Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGELASAN

OLEH :

MOHAMAD IZA NAUFAL NPM 6419500052


MOHAMMAD FIKRI MUDZAKKI NPM 6419500053
MUHAMMAD ROFI SAIFULLAH NPM 6419500054
FAISHAL HIDAYAT RAMDHANI NPM 6419500056
WIDY ARMANTO NPM 6419500058

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS PANCASAKTI TEGAL
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum dengan judul “Pengelasan” telah disahkan dan di


setujui pada
Hari :
Tanggal :

Disetujui Oleh

Laboran Dosen Pengampu

(Arif Nur Rohman) (Irfan Santosa, ST. MT.)


NIPY 25332561994 NIDN 0621068001

Kepala Laboratorium

(Ahmad Farid, ST. MT.)


NIDN 0611107602

ii
PRAKATA

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas ridho yang diberikan sehingga
Laporan Praktek Penggunaan Alat Ukur telah disusun dengan baik. Kami ucapkan
terima kasih kepada :

1. DR. Agus Wibowo, MT. selaku dekan fakultas teknik


2. Irfan Santosa, ST. MT. selaku dosen pengampu mata kuliah proses
manufaktur 1
3. Arif dan Ratiman selaku laboran yang telah banyak membantu jalannya
praktek
4. Teman-teman seangkatan, semoga kebersamaan dan kekompakan selalu
terjaga

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan maka kami
mohon sumbangsih saran serta masukan dari para pembaca terhadap laporan ini
untuk kami sempurnakan dilain waktu.
Demikian laporan ini kami susun untuk syarat lulusnya mata kuliah praktek
Proses Manufaktur 1

Tegal, Desember 2019

iii
DAFTAR ISI

COVER ................................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. ii
PRAKATA ........................................................................................................... iii
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................... 1
1.3 Tujuan ............................................................................................. 1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Las Listrik ........................................................................................ 2
2.2 Proses Pengelasan ............................................................................ 3
2.3 Mesin Gerinda .................................................................................. 3
2.4 Proses Menggunakan Mesin Gerinda Potong .................................. 4
BAB III PROSES PRAKTIKUM
3.1 Alat dan Bahan ................................................................................. 5
3.2 Langkah Kerja .................................................................................. 5
BAB IV KESIMPULAN
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 8
4.2 Saran ................................................................................................. 8

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 9


LAMPIRAN .......................................................................................................... 10

iv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk
berbagai proses pengerjaan industri seperti, pemotongan logam dan
penyambungannya, konstruksi bangunan baja, dan konstruksi permesinan yang
memang tidak dapat dipisahkan dengan teknologi manufaktur. Teknologi
pengelasan termasuk yang paling banyak digunakan karena memiliki beberapa
keuntungan seperti bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik pengelasan
menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatannya. Kualitas dari
hasil pengelasan sangat tergantung pada keahlian dari penggunanya dan
persiapan sebelum pelaksanaan pengelasaan
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu
akibat panas dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan
sebagai ikatan metalurgi yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara
atom. Definisi las berdasarkan DIN (Deutche Industrie Normen) adalah ikatan
metalurgi pada sambungan logam.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari Pengelasan?
2. Apa definisi dari Mesin Gerinda?
3. Bagaimana langkah-langkah proses pengelasan?
4. Bagaimana cara menggunakan mesin gerinda potong?

1.3 Tujuan

1. Mampu mengetahui definisi mengenai pengelasan.


2. Mampu mengetahui definisi Mesin Gerinda .
3. Mampu mengetahui langkah-langkah proses pengelasan.
4. Mampu mengetahui cara menggunakan mesin gerinda potong.

