Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH FENOMENA BAHAN

LAS GESEK

Disusun untuk memenuhi tugas :

Mata kuliah : Fenomena Bahan

Dosen : Drs. Poedji Haryanto, SST., M.T.

Oleh :

Irsyad Machfudz Fauzy (07_MS2A)

Mirda Andreyanto Wijaya (08_MS2A)

JURUSAN TEKNIK MESIN

S.Tr-Teknik Mesin Produksi dan Perawatan

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG

2021/2022
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“las Gesek”  ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah elemen mesin. Selain
itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang las gesek bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Drs. Poedji Haryanto,


SST., M.T. selaku dosen mata kuliah Fenomena Bahan yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan
bidang studi yang kami tekuni. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan
saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 19 April 2021

Penulis
Daftar Isi

JUDUL.................................................................................................................i

KATA PENGANTAR.......................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah.......................................................................4


B. Rumusan Masalah................................................................................4
C. Tujuan Pembahasan.............................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Jenis-jenis Ulir.....................................................................................5
B. Pengertian dan Fungsi Ulir Pengangkat...............................................9
C. Manfaat Ulir Pengangkat...................................................................10
D. Cara Menghitung Ulir Pengangkat....................................................10

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................14
B. Saran...................................................................................................14
C. Contoh Soal........................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Friction Welding adalah metode pengelasan yang simple dan
efisien yang sekarang ini mulai banyak digunakan dalam proses produksi
pada perusahaan-perusahaan di dunia produksi, metode pengelasan ini
sangat sederhana dan tidak menggunakan logam pengisi atau filter dimana
2 buah permukaan logam yang digesekkan akan menimbulkan panas,
kemudian diberkan tekanan agar menyatu [Serope & Steven R. Oswald,
Kalpakjian 2001]. Selain itu kelebihan dari las gesek yaitu mampu
memberikan las yang kuat, meminimalisir cacat yang ditimbulkan dan
dapat digunakan untuk jenis material yang berbeda. Head Affected Zone
(HAZ) yang terbentuk relatif kecil, namun metode ini dipengaruhi
beberapa faktor yaitu waktu gesekanm tekanan aksial dan gesekan.
1.1 Aplikasi penggunana pegas
Pegas termasuk sebuah elemen mesin elastis yang berfungsi untuk
mencegah distorsi pada saat pembebanan dan menahan pada posisi semula
pada saat posisinya dirubah. Pegas juga merupakan elemen mesin flexibel
yang digunakan untuk memberikan gaya,torsi, dan juga untuk menyimpan
atau melepaskan energi. Energi disimpan pada benda padat dalam bentuk
twist, stretch, atau kompresi. Energi di-recover dari sifat elastis material yang
telah terdistorsi. Pegas haruslah memiliki kemampuan untuk mengalami
defleksi elastis yang besar. Beban yang bekerja pada pegas dapat berbentuk
gaya tarik, gaya tekan, atau torsi (twist force). Pegas umumnya beroperasi
dengan ‘high working stresses’ dan beban yang bervariasi secara terus
menerus.
Pengelasan gesek merupakan sistem pengelasan tanpa pencairan (solid
state proses), yang mana pengelasan terjadi karena proses laju putaran benda
kerja yang dilakukan dengan gaya tekan yang dikaukan oleh benda yang
berputar. Pertemuan antara 2 benda tersebut akan menimbulkan gesekan yang
nantinya akan menyatukan kedua benada tersebut. (Astrom, dkk.2006).
Teknologi las gesek sudah tidak asing lagi di dunia mekanikm
pasalnya teknik ini sudah banyak digunakan di dunia industri seperti pada gear
levers, stanley tools, truck banjo axlem dan masih banyak lagi contoh
penerapannya (Uskut, dkk. 2012). Pengelasan sering digunakan dalam
kehidupan sehari-hari, maka dari itu tidak sedikit para peneliti yang
melakukan penelitian terhadap pengembangan untuk proses pengelasan.
1.2 Tujuan
 Mahasiswa memahami tentang pengelasan gesek.
 Mahasiswa mampu menyebutkan kelebihan dan kekurangan tentang
teknik pengelasan gesek.
 Mahasiswa mampu mengetahui langkah proses pengelasan gesek.
1.3 Manfaat
 Mengatahui apa itu pengelasan gesek.
 Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pengelasan gesek.
 Mengetahui langkah proses pengelasan gesek.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengelasan


a) Menurut Harsono , 1991
Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan
yang dilakukan dalam keadaan lumer atau cair.
b) Menurut American Welding Society, 1989
Pengelasan merupakan proses penyambungan logam dan non logam
denganm memanaskan material yang akan disambungkan hingga
temperatur las yang dilakukan dengan cara melakukan tekanan
(pressure) , dan tanpa menggunakan logam pengisi (filler).

Solid State Welding merupakan proses penggabungan permukaan


spesimaen dengan temperatur dibawah titik leleh logam dasar yang
disambung tanpa penambahan logam pengisi. Proses ini melibatkan
difusi dan deformasi terbatas untuk menghasilkan pengelasan dengan
kuwalitas tinggi, antara bahan sama ataupun bahan yang berbeda.

Gambar (a) pengelasan fusi, (b) pengelasan non-fusi

2.2 Las Gesek


Pengelasan gesek (friction welding) merupakan teknik pengelasan dengan
memanfaatkan panas yang ditimbulakan oleh gesekan antara 2 benda. Ada
benda yang berputar dan yang satunya diamm dikontakkan dengan gaya tekan.
Gesekan dilakukan secara continue sehingga panas yang dihasilkan akan terus
meningkat. Dengan gaya panas dan tekan yang ditimbulkan dari kedua benda
mencapai suhu leleh (melting temperature) maka terjadilah proses las.
Menurut Suratman (2001), pengelasan gesek merupakan pengelasan
dengan tidak menggunakan kawat las/ elektroda sehingga dapat dipastikan
bahwa sambungan yang diperoleh antara kedua bahan adalah sambungan yang
homogen. Selauin itu sambungan poros dengan proses ini meminimalisir
bergesernya sumbu dengan material yang dilas.
Dalam proses pengelasan gesek, kecepatan gesek merupakan hal yang
sensitif dan bisa divariasikan waktu dan temperatur pemanasannya.

Gambar proses langkah pengelasan gesek


Pengelasan gesek merupakan pengelasan yang ditimbulkan dari proses yang
ditimbulkan dari proses gesekan abrasi, pembuangan panas, deformasi plastik,
dan interdifiusi kimia.keterkaitan antar faktor-faktor ini selama proses
pengelasan dicoba dikembangkan dengan prediksi model proses pengelasan
gesek.

2.3 Prinsip Kerja Las Gesek


Pada tahun 1950, AL Chudikov seorang ahli mesin dari Uni Soviet,
mengemukakan tentang hasil penemuannya tentang teori tenaga mekanik yang
dapat diubah menjadi energi panas. Chudikov berpendapat, proses demikian
seharusnya bisa digunakan untuk proses pengelasan. Setelah melakukan
penelitian dan percobaanm dia berhasil mengelas dengan memanfaatkan
energi panas yang dihasilakan oleh gesekan mekanik. Untuk memperbesar
gaya gesek yang terjadim benda tidak hanya diputar tetapi juga diberi
tekananm tekanan berfungsi untuk mempercepat fusi. Cara ini disebut las
gesek (friction welding).
Gambar di bawah ini menunjukkan skema penmgelasan gesek 2 buah
batang uji yang disambung dengan cara pengelasan gesek. Proses gesekan
akan terjadi pada saat batang uji yang diam dikenai gaya penekan. Panas akan
terus meningkat jika gaya penekan terus diberikan hingga mencapai suhu
leleh.
Gambar skema pengelasan gesek.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi


Ada 5 faktor yang bisa mempengaruhi proses pengelasan gesek, yaitu :
1. Kecepatan putaran
2. Gaya aksial (Tekanan gesek dan tekanan tempa)
3. Durasi pengelasan
4. Propertis material
5. Kondisi permukaan benda kerja
Dua faktor pertama berkaitan dengan proses pengelasan gesek, sedangkan 2
sisanya berkaitan dengan properti benda yang disambung. Selama pengelasan
gesekm kecepatan putaran, tekanan (gesek dan tempa) yang diberikan dan
durasi yang diberikan merupakan 3 faktor yang dapat dikendalikan. Efek dari
variabel ini akan dibahas di pengelasan direct-drive friction
welding.temperatur pernukaan setelah gesekan merupakan unsur penting
untuk memastikan kuwalitas penegelasan yang baik. Meskipun temperatur
permukaan tidak diatur atau dikendalikan langsung tetapi dampaknya dari
suhu yang berlebihan ataupun temperatur yang kurang dapat langsung terlihat
jelas melalui pemeriksaan visual seelah proses pengelasan. Sebagian besar
sifat-sifat maerial dan kondisi permukaan yang disambung mempengaruhi
gaya gesek dan karateristik penempaan bahan yang disambung.

2.5 Teknologi Pengelasan Gesek


Direct-drive friction welding, bisa disebut pengelasan gesek konvensiaonal,
menggunakan kecepatan motor yang bergerak konstan untuk memasukan
energi ke proses pengelasan. Teknologi ini menghasilkan efek metalurgi yang
umumnya berbeda pada kedua benda yang disambung, teknologi ini dapat
diterapkan melalui beberapa gerakan relatih untuk menghasilkan gaya gesek
yang diperlukan untuk proses pengelasan. Geometri paling umum untuk
friction welding ditunjukan pada gambar skema pengelasan gesek tadi di atas,
dimana komponen satu diam dan yang satunya bergerak. pada metode lain
kedua komponen yang bergerak berlawanan arah, atau dua komponen
stasioner ditekan pada posisi yang berputar di antara mereka. Bentuk
tambahan dari friction welding lainnya seperti radial, orbital, dan linier
reciprocating, telah dikembangkan untuk geometri yang khusus.

2.6 Metode Pengujian


2.6.1 Pengujian Metallografi
Pengujian metallografi agar dapat diamati mikrostrukturnya, maka
terlebih dahulu benda uji di potong pada bagian yang termasuk dari secimen
kekerasan yaitu pada ujung, kemudian di mounting menggunakan resin dan
hardener.
Berikut ini adalah prosedur percobaan yang dilakukan pada pengujian
Metallografi :
1. Spesimen yang telah dimounting dengan resin dipolish dengan polisher.
2. Spesimen dipolish dengan kertas pasir grade 120 dan 240 selama 15 menit,
kemudian dilanjutkan dengan grade 400, 600, 1000 dan 1500 selama 15
menit.
3. Setelah dipolish dengan kertas pasir , spesimen dipolish dengan bubuk
alumina sampai terbentuk kilatan seperti cermin.
4. Etsa nital 5% dituangkan dalam wadah atau cawan kemudian specimen
dicelupkan kedalam etsa selama 5-30 detik.
5. Spesimen yang telah dietsa dibersihkan dengan cara dicelupkan lagi ke
dalam alcohol kemudian dikeringkan di udara bebas atau dikeringkan
dengan kipas angin.
6. Pengamatan struktur mikro dilakukan dengan menggunakan mikroskop
optik rax vision yang disambungkan ke program Rax Plus 4.1 pada
komputer
7. Spesimen diletakkan diatas bidang uji atau meja mikroskop kemudian
didekatkan dengan optic microskop.
8. Digunakan perbesaran 200X dan diambil foto dari masing-masing
spesimen.
9. Fokus pada mikroskop diputar untuk mendapatkan pengamatan yang baik
pada spesimen.
10. Setelah didapatkan fokus dan pencahayaan yang pas, diambil foto dari
spesimen dengan mengklik ikon capture frame program Rax Vision Plus
4.1
11. Prosedur yang sama juga dilakukan uuntuk spesimen lainnya
12. Setelah itu diukur diameter masing masing spesimen

