Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM UJI TARIK BAHAN

DISUSUN DAN DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI

TUGAS PRAKTIKUM UJI MEKANIK

Disusun Oleh :

Nur Afifah

1802311021

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Tujuan
Uji tarik (tensile test) dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui beberapa sifat
mekanik bahan apabila bahan menerima beban tarik.

B. Dasar Teori
Uji tarik bahan (logam) ialah pengujian bahan dengan memberi beban tarik
uniaxial yang terus-menerus bertambah sampai bahan rusak (patah). Data yang didapat
setelah melakukan uji tarik ialah gaya (F), perubahan panjang (Δl), dan luas penampang
akhir (Af).
Data gaya dan perubahan panjang sangat dipengaruhi oleh geometri bahan. Untuk
mengatasi pengaruh tersebut, data gaya dan perubahan panjang harus dinyatakan
sebagai tegangan (σ) dan regangan (ε). Pernyataan tegangan dan regangan dibedakan
dalam dua macam, yaitu teknik (engineering) dan sebenarnya (true).
Tegangan teknik (σeng) adalah perbandingan antara beban (F) terhadap luas
penampang mula-mula (Ao).
F
σeng =
Ao
Regangan teknik (εeng) adalah perbandingan antara perubahan panjang (Δl) dengan
panjang mula-mula (lo).
li - lo ∆l
εeng = =
lo lo
Kurva hubungan tegangan dan regangan untuk berbagai macam logam memiliki
karakteristik yang berbeda-beda, seperti yang ditunjukkan pada gambar 1.1 di bawah
ini.
Gambar 1.1 Kurva tegangan-regangan untuk beberapa logam dan paduan

Dengan melihat kurva hubungan tegangan-regangan di atas, beberapa sifat


mekanik dapat diketahui.
Di bawah ini ditunjukkan beberapa sifat mekanik untuk baja karbon medium 1030,
kurva hubungan tegangan-regangan ditunjukkan seperti gambar 1.2 di bawah ini.

Gambar 1.2 Kurva tegangan-regangan baja 1030


Mula-mula bahan mengalami perpanjangan secara elastis, yaitu bahan bertambah
panjang bila diberi beban dan bahan kembali ke bentuk semula bila beban ditiadakan.
Pada daerah ini kurva hubungan tegangan dan regangan masih bersifat linier,
kelinierannya dinyatakan dalam Hukum Hooke sebagai berikut :
σ=E.ε
dimana E adalah modulus elastisitas (modulus Young), yaitu suatu pernyataan tingkat
kekakuan/kekenyalan bahan. Perpanjangan elastis ini berakhir sampai pada batas
elastis.
Selanjutnya bahan memasuki daerah plastis, yaitu daerah dimana bahan bertambah
panjang bila diberi beban dan pertambahan panjangnya bersifat tetap walaupun beban
ditiadakan.
Pada awal terjadinya deformasi plastis, untuk baja karbon rendah sampai medium
terlihat adanya peristiwa pemuluran (yielding), yaitu bahan mengalami pertambahan
regangan tanpa diikuti perubahan tegangan. Tegangan yang terjadi pada daerah ini
disebut tegangan mulur (yield stress).
Pada bahan lain peristiwa pemuluran ini sulit diamati. Oleh karena itu, dalam
menentukan tegangan mulur (yield stress) biasanya menggunakan pendekatan 0,2%
offset, yaitu menarik garis sejajar dengan garis elastis pada regangan 0,002 sampai
memotong kurva tegangan-regangan seperti gambar 1.3 di bawah ini.

Gambar 1.3 Menentukan tegangan mulur (yield stress)


dengan metode 0,2% offset
Setelah melewati daerah mulur, bahan mengalami peningkatan kekerasan akibat
pemuluran tadi. Peningkatan kekerasan ini disebut pengerasan regangan (strain
hardening) dengan ditandai meningkatnya kekuatan tarik sampai mencapai kekuatan
tarik maksimumnya (ultimate tensile strength). Penguatan akibat regangan mulur
dinyatakan dalam persamaan :
σ = K . εn
dimana K adalah konstanta dan εn adalah eksponen pengerasan regangan.
Setelah mencapai tegangan ultimate, pada bahan-bahan yang liat (ductile)
mengalami peristiwa pengecilan penampang secara local yang disebut necking sampai
bahan rusak (putus).
Pada bahan-bahan getas (brittle), peristiwa pengecilan penampang tidak terjadi,
sehingga tegangan ultimate akan terjadi secara bersamaan dengan tegangan putus.