1
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 Las Listrik


Las busur listrik adalah salah satu cara menyambung logam dengan jalan
menggunakan nyala busur listrik yang diarahkan ke permukaan logam yang
akan disambung. Pada bagian yang terkena busur listrik tersebut akan mencair,
demikian juga elektroda yang menghasilkan busur listrik akan mencair pada
ujungnya dan merambat terus sampai habis.
Logam cair dari elektroda dan dari sebagian benda yang akan disambung
tercampur dan mengisi celah dari kedua logam yang akan disambung,
kemudian membeku dan tersambunglah kedua logam tersebut.
Mesin las busur listrik dapat mengalirkan arus listrik cukup besar tetapi
dengan tegangan yang aman (kurang dari 45 volt). Busur listrik yang terjadi
akan menimbulkan energi panas yang cukup tinggi sehingga akan mudah
mencairkan logam yang terkena. Besarnya arus listrik dapat diatur sesuai
dengan keperluan dengan memperhatikan ukuran dan type elektrodanya.
Pada las busur, sambungan terjadi oleh panas yang ditimbulkan oleh
busur listrik yang terjadi antara benda kerja dan elektroda. Elektroda atau
logam pengisi dipanaskan sampai mencair dan diendapkan pada sambungan
sehingga terjadi sambungan las. Mula-mula terjadi kontak antara elektroda dan
benda kerja sehingga terjadi aliran arus, kemudian dengan memisahkan
penghantar timbullah busur. Energi listrik diubah menjadi energi panas dalam
busur dan suhu dapat mencapai 5500 °C.
Ada tiga jenis elektroda logam, yaitu elektroda polos, elektroda fluks dan
elektroda berlapis tebal. Elektroda polos terbatas penggunaannya, antara lain
untuk besi tempa dan baja lunak. Biasanya digunakan polaritas langsung. Mutu
pengelasan dapat ditingkatkan dengan memberikan lapisan fluks yang tipis
pada kawat las.

2
3

2.2 Proses Pengelasan


1. Penyalahan Busur
Dalam menyalakan busur las ada beberapa Teknik yang dapat Anda
gunakan yaitu menggeser dan menempelkannya kemudian mengangkatnya
setinggi 1,5 x diameter elektroda. Setelah busur las nyala, maka jaga
ketinggian busur agar stabil sehingga hasil lasan juga akan bagus
2. Ayunan atau tidak diayun
Jika bagian yang dilas lebar, maka diperlukan ayunan dalam proses
pengelasannya. Jika tidak ingin melakukan ayunan, Anda dapat menariknya
saja dan melakukannya secara berulang hingga daerah yang dilas penuh.
3. Pematian busur
Jika elektroda sudah akan habis atau proses las selesai maka angkat
elektroda secara cepat, maka secara otomatis busur juga akan mati. Namun
jika kurang benar untuk mengangkat elektroda tersebut maka dapat
menyebabkan cacat las pada bagian ujungnya atau yang biasanya juga
disebut cruter pipe.

2.3 Mesin Gerinda


Mesin gerinda adalah suatu alat yang ekonomis untuk menghasilkan
permukaan yang halus dan dapat mencapai ketelitian yang tinggi. Mesin
Gerinda merupakan salah satu jenis mesin perkakas dengan mata potong
jamak, dimana mata potongnya berjumlah sangat banyak yang digunakan
untuk mengasah/memotong benda kerja dengan tujuan tertentu. Prinsip kerja
mesin gerinda adalah batu gerinda berputar bersentuhan dengan benda kerja
sehingga terjadi pengikisan, penajaman, pengasahan, atau pemotongan.
Jenis mesin gerinda :
1. Gerinda Tangan
Mesin gerinda tangan merupakan mesin yang berfungsi untuk
menggerinda benda kerja.Awalnya mesin gerinda hanya ditujukan untuk
benda kerja berupa logam yang keras seperti besi dan stainless
steel.Menggerinda dapat bertujuan untuk mengasah benda kerja seperti
4

pisau dan pahat, atau dapat juga bertujuan untuk membentuk benda
kerjaseperti merapikan hasil pemotongan, merapikan hasil las, membentuk
lengkungan pada benda kerja yang bersudut, menyiapkan permukaan benda
kerja untuk dilas, dan lain-lain.
2. Gerinda Duduk
Serupa dengan mesin gerinda tangan, hanya saja posisi mesin gerinda
dipasangkan pada dudukan.Untuk melakukan penggerindaan, benda
kerjadidekatkan dan ditempelkan ke roda gerinda yang berputar hingga
permukaan benda kerja terkikis oleh roda gerinda.Roda gerinda yang
digunakan pada mesin gerinda duduk berukuran lebih tebal dibandingkan
roda gerinda pada mesin gerinda tangan.Mesin gerinda duduk banyak
digunakan untuk mengasah pahat, mengikis benda kerja
maupun menghaluskan permukaan benda kerja setelah proses pengelasan.

