Anda di halaman 1dari 55

PERANCANGAN PROPELLER SHAFT TOYOTA

AVANZA 2010

TUGAS ELEMEN MESIN I

Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Elemen Mesin I

di Jurusan Teknik Mesin ITENAS

Oleh :

Ramadhan Lana T

NRP : 12-2015-133

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL

2019
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Elemen Mesin I dengan judul :

PERANCANGAN PROPELLER SHAFT TOYOTA

AVANZA 2010

Oleh :

Ramadhan Lana T

12-2015-133

Disusun Sebagai Syarat Untuk Menyelesaikan Mata Kuliah Elemen Mesin I di

Jurusan Teknik Mesin ITENAS

Bandung, 23 Mei 2019


Disetujui dan disahkan oleh :

Pembimbing

NUHA DESI ANGGRAENI, S.Si., MT.


ABSTRAK

Poros merupakan salah satu elemen mesin yang memegang peranan penting

sebagai penerus daya bersama dengan putaran. Oleh karena itu poros harus

dirancang melalui suatu perhitungan sesuai dengan beban yang akan dialaminya.

Pemilihan bahan yang digunakan sebuah komponen akan menjadi pertimbangan

yang mendasar untuk menentukan dimensi sebuah poros yang akan menerima

pembebanan. Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan Poros

Propeller ini, diantaranya adalah penentuan bahan, dimensi yang sesusai,

kegunaanya dan lain-lain. Tujuan dari perancangan ini yaitu untuk menghitung

dimensi poros, dimana perancangan dilakukan sesuai dengan jenis bahan dan

pembebanan yang dialami. Pembahasan pada perancangan ini meliputi berbagai

jenis tegangan yang terjadi pada poros propeller shaft dan diperoleh jenis bahan

dan tegangan yang terjadi pada poros tersebut. Sehingga pada akhirnya akan

diperoleh perbandingan antara tegangan yang terjadi dengan tegangan ijin serta

bahan untuk merancang poros propeller yang aman .

Kata Kunci : poros, propeller shaft, tegangan, tegangan pada poros,poros

transmisi.

i
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur dan terima kasih kepada Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

Laporan Tugas Elmen Mesin I dengan judul “PERANCANGAN PROPELLER

SHAFT TOYOTA AVANZA 2010”. Laporan tugas elemen mesin ini merupakan

persyaratan dalam menempuh mata kuliah tugas Elemen Mesin I di jurusan Teknik

Mesin ITENAS bandung. Dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan

berbagai pihak yang telah memberi bantuan dan bimbingannya.

Walaupun perencanaan ini telah selesai, didasari bahwa dalam penulisan ini

masih jauh dari sempurna oleh karena itu keterbatasan pengetahuan penulis oleh

karena hal tersebut penulis menerima saran dan keritik yang bersifat membangun

demi penyempurnaan laporan ini. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis

secara khusus mengucapkan terima kasih kepada :

1. Orang tua yang selalu memberi kasih sayang, dukungan dan dorongannya,

baik secara moral maupun material serta doa sehingga tugas ini dapat

diselesaikan.

2. Ibu Nuha Desi Anggraeni, S.Si., MT.selaku dosen pembimbing yang selalu

meluangkan waktunya untuk memberi masukan kepada penulis untuk

menyelesaikan Laporan Tugas Elemen Mesin I ini.

3. Bapak Ali. S.T.M.T Selaku dosen mata kuliah elemen mesin I.

4. Bapak Dedy Hernady. S.T.M.T Selaku dosen mata kuliah elemen mesin II.

5. Asisten Lab. Metrologi Industri Teknik Mesin Itenas

ii
6. Rekan-rekan Himpunan Mahasiswa Mesin ITENAS.

Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karena itu, penulis sangat terbuka atas saran dan keritik yang membangun

demi kemajuan penulisan laporan berikutnya. Akhirnya, penulis berharap semoga

laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Bandung, 23 Mei 2019

Ramadhan Lana T

12-2015-133

iii
DAFTAR ISI

ABSTRAK ………………………………………………………………… i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................... iv

DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

I.1 Latar Belakang .................................................................................... 1

I.2 Tujuan Perancangan.............................................................................2

I.3 Metodologi .......................................................................................... 3

I.4 Ruang Lingkup Kajian ........................................................................ 3

I.5 Sistematika Penulisan Laporan ........................................................... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................. 6

2.1.Prinsip Kerja Poros ............................................................................ 6

2.1.1 Klasifikasi Poros ....................................................................... 6

2.1.2 Poros Propeller Shaft pada Toyota Avanza .............................. 9

2.2 Universal Joint ................................................................................. 11

2.2.1 Universal Joint Solid ............................................................... 12

iv
2.2.2 Flexible Joint........................................................................... 14

2.2.3 Constant Velocity Joint ........................................................... 14

2.2.4 Penghubung Bola Peluru (Pot Joint) ...................................... 15

2.2.5 Trunion Joint ........................................................................... 16

2.2.6 Slip Joint ................................................................................. 17

2.2.7 Center Bearing ........................................................................ 17

2.3 Hal-Hal Penting Dalam Merancang Poros ....................................... 20

2.3.1 Kekuatan Poros ....................................................................... 20

2.3.2 Kekakuan Poros ..................................................................... 20

2.3.3 Puntiran Kritis ........................................................................ 21

2.3.4 Korosi ..................................................................................... 21

2.3.5 Bahan Proses ........................................................................... 21

2.4 Langkah Menghitung Propeller Shaft.............................................. 22

2.4.1 Parameter................................................................................. 22

2.4.2 Asumsi .................................................................................... 23

2.4.3 Langkah Perhitungan .............................................................. 24

BAB III PEMBAHASAN .......................................................................... 30

v
3.1 Diagram Alir Proses Perhitungan..................................................... 30

3.2 Proses Perhitungan ........................................................................... 31

3.2.1 Data Spesifikasi Mobil Avanza 2010...................................... 31

3.2.2 Menentukan Diagram Benda Bebas (DBB) dan menghitung

Reaksi Tumpuan pada Propeller Shaft ................................... 31

3.2.3 Menentukan Diagram Gaya .................................................... 35

3.2.4 Menghitung Tegangan Puntir Maksimum (𝜏𝑝𝑢𝑛𝑡𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠. ) ...... 34

3.2.5 Menentukan Pemilihan Bahan dan Proses untuk poros ......…37

3.2.6 Menghitung Tegangan Ijin ...................................................... 38

3.2.7 Menghitung Dimensi Poros .................................................... 38

3.2.8 Menghitung Tegangan Terjadi ................................................ 39

BAB IV ANALISA ..................................................................................... 40

BAB V KESIMPULAN ............................................................................. 42

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

vi
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1. Poros Trasmisi [1] ..................................................................... 7

