Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM PENGELASAN

DISUSUN OLEH

NAMA : RINAL JUNANDA S


NIM : 5183321014
DOSEN PENGAMPU : Dr.R.MURSID,ST.M.Pd

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEI 2019
KATA PENGATAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan tugas laporan ini. Tidak
lupa juga Saya ucapkan terima kasih kepada dosen PRAKTIKUM PENGELASAN
Dr.R.MURSID,ST.M.Pd. yang telah membimbing Saya agar dapat mengerti tentang
bagaimana cara menyusun laporan ini. Laporan ini disusun agar pembaca dapat memperluas
ilmu tentang PRAKTIKUM PENGELASAN, yang saya sajikan berdasarkan praktik yang
telah di lakukan. Dengan penuh kesabaran laporan ini dapat terselesaikan. Semoga laporan
ini dapat bermanfaat bagi para pelajar ataupun, umum khususnya pada diri saya sendiri dan
semua yang membaca laporan ini, Dan mudah mudahan juga dapat memberikan wawasan
yang lebih luas kepada pembaca .
Akhir kata saya sebagai penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi
para pembaca. Dari saya mungkin masih ada kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu kritik
dan saran yang sifatnya membangun sangat saya harapkan demi kesempurnaan praktik ini.

MEDAN, 9 MEI 2019

RINAL JUNANDA
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.............................................................................................
DAFTAR ISI..................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Landasan Teori ..................................................................................
2.2. Keselamatan Kerja .............................................................................

BAB 3 PEMBAHASAN DAN ANALISIS


3.1 Pembahasan hasil pengelasan………………………………………..

BAB 4 PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………………………..
Saran…………………………………………………………………………
Daftar pustaka……………………………………………………………….
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Pada era serba teknologi ini teknik pengelasan sangat diperlukan untuk berbagai
proses pengerjaan industri seperti, pemotongan logam dan penyambungannya, konstruksi
bangunan baja, dan konstruksi permesinan yang memang tidak dapat dipisahkan dengan
teknologi manufaktur. Teknologi pengelasan termasuk yang paling banyak digunakan karena
memiliki beberapa keuntungan seperti bangunan dan mesin yang dibuat dengan teknik
pengelasan menjadi ringan dan lebih sederhana dalam proses pembuatannya. Kualitas dari
hasil pengelasan sangat tergantung pada keahlian dari penggunanya dan persiapan sebelum
pelaksanaan pengelasaan
Pengelasan adalah suatu proses penyambungan logam menjadi satu akibat panas
dengan atau tanpa pengaruh tekanan atau dapat juga didefinisikan sebagai ikatan metalurgi
yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara atom. Definisi las berdasarkan DIN
(Deutche Industrie Normen) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam
panduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Secara umum pengelasan dapat
didefinisikan sebagai penyambungan dari beberapa batang logam dengan memanfaatkan
energi panas
Penyambungan dua buah logam menjadi satu dilakukan dengan jalan pemanasan atau
pelumeran, dimana kedua ujung logam yang akan disambung di buat lumer atau dilelehkan
dengan busur nyala atau panas yang didapat dari busur nyala listrik (gas pembakar) sehingga
kedua ujung atau bidang logam merupakan bidang masa yang kuat dan tidak mudah
dipisahkan (Arifin,1997).
Saat ini terdapat sekitar 40 jenis pengelasan. Dari seluruh jenis pengelasan tersebut hanya dua
jenis yang paling populer di Indonesia yaitu pengelasan dengan menggunakan busur nyala
listrik (Shielded metal arc welding/ SMAW) dan las karbit (Oxy acetylene welding/OAW)
Diharapkan dengan adanya laporan ini dapat meningkatkan pemahaman mahasiswa di
dalam praktek maupun teori pengelasan sehingga kelak dapat menunjang keterampilan dan
kemampuan mahasiswa di dalam dunia teknik pemesinan.

1.1 Tujuan

1.1.1. Tujuan umum praktikum pengelasan dasar adalah :


a) Siswa memiliki ketrampilan.
b) Siswa mampu melakukan pekerjaan sesuai lembar kerja.
c) Siswa mampu menggunakan alat kerja dengan baik dan benar.
d) Siswa dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu.

