Anda di halaman 1dari 64

TUGAS PERENCANAAN MESIN

GEARBOX DAIHATSU GRANDMAX

Disusun Oleh:

MEDA AJI SAPUTRO


D 200 140 266

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2017
LEMBAR PENGESAHAN

Tugas ini disusun guna melengkapi dan memenuhi tugas mata kuliah
Perencanaan Mesin pada Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Disusun oleh:
Nama : Meda Aji Saputro
NIM : D. 200 140 266

Telah disetujui dan disyahkan pada:


Hari :
Tanggal :

Mengesahkan Menyetujui
Koordinator Tugas Dosen Pembimbing

(Ir. Sunardi Wiyono, M.T) (Muh. Alfatih Hendrawan., S.T., M.T)

Mengetahui
Ketua Jurusan Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Surakarta

(Tri Widodo Besar Riyadi, ST, MSc, PhD)

ii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur di ucapkan kehadirat Allah SWT, yang


telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayahnya sehingga Tugas Perencanaan
Mesin ini telah diselesaikan tepat pada waktunya.
Tugas Perencanaan Mesin ini merupakan salah satu Tugas Mata Kuliah
Perencanaan Mesin yang wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa pada Fakultas
Teknik Jurusan Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Dalam perencanaan ini masih banyak terdapat kekurangan dan masih jauh
dari sempurna. Terselesainya Tugas Perencanaan Mesin ini atas bimbingan dan
arahan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih tidak lupa diucapkan kepada :
1. Bapak Tri Widodo Besar Riyadi, S.T, M.Sc, Ph.D selaku Ketua Jurusan
Teknik Mesin.
2. Bapak Ir. Sunardi Wiyono, M.T selaku Koordinator Tugas Perencanaan
Mesin.
3. Bapak Muh. Alfatih Hendrawan selaku Pembimbing Tugas Perencanaan
Mesin ini.
4. Rekan-rekan yang telah membantu menyelesaikan Tugas Perencanaan
Mesin ini.

Pembuatan tugas ini masih jauh dari sempurna, karena itu sangat
diharapkan kritk dan saran dari pembaca yang sifatnya membangun demi
perbaikan laporan ini.
Akhir kata, semoga laporan perencanaan transmisi roda gigi ini bermanfaat
bagi orang-orang yang membacanya, khususnya mahasiswa teknik mesin.

Surakarta, 20 Juli 2017

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL........................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ........................................................................................ iii

LEMBAR SOAL................................................................................................. iv

DAFTAR ISI ....................................................................................................... v

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... viii

DAFTAR SIMBOL............................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1 Latar belakang .............................................................................. 1

1.2 Tujuan Perencanaan ..................................................................... 2

1.3 Pembatasan Masalah .................................................................... 2

1.4 Manfaat Perencanaan ................................................................... 2

BAB II DASAR TEORI .................................................................................. 3

2.1 Roda Gigi ..................................................................................... 3

2.2 Poros ............................................................................................ 8

2.3 Pasak ............................................................................................ 12

2.4 Bantalan ....................................................................................... 13

BAB III ANALISIS PERHITUNGAN ............................................................ 22

3.1 Sket Kotak Roda Gigi .................................................................. 23

16
3.2 Diagram Transmisi Roda Gigi ..................................................... 23

3.3 Perhitungan Roda Gigi Lurus ...................................................... 24

3.4 Perhitungan Poros ........................................................................ 33

3.5 Perhitungan Bantalan ................................................................... 45

BAB IV PENUTUP .......................................................................................... 57

1.1 Kesimpulan .................................................................................... 57

1.2 Saran-saran ..................................................................................... 60

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

17
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Sket roda gigi .............................................................................. 3

Gambar 2.1 Transmisi .................................................................................... 4

Gambar 2.2 Perpindahan oleh dua buah roda gigi .......................................... 5

Gambar 2.3 Perpindahan oleh sabuk atau rantai ............................................. 5

Gambar 2.4 Macam-macam roda gigi ............................................................. 8

Gambar 2.5 Nama bagian roda gigi................................................................. 10

Gambar 2.6 Nama bagian roda gigi................................................................. 10

Gambar 2.7 Gaya-gaya pada roda gigi ............................................................ 14

Gambar 2.8 Gaya-gaya pada poros dari roda gigi ........................................... 16

Gambar 2.9 Pembebanan dan dimensi bantalan .............................................. 20

Gambar 3.1 Sket roda gigi ............................................................................... 23

Gambar 3.2 Diagram transmisi roda gigi ........................................................ 23