2.6.2 Pengujian Tarik


Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita
terus menarik suatu bahan sampai putus, kita akan mendapatkan profil tarikan
yang lengkap berupa kurva. Kurva ini menunjukkan hubungan antara tenganan
dengan regangan.
Perubahan panjang salam kurba disebut sebagai regangan teknik, yang
didefinisikan sebagai perubahan panjang yang terjadi akibat perubahan statik (L)
terhadap panjang batang mula-mulal (L0). Tegangan yang dihasilkan pada proses
ini disebut dengan tegangan teknik (σeng), dimana dideinisikan sebagai nilai
pembebanan yang terjadi (F) pada suatu luas penampang awal (A 0).
Tegangan normal akibat gaya tarik dapat ditentukan berdasarkan persamaan (1)
σ= F x A0......................................(1)
Dimana :
σ= Tegangan tarik (Mpa)
F= Gaya Tarik (N)
A0= Luas penampang specimen mula-mula (mm2)
Rengangan akibat beban tekan statik dapat ditentukan berdasarkan persamaan (2)
Ꜫ= ∆L/L
Dimana : ∆L = L-L0
Keterangan :
Ꜫ= Regangan akibat gaya tarik
L= Perubahan panjang specimen akibat beban tekan (mm)
L0= Panjang spesimen mula-mula (mm)

Pada prakteknya nilai hasil pengukuran teggangan pada suatu pengujian


tarik pada umun=mnya merupakan nilai teknik. Regangan akibat gaya tarik yang
terjadi, panjang akan menjadi bertambah dan diameter pada spesimen akan
menjadi kecil, maka ini akan terjadi deformasi plastis. Hubungan antara stress dan
strain dirumuskan pada persamaan (3)
E=σ/ꜫ.........................................(3)
E adalah gradien kurva dalam daerah linier, dimana perbandingan tegangan dan
reganangn selalu tetap. E diberi nama “Modulus Elastisitas” . kurva yang
menyatakan hubungan antara strain dan stress seperti ini kerap disingkat kurva SS
(SS curve).
KESIMPULAN

Pengelasan gesek (friction welding) merupakan proses penyambungan logam tanpa


pencairan (solid stress process), yang mana proses pengelasan terjadi sebagai akibat
dari penggabungan antara laju putaran salah satu benda kerja dengan gaya tekan
yang dilakukan oleh benda kerja yang berputar

Tegangan tarik dari material sampel uji yang telah dilakukan proses penyambungan
dengan metode las gesek memiliki hasil yang baik karena terjadi deformasi pada
beda uji. Sample uji terjadi penambahan panjang serta terjadi penyusutan diameter
pada sampel uji. Parameter tersebut menandakan bahwa kekuaran tarik pada sampel
uji tergolong dalam kategori baik dan komtruksi sambugan las gesek dikarenakan
titik putus pada sampel uji benda berada tepat pada daerah sambungan las.

Struktur mikro dari material sampel uji yang telah dilakukan proses penyambungan
dengan metode las gesek memiliki struktur mikro di daerah HAZ berwarna dominan
gelap dibandingkan warna terang. Warna gelap menandakan strukrur mikro pearlite
sedangkan warna terang menandakan ferrite. Struktur mikro pearlite menandakan
bahwa kandungan carbon di daerah HAZ lebih banyak dibandingkan di daerah base
material, sehingga daerah tersebut lebih keras namun getas.

Faktor kualitatif yang mempengaruhi mutu pengelasan gesek yaitu kecepatan


putaran, tekanan aksial ( tekanan gesek dan tekanan tempa ), durasi pengelasan,
propertis material, kondisi permukaan benda kerja ( profil ). Faktor pertama
berkaitan dengan pengelasan gesek sedangkan faktor kedua dan ketiga berkaitan
dengan propertis dari bahan bahan yang akan disambung.

DAFTAR PUSATAKA

Callister, William D, 1994, Materials Science And Engineering, John Willey &
Sons,Inc.USA

Satyadianto, D., 2015. PENGARUH VARIASI TEKANAN GESEK,TEKANAN


TEMPA DAN DURASI GESEK TERHADAP KEKUATAN IMPACT PADA
SAMBUNGAN LAS GESEK (FRICTION WELDING) DENGAN
MENGGUNAKAN BAJA PADUAN AISI 4140, Surabaya: Institusi Teknologi
Sepuluh Nopember.

Welding, Brazing and Soldering, ASM HANDBOOK.1993. UNITED STATE OF


AMERICA

Weman, Klas., 2003, “Welding Process handbook”, Woodhead, Cambridge,


England

Anda mungkin juga menyukai