Oleh :
DIDI WIDIANTO
NIM : 20181331078
Dosen Pembimbing :
HADI KUSNANTO, ST., MT.
NIDN : 0717107701
Oleh :
Didi Widianto
NIM : 20181331078
i
DAFTAR ISI
ii
4.5 Perencanaan Pasak Pada Poros Roll ................................................................................ 41
4.6 Perhitungan Bantalan Pada Poros Roll ............................................................................ 42
4.7 Perhitungan Radius Minimum Kelengkungan Plat ......................................................... 42
4.8 Pembahasan ...................................................................................................................... 43
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas
rahmat dan hidayah - Nya, Tugas Perencanaan Elemen Mesin yang berjudul “Rancang Bangun
Mesin Roll Bending Plat Alumunium“ ini dapat disusun dan diselesaikan dengan baik dan lancar.
Tugas Perencanaan Elemen Mesin yang berjudul “Rancang Bangun Mesin Roll Bending
Plat Alumunium“ ini merupakan salah satu persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap
mahasiswa Program Studi S1 Teknik Mesin UMSurabaya-Disnaker Surabaya, sesuai dengan
kurikulum yang telah ditetapkan.
Selain itu, Tugas Perencanaan elemen mesin ini juga merupakan suatu bukti yang
diberikan almamater dan masyarakat. Banyak dorongan dan bantuan yang penulis dapatkan
selama penyusunan Tugas perencanaan elemen mesin ini sampai terselesaikannya laporan.
Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya
kepada :
1. Allah SWT dan junjungan besarku, Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan
ketenangan dalam jiwaku.
2. Ayah dan Ibu serta saudara-saudaraku tercinta yang benar-benar memberikan
dorongan dan semangat dengan cinta dan kasih sayangnya yang tiada batas dan tak
terbalaskan, doa dan restunya.
3. Bapak Dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran dalam penyempurnaan
dan pengembangan Tugas Akhir ini.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Jurusan S1 Teknik Mesin UMSurabaya, yang telah
memberikan ilmunya dan membantu semua selama menimba ilmu di bangku kuliah.
5. Semua teman yang telah membantu dalam pengerjaan Tugas Perencanaan Elemen
Mesin ini.
Semoga segala keikhlasan dan kebaikan yang telah diberikan mendapatkan balasan yang
terbaik dari Tuhan Yang Maha Esa, Amin. Karena keterbatasan waktu dan kemampuan penulis,
sebagai manusia biasa kami menyadari dalam penulisan ini masih terdapat beberapa kesalahan,
keterbatasan, dan kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharap kritik dan saran membangun
sebagai masukan untuk penulis dan kesempurnaan Tugas Akhir ini. Semoga dengan penulisan
Tugas perencanaan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukan, mahasiswa
UMSurabaya khususnya.
Penulis,
iv
v
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari perencanaan Rancang Bangun Mesin Roll Bending plat besi ini adalah
sebagai berikut :
1. Mengetahui perhitungan elemen mesin yang digunakan antara lain : gaya yang
dibutuhkan untuk menekuk plat alumunium, tipe rantai yang sesuai, diameter poros
yang aman, daya motor dan daya pemanas yang diperlukan.
2. Memperoleh rancangan mesin roll bending dengan komponen yang relatif murah dan
memiliki kemampuan kerja yang baik, sehingga dapat membantu industri kecil
1
1. Spesimen yang digunakan adalah plat alumunium dengan lebar maksimum specimen
300 mm dan tebal 1mm
2. Diameter roll yang digunakan adalah 30mm.
3. Kekuatan sambungan las pada rangka diasumsikan aman untuk pemakaian.
1.5 Manfaat
Adapun manfaat dari pembuatan mesin Roll Bending Alumunim yang utama adalah :
1. Mampu membuat silinder alumunium yang presisi dan tanpa memakan waktu yang
lama.
2. Dengan mesin ini diharapkan dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi
operator yang mengoperasikannya.