2. Gambar 2.2. Poros Spindel [2] ....................................................................... 8

3. Gambar 2.3. Poros Gandar [3] ....................................................................... 9

4. Gambar 2.4. Perubahan transmisi dan diferential [4] …………………….. 10

5. Gambar 2.5. Universal Joint [5]………………………………................... 11

6. Gambar 2.6. Kontruksi Hook Joint [6]…………………….......................... 12

7. Gambar 2.7. Kontruksi Hook Joint tipe Sheel Bearing Cup [7] ………..… 13

8. Gambar 2.8. Kontruksi Hook Joint tipe Solid Bearing Cup [8] ……..…… 13

9. Gambar 2.9. Flexible joint [9]


………………………………….................. 14

10. Gambar 2.10. Constatnt Velocity Joint [10] …………………..…………... 15

11. Gambar 2.11. Penghubung Bola Peluru (Pot Joint) [11]………………...… 15

12. Gambar 2.12. Trunion Joint [12]………………….......………...... ........... ..17

13. Gambar 2.13. Slip joint [13]………………………………......................... .17

14. Gambar 2.14. Center bearing [14]………………………….........................18

15. Gambar 2.15. Toyota Avanza [15]…………………………….....................19

16. Gambar 2.16. Toyota Avanza Veloz [16]…………………….............. ...... .19

17. Gambar 3.1. Diagram Benda Bebas (DBB) pada Propeller Shaft [17] ….. 32

vii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Laporan ini merupakan pengaplikasian dari materi kuliah ke dalam

permasalahan yang sebenarnya. Didalam Laporan ini berisi tentang penentuan

bahan dan dimensi dari Poros Propeller Toyota Avanza. Penentuan bahan ini

dilakukan untuk dijadikan tolak ukur sebagai bahan pertimbangan, bahan

pertimbangan ini berdasarkan dengan beberapa teori dasar dan hasil dari analisa

serta kesimpulan yang diperoleh dari hasil percobaan.

Poros merupakan salah satu elemen mesin yang memegang peranan

penting sebagai penerus daya bersama-sama dengan putaran. Oleh karena itu

poros harus dirancang melalui suatu perhitungan sesuai dengan beban yang

akan dialaminya. Pemilihan bahan yang digunakan sebuah komponen akan

menjadi pertimbangan yang mendasar untuk menentukan dimensi sebuah poros

yang akan menerima pembebanan.

Dalam hal ini penulis mengambil judul Poros Propeller Toyota Avanza,

dikarenakan penulis telah mengetahui hal-hal yang apa saja yang dibutuhkan

untuk merancang ulang poros tersebut dan telah mengetahui peran penting dari

poros Propeller.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133)| 1


Sebenarnya alat ini tidak hanya digunakan pada Toyota Avanza saja, akan

tetapi alat ini digunakan disemua mobil bahkan kereta api pun menggunakan

alat ini sebagai penerus daya yang mengalami beban puntir murni.

Banyak faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan Poros Propeller

ini, diantaranya adalah penentuan bahan, dimensi yang sesusai, kegunaanya dan

lain-lain. Tetapi dalam makalah ini hanya memusatkan pembahasan pada

penentuan material untuk komponen-komponen dari poros ini.

Beban yang bekerja pada poros umumnya adalah beban berulang, jika

poros tersebut mempunyai roda gigi untuk meneruskan daya maka akan terjadi

kejutan pada saat mulai atau sedang berputar. Beban tersebut dapat dianalisa

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan teori yang

tersirat dalam laporan ini.

Dalam pelaksanaan suatu tugas perancangan elemen mesin 1 diperlukan

usaha yang sungguh-sungguh untuk menunjang keberhasilan suatu

perancangan. Selanjutnya diperlukan pula dasar-dasar perancangan serta

pengalaman, sehingga dapat dihasilkan rancangan elemen mesin yang cukup

berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan. Hal ini semua diperlukan karena

mengingat banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan, baik dari segi

fungsi, kegunaan, konstruksi, maupun segi keamanan.

1.2 Tujuan Perancangan

Pada Laporan ini akan dibahas penentuan dimensi utama poros propeller

belakang Toyota Avanza. Tujuan yang akan dicapai adalah untuk menghitung

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133)| 2


dimensi poros, dimana perancangan dilakukan sesuai dengan jenis bahan dan

pembebanan yang dialami.

1.3 Metodologi

Metodologi penyusunan yang dipakai adalah Metodologi Deskriptif

yang teknik operasionalnya sebagai berikut :

Observasi: Pengamatan secara langsung elemen-elemen atau

komponen propeller sebagai studi komparatif dari studi literatur yang

telah didapat saat kuliah dengan kenyataan sebenarnya.

Interview: Tanya jawab atau wawancara dengan orang-orang yang

lebih mengetahui secara teknis seputar poros propeller.

Studi Literatur: Mempelajari literatur yang berhubungan dengan

masalah terkait yang didapat dari dokumen-dokumen, buku-buku ataupun

internet sebagai referensi.

Membandingkan data hasil pengukuran geometrik dan hasil

perhitungan untuk membuat analisa.

1.4 Ruang Lingkup Kajian

Dalam laporan ini ada batasan masalah yang meliputi parameter-

parameter sebagai berikut :

 Tegangan Puntir Maksimum

 Pemilihan Bahan dan Proses

 Tegangan Ijin

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133)| 3


 Tegangan Terjadi

 Dimensi Poros

1.5 Sistematika Penulisan Laporan

BAB I : PENDAHULUAN

Menjelaskan Latar Belakang, Tujuan Perencanaan,

Metodologi,Ruang Lingkup Kajian, dan Sistematika dalam

penulisan laporan ini.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini dijelaskan tentang poros berdasarkan jenis

pembebanannya, menjelaskan hal-hal yang penting dalam

perencanaan berupa penurunan rumus serta bahan-bahan yang

biasa digunakan untuk pembuatan poros dan cara kerja dari

poros itu sendiri.

BAB III : PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan di membahas tentang perhitungan

dengan rumus yang telah di tentukan untuk perancangan

propeller shaft.

BAB IV: ANALISA

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133)| 4


Pada bab ini menyajikan analisa dari hasil pembahasan dan

perhitungan pada perancangan propeller shaft.

BAB IV: KESIMPULAN

Pada bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil pembahasan

dan perhitungan pada perancangan propeller shaft.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133)| 5


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prinsip Kerja Poros

Poros merupakan salah satu bagian terpenting dari setiap mesin. Hampir

semua mesin meneruskan tenaga bersama–sama dengan putaran. Peranan utama

dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Poros propeller bekerja untuk meneruskan daya putaran dari transmisi ke

diferial dalam keadaan tidak dalam satu garis lurus. Dan putaran diteruskan dari

transmisi ke poros propeller dan dari poros propeller ke diferensial melalui

universal joint, universal joint berfungsi untuk eneruskan daya putaran yang dalam

keadaan tidak satu garis.

