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja motor honda scoopy dengan menggunakkan bahan
bakar pertalite dan pertamax ?
2. Bagaimana perbandingan emisi gas CO, HC, CO2 dan O2 yang telah
dikeluarkan oleh motor honda scoopy dengan menggunakkan bahan bakar2
pertalite dan pertamax ?
3. Apakah emisi gas buang yang dikeluarkan oleh honda scoopy dengan
menggunakkan bahan bakar pertalite dan pertamax sesuai dengan baku
mutu ?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kinerja mesin motor honda scoopy dengan
menggunakkan bahan bakar pertalite dan pertamax
2. Untuk mengetahui perbandingan emisi gas CO, HC, CO2 dan O2 yang
telah dikeluarkan oleh motor honda scoopy dengan menggunakkan bahan
bakar pertalite dan pertamax
3. Untuk mengetahui bahan bakar yang tepat digunakan untuk kendaraan
bermotor sesuai standar yang telah ditetapkan.
D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diharapkan menjadi sumber acuan dalam
penggunaan bahan bakar yang tepat sehingga mesin motor dapat berjalan dengan
baik serta mengurangi emisi gas CO, HC, CO2 dan O2 di lingkungan sekitar.
E. Batasan Masalah
penelitian yang dilakukan dapat mengarah tepat pada sasaran dan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian, maka peneliti memfokuskan masalah pada
perbandingan emisi gas CO, HC, CO2 dan O2 yang dikeluarkan oleh honda
scoopy dengan menggunakkan bahan bakar pertalIte dan pertamax serta bahan
bakar yang tepat untuk kendaraan sesuai standar yang telah ditetapkan serta
9
melihat kinerja honda scoopy dengan menggunakkan bahan bakar pertalite dan
pertamax.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pencemaran
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti
berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan
proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan.
Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi di mana saja dengan laju
yang sangat cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah
industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. (Wikipedia, 2015)
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
No. 4 Tahun 1982).
Peristiwa pencemaran lingkungan disebut polusi. Zat atau bahan yang
dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat
disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap
makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara
berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat
rnemberikan efek merusak.
11
C. Pengertian Emisi
Emisi adalah zat, energi atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu
kegiatan yang masuk atau dimasukkannya ke dalam udara yang mempunyai
atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Namun secara umum,
emisi dapat di analogikan sebagai pancaran, misalnya: pancaran sinar, elektron
atau ion. Berdasarkan peristiwanya, dapat terjadi akibat terganggunya suatu
sistem yang melampaui suatu batas energi sehingga terjadi suatu emisi.
Asap yang mengepul dari knalpot kendaraan bermotor tidak hanya
mencemari udara di langit Jakarta, tapi juga meningkatkan suhu di kota
metropolis ini. Seperti diketahui, emisi gas buang dari cerobong asap kapal
mesin mengandung CO2, NO2, SOx, CO, hidrokarbon dan partikel-partikel
berat lainnya. Gas buang ini bereaksi dengan udara dan menimbulkkan reaksi
kimia yang lambat laun berpengaruh terhadap komposisi kimia atmosfir bumi.
Perubahan ini menimbulkan efek rumah kaca (green house effect) yang
menyebabkan temperatur udara meningkat. NO2, CO dan hidro karbon dari
cerobong kapal ditengarai memiliki kontribusi terhadap rusaknya lapisan ozon
paling bawah (ground level ozon) yang membahayakan kesehatan manusia dan
tumbuh-tumbuhan di bumi.
Pengukuran satelit terhadap kandungan NO2 dari Global Ozone
Monitoring Experiment (GOME) di atas Samudra Hindia dan dari Instrument
Scanning Imaging Absorption Spectro Meter for Atmospheric Cartography
(SCIAMACHY) yang dipasang pada satelit ENVISAT di atas Laut Merah dan
Samudra Hindia dengan jelas menunjukkan hal ini.
atmosfer yang disebabkan oleh efek rumah kaca. Efek rumah kaca ialah
fenomena menghangatnya bumi karena radiasi sinar matahari dari permukaan
bumi dipantulkan kembali ke angkasa yang terperangkap oleh "selimut" dari
gas-gas CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), N2O(nitrogen dioksida), PFCS
(perfluorokarbon), HFCS (hidrofluorokarbon), dan SF6 (sulfurheksafluorida)
disebabkan karena gas kendaraan bermotor seperti mobil, motor dan kendaraan
kendaraan lainnya.