Bab I. PENDAHULUAN
Pada bab ini membahas bagaimana tinjauan umum tentang latar belakang masalah,
tujuan, batasan masalah dan sistematika penulisan laporan tugas akhir.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
2
BAB II
DASAR TEORI
Aluminium merupakan konduktor listrik yang baik. Ringan dan kuat. Merupakan
konduktor yang baik juga buat panas. Dapat ditempa menjadi lembaran, ditarik menjadi kawat
dan diekstrusi menjadi batangan dengan bermacam-macam penampang. Tahan korosi
3
Kekerasan bahan aluminium murni sangatlah kecil, yaitu sekitar 65 skala Brinnel,
sehingga dengan sedikit gaya saja dapat mengubah bentuk logam. Untuk kebutuhan aplikasi
yang membutuhkan kekerasan, aluminium perlu dipadukan dengan logam lain dan/atau diberi
perlakuan termal atau fisik. Aluminium dengan 4,4% Cu dan diperlakukan quenching, lalu
disimpan pada temperatur tinggi dapat memiliki tingkat kekerasan Brinnel sebesar 135.
Ductility
Ductility didefinisikan sebagai sifat mekanis dari suatu bahan untuk menerangkan
seberapa jauh bahan dapat diubah bentuknya secara plastis tanpa terjadinya retakan. Dalam suatu
pengujian tensil, ductility ditunjukkan dengan bentuk neckingnya; material dengan ductility yang
tinggi akan mengalami necking yang sangat sempit, sedangkan bahan yang memiliki ductility
rendah, hampir tidak mengalami necking. Sedangkan dalam hasil pengujian tensile, ductility
diukur dengan skala yang disebut elongasi. Elongasi adalah seberapa besar pertambahan panjang
suatu bahan ketika dilakukan uji kekuatan tensile. Elongasi ditulis dalam persentase pertambahan
panjang per panjang awal bahan yang diujikan.
Aluminium murni memiliki ductility yang tinggi. Aluminium paduan memiliki ductility
yang bervariasi, tergantung konsentrasi paduannya, tetapi pada umumnya memiliki ductility
yang lebih rendah daripada aluminium murni, karena ductility berbanding terbalik dengan
kekuatan tensil, serta hampir semua aluminum paduan memiliki kekuatan tensile yang lebih
tinggi daripada aluminium murni
4
2.4 Gaya pada mesin roll bending
Supaya hasil perencanaan aman, maka besarnya gaya untuk perencanaan dapat
dinyatakan dengan persamaan (Kalpakjian, Schmid, 2009) :
2
LT (UTS)
F=
W
Dimana :
L = Panjang Plat (mm)
T = Tebal Plat (mm)
W = Lebar Dies (mm)
k = Faktor jenis dies ;
0,3 untuk Wiping dies
0,7 untuk U-dies
1.3 untuk V-dies
Hubungan antara daya dan torsi dapat dilihat pada rumus –rumus dibawah ini :
1. Torsi satuannya kg.cm dan Daya satuannya HP.
(dobrovolsky, 1985: 401)
P
T =71.6200
n
Dimana :
T = Torsikg.cm
N = Daya HP
n= Putaran poros, rpm
5
(collins jack A, 2003 : 180)
p
T =63.025
n
Dimana :
T= Torsi,lbf.in
N = Daya, HP
6
Secara garis beasar rantaiterbagi menjadi 2 jenis :
1. Rantai gigi (silent chain inverted tooth)
2. Rantai rol (roller chain)
360
dimana : y= ¿ = Jumlah gigi sproket)
Nt
7
π . d .n Nt. p.n
v= = ( m/detik )
60.1000 60.1000
dimana :
v = kecepatan keliling sproket (m/det)
Nt = jumlah gigi sproket p = pitch (mm)
d = diameter sproket (mm)
n = putaran (rpm)
L 2. C N t 1 + N t 2
= = +¿ ¿
P P 2
dimana :
L = panjang rantai (mm)
p = pitch (mm)
C = jarak kedua sumbu sproket (mm)
Nt1 = Jumlah gigi pada sproket penggerak
Nt2 = Jumlah gigi pada sproket yang digerakkan
2.7 Poros
Poros merupakan salah satu bagian yang penting dari setiap mesin. Tergantung dari
beban yang diterima, maka pada poros dapat terjdi beban bending murni, atau gabungan antara
beban bending dan torsi. Dalam permsalahan ini poros berfungsi sebagai penyambung, maka
dalam penyambungannya akan menggunakan pasak, sehingga pembuatan pasak, pembuatan
lubang pasak pada poros harus dipertimbangkan. Pada perhitungan poros, yang dihitung adalah
diameter poros, sehingga perlu diketahui tegangan yang diterima atau yang ditimbulkan oleh
mekanisme yang terpasang pada poros, seperti tmomen bending, torsi, atau kombinasi momen
bending dan torsi.