2.1.1 Klasifikasi Poros

Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menuruut

pembebanannya sebagai berikut :

Poros Transmisi

Poros tersebut mendapat beban puntir murni atau puntir dan

lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda

gigi, puli sabuk atau sproket rantai dan lain–lain. Contoh pada mesin

yang mengalami beban puntir murni yaitu gardan.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 6


Gambar 2.1 Poros Trasmisi [1]

Poros Spindel

Poros spindel merupakan poros transmisi yang relatif pendek,

seperti poros utama mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa

puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah

deformasinya kecil, sebab apabila deformasinya besar benda kerja

tidak akan silindris. Serta bentuk dan ukuran harus teliti. Poros spindel

berhubungan langsung dengan benda kerja.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 7


Gambar 2.2 Poros Spindel [2]

Poros Gandar

Poros seperti yang dipasang diantara roda-roda kertas barang,

dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak

boleh berputar, disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban

lentur, kecuali digerakkan oleh penggerak mula dimana mengalami

beban puntir juga. Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas

poros lurus umum, poros engkol sebagai poros utama dari mesin torak,

dan lain– lain. Poros luwes untuk transmisi daya kecil agar terdapat

kebebasan dari perubahan arah, dan lain–lain.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 8


Gambar 2.3 Poros Gandar [3]

2.1.2 Poros Propeller pada Toyota Avanza

Propeller shaft memindahkan tenaga dari transmisi ke differential

transmisi umurnnya terpasang pada chassis frame, sedangkan differential

dan sumbu belakang rear axle disangga oleh suspensi sejajar dengan roda

belakang. Oleh sebab itu posisi differential terhadap transmisi selalu

berubah-ubah pada saat kendaraan berjalan, sesuai dengan permukaan jalan

dan ukuran propeller shaft beban.

Propeller shaft dibuat sedemikian rupa agar dapat memindahkan

tenaga dari transmisi ke differential dengan lembut tanpa dipengaruhi akibat

adanya perubahan-perubahan tadi.Untuk tujuan ini universal joint dipasang

pada setiap ujung, fungsinya untuk menyerap perubahan sudut dari

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 9


suspensi. Selain itu sleeve yoke bersatu untuk menyerap perubahan antara

transmisi dan diferential.

Gambar 2.4 Perubahan transmisi dan diferential [4]

[3]
Pada umumnya propeller shaft dibuat dari tabung pipa baja yang

memiliki ketahanan terhadap gaya puntiran atau bengkok. selain itu dipilih

tabung pipa baja di karenakan luas penampang yang di perlukan lebih kecil jika

dibandingkan dengan poros pejal, selain itu biaya yang harus di keluarkan lebih

kecil jika digunakan poros yang pejal. Bandul pengimbang balance weight

dipasang dibagian luar pipa dengan tujuan untuk keseimbangan pada waktu

berputar.

Pada umumnya propeller shaft terdiri dari satu pipa yang mempunyai

dua penghubung yang terpasang pada kedua ujung berbentuk universal joint.

Tipe propeller shaft dua bagian dengan tiga joint kadang-kadang menggunakan

bearing tengah yang bertujuan untuk mengurangi getaran dan bunyi.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 10


2.2 Universal Joint

Universal joint, U sendi, Cardan joint, Hardy-Spicer sendi, atau sendi Hooke

adalah joint dalam sebuah batang kaku yang dimungkinkan batang tersebut

membengkok dalam segala arah, dan umumnya digunakan pada rotary shaft ( poros

yang berputar ) yang mengirimkan gerakan ( putaran ). Terdiri dari sepasang engsel

terletak berdekatan, berorientasi pada 90° untuk satu sama lain, dan dihubungkan

dengan poros salib.

Gambar 2.5 Universal Joint [5]

[5] Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 11

[3]
2.2.1 Universal Joint solid

Fungsi universal joint ialah untuk meredam bahan sudut dan untuk

melembutkan perpindhan tenaga dari transmisi ke differential. Universal joint

ada dua tipe : universal join solid bearing cup yang dapat dibongkar dan sal

joint tipe shell bearing cup yang tidak dibongkar.

Kondisi jalan mempengaruhi kerja suspensi dan berakibat pada posisi

differential selalu berubah-ubah terhadap transmisi. Universal joint dipakai

untuk mengatasi kondisi tersebut agar poros selalu dapat berputar dengan

lancar, sehingga universal joint harus mempunyai syarat : dapat mengurangi

resiko kerusakan propeller saat poros bergerak naik/ turun, tidak berisik atau

berputar dengan lembut, konstruksinya sederhana dan tidak mudah rusak. Jadi

universal joint berfungsi untuk melembutkan pentransfer tenaga dari transmisi

ke diferensial. Dimana konstruksi dari universal joint dimungkinkan berputar

lembut dan tidak mudah rusak. Berikut Konstruksi Hook Joint :

Gambar 2.6 Konstruksi Hook Joint [6]

[5] Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 12

[3]
Pada umumnya poros propeller menggunakan konstruksi tipe ini,

karena selain konstruksinya yang sederhana tipe ini juga berfungsi secara akurat

dan konstan. Konstruksi hook joint adalah seperti ganbar di atas. Ada dua tipe

hook joint yaitu shell bearing cup type dan solid bearing cup type. Pada tipe

shell bearing cup universal joint tidak bisa dibongkar sedangkan pada tipe solid

bearing cup bisa dibongkar. Ilustrasi konstruksi kedua tipe universal joint

tersebut dapat dilihat pada gambar berikut :

Gambar 2.7 Konstruksi hook joint tipe shell bearing cup [7]

[5]

[3]

Gambar 2.8 Konstruksi hook joint tipe solid bearing cup [8]

[5] Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 13

[3]
2.2.2 Flexible Joint

Flexible joint terdiri dari karet kopling yang keras yang diletakkan

diantara dua yoke berbentuk kaki tiga. Selama flexible joint tidak

menghasilkan gesekan akan berputar lembut tanpa diperlukan pelumasan.

[9]
Gambar 2.9 Flexible joint

[5]
2.2.3 Constant Velocity Joint

Constant velocity joint mempunyai


[3] keuntungan memindahkan

putaran dan momen lebih lembut, dan mempunyai kerugian mahal karena

desainnya komplit. Oleh karena itu jarang dipakai untuk penyambungan

propeller shaft, tetapi lebih sering dipakai pada poros penggerak depan dari

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 14


kendaraan penggerak roda depan atau poros penggerak belakang dari

kendaraan dengan suspensi belakang independent.

Gambar 2.10 Constant Velocity Joint [10]

2.2.4 Penghubung Bola Peluru (Pot


[5] Joint)
Kemampuan sudut dapat meneruskan tenaga/putaran pada sudut
[3]
maksimum 50o (rata – rata 30o). Penggunaan Pada suspensi independent.

Pada aksel rigrid depan dengan penggerak roda (4 wheel drive). Sifat –

sifat Kerjanya lebih stabil (konstan).

