Anda di halaman 1dari 37

1

PROPOSAL SKRIPSIALAMAN JUDUL


ESTIMASI EMISI GAS BUANG DARI MOTOR SCOOPY DENGAN
BAHAN BAKAR PERTALITE DAN PERTAMAX

Diajukan Kepada Program Studi Teknik Lingkungan


Universitas Muhammadiyah Palangkaraya Untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Derajat Sarjana Strata Satu (S1) Teknik Lingkungan

NATA FIRDAUS
16.52.017551

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA
2019
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kepada Allah Swt atas segala limpahan rahmat,
hidayah, dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Proposal Skripsi
ini. Dalam proses pengerjaan proposal ini, saya melakukan berbagai percobaan
yang tak lupa mendapat bimbingan, arahan dan pengetahuan sehingga saya
mampu menyelesaikan proposal ini dengan baik. Dengan ada proposal ini, saya
selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat Nya .


2. Bapak A. Imam Santoso, ST.,M.Ling selaku dosen pembimbing Saya
yang telah membantu dalam pembuatan Proposal ini, baik dengan
saran dan juga kritiknya.
3. Seluruh teman teman kami yang selalu ada dan mendukung kami.
saya berharap, proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca,
menambah pengetahuan, dan mempermudah percobaan yang hendak dilakukan.
saya menyadari banyak kekurangan yang terdapat pada proposal skripsi ini. Oleh
karena itu saya mengharapkan kritik dan saran demi kesempurnaan proposal
skripsi ini untuk ke depannya.

Palangka Raya, 02 November 2019

Penulis
3

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR ................................................................................... 2
DAFTAR ISI .................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 5
A. Latar Belakang ............................................................................ 5
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 8
C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 8
E. Batasan Masalah ......................................................................... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ........................................................................ 10
A. Pengertian Pencemaran ............................................................. 10
B. Pengertian Pencemaran Udara ................................................. 11
C. Pengertian Emisi ......................................................................... 13
D. Pengertian Emisi Gas Buang...................................................... 13
E. Penyebab Emisi Gas Buang........................................................ 14
F. Sumber Pencemaran Udara ....................................................... 15
G. Jenis-Jenis Pencemaran Udara .................................................. 16
H. Komponen Pencemar Udara dari Kendaraan Bermotor ........ 17
I. Dampak Emisi Gas Buang .......................................................... 22
J. Pengertian Kendaraan Bermotor .............................................. 28
K. Pengertian Honda Scoopy .......................................................... 29
L. Pengertian QROTECH-401 ....................................................... 29
M. Pengertian Bahan Bakar Minyak .............................................. 29
N. Pengertian Pertalite..................................................................... 30
O. Pengertian Pertamax................................................................... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 31
A. Pendekatan dan Metode Penelitian ........................................... 31
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................................... 31
C. Alat dan Bahan ............................................................................ 32
D. Pengukuran .................................................................................. 32
E. Prosedur dan Pengambilan data................................................ 32
4

F. Prosedur Pengujian Emisi .......................................................... 33


LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN ..................................................... 34
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 36
5

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pencemaran lingkungan merupakan masalah kita bersama, yang semakin
penting untuk diselesaikan, karena menyangkut keselamatan, kesehatan, dan
kehidupan kita. Siapapun bisa berperan serta dalam menyelesaikan masalah
pencemaran lingkungan ini, termasuk kita. Dimulai dari lingkungan yang terkecil,
diri kita sendiri, sampai ke lingkungan yang lebih luas. Salah satu pencemaran
yang terjadi di Indonesia adalah pencemaran udara.

Pencemaran udara sudah lama menjadi masalah kesehatan pada masyarakat,


terutama di negara-negara industri yang banyak memiliki pabrik dan kendaraan
bermotor (Chandra, 2006). Sekitar 70% penduduk kota di dunia pernah
menghirup udara kotor akibat emisi kendaraan bermotor. Kontribusi gas buang
kendaraan bermotor sebagai sumber pencemaran udara di kota-kota besar
mencapai 60-70%. Gas buangan dari cerobong asap industri berkisar antara 10-
15%, sedangkan sisanya berasal dari sumber pembakaran lain seperti pembakaran
sampah serta kebakaran hutan. Jarang disadari bahwa, penyebab utama
pencemaran udara terbesar adalah gas dan partikel yang diemisikan oleh
kendaraan bermotor (Anies, 2015).

Pencemaran udara semakin hari semakin memprihatinkan. Terutama dikota-


kota besar yang banyak terdapat pengguna kendaraan bermotor. Menurut Ismiyati
dkk (2014), kendaraan bermotor menyumbang 85% pencemaran udara yang
mengandung timah hitam (dikenal juga dengan nama timbal dan Plumbum),
suspended particulate matter (SPM), oksida nitrogen (NOx), oksida sulfur (SOx),
Hidrokarbon (HC), karbonmonoksida (CO) dan oksida fotokimia (Ox).
Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Indonesia, akan meningkatkan
pencemaran udara di lingkungan.

Menurut Fergusson dalam Raka (2002), bahan pencemar (polutan) yang


berasal dari gas kendaraan bermotor umumnya berupa gas hasil sisa pembakaran
dan partikel logam berat seperti timbal. Timbal yang dikeluarkan dari kendaraan
bermotor rata-rata berukuran 0,02-0,05 µm. Semakin kecil ukuran partikelnya
6

semakin lama waktu menetapnya. BPLH DKI (2013) dalam Ismayanti, dkk
(2014) menambahkan bahwa sekitar 71% pencemar adalah oksida nitrogen
(NOx), 15% pencemar oksida sulfur (SOx), dan 70% pencemar partikulat
(PM10).

Indonesia merupakan salah satu negara yang terus mengalami peningkatan


jumlah kendaraan bermotor untuk setiap tahunnya. Data dari Badan Pusat Statistik
(BPS) tahun 2012 menunjukkan bahwa, jumlah kendaraan yang terdapat di
Indonesia adalah sebanyak 94.373.324 unit, dan data terakhir tahun 2013 jumlah
kendaraan bermotor telah mencapai 104.118.969 unit. Hal ini menunjukkan,
secara tidak langsung pencemaran udara di Indonesia akan semakin meningkat
seiring dengan peningkatan jumlah kendaraan bermotor tersebut (Badan Pusat
Statistik, 2015).

Pencemaran udara banyak memberikan pengaruh terhadap kehidupan manusia


baik pada orang dewasa maupun anak-anak (Darmono, 2008). Studi penelitian
menunjukkan bahwa, angka kematian akibat pencemaran udara berjumlah
50.000-100.000 orang setiap tahunnya. Negara-negara berkembang seperti
Indonesia data kesakitan dan kematian yang disebabkan oleh pencemaran udara
sampai sekarang belum tersedia, namun diduga kondisinya jauh lebih buruk dan
semakin hari semakin memprihatinkan (Anies, 2015).

Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat pencemar udara yang memberikan


dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia, serta
lingkungan hidup. Sumber pencemar ini juga menimbulkan dampak terhadap
lingkungan atmosfer yang lebih besar seperti hujan asam, kerusakan lapisan ozon
stratosfer, dan perubahan iklim global. Zat-zat yang diemisikan dari knalpot
kendaraan bermotor adalah CO2, CO, NOx, HC, SOx, PM10, dan Pb (dari bahan
bakar yang mengandung timah hitam/timbal). Hasil kajian terdahulu seperti the
Study on the Integrated Air Quality Management for Jakarta Area (JICA, 1997)
dan Integrated Vehicle Emission Reduction Strategy for Greater Jakarta (ADB,
2002) menyimpulkan bahwa sektor transportasi memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pencemaran udara perkotaan dan emisi yang dikeluarkan
7

oleh kendaraan bermotor sangat berbahaya bagi lingkungan serta makhluk hidup
(Suhadi, 2005).

Emisi gas buang kendaraan bermotor merupakan penyumbang terbesar


terjadinya pencemaran udara. Pencemaran udara terjadi jika udara diatmosfer
dicampuri dengan zat atau radiasi yang berpengaruh jelek terhadap organisme
hidup. Pencemaran udara merupakan masalah yang sangat penting untuk diatasi
karena dapat mengurangi kadar oksigen dalam udara yang dapat mempengaruhi
gangguan pernafasan. Seiring dengan semakin banyaknya kendaraan bermotor
bakar di kota-kota besar seluruh Indonesia pencemaran udarapun semakin naik.
Hal ini perlu mendapat perhatian lebih dari berbagai pihak untuk mengurangi
pencemaran udara tersebut (Sastrawijaya, A.T. 1991).
Pencemaran udara di Kota Palangkaraya, 70 persen di antaranya disumbang
oleh emisi gas buang dari kendaraan bermotor. Berbagai regulasi pemerintah
tentang pencemaran udara telah ditetapkan, tapi belum banyak memberikan
solusi.Disamping ketersediaan bahan bakar berkualitas di pasaran masih cukup
mahal. Sehingga pengguna kendaraan bermotor terutama roda dua cenderung
menggunakan bahan bakar yang murah dengan kualitas yang rendah. Para
pemilik dan pengguna kendaraan bermotor mungkin belum memahami efek
penggunaan bahan bakar, baik untuk kendaraannya sendiri, maupun terhadap
lingkungan, juga kesehatannya.
Jadi ditinjau dari dari permasalahan diatas, penulis mengambil judul
“Estimasi Emisi Gas Buang Dari Motor Scoopy Dengan Bahan Bakar Pertalite
dan Pertamax” agar dapat mengetahui jumlah emisi yang dikeluarkan oleh motor
scoopy dengan menggunakkan bahan bakar pertalite dan pertamax.
8

B. Perumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja motor honda scoopy dengan menggunakkan bahan
bakar pertalite dan pertamax ?
2. Bagaimana perbandingan emisi gas CO, HC, CO2 dan O2 yang telah
dikeluarkan oleh motor honda scoopy dengan menggunakkan bahan bakar2
pertalite dan pertamax ?
3. Apakah emisi gas buang yang dikeluarkan oleh honda scoopy dengan
menggunakkan bahan bakar pertalite dan pertamax sesuai dengan baku
mutu ?

C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui kinerja mesin motor honda scoopy dengan
menggunakkan bahan bakar pertalite dan pertamax
2. Untuk mengetahui perbandingan emisi gas CO, HC, CO2 dan O2 yang
telah dikeluarkan oleh motor honda scoopy dengan menggunakkan bahan
bakar pertalite dan pertamax
3. Untuk mengetahui bahan bakar yang tepat digunakan untuk kendaraan
bermotor sesuai standar yang telah ditetapkan.

D. Manfaat
Manfaat dari penelitian ini diharapkan menjadi sumber acuan dalam
penggunaan bahan bakar yang tepat sehingga mesin motor dapat berjalan dengan
baik serta mengurangi emisi gas CO, HC, CO2 dan O2 di lingkungan sekitar.

E. Batasan Masalah
penelitian yang dilakukan dapat mengarah tepat pada sasaran dan tidak
menyimpang dari tujuan penelitian, maka peneliti memfokuskan masalah pada
perbandingan emisi gas CO, HC, CO2 dan O2 yang dikeluarkan oleh honda
scoopy dengan menggunakkan bahan bakar pertalIte dan pertamax serta bahan
bakar yang tepat untuk kendaraan sesuai standar yang telah ditetapkan serta
9

melihat kinerja honda scoopy dengan menggunakkan bahan bakar pertalite dan
pertamax.
10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Pencemaran
Pencemaran adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi
dan/ atau komponen lain ke dalam air atau udara. Pencemaran juga bisa berarti
berubahnya tatanan (komposisi) air atau udara oleh kegiatan manusia dan
proses alam, sehingga kualitas air/ udara menjadi kurang atau tidak dapat
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran terhadap lingkungan oleh
berbagai aktivitas industri dan aktivitas manusia, maka diperlukan
pengendalian terhadap pencemaran lingkungan dengan menetapkan baku mutu
lingkungan.
Pencemaran terhadap lingkungan dapat terjadi di mana saja dengan laju
yang sangat cepat, dan beban pencemaran yang semakin berat akibat limbah
industri dari berbagai bahan kimia termasuk logam berat. (Wikipedia, 2015)
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai
dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup
No. 4 Tahun 1982).
Peristiwa pencemaran lingkungan disebut polusi. Zat atau bahan yang
dapat mengakibatkan pencemaran disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat
disebut polutan bila keberadaannya dapat menyebabkan kerugian terhadap
makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida dengan kadar 0,033% di udara
berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi dari 0,033% dapat
rnemberikan efek merusak.
11

B. Pengertian Pencemaran Udara


Pencemaran udara adalah kehadiran satu atau lebih substansi fisik, kimia,
atau biologi di atmosfer dalam jumlah yang dapat membahayakan kesehatan
manusia, hewan, dan tumbuhan, mengganggu estetika dan kenyamanan, atau
merusak properti.
Pencemaran udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun
kegiatan manusia. Beberapa definisi gangguan fisik seperti polusi suara, panas,
radiasi atau polusi cahaya dianggap sebagai polusi udara. Sifat alami udara
mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal,
regional, maupun global.
Pencemaran udara di dalam ruangan dapat mempengaruhi kesehatan
manusia sama buruknya dengan pencemaran udara di ruang terbuka.
(Wikipedia, 2014)
Pencemar udara dapat berupa gas dan partikel. Contohnya sebagai berikut:
1. Gas H2S. Gas ini bersifat racun, terdapat di kawasan gunung berapi,
bisa juga dihasilkan dari pembakaran minyak bumi dan batu bara.
2. Gas CO dan COz. Karbon monoksida (CO) tidak berwarna dan tidak
berbau, bersifat racun, merupakan hash pembakaran yang tidak
sempurna dari bahan buangan mobil dan mesin letup. Gas COZ dalam
udara murni berjumlah 0,03%. Bila melebihi toleransi dapat meng-
ganggu pernapasan. Selain itu, gas C02 yang terlalu berlebihan di bumi
dapat mengikat panas matahari sehingga suhu bumi panas. Pemanasan
global di bumi akibat C02 disebut juga sebagai efek rumah kaca
3. Partikel SOZ dan NO2. Kedua partikel ini bersama dengan partikel
cair membentuk embun, membentuk awan dekat tanah yang dapat
mengganggu pernapasan. Partikel padat, misalnya bakteri, jamur,
virus, bulu, dan tepung sari juga dapat mengganggu kesehatan
4. Batu bara yang mengandung sulfur melalui pembakaran akan
menghasilkan sulfur dioksida. Sulfur dioksida bersama dengan udara
serta oksigen dan sinar matahari dapat menghasilkan asam sulfur.
Asam ini membentuk kabut dan suatu saat akan jatuh sebagai hujan
yang disebut hujan asam. Hujan asam dapat menyebabkan gangguan
12

pada manusia, hewan, maupun tumbuhan. Misalnya gangguan


pernapasan, perubahan morfologi pada daun, batang, dan benih.
Sumber polusi udara lain dapat berasal dari radiasi bahan radioaktif,
misalnya, nuklir. Setelah peledakan nuklir, materi radioaktif masuk ke dalam
atmosfer dan jatuh di bumi. materi radioaktif ini akan terakumulusi di tanah,
air, hewan, tumbuhan, dan juga pada manusia. Efek pencemaran nuklir
terhadap makhluk hidup, dalam taraf tertentu, dapat menyebabkan mutasi,
berbagai penyakit akibat kelainan gen, dan bahkan kematian Pencemaran udara
dinyatakan dengan ppm (part per million) yang artinya jumlah cm3 polutan per
m3 udara.
Pengertian pencemaran udara berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
tahun 1997 pasal 1 ayat 12 mengenai Pencemaran Lingkungan yaitu
pencemaran yang disebabkan oleh aktivitas manusia seperti pencemaran yang
berasal dari pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran sampah, sisa pertanian,
dan peristiwa alam seperti kebakaran hutan, letusan gunung api yang
mengeluarkan debu, gas, dan awan panas.
Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara, pencemaran udara adalah masuknya atau
dimasukkannya zat, energi, dari komponen lain ke dalam udara ambien oleh
kegiatan manusia, sehingga mutu udara turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407
tahun 2002 tentang Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara,
pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau
komponen lain ke dalam udara oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara
turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan atau mempengaruhi
kesehatan manusia.
Selain itu, pencemaran udara dapat pula diartikan adanya bahan-bahan
atau zat asing di dalam udara yang menyebabkan terjadinya perubahan
komposisi udara dari susunan atau keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau
zat asing tersebut di dalam udara dalam jumlah dan jangka waktu tertentu akan
13

dapat menimbulkan gangguan pada kehidupan manusia, hewan, maupun


tumbuhan (Wardhana, 2004).