8
Meskipun sebuah poros mempunyai kekuatan yang cukup besar, tetapi jika lenturan
puntirannya terlalu besar akan mengakibatkan getaran dan suara (contoh pada turbin dan kotak
roda gigi). Karena itu,kekuatan poros terhadap puntir juga diperhatikan dan disesuaikan dengan
macam beban mesin yang akan ditopang poros tersebut.
(4) Korosi
Bahan–bahan yang dipilih yakni yang bersifat tidak korosif karena ini akan
menyebabkan kekuatan pada poros melemah karena korosi/karat dan memperpendek umur
komponen.
π . d2
w b=
32
Dari tegangan bending, momen bending dan momen tahanan bending dapat ditentukan
diameter poros minimum yang diijinkan.
Mb
σ b≥
Wb
Syp M 10,2 M
≥ =
( )
N π
3
d
3
d
32
( )
1
10,2
d≥ M 3
Syp
( )
N
Dimana :
σn = tegangan bending yang diijinkan (kg/mm2)
M = momen bending (kg.mm)
Z = momen tahanan bending (mm3)
Syp = tegangan tarik bahan (kg/mm2)
N = angka keamanan
d = diameter poros (mm)
9
2.7.3 Poros dengan beban bending dan torsi
Poros mendapat beban torsi dan bending karena meneruskan daya melalui sabuk, roda
gigi ataupun rantai sehingga pada permukaan poros akan terjadi tegangan geser dan tegangan
karena bending.Beban yang bekerja pada poros pada umumnya adalah beban berulang. Jika
poros tersebut mempunyai roda gigi, maka akan terjadi kejutan pada saat awal berputar.
Dengan mengingat macam beban, sifat beban, dan lain-lain, ASME menganjurkan suatu
rumus yang sederhana untuk menghitung diameter poros dimana sudah dimasukkan pengaruh
kelelahan karena beban berulang. Faktor koreksi yang digunakan adalah Kt untuk momen torsi
yang besarnya 1-1,5 jika terjadi sedikit kejutan, Km untuk momen bending yang besarnya 1,5-2
jika terjadi tumbukan ringan.
d ≥¿
2.8 Pasak
Seperti halnya baut dan sekrup, pasak digunakan untuk membuat sambungan yang dapat
dilepas yang berfungsi untuk menjaga hubungan putaran relatif antara poros dengan elemen
mesin yang lain seperti : Roda gigi, Pulley, Sprocket, Impeller dan lain sebagainya.
Distribusi tegangan secara aktual pada sambungan pasak tidak dapat diketahui secara
lengkap, maka dalam perhitungan tegangan disarankan menggunakan faktorkeamanan sebagai
berikut :
Pada pasak yang rata, sisi sampingnya harus pas dengan alur pasak agar pasak tidak
goyah dan rusak. Ukuran dan standard yang digunakan terdapat dalam spesifikasi.Untuk
pasak,umumnya dipilih bahan yang mempunyai kekuatan tarik lebih dari 60 kg/ mm, lebihkuat
dari pada porosnya.Kadang dipilih bahan yang lemah untukpasak, sehingga pasak terlebih
dahulu rusak daripada porosnya. Ini disebabkan harga pasak yang murah serta mudah
menggantinya.
10
1. Pasak datar ( Square key ).
2. Pasak Tirus ( Tapered key ).
3. Pasak setengah silinder ( Wood ruff key ).
Menurut arah gaya yang terjadi pasak digolongkan menjadi :
1. Pasak memanjang
Pasak yang menerima gaya sepanjang penampang pasak secara merata. Pasak ini
digolongkan menjadi pasak baji, pasak kepala, pasak benam dan pasak tembereng.
Pada perencanaan mesin penekuk plat ini dipakai tipe pasak datar segi empat karena
dapat meneruskan momen yang besar. Pasak ini mempunyai dimensilebar (W) dan panjang (L).
Perlu diperhatikan bahwa lebar pasak sebaiknya antara 25 -35 % dari diameter poros, dan
panjang pasak jangan terlalu panjang dibandingkan dengan diameter poros ( antara 0,75 sampai
1,5 D ). Karena lebar dan tinggi pasak sudah distandardkan.