1.1.2. Tujuan Khusus praktikum pembentukan dasar antara lain :


a) Mahasiswa mengetahui praktikum pengelasan.
b) Mahasiswa mengetahui alat dan kelengkapan pada mesin las busur listrik Shielded metal arc
welding (SMAW) dan Oxy Asetiline Welding (OAW)
c) Mahasiswa mengetahui APD yang digunakan.
d) Mahasiswa mengetahui bagaimana cara mengoperasikan mesin las busur listrik (Shielded
metal arc welding (SMAW) dan Oxy Asetiline Welding (OAW)
e) Mahasiswa mengetahui penyebab dan kendala yang di alami selama kegiatan praktik
pengelasan.

1.2 Manfaat

Manfaat praktik kerja bangku adalah sebagai berikut :


1.2.1 Melatih praktikan (mahasiswa) mampu melaksanakan kegiatan pengelasan ,
sehingga terampil melaksanakannya.
1.2.2 Memberi bekal praktikan (mahasiswa) tentang kegiatan pengelasan sehingga
mampu menerapkannya pada dunia industri.
1.2.3 Memberi bekal praktikan (mahasiswa) pengelasan sehingga saat menjadi tenaga
pendidik mampu mengajarkan siswanya dengan baik.
1.2.4 Melatih kemampuan praktikan (mahasiswa) mampu mengoperasikan mesin las
busur listrik (Shielded metal arc welding (SMAW) dan Oxy Asetiline Welding (OAW)
dengan baik dan benar agar nantinya dapat mengajukan sertifikasi.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)
Shielded Metal Arc Welding (SMAW) dikenal juga dengan istilah Manual Metal Arc
Welding (MMAW) atau Las elektroda terbungkus adalah suatu proses penyambungan dua
keping logam atau lebih, menjadi suatu sambungan yang tetap, dengan menggunakan sumber
panas listrik dan bahan tambah/pengisi berupa elektroda terbungkus. Pada proses las
elektroda terbungkus, busur api listrik yang terjadi antara ujung elektroda dan logam
induk/benda kerja (base metal) akan menghasilkan panas.
Panas inilah yang mencairkan ujung elektroda (kawat las) dan benda kerja secara
setempat. Busur listrik yang ada dibangkitkan oleh mesin las.Elektroda yang dipakai berupa
kawat yang dibungkus oleh pelindung berupa fluks. Dengan adanya pencairan ini maka
kampuh las akan terisi oleh logam cair yang berasal dari elektroda dan logam induk,
terbentuklah kawah cair, lalu membeku maka terjadilah logam lasan (weldment) dan terak
(slag)

Keuntungan pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)
1.Biaya awal invesmen rendah
2. Secara operasional handal dan sederhana
3. Biaya material pengisi rendah
4. Material pengisi dapat bermacam-macam
5. Pada semua material dapat memakai peralatan yang sama
6. Dapat dikerjakan pada ketebalan berapapun
7. Dapat dikerjakan dengan semua posisi pengelasan
Kekurangan dari pengelasan busur listrik atau Shield Metal Arc Welding (SMAW)
1. Lambat, dalam penggantian elektroda
2. Terdapat slag yang harus dihilangkan
3. Pada low hydrogen electrode perlu penyimpanan khusus
4. Efisiensi endapan rendah.

2.2 Perlengkapan pengelasan busur listrik


Alat utama las busur manual adalah sebagai berikut:

1. Kabel tenaga
Pemilihan kabel tenaga yang digunakan untuk menginstal disesuaikan dengan
bebannya (trafo las nya) berupa ampere dan tegangan input trafo las. Hal ini menyangkut
ukuran kawat, panjang kabel, dan jenis kawatnya (serabut/tidak). Selanjutnya dalam
menginstal harus kuat dan tidak mudah lepas, sehingga aliran listrik dapat mengalir maksimal
dan tidak panas.