C. Pengertian Emisi
Emisi adalah zat, energi atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu
kegiatan yang masuk atau dimasukkannya ke dalam udara yang mempunyai
atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Namun secara umum,
emisi dapat di analogikan sebagai pancaran, misalnya: pancaran sinar, elektron
atau ion. Berdasarkan peristiwanya, dapat terjadi akibat terganggunya suatu
sistem yang melampaui suatu batas energi sehingga terjadi suatu emisi.
Asap yang mengepul dari knalpot kendaraan bermotor tidak hanya
mencemari udara di langit Jakarta, tapi juga meningkatkan suhu di kota
metropolis ini. Seperti diketahui, emisi gas buang dari cerobong asap kapal
mesin mengandung CO2, NO2, SOx, CO, hidrokarbon dan partikel-partikel
berat lainnya. Gas buang ini bereaksi dengan udara dan menimbulkkan reaksi
kimia yang lambat laun berpengaruh terhadap komposisi kimia atmosfir bumi.
Perubahan ini menimbulkan efek rumah kaca (green house effect) yang
menyebabkan temperatur udara meningkat. NO2, CO dan hidro karbon dari
cerobong kapal ditengarai memiliki kontribusi terhadap rusaknya lapisan ozon
paling bawah (ground level ozon) yang membahayakan kesehatan manusia dan
tumbuh-tumbuhan di bumi.
Pengukuran satelit terhadap kandungan NO2 dari Global Ozone
Monitoring Experiment (GOME) di atas Samudra Hindia dan dari Instrument
Scanning Imaging Absorption Spectro Meter for Atmospheric Cartography
(SCIAMACHY) yang dipasang pada satelit ENVISAT di atas Laut Merah dan
Samudra Hindia dengan jelas menunjukkan hal ini.

D. Pengertian Emisi Gas Buang


Emisi gas buang merupakan sisa hasil pembakaran mesin kendaraan baik
itu kendaraan beroda, perahu/kapal dan pesawat terbang yang menggunakan
bahan bakar. Biasanya emisi gas buang ini terjadi karena pembakaran yang
tidak sempurna dari sistem pembuangan dan pembakaran mesin serta lepasnya
14

partikel-partikel karena kurang tercukupinya oksigen dalam proses pembakaran


tersebut. Emisi Gas Buang merupakan salah satu penyebab terjadinya efek
rumah kaca dan pemanasan global yang terjadi akhir-akhir ini.
Emisi gas buang adalah sisa hasil pembakaran bahan bakar didalam mesin
pembakaran dalam, mesin pembakaran luar, mesin jet yang dikeluarkan
melalui sistem pembuangan mesin (Wikipedia,2014).
Emisi gas buang kendaraan bermotor diukur dalam gram per kendaraan
per km dari suatu perjalanan dan terkait dengan beberapa faktor seperti tipe
kendaraan, umur kendaraan, ambang temperatur dan ketinggian. Kendaraan
dengan usia dan jenis bahan bakar yang berbeda akan menghasilkan kadar
emisi yang berbeda juga (Ambar Yuliastuti, 2008).
Whitelegg (1993), Anonim (1997), dan Bachrun (1993) menyatakan ada
enam komponen polusi udara hasil emisi gas buang kendaraan bermotor yang
menjadi perhatian utama yaitu: karbon monoksida oksida sulfur, hidrokarbon,
oksida nitrogen, partikel dan timah hitam. Bila pembakaran pada kendaraan
bermotor tidak sempurna maka terbentuk karbon monoksida padahal bila
pembakaran sempurna seharusnya terbentuk karbon dioksida.
Emisi dari pelayaran internasional telah mempengaruhi komposisi kimia
atmosfir secara signifikan yang pada akhirnya berpengaruh terhadap iklim di
bumi. Seperti diketahui, emisi gas buang dari cerobong asap kapal mesin
mengandung CO2, NO2, SOx, CO, hidrokarbon dan partikel-partikel berat
lainnya. Gas buang ini bereaksi dengan udara dan menimbulkkan reaksi kimia
yang lambat laun berpengaruh terhadap komposisi kimia atmosfir bumi.
Perubahan ini menimbulkan efek rumah kaca (green house effect) yang
menyebabkan temperatur udara meningkat. NO2, CO dan hidro karbon dari
cerobong kapal ditengarai memiliki kontribusi terhadap rusaknya lapisan ozon
paling bawah (ground level ozon) yang membahayakan kesehatan manusia dan
tumbuh-tumbuhan di bumi.

E. Penyebab Emisi Gas Buang


Pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya temperatur rata-rata
di seluruh permukaan bumi yang disebabkan karena akumulasi panas di
15

atmosfer yang disebabkan oleh efek rumah kaca. Efek rumah kaca ialah
fenomena menghangatnya bumi karena radiasi sinar matahari dari permukaan
bumi dipantulkan kembali ke angkasa yang terperangkap oleh "selimut" dari
gas-gas CO2 (karbon dioksida), CH4 (metana), N2O(nitrogen dioksida), PFCS
(perfluorokarbon), HFCS (hidrofluorokarbon), dan SF6 (sulfurheksafluorida)
disebabkan karena gas kendaraan bermotor seperti mobil, motor dan kendaraan
kendaraan lainnya.
Hubungan perubahan iklim, efek rumah kaca, dan pemanasan global
adalah efek rumah kaca menyebabkan terjadinya pemanasan global yang dapat
menyebabkan perubahan iklim. Hubungan di antara ketiganya adalah
hubungan sebab-akibat.
Secara langsung dan tak langsung emisi menyumbangkan lebih dari 35%.
Tidak semua gas beracun dapat menyebabkan emisi CO2 dari waktu ke waktu
terus meningkat baik pada tingkat global, regional, nasional pada suatu negara
maupun lokal untuk suatu kawasan. Hal ini terjadi karena semakin besarnya
penggunaan energi dari bahan organik (fosil), perubahan tataguna lahan dan
kebakaran hutan, serta peningkatan kegiatan antropogenik.
Walaupun emisi CO2 dikatakan besar, tetapi sampai saat ini belum
terdapat alat untuk mengakumulasi emisi CO2 ini. Kalaupun ada baru terbatas
pada emisi yang dihasilkan oleh kebakaran hutan yang terdapat di Sulawesi
Tengah dan Kalimantan Tengah. Alat ukur yang terdapat saat ini baik di tepi
jalan raya atau dari satelit, bukan mengukur emisi CO2 tetapi konsentrasi dari
CO2. Antara emisi dan konsentrasi berbeda baik definisi maupun satuannya.
Pemanasan global merupakan peristiwa meningkatnya temperatur rata-rata di
seluruh permukaan bumi yang disebabkan karena akumulasi panas di atmosfer
yang disebabkan oleh efek rumah kaca.