Hubungan perubahan iklim, efek rumah kaca, dan pemanasan global
adalah efek rumah kaca menyebabkan terjadinya pemanasan global yang dapat
menyebabkan perubahan iklim. Hubungan di antara ketiganya adalah
hubungan sebab-akibat.
Secara langsung dan tak langsung emisi menyumbangkan lebih dari 35%.
Tidak semua gas beracun dapat menyebabkan emisi CO2 dari waktu ke waktu
terus meningkat baik pada tingkat global, regional, nasional pada suatu negara
maupun lokal untuk suatu kawasan. Hal ini terjadi karena semakin besarnya
penggunaan energi dari bahan organik (fosil), perubahan tataguna lahan dan
kebakaran hutan, serta peningkatan kegiatan antropogenik.
Walaupun emisi CO2 dikatakan besar, tetapi sampai saat ini belum
terdapat alat untuk mengakumulasi emisi CO2 ini. Kalaupun ada baru terbatas
pada emisi yang dihasilkan oleh kebakaran hutan yang terdapat di Sulawesi
Tengah dan Kalimantan Tengah. Alat ukur yang terdapat saat ini baik di tepi
jalan raya atau dari satelit, bukan mengukur emisi CO2 tetapi konsentrasi dari
CO2. Antara emisi dan konsentrasi berbeda baik definisi maupun satuannya.
Pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya temperatur rata-rata di
seluruh permukaan bumi yang disebabkan karena akumulasi panas di atmosfer
yang disebabkan oleh efek rumah kaca.
4. Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon terdiri dari elemen hidrogen dan karbon. HC dapat
berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom
karbon pembentuk HC, maka molekul HC cenderung berbentuk padatan.
HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan
lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam
kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat
dan akhirnya menggumpal menjadi debu (Depkes).
Sumber HC antara lain transportasi, sumber tidak bergerak, proses
industri dan limbah padat. HC merupakan sumber polutan primer karena
dilepaskan ke udara secara langsung. Molekul ini merupakan sumber
fotokimia dari ozon. Bila pencemaran udara oleh HC disertai dengan
pencemaran oleh nitrogen oksida (NOx), maka akan terbentuk Peroxy
Acetyl Nitrat dengan bantuan oksigen (Sunu, 2001).
5. Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama
dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan
22
secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar yang berbentuk padatan
(Mulia, 2005).
Partikel merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai
senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter
yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500
mikron. Partikel debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang
relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk ke dalam
tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Partikel pada umumnya
mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda dengan berbagai
ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber
emisinya (Depkes).
Berbagai proses alami yang menyebabkan penyebaran partikel di
atmosfer, misalnya letusan vulkano dan hembusan debu serta tanah oleh
angin. Aktivitas manusia juga berperan dalam penyebaran partikel,
misalnya dalam bentuk partikel-partikel debu dan asbes dari bahan
bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja, dan asap dari proses
pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber
partikel yang utama adalah dari pembakaran bahan bakar dari
sumbernya diikuti oleh proses-proses industri (Fardiaz, 1992).
hingga hampir 6 kali bila lalu lintas tidak mengalami kemacetan. Paparan
tersebut yang memberikan beban kepada masyarakat di sekitar jalan, baik
pemukim, pengasong, polisi lalu litas, maupun pekerja di pinggir jalan, karena
mereka menghirup karbonmonoksida (CO) setiap harinya. Gangguan sesak
napas, pusing-pusing, kehilangan kesadaran hingga penurunan tingkat
kecerdasan merupakan dampak langsung paparan bahan pencemar terhadap
tubuh manusia. Masyarakat yang memiliki risiko paling tinggi adalah mereka
yang memiliki aktivitas tinggi di sekitar jalan (pedagang kaki lima, polisi,
pemukim di sekitar jalan, dan sopir). Kelompok masyarakat tersebut memiliki
kerentanan tinggi dari paparan gas karbon monoksida (CO).
Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat pencemar udara yang
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia,
serta lingkungan hidup. Sumber pencemar ini juga menimbulkan dampak
terhadap lingkungan atmosfer yang lebih besar seperti hujan asam, kerusakan
lapisan ozon stratosfer, dan perubahan iklim global. Zat-zat yang diemisikan
dari knalpot kendaraan bermotor adalah CO2, CO, NOx, HC, SOx, PM10, dan
Pb (dari bahan bakar yang mengandung timah hitam/timbal). Hasil kajian
terdahulu seperti the Study on the Integrated Air Quality Management for
Jakarta Area (JICA, 1997) dan Integrated Vehicle Emission Reduction Strategy
for Greater Jakarta (ADB, 2002) menyimpulkan bahwa sektor transportasi
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencemaran udara perkotaan
(Suhadi, 2005). Dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh sektor transportasi
berdasarkan zat pencemar antara lain:
1. Karbon Monoksida (CO)
Keracunan gas monoksida (CO) dapat ditandai dari keadaan ringan,
berupa pusing, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat berupa
menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem
kardiovaskuler, serangan jantung hingga kematian. Hubungan antara
konsentrasi CO, lama terpapar, dan efek yang timbul dapat dilihat dalam
tabel 2.2 berikut (Wardhana, 2004):
24
No Konsentrasi CO Lama
Efek
(ppm) Terpapar
No Konsentrasi Efek
(ppm)
1 3–5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi
2 8–12
tenggorokan
Sumber: www.depkes.go.id
Jenis Konsentrasi
Dampak Kesehatan
Hidrokarbon (ppm)
100 Iritasi membran mukosa
3.000 Lemas setelah ½ - 1 jam
Benzene (C6H6) Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1
7.500
Jam
20.000 Kematian setelah pemaparan 5-10 menit
Pusing, lemah, dan berkunang-kunang setelah
200
pemaparan 8 jam
Toluena (C7H8)
Kehilangan koordinasi, bola mata terbalik
600
setelah pemaparan 8 jam
Sumber : Ebenezer, dkk (2006). Pengaruh Bahan Bakar Transportasi
terhadap Pencemaran Udara dan Solusinya.
5. Partikel
Pengaruh partikel debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara
sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikel debu yang
membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai
dengan 10 mikron. Pada umumnya ukuran partikel debu sekitar 5 mikron
merupakan partikel udara yang dapat langsung masuk ke dalam paru-paru
dan mengendap di alveoli. Namun, bukan berarti bahwa ukuran partikel
yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya karena partikel yang lebih
besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan
iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi
sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga. Selain dapat
berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat
28
N. Pengertian Pertalite
Pertalite merupakan jenis BBM baru yang telah diluncurkan Pertamina
untuk memenuhi Surat Keputusan Dirjen Migas Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 313 Tahun 2013 yang isinya menetapkan standar
mutu (spesifikasi) bahan bakar minyak jenis bensin 90 yang dipasarkan di
dalam negeri. Keunggulan Pertalite versi Pertamina antara lain Pertalite dinilai
lebih bersih daripada premium karena memiliki RON di atas 88 yang
terkandung dalam premium (Ningrat, dkk. 2016). Selain itu juga ditambahkan
zat aditif EcoSAVE. Zat adiktif EcoSAVE ini bukan untuk meningkatkan RON
tetapi agar mesin menjadi bertambah halus, bersih dan irit (Saputra, dkk. 2017)
O. Pengertian Pertamax
Pertamax merupakan BBM yang dibuat menggunakan tambahan zat aditif
dan memiliki angka oktan atau Research Octane Number (RON) 92
diperuntukkan untuk mesin kendaraan yang mempunyai rasio kompresi antara
9:1 sd 10:1 (Pertamina, 2018). Pertamax pertama kali diluncurkan pada tahun
1999 sebagai pengganti Premix 98 karena unsur Methyl Tertra Buthyl Ether
(MTBE) yang berbahaya bagi lingkungan (Ningrat, dkk. 2016). Bahan bakar
pertamax sudah tidak menggunakan campuran timbal sehingga dapat
mengurangi racun gas buang kendaraan bermotor seperti nitrogen oksida dan
karbon monoksida. Bensin pertamax berwarna kebiruan dan memiliki
kandungan maksimum sulfur (S) 0,1%, oksigen (O) 2,72%, pewarna 0,13
gr/100 L, tekanan uap 45 ÷ 60 kPa, titik didih 205ºC, serta massa jenis (suhu
15ºC) 715 ÷ 780 kg/m3 (Mulyono, dkk. 2014).
31
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Sampling
yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan
menggunakkan alat. Data primer didapatkan melalui pengukuran emisi gas
buang pada saat pengambilan data. Sedangkan data sekunder yang berasal
dari Pandangan hasil dari data yang didapatkan kemudian di analisa dan
literatur-literatur pendukung digunakan untuk menyusun hasil penelitian.