Keterangan :
h = Tinggi pasak (mm)
b = Lebar pasak (mm)
11
D = Diameter poros (mm)
Fs = Gaya geser (kgf/mm2)
Fc = Gaya Kompresi (kgf/mm2)
T = F (D / 2)
Dimana :
F = Gaya pada pasak (kgf)
Dp = Diameter poros (mm)
T = Torsi yang ditransmisikan (kgf.mm)
Pada pasak gaya F akan menimbulkan tegangan geser :
F 2T 1
τ s= =
A W .L .DP
Dimana :
τs = Tegangan geser ( kg/mm2)
W = Lebar pasak ( mm )
L = Panjang pasak ( mm )
Dp = Diameter poros ( mm )
T’ = Torsi ( kg.mm )
2.T 1 S syp
≤
W . L . DP f k
2. T 1 . f k
L≥
W . D p . S syp
Dimana :
W = Sisi pasak ( mm )
Dp = Diameter poros ( mm )
T1 = Torsi ( kg.mm )
fk = Faktor keamanan
F 2T1 4T1
σ c= = =
A c D P .0,5 W . L D p .W . L
Dimana :
12
σc = Tegangan kompresi ( kg/mm2)
W = Lebar pasak ( mm )
L = Panjang pasak ( mm )
Dp = Diameter poros ( mm )
T1 = Torsi ( kg.mm )
Panjang pasak pada tegangan kompresi :
2T 1 S syp
≤
W . L . DP f k
4. T poros . f k
→ L≥
W . D P . Ssyp
Dimana :
W = sisi pasak (mm)
Dp = diameter poros (mm)
T1 = Torsi (kg.mm)
Fk = factor keamanan
Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros serta elemen mesin lainnya
bekerja dengan beik jika bantalan tidak berfungsi dengan baik maka proses seluruh sistem akan
menurun atau tak dapat bekerja secara semestinya.
13
konstruksinya dan dapat dibuat serta dipasang dengan mudah Karena gesekannya yang besar,
pada waktu mulai jalan,bantalan luncur memerlukan momen awal yang besar dan memerlukan
pendinginan khusus. Sekalipun demikian karena adanya lapisan pelumas, bantalan ini
dapat meredam tumbukan dan getaran sehingga hampir tidak bersuara. Tingkat ketelitian
yang diperlukan tidak setinggi bantalan gelinding sehingga dapat lebih murah.
b. Bantalan gelinding
Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang berputar dengan yang
diam melalui elemen gelinding seperti bola (peluru),rol atau rol jarum dan rol bulat. Bantalan
gelinding pada
umumnya lebih cocok untuk beban kecil daripada bantalan luncur. Tergantung pada bentuk
elemen gelindingnya. Putaran pada bantalan ini dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada
elemen gelinding tersebut.
Karena konstruksinya yang sukar dan ketelitian yang tinggi maka bantalan
gelinding hanya dapat dibuat oleh pabrik-pabrik tertentu saja. Adapun harganya pada
umumnya lebih mahal daripada bantalan luncur. Untuk menekan biaya pembuatan serta
memudahkan pemakaian, bantalan gelinding diproduksikan menurut standar dalam berbagai
ukuran dan bentuk.
Keunggulan bantalan ini adalah pada gesekannya yang rendah. Pelumasannya pun
sangat sederhana cukup dengan gemuk, bahkan ada macam yang memakai sil sendiri tidak
perlu pelumasan lagi. Meskipun ketelitiannya sangat tinggi namun karena adanya gerakan
elemen gelinding dan sankar, pada putaran tinggi bantalan ini agak bising dibandingkan
dengan bantalan luncur. Pada waktu memilih bantalan, ciri masing-masing masih harus
dipertimbangkan sesuai dengan pemakaian lokasi.
14
Gambar 2.5 macam macam bantalan
P = X . V . FR + Y Fa
Dimana :
P = Beban ekivalen (lb)
Fr = Beban radial (lb)
Fa = Beban aksial (lb)
V = Faktor putaran konstanta
15
1,0 untuk ring dalam berputar
1,2 untuk ring luar berputar
k = Konstanta radial dari tabel
Y = Konstanta aksial dari tabel yang sama
F=√ ¿ ¿ ¿ ¿
Dimana :
Fr = beban radial dalam (lb)
Fh = gaya sumbu horizontal (lb)
FV = gaya sumbu vertical (lb)
16
BAB III
METODOLOGI
Pada bab ini akan dibahas secra detail mengenai perencanaan dan penbuatan alat,secara
keseluruhan proses pembuatan dan penyelesaian Tugas Perencanaan Elemen Mesin ini akan
digambarkan dalam diagram flow chart dibawah :
3.1 Diagram Alir Proses Pembuatan Mesin Roll Bending Plat alumunium
MULAI
DATA LAPANGAN
PEMBUATAN MESIN
UJI PERALATAN
TIDAK
SESUAI DENGAN
PERENCANAN
YA
PEMBUATAN LAPORAN
SELESAI
Gambar 3.1 Diagaram alir pembuatan mesin roll bending plat alumunium
17
1.2 Tahapan Proses Pembuatan Mesin Roll Bending Alumunium
Proses dalam menyelesaikan Tugas perencanaan elemen mesin ini melalui beberapa
tahap sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi atau studi lapangan ini dilakukan dengan survei langsung. Hal ini dilakukan
dalam rangka pencarian data yang nantinya dapat menunjang penyelesaian tugas akhir ini.