2. Trafo las
Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus dipertimbangkan tentang
kebutuhan maksimal (beban pekerjaan yang akan dikenakan kepada trafo las tersebut.
Apabila beban pekerjaannya besar maka langkah pemilihannya adalah dapat dipertimbangkan
tentang tegangan input: 3PH, 2PH atau 1PH; Ampere output, dipertimbangkan dari diameter
elektroda yang akan digunakan. dan yang paling penting adalah duty cycle dari trafo tersebut.
dalam hal ini pilihlah trafo las yang memiliki duty cycle yang tinggi untuk ampere yang
tinggi, misal duty cycle 100% untuk arus sampai dengan 200 A. langkah berikutnya gunakan
tang ampere untuk mengecek kesesuaian out put arus pengelasan pada indikator dengan
kenyataannya yang terlihat pada tang ampere.
Jenis trafo las juga perlu dipertimbangkan apakah trafi AC atau DC. hal ini terkait
dengan jenis elektroda yang akan digunakan. jika menggunakan multi electrode, pilihlah trafo
DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus dilihat instalasinya. Kabel tenaga ke
trafo las, kabel massa, kabel elektroda dan kondisi trafo sendiri, apakah pada
tempat yang kering atau basah. setelah diketahui instalasinya baik, maka saklar utama pada
kabel tenaga di on kan, selanjutnya saklar pada trafo las di on kan. pastikan kabel massa dan
kabel elektroda tidak dalam kondisi saling berhubungan. atur arus pengelasan yang
dibutuhkan dan selanjutnya gunakan untuk mengelas. Apabila proses pengelasan telah
selesai, trafo las dimatikan kembali.

3. Kabel elektroda dan kabel massa


Kabel elektroda dan kabel massa harus menggunakan kabel serabut sehingga lentur
dengan ukuran disesuaikan dengan ampere maksimum trafo las (lihat ketentuan pada tabel)
kabel las. Kabel elektroda dan kabel massa harus terkoneksi )terinstall dengan kuat dengan
trafo las agar aliran arus pengelasan sesuai dengan ketentuan yang tertera dalam indikator
ampere pada trafo las. Penggunaan kabel elektroda dan kabel massa pada saat pengelasan
harus disiapkan dengan benar, yaitu dalam kondisi terurai, tidak tertekuk dan saling berlilitan.
Dengan kondisi semacam ini maka aliran arus pengelasan akan maksimal. Jika sudah tidak
dipakai, trafo las dimatikan dan kabel las digulung dan diletakkan dengan benar tidak saling
berbelit agar mudah dalam penggunaan di waktu yang lain.

4. Pemegang elektroda dan penjepit massa


Penjepit elektroda dan penjepit massa dibuat dari bahan yang mudah menghantarkan
arus listrik. bahan yang biasa digunakan adalah tembaha. Pada pemegang elektroda pada
mulutnya sudah dibentuk sedemikian rupa sehingga memudahkan tukang las
memasang/menjepit pada pemegang elektroda. Dalam penggunaannya elektroda harus
ditempat pada sela-sela yang ada, dapat diposisikan dengan sudut 180 derajat, 90 derajat atau
45 derajat terhadap pemegang elektroda. Sedang pada penjepit massa dibuat sedemikian rupa
sehingga dapat mencengkeram dengan kuat pada benda kerja.
Penjepit elektroda maupun penjepit massa tidak diperkenankan terkena busur las.
Pada penjepit elektroda, penggunaan elektroda disisakan 1 inch sehingga tidak sampai habis
menyentuh pemegang elektroda. Sedangkan pemegang massa tidak diperkenankan untuk
menjadi tempat mencopa elektroda/menyalaka elektroda agar tidak rusak. Penjepit benda
kerja ditempatkan pada dekat benda kerja atau meja las dengan kuat agar aliran listrik dapat
maksimal/tidak banyak arus yang terbuang.

2.3 Alat-alat bantu las


Alat-alat bantu las harus digunakan dengan benar sesuai fungsinya dan dengan teknik
yang benar pula. Di samping itu cara penyimpanannya harulah ditempatkan sedemikian rupa
sehingga tidak saling bertumpukan dan saling bergesekan satu sama lain.
Alat bantu las diantaranya adalah:
1. Meja las
Meja las adalah tempat untuk menempatkan benda kerja pada posisi yang
dipersyaratkan. Meja las harus diletakkan sedemikian rupa dan tidak mudah bergerak saat
tersenggol atau saat welder melakukan pengelasan. Gunakan benda kerja lain saat mencoba
penyalaan elektroda dan jangan dilakukan di meja las.