F. Sumber Pencemaran Udara


Menurut Harssema dalam Mulia (2005), pencemaran udara diawali oleh
adanya emisi. Emisi merupakan jumlah polutan atau pencemar yang
dikeluarkan ke udara dalam satuan waktu. Emisi dapat disebabkan oleh proses
alam maupun kegiatan manusia. Emisi akibat proses alam disebut biogenic
16

emissions, contohnya yaitu dekomposisi bahan organic oleh bakteri pengurai


yang menghasilkan gas metan (CH4). Emisi yang disebabkan kegiatan manusia
disebut anthropogenic emissions.
Contoh anthropogenic emissions yaitu hasil pembakaran bahan bakar fosil,
pemakaian zat kimia yang disemprotkan ke udara, dan sebagainya.
Nugroho (2005) menyebutkan sumber pencemaran udara dengan istilah
faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terjadi secara alamiah.
Sedangkan faktor eksternal merupakan pencemaran udara yang diakibatkan
ulah manusia.
Sumber pencemaran udara dapat pula dibagi atas:
1. Sumber bergerak, seperti: kendaraan bermotor
2. Sumber tidak bergerak, seperti:
a. Sumber titik, contoh: cerobong asap
b. Sumber area, contoh: pembakaran terbuka di wilayah pemukiman
(Soemirat, 2002).

G. Jenis-Jenis Pencemaran Udara


Ada beberapa jenis pencemaran udara, yaitu (Sunu, 2001):
1. Berdasarkan bentuk
a. Gas, adalah uap yang dihasilkan dari zat padat atau zat cair karena
dipanaskan atau menguap sendiri. Contohnya: CO2, CO, SOx,
NOx.
b. Partikel, adalah suatu bentuk pencemaran udara yang berasal dari
zarah-zarah kecil yang terdispersi ke udara, baik berupa padatan,
cairan, maupun padatan dan cairan secara bersama-sama.
Contohnya: debu, asap, kabut, dan lain-lain.
2. Berdasarkan tempat
a. Pencemaran udara dalam ruang (indoor air pollution) yang disebut
juga udara tidak bebas seperti di rumah, pabrik, bioskop, sekolah,
rumah sakit, dan bangunan lainnya. Biasanya zat pencemarnya
adalah asap rokok, asap yang terjadi di dapur tradisional ketika
memasak, dan lain-lain.
17

b. Pencemaran udara luar ruang (outdoor air pollution) yang disebut


juga udara bebas seperti asap asap dari industri maupun kendaraan
bermotor.

3. Berdasarkan gangguan atau efeknya terhadap kesehatan


a. Irritansia, adalah zat pencemar yang dapat menimbulkan iritasi
jaringan tubuh, seperti SO2, Ozon, dan Nitrogen Oksida.
b. Aspeksia, adalah keadaan dimana darah kekurangan oksigen dan
tidak mampu melepas Karbon Dioksida. Gas penyebab tersebut
seperti CO, H2S, NH3, dan CH4.
c. Anestesia, adalah zat yang mempunyai efek membius dan biasanya
merupakan pencemaran udara dalam ruang. Contohnya;
Formaldehide dan Alkohol.
d. Toksis, adalah zat pencemar yang menyebabkan keracunan. Zat
penyebabnya seperti Timbal, Cadmium, Fluor, dan Insektisida.
4. Berdasarkan susunan kimia
a. Anorganik, adalah zat pencemar yang tidak mengandung karbon
seperti asbestos, ammonia, asam sulfat, dan lain-lain.
b. Organik, adalah zat pencemar yang mengandung karbon seperti
pestisida, herbisida, beberapa jenis alkohol, dan lain-lain.
5. Berdasarkan asalnya
a. Primer, adalah suatu bahan kimia yang ditambahkan langsung ke
udara yang menyebabkan konsentrasinya meningkat dan
membahayakan. Contohnya: CO2, yang meningkat diatas
konsentrasi normal.
b. Skunder, adalah senyawa kimia berbahaya yang timbul dari hasil
reaksi anatara zat polutan primer dengan komponen alamiah.
Contohnya: Peroxy Acetil Nitrat (PAN).

H. Komponen Pencemar Udara Dari Kendaraan Bermotor


Jumlah kendaraan bermotor di Indonesia bertambah rata-rata 12% per
tahun dalam kurun waktu 2000-2003. Sementara itu, pertumbuhan kendaraan
18

penumpang dan komersial diproyeksikan mencapai berturut-turut 10% dan


15% per tahun antara tahun 2004-2006. Pada tahun 2004, total penjualan
kendaraan penumpang adalah 312.865 unit, sedangkan kendaraan komersial
(bus dan truk) mencapai 170.283 unit. Pada akhir tahun 2005 dan selama tahun
2006 jumlah penjualan kendaraan penumpang dan komersial diperkirakan
mencapai 550.000 dan 600.000 unit.
Perkiraan persentase pencemar udara di Indonesia dari sumber transportasi
dapat dilihat dilihat pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Perkiraan Presentase Pencemar Udara di Indonesia dari


Sumber Transportasi

No Komponen Pencemar Persentase (%)


1 CO 70,50
2 Nox 8,89
3 Sox 0,88
4 HC 18,34
5 Partikel 1,33
Total 100

Sumber: Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan

1. Karbon Monoksida (CO)


CO adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak berbau dan juga tidak
berasa.
Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu dibawah -1920C. Gas CO
sebagian besar berasal dari pembakaran bahan bakar fosil dengan udara,
berupa gas buangan. Selain itu, gas CO dapat pula terbentuk karena
aktivitas industri. Sedangkan secara alamiah, gas CO terbentuk sebagai
hasil kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lain walaupun dalam
jumlah yang sedikit (Wardhana, 2004).
CO yang terdapat di alam terbentuk melalui salah satu reaksi berikut:
a. Pembakaran tidak lengkap terhadap karbon atau komponen yang
mengandung karbon.
b. Reaksi antara CO2 dengan komponen yang mengandung karbon
pada suhu tinggi.
19

c. Penguraian CO2 menjadi CO dan O.


Berbagai proses geofisika dan biologis diketahui dapat memproduksi
CO, misalnya aktivitas vulkanik, pancaran listrik dari kilat, emisi gas
alami, dan lain-lain. Sumber CO lainnya yaitu dari proses pembakaran dan
industri (Fardiaz, 1992).
Menurut Kurniawan (2013), sebagian besar gas CO yang ada
diperkotaan berasal dari kendaraan bermotor (80%) dan ini menunjukkan
korelasi yang positif dengan kepadatan lalu lintas dan kegiatan lain yang
ikut sebagai penyumbang gas CO di atmosfer (Sugiarta, 2008). Hasil
penelitian tersebut ditegaskan oleh penelitian yang dilakukan Sastranegara
yang menyatakan hal serupa dan menekankan bahwa semakin lama rotasi
atau putaran roda kendaraan per menit, semakin besar kadar CO yang
diemisikan.

2. Nitrogen Oksida (NOx)


Nitrogen oksida sering disebut dengan NOx karena oksida
nitrogen mempunyai dua bentuk yang sifatnya berbeda, yaitu gas NO2 dan
gas NO (Wardhana, 2004). Walaupun ada bentuk oksida nitrogen lainnya,
tetapi kedua gas tersebut yang paling banyak diketahui sebagai bahan
pencemar udara.
Nitrogen dioksida (NO2) berwarna coklat kemerahan dan berbau
tajam. Reaksi pembentukan NO2 dari NO dan O2 terjadi dalam jumlah
relatif kecil, meskipun dengan adanya udara berlebih. Kecepatan reaksi ini
dipengaruhi oleh suhu dan konsentrasi NO. Pada suhu yang lebih tinggi,
kecepatan reaksi pembentukan NO2 akan berjalan lebih lambat. Selain itu,
kecepatan reaksi pembentukan NO2 juga dipengaruhi oleh konsentrasi
oksigen dan kuadrat dari konsentrasi NO. Hal ini berarti jika konsentrasi
NO bertambah menjadi dua kalinya, maka kecepatan reaksi akan naik
empat kali. Namun, jika konsentrasi NO berkurang setengah, maka
kecepatan reaksi akan turun menjadi seperempat (Fardiaz, 1992).
Nitrogen monoksida (NO) tidak berwarna, tidak berbau, tidak
terbakar, dan sedikit larut di dalam air (Sunu, 2001). NO terdapat di udara
20