Tegangan sebenarnya (σtrue) adalah perbandingan antara beban dengan luas


penampang saat pembebanan.
F
σtrue = dimana Ai adalah luas penampang saat pembebanan.
Ai
Hubungan Ai dengan Ao adalah sebagai berikut :
Ao . lo = Ai . li = Ai (lo + Δl)
Ao . lo
Ai =
lo + Δl
F (lo + Δl)
σtrue =
Ao . lo
⸫ σtrue = σeng ( 1 + εeng )
Regangan sebenarnya (εtrue) adalah perubahan panjang dengan panjang bahan saat
pembebanan.
li dl
εtrue = ∫
lo l
li
εtrue = ln ( )
lo
lo + ∆l
εtrue = ln ( )
lo

⸫ εtrue = ln ( 1 + εeng )

Ketangguhan (toughness) adalah ukuran seberapa besar energi yang digunakan


untuk merusak (memutuskan) bahan. Ketangguhan dapat diperoleh dengan mengukur
luas daerah di bawah kurva tegangan-regangan.

Keliatan (ductility) adalah tingkat liat bahan yang dinyatakan dalam presentase
luasnya (%Ar) melalui persamaan :
Ao -Af
%Ar = × 100% dimana Ao = luas mula-mula
Ao
Af = luas setelah putus
BAB II

PROSEDUR PRAKTIKUM

A. Alat dan Bahan Praktikum


1. Mesin uji tarik “Tarno Grocki”
2. Jangka sorong
3. Bahan uji (specimen) yang terdiri dari :
a. 1 batang tembaga
b. 1 batang aluminium
4. Lembaran kertas pengambil data

B. Prosedur Pengujian Tarik


1. Melakukan persiapan pengujian tarik yang meliputi :
a. Kesiapan mesin
- Kalibrasi
- Setting posisi bahan dan perpanjangan dalam keadaan nol
b. Kesiapan alat ukur
c. Kesiapan specimen sesuai standar yang ada
2. Melakukan uji tarik
a. Meletakkan specimen pada pencekam mesin uji tarik.
b. Menarik specimen dengan kecepatan sesuai standar yang ada.
c. Mencatat beban (F) dan pertambahan panjang (Δl).
3. Membuat laporan hasil uji tarik yang berisi :
a. Tujuan
b. Dasar teori
c. Data, pengolahan data, dan analisa data
d. Kesimpulan dan saran
BAB III

PENYAJIAN DATA PRAKTIKUM

A. Tembaga
do = 8,1 [mm]
lo = 5 ‧ do = 5 ‧ 8,1 [mm] = 40,5 [mm]
π π
Ao = do2 = (8,1 [mm])2 = 51,53 [mm2]
4 4
F Δl σeng σtrue
No. 2
εeng εtrue
[N] [mm] [N/mm ] [N/mm2]
1. 400 1 7,76 7,95 0,025 0,025
2. 900 2 17,46 18,33 0,05 0,049
3. 1700 3 32,99 35,43 0,074 0,714
4. 4700 4 91,2 100,32 0,1 0,95
5. 9800 5 190,18 213,57 0,123 0,116
6. 11100 6 215,4 247,71 0,15 0,14
7. 11500 7 223,17 261,78 0,173 0,16
8. 11700 8 227,05 271,78 0,197 0,18
9. 12000 9 232,87 284,57 0,222 0,2
10. 12100 10 234,81 292,8 0,247 0,22
11. 12250 11 237,72 302,38 0,272 0,24
12. 12350 12 239,67 310,61 0,296 0,26
13. 12425 13 241,12 318,28 0,32 0,278
14. 12500 14 242,58 326,51 0,346 0,297
15. 12500 15 242,58 332,33 0,37 0,315
16. 12550 16 243,55 339,75 0,395 0,33
17. 12550 17 243,55 345,84 0,42 0,35
18. 12550 18 243,55 351,69 0,444 0,367
19. 11700 19 227,05 333,76 0,47 0,385
20. 10000 20 194,06 289,92 0,494 0,4
21. 10000 21 194,06 294,58 0,518 0,417
22. 8300 22 161,07 248,53 0,543 0,434
Tegangan sebenarnya (σtrue) Tegangan teknik (σeng)