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 15


Gambar 2.11 Penghubung Bola Peluru (Pot Joint) [11]

2.2.5 Trunion Joint [5]


Model ini berusaha menggabungkan tipe hook joint dan slip joint,
[3]
namun hasilnya masih dibawah slip joint sendiri, sehingga jarang

digunakan. Konstruksinya dapat dilihat pada gambar disamping.

Gambar 2.12 Trunion Joint [12]

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 16


2.2.6 Slip Joint

Bagian ujung poros propeller yang dihubungkan dengan poros

output transmisi terdapat alur-alur untuk pemasangan slip joint. Hal ini

memungkinkan panjangnya poros propeller shaft sesuai dengan jarak

output transmisi dengan differential. Konstruksinya dapat dilihat pada

gambar disamping.

Gambar 2.13 Slip joint [13]

2.2.7 Center Bearing

Center bearing terdiri dari rubber bushing yang melindungi

bearing dimana gerakannya menahan propeller shaft. Rubber bushing

juga berfungsi untuk mencegah getaran yang mencapai bodi kendaraan.

Dan hasilnya getaran atau bunyi dari propeller shaft pada kecepatan tinggi

dapat dikurangi seminimal mungkin.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 17


Gambar 2.14 Center bearing [14]

Toyota Avanza merupakan kendaraan roda empat buatan Toyota Motor

Co.,Ltd yang pada dasarnya dibuat untuk memenuhi pasaran kendaraan keluarga

dengan dimensi kompak. Tidak seperti kendaraan sekelas lain yang pada saat ini

mempunyai volume silinder yang besar, ada dua jenis mesin yang di produksi oleh

Toyota yaitu 1300 cc dan 1500 cc. Hal ini disebabkan karena Toyota memang

mengkhususkan diri membuat kendaraan ber-cc kecil.

Volume silinder yang kecil tidak membuat Toyota Avanza mengalami

masalah besar dalam penggunaanya. Perbandingan gigi transmisi yang baik, dan

dibantu oleh bodi dan rangka yang kompak dan ringan, kekurangan tersebut dapat

diatasi. Toyota mengeluarkan dua versi dari Toyota Avanza yaitu:

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 18


Toyota avanza

Gambar 2.15 Toyota Avanza [15]

Toyota Avanza veloz.

Gambar 2.16 Toyota Avanza Veloz [16]

Karena Toyota Avanza merupakan kelas suv atau bahasa umumnya mobil

keluarga. Pada dasarnya Toyota Avanza ini mempunyai 2 bagian poros propeller,

yaitu, poros propeller tengah menyalurkan tenaga gerak dari Tarnsmisi ke poros

yang kedua.poros yang pertama di topang dengan bearing center yang menempel

pada chasis.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 19


Poros propeller belakang menyalurkan tenaga dari poros pertama ke

differensial belakang.

2.3 Hal-Hal Penting Dalam Merancang Poros

Untuk merencanakan sebuan poros, hal-hal berikut ini perlu diperhatikan.

2.3.1 Kekuatan Poros

Suatu poros transmisi dapat mengalami beban puntir atau lentur

atau gabungan antara puntir dan lentur, ada juga poros yang mendapat

beban tarik atau tekan seperti pada poros turbin.

Kelelahan tumbukan atau pengaruh konsentrasi tegangan bila

diameter poros diperkecil (poros bertingkat) atau bila poros mempunyai

alur pasak harus diperhatikan, sehingga sebuah poros harus cukup kuat

menahan beban yang terjadi pada poros tersebut.

2.3.2 Kekakuan Poros

Meskipun sebuah poros memiliki kekuatan yang cukup, tetapi

jika lenturan defleksi puntirannya melebihi batas yang diizinkan maka

akan mengakibatkan ketidaktelitian misalnya pada mesin perkakas atau

getaran suara pada turbin dan gear box. Karena itu disamping kekuatan

juga harus diperhatikan dan disesuaikan dengan jenis mesin yang akan

menggunakan poros tersebut.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 20


2.3.3 Puntiran Kritis

Bila putaran suatu mesin dinaikkan maka pada suatu harga putaran

tertentu dapat terjadi getaran yang luar biasa. Hal ini bisa terjadi pada

turbin, motor torak silinder, motor listrik dan lain–lain. Serta dapat

mengakibatkan kerusakan pada poros dan bagian lainnnya. Jika

mungkin harus direncanakan sedemikian rupa sehingga putaran kerja

lebih dari putaran kritis.

2.3.4 Korosi

Bahan–bahan tahan korosi (termasuk plastik) dipilih untuk

poros propeller dan pompa, bila terjadi kontak dengan fluida yang

korosif. Demikian juga poros–poros yang terancam kavitasi dan poros–

poros mesin yang berhenti lama, sampai baras–batas tertentu dapat pula

dilakukan perlindungan terhadap korosi.

2.3.5 Bahan Poros

Poros untuk mesin umum biasanya dibuat dari baja batang yang

ditarik dingin dan difinishing, yaitu baja karbon konstruksi mesin yang

dihasilkan dari igot yang di – kill (baja yang dioksidasi dengan ferro

silikon dan dicor).

Meskipun demikian kelurusan poros ini agak kurang tetap dan

dapat mengalami deformasi karena tegangan yang kurang seimbang

misalnya diberi alur pasak dan adanya tegangan sisa dalam terasnya.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 21


Penarikan dingin membuat permukaan poros menjadi keras dan

kekuatannya bertambah.

Poros untuk meneruskan putaran tinggi dan beban berat

umumnya dibuat dari baja paduan dengan pengerasan kulit yang tahan

terhadap keausan. Beberapa diantaranya adalah baja khrom, nikel, baja

khrom nikel molibden, baja khrom, baja molibden dan lain–lain.

Meskipun demikian pemakaian baja paduan khusus tidak selalu

diharuskan, alasannya hanya karena putaran tinggi, dan beban berat,

dalam hal demikian perlu dipertimbangkan penggunaan baja karbon

yang diberi perlakuan panas secara tepat untuk memperoleh kekuatan

yang diperlukan. Poros–poros yang bentuknya sulit seperti poros engkol

banyak dibuat dari besi cor nodular atau coran lainnya.

2.4 Langkag Menhitung Propeller Shaft

2.4.1 Parameter

Setelah melakukan studi literature dan melakukan pengukuran tehadap

bnda kerja secara langsung, penulis mengambil beberapa parameter yang di

perlukan unutk menghitung Propeller Shaft, berikut merupakan parameter

yang digunakan dalam proses perhitungan berdasarkan hasil bimbingan

dengan dosen pembimbing, sebagai berikut :

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 22


 Data spesifikasi Mobil Avanza 2010, meliputi :

 Panjang (L) : 4120 mm

 Lebar (l) : 1630 mm

 Tinggi (h) : 1695 mm

 Jarak Sumbu Roda : 2655 mm

 Jarak Pijak Depan : 1405 mm

 Jarak Pijak Belakang : 1415 mm

 Kapasitas Silinder : 1495 cc

 Daya Maksimal (P/n) : 109/6000 Hp/rpm

 Torsi Maksimal : 14,4/4400 kg.m/rpm

Data yang diperoleh merupakan data spesifikasi dari Handbook mobil

avanza 2010.