2. Studiliteratur
Pada studi literatur meliputi proses mencari dan mempelajari bahan pustaka yang
berkaitan dengan segala permasalahan mengenai perencanaan mesin roll bending. Studi literatur
ini diperoleh dari berbagai sumber antara lain text book, tugas ini yang berkaitan, juga dari
media internet dan survey mengenai komponen-komponen di pasaran.
3. Data lapangan
Dari lapangan didapat data bahwa mesin roll bending yang digunakan untuk pembuatan
reaktor cylinder alumunium masih menggunakan mekanis memanual, yang relatif membutuhkan
waktuyang lama dan tidak safety.
6. Pembuatan mesin
Dari hasil perhitungan dan perencanaan dapat diketahui spesifikasi dari bahan maupun
dimensi dari komponen yang akan diperlukan untuk pembuatan alat. Dari komponen yang
diperoleh kemudian dilakukan perakitanuntuk membuat alat yang sesuai dengan desain yang
telah dibuat.
7. Uji peralatan
Setelah alat selesai dibuat lalu dilakukan pengujian dengan mengoperasikan alat tersebut.
Dalam pengujian nanti akan dicatat dan dibandingkan waktu dan juga benda yang dihasilkan
melalui proses manual dengan mesin.
18
8. Pembuatan laporan
Tahap ini merupakan ujung dari pembuatan mesin roll bending akrilik, dengan menarik
kesimpulan yang didapat dari hasil pengujian yang telah dilakukan.
Screw Penggerak
Roll 2
Plat alumunium
Roll 1 Roll 3
19
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini akan dibahas tentang perhitungan mesin roll plat alumunium, yaitu Analisa
daya gaya yang nantinya dibutuhkan dalam mesin agar dapat berjalan dan berfungsi dengan
baik, yaitu menghitung daya motor pada saat bekerja memutar poros engkol dilanjutkan dengan
perhitungan perencanaan elemen mesin yang mendukung perencanaan mesin roll plat sehingga
aman dalam pengoperasiannya.
Gambar 4.1 Ultimate Tensile Strenht (UTS) Aluminium ( ASM International, 1990, 102-103 )
Dengan asumsi perbandingan antara tebal plat dan radius lebih kecil dibandingkan
dengan lebar antara roll bawah maka berlaku persamaan dibawah :
K . Y . L2
F=
W
Dengan asumsi perbandingan antara tebal plat dan radius lebih kecil dibandingkan
dengan lebar jarak antar roll bawah. Maka, berlaku bending menjadi mekanisme tarik,
dimana persamaan diatas menjadi :
( UTS )<¿ 2
F= ¿
W
(Kalpakjian, Schmid, 2009)
Diketahui :
20
Ultimate Tensile Strenht Alumunium 3003 Pada Temperature Udara Normal : 150 Mpa
Lebar plat alumunium (L) = 300 mm
Tebal plat alumunium (T) = 1 mm
Lebar bentangan dies (W) = 46 mm
( UTS )<¿ 2
F= ¿
W
( 150mpa ) . 300mm .(1 mm)2
F=
46 mm
F=978,26 N
F=99,75 kgf
P daya(HP )
T =71.6200
n ptaran (rpm)
T .n
P=
716200
21
Dengan asumsi gaya yang diterima roller A dan roller B adalah sama maka
diperoleh persamaan :
Fr A ( 50 % )+ Fr B (50 % )=99,75 kgf
50
Fr A atau Fr B = 99,75 kgf
100
Fr A atau Fr B = 49,87 kgf
a. Gaya gesek
22
Gambar 4.4 (Mikrajuddin. 2016. Fisika Dasar 1)
Fs=Fr A . μ
Fs=49,87 kgf . 0.47
Fs=23,44 kgf
b. Torsi pengerollan
T = Torsi (kgfmm)
R = Jari Jari Roller (mm)
T =Fs . r
T =23,44 kgf . 15 mmT =351,6 kgfmm
P daya(HP )
T =71.6200
n ptaran (rpm)
T .n
P=
716200
Sehingga, mesin roll bending alumunium ini menggunakan motor listrik dengan 0,13 HP.