2. Palu terak
Palu terak adalah alat untuk membersihkan terak dari hasil pengelasan. Dalam
menggunakan palu terak ini jangan sampai membuat luka pada hasil pengelasan maupun
pada base metalnya. karena luka bekas pukulan adalah merupakan cacat pengelasan. Palu
terak sebelum digunakan dicek ketajamannya dan kondisinya. Apabila sudah tumpul, maka
harus ditajamkan dengan menggerindanya. Setelah selesai menggunakannya, tempatkan palu
terak pada tempatnya secara rapi.

3. Palu konde
Palu konde secara standar yang digunakan adalah berkapasitas 2 kg. penggunaan palu
konde adalah untuk membantu meluruskan, meratakan permukaan benda kerja yang berkelok
atau melengkung, untuk membentuk sudut pada benda kerja dengan tujuan mengurangi atau
meniadakan distorsi. atau ditunakan untuk tujuan membantu persiapan pengelasan. Palu
konde juga harus dikontrol kondisinya agar tidak kocak serta dalam penyimpananya harus
tertata rapi dan tidak saling bertumpukan atau bergesekan dengan alat lainnya.

4. Gerinda tangan
Gerinda tangan ini berfungsi untuk menyiapkan material yang akan di las berupa
penyiapan kampuh las. Gerinda ini juga digunakan untuk membantu dalam proses pengelasan
khususnya dalam pembersihan lasan sebelum di sambung atau sebelum ditumpuki dengan
lasan lapis berikutnya. gerinda tangan ini juga digunakan untuk membantu dalam
memperbaiki cacat las yang memerlukan penggerindaan dalam persiapannya sebelum
diperbaiki cacat pengelasan tadi.

2.7 Pengelasan Oxy-Asetiline


Las Oxy-Acetylene (las asetilin) adalah proses pengelasan secara manual, dimana
permukaan yang akan disambung mengalami pemanasan sampai mencair oleh nyala (flame)
gas asetilin (yaitu pembakaran C2H2 dengan O2), dengan atau tanpa logam pengisi, dimana
proses penyambungan tanpa penekanan. Disamping untuk keperluan pengelasan
(penyambungan) las gas dapat juga dipergunakan sebagai: preheating, brazing, cutting dan
hard facing. Penggunaan untuk produksi (production welding), pekerjaan lapangan (field
work), dan reparasi (repair & maintenance).
Dalam aplikasi hasilnya sangat memuaskan untuk pengelasan baja karbon, terutama
lembaran logam (sheet metal) dan pipa-pipa berdinding tipis. Meskipun demikian hampir
semua jenis logam ferrous dan non ferrous dapat dilas dengan las gas, baik dengan atau tanpa
bahan tambah (filler metal).
Disamping gas acetylene dipakai juga gas-gas hydrogen, gas alam, propane, untuk
logam–logam dengan titik cair rendah. Pada proses pembakaran gas-gas tersebut diperlukan
adanya oxygen. Oxygen ini didapatkan dari udara dimana udara sendiri mengandung oxygen
(21%), juga mengandung nitrogen (78%), argon (0,9 %), neon, hydrogen, carbon dioksida,
dan unsur lain yang membentuk gas.

2.7.1 Pembuatan Oksigen


Secara teknis, oksigen di dapat dari udara yang dicairkan. Kemudian dengan cara
elektrolisa, campuran udara cair dan air dipisahkan oleh oksigen. Masalah yang sulit adalah
antara Nitrogen dan Oksigen . Nitrogen titik didihnya lebih besar, dan titik didih kedua gas
tersebut hanya berbeda 13 0C saja. (Oksigen = - 183 0C dan Nitrogen = -196 0C), sehingga
perlu pemurnian oksigen dilaksanakan secara berulang-ulang. Kemurnian yang dapat dicapai
sampai 99,5 % dan kemudian dimanfaatkan dalam tangki-tangki baja dengan tekanan kerja
antara 15-30 atm.
Keuntungan pemakaian oksigen adalah keadaan oksigen yang cukup cair tersebut,
dapat dipertahankan pada tangki penyimpan dan mudah pada saat pengangkutan. Pada saat
dibutuhkan dengan menggunakan alat (Gasificator) , oksigen cair dijadikan oksigen gas,
dengan tekanan yang besar kemudian oksigen gas tersebut disimpan pada botol-botol baja.

