Konstruksi Sambungan
Penyambungan logam adalah suatu proses yang dilakukan untuk menyambung 2 (dua) bagian logam
atau lebih. Penyambungan bagianbagian logam ini dapat dilakukan dengan berbagai macam metoda
sesuai dengan kondisi dan bahan yang digunakan. Setiap metoda penyambungan yang digunakan
mempunyai keuntungan tersendiri dari metoda lainnya, sebab metoda penyambungan yang digunakan
pada suatu konstruksi sambungan harus disesuaikan dengan kondisi yang ada, hal ini mengingat
efisiensi sambungan. Pemilihan metoda penyambungan yang tepat dalam suatu konstruksi sambungan
harus dipertimbangkan efisiensi sambungannya, dengan
Faktor Ekonomis
Faktor ekonomis yang dimaksud dalam pemilihan untuk konstruksi sambungan ini adalah
dipertimbangkan berdasarkan biaya keseluruhan dari setiap proses penyambungan. Biaya ini sejalan
dengan ketersediaan bahan-bahan, mesin yang digunakan juga transportasi dimana konstruksi tersebut
akan di instal. Besar kecilnya konstruksi sambungan dan volume kerja sambungan juga menjadi bahan
pertimbangan secara keseluruhan Contoh pemilihan metoda yang tepat untuk suatu konstruksi
sambumgam dapat dilihat pada perakitan file cabinet. Metoda perakitan file cabinet yang digunakan
adalah metoda penyambungan dengan las titik. Pertimbangan pemilihan ini mengingat proses
penyambungan dengan las titik ini sedehana, mempunyai kekuatan sambungan yang baik dan hasil
penyambungannya tidak menimbulkan cacat pada plat.
A. Klasifikasi Sambungan
Sambungan merupakan bagian yang banyak terdapat pada konstruksi mesin. Banyak atau
sedikitnya sambungan yang terdapat pada suatu konstruksi, tergantung dari komplek atau
sederhananya konstruksi tersebut. Makin kompleks konstruksi, makin banyak sambungan yang ada
pada konstruksi tersebut. Misal mobil dengan segala kelengkapannya mempunyai sambungan yang
jumlahnya ribuan, demikian juga dengan mesin-mesin perkakas misal mesin bubut, mesin frais.
Makna sambungan yang difahami dalam bidang pemesinan, tidak jauh berbeda dengan apa
yang kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari, yaitu menghubungkan antara satu benda dengan lainnya.
Sebagaimana yang diketahui, manusia tidak dapat memproduksi sesuatu dalam sekali kerja. Hal
ini tidak lain karena keterbatasan manusia dalam menjalani prosesnya. Makanya benda yang dibuat
manusia umumnya terdiri dari berbagai komponen, yang dibuat melalui proses pengerjaan dan
perlakuan yang berbeda. Sehingga untuk dapat merangkainya menjadi sebuah benda utuh,
dibutuhkanlah elemen penyambung.
Menilik fungsinya, elemen penyambung sudah pasti akan ikut mengalami pembebanan saat
benda yang dirangkainya dikenai beban. Ukurannya yang lebih kecil dari elemen yang disambung
mengakibatkan beban terkonsentrasi padanya. Efek konsentrasi beban inilah yang harus diantisipasi
saat merancang sambungan, karena sudah tentu akan bersifat merusak.
Umumnya sambungan dibuat dengan maksud:
1. Membentuk konstruksi menurut yang dikehendaki, terutama jika sulit atau kurang ekonomis bila
dibentuk dari suatu bahan.
2. Memudahkan pada waktu pemasangan, pemeliharaan dan penggantian bagian bagian yang rusak.
3. Memungkinkan membentuk konstruksi dari bermacam-macam jenis dan ukuran bahan menurut
kebutuhan
4. Mendapatkan bagian-bagian yang dapat bergerak, diam, dapat dibuka atau tidak perlu dibuka.
Melihat konstruksinya, sambungan dapat dibedakan menjadi dua jenis sambungan yaitu :
1.
I.
Paku keling (rivet) digunakan untuk sambungan tetap antara 2 plat atau lebih misalnya pada tangki dan
boiler. Paku keling dalam ukuran yang kecil dapat digunakan untuk menyambung dua komponen yang
tidak membutuhkan kekuatan yang besar, misalnya peralatan rumah tangga, furnitur, alat-alat
elektronika, dll Sambungan dengan paku keling sangat kuat dan tidak dapat dilepas kembali dan jika
dilepas maka akan terjadi kerusakn pada sambungan tersebut. Karena sifatnya yang permanen, maka
sambungan paku keling harus dibuat sekuat mungkin untuk menghindari kerusakan atau patah.
Dari metoda-metoda lain yang digunakan untuk proses penyambungan aluminiun metoda riveting inilah
yang sangat sesuai digunakan, dan mempunyai proses pengerjaan yang mudah dilakukan.
Dimensi rivet
Rivet atau dalam istilah sehari-hari sering
disebut paku keling adalah suatu metal pin yang
mempunyai kepala dan tangkai rivet. Bentuk
dan ukuran dari rivet ini telah dinormalisasikan
menurut standar dan kodenya. Pengembangan
penggunaan
rivet
dewasa
ini
umumnya
tersendiri,
masing-masing
jenis
Membuat gambar layout pada pelat yang akan di bor dengan menandai setiap lobang pengeboran
menggunakan centerpunch. Mata bor yang digunakan harus tajam sesuai dengan ketentuan sudut mata
bor untuk setiap jenis bahan yang akan dibor. Pengeboran komponen-komponen yang dirakit harus
dibor dengan posisi tegak lurus terhadap komponen yang akan dirivet. Komponen yang dibor sebaiknya
dijepit, untuk menghindari terjadinya pergeseran komponen selama pengeboran. Pengeboran awal
dilakukan sebelum pengeboran menurut diameter rivet yang sebenarnya. Pre hole (lobang awal) yang
dikerjakan ukurannya lebih kecil daripada diameter rivet
Teknik pemasangan rivet.
Pemasangan rivet countersink
Pemasangan rivet tipe countersink ini dapat dilakukan dengan machine countersink atau dimpling.
Pengerjaan dengan mesin countersink umumnya digunakan untuk pelat pelat yang tebal. Dan
pengerjaan dimpling digunakan pada pelat-pelat yang relatif tipis. Pemasangan rivet dengan mesin
countersink.
Langkah awal pemasangan rivet ini adalah dengan mengebor terlebih dahulu kedua pelat yang akan
disambung, Lobang dan penggunaan mata bor disesuaikan dengan diameter rivet yang digunakan.
Bersihkan serpihan bekas pengeboran pada pelat.Masukan rivet diantara kedua pelat .
Tarik rivet dengan memasukan inti rivet pada penarik yang ada di gun rivet.
Penarikan dilakukan dengan menekan tangkai gun secara berulang-ulang sampai inti rivet putus.
Jenis jenis kampuh pada pengelingan
Kampuh sambungan keling dibuat menurut kebutuhan kekuatan dan kerapatan yang dikehendaki.
pada
tekanan
tinggi
misalnya
. d2 . g
n.
4F
n . . d2 . g
d2
4F
n. . g
4F
n. . g
Keterangan :
F
= beban dalam kg
= jumlah paku
. d2 . g
2n .
4F
2n . . d2 . g
d2
4F
2n. .g
4F
2n. .g
(cm)
Kemungkinan lain dapat juga terjadi bahwa
disebabkan oleh beban F tadi bukannya
paku kelingnya putus, melainkan pelatnya
akan sobek sepanjang A1. Untuk
menghindari ini, maka telah ditetapkan
bahwa jarak antara sumbu paku dengan sisi
pelat adalah:
k
1,5 2d
(cm)
(cm)
Juga disebabkan pembebanan tumpu, maka pelat dibelakang paku akan membesar, untuk
menghitungnya berlaku rumus di bawah ini
F
n.d.
. s
Atau
F
n. d . s
Keterangan:
tebal pelat cm
tegangan tumpu
4. Lebar Pelat, b
(cm)
Penampang a a dari pelatnya dibebani gaya tarik. Dengan adanya lubang dengan diameter d, maka
panjang b menjadi berkurang. Maka rumus lebar pelatnya adalah :
F
Keterangan:
(b nd) .
nd +
F
. t
F
. t
+ nd
.t
(cm)
(cm)
(cm)
(cm)
(cm)
1.400 kg/cm2
Besarnya tegangan geser dan tegangan tumbuk tergantung dari jarak antara sumbu paku keling dengan
tepi pelat, yaitu:
k = 1,5 d
k = 2d
0,8
1.120 kg/cm2
1,6
2.240 kg/cm2
0,8
1.120 kg/cm2
. 1400 kg/cm2
2.800 kg/cm2
1. LATIHAN PERHITUNGAN:
1. Rencanakan ukuran paku keling untuk menumpu beban sebesar F = 7 ton akan dibebankan
pada kampuh berimpit terdiri dari dua buah keling, bila tegangan tarik bahan t = 1.400 kg/cm2 .
Penyelesaian:
Diketahui
: F = 7 ton = 7000 kg
n = 2 buah
t = 1.400 kg/cm2
Ditanya
d=
4F
n. .g
Keterangan:
F = 7.000 kg
n=2
g = 0,8 t = 0,8 . 1.400 = 1.120 kg/cm2
4 .7000
2 .3,14 .1120
28 .000
7033,6
1,995 cm dibulatkan = 2 cm = 20 mm
b. Tebal pelat ()
F
n. d . s
n = 2, F = 7000 Kg;
7000
2.2 .2 240
Keterangan:
7000
8960
0,78 cm = 0,8 cm
8 mm
b =
F
. t
F =
7.000 kg
+d
0,8 cm
1.400 kg/cm2
d=
2 cm
7.000
0,8.1400
7000
1 1 20
+2
+ 2 = 6,25 + 2 cm = 8,25 cm = 8 cm = 80 mm
a). d
4F
2n. .g
4 .14 .000
2 .3 .3,14 .1.120
56000
21100
b)
c) b
2,65 cm dibulatkan d = 27 mm
F
n. d . s
14000
2.1,7 .2800
Keterangan:
14000
9520
1,47 cm = 15 mm
F
. t.
14.000
1,47 .1 .400
+n.d
+ 2 . 1,7 =
6,8 + 3,4
10,2 cm = 102 mm
14.000
2058
+ 3,4
LATIHAN SOAL :
Rencanakan ukuran paku keling untuk menumpu beban sebesar F = 10 ton akan dibebankan pada
kampuh berimpit terdiri dari dua buah keling, bila tegangan tarik bahan t = 1.400 kg/cm2 .
Ditanya