Gambar 3.3 Pembebanan gaya pada poros I ................................................... 36

Gambar 3.4 Diagram SFD dan BMD arah vertikal poros I............................. 37

Gambar 3.5 Diagram SFD dan BMD arah horisontal poros I ......................... 38

Gambar 3.6 Pembebanan gaya pada poros II .................................................. 41

Gambar 3.7 Diagram SFD dan BMD arah vertikal poros II ........................... 42

Gambar 3.8 Diagram SFD dan BMD arah horisontal poros II ....................... 43

18
DAFTAR LAMPIRAN

Tabel 1 Baja karbon untuk kontruksi mesin dan baja batang yang difinis

dingin untuk poros

Tabel 2 Faktor koreksi

Tabel 3 Diagram pemilihan modul roda gigi lurus

Tabel 4 Faktor bentuk gigi

Tabel 5 Faktor dinamis (fv)

Tabel 6 Tegangan lentur yang diijinkan (n) pada bahan roda gigi

Tabel 7 Faktor tegangan kotak pada bahan roda gigi

Tabel 8 Poros baji dan profil naf baji

Tabel 9 Gambaran ukuran untuk bantalan radial

Tabel 10 Faktor q1, q2 dan penempelan S

Tabel 11 Besar dukungan dinamis

Tabel 12 Faktor radial x dan faktor aksial y

Tabel 13 Besar dukungan statis

19
DAFTAR SIMBOL

Simbol Keterangan Satuan


Pd Daya rencana Kw
FC Faktor koreksi
P Daya nominal Kw
do Diameter jarak bagi Mm
Z Jumlah gigi
M Modul mm
Ao Jarak sumbu poros mm
dk Diameter kepala mm
dr Diameter kaki mm
hk Tinggi kepala mm
hf Tinggi kaki mm
K Faktor tinggi kepala mm
ck Faktor kelonggara puncak
H Kedalaman pemotongan mm
Y Faktor bentuk gigi
V Kecepatan keliling m/dt
N Putaran rpm
Ft Gaya tangensial kg
Fv Faktor dinamis
F’b Beban lentur diijinkan kg/mm
F’h Beban permukaan diijinkan kg/mm
KH Faktor tegangan kontak kg/mm2
B Lebar sisi mm
Mt Momen puntir Nmm
Pd Daya rencana HP
Ds Diameter poros mm
Fh Gaya keliling N
R Jari-jari roda mm

20
F Gaya radial N
A Sudut tekan gigi Derajat
L Panjanjg poros mm
Fv Gaya dukung poros arah vertikal N
FH Gaya dukung poros arah horisontal N
M Momen poros Nmm
DW Diameter peluru mm
Q Gaya dukung poros N
Ko Pembebanan spesifik
Z Jumlah peluru
q2 Faktor badan gelinding
dm Diameter menengah bantalan mm
F Pembebanan nominal N
Fr Pembebanan radial N
Fa Pembebanan aksial N
MR Momen puntir Nmm
NR Beban gesek W
P Beban dinamis N
L Umur nominal bantalan Jutaan putaran
Co Gaya dukung statis N
C Gaya dukung dinamis N
Lh Umur bantalan Jam

21
22
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami


kemajuan yang sangat pesat. Seiring dengan perkembangan tersebut
teknologi dibidang otomotif juga mengalami peningkatan, baik dari segi
desain maupun teknologi didalamnya.
Teknologi transmisi pada mobil juga terus mengalami perkembangan.
Transmisi adalah komponen pada mobil yang berfungsi untuk mengubah
kecepatan mesin dan momen dengan perkaitan gigi-gigi dalam berbagai
kombinasi. Teknologi transmisi dibedakan menjadi dua tipe, yaitu transmisi
manual dan otomatis. Secara garis besar transmisi manual adalah transmisi
yang sistem perpindahan giginya digerakkan oleh pengemudi melalui tuas
atau shift lever. Sedangkan transmisi manual adalah transmisi yang
melakukan perpindahan gigi percepatannya secara otomatis. Kedua tipe
transmisi tersebut mempunyai keunggulan dan kelemahannya masing-
masing. Sehingga kedua tipe tersebut sampai sekarang ini masih bersaing.
Mobil pada Daihatsu yang menggunakan transmisi manual salah
satunya adalah Daihatsu GrandMax. GrandMax adalah jenis mobil yang
mempunyai kelebihan terutama dari segi transmisi, dengan daya maksimum
yang besar yaitu 97 PS pada 6000 rpm, dengan 5 tingkat kecepatan dan 1
mundur, serta gear ratio transmisi disesuaikan secara optimal dengan
karakter mesin. Dimana mobil ini mempunyai torsi 13,6 kgm pada 6000
rpm.
Oleh karena itu, pada tugas perencanaan mesin ini penulis akan
mendesain ulang transmisi manual yang ada pada mobil Daihatsu GranMax
1495 cc.