23
3.3.1 Mengjitung Daya Yang Ditransmsikan
Daya desain,
Digunakan factor koreksi (fc) = 1,3
n1 z 1 n1 30
= z 2=z 1 × z 2=14 × z 2=14
n2 z 2 n2 30
24
Kecepatan rantai dihitung dengan menggunakan rumus :
L 2. C N t 1 + N t 2
= + +¿¿¿
P P 2
dimana :
L = panjang rantai (mm)
P = pitch (mm) = 6,35 mm
C = jarak kedua sumbu sproket (mm)= 150 mm
Nt1 = Jumlah gigi pada sproket penggerak = 14
Nt2 = Jumlah gigi pada sproket yang digerakkan = 14
a. Panjang rantai dari poros penggerak ke Roll 1. Diketahui : C = 150 mm
25
L 2.150 14+14
= + +¿ ¿ L=( 47,24+14 +0 ) . 6,35 L=61,24 .6,35L=388,8 mm
6,35 6,35 2
Jadi, rantai yang sesuai adalah rantai tipe no 25 dengan Panjang 388,8 mm
b. Panjang rantai dari poros roll 1 ke roll 3
Data – data yang direncanakan dalam perencanaan poros Mesin Roll Bending Plat
Akrilik ini dapat digambarkan oleh gambar distribusi gaya pada arah Horizontal dan Vertical, di
bawah ini :
Keterangan :
S1x = Gaya Sproket 1 pada sumbu horisontal
26
S1y = Gaya Sproket 1 Pada Sumbu Vertical
S2x = Gaya Sproket 2 Pada Sumbu Horizontal
S2y = Gaya Sproket 2 Pada Sumbu Vertical
Bx = Gaya Bearing B Pada Sumbu Horizontal
By = Gaya Bearing B Pada Sumbu Vertical
Rx = Gaya Roll Pada Sumbu Horizontal
Ry = Gaa Roll Pada Sumbu Vertical
Wr = Berat Roll
Ax = Gaya Bearing A Pada Sumbu Horizontal
Ay = Gaya Bearing A Pada Sumbu Vertical
27
Gambar 4.10 gaya - gaya pada roll 1
Diketahui :
Gaya resultan (R) = 49,87 kgf
Sudut Kontak ( α ¿ = 5°
28
Rx 4,34 kgf
F Dx = F = F =0,014 kgf / mm
b Dx 300 mm Dx
↑+∑ Fx=0 −S 1 x + S 2 x + Bx−W □ + Ax=0 −0 kgf + 30,13 kgf + Bx−4,34 kgf + Ax=0
Ax+ Bx=−25,79 kgf ……(1)
29
Gambar 4.13 Tinjauan Arah Horisontal
30
Potongan III-III : 0 ≤ x 3 ≤ 23 mm
31
x4
↑+∑ M 4=0 −S 1 x ( 51+ x 4 ) + S 2 x ( 37+ x 4 ) + Bx ( 23+ x 4 )−W −M 4=0
2
−0 ( 51+ x 4 ) +30,13 ( 37+ x 4 )−29,17 ( 23+ x 4 )−0,014 x 4 ( x24 )−M 4=0
x4
M 4=30,13 ( 37+ x 4 ) −29,17 ( 23+ x 4 ) −0,014. x 4 ( ) jika : x 4=0 , maka M 4=443,9 kgf
2
mm
x 4=150 maka M 4=430,4 kgfmm x 4=300 maka M 4=101,9 kgf mm
Momen bending potongan V-V
Potongan V-V : 0≤ x 5 ≤ 23 mm
32
2. Arah vertikal
a. Reaksi Tumpuan Pada Arah Vertical
33
Gambar 4.20 Tinjauan arah vertical
34
↑+∑ Fy=0 −S 1 y −S 2 y −V 2=0 −30,13 kgf −0−V 2=0 V 2=−30,13 kgf
↻+∑ M 2=0 −S 1 y ( 14+ x 2 )−S 2 y ( x 2)−M 2=0 −30,13 ( 14+ x 2 )−0(x 2)−M 2=0
M 2=−30,13 ( 14+ x 2 )−0 ( x 2 ) jika ; x 2=0 , maka M 2=−421,82kgfmm
x 2=7 maka M 2=−632,73 kgfmm x 2=14 maka M 2=−843,64 kgfmm
35
Gambar 4.24 Potongan Momen Bending IV-IV Vertikal
V4
↻+∑ M 4=0 −S 1 y ( 51+ x 4 ) −S 2 y ( 28+ x 4 ) + By ( 23+ x 3 )−W □( )−M 4=0
2
x4
−30,13 ( 51+ x 4 )−0 (28+ x 4 ) +59,56 ( 23+ x 4 )−0,16( )−M 4=0