2.7.2 Pembuatan Asetililine


Secara komersial asetiline (c2h2) untuk industri las karbit, diperoleh dengan
mereaksikan kalsium karboid dengan air. Jadi asetiline adalah gas hidro karbon yang
diperoleh dari unsur-unsur kapur, karbon dan aair dengan reaksi berikut: Ca O + 3 C Ca +Co
108/g.mol. (jadi pembakaran kapur dengan karbon tanpa udara)
Asetiline tidak berbau atau berwarna sedangkan dalam perdagangan ada bau khusus
karena ada kotoran belerang dan phosphor. Asetiline murni mudah meledak karena faktor-
faktor tekanan dan temperatur. Tetapi faktor-faktor lain yang mempengaruhi expobility dari
asetiline adalah adanya kotoran-kotoran, katasilator, kelmbaban, sumber-sumber penyalaan,
ukuran dan bentuk tangki.

2.12 Bahaya Dalam Pengelasan


Pada pekerjaan pengelasan banyak risiko yang akan terjadi apabila tidak hati-hati
terhadap penggunaan peralatan, mesin dan posisi kerja yang salah. Beberapa risiko bahaya
yang paling utama pada pengelasan (Wiryosumarto dan Okumura, 2004) antara lain :
1. Cahaya dan sinar yang berbahaya
Selama proses pengelasan akan timbul cahaya dan sinar yang dapat membahayakan
juru las dan pekerja lain yang ada di sekitar pengelasan. Cahaya tersebut meliputi:

a. Sinar ultraviolet
Sinar ultraviolet sebenarnya adalah pancaran yang mudah diserap, tetapi sinar ini
mempunyai pengaruh yang besar terhadap reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh. Bila
sinar ultraviolet yang terserap oleh lensa dan kornea mata melebihi jumlah tertentu maka
pada mata akan terasa seakan-akan ada benda asing di dalamnya. Dalam waktu antara 6
sampai 12 jam kemudian mata akan menjadi sakit selama 6 sampai 24 jam. Pada umunya rasa
sakit ini akan hilang setelah 48 jam.

b. Cahaya tampak
Semua cahaya tampak yang masuk ke mata akan diteruskan oleh lensa dan kornea ke
retina mata. Bila cahaya ini terlalu kuat maka akan segera menjadi lelah dan kalau terlalu
lama mungkin akan menjadi sakit. Rasa lelah dan sakit ini sifatnya juga hanya sementara.

d. Sinar inframerah
Adanya sinar inframerah tidak segera terasa oleh mata, karena itu sinar ini lebih
berbahaya sebab tidak diketahui, tidak terlihat dan tidak terasa. Pengaruh sinar inframerah
terhadap mata sama dengan pengaruh panas, yaitu menyebabkan pembengkakan pada
kelopak mata, terjadinya penyakit kornea, presbiopia yang terlalu dini dan terjadinya
kerabunan.
2. Arus listrik yang berbahaya
Besarnya kejutan yang timbul karena listrik tergantung pada besarnya arus dan
keadaan badan manusia.

Tingkat dari kejutan dan hubungannya dengan besar arus adalah sebagai berikut:
a. Arus 1 mA hanya akan menimbulkan kejutan yang kecil saja dan tidak
membahayakan.

b. Arus 5 mA akan memberikan stimulasi yang cukup tinggi pada otot dan
menimbulkan rasa sakit.

c. Arus 10 mA akan menyebabkan rasa sakit yang hebat.

d. Arus20 mA akan menyebabkan terjadi pengerutan pada otot sehingga orang yang
terkena tidak dapat melepaskan dirinya tanpa bantuan orang lain.

e. Arus 50 mA sangat berbahaya bagi tubuh.

f. Arus 100 mA dapat mengakibatkan kematian.

3. Debu dan gas dalam asap las


Debu dalam asap las besarnya berkisar antara 0,2 μm sampai dengan 3 μm.
Komposisi kimia dari debu asap las tergantung dari jenis pengelasan dan elektroda yang
digunakan. Bila elektroda jenis hydrogen rendah, di dalam debu asap akan terdapat fluor (F)
dan oksida kalium (K2O). Dalam pengelasan busur listrik tanpa gas, asapnya akan banyak
mengandung oksida magnesium (MgO). Gas-gas yang terjadi pada waktu pengelasan adalah
gas karbon monoksida (CO), karbon dioksida (CO2), ozon (CO3) dan gas nitrogen dioksida
(NO2).