23
1.2 Tujuan Perencanaan

Tujuan Tugas Perencanaan Mesin ini adalah untuk merancang ulang


Sistem Transmisi Manual pada mobil Daihatsu GranMax yang melingkupi :

1. Dimensi roda gigi


2. Dimensi Poros
3. Dimensi bantalan
1.3 Batasan Masalah

Dalam pembuatan laporan Tugas Perencanaan Mesin ini hanya akan


membahas tentang :

1. Macam – macam roda gigi, cara kerja roda gigi, dasar teori perencanaan
poros, pasak, bantalan, serta anisa perhitungannya.
2. Transmisi manual pada mobil Daihatsu GranMax
1.4 Manfaat Perencanaan

Manfaat Perancangan Tugas Perencanaan Mesin ini untuk


memperdalam ilmu dan wawasan penulis tentang sistem transmisi manual
pada mobil dan serta guna melengkapi Tugas Perencanaan Mesin.

24
BAB II
DASAR TEORI

2.1. Roda Gigi


Roda gigi adalah elemen mesin yang berfungsi untuk meneruskan
putaran dan daya dari poros penggerak ke poros yang digerakkan dengan
memperkecil atau memperbesar putaran dari poros ke penggerak. Roda gigi
dapat diklasifikasikan berdasarkan letak poros, arah putaran dan bentuk alur
roda gigi. ( Sularso, 1997 )

2.1.1. Macam roda gigi menurut letak porosnya


1. Roda gigi dengan poros sejajar
Roda gigi jenis ini dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Roda gigi lurus
Roda gigi dengan poros sejajar adalah roda gigi dimana giginya akan
berjajar pada dua bidang silinder (bidang jarak bagi), kedua bidang
silindris tersebut bersinggungan dan yang satu menggelinding pada yang
lain dengan sumbu tetap sejajar.
b. Roda gigi miring
Roda gigi yang mempunyai jalur gigi yang berbentuk ulir silinder jarak
bagi. Pada roda gigi ini jumlah pasangan gigi yang saling membuat alur
serentak lebih besar daripada roda gigi lurus, sehingga pemindahan
putaran dengan roda gigi dapat berlangsung halus. Sifat ini sangat baik
untuk pemindahan putaran tinggi dan beban besar. Namun roda gigi
miring memerlukan bantalan aksial, karena roda gigi yang berbentuk ulir
tersebut menimbulkan gaya reaksi yang sejajar dengan poros.
c. Roda gigi miring ganda
Gaya aksial pada roda gigi ini akan saling meniadakan karena
mempunyai bentuk gigi berbentuk V. Dengan roda gigi ini perbandingan

25
reduksi kecepatan keliling dan gaya yang dipindahkan dapat diperbesar,
akan tetapi pembuatan roda gigi ini sangat sulit.
d. Roda gigi alur luar
Roda gigi akan memungkinkan putaran yang berlawanan antara poros
yang digerakkan dan poros yang menggerakkan.
e. Roda gigi dalam dan Pinyon
Roda gigi dalam dipakai jika diinginkan alat transmisi ukuran kecil
dengan perbandingan reduksi besar, karena pinyon terletak dalam roda
gigi itu.
f. Batang gigi dan pinyon
Batang gigi merupakan profil pembuat gigi. Pasangan antara batang gigi
dan pinyon dipergunakan untuk merubah gerakan putar menjadi lurus
atau sebaliknya.