2. Bahan
Bahan uji yan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Pertalite
b. Pertamax
D. Pengukuran
Pada penelitian ini, pengukuran yang dilakukan mempunyai beberapa
sasaran yaitu mengetahui nilai emisi gas buang pada saat menggunakkan bahan
bakar pertalite dan pertamax. Pada tahap ini dilakukan pengambilan data emisi
gas buang menggunakkan alat QRO TECH 401 sebelum motor digunakan dan
sesudah motor di gunakan.
5. Tekan tombol print untuk melihat hasil dari pengujian emisi tersebut.
MULAI
FINISH
34
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
1. Menyiapkan Alat
2. Hari pertama Mengisi BBM dengan menggunakkan bahan bakar pertalite
sebanyak 2 liter
3. Mengecek emisi menggunakkan alat uji emisi sebelum motor dipakai
4. Menggunakkan motor scoopy satu hari penuh sampai habis (dari jam
07.00 – 16.00 WIB)
5. Mengecek kembali emisi yang dikeluarkan pada saat setelah motor
digunakan
6. Setelah bahan bakar pertalite habis, hari kedua di istirahatkan motor nya
7. Di hari ketiga mengisi BBM dengan menggunakkan bahan bakar
pertamax sebanyak 2 liter
8. Mengecek emisi menggunakkan alat uji emisi sebelum motor dipakai
9. Menggunakkan motor scoopy satu hari penuh sampai habis (dari jam
07.00 – 16.00 WIB)
10. Mengecek kembali emisi yang dikeluarkan pada saat setelah motor
digunakan
11. Setelah bahan bakar pertamax habis, hari keempat di istirahatkan motor
nya
12. Di hari kelima mengisi BBM dengan menggunakkan bahan bakar
pertalite sebanyak 2 liter
13. Mengecek emisi menggunakkan alat uji emisi sebelum motor dipakai
14. Menggunakkan motor scoopy satu hari penuh sampai habis (dari jam
07.00 – 16.00 WIB)
15. Mengecek kembali emisi yang dikeluarkan pada saat setelah motor
digunakan
16. Setelah bahan bakar pertalite habis, hari keenam di istirahatkan motor nya
17. Di hari ketujuh mengisi BBM dengan menggunakkan bahan bakar
pertamax sebanyak 2 liter
18. Mengecek emisi menggunakkan alat uji emisi sebelum motor dipakai
19. Menggunakkan motor scoopy satu hari penuh sampai habis (dari jam
07.00 – 16.00 WIB)
35
20. Mengecek kembali emisi yang dikeluarkan pada saat setelah motor
digunakan
21. Setelah bahan bakar pertamax habis, hari kedelapan di istirahatkan motor
nya
22. Di hari kesembilan mengisi BBM dengan menggunakkan bahan bakar
pertalite sebanyak 2 liter
23. Mengecek emisi menggunakkan alat uji emisi sebelum motor dipakai
24. Menggunakkan motor scoopy satu hari penuh sampai habis (dari jam
07.00 – 16.00 WIB)
25. Mengecek kembali emisi yang dikeluarkan pada saat setelah motor
digunakan
26. Setelah bahan bakar pertalite habis, hari kesepuluh di istirahatkan motor
nya
27. Di hari sebelas mengisi BBM dengan menggunakkan bahan bakar
pertamax sebanyak 2 liter
28. Mengecek emisi menggunakkan alat uji emisi sebelum motor dipakai
29. Menggunakkan motor scoopy satu hari penuh sampai habis (dari jam
07.00 – 16.00 WIB)
30. Mengecek kembali emisi yang dikeluarkan pada saat setelah motor
digunakan
31. Setelah bahan bakar pertamax habis, hari ke dua belas di istirahatkan
motor nya.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. ADB, (2002)
2. Agusgindo, (2007)
3. Ambar Yuliastuti, (2008)
4. Anies, (2015)
5. Anonim (1997)
6. Bachrun (1993)
7. Badan Pusat Statistik, (2015)
8. Chahaya, (2003)
9. Chandra, (2006)
10. Darmono, (2008)
11. Depkes,(2014)
12. Ebenezer, (2006)
13. Fardiaz, (1992)
14. Fergusson dalam Raka (2002)
15. Ismiyati dkk (2014)
16. JICA, (1997)
17. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 tentang
Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara,
18. Kurniawan, (2013)
19. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
20. Mulia (2005)
21. Mursid R,etal, Jurnal Kimia Lingkungan, (2007)
22. Ningrat, dkk. (2016)
23. Nugroho (2005)
24. Saputra, dkk. (2017)
25. Sastrawijaya, A.T. (1991)
26. Sugiarta, (2008)
27. Suhadi. (2005)
28. Sunu (2001)
37