2
x4
M 4=−30,13 ( 51+ x 4 ) +59,56 ( 23+ x 4 )−0,16(x 4)( ) jika ;
2
x 4=0 , maka M 4=−166,75 kgfmm x 4=75 maka M 4=1590,5 kgfmm
x 4=150 maka M 4=2447,75 kgfmm
36
W □2 ( )
x5
2
−M 5=0
M r= √ (M ¿¿ H )2 +(M V )2 ¿
37
Dimana :
M H =M X =¿ 443,9 kgf .mm (Momen yang terjadi pada bidang horizontal)
M v =M y =¿ 2447,75 kgf . mm (momen yang terjadi pada bidang vertical)
Maka, M r= √( M ¿¿ H )2 +(M V )2 ¿
M r= √ ( 443,9 ) + ( 2447,75 ) M r=2487,67 kgf .mm
2 2
d ≥¿
Dimana :
Mr = 2487,67 kgf . mm
T = 3103,53 kgf.mm
n = 2,5 ( faktor keamanan untuk beban kejut, terlampir )
Syp = 58 kg/mm2 (bahan AISI 1045, lambang S45C dan baja karbon kontruksi mesin)
d ≥ ¿d ≥ ¿
d ≥ ¿d ≥12,04 mm
Diameter dalam perancangan yang ditemukan adalah lebih besar dari 12,04 mm, maka
dilapangan akan menggunakan bering dengan diameter inside 15 mm.
38
Gambar 4.27 Gaya Yang Terjadi Pada Pasak
√
F rA= ( F ¿¿ AV ) + ( F AH ) ¿ F rA=√ ( 27,5 lb ) + ( 7,4 lb ) F rA=√ 783,76 lb F rA=27,7 lb
2 2 2 2 2
√
F rB= (F ¿¿ BV )2+ ( F BH ) ¿F rB=√ ( 130,83 ) + ( 64,08 ) F rB=√ 21220,1lb
2 2 2 2
F rB =145,6 lb
4.7 Pembahasan
Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan, kami telah mewujudkan sebuah mesin roll
bending untuk alumuium. Pada mesin tersebut menggunakan motor AC 1 phase dengan daya
0,13 HP dan kecepatan 6000 rpm. Namun jika digunakan untuk proses roll bending yang relatif
memerlukan putaran yang tidak terlalu tinggi maka, digunakan pula gear box dengan ratio 1:200
sehingga luaran kecepatan yang dihasilkan oleh motor yang digunakan adalah 30 rpm.
Selain menggunakan motor sebagai penggerak, dalam mesin roll bending ini juga
menggunakan beberapa komponen lain, Beberapa komponen tersebut adalah :
1. Sproket
Sproket yang digunakan berjumlah 3 buah yaitu satu sprocket single yang terpasang
pada motor dan dua sproket yang terpasang pada dua poros roll bawah, namun salah
satu nya menggunakan sproket double.
Spesifikasi dari sproket yang digunakan adalah :
- Diameter 28,5 mm.
- Jumlah gigi 14 buah.
- Rantai
2. Rantai
Rantai yang digunakan adalah rantai dengan nomor 25 panjang rantai 1 (dari motor ke
poros 1) adalah 388,8 mm dan rantai 2 (dari poros 1 ke 2) adalah 180,84 mm. Rantai
tersebut berfungsi mentransmisikan putaran dari motor menuju roll sehingga roll bisa
berputar.
40
3. Poros.
Poros yang digunakan pada mesin roll bending ini adalah besi S45C. Poros yang
digunakan ada 4 buah dimana 3 buah poros yang terpasang pada roll memiliki panjang
dan diameter yang sama yaitu diameter 15 mm dan panjang 380 mm. Sedangkan satu
4. Pasak
Pasak yang terpasang diantara sproket dan poros memiliki dimensi 15x5x5 mm.