dalam jumlah lebih besar daripada NO2. Pembentukan NO dan NO2


merupakan reaksi antara nitrogen dan oksigen di udara sehingga
membentuk NO, yang bereaksi lebih lanjut dengan lebih banyak oksigen
membentuk NO2 .
Kadar NOx di udara daerah perkotaan yang berpenduduk padat akan
lebih tinggi dibandingkan di pedesaan karena berbagai macam kegiatan
manusia akan menunjang pembentukan NOx, misalnya transportasi,
generator pembangkit listrik, pembuangan sampah, dan lain-lain. Namun,
pencemar utama NOx berasal dari gas buangan hasil pembakaran bahan
bakar gas alam (Wardhana, 2004).
Selain itu, kadar NOx di udara dalam suatu kota bervariasi sepanjang
hari tergantung dari intensitas sinar matahari dan aktivitas kendaraan
bermotor. Dari perhitungan kecepatan emisi NOx diketahui bahwa waktu
tinggal rata-rata NO2 di atmosfer kira-kira 3 hari, sedangkan waktu tinggal
NO adalah 4 hari dan gas ini bersifat akumulasi di udara yang bila
tercampur dengan air akan menyebabkan terjadinya hujan asam (Sugiarta,
2008).

3. Belerang Oksida (SOx)


Ada dua macam gas belerang oksida (SOx), yaitu SO2 dan SO3. Gas
SO2 berbau tajam dan tidak mudah terbakar, sedangkan gas SO3
sangat reaktif. Konsentrasi SO2 di udara mulai terdeteksi oleh indra
penciuman manusia ketika konsentrasinya berkisar antara 0,3-1 ppm. Gas
hasil pembakaran umumnya mengandung lebih banyak SO2 daripada SO3.
Pencemaran SOx di udara terutama berasal dari pemakaian batubara pada
kegiatan industri, transportasi dan lain sebagainya (Wardhana, 2004).
Pada dasarnya semua sulfur yang memasuki atmosfer diubah dalam
bentuk SO2 dan hanya 1-2% saja sebagai SO3. Pencemaran SO2 di udara
berasal dari sumber alamiah maupun sumber buatan. Sumber alamiah
adalah gunung berapi, pembusukan bahan organik oleh mikroba, dan
reduksi sulfat secara biologis. Proses pembusukan akan menghasilkan H2S
yang akan berubah menjadi SO2. Sedangkan sumber SO2 buatan yaitu
21

pembakaran bahan bakar minyak, gas, dan terutama batubara yang


mengandung sulfur tinggi (Mulia, 2005).
Pabrik peleburan baja merupakan industri terbesar yang menghasilkan
SOx. Hal ini disebabkan adanya elemen penting alami dalam bentuk
garam sulfida misalnya tembaga (CUFeS2 dan CU2S), zink (ZnS),
merkuri (HgS) dan timbal (PbS). Kebanyakan senyawa logam sulfida
dipekatkan dan dipanggang di udara untuk mengubah sulfida menjadi
oksida yang mudah tereduksi. Selain itu sulfur merupakan kontaminan
yang tidak dikehendaki di dalam logam dan biasanya lebih mudah untuk
menghasilkan sulfur dari logam kasar dari pada menghasilkannya dari
produk logam akhirnya. Oleh karena itu, SO2 secara rutin diproduksi
sebagai produk samping dalam industri logam dan sebagian akan terdapat
di udara (Depkes).

4. Hidrokarbon (HC)
Hidrokarbon terdiri dari elemen hidrogen dan karbon. HC dapat
berbentuk gas, cairan maupun padatan. Semakin tinggi jumlah atom
karbon pembentuk HC, maka molekul HC cenderung berbentuk padatan.
HC yang berupa gas akan tercampur dengan gas-gas hasil buangan
lainnya. Sedangkan bila berupa cair maka HC akan membentuk semacam
kabut minyak, bila berbentuk padatan akan membentuk asap yang pekat
dan akhirnya menggumpal menjadi debu (Depkes).
Sumber HC antara lain transportasi, sumber tidak bergerak, proses
industri dan limbah padat. HC merupakan sumber polutan primer karena
dilepaskan ke udara secara langsung. Molekul ini merupakan sumber
fotokimia dari ozon. Bila pencemaran udara oleh HC disertai dengan
pencemaran oleh nitrogen oksida (NOx), maka akan terbentuk Peroxy
Acetyl Nitrat dengan bantuan oksigen (Sunu, 2001).

5. Partikel
Partikel adalah pencemar udara yang dapat berada bersama-sama
dengan bahan atau bentuk pencemar lainnya. Partikel dapat diartikan
22

secara murni atau sempit sebagai bahan pencemar yang berbentuk padatan
(Mulia, 2005).
Partikel merupakan campuran yang sangat rumit dari berbagai
senyawa organik dan anorganik yang terbesar di udara dengan diameter
yang sangat kecil, mulai dari < 1 mikron sampai dengan maksimal 500
mikron. Partikel debu tersebut akan berada di udara dalam waktu yang
relatif lama dalam keadaan melayang-layang di udara dan masuk ke dalam
tubuh manusia melalui saluran pernafasan. Partikel pada umumnya
mengandung berbagai senyawa kimia yang berbeda dengan berbagai
ukuran dan bentuk yang berbada pula, tergantung dari mana sumber
emisinya (Depkes).
Berbagai proses alami yang menyebabkan penyebaran partikel di
atmosfer, misalnya letusan vulkano dan hembusan debu serta tanah oleh
angin. Aktivitas manusia juga berperan dalam penyebaran partikel,
misalnya dalam bentuk partikel-partikel debu dan asbes dari bahan
bangunan, abu terbang dari proses peleburan baja, dan asap dari proses
pembakaran tidak sempurna, terutama dari batu arang. Sumber
partikel yang utama adalah dari pembakaran bahan bakar dari
sumbernya diikuti oleh proses-proses industri (Fardiaz, 1992).

I. Dampak Emisi Gas Buang


Sistem transportasi merupakan urat nadi perkotaan, memiliki peran dalam
mendukung dinamika kehidupan perkotaan. Jumlah kendaraan selalu
meningkat dari waktu ke waktu. Hasil penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa setiap kendaraan yang beroperasi memberikan kontribusi
2.718,19 Ïg/m3 gas karbonmonoksida (CO) pada udara. Semakin tinggi
kepadatan lalu lintas akan semakin tinggi juga emisi karbon monoksida yang
diberikan. Penyebaran emisi ini terpapar hingga jarak 50 m searah dengan
kecepatan angin untuk gas dan hingga jarak 250 m untuk partikel padat
(Mursid R, et al, Jurnal Kimia Lingkungan, 2007).
Terjadinya kemacetan lalu lintas akan memperbesar emisi gas
karbonmonoksida (CO) karena terjadi pembakaran yang tidak sempurna,
23