2. Roda gigi dengan poros berpotongan (Roda gigi kerucut)


Roda gigi kerucut bentuk dasarnya adalah dua buah kerucut dengan
puncak gabungan yang saling menyinggung menurut sebuah garis lurus.
Roda gigi ini dapat dibedakan menjadi:
a. Roda gigi kerucut lurus
Roda gigi ini adalah roda gigi yang paling mudah dibuat dan paling
sering dipakai akan tetapi roda gigi ini mempunyai bunyi yang berisik,
karena mempunyai perbandingan kontak yang kecil. Juga konstruksinya
tidak memungkinkan pemasangan bantalan pada ujung porosnya.
b. Roda gigi kerucut spiral
Roda gigi ini mempunyai kontak yang lebih besar, dapat meneruskan
putaran tinggi dan beban yang besar. Sudut poros pasangan roda gigi ini
biasanya 200.
c. Roda gigi permukaan dengan poros berpasangan

3. Roda gigi dengan poros silang


Roda gigi dengan poros silang dapat dibedakan menjadi:

26
a. Roda gigi miring silang
Roda gigi miring silang mempunyai perbandingan reduksi yang besar
b. Roda gigi cacing silindris
Ciri yang menonjol pada roda gigi cacing silindris adalah kerjanya halus,
hampir tidak berbunyi serta memungkinkan meneruskan putaran dengan
perbandingan reduksi besar. Untuk pemakaian daya kecil, roda gigi
cacing silindris lebih sering dipakai.
c. Roda gigi cacing selubung ganda (globoid)
Untuk meneruskan daya yang besar, biasanya roda gigi ini sering dipakai
d. Roda gigi hipoid
Roda gigi hipoid adalah seperti pada roda gigi diferential mobil. Roda
gigi ini mempunyai alur gigi yang berbentuk spiral pada bidang
permukaan gigi dan pemindahan gaya pada permukaan gigi berlangsung
secara meluncur dan menggelinding.

Gambar 2.1. Macam- macam roda gigi

2.1.2. Tinjauan teori roda gigi

27
Bagian-bagian utama roda gigi diberikan dan dijelaskan dalam
gambar. Tentang ukurannya dinyatakan dalam diameter lingkaran jarak
bagi. Yaitu lingkaran khayal yang mengelinding tanpa adanya slip. Ukuran
gigi dinyatakan dengan jarak bagi lingkaran yaitu jarak sepanjang lingkaran
jarak bagi antara profil dua roda gigi yang berdekatan.

Gambar 2.2. Bagian Utama Roda Gigi (Sularso, 1997)

2.1.3. Hal-hal penting dalam perencanaan roda gigi

a. Perbandingan reduksi (i)


n1
i= ………………………………………………..............…. ( 1 )
n2
dimana :
i = perbandingan reduksi atau rasio kecepatan
n1 = putaran masuk ( rpm)
n2 = putaran keluar ( rpm)

b. Putaran output masing – masing tingkat kecepatan


nm
i =
n
nm
n1 = ……………………………………………….............…. ( 2 )
i1
dimana :
n1 = putaran tingkat kecepatan 1
nm = putaran maksimal
i = perbandingan reduksi

28
c. Daya rencana ( Pd)
Pd = fc x P………………………………………………..........…. ( 3 )
dimana :
fc = faktor koreksi
P = Daya maksimum

d. Modul ( m ) dan sudut kontak gigi (α)


mn / m = Cos β0…………………………..……………..........…. ( 4 )
dimana : mn = modul normal
m = modul
β0 = kemiringan gigi

e. Diameter jarak bagi gigi (do)


do = m x Z……………………………………………….........…. ( 5 )
dimana :
m = modul
Z = Jumlah gigi

f. Diameter lingkar kepala (dk)


dk = do + (2xm)……………………………………………......…. ( 6 )

g. Diameter lingkar kaki (df)


df = do – (2,5 x m) …………………………………………...…. ( 7 )

h. Jarak sumbu poros (a)


do1  do2
a= …………………………………………….......…. ( 8 )
2

i. Tinggi gigi (h)


h = (2 x m) + ck……………………………………………....…. ( 9 )
dimana :

29
ck = 0,25 x m
j. Kecepatan keliling (V1)
 1 .d o1 .n1
V1 = …………………………………………….......…. ( 10 )
60.1000

k. Gaya Tangensial (ft)


102 .Pd
Ft1 = ……………………………………………...........…. ( 11)
v1

2.2. Poros
Dalam pengertian umum poros dimaksudkan sebagai batang logam
berpenampang lingkaran yang berfungsi untuk memindahkan perputaran atau
mendukung sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya pada transmisi
roda gigi. Peranan poros sangat penting dalam transmisi daya, jadi poros
merupakan salah satu bagian yang terpenting dari setiap mesin. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersama-sama dengan putaran. Peranan
utama dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

2.2.1. Macam – macam Poros


Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut
pembebanannya sebagai berikut : ( Sularso, 1997 )
a. Poros transmisi
Poros semacam ini mendapatkan beban puntir murni atau puntir dan
lentur. Daya ditransmisikan kepada poros ini melalui kopling, roda gigi, puli
sabuk dan sproket rantai, dan lain-lain.