5. Bearing
Bearing yang digunakan adalah jenis ball bearing mempunya diameter dalam (d) 15
mm. sesuai dengan diameter poros yang digunakan dan diameter luar (D) 37
6. Silinder roll
Silinder roll yang digunakan berjumlah 3 buah yang memilik panjang dan diameter
yang sama yaitu panjang 300 mm dan diameter 30 mm. 3 buah roll tersebut
dipasang secara segitiga dengan 2 roll pada bagian bawah dan 1 roll atas yang
berfungsi sebagai penekan.
7. Kanal U digunakan sebagai rangka dari alat. Kanal U yang digunakan memiliki tebal
5mm dan panjang beraneka ragam sesuai dengan fungsinya.
8. Plat besi.
Plat besi memilik beberapa fungsi yaitu sebagai dudukan atau penyangga motor,
bantalan roda dan sebagai hendel. Plat yang digunakan memilik tebal, ukuran dan
bentuk yang beraneka ragam sesuai dengan fungsi masing-masing.
41
42
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari perhitungan dan perencanaan pada “Rancang Bangun Mesin Roll Bending
alumunium”, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Daya yang dibutuhkan sebesar 0,014 HP. Maka dari itu motor yang digunakan adalah
motor AC dengan daya 0,13 HP putaran 6000 rpm serta menggunakan gear box dengan
ratio 1:200
2. Sistem transmisi yang digunakan :
a. Rantai dan Sproket Dari reducer ke poros roll rantai no: 25 dengan diameter Luar
sprocket 28,5 mm dan jumlah gigi 14.
b. Poros yang digunakan pada roll adalah bahan AISI 1045, besi S45C dengan diameter
15 mm dan panjang 380 mm.
c. Tipe Bearing yang digunakan pada poros roll adalah tipe Single Row Ball Bearing,
dengan diameter dalam 15 mm dan diameter luar 37 mm.
d. Pasak
Pasak yang digunakan adalah square key dengan dimensi W x H x L (15x5x5) mm.
5.2 Saran
1. Pada kontruksi sebaiknya frame atau rangka mesin dibuat lebih presisi, agar pada
proses kerja mesin akan lebih berkualitas hasilnya.
2. Kecepatan putaran penggerak sebaiknya dapat diatur agar hasil dari pengerolan bisa
menyesuaikan dengan lebar material yang bervariasi dan hasilnya maksimal.
3. Untuk pembuatan sebuah silinder alumunium sebaiknya dilakukan 2 kali proses
pengerollan dengan setiap proses hanya membuat setengah silinder. Setelah itu
dilakukan proses penyambungan untuk memperoleh bentuk silinder. Proses ini
dilakukan supaya proses unloading lebih cepat.
43
DAFTAR PUSTAKA
Deutschman, Aaron D. 1975. Machine Design : Theory and Practice. New York: Macmillan
Publishing Co, Inc.
Dobrovolsky, V. 1978. Machine Elements 2nd Edition. Moscow : Peace.
George E. Dieter, Jr. 1961. Mechanical Metallurgy, McGraw-Hill Book Company. New
York
Kalpakjian, Schmid, 2009. Manufacturing Engineering And Technology, Sixth Edition,
Addison Wesley.
R. C. Hibbeler, 2001. Engineering Mechanics Statics, second edition, Prentice Hall.
Robert L. Mott, 2009. Elemen-Elemen Mesin Dalam Perancangan Mekanis, edisi pertama,
University Of Dayton.
Sato, G. Takeshi, N. Sugiarto H. 2000. Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta.
Schey, John A., 2000. Introduction to Manufacturing Processes. McGraw-Hill. New York
Sularso, Kiyokatsu Suga. 1994. Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Cetakan
ke 10. PT. Pradnya Paramita, Jakarta.
William D. Callister, Jr. 2007. Material Science and Engineering, An Introduction, 7th
Edition. John Wiley & Sons, Inc. USA
Lampiran 1. Table konversi satuan
Lampiran 2. Table kekuatan Tarik alumunium
Lampiran 3. Tabel Koefisien Gesek Antara Dua Material
Lampiran 4. Ukuran umum rantai
Lampiran 5. Baja Paduan Untuk Poros
Lampiran 6. Factor koreksi rantai
Lampiran 7. Table Ukuran Bantalan dan beban ekivalen