hingga hampir 6 kali bila lalu lintas tidak mengalami kemacetan. Paparan
tersebut yang memberikan beban kepada masyarakat di sekitar jalan, baik
pemukim, pengasong, polisi lalu litas, maupun pekerja di pinggir jalan, karena
mereka menghirup karbonmonoksida (CO) setiap harinya. Gangguan sesak
napas, pusing-pusing, kehilangan kesadaran hingga penurunan tingkat
kecerdasan merupakan dampak langsung paparan bahan pencemar terhadap
tubuh manusia. Masyarakat yang memiliki risiko paling tinggi adalah mereka
yang memiliki aktivitas tinggi di sekitar jalan (pedagang kaki lima, polisi,
pemukim di sekitar jalan, dan sopir). Kelompok masyarakat tersebut memiliki
kerentanan tinggi dari paparan gas karbon monoksida (CO).
Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat pencemar udara yang
memberikan dampak negatif terhadap kesehatan dan kesejahteraan manusia,
serta lingkungan hidup. Sumber pencemar ini juga menimbulkan dampak
terhadap lingkungan atmosfer yang lebih besar seperti hujan asam, kerusakan
lapisan ozon stratosfer, dan perubahan iklim global. Zat-zat yang diemisikan
dari knalpot kendaraan bermotor adalah CO2, CO, NOx, HC, SOx, PM10, dan
Pb (dari bahan bakar yang mengandung timah hitam/timbal). Hasil kajian
terdahulu seperti the Study on the Integrated Air Quality Management for
Jakarta Area (JICA, 1997) dan Integrated Vehicle Emission Reduction Strategy
for Greater Jakarta (ADB, 2002) menyimpulkan bahwa sektor transportasi
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap pencemaran udara perkotaan
(Suhadi, 2005). Dampak kesehatan yang ditimbulkan oleh sektor transportasi
berdasarkan zat pencemar antara lain:
1. Karbon Monoksida (CO)
Keracunan gas monoksida (CO) dapat ditandai dari keadaan ringan,
berupa pusing, sakit kepala, dan mual. Keadaan yang lebih berat berupa
menurunnya kemampuan gerak tubuh, gangguan pada sistem
kardiovaskuler, serangan jantung hingga kematian. Hubungan antara
konsentrasi CO, lama terpapar, dan efek yang timbul dapat dilihat dalam
tabel 2.2 berikut (Wardhana, 2004):
24

Tabel 2.2 Hubungan antara konsentrasi CO, lama terpapar, dan


efek yang timbul

No Konsentrasi CO Lama
Efek
(ppm) Terpapar

1 100 SebentarTidak ada


2 30 8 jam Pusing dan mual
Pusing, kulit berubah
3 1000 1 jam kemerah-merahan
Sumber: Wardhana (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan

Karakteristik biologik yang paling penting dari CO adalah


kemampuannya untuk berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah
merah yang mengangkut oksigen ke seluruh tubuh. Sifat ini menghasilkan
pembentukan karboksihaemoglobin (HbCO) yang 200 kali lebih stabil
dibandingkan oksihaemoglobin (HbO2).
Penguraian HbCO yang relatif lambat menyebabkan terhambatnya
kerja molekul sel pigmen tersebut dalam fungsinya membawa oksigen ke
seluruh tubuh. Kondisi seperti ini bisa berakibat serius, bahkan fatal,
karena dapat menyebabkan keracunan.
Selain itu, metabolisme otot dan fungsi enzim intra-seluler juga dapat
terganggu dengan adanya ikatan CO yang stabil tersebut. Dampak
keracunan CO sangat berbahaya bagi orang yang telah menderita
gangguan pada otot jantung atau sirkulasi darah periferal yang parah
(Depkes).
Namun, dampak dari CO juga bervasiasi tergantung dari status
kesehatan seseorang pada saat terpajan. Pada beberapa orang yang
berbadan gemuk dapat mentolerir pajanan CO sampai kadar HbCO dalam
darahnya mencapai 40% dalam waktu singkat. Tetapi seseorang yang
menderita sakit jantung atau paru-paru akan menjadi lebih parah apabila
kadar HbCO dalam darahnya sebesar 5–10%. CO juga bisa mempengaruhi
janin. Pengaruh terhadap janin pada prinsipnya adalah karena pajanan CO
25

pada kadar tinggi dapat menyebabkan kurangnya pasokan oksigen pada


ibu hamil yang konsekuensinya akan menurunkan tekanan oksigen di
dalam plasenta dan juga pada janin dan darah. Hal ini dapat menyebabkan
kelahiran prematur atau bayi lahir dengan berat badan lebih rendah
dibandingkan keadaan normal

2. Nitrogen Oksida (NOx)


Kedua bentuk nitrogen oksida, NO dan NO2, sangat berbahaya bagi
manusia.
Namun, penelitian aktivitas mortalitas kedua komponen tersebut
menunjukkan bahwa NO2 empat kali lebih berbahaya dibanding NO
(Fardiaz, 1992). NO2 merupakan gas yang toksik bagi manusia dan pada
umumnya gas ini dapat menimbulkan gangguan sistem pernapasan. NO2
dapat masuk ke paru-paru dan membentuk Asam Nitrit (HNO2) dan Asam
Nitrat (HNO3) yang merusak jaringan mukosa (Mulia, 2005).
NO2 dapat meracuni paru-paru. Jika terpapar NO2 pada kadar 5 ppm
setelah 5 menit dapat menimbulkan sesak nafas dan pada kadar 100 ppm
dapat menimbulkan kematian (Chahaya, 2003).
Gangguan sistem pernapasan yang terjadi dapat menjadi empisema.
Bila kondisinya kronis dapat berpotensi menjadi bronkitis serta akan
terjadi penimbunan nitrogen oksida (NOx) dan dapat menjadi sumber
karsinogenik atau penyebab timbulnya kanker (Sunu, 2001).

3. Belerang Oksida (SOx)


Gas SO2 yang ada di udara dapat menyebabkan iritasi saluran
pernapasan dan kenaikan sekresi mukosa. Dengan konsentrasi 500 ppm
SO2 dapat menyebabkan kematian pada manusia. Pencemaran SO2 yang
cukup tinggi telah menimbulkan malapetaka yang cukup serius seperti
yang terjadi di lembah sungai Nerse Belgia pada tahun 1930. Pada saat itu,
kandungan SO2 di udara mencapai 38 ppm dan menyebabkan toksisitas
akut.
26

Kasus yang paling mengerikan terjadi di London. Selama lima hari


terjadi perubahan temperatur dan pembentukan kabut yang menyebabkan
kematian 3500-4000 penduduk. Peristiwa ini dikenal dengan nama
“London Smog” (Mulia, 2005).
Kadar SO2 yang berpengaruh terhadap gangguan kesehatan dapat
diihat dalam tabel 2.3 berikut (Depkes,2014):

Tabel 2.3 Pengaruh Konsentrasi SO2 Terhadap Kesehatan

No Konsentrasi Efek
(ppm)
1 3–5 Jumlah terkecil yang dapat dideteksi dari baunya
Jumlah terkecil yang segera mengakibatkan iritasi
2 8–12
tenggorokan

- Jumlah terkecil yang akan mengakibatkan iritasi mata dan


batuk
3 20
- Jumlah maksimum yang diperbolehkan untuk konsentrasi
dalam waktu lama

Maksimum yang diperbolehkan untuk kontak singkat (30


4 50 – 100
menit)

5 400 -500 Berbahaya meskipun kontak secara singkat

Sumber: www.depkes.go.id

Selain berpengaruh terhadap kesehatan manusia, SO2 juga


berpengaruh terhadap tanaman dan hewan. Pengaruh SO2 terhadap hewan
hampir menyerupai pengaruh SO2 terhadap manusia. Sedangkan pada
tumbuhan, SO2 dapat menyebabkan terjadinya perubahan warna pada
daun dari hijau menjadi kuning atau terjadinya bercak-bercak putih pada
daun tanaman (Sugiarta, 2008).
4. Hidrokarbon (HC)
Hingga saat ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa HC pada
konsentrasi udara ambien memberikan pengaruh langsung yang merugikan
27

manusia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap hewan dan


manusia diketahui bahwa hidrokarbon alifatik dan alisiklis memberikan
pengaruh yang tidak diinginkan kepada manusia hanya pada konsentrasi
beberapa ratus sampai beberapa ribu kali lebih tinggi daripada konsentrasi
yang terdapat di atmosfer (Fardiaz, 1992).
Adapun pengaruh hidrokarbon terhadap kesehatan manusia dapat
dilihat pada tabel 2.4 berikut (Ebenezer, 2006) :

Tabel 2.4 Jenis-Jenis Hidrokarbon Aromatik dan Pengearuhnya


Terhadap Kesejatan Manusia

Jenis Konsentrasi
Dampak Kesehatan
Hidrokarbon (ppm)
100 Iritasi membran mukosa
3.000 Lemas setelah ½ - 1 jam
Benzene (C6H6) Pengaruh sangat berbahaya setelah pemaparan 1
7.500
Jam
20.000 Kematian setelah pemaparan 5-10 menit
Pusing, lemah, dan berkunang-kunang setelah
200
pemaparan 8 jam
Toluena (C7H8)
Kehilangan koordinasi, bola mata terbalik
600
setelah pemaparan 8 jam
Sumber : Ebenezer, dkk (2006). Pengaruh Bahan Bakar Transportasi
terhadap Pencemaran Udara dan Solusinya.