100
150
200
250
300
350
400
100
150
200
250
300

0
0

50
50
0,025 0,025
0,049 0,05
0,714 0,074
0,95 0,1
0,116 0,123
0,14 0,15
0,16 0,173
0,18 0,197
0,2 0,222
0,22 0,247
0,24 0,272
Tembaga

Tembaga
0,26 0,296
0,278 0,32
0,297 0,346
Regangan teknik (εeng)

0,315 0,37

Regangan sebenarnya (εtrue)


Kurva tegangan teknik - regangan teknik pada tembaga

0,33 0,395
0,35 0,42
0,367 0,444
Kurva tegangan sebenarnya - regangan sebenarnya pada tembaga

0,385 0,47
0,4 0,494
0,417 0,518
0,434 0,543
B. Aluminium
do = 8 [mm]
lo = 5 ‧ do = 5 ‧ 8 [mm] = 40 [mm]
π π
Ao = do2 = (8 [mm])2 = 50,265 [mm2]
4 4
F Δl σeng σtrue
No. 2
εeng εtrue
[N] [mm] [N/mm ] [N/mm2]
1. 750 1 14,92 15,29 0,025 0,025
2. 750 2 14,92 15,67 0,05 0,049
3. 2050 3 40,78 43,84 0,075 0,072
4. 4700 4 93,50 102,85 0,1 0,095
5. 8500 5 169,10 190,24 0,125 0,118
6. 14100 6 280,51 322,59 0,15 0,14
7. 15100 7 300,40 352,97 0,175 0,161
8. 15450 8 307,37 368,84 0,2 0,182
9. 15950 9 317,32 388,72 0,225 0,203
10. 16200 10 322,29 402,86 0,25 0,223
11. 15500 11 308,36 393,16 0,275 0,243
12. 16300 12 324,28 421,56 0,3 0,262
13. 15550 13 309,36 409,90 0,325 0,281
14. 14050 14 279,52 377,35 0,35 0,3
15. 12300 15 244,70 336,46 0,375 0,318
16. 11700 16,5 232,77 328,79 0,4125 0,345
Tegangan sebenarnya (σtrue) Tegangan teknik (σeng)

100
150
200
250
300
350
400
450
100
150
200
250
300
350

0
0

50
50
0,025 0,025
0,049 0,05
0,072 0,075
0,095 0,1
0,118 0,125
0,14 0,15
0,161 0,175
0,182 0,2
0,203 0,225
0,223 0,25
0,243 0,275
0,262 0,3
Aluminium

Aluminium
0,281 0,325
0,3 0,35
Regangan teknik (εeng)

0,318 0,375

Regangan sebenarnya (εtrue)


0,345 0,4125
Kurva tegangan teknik - regangan teknik pada aluminium

0,35 0,42
0,367 0,444
0,385 0,47
Kurva tegangan sebenarnya - regangan sebenarnya pada aluminium

0,4 0,494
0,417 0,518
0,434 0,543
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari data hasil praktikum di atas, dapat disimpulkan bahwa tembaga memiliki
pertambahan panjang (Δl) yang lebih besar yaitu sebesar 22 [mm] dibandingkan
dengan aluminium yang hanya sebesar 16.5 [mm], tetapi tembaga memiliki
gaya/beban maksimum yang lebih kecil yaitu 12550 [N] dibandingkan dengan
aluminium yaitu sebesar 16300 [N].

B. Saran
1. Melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan.
2. Tidak bercanda pada saat melakukan praktikum.

Anda mungkin juga menyukai