4. Bahaya kebakaran.
Kebakaran terjadi karena adanya kontak langsung antara api pengelasan dengan
bahan-bahan yang mudah terbakar seperti solar, bensin, gas, cat kertas dan bahan lainnya
yang mudah terbakar. Bahaya kebakaran juga dapat terjadi karena kabel yang menjadi panas
yang disebabkan karena hubungan yang kurang baik, kabel yang tidak sesuai atau adanya
kebocoran listrik karena isolasi yang rusak.
5. Bahaya Jatuh.
Didalam pengelasan dimana ada pengelasan di tempat yang tinggi akan selalu ada
bahaya terjatuh dan kejatuhan. Bahaya ini dapat menimbulkan luka ringan ataupun berat
bahkan kematian karena itu usaha pencegahannya harus diperhatikan

Adapun alat keselamatan kerja unutuk pengelasan sebagai berikut:


1.Topeng las (welding mask)
Untuk melindungi mata, kepala/rambut operator dari percikan-percikan pada saat
melakukan pemotongan dengan oksi-asetilin atau api las dan benda –benda panas lainnya.
Juga untuk melindungi muka operator las terhadap percikan hasil pemotongan, dan ledakan
percampuran gas yang tidak sempurna.
2.Sarung tangan kulit
Pekerjaan mengelas dan pemotongan selalu berhubungan dengan panas, kontak
dengan panas sering terjadi yaitu pada saat pengelasan dan pemotongan benda kerja yang
memperoleh panas secara konduksi dari proses pengelasan dan pemotongan. Untuk
melindungi tangan dari percikan-percikan api las dan percikan pada saat pemotongan benda-
benda panas maka operator las harus menggunakan sarung tangan.
3.Jaket kulit/Apron kulit.
Untuk melindungi kulit dan organ-organ tubuh pada bagian badan operator dari
percikan-percikan api las pada saat proses pengelasan dan pemotongan benda kerja serta
pancaran sinar las yang mempunyai intensitas tinggi maka pada baian badan perlu dilindungi
dengan menggunakan jaket kulit atau apron kulit.

BAB 3
PEMBAHASAN DAN ANALISIS

1. Mengelas menggunakan busur listrik atau las SMAW secara horizontal pada benda kerja
Analisis Alat dan Bahan :
1. Alat
a. Mesin las busur listrik
b. Tang penjepit elektroda
c. Meja las
d. Topeng las
e. Sarung tangan las
f. Sepatu safety
g. Sikat kawat
h. Palu las
i. Klem massa

2. Bahan
a. Elektroda
b. Benda kerja atau besi berbentuk balok

3. Hasil

2. Mengelas menggunakan busur listrik atau las SMAW membuat sambungan tumpang
pada benda kerja
Analisis Alat dan Bahan :
1. Alat
a. Mesin las busur listrik
b. Tang penjepit elektroda
c. Meja las
d. Topeng las
e. Sarung tangan las
f. Sepatu safety
g. Sikat kawat
h. Palu las
i. Klem massa

2. Bahan
a. Elektroda
b. Benda kerja atau besi berbentuk balok

3. Hasil

3.Mengelas menggunakan busur listrik atau las SMAW membuat sambungan T pada benda
kerja
Analisis Alat dan Bahan :
1. Alat
a. Mesin las busur listrik
b. Tang penjepit elektroda
c. Meja las
d. Topeng las
e. Sarung tangan las
f. Sepatu safety
g. Sikat kawat
h. Palu las
i. Klem massa

2. Bahan
a. Elektroda
b. Benda kerja atau besi berbentuk balok

3.Hasil

4.Mengelas menggunakan busur listrik atau las SMAW membuat sambungan kampuh V
pada benda kerja
Analisis Alat dan Bahan :
1. Alat
a. Mesin las busur listrik
b. Tang penjepit elektroda
c. Meja las
d. Topeng las
e. Sarung tangan las
f. Sepatu safety
g. Sikat kawat
h. Palu las
i. Klem massa

2. Bahan
a. Elektroda
b. Benda kerja atau besi berbentuk balok

3.Hasil

5. Pengenalan mesin las oxy-asetiline membuat tempat lilin


Analisis Alat dan Bahan :
1. Alat
a. Tabung gas oksigen
b. Tabung gas Asetiline
c. Klem selang
d. Brander
e. Regulator las
f. Selang las