2.4.2 Asumsi

Metode dan asumsi yang digunakan untuk mempermudah dalam proses

penyelesain perhitungan adalah sebagai berikut :

 Torsi maksimum yang digunkan adalah perbandingan gigi yang

terbesar yaitu ketika R (mundur)

 Bahan yang digunakan dalam proses perancangan poros yaitu

𝑘𝑔
S55C dengan 𝜎𝑢 = 66 𝑚𝑚2

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 23


2.4.3 Langkah Perhitungan

Berikut ini adalah langkah-langkah yang digunakan dalam proses

perhitungan secara mekanis :

1. Diagram Benda Bebas (DBB) Propeller Shaft dan Reaksi tumpuan

2. Menentukan Diagram Gaya, meliputi :

 Diagram Gaya Normal

 Diagram Gaya Geser

 Diagram Momen

3. Menentukan Tegangan Puntir Maksimum (𝜏𝑝𝑢𝑛𝑡𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠. )

Dalam mementukan persamaan Tegangan puntir maksimum

menggunakan fungsi dari dari persamaan perbandingan roda gigi dari

rasio roda gigi dan Torsi pada kendaran tersebut .

𝑛1 𝑑 𝑛𝑚𝑎𝑥
𝑖= = 𝑑2 ; 𝑖 = ………………………………………. (1)
𝑛2 1 𝑛1

𝑃
𝑇𝑛 = 𝑖𝑛 × 𝑛 ………………………………………………….. (2)
𝑛

𝜏𝑝𝑢𝑛𝑡𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠. = 𝑇𝑅 …………………………………………… (3)

Dimana :

𝑟𝑎𝑑
 i = rasio perbandingan transmisi ( )
𝑠

 n = putaran daya (rpm)

 T = Torsi (N.mm)

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 24


4. Menentukan tegangan ijin (𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛 )

Tegangan yang terjadi akibat pembebanan yang berlangsung

tak terbatas lamanya pada elemen mesin, tanpa mengakibatkan

terjadinya kepatahan maupun perubahan bentuk yang menuju ke

kerusakan.

Pemilihan tegangan ijin sangat menentukan untuk menghitung

dan memeriksa kembali ukuran dari elemen mesin


𝜎𝑢
𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝑆 …………………………………………....... (4)
𝑓1 ×𝑆𝑓2

Dimana :

 𝜎𝑢 = sigma ultimate

 𝑆𝑓1 = Safety Factor 1, safety factor pertama digunakan untuk

bahan atau material yang di pakai dalam merancang poros.

 𝑆𝑓2 = 𝑆𝑎𝑓𝑒𝑡𝑦 𝐹𝑎𝑐𝑡𝑜𝑟 2, safety factor kedua di gunakan untuk

proses pembuatan poros tersebut.

5. Menentukan Dimensi Poros

Dalam menentukan dimensi poros dapat di lihat fungsi dari

kontruksi poros yaitu dengan poros tipe berongga


𝑇.𝐶
𝜏̅ = …………………………………………………...... (5)
𝐽

𝐷𝑜
𝐶= ……………………………………………………... (6)
2

𝜋
𝐽= (𝐷𝑜4 − 𝐷𝑖4 ) ………………………………………….. (7)
32

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 25


16.𝑇.𝐷0
𝜏̅ = ………………………………………………. (8)
𝜋(𝐷𝑜4 −𝐷𝑖4 )

Dimana :

 C = Jarak terluar dari sumbu normal (mm).

 J = Momen inersia penampang (mm).

 𝐷𝑜 = Diameter outer.

 𝐷𝑖 = Diameter inner.

6. MenghitungTegangan yg terjadi (𝜏𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 )

Tegangan terjadi dapat dilihat dari perbandingan tergangan

yang diijinkan.
16.𝑇
𝜏𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 = 𝜋.𝐷3 (1−0,84 ) ………………………………………. (9)
𝑜

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 26


BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Diagram Alir Proses Perhitungan

MULAI

Data Spesifikasi Mobil Avanza 2010

Diagram Benda Bebas (DBB) Poros

Reaksi Tumpuan

Diagram Gaya
-Diagram Gaya Normal
-Diagram Gaya Geser
-Diagram Momen

Tegangan Puntir Maksimum

Pemilihan Bahan & Proses

Tegangan Ijin

Dimensi Poros

Tegangan Terjadi

Perbandingan
Teg. Terjadi vs Teg. diijinkan

Teg. Terjadi ≤ Teg. Ijin


TIDAK

YA

Gambar Teknik

SELESAI

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 30


3.2 Proses Perhitungan

3.2.1 Data Spesifik Mobil Avanza 2010

 Panjang (L) : 4120 mm

 Lebar (l) : 1630 mm

 Tinggi (h) : 1695 mm

 Jarak Sumbu Roda : 2655 mm

 Jarak Pijak Depan : 1405 mm

 Jarak Pijak Belakang : 1415 mm

 Kapasitas Silinder : 1495 cc

 Daya Maksimal (P/n) : 109/6000 Hp/rpm

 Torsi Maksimal : 14,4/4400 kg.m/rpm

3.2.2 Menentukan Diagram Benda Bebas (DBB) dan menghitung Reaksi

Tumpuan pada Propeller Shaft

Sebelum melakukan perhitungan ke langkah selanjutnya, hal dasar yang

harus di pahami itu adalah Diagram Benda Bebas dan Rekasi Tumpuan pada

sebuah benda yang akan kita rancang atau analisa.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 31


Diagram Benda Bebas (DBB) Propeller Shaft

Gambar 3.1 Diagram Benda Bebas (DBB) pada Propeller Shaft [17]

Berat (W)

W = m.g

𝑚
= 6 kg . 9,81 𝑠2

W = 58,86 N

Dimana :

 W = Berat (N)

 m = Massa (kg)
𝑚
 g = Gaya Gravitasi (9,81 𝑠2 )

Reaksi Tumpuan

+↑ Σ𝐹𝑦 = 0

𝑅𝐴𝑦 + 𝑅𝐵𝑦 − 𝑊 = 0

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 32


𝑅𝐴𝑦 + 𝑅𝐵𝑦 = 58,86 𝑁

𝑅𝐴𝑦 = 58,86 𝑁 − 𝑅𝐵𝑦

𝑅𝐴𝑦 = 58,86 𝑁 − 29,43 𝑁

𝑅𝐴𝑦 = 529,43 𝑁

+↶ Σ𝑀𝐴 = 0

−𝑊(250) + 𝑅𝐵𝑦 (500) = 0

𝑅𝐵𝑦 (500) = 𝑊 (250)

𝑅𝐵𝑦 (500) = 58,86 𝑁 (250)

58,86 𝑁−250 𝑚𝑚
𝑅𝐵𝑦 = 500 𝑚𝑚

𝑅𝐵𝑦 = 29,43 𝑁

DBB POT.1 ; 0 ≤ x ≤ 250 mm

+→ Σ𝐹𝑋 = 0 ; 𝐹 = 0

+↑ Σ𝐹𝑦 = 0 ; 𝑅𝐴𝑦 − 𝑉 = 0

𝑉 = 𝑅𝐴𝑦

𝑉 = 29,43 𝑁

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 33


+↶ Σ𝑀𝑥 = 0

𝑀 − 𝑅𝐴𝑦 (𝑥) = 0

𝑀 = 𝑅𝐴𝑦 (𝑥)

𝑀 = 29,43 𝑁 (𝑥)

𝑥=0 ⟹𝑀=0

𝑥 = 250 ⟹ 𝑀 = 7357,5 𝑁. 𝑚𝑚

DBB POT.2 ; (250 ≤ x ≤ 500) mm.