5. Partikel
Pengaruh partikel debu bentuk padat maupun cair yang berada di udara
sangat tergantung kepada ukurannya. Ukuran partikel debu yang
membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai
dengan 10 mikron. Pada umumnya ukuran partikel debu sekitar 5 mikron
merupakan partikel udara yang dapat langsung masuk ke dalam paru-paru
dan mengendap di alveoli. Namun, bukan berarti bahwa ukuran partikel
yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya karena partikel yang lebih
besar dapat mengganggu saluran pernafasan bagian atas dan menyebabkan
iritasi. Keadaan ini akan lebih bertambah parah apabila terjadi reaksi
sinergistik dengan gas SO2 yang terdapat di udara juga. Selain dapat
berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat
28

mengganggu daya tembus pandang mata dan juga mengadakan berbagai


reaksi kimia di udara (Depkes,2014).
Partikel udara dalam wujud padat yang berdiameter kurang dari 10 µm
yang biasanya disebut dengan PM10 (particulate matter) diyakini oleh para
pakar lingkungan dan kesehatan masyarakat sebagai pemicu timbulnya
infeksi saluran pernafasan, karena partikel padat PM10 dapat mengendap
pada saluran pernafasan daerah bronki dan alveoli. PM10 sangat
memprihatinkan karena memiliki kemampuan yang lebih besar untuk
menembus ke dalam paru. Sedangkan rambut di dalam hidung hanya dapat
menyaring debu yang berukuran lebih besar dari 10 µm (Agusgindo,
2007).

J. Pengertian Kendaraan Bermotor


Kendaraan bermotor adalah kendaraan yang digerakkan oleh peralatan
teknik untuk pergerakkannya, dan digunakan untuk transportasi darat.
Umumnya kendaraan bermotor menggunakan mesin pembakaran dalam,
namun motor listrik dan mesin jenis lain (misalnya kendaraan listrik hibrida
dan hibrida plug-in) juga dapat digunakan. Kendaraan bermotor memiliki roda,
dan biasanya berjalan di atas jalanan. Jenis-jenis kendaraan bermotor dapat
bermacam-macam, mulai dari mobil, bus, sepeda motor, kendaraan off-road,
truk ringan, sampai truk berat. Klasifikasi kendaraan bermotor ini bervariasi
tergantung masing-masing negara. ISO 3833:1977 adalah standar untuk tipe
dan definisi kendaraan darat.
Berdasarkan UU No. 14 tahun 1992 yang dimaksud dengan peralatan
teknik dapat berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk
mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan
bermotor yang bersangkutan. Pengertian kata berada dalam ketentuan ini
adalah terpasang pada tempat sesuai dengan fungsinya. Termasuk dalam
pengertian kendaraan bermotor adalah kereta gandengan atau kereta tempelan
yang dirangkaikan dengan kendaraan bermotor sebagai penariknya.
(Wikipedia, 2016)
29

K. Pengertian Honda Scoopy


Honda Scoopy adalah salah satu merk dagang sepeda motor skuter yang di
produksi oleh Astra Honda Motor. Sepeda motor ini diluncurkan pada tahun
2010. Motor yang diluncurkan pada tahun 2010 ini dimaksudkan untuk
mengantisipasi makin populernya motor skuter otomatis di pasar sepeda motor
Indonesia. Honda Scoopy akan bersaing langsung dengan Yamaha Xeon,
Suzuki Spin, Honda Beat, Honda Vario Suzuki hayate dan Yamaha Fino.

L. Pengertian QRO TECH-401


Alat analisis ini adalah peralatan untuk mengukur kepadatan emisi gas
sebuah mobil memungkinkan untuk mendiagnosis status kendaraan dan
pemeliharaan preventif yaitu dapat memberikan fungsi untuk mencegah polusi
udara.

M. Pengertian Bahan Bakar Minyak


Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001
tentang Minyak dan Gas Bumi, bahan bakar minyak adalah bahan bakar yang
berasal dan/ atau diolah dari minyak bumi. Bahan bakar minyak yang
dipasarkan Pertamina untuk kendaraan bermesin bensin meliputi pertamax,
pertalite dan premium. Bahan bakar minyak merupakan bahan bakar yang
biasa di gunakan untuk kendaraan dalam bentuk cair. Hasil penyulingan
minyak bumi menghasilkan bahan bakar minyak. Minyak bumi sendiri adalah
sebuah proses pelapukan yang di alami tumbuhan dan hewan yang sudah mati
ribun tahun lamanya dan kemudian mengendap di tanah.
Minyak mentah merupakan minyak bumi yang belum melalui proses
penyulingan. Sebelum melakukan proses penyulingan minyak mentah akan
melalui proses pengeboran terlebih dahulu. Perlu anda ketahui dalam
melakukan pengeboran ini tidak dilakukan di sembarang tempat karena tidak
semua tempat mengandung miyak bumi.
Bahan bakar minyak sendiri di gunakan untuk sebagai bahan bakar mobil ,
motor dan lainnya. Meskipun dalam sudah banyak produk sebagai penghemat
30

bahan bakar namun lazimnya memang menggunakan bahan bakar untuk


mengendarai sebuah kendaraan.

N. Pengertian Pertalite
Pertalite merupakan jenis BBM baru yang telah diluncurkan Pertamina
untuk memenuhi Surat Keputusan Dirjen Migas Kementerian Energi dan
Sumber Daya Mineral Nomor 313 Tahun 2013 yang isinya menetapkan standar
mutu (spesifikasi) bahan bakar minyak jenis bensin 90 yang dipasarkan di
dalam negeri. Keunggulan Pertalite versi Pertamina antara lain Pertalite dinilai
lebih bersih daripada premium karena memiliki RON di atas 88 yang
terkandung dalam premium (Ningrat, dkk. 2016). Selain itu juga ditambahkan
zat aditif EcoSAVE. Zat adiktif EcoSAVE ini bukan untuk meningkatkan RON
tetapi agar mesin menjadi bertambah halus, bersih dan irit (Saputra, dkk. 2017)

O. Pengertian Pertamax
Pertamax merupakan BBM yang dibuat menggunakan tambahan zat aditif
dan memiliki angka oktan atau Research Octane Number (RON) 92
diperuntukkan untuk mesin kendaraan yang mempunyai rasio kompresi antara
9:1 sd 10:1 (Pertamina, 2018). Pertamax pertama kali diluncurkan pada tahun
1999 sebagai pengganti Premix 98 karena unsur Methyl Tertra Buthyl Ether
(MTBE) yang berbahaya bagi lingkungan (Ningrat, dkk. 2016). Bahan bakar
pertamax sudah tidak menggunakan campuran timbal sehingga dapat
mengurangi racun gas buang kendaraan bermotor seperti nitrogen oksida dan
karbon monoksida. Bensin pertamax berwarna kebiruan dan memiliki
kandungan maksimum sulfur (S) 0,1%, oksigen (O) 2,72%, pewarna 0,13
gr/100 L, tekanan uap 45 ÷ 60 kPa, titik didih 205ºC, serta massa jenis (suhu
15ºC) 715 ÷ 780 kg/m3 (Mulyono, dkk. 2014).
31

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Metode Penelitian


1. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian lapangan atau field research
menggunakan penelitian kuantitatif. Dalam pendekatan ini maksudnya
adalah pendekatan yang menghasilkan data-data berupa angka yang
didapatkan pada saat penelitian dan kemudian memberikan analisa secara
tertulis mengenai data berupa angka yang didapatkan.
Dengan kata lain penelitian kuantitatif untuk memperoleh hasil emisi
gas buang yang dihasilkan oleh Honda Scoopy pada saat menggunakkan
bahan bakar pertalite dan pertamax kemudian membandingkan hasil data
tersebut agar dapat di analisa selanjutnya.

2. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teknik Sampling
yaitu metode yang digunakan untuk mendapatkan data dengan
menggunakkan alat. Data primer didapatkan melalui pengukuran emisi gas
buang pada saat pengambilan data. Sedangkan data sekunder yang berasal
dari Pandangan hasil dari data yang didapatkan kemudian di analisa dan
literatur-literatur pendukung digunakan untuk menyusun hasil penelitian.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 12 Hari. Dimana 1 hari motor
digunakan dari jam 07.00-16.00 WIB
32

C. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat uji yang digunakan untuk uji emisi adalah :
a. Qrotech tipe QRO – 401 buatan Korea
b. Motor Honda Scoopy 110 CC
c. Alat Tulis

2. Bahan
Bahan uji yan digunakan dalam penelitian ini adalah :
a. Pertalite
b. Pertamax

D. Pengukuran
Pada penelitian ini, pengukuran yang dilakukan mempunyai beberapa
sasaran yaitu mengetahui nilai emisi gas buang pada saat menggunakkan bahan
bakar pertalite dan pertamax. Pada tahap ini dilakukan pengambilan data emisi
gas buang menggunakkan alat QRO TECH 401 sebelum motor digunakan dan
sesudah motor di gunakan.

E. Prosedur Pengambilan Data


Cara kerja alat uji emisi tersebut sebagai berikut :
1. Menghidupkan mesin, Tekan tombol on pada mesin uji emisi,
kemudian tunggu sekitar 2 menit sampai monitor indikasi
memprogram, kemudian dilakukan pengambilan data.
2. Masukkan test probe sekurang – kurangnya 40 cm ke dalam pipa gas
buang pada motor. Bila probe tidak dapat masuk jauh, gerakan maju
dan mundur untuk memastikan bahwa nilai yang ditunjukkan tidak
berubah. Selama pengukuran, putaran mesin jangan dinaikkan.
3. Tekan tombol zero untuk melihat program test emisi, lalu tunggu
selama 30 detik.
4. Tekan enter untuk memulai pengukuran test emisi sampai 30 detik,
lalu lakukan penyetelan jika diperlukan.
33

5. Tekan tombol print untuk melihat hasil dari pengujian emisi tersebut.

F. Prosedur Pengujian Emisi

MULAI

Masukkan test probe


1. Masukkan test sekurang-kurangnya 40 cm ke dalam
pipa gas buang motor.
2. Bila probe tidak dapat masuk jauh, gerakan maju
mundur untuk memastikan bahwa nilai yang
ditunjukkan tidak berubah.
3. Putaran mesin jangan dinaikkan.

Offisien test gaus


1. Tombol menu untuk memilih sesuai dengan spesifikasi
mesin, setelah dihasilkan semua (tune up).
2. Tekan enter untuk mengetahui hasil test emisi.

FINISH
34

LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
1. Menyiapkan Alat
2. Hari pertama Mengisi BBM dengan menggunakkan bahan bakar pertalite
sebanyak 2 liter
3. Mengecek emisi menggunakkan alat uji emisi sebelum motor dipakai
4. Menggunakkan motor scoopy satu hari penuh sampai habis (dari jam
07.00 – 16.00 WIB)
5. Mengecek kembali emisi yang dikeluarkan pada saat setelah motor
digunakan
6. Setelah bahan bakar pertalite habis, hari kedua di istirahatkan motor nya
7. Di hari ketiga mengisi BBM dengan menggunakkan bahan bakar
pertamax sebanyak 2 liter
8. Mengecek emisi menggunakkan alat uji emisi sebelum motor dipakai
9. Menggunakkan motor scoopy satu hari penuh sampai habis (dari jam
07.00 – 16.00 WIB)
10. Mengecek kembali emisi yang dikeluarkan pada saat setelah motor
digunakan
11. Setelah bahan bakar pertamax habis, hari keempat di istirahatkan motor
nya
12. Di hari kelima mengisi BBM dengan menggunakkan bahan bakar
pertalite sebanyak 2 liter
13. Mengecek emisi menggunakkan alat uji emisi sebelum motor dipakai
14. Menggunakkan motor scoopy satu hari penuh sampai habis (dari jam
07.00 – 16.00 WIB)
15. Mengecek kembali emisi yang dikeluarkan pada saat setelah motor
digunakan
16. Setelah bahan bakar pertalite habis, hari keenam di istirahatkan motor nya
17. Di hari ketujuh mengisi BBM dengan menggunakkan bahan bakar
pertamax sebanyak 2 liter
18. Mengecek emisi menggunakkan alat uji emisi sebelum motor dipakai
19. Menggunakkan motor scoopy satu hari penuh sampai habis (dari jam
07.00 – 16.00 WIB)
35

20. Mengecek kembali emisi yang dikeluarkan pada saat setelah motor
digunakan
21. Setelah bahan bakar pertamax habis, hari kedelapan di istirahatkan motor
nya
22. Di hari kesembilan mengisi BBM dengan menggunakkan bahan bakar
pertalite sebanyak 2 liter
23. Mengecek emisi menggunakkan alat uji emisi sebelum motor dipakai
24. Menggunakkan motor scoopy satu hari penuh sampai habis (dari jam
07.00 – 16.00 WIB)
25. Mengecek kembali emisi yang dikeluarkan pada saat setelah motor
digunakan
26. Setelah bahan bakar pertalite habis, hari kesepuluh di istirahatkan motor
nya
27. Di hari sebelas mengisi BBM dengan menggunakkan bahan bakar
pertamax sebanyak 2 liter
28. Mengecek emisi menggunakkan alat uji emisi sebelum motor dipakai
29. Menggunakkan motor scoopy satu hari penuh sampai habis (dari jam
07.00 – 16.00 WIB)
30. Mengecek kembali emisi yang dikeluarkan pada saat setelah motor
digunakan
31. Setelah bahan bakar pertamax habis, hari ke dua belas di istirahatkan
motor nya.
36

DAFTAR PUSTAKA

1. ADB, (2002)
2. Agusgindo, (2007)
3. Ambar Yuliastuti, (2008)
4. Anies, (2015)
5. Anonim (1997)
6. Bachrun (1993)
7. Badan Pusat Statistik, (2015)
8. Chahaya, (2003)
9. Chandra, (2006)
10. Darmono, (2008)
11. Depkes,(2014)
12. Ebenezer, (2006)
13. Fardiaz, (1992)
14. Fergusson dalam Raka (2002)
15. Ismiyati dkk (2014)
16. JICA, (1997)
17. Keputusan Menteri Kesehatan RI nomor 1407 tahun 2002 tentang
Pedoman Pengendalian Dampak Pencemaran Udara,
18. Kurniawan, (2013)
19. Menurut Peraturan Pemerintah RI nomor 41 tahun 1999 tentang
Pengendalian Pencemaran Udara
20. Mulia (2005)
21. Mursid R,etal, Jurnal Kimia Lingkungan, (2007)
22. Ningrat, dkk. (2016)
23. Nugroho (2005)
24. Saputra, dkk. (2017)
25. Sastrawijaya, A.T. (1991)
26. Sugiarta, (2008)
27. Suhadi. (2005)
28. Sunu (2001)
37

29. Undang-Undang Nomor 23 tahun 1997 pasal 1 ayat 12 tentang


Pencemaran Lingkungan
30. Undang-undang No. 4 Tahun 1982 tentang Pokok Pengelolaan
31. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 tentang
Minyak dan Gas Bumi
32. Undang-Undang No. 14 tahun 1992 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan
33. Wardhana, (2004)
34. Whitelegg (1993)
35. Wikipedia, (2014)
36. Wikipedia, (2015)
37. Wikipedia, (2016)

Anda mungkin juga menyukai