2.4 Proses Menggunakan Mesin Gerinda Potong


1. Pastikan Anda telah memakai safety. Antara lain sarung tangan, kaca mata,
dan sepatu kerja. Ingat dalam bekerja harus mengutamakan keselamatan dan
kesehatan kerja (K3). Jika Anda ingin aman dalam bekerja, utamakan safety
first.
2. Pasangkan benda yang ingin Anda potong, pasangkan pada ragum, lalu
diikat dengan kuat agar benda yang mau dipotong tidak lepas atau goyang
ketika dipotong.
3. Lalu pastikan kabel listrik telah terhubung, lalu tekan tombol ON.
4. Lalu letakkan tangan kiri Anda pada gagang mesin gerinda potong dan tekan
tombolnya, lalu mata gerinda (roda gerinda) akan berputar kencang, lalu
tekan gagang gerinda potong kebawah sehingga mata potong gerinda bisa
mengenai benda yang akan dipotong.
5. Tekan dengan perlahan-lahan selagi roda gerinda berputar, sehingga benda
jadi terpotong.
6. Lakukan tahap tersebut sesuai kebutuhan.
BAB III
PROSES PRAKTIKUM

3.1 Alat dan Bahan


Alat : 1. Gerinda
2. Gerinda Potong
3. Kuas
4. Las Listrik
5. Mesin Bor
Bahan : 1. Elektroda
2. Besi Hollow
3. Cat

3.2 Langkah Kerja


1. Menggambar desain rangka yang akan dibuat
2. Menyiapkan besi dengan ukuran sekitar 850cm
3. Potong besi dengan ukuran 390cm, 20cm dan 10cm
4. Kemudian las bagian kedua ujung besi panjang dengan besi berukuan
20cm dan 10cm

Gambar 3.1 Besi 20cm Gambar 3.2 Besi 10cm


5. Setelah pengelasan selesai, kemudian ukur panjang antar besi bagian ujung
atas ke ujung atas yang lain.

5
6

6. Siapkan besi yang telah diukur tadi. Kemudian di las kebagian tiap ujung
besi dan di gerinda.

Gambar 3.3 Proses Gerinda


7. Potong sebanyak 4 besi untuk bagian tengahnya dengan menyesuaikan
tinggi dari besi.

Gambar 3.4 Potongan Besi


8. Kemudian las besi tersebut dengan jarak antar besi sekitar 60cm

Gambar 3.5 Proses Pengelasan


7

9. Potong besi siku ukuran 5x5cm. kemudian bor besi siku tersebut
10. Las besi siku tersebut seperti gambar ini

Gambar 3.6 Pengelasan Siku 1 Gambar 3.7 Pengelasan Siku 2


11. Setelah proses pengelasan selesai, kemudian gerinda.

Gambar 3.8 Proses Gerinda


12. Setelah proses gerinda selesai, kemudian cat besi tersebut.

Gambar 3.9 Proses Pengecetan


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang di dapat dari praktikum ini yaitu :
1. Untuk dapat mengelas dengan hasil lasan yang baik, perlu latihan dalam
jangka waktu yang tidak singkat.
2. Dalam mengelas kecepatan menggeser elektroda sangat menentukan hasil
lasan. Oleh karena itu kecepatan elektroda harus tepat dan stabil.
3. Bila elektroda baru dipasang (masih panjang) maka ada kemungkinan ujung
elektroda tidak stabil saat digunakan untuk mengelas. Seperti tangan kita
gemetar. Tetapi jika elektroda sudah setengah dalam mengelas ini relatif
cukup stabil.
4. Jarak ujung elektroda ke benda kerja juga sangat mempengaruhi hasil lasan.
Jika terlalu dekat elektroda bisa nempel pada benda kerja dan jika terlalu
jauh lelehan elektroda tidak akan menumpuk dan jika sangat jauh elektroda
akan mati.

4.2 Saran
Saran setelah melakukan praktikum ini yaitu :
1. Menggunakan pakaian safety sebelum melakukan praktikum.
2. Sebelum praktikum pengelasan sebaiknya melakukan latihan beberapa kali
untuk melatih feeling atau insting mengelas sehingga saat praktikum bisa
berjalan dengan baik.

8
9

DAFTAR PUSTAKA

Amstead, B.H. 1981. Manufacturing Process : Terjemahan Sriati Djaprie.


Jakarta.
Kenyon, W. 2007. Dasar-Dasar Pengelasan : Terjemahan Ir. Dines Ginting.
Jakarta : Erlangga.
Suratman, Maman. 2001. Teknik Mengelas. Bandung : Pustaka Grafika.
Suratman, R. dan Sonawan, W. 2003. Pengantar Untuk Memahami Proses
Pengelasan. Bandung : Alfabeta.
10

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai