Disusun oleh :
Abdurahman Harits 1802311106
Daniel Kristoff 1802311107
Fikri Zaidan 1802311067
Gayatri Aryo Rini 1802311097
Kamaluddin Al Gifari 1802311117
Muhammad Harley Darmawan 1802311060
Nur Afifah 1802311021
Samuel Triprasetyo Efraim 1802311065
KELAS 3A PERANCANGAN
PROGRAM STUDI DIII TEKNIK MESIN
POLITEKNIK NEGERI JAKARTA
2019
ii
DAFTAR ISI
A. Pendahuluan ................................................................................................... 20
Halaman | ii
iii
G. Tipe Beban, Jenis Lap Joint, dan Penambahan Kekuatan pada Sambungan
Adhesive................................................................................................................ 38
Halaman | iii
iv
Halaman | iv
v
Halaman | v
vi
Halaman | vi
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.2 Harga Tegangan Sambungan Las dengan Beberapa Elektroda dan
Beban .................................................................................................................... 10
Tabel 8.5 Ukuran dan Data Elemen Penegang Pegas Cincin.............................. 114
Halaman | vii
viii
DAFTAR GAMBAR
Halaman | viii
ix
Halaman | ix
x
Halaman | x
xi
Halaman | xi
xii
Halaman | xii
xiii
Halaman | xiii
xiv
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah swt, Tuhan yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih-Nya kepada kita semua. Berkat karunia-Nya pula
makalah Elemen Mesin ini dapat kami selesaikan dengan sesederhana mungkin.
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk memperkenalkan segala hal
mengenai sambungan, dan tujuan lain kami membuat makalah ini adalah untuk
menambah nilai kami yang mungkin masih sangat kurang dalam proses
pembelajaran sehari-hari.
Akhir kata, dengan segala kerendahan hati kami menyadari bahwa makalah
ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kritik dan saran demi
perbaikan dan peningkatan makalah ini sangatlah kami harapkan.
Penyusun
Halaman | xiv
1
BAB I
SAMBUNGAN LAS
Kamaluddin Al Gifari | 1
2
Kamaluddin Al Gifari | 2
3
b. Butt joint
Sambungan butt joint adalah jenis sambungan tumpul, dalam aplikasinya
jenis sambungan ini terdapat berbagai macam jenis kampuh atau groove
yaitu V groove (kampuh V), single bevel, J groove, U Groove, Square
Groove. Berikut adalah gambar detail dari macam-macam sambungan butt
joint :
1. Sambungan butt joint persegi
Kamaluddin Al Gifari | 3
4
Kamaluddin Al Gifari | 4
5
c. T (fillet) joint
T Joint adalah jenis sambungan yang berbentuk seperti huruf T, tipe
sambungan ini banyak diaplikasikan untuk pembutan kontruksi atap,
konveyor dan jenis konstruksi lainnya. Untuk tipe groove juga terkadang
digunakan untuk sambungan fillet adalah double bevel, namun hal tersebut
sangat jarang kecuali pelat atau materialnya sangat tebal. Berikut ini gambar
sambungan T pada pengelasan.
Kamaluddin Al Gifari | 5
6
d. Corner joint
Corner Joint mempunyai desain sambungan yang hampir sama dengan
T Joint, namun yang membedakannya adalah letak dari materialnya.
Pada sambungan ini materialnya yang disambung adalah bagian ujung
dengan ujung. Ada dua jenis corner joint, yaitu close dan open. Berikut
ini adalah gambar dari sambungan Corner Joint.
e. Edge Joint
Edge joint merupakan sambungan di mana kedua benda kerja sejajar
satu sama lain dengan catatan salah satu ujung dari kedua benda kerja
tersebut berada pada tingkat yang sama.
Kamaluddin Al Gifari | 6
7
Kamaluddin Al Gifari | 7
8
Double fillet
Kamaluddin Al Gifari | 8
9
Kamaluddin Al Gifari | 9
10
Kamaluddin Al Gifari | 10
11
Kamaluddin Al Gifari | 11
12
Kamaluddin Al Gifari | 12
13
F. Jenis Pengelasan
1. Las Gas ( Karbit )
Las Karbit adalah proses penyambungan logam dengan logam
(pengelasan) yang menggunakan gas karbit (gas aseteline = C2H2) sebagai
bahan bakar, prosesnya adalah membakar bahan bakar yang telah dibakar
Kamaluddin Al Gifari | 13
14
b. Regulator
Seperti istilah pada umumnya
regulator adalah alat pengukur atau
pembatas ukuran. Pada las karbit ini
regulator berfungsi untuk mengukur
tekanan gas pada tabung dan
membatasi tekanan gas yang keluar
dari tabung, baik oksigen maupun
Gambar 1.22. Regulator
karbit.
c. Gas Asetelyne
Gas karbit banyak digunakan dalam pengelasan busur cair gas
daripada bahan bakar lainnya. Hal ini dikarenakan gas karbit memiliki
banyak kelebihan diantaranya :
1. Gas karbit mudah dibuat dan tidak beracun. Jika dihisap untuk
mengenali dari baunya tidak berbahaya.
2. Mempunyai sifat menyerap asam, sehingga dapat mengurangi
oksidasi (memiliki daya reduksi).
3. Gas karbit (acetelyne) mempunyai nilai panas yang tinggi, karena
suhu api yang dicapai pada gas karbit sangat tinggi.
4. Kecepatan pembakaran sangat tinggi.
5. Cocok untuk segala teknik pengelasan las gas.
d. Kaca Mata Las
Kacamata berfungsi untuk melindungi mata dari kilauan busur api
yang dihasilkan dari las karbid. Dengan demikian mata kita tidak cepat
lelah dan pedih. Disamping itu dengan menggunakan kacamata kita
dapat melihat dengan jelas logam yang dilas sudah mencapai titik lebur.
Sehingga kita dapat dengan mudah menentukan kapan harus
menyambung plat tersebut dan kapan pula kita menambahkan bahan
tambah.
Kamaluddin Al Gifari | 14
15
e. Tang Penjepit
Tang penjepit berfungsi untuk memegang dan mengambil benda
kerja. Lebih tepatnya sebagai pengganti jari-jari kita dalam 35
memperlakukan benda kerja, karena selalu berhubungan dengan panas
yang tinggi.
f. Sumber Api
Dalam menyalakan busur api kita memerlukan sumber api.Sumber
api dapat berupa bara api, korek api dan lain-lain yang dapat
menghasilkan percikan api. Perlu diketahui bahwa Gas karbit dapat
menyala hanya dengan percikan api dan tidak harus api yang menyala.
g. Kunci Tabung
Untuk membuka dan menutup tabung gas karbid dan gas oksigen
kita memerlukan kunci tabung. Bentuk kunci tabung bermacam-macam,
ada yang berbentuk palang dan ada yang berbentuk lurus. Besar penutup
tabung juga bermacam-macam sehingga kita harus tepat dalam memilih
kunci yang dipakai. Pemakaian yang tidak tepat akan menyebabkan
kerusakan penutup tabung. Selama proses pengelasan hendaknya kunci
tabung tetap menempel pada penutup tabung gas karbid. Dengan
demikian ketika terjadi kebocoran gas bisa segera diatasi dengan
menutup tabung secepatnya.
Jika pekerjaan pengelasan direncanakan atau dilaksanakan dengan
tidak benar, bermacam-macam cacat las dapat terjadi, menghasilkan
kualitas sambungan las yang buruk dan tampilan struktur yang dilas
tidak memuaskan. Cacat-cacat las berikut dapat terjadi :
Tampilan rigi las buruk, takikan, penumpukan, tidak lurus, terbakar
Lubang cacing (keropos), jurang, lubang memanjang
Penetrasi kurang, peleburan kurang, terak terperangkap
Retak
Kamaluddin Al Gifari | 15
16
2. Las Listrik
Kamaluddin Al Gifari | 16
17
ujung tangkai las juga keluar aliran gas. Dapat beripa gas karbondioksida
yang disebut las CO2, tetapi dapat juga argon atau campuran beberapa gas.
Aliran gas itu melindungi cairan yang meleleh dari udara sekitarnya. Udara
mengandung oksigen yang pada suhi sekitar 1800oC dapat membuat karat.
Dalam pengelasan listrik kita memerlukan beberapa peralatan yang
harus disiapkan agar proses pengelasan dapat kita lakukan dengan lancar
dan hasil yang sempurna. Peralatan tersebut yakni :
a. Kabel Las
Kabel las biasanya dibuat dari tembaga yang dipilin dan dibungkus
dangan karet isolasi Yang disebut kabel las ada tiga macam yaitu :
kabel elektroda
kabel massa
kabel tenaga
Kabel elektroda adalah kabel yang menghubungkan pesawat las
dengan elektroda. Kabel massa menghubungkan pesawat las dengan
benda kerja. Kabel tenaga adalah kabel yang menghubungkan sumber
tenaga atau jaringan listrik dengan pesawat las. Kabel ini biasanya
terdapat pada pesawat las AC atau AC – DC.
b. Pemegang Elektroda
Ujung yang tidak berselaput dari
elektroda dijepit dengan pemegang
elektroda. Pemegang elektroda
terdiri dari mulut penjepit dan
pegangan yang dibungkus oleh
bahan penyekat. Pada waktu berhenti
atau selesai mengelas, bagian
Gambar1.24. Pemegang Elektroda
pegangan yang tidak berhubungan
dengan kabel digantungkan pada gantungan dari bahan fiber atau kayu.
Kamaluddin Al Gifari | 17
18
c. Palu Las
Palu las digunakan untuk melepaskan dan
mengeluarkan terak las pada jalur Ias
dengan jalan memukulkan atau
menggoreskan pada daerah las.
Berhati-hatilah membersihkan terak Ias
dengan palu Ias karena kemungkinan akan
memercik ke mata atau ke bagian badan
lainnya.
Gambar1.25. Palu Las
d. Sikat Kawat
Dipergunakan untuk :
Membersihkan benda kerja yang akan dilas
Membersihkan terak Ias yang sudah lepas dari jalur las oleh pukulan
palu las.
Kamaluddin Al Gifari | 18
19
f. Tang (penjepit)
Penjepit (tang) digunakan untuk memegang atau memindahkan benda
kerja yang masih panas.
Kamaluddin Al Gifari | 19
20
BAB II
SAMBUNGAN SUSUT
A. Pendahuluan
Benda itu bisa ditekan dengan menggunakan dua jenis bahan yang berbeda
kualitasnya, di mana bahan untuk roda luar dipakai yang kualitasnya baik (misalnya
steel) sedang roda bagian dalam dipakai bahan yang kualitasnya tidak sebaik roda
luar (misalnya cast iron). Proses penyambungan kedua bahan menggunakan
sambungan susutan di mana roda luar dipanaskan pada suhu tertentu (tidak sampai
merusak karakter bahan baik secara fisik maupun struktur mikro) yang biasanya
menggunakan oli panas atau pemanasan di dalam gas atau dengan tungku listrik.
Setelah pemanasan selesai roda bagian dalam (tidak dipanaskan) dimasukkan pada
roda luar, kemudian dibiarkan mendingin bersama-sama.
F. Cara Kerja
Sambungan menyusut adalah cara mengikat dimana kita
menggunakan sifat dimana ukuran sebuah benda berubah,bila suhunya berubah. B
ila sebuah gelang harus diikatkan pada sebuah poros, maka garis tengah gelang itu
harus dibuat sedikit lebih kecil dari pada lubang garis tengah poros.
Cara pengikatan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a. Dengan Pemanasan
Gelang kita panaskan, sehingga garis tengah gelang lebih besar sedikit
dari pada garis tengah poros.
Kemudian gelang dipasangkan pada tempat yang seharusnya.
Gelang kita dinginkan, maka ia akan menyusut dan oleh karena itu akan
terjadi ikatan yang kuat disekitar poros.Cara pengikatan ini banyak
dilakukan pada pengikatan kasutroda, krah, roda gigi dsb. Karena salah
satu dari alat bagian itu dipanaskan, maka cara ini juga disebut degan
Penyusutan panas.
b. Dengan Pendinginan
Cara yang serupa dengan ini, adalah menyusut dingin.
Dimana poros terlebih dahulu didinginkan sampai ia dapat digeser masuk
ke geleng (lihat gambar 2). Bila poros kembali ke suhu normal, maka akan
terjadi ikatan. Pada penyusutan dingin, pendinginan itu sering kali
Bila garis tengah d berukuran lebih dari 200 mm, ukuran penyusutan adalah :
Untuk Besi tuang : 0,0007 d
Untuk Baja lunak dan Baja tuang : 0,0010 d
Untuk Baja keras dan Baja tuang : 0,0009 d
Bila kita misalkan garis tengah sebelah dalam itu adalah 500 𝑚𝑚 dalam keadaan
regang dan garis tengah asal X mm, maka :
1
500 = 𝑥 + 𝑥
1050
1050 1
500 = 𝑥+ 𝑥
1050 1050
1051
500 = 𝑥
1050
500 × 1050
𝑥= = 499.52[𝑚𝑚]
1051
Ukuran penyusutan menjadi:
500 − 499.52 = 0,48[𝑚𝑚]
Kalau perpanjangan spesifik tegak lurus sumbu = εo, dari tegangan σt dan σr akan
didapat,
𝜇𝜎𝑡 𝜇𝜎𝑟
𝜀0 = − − ………………………………………………………………...(b)
𝐸 𝐸
Di batas bagian dalam, r = 0, tegangan arah radial σr = - pi, karena itu persamaan
(g) berubah menjadi,
𝐶
−𝑝𝑖 = 𝐶1 + 𝑎22…………………………..……………………………….……... (i)
Konstante C1 dan C2 dapat diperoleh dari persamaan (i) dan (j), secara simultan,
a2.pi – b2.po
C1 = --------------- …………………………….………………………………….(k)
b2 – a2
a2.b2(pi – po)
C2 = - ---------------- ……………………….…………………………….……. (l)
b2 - a2
Menggantikan ke persamaan (g) dan (h) masing–masing memberikan tegangan σr
dan σt,
a2.p b2
σt = --------- (1 + ---) …………………………………………. (5)
b2 – a2 r2
Tekanan maksimum akan terletak di sisi dalam dimana r = a, tegangan radial σr
adalah = - p, tegangan tangensial untuk bagian ini,
1 + (a/b)2
σt = p ------------ ………………………………………….. (6)
1 – (a/b)2
Batas di bagian dalam, r = a, perpanjangan spesifik arah tangensial adalah,
1
εt = ---- (σt – μσt) ……………………...……………………….(m)
Eh
Dalam hal ini Eh adalah modulus elasitas bahan. Jumlah pengurangan di bagian
dalam =
2π.a.εt, pengurangan jari-jari lubang μh = 2π.a.εt/2π = aεt.,
a a.p 1 + (a/b)2
dimana μh = --- (σt – μσr) = ---- ------------ + μ …………………………. (7)
Eh Eh 1 – (a/b)2
Penyimpangan radial μh arahnya ke luar.
Ukuran susut untuk beberapa alat mesin yang berdiameter lubang d di bawah
200 mm dibebani normal.
BAB III
SAMBUNGAN ADHESIVE
Nur Afifah| 32
33
Nur Afifah| 33
34
Nur Afifah| 34
35
Nur Afifah| 35
36
Nur Afifah| 36
37
2. Sifat Mekanik
Sifat-sifat mekanik sambungan adhesive yang diperhitungkan dalam
perhitungan adalah:
Kekuatan Kohesif (Tegangan Tarik)
𝐹
σtarik maks =
𝐴
Keterangan :
σtarik maks 2
= Tegangan tarik (kekuatan adhesive) [N/m ]
Nur Afifah| 37
38
G. Tipe Beban, Jenis Lap Joint, dan Penambahan Kekuatan pada Sambungan
Adhesive
(c) Scraft
(d) Bevel
(e) Step
Nur Afifah| 38
39
Nur Afifah| 39
40
3. Teori Difusi
Dalam teori ini adhesi dihubungkan dengan ikatan antarmolekul pada
antarmuka. Hal ini diterapkan untuk persatuan polimer tinggi.
Konsep dasar adalah adhesi yang muncul melalui interdifusi dari
adherend (bagian yang terlekat) dan perekat. Hal ini didasarkan pada rantai
sifat struktur dengan konsekuen fleksibilitas dan kemampuan rantai untuk
menjalani gerakan pada skala sub-molekul. Ketika perekat dibuat dalam
bentuk larutan (Kemungkinan besar) adherend adalah substrat yag dapat
larut dalam pelarut substrat molekul juga akan berdifusi ke tingkat yang
cukup ke dalam lapisan perekat.
4. Teori Perekatan (Teori Five-Chain Glue Line)
Brown et. al. (1952) melakukan analisis perekatan dengan cara
memecahnya ke dalam gaya-gaya yang mampu dikeluarkan oleh satu atau
beberapa molekul bila berdekatan atau berjauhan dengan molekul yang lain.
Gaya-gaya ini dikenal sebagai gaya adhesi dan gaya kohesi pada suatu
sistem ikatan fisika kimia molekul. Pada sistem ini garis perekat diuraikan
menjadi 5 buah garis gaya yang saling berkaitan.
Nur Afifah| 40
41
Nur Afifah| 41
42
disebarkan.
Nur Afifah| 43
44
BAB IV
SAMBUNGAN ULIR
Abdurahman Harits| 44
45
Abdurahman Harits| 45
46
8. Angle of thread
adalah sudut yang terbentuk dari ulir.
9. Slope
adalah setengah pitch.
Abdurahman Harits| 46
47
5. Square threat
Mata Ulir berbentuk Segiempat. (Gambar 4.6)
Aplikasi : power transmisi, machine tools, valves.
6. Acme threat
Mata Ulir berbentuk Trapesium (Gambar 4.7)
Aplikasi : cutting lathe, brass valves.
7. Knuckle threat
Mata ulir berbentu bulat, merupakan modifikasi dari ulir persegi. Ulir ini
digunakan untuk pekerjaan kasar, biasanya ditemukan di sambungan
gerbong kereta api, dan botol kaca. (Gambar 4.8)
Abdurahman Harits| 47
48
8. Ulir Metrics
Merupakan ulir standar India dan mirip dengan ulir BSW. Ini memiliki
sudut 60 °. (Gambar. 4.9). Profil desain mur dan baut (Gambar. 4.10)
Abdurahman Harits| 48
49
Abdurahman Harits| 49
50
Abdurahman Harits| 50
51
Abdurahman Harits| 51
52
G. Penguncian Mur/Baut
Umumnya mur dan baut akan tetap kencang di bawah beban statis, tapi banyak
ikatan mur dan baut menjadi longgar di bawah beban variabel atau ketika mesin
mengalami getaran. Mengendurnya baut/mur ini sangat berbahaya dan harus
dicegah. Untuk mencegah hal ini, sejumlah besar metode penguncian
perangkat telah diterapkan, beberapa di antaranya adalah :
1. Jam nut or lock nut.
Perangkat penguncian yang paling umum adalah mengunci mur. Metode ini
menggunakan dua buah mur dimana mur bagian atas adalah sebagai penguncinya.
(Gambar 4.16.)
Abdurahman Harits| 52
53
2. Castle nut.
Mur berbentuk heksagonal dengan bagian atas berbentuk silinder yang
memiliki slot, seperti ditunjukkan pada Gambar. 4.17. Pin melewati dua slot
pada mur dan sebuah lubang pada baut, biasanya digunakan pada kondisi yang
tiba-tiba mengalami guncangan dan getaran yang cukup besar seperti di
industri otomotif.
3. Sawn nut.
Memiliki slot setengah mur, seperti ditunjukkan pada Gambar. 4.18 dimana
mur diperkuat dengan sekrup kecil yang menghasilkan lebih banyak gesekan
antara mur dan baut. Hal ini mencegah mengendurnya mur.
Abdurahman Harits| 53
54
Gambar 4.20. Locking with plate Gambar 4.21. Locking with washer
Abdurahman Harits| 54
55
Abdurahman Harits| 55
56
Dimana :
Abdurahman Harits| 56
57
Dimana :
τ = tegangan geser torsi,
T = torsi yang diterapkan
Dimana :
P = beban maksimum
b = lebar ulir
n = jumlah ulir
Abdurahman Harits| 57
58
2. Tegangan Geser
Kadang-kadang, baut digunakan untuk mencegah gerakan relatif dari dua
atau lebih bagian, seperti dalam kasus kopling flens, sehingga
menyebabkan tegangan geser pada baut. Tegangan geser ini sedapat
mungkin untuk dihindari.
Jika d = diameter mayor baut,
dan n = Jumlah baut.
Beban geser yang dialami oleh baut adalah :
Abdurahman Harits| 58
59
Dimana, T = torsi
3. Tegangan kombinasi
Hubungan antara tegangan tarik dengan tegangan geser adalah :
Tegangan geser maksimum :
Abdurahman Harits| 59
60
BAB V
SAMBUNGAN SOLDER
A. Pengertian Penyolderan
Penyolderan merupakan proses penyambungan antara dua logam atau lebih
dengan menggunakan panas untuk mencairkan bahan tambah sebagai penyambung,
dan bahan pelat yang disambung tidak turut mencair.
Ditinjau dari segi penggunaan panas maka proses penyolderan ini dibagi
dalam dua jenis, yakni penolderan lunak dan penolderan keras. Penggunaan solder
dari berbagai jenis bahan, biasanya dititik beratkan pada kerapatan sambungan,
bukan pada kekuatan sambungan terutama pada penolderan lunak. Dalam
melakukan proses penyolderan ini dibutuhkan fluks yang berfungsi untuk
membersihkan bahan serta sebagai unsur pemadu dan pelindung sewaktu terjadinya
proses penyolderan.
B. Jenis-jenis Penyolderan
1. Penyolderan lunak
Penyolderan lunak adalah proses penyambungan dua keping logam
dengan logam yang berbeda yang dituangkan dalam keadaan cair dengan suhu
o
tidak melebihi 430 C diantara kedua keping tersebut. Paduan logam
penyambung/pengisi yang banyak digunakan adalah paduan timbal dan timah
o
yang mempunyai titik cair antara 180 - 370 C. Komposisi 50% Pb dan 50% Sn
paling banyak digunakan untuk timah solder dimana paduan ini mempunyai
o
titik cair pada 220 C.
Jenis Bahan Tambah Penulisan Kandungan Pemakaian.
Paduan Sn-Pb Sn50Pb(Sb) 60% Sn, 0,3% Antimon,sisanya Pb Penyolderan
pada:
- Logam yang dilapisi seng
- Pelat-pelat tipis
- Peralatan elektronik
Fikri Zaidan| 60
61
2. Penyolderan Keras
Penyolderan keras atau dapat juga di sebut pematrian. Pada pematrian, logam
o
pengisi mempunyai titik cair diatas 430 C akan tetapi masih dibawah titik cair
logam induk. Logam dan paduan patri yang banyak digunakan adalah :
o
1. Tembaga : titik cair 1083 C.
2. Paduan tembaga : kuningan dan perunggu yang mempunyai titik cair
o o
antara 870 C - 1100 C.
o o
3. Paduan perak : yang mempunyai titik cair antara 630 C - 845 C.
o o
4. Paduan Aluminium : yang mempunyai titik cair antara 570 C - 640 C.
Jenis Bahan Tambah Kandungan Pemakaian :
CuZn 46
53-55 % Cu, sisanya Zn Penyolderan pada:
- Instalasi pipa-pipa
- Konstruksi kendaraan
Ag15P
15 % Ag, 5 % P, sisanya Cu Penyolderan pada:
- Pelat-pelat,perpipaan,kawat
- Industri optic
- Peralatan mekanik yang kecil
Fikri Zaidan| 61
62
Ag45Cd
45 % Ag, 20 % Cd, 18 % Cu, sisanya Sn Penyolderan pada: Logam-logam mulia
dengan bahan seperti:
- Perak (Ag)
- Emas (Au)
- Platina (Pt)
AlSiSn
Minimal 72 % Al, 10-12 % Si, 8-12 % Sn, dan Cd, sisanya Cu dan Ni
Penyolderan pada :
- Benda tuangan
- Pelat, kawat
- Profil aluminium dan paduannya
AlSi13
Minimal 72 % Al, 13 % Si, sisanya Cu, dan Ni Penyolderan pada konstruksi
logam-logam ringan. Penyolderan pada konstruksi yang menggunakan
baja,tuangan, juga baja temper.
Adapun jenis sambungan yang lazim pada patri adalah : sambungan tindih, temu,
dan serong seperti terlihat pada gambar 1.
Fikri Zaidan| 62
63
Fikri Zaidan| 63
64
Fikri Zaidan| 64
65
C. Teknik Penyolderan
Dalam dunia industri dikenal berbagai teknik penyolderan. Untuk menentukan
teknik penyolderan yang dipakai, perlu memperhatikan hal-hal berikut:
- fungsi benda kerja
- bahan dari benda kerja
- jumlah.
Tetapi pada prinsipnya semua teknik dapat digunakan untuk penyolderan lunak
dan penyolderan keras.
Macam – Macam Teknik Penyolderan.
1. Penyolderan Batang / Kawat
Penyolderan menggunakan bahan tambah (biasanya tembaga)berupa
batang yang dipanaskan. Lebih sesuai untuk penyolderan lunak.
Membutuhkan bahan pengalir, serta lebih sering untuk pekerjaan tunggal
dengan bagian-bagian yang kecil.
Fikri Zaidan| 65
66
Fikri Zaidan| 66
67
bagian sambungan harus tepat ukuran maupun bentuknya dengan celah untuk bahan
pengisi. Proses pematrian dikelompokkan berdasarkan cara pemanasan. Ada empat
cara yang dilakukan dalam memanaskan logam pada penyambungan :
1. Pencelupan benda yang akan disambung dalam logam pengisi atau fluks cair.
Karat atau debu-debu pada permukaan logam akan menghambat aliran bahan
tambah. Untuk memudahkan pengaliran bahan keseluruh permukaan
penyambungan, digunakan bahan pengalir yang berfungsi menghilangkan karat
dan memudahkan pengaliran bahan tambah. Bahan ini diberikan pada seluruh
permukaan yang akan disolder.
2. Mematri dengan menggunakan dapur. Disini benda dijepit dengan jig dan
dimasukkan ke dalam dapur yang diatur suhunya sesuai titik cair logam patri.
3. Mematri dengan nyala. Panas nyala diambil dari nyala oksi asetilen atau
oksihidrogen dan logam pengisi dalam bentuk kawat dicairkan pada celah
sambungan.
4. Mematri dengan patri listrik. Panas berasal dari tahanan, induksi atau busur
listrik.
Fikri Zaidan| 67
68
Gambar 5.4. Gaya tolak F yang dapat diteruskan, a) Momen M bersangkutan yang dapat
di pindahkan, b) pada suatu sambungan solder dan perekat
Fikri Zaidan| 68
69
Dengan
τdiizinkan = τB / s , S = angka keamanan
σB, tebal s), sehingga sambungan solder harus mempunyai pelapisan yang
panjangnya :
lÜ = s . σ B / τB
Momennya sendiri karena diteruskan seperti suatu roda gila
b = d . τt F / (8 . τB )
Keterangan simbol :
d = diameter
lÜ = panjang pelapisan
M = momen putar
s = tebal plat
S = angka keamanan
σB = kekuatan tarik
tarik
Fikri Zaidan| 69
70
Fikri Zaidan| 70
71
BAB VI
SAMBUNGAN LIPAT
Daniel Kristoff| 71
72
Daniel Kristoff| 72
73
C. Penekukan Plat
Langkah proses penekukan pelat dapat dilakukan dengan mempertimbangkan
sisi bagian pelat yang akan dibentuk. Langkah penekukan ini harus diperhatikan
sebelumnya, sebab apabila proses penekukan ini tidak menurut prosedurnya maka
akan terjadi salah langkah. Salah langkah ini sangat ditentukan oleh sisi dari pelat
yang dibengkokan dan kemampuan mesin bending/tekuk tersebut. Komponen pelat
yang akan dibengkokan sangat bervariasi. Tujuan proses pembengkokan pada
bagian tepi maupun body pelat ini diantaranya adalah untuk memberikan kekakuan
pada bentangan pelat.
Sudut Tekuk
Gambar tersebut memperlihatkan sudut tekuk yang terbentuk pada proses
pelipatan pelat, dimana pada bagian sisi atas pelat mengalami peregangan dan
bagian bawah mengalami pengerutan.
Sudut penekukan pada pelat dapat diatur sesuai dengan bentuk tekukan yang
diinginkan. Sudut tekuk diatur sesuai dengan bentuk sudut yang direncanakan
ditambah dengan faktor K sebagai faktor spring back. Pada Gambar di bawah ini
adalah gambar konstruksi mesin tekuk/lipat manual dengan sistem jepitan
sederhana. Tenaga penekukan yang digunakan adalah dengan tuas tekuk yang
Daniel Kristoff| 73
74
digerakkan dengan tangan. Tangan kiri memegang tuas penekan dan tangan kanan
menaikan tuas penekuk.
Proses tekukan yang dapat dilakukan pada mesin tekuk diantaranya dapat
dilihat seperti pada gambar.
Daniel Kristoff| 74
75
Daniel Kristoff| 75
76
Daniel Kristoff| 76
77
Daniel Kristoff| 77
78
Daniel Kristoff| 78
79
Daniel Kristoff| 79
80
Daniel Kristoff| 80
81
1. Sambungan sudut
Proses pengerjaan sambungan sudut :
1. Tekuk kedua sisi pelat yang akan disambung atau seperti pada proses
penyambungan lipat yang sudah diberi penguatan dengan bar.
2. Setelah sambungan terbentuk tekuk bagian yang berlebih pada sisi atas
pelat
3. Rapikan dan ratakan pemukulan pada sambungan pelat yang terbentuk.
Daniel Kristoff| 81
82
4. Rapatkan kedua saluran dan sorong dari tepi bilah yang sudah terbentuk
sampai sambungan saluran tersebut tertutup.
5. Lakukan penyambungan untuk sisi-sisi pelat yang lainnya.
6. Setelah terbentuk sambungan lakukan pemukulan
penguatan sambungan sampai merata.
Daniel Kristoff| 82
83
Daniel Kristoff| 83
84
Daniel Kristoff| 84
85
BAB VII
SAMBUNGAN PAKU KELING
A. Pengertian Sambungan Paku Keling
Paku keling adalah bar silinder pendek dengan kepala terpisahkan untuk itu.
Bagian silinder dari keling disebut betis atau tubuh dan bagian bawah betis dikenal
sebagai ekor, seperti ditunjukkan pada Gambar. 7.1
B. Metode Pengelingan
Fungsi paku keling di sendi adalah untuk membuat sambungan yang memiliki
kekuatan dan kekakuan. Kekuatan ini diperlukan untuk mencegah kegagalan sendi.
Sesak ini diperlukan dalam rangka memberikan kontribusi untuk kekuatan dan
untuk mencegah kebocoran seperti pada boiler atau di lambung kapal.
Ketika dua pelat harus diikat bersama oleh keling seperti ditunjukkan pada
Gambar. 7.2 (a), lubang-lubang di piring meninju dan reamed maupun dibor.
Punching adalah metode termurah dan digunakan untuk pelat relatif tipis dan dalam
pekerjaan struktural. Sejak meninju melukai bahan di sekitar lubang, sehingga
pengeboran digunakan di sebagian besar pekerjaan tekanan kapal. Dalam struktural
dan tekanan memukau kapal, diameter lubang paku keling yang biasanya 1,5 mm
lebih besar dari diameter nominal paku keling.
Pelat dibor sama dan kemudian berpisah untuk menghapus Gerinda maupun
chip sehingga memiliki sendi siram ketat antara pelat. Sebuah paku keling pilek
atau merah panas keling dimasukkan ke dalam piring dan titik (yaitu kepala kedua)
kemudian dibentuk. Ketika dingin paku keling yang digunakan, proses yang dikenal
sebagai dingin dan memukau ketika panas keling yang digunakan, proses yang
dikenal sebagai memukau panas. Proses memukau dingin digunakan untuk sendi
struktural sementara memukau panas digunakan untuk membuat sambungan bukti
kebocoran.
Para memukau dapat dilakukan dengan tangan atau oleh mesin memukau.
Dalam memukau tangan, paku keling kepala asli didukung oleh palu atau bar berat
dan kemudian mati atau set, seperti yang ditunjukkan dalam Gambar. 7.2 (a),
ditempatkan terhadap akhir yang akan menuju dan pukulan yang diterapkan oleh
palu. Hal ini menyebabkan betis untuk memperluas sehingga pengisian lubang dan
ekor dikonversi menjadi titik sebagai ditunjukkan pada Gambar. 7.2 (b). Sebagai
rivet mendingin, ia cenderung kontrak. Kontraksi lateral akan menjadi sedikit, tapi
akan ada ketegangan membujur diperkenalkan di keling memegang piring yang
tegas sama. Dalam memukau mesin, mati adalah bagian dari palu yang dioperasikan
oleh udara, hidrolik atau uap tekanan. Catatan:
1. Untuk baja paku keling hingga 12 mm diameter, proses memukau yang
dingin mungkin digunakan sedangkan untuk berdiameter yang lebih besar
paku keling, proses memukau panas dipakai.
2. Dalam hal paku keling panjang, hanya ekor renang dan tidak seluruh shank.
ganda)
𝜋
= 1.875 × 4 × 𝑑2 .......... (Dalam geser ganda, menurut India Peraturan
Boiler)
∴ penggunting resistensi atau tarik dibutuhkan untuk geser dari keling per
panjang lapangan,
𝜋
𝑃𝑠 = 𝑛 × 4 × 𝑑2 × 𝜏 .......................................................(Dalam geser tunggal)
𝜋
= 𝑛 × 2 × 4 × 𝑑 2 × 𝜏........................................(Secara teoritis, di geser ganda)
𝜋
= 𝑛 × 1.875 × 4 × 𝑑2 × 𝜏..........................(Dalam geser ganda, menurut India
Peraturan Boiler)
Ketika tahanan geser (Ps) lebih besar dari beban yang diterapkan (P) per
panjang lapangan,maka jenis kegagalan akan terjadi.
2. Crushing dari pelat atau paku keling. Kadang-kadang, paku keling tidak
benar-benar geser dari bawah tegangan tarik, tetapi hancur seperti
ditunjukkan pada Gambar. 9.17. Karena ini, lubang paku keling menjadi
bentuk oval dan karenanya sendi menjadi longgar. Kegagalan paku keling
sedemikian rupa juga dikenal sebagai bantalan kegagalan. Daerah yang
menolak tindakan ini adalah area proyeksi lubang atau keling di pesawat
diametral.
Perlawanan yang ditawarkan oleh keling untuk dihancurkan dikenal sebagai
menghancurkan resistensi atau menghancurkan kekuatan atau nilai keling
bantalan.
Misalkan : d = Diameter lubang paku keling,
t = Ketebalan piring,
σc = stress yang diperbolehkan untuk menghancurkan paku
keling atau bahan plat
n = Jumlah paku keling per panjang lapangan
Kita tahu bahwa daerah menghancurkan per keling (yaitu daerah
diproyeksikan per keling),
𝐴𝑐 = 𝑑 × 𝑡
∴ daerah menghancurkan total =𝑛×𝑑×𝑡
BAB VIII
SAMBUNGAN TEKAN
A. Jenis Sambungan
Dari berbagai penyambungan diadakan pembagian dalam sambunganyang di
dapat dari gesekan, yang didapat dari bentuk dan yang didapatkan dari bentuk yang
ditegangkan . sebuah peninjauan dan bantuan untuk pemilihan bagi setiap kasus
pemakaian diberikan dalam tabel 1/1.
Selain bahwa dalam konstruksi mesin kebanyakan menggunakan sambungan
bilah pas dan baji (pasak) terdapat juga poros baji, kemudian profil gigi takikan dan
profil gigi evolvent serta profil poligon yang sering digunakan, khususnya pada
pengerjaan seri dan massal, yang untuk pembuatannya memerlukan keringanan.
Tabel 8.1. Pemilihan Sambungan Poros
(18/2) berlaku juga gaya luncur F dalam arah dalam arah memanjang seperti juga
untuk gaya melepas dalam arah keliling F dan dalam arah F, apabila dipasangkan
sesuai dengan nilai pelekatan π, π und π
𝑊
Dengan memasukan M = W dan 16untuk poros pejal maka diperlukan L/D >.
Pada dudukan jepit (Gambar 18/1 a, b, c) maka naf seluruhnya dipecah atau
dibelah. Gaya jepit ditimbulkan melalui sekrup, cincin kerucut atau cincin susut,
dalam hal ini terjadi penghentian sendiri. Maka sebagai contoh seharusnya untuk
π = 0,075, perbandingan a/Lr>6,7, kalau akan dicapai dudukan jepit yang aman.
Pengaruh putaran. Pada sambungan pres yang berputar maka tekanan di dalam
sambungan berkurang karena gaya sentrifugal. Akibatnya sambungan pada suatu
putaran tertentu hanya dapat menstransmisikan Momen M yang lebih rendah
daripada momen putar pada putaran nol. Pada putaran melepas nL tidak ada lagi
momen yang dapat di transmisikan.
Yaitu :
Dengan p0 sebagai tekanan sambungan dalam N/m2 pada putaran nol dan p sebagai
massa jenis bahan dalam kg/m3 dan p=0,3 untuk baja; DA dalam m.
15 derajat, harus dihindari pengaruh rautan dari tepi depan poros (18/26)
(Kecepatan pengepresan masuk < 2 mm/det, dapat dibebani setelah 24 jam)
Gambar 8.7 menunjukkan lintasan gaya pada pengepresan masuk dan keluar.
Gaya pelekatan penuh dicapai 2 hari setelah penyambungan. (segera setelah
pengepresan harga 70 %). Selain itu dimungkinkan dengan bus antara (contohnya
dengan cincin toleransi star) suatu dudukan pres memanjang (gambar 8.7) gaya
pengepresan disini dihasilkan melalui perubahan bentuk dari bus yang
bergelombang.
G. Dudukan Kerucut
Desain menurut gambar 8.7 c dan f, seringkali dengan pegas pas sebagai
pangaman posisi. Gaya pengepresan masuk F menghasilkan gaya pres F melalui
pengaruh baji dari kerucut (lihat gambar 18/2). Gaya pres masuk umumnya dicapai
melalui sebuah mur beralur (pada alat perkakas hanya melalui tekana kerja
aksialnya sendiri); berlawanan dengan dudukan pres memenajang maka dudukan
kerucut sangat mahal, tetapi dapat dilepaskan dengan begitu mudah, dan gaya
presnya dapat disetel serta dapat diatur besarnya. Dengan bus kerucut (umumnya
berbelah) dapat juga naf dipasangkan terhadap poros silinder (lihat gambar 8.7).
Untuk perhitungan dapat diambil dudukan keruucut sebagai dudukan pres dengan
diameter sambungan rata-rata DFM. Berlaku kemudian persamaan dari dudukan
pres. Untuk menghasilkan besarnya U maka gaya pres masuk yang diperlukan
dihitung dengan (lihat gambar 8.7 g)
dengan
maka
BAB IX
SAMBUNGAN PENA
pen lubang masih sering dipakai juga, lebih-lebih pada konstruksi pintu rumah
atau jendela. Perusahaan kecil dan menengah umumnya belum menpunyai
mesin pen terusan dapat dibuat dengan mesin gergaji pita. Pita gergajidan ban
roda gergaji harus dalam keadaan baik.
Semua pen harus digaris dengan perusut sebelum kita mulai bekerja.
Dengan mesin gergaji belah dapat dibuat pen yang tidak begitu panjang
menurut gambar 9.4. Untuk mendorong benda kerja kita gunakan alat
pendorong yang cukup tebal dengan pengguna SUVA. Kalau benda kerja
berukuran besar, baiklah kita gunakan alat penekan samping dari SUVA, atau
alat yang sama tujuannya.
Biasanya pada alat gergaji belah, meja dorong mesin kurang stabil
untuk pembuatan pen. Lebih menguntungkan jika kita menggunakan pada
mesin girik dan gergaji lingkaran (pada gambar 9.4) dapat kita lihat penghantar
dari kayu yang dapat kita buat sendiri dan yang memudahkan pekerjaan. Dua
daun gegaji dapat pula dipasang sekaligus.
Pada daun gergaji yang bergaris tengah 30cm dan alat penjepit bergaris
tengah 10cm dapat dibuat pen dengan panjang 8cm. untuk daun gergaji sebesar
itu, diperlukan kecepatan putaran mesin girik sampai 4.500/menit. Bila ukuran
garis tengah gergaji 40cm. kecepatan putaran hanya boleh mencapai
sampai 24mm. untuk menghasilkan pengerjaan yang tepat diperlukan mesin bor
dengan alat penyetel yang baik atau mesin yang mempunyai beberapa poros bor.
H. Persiapan sampel
Kolom dan balok disiapkan menggunakan dimensi kempas masing-masing 200 ×
200 × 1200 mm dan 100 × 150 × 1000 mm. Lubang tanggam persegi panjang dimensi
41 × 100 × 150 mm dipotong keluar dari kolom sementara duri dimensi 41 × 89 × 150
mm disiapkan pada balok.
I. Tes geser
Untuk menentukan efek pemuatan geser pada sambungan mortise dan tenon,
spesimen dipasang seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9.8. Lima transduser
pemindahan tegangan linier (LVDT) yang dilambangkan sebagai 1, 2, 3, 4 dan 5
dipasang pada balok dan kolom. Pemuatan geser diterapkan tegak lurus terhadap
butiran balok, pada 125 mm dari muka kolom. Balok juga disangga 900 mm dari muka
anggota kolom.
J. Tes penekukan
Konfigurasi pengaturan uji tekuk ditunjukkan pada Gambar 9.7. Tes aktual
ditunjukkan pada Gambar 9.8. Lima transduser perpindahan tegangan linier (LVDT)
yang dilambangkan sebagai 1, 2, 3, 4 dan 5 dipasang pada kolom dan balok untuk
mengukur perpindahan masing-masing. Pemuatan diterapkan dalam arah tegak lurus
terhadap butiran balok pada 900 mm dari permukaan bagian kolom.
HASIL DAN DISKUSI
1) Tes geser
Kapasitas geser sambungan menggunakan dowel baja lebih tinggi dari yang
menggunakan dowel kayu (Gambar 9.9). Karakteristik beban versus grafik
perpindahan untuk sambungan menggunakan kedua jenis pasak agak mirip kecuali satu
lebih tinggi dari yang lain. Ini menunjukkan bahwa kedua jenis pasak bertindak sebagai
pin pemuatan kaku yang diperpanjang yang dapat mentransfer beban yang diterapkan
melalui pasak ke duri. Ini menunjukkan bahwa kapasitas kerangka kayu dowel sangat
bergantung pada kekakuan koneksi dipatok individu. Metode dalam menentukan beban
hasil nominal untuk desain dihitung berdasarkan offset 5% diameter. Imbalan offset
5% didefinisikan sebagai titik di mana kurva defleksi beban berpotongan dengan garis
sejajar dengan daerah linier kurva defleksi beban yang ditarik pada offset 5% dari
diameter dowel. Dalam kasus di mana garis offset tidak memotong kurva deformasi
beban, beban maksimum digunakan sebagai beban leleh. Batas proporsional rata-rata
ketika diikat dengan dowel kayu lebih rendah sebesar 21,96% dibandingkan dengan
dowel baja (Tabel 9.1). Beban geser maksimum ketika diikat dengan dowel kayu lebih
rendah sebesar 16% dibandingkan dengan paku baja. Ini mungkin karena daktilitas baja
yang lebih tinggi dibandingkan dengan dowel kayu. Mengawasi panggilan pada
kegagalan karakteristik sendi menunjukkan bahu duri sobek dalam bentuk bergulir
(Gambar 9.10).
Tabel 9.1. The summary of shear test for mortise and joints using steel and wood dowels
2) Tes penekukan
Gambar 9.11 menunjukkan kurva perpindahan-beban tipikal untuk sambungan
dengan baja dan paku kayu setelah uji tekuk. Grafik menunjukkan tiga bentuk khas
yang ditunjukkan sebagai Bagian I hingga III. Bagian I linier karena perilaku elastis
dari bahan dan sambungan. Bagian II menunjukkan non-linearitas yang disebabkan
oleh kegagalan mortal, duri atau dowel. Bagian III menunjukkan dataran tinggi yang
halus (tidak ada peningkatan beban meskipun ada gerakan pada sambungan) yang
mungkin terkait dengan penghancuran ujung duri pada tanggam. Respons rotasi serupa
pada ketiga tes untuk setiap jenis paku kayu. Responsnya kira-kira linear ketika dimuat
pada 4,0 kN untuk dowel baja dan pada 2,8 kN untuk dowel kayu. Kapasitas
sambungan dengan paku baja meningkat hingga mencapai beban maksimum pada 6,09
kN. Setelah itu, kapasitas menurun secara drastis, diikuti oleh dataran tinggi yang
halus, yang dikaitkan dengan duri ujung yang dihancurkan pada mortise. Grafik untuk
sambungan dengan paku kayu menunjukkan perilaku yang sama, dengan bagian non-
linier yang lebih panjang tetapi tanpa penurunan beban yang tiba-tiba dan dataran
tinggi halus yang lebih pendek. Respons linier awal diatur oleh rotasi dowel, sampai
ujung duri bersentuhan dengan mortise dan kapasitas kekakuan sambungan meningkat
karena bantalan. Kapasitas sambungan dengan paku kayu menunjukkan nilai yang
lebih rendah dengan beban maksimum pada 5,32 kN. Baja yang kaku telah
mematahkan lubang duri tetapi fleksibilitas dan pemadatan dowel kayu memungkinkan
bantalan untuk perlahan-lahan padat dan hasil.
Tabel 9.2 menunjukkan bahwa momen lentur di pusat rotasi paku kayu, mortise dan
sambungan duri ditemukan sekitar 12% lebih rendah daripada baja.
Grafik khas ditunjukkan pada Gambar 9.15. Pergerakan duri menunjukkan respons
perpindahan beban linier yang diikuti oleh hubungan non-linear. Perpindahan duri
yang dipatok dengan dowel baja lebih tinggi dari yang dipatok dengan kayu (Gambar
9.15). Mode kegagalan baja dowel tampaknya tanpa retakan atau bengkok. Retakan
ditemukan dalam duri bukan dengan fraktur balok yang terdengar selama pengujian.
Ini berarti bahwa kegagalan duri atau penghancuran dinding ketika dowel dengan baja
terjadi tanpa menghasilkan dowel. Kebalikannya ditemukan pada batang kayu dimana
celah kecil dan bengkok terjadi pada batang kayu tetapi tidak fraktur
Gambar 9.15. Typical underside displacement of tenon for defferent dowel materials plotted
from LVDT 2
ditemukan dalam duri (Gambar 9.16). Bahkan dengan kapasitas kekuatan terendah,
kegagalan tanggam kayu dan sambungan duri tidak seburuk baja. Kegagalan bertahap
dari pasak kayu disebabkan oleh gesekan antara permukaan pasak, tanggam dan duri
karena kayu merupakan bahan yang homogen.
Gambar 9.16. Cross-section of mortise and tenon joint showing small bent and cracks in
wood dowel with no obvious crack in the tenon
5) KESIMPULAN
Kapasitas kekuatan geser sambungan mortise dan duri dengan dowel tunggal, yaitu,
baja dan kayu menunjukkan bahwa kapasitas kekuatan sambungan sambungan dengan
dowel baja lebih tinggi dibandingkan dengan dowel kayu. Perbedaan beban maksimum
dengan offset diameter 5% untuk dowel baja adalah 6,6% dan untuk dowel kayu, 4,6%.
Kategori mode gagal lentur dan geser dari paku baja adalah mode I sedangkan kayuh
kayu adalah mode III ketika dimuat dalam geser dan mode IV saat dimuat dalam lentur.
Kegagalan duri ketika diikat dengan dowel baja terjadi tanpa menghasilkan dowel
karena kekakuan dari materi. Bending saat tanggam dan sambungan duri ketika diikat
dengan dowel baja ditemukan sekitar 12% lebih tinggi daripada ketika diikat dengan
dowel kayu. Ini menunjukkan bahwa tanggam dan sambungan duri dengan paku baja
memiliki kinerja yang lebih baik daripada paku kayu.
DAFTAR PUSTAKA
AFPA (American Forest and Paper Association). 2005. National Design Specification
for Wood Construction. AFPA, Washington DC.
Erdil YZ, Kasal A & Eckelman CA. 2005. Bending moment capacity of rectangular
mortise and tenon furniture joints. Forest Products Journal 55: 209–213
https://www.academia.edu/6790660/SAMBUNGAN_ADHESIVE_terbaru_fix
Halaman | 131