+→ Σ𝐹𝑋 = 0 ; 𝐹 = 0

+↑ Σ𝐹𝑦 = 0 ; 𝑅𝐵𝑦 − 𝑉 = 0

𝑉 = −𝑅𝐵𝑦

𝑉 = −29,43 𝑁

+↶ Σ𝑀𝑥 = 0

−𝑀 + 𝑅𝐵𝑦 (500 − 𝑥) = 0

𝑀 = 𝑅𝐴𝑦 (500 − 𝑥)

𝑀 = 29,43 𝑁 (500 − 𝑥)

𝑥 = 250 ⟹ 𝑀 = 7357,5 𝑁. 𝑚𝑚

𝑥 = 500 ⟹ 𝑀 = 0

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 34


3.2.3 Menentukan Diagram Gaya

Setelah menentukan DBB dan menghitung reaksi tumpuan pada Propeller shaft,

akan di dapat hasil untuk menentukan dan membuat diagram gaya. Yang

diantaranya sebabagi berikut :

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 35


3.2.4 Menghitung Tegangan Puntir Maksimum (𝝉𝒑𝒖𝒏𝒕𝒊𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔. )

Dalam mementukan persamaan Tegangan Puntir Maksimum

(𝝉𝒑𝒖𝒏𝒕𝒊𝒓 𝒎𝒂𝒌𝒔. ) menggunakan fungsi dari dari persamaan perbandingan roda

gigi dari rasio roda gigi dan Torsi pada kendaran tersebut .

2𝜋 𝑟𝑎𝑑
n = 6000 rpm 1 𝑟𝑝𝑚 = 60 𝑠

Perhitungan rasio transmisi

𝑛1 𝑑 𝑛𝑚𝑎𝑥
𝑖= = 𝑑2 ; 𝑖 =
𝑛2 1 𝑛1

𝑛𝑚𝑎𝑥 6000 𝑟𝑝𝑚 𝑟𝑎𝑑


∴ 𝑛1 = = = 1675,45 𝑟𝑝𝑚 = 175,56
𝑖 3,579 𝑠

𝑛𝑚𝑎𝑥 6000 𝑟𝑝𝑚 𝑟𝑎𝑑


∴ 𝑛2 = = = 2865,33 𝑟𝑝𝑚 = 300,06
𝑖 2,094 𝑠

𝑛𝑚𝑎𝑥 6000 𝑟𝑝𝑚 𝑟𝑎𝑑


∴ 𝑛3 = = = 3921,57 𝑟𝑝𝑚 = 410,66
𝑖 1,530 𝑠

𝑛𝑚𝑎𝑥 6000 𝑟𝑝𝑚 𝑟𝑎𝑑


∴ 𝑛4 = = = 6000 𝑟𝑝𝑚 = 628,32
𝑖 1,000 𝑠

𝑛𝑚𝑎𝑥 6000 𝑟𝑝𝑚 𝑟𝑎𝑑


∴ 𝑛5 = = = 7071,54 𝑟𝑝𝑚 = 734,87
𝑖 0,855 𝑠

𝑛𝑚𝑎𝑥 6000 𝑟𝑝𝑚 𝑟𝑎𝑑


∴ 𝑛𝑅 = = = 1609,87 𝑟𝑝𝑚 = 168,58
𝑖 3,727 𝑠

Perhitungan Torsi pada kendaraan tersebut

𝑃 57418,9 𝑤𝑎𝑡𝑡
∗ 𝑇1 = 𝑖1 × 𝑛 = 3,579 × 𝑟𝑎𝑑 = 1170,55 𝑁. 𝑚
1 175,56
𝑠

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 36


𝑃 57418,9 𝑤𝑎𝑡𝑡
∗ 𝑇2 = 𝑖2 × 𝑛 = 2,095 × 𝑟𝑎𝑑 = 400,7 𝑁. 𝑚
2 300,06
𝑠

𝑃 57418,9 𝑤𝑎𝑡𝑡
∗ 𝑇3 = 𝑖3 × 𝑛 = 1,530 × 𝑟𝑎𝑑 = 213,93 𝑁. 𝑚
3 410,66
𝑠

𝑃 57418,9 𝑤𝑎𝑡𝑡
∗ 𝑇4 = 𝑖4 × 𝑛 = 1000 × 𝑟𝑎𝑑 = 91,38 𝑁. 𝑚
4 638,32
𝑠

𝑃 57418,9 𝑤𝑎𝑡𝑡
∗ 𝑇5 = 𝑖5 × = 0,855 × 𝑟𝑎𝑑 = 66,8 𝑁. 𝑚
𝑛5 734,87
𝑠

𝑃 57418,9 𝑤𝑎𝑡𝑡
∗ 𝑇𝑅 = 𝑖𝑅 × 𝑛 = 3,727 × 𝑟𝑎𝑑 = 1269,43 𝑁. 𝑚
𝑅 168,58
𝑠

Jadi, Tegangan puntir maksimum sama dengan Torsi maksimum yaitu

terjadi pada gigi mundur sebesar 1269430 N.mm

𝜏𝑝𝑢𝑛𝑡𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠. = 𝑇𝑅 = 1269430 𝑁. 𝑚𝑚

3.2.5 Menentukan Pemilihan Bahan dan Proses untuk poros

Dalam perancangan poros propeller Toyota Avanza di asumsikan bahan

𝑘𝑔
yang digunakan S 55 C, yang memiliki kekuatan tarik sebesar 𝜎𝑢 = 66 ,,
𝑚𝑚2

seperti yang terlihat dalam lampiran laporan ini.

Asumsi bahan = S 55 C

𝑘𝑔
𝜎𝑢 = 66 𝑚𝑚2

𝜏𝑝𝑢𝑛𝑡𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠. = 1269430 𝑁. 𝑚𝑚

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 37


Dimana Safety Factor :

𝑆𝑓1 = 6 , safety factor pertama digunakan untuk bahan atau material yang

di pakai dalam merancang poros.