2. Bahan
a. Gas Oksigen
b. Gas Asiteline (C2H2)

3.hasil
BAB 4
PENUTUP

Kesimpulan
Mengacu pada permasalahan dan pembahasan pada bab 4 terkait proses pengelasan
menggunakan las busur listrik atau las SMAW (Shield Metal Arc Welding) didapat beberapa
kesimpulan, antara lain:
1. Untuk dapat mengelas dengan hasil lasan yang baik, perlu latihan dalam jangka waktu yang
tidak singkat.
2. Dalam mengelas kecepatan menggeser elektroda sangat menentukan hasil lasan. Jika terlalu
cepat, tembusan lasnya dangkal oleh karena kurang waktu pemanasan bahan dasar dan
kurang waktu untuk cairan elektroda menembus bahan dasar. Bila terlalu lambat akan
menghasilkan alur lasan yang lebar, kasar dan kuat, hal ini dapat menimbulkan kerusakan sisi
las (pada logam induknya). Oleh karena itu kecepatan elektroda harus tepat dan stabil.
3. Bila elektroda baru dipasang (masih panjang) maka ada kemungkinan ujung elektroda tidak
stabil saat digunakan untuk mengelas. Seperti tangan kita gemetar. Tetapi jika elektroda
sudah setengah dalam mengelas ini relatif cukup stabil.
4. Jarak ujung elektroda ke benda kerja juga sangat mempengaruhi hasil lasan. Jika terlalu dekat
elektroda bisa nempel pada benda kerja dan jika terlalu jauh lelehan elektroda tidak akan
menumpuk dan jika sangat jauh elektroda akan mati.
5. Saat penyambungan dua buah benda diusahakan pada bagian sambungan tidak ada rongga,
maka hasil lasan akan rapih dan kuat.
6. Pengelasan sudut dalam dan sudut luar harus memperhatikan lelehan elektroda agar
memperoleh sambungan yang baik dan rapih.

Untuk proses pengelasan menggunakan las oxy-aseteline didapat kesimpulan diantaranya


adalah:
1. Pada pengelasan menggunakan las oxy-aseteline ada 3 macam nyala yang dihasilkan yaitu
nyala karburasi, nyala netral dan nyala oksidasi.
2. Nyala yang sering digunakan pada saat mngelas menggunakan las oxy-aseteline adalah
menggunakan nyala netral. Dikarenakan nyala netral yang menghasilkan nyala yang stabil
untuk proses pelelehan benda kerja atau bahan tambah berupa kawat
3. Proses penyambungan dua benda kerja berupa plat saat menggunakan las oxy-aseteline harus
memperhatikan tingkat kemetangan lelehan benda kerja atau bahan tambah yang berupa
kawat
4. Penyambungan sudut luar dan sudut dalam menggunakan las oxy-aseteline diperoleh dari
pelelehan bahan tambah yang optimal serta tingkat kerpatan sambungan yang akan dilas.

Penggunaan alat bantu dan alat keselamatan kerja juga perlu diutamakan, karena pada
dasarnya jika kita mengindahkan keselamatan kerja maka akan diperoleh hasil yang baik
pada saat praktek.

Saran
Sebaiknya jumlah alat diperbanyak dan dalam kondisi yang baik sehingga dapat
praktikum berlangsung dengan baik, tertib dan cepat. Keadaan bengkel yang kurang tertata,
seharusnya sebagai laboratorium mesin harus bersih. Sehingga nyaman dan tidak
mengganggu keselamatan pekerja.
Kurangnya peralatan kerja, seharusnya peralatan dapat dipenuhi karena kerja bangku
merupakan dasar dari praktik permesinan lainnya. Juga mempengaruhi hasil dari
pekerjaan.sedikit,itu mengakibatkan keterlambatan menyelesaikan pekerjaan
Semua pekerjaan yang kita lakukan akan berhasil apabila disertai jiwa yang sabar, ulet,
terampil dan mau bekerja keras.

Daftar Pustaka
Modul teori dan peraktik teknologi pengelasan smaw/mmaw, ft unimed, dr.r.mursid,st.m.pd

Anda mungkin juga menyukai