𝑆𝑓2 = 2, safety factor kedua di gunakan untuk proses pembuatan poros

tersebut.

3.2.6 Menghitung Tegangan Ijin (𝝉𝒊𝒋𝒊𝒏 )

Tegangan yang terjadi akibat pembebanan yang berlangsung tak

terbatas lamanya pada elemen mesin, tanpa mengakibatkan terjadinya

kepatahan maupun perubahan bentuk yang menuju ke kerusakan.

Pemilihan tegangan ijin sangat menentukan untuk menghitung dan

memeriksa kembali ukuran dari elemen mesin


𝜎𝑢
𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝑆
𝑓1 ×𝑆𝑓2

𝑘𝑔
66
𝑚𝑚2
= 6×2

𝑘𝑔 𝑚
𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛 = 5,5 × 9,81
𝑚𝑚2 𝑠2

𝑁
𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛 = 53,96 𝑚𝑚2

𝑁
𝜏̅ = 𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛 = 53,96 𝑚𝑚2

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 38


3.2.7 Menghitung Dimensi poros

𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛 𝑘𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 ⟹ 𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛 = 𝜏𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖

𝑇.𝐶 𝐷𝑜 𝜋
𝜏̅ = 𝐶= 𝐽= (𝐷𝑜4 − 𝐷𝑖4 )
𝐽 2 32

16.𝑇.𝐷0
𝜏̅ = 𝜋(𝐷𝑜4 −𝐷𝑖4 )

𝐷
Jika, 𝐷 𝑖 = 𝑎 ; 𝐷𝑖 = 𝑎 × 𝐷𝑜
0

16.𝑇.𝐷0
𝜏̅ = 𝜋(𝐷𝑜4 −(𝑎×𝐷𝑜 )4 )

16.𝑇
𝜏̅ = 𝜋.𝐷𝑜3 −(1−𝑎)4

1
16.𝑇 3
𝐷𝑜 = [𝜋.(1−𝑎4 )𝜏̅] ⟹ 𝐷𝑖 𝑚𝑖𝑛

𝐷𝑖 = 𝑎. 𝐷𝑜 ⟹ 𝐷𝑖 𝑚𝑎𝑥.

1
16.𝑇 3
𝐷𝑜 = [𝜋.(1−𝑎4 )𝜏̅] ; asusmsi a = 0,8

1
3
16×1269430 𝑁.𝑚𝑚
𝐷𝑜 = [ 𝑁 ]
𝜋.(1−0,84 )×53,96
𝑚𝑚2

𝐷𝑜 = 58,75 𝑚𝑚 ⟹ 𝐷𝑜 𝑚𝑖𝑛𝑖𝑚𝑢𝑛

Maka, 𝐷𝑜 ≥ 58,76 𝑚𝑚

𝐷𝑖 = 𝑎. 𝐷𝑜

𝐷𝑖 = 0,8 × 58,76 𝑚𝑚

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 39


𝐷𝑖 = 47,008 𝑚𝑚 ⟹ 𝐷𝑖 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

Maka, 𝐷𝑖 ≤ 47,008 𝑚𝑚

3.2.8 Menghitung Tegangan terjadi

Diasumsikan 𝐷𝑜 poros = 60 mm.

16.𝑇
Maka, 𝜏𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 =
𝜋.𝐷𝑜3 (1−0,84 )

16×1269430 𝑁.𝑚𝑚 𝑁
𝜏𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 = = 50,69
𝜋×603 (1−0,84 ) 𝑚𝑚2

Perbandingan Tegangan Terjadi vs Tegangan diijinkan

𝜏𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 < 𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛

𝑁 𝑁
50,69 2
< 53,96
𝑚𝑚 𝑚𝑚2

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, maka Tegangan yang


𝑁
terjadi (𝜏𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 = 50,69 𝑚𝑚2 ) lebih kecil dari tegangan ijin sebesar (𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛 =

𝑁 𝑵 𝑵
53,96 ). Sehingga (𝝉𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊 = 𝟓𝟎, 𝟔𝟗 𝒎𝒎𝟐 < 𝝉𝒊𝒋𝒊𝒏 = 𝟓𝟑, 𝟗𝟔 ).
𝑚𝑚2 𝒎𝒎𝟐

AMAN

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 40


BAB IV

ANALISA

Dari metodologi yang telah di lakukan dengan beberapa parameter diantaranya,

observasi, interview, studi literatur di dapat beberapa spesifikasi mobil avanza 2010,

diantaranya :

 Panjang (L) : 4120 mm.

 Lebar (l) : 1630 mm.

 Tinggi (h) : 1695 mm.

 Daya Maksimum (P/n) : 109/6000 Hp/rpm

 Torsi Maksimal : 14,4/4400 kg.m/rpm

Setelah dilakukan perhitungan terhadap poros propeller shaft Toyota Avanza

2010 berdasarkan data spesifikasi serta melakukan pengukuran secara langsung.

Dimana setiap perhitungan yang di lakukan ditinjau dari diameter minimum poros

yang dapat menahan beban maksimal dari poros ketika beroperasi. Dari perhitungan

diperoleh beberapa hasil yang tidak sesuai dengan katalog spesifikasinya. Akan tetap,

perbedaan tersebut tidak lah terlalu besar dan berpengaruh pada hasil akhirnya.

Kesalahan tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah

sebagai berikut :

 Kesalahan pada saat melakukan pengukuran dimensi poros propeller

shaft yang di lakukan oleh penulis.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 40


 Asumsi perhitungan yang kurang tepat, dimana perhitungan hanya

meliputi perbandingan rasio gigi yang terbesar yaitu ketika gigi mundur

(R).

 Pada Gambar 3.1 Diagram Benda Bebas (DBB) propeller shaft di dapat

Berat (W) dan reaksi tumpuan pada propeller shaft tersebut.

 Dalam menentukan dan membuat Diagram Gaya Normal, Diagram

Gaya Geser dan Diagram Momen di dapat dari perhitungan reaksi

tumpuan pada DBB propeller shaft tersbut.

 Tidak seragamnya pada saat pembulatan hasil perhitungan secara

keseluruhan.

 Dalam perhitungan Tegangan Puntir Maksimum (𝜏𝑝𝑢𝑛𝑡𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠. )

menggunakan perhitungan antara rasio transmisi dengan torsi pada

kendaraan.

 Dalam perhitungan rasio transimisi menggunakan daya maksimal pada

kendaraan dibagi dengan perpindahan/perbandingan disetiap transmisi.

 Dalam perhitungan torsi menggunakan perpindahan/perbandingan

transmisi yang di kali kan dengan daya maksimum pada kendaraan

tersebut

 Dalam tegangan puntir maksimum (𝜏𝑝𝑢𝑛𝑡𝑖𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠. ) diperoleh dari Torsi

Maksimum pada perhitungan perbandingan rasio roda gigi yaitu pada

saat gigi mundur (R) sebesar 1269430 N.mm.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 41


 Dalam pemilihan bahan dan proses, dilihat dari Tegangan yang terjadi
𝑁
(𝜏𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 ) yaitu sebesar 50,69 , sehingga untuk membuat poros
𝑚𝑚2

propeller shaft dalam keadaan aman makan dipilih bahan yang

teganganya lebih besar dari tegangan yang terjadi yaitu bahan S55C

𝑘𝑔
dengan tegangan ultimate nya (𝜎𝑢 ) = 66 dengan kekuatan Tarik
𝑚𝑚2

660 Mpa.

 Bahan yang digunakan adalah Baja karbon konstruksi mesin (JIS G

𝑘𝑔
4501) dengan lambang S55C yang memilki kekuatan tarik 66 .
𝑚𝑚2

Dapat dilihat pada tabel Lampiran 4.

 Dalam penentuan Safety Factor (Sf) ditinjau dari seluruh tegangan yang

terjadi pada saat perhitungan. Sf1 = 6, untuk bahan dan Sf2 = 2, untuk

proses pembuatan propeller shaft.

 Dari Tegangan Ultimate yang dibagi dengan Safety factor maka di


𝑁
peroleh Tegangan ijin (𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛 ) sebesar 53,96 .
𝑚𝑚2

 Dalam menentukan dimensi poros, Tegangan ijin sama dengan


16.𝑇.𝐷0
Tegangan terjadi dimana menggunakan persamaan 𝜏̅ = 𝜋(𝐷𝑜4 −𝐷𝑖4 )

dengan inersia penampang poros berongga.

 Diameter poros dapat di peroleh dari faktor koreksi yang di transmisikan

yaitu sebesar 0,8 seperti yang tertera pada table lampiran 1 : faktor-

faktor koreksi daya yang di trasmisikan.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 42


 Dalam menentukan Diameter Luar diperoleh dari penuruan persamaan
1
16.𝑇 3
antara tegangan terjadi dengan faktor koreksi yaitu 𝐷𝑜 = [𝜋.(1−𝑎4 )𝜏̅] .

 Dalam menentukan Diamater Dalam diperolah dari persaman faktor

koreksi yang dikalikan dengan Diameter Luar dengan persamaan 𝐷𝑖 =

𝑎. 𝐷𝑜

 Dalam menghitung tegangan yang terjadi diperoleh dari persamaan


16.𝑇
𝜏𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 = 𝜋.𝐷3(1−0,84) dengan asumsi diameter luar poros 60 mm dan
𝑜

faktor koreksi 0,8 seperti yang tertera pada table lampiran 1.

 Sehingga perbandinan antara tegangan terjadi dengan tengan diijinkan

harus lebih kecil tegangan terjad di banding tegangan ijin.

 Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, maka Tegangan yang


𝑁
terjadi (𝜏𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 = 50,69 𝑚𝑚2 ) lebih kecil dari tegangan ijin yang

𝑁
diperoleh dari teori sebesar (𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛 = 53,96 ). Sehingga (𝝉𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊 =
𝑚𝑚2

𝑵 𝑵
𝟓𝟎, 𝟔𝟗 𝒎𝒎𝟐 < 𝝉𝒊𝒋𝒊𝒏 = 𝟓𝟑, 𝟗𝟔 ). AMAN
𝒎𝒎𝟐

Nilai tegangan yang diijinkan ini dapat dilihat pada tabel Lampiran 3

Baja Karbon untuk Konstruksi Mesin dan Baja batang untuk di poros.

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 43


BAB V

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan, dapat diambil kesimpulan

spesifikasi poros propeller belakang hasil penentuan yang digunakan pada Toyota

Avanza, adalah sebagai berikut :

Poros Propeller :

 Bahan yang akan digunakan : S 55 C

 Daya Pada Mesin : 109/6000 Hp/rpm

 Torsi Maksimum : 1269430 𝑁. 𝑚𝑚

𝑁
 Tegangan yang Diijinkan : 53,96 𝑚𝑚2

 Diamater Luar Poros : 58,75 𝑚𝑚

 Diameter Dalam Poros : 47,008 𝑚𝑚

𝑁
 Tegangan yang Terjadi : 50,69 𝑚𝑚2

Berdasarkan hasil perhitungan yang diperoleh, maka Tegangan yang terjadi


𝑁 𝑁
(𝜏𝑡𝑒𝑟𝑗𝑎𝑑𝑖 = 50,69 ) lebih kecil dari tegangan ijin sebesar (𝜏𝑖𝑗𝑖𝑛 = 53,96 ).
𝑚𝑚2 𝑚𝑚2

𝑵 𝑵
Sehingga (𝝉𝒕𝒆𝒓𝒋𝒂𝒅𝒊 = 𝟓𝟎, 𝟔𝟗 𝒎𝒎𝟐 < 𝝉𝒊𝒋𝒊𝒏 = 𝟓𝟑, 𝟗𝟔 ). AMAN
𝒎𝒎𝟐

Ramadhan Lana Thawada (12-2015-133) | 43


DAFTAR PUSTAKA

1. Sularso dan Suga, K. 1987. Dasar Perencanaan Dan Pemilihan Elemen Mesin.

Jakarta : P.T. Pradnya Paramita.

2. Niemann, G alih bahasa Budiman, Anton dan Priambodo, Bambang. 1992.

Elemen Mesin, Desain dan Kalkulasi dari Sambungan, Bantalan dan Poros Jilid

1. Jakarta : Erlangga.

3. Spotts, M.F. 1985. Design of Machine Elements, 6th Edition. Englewood Cliffs :

Prentice Hall International, Inc.

4. Dieter,George E alih bahasa Djaprie, Sriati. 1986. Metalurgi Mekanik. Jakarta:

Erlangga.

5. Sato, G. Takeshi dan Hartanto, N. Sugiarto. 1989. Menggambar Mesin Menurut

Standar ISO. Jakarta : P.T. Pradnya Paramita.

6. Popov, E.P. 1981. SI Version Mechanics Of Materials 2nd Edition. Englewood

Cliffs : Prentice Hall International, Inc.

https://indonesia.tech-dir.com/id/companies/191834/products/45404

http://teknik-mesin1.blogspot.com/2011/05/poros.html
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Faktor-faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, fc

Lampiran 2 : Baja paduan untuk poros


Lampiran 3 : Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang
difinis dingin untuk poros

Lampiran 3 : Baja karbon untuk konstruksi mesin menurut JIS

Standart dan Macam Lambang Kekuatan Tarik Kekuatan Tarik


( kg/mm2 ) (MPa)
S30C 48 480
S35C 52 520
S40C 55 550
Baja karbon konstruksi mesin S45C 58 580
(JIS G 4501) S50C 62 620
S55C 66 660

S35C-D 53 530
S45C-D 60 600
Batang baja yang difinis dingin
S55C-D 72 720

Anda mungkin juga menyukai