Gambar 2.3. Poros Transmisi

30
b. Spindel
Merupakan poros transmisi yang relatif pendek seperti poros utama
mesin perkakas, dimana beban utamanya berupa puntiran, disebut spindel.
Syarat yang harus dipenuhi poros ini adalah deformasinya harus kecil dan
bentuk serta ukurannya harus teliti.

Gambar 2.4. Spindel


c. Gandar
Poros seperti ini dipasang diantara roda-roda kereta barang, dimana
tidak mendapatkan beban puntir, bahkan kadang-kadang tidak boleh berputar,
disebut gandar. Gandar ini hanya mendapat beban lentur, kecuali jika
digerakkan oleh penggerak mula dimana akan mengalami beban puntir juga.
Menurut bentuknya poros dapat digolongkan atas poros lurus umum, poros
engkol sebagai poros utama dari mesin torak, dan lain-lain.Poros luwes untuk
transmisi daya kecil agar terdapat kebebasan bagi perubahan arah dan lain-
lain.

Gambar 2.5. Penampang Gandar

31
2.2.2. Hal-hal penting dalam perencanaan poros
a. Daya Rencana (P)
Jika daya ditransimisikan pada putaran poros N, rpm maka daya yang
besar mungkin dapat diperlukan pada saat start, atau beban yang besar
terus bekerja setelah start. Dengan demikian seringkali dilakukan koreksi
pada daya rata-rata yang sering digunakan faktor koreksi pada daya
perencanaan. Oleh karena itu faktor koreksinya pada satuan internasional
(SI) dan (Kw).
Pd = fc x P ...............................................................................( 12 )
dimana :
Pd = Daya rencana (Kw)
fc = Faktor koreksi
P = Daya nominal (Kw)
b. Momen Puntir Rencana (T)

𝑃𝑑
T = 9,74 × 105 (Kg mm) ………………………………… ( 13 )
𝑛

dimana :

n = Putaran mesin (rpm)


c. Tegangan geser yang diijinkan ( 𝜏o )
Tegangan ini dihitung atas dasar batas kelelahan puntir, besarnya 40%
dan batas kelelahan tariknya ± 45% dari kekuatan tarik 𝜏b (Kg/mm2).
Jadi batas kelelahan puntir adalah 18% dari kekuatan tarik 𝜏b sesuai
standar ASME.
Sf1 = 5,6 untuk bahan Sf dengsn kekuatan yang dijamin.
= 6,0 untuk bahan SC dengan pengaruh massa yang sama dengan
baja paduan

Sf2 = 1,4 – 3,0 ………………………………………………… ( 14 )

Maka besarnya 𝜏a :

32
𝜎𝛽
𝜏o = ................................................................ ( 15 )
Sf1 𝑥 𝑆𝑓2

d. Diameter poros (ds)


1
5,1 3
ds = [ 𝜏 × 𝐾𝑡 × 𝐶𝑏 × 𝑇] …………………………………… ( 16 )
𝑎

dimana :
ds = Diameter poros (mm)
kt = Faktor koreksi beban. Harganya = 1, jika beban dikenakan secara
halus = 1,0 – 1,5, jika beban terjadi tumbukan kejut = 1,5 – 3,0, jika
beban dikenakan dengan kejutan atau tumbukan.
Cb = Faktor koreksi lenturan . Jika dimungkinkan ada beban lenturan
dimasa akan datang, maka dipakai faktor Cb yang harganya = 1,2 –
2,3 (jika tidak ada beban lentur Cb = 1,0)

e. Tegangan geser yang terjadi pada poros ( 𝜏 )


Bila moment puntir rncana T dibebankan pada suatu diameter poros ds,
maka tegangan geser (kg/mm2) yang terjadi adalah :
T
𝜏 = 5,1 ……………………………………….….… ( 17 )
(d S ) 3
Dimana :
𝜏 = Tegangan geser (kg/mm)
ds = Diameter poros (mm)

2.3. Pasak
Pasak adalah suatu elemen mesin yang dipakai untuk menetapkan
bagian-bagian mesin seperti roda gigi, sprocket, pulley, kopling dan poros.
Fungsi yang serupa dengan pasak adalah seplain (spline) dan gerigi.

33
Menurut leteknya pada poros dapat dibedakan antara poros pelana,
pasak rata, pasak benam, dan pasak singgung yang pada umumnya
berpenampang segi enam. Dalam arah memanjang dapat berbentuk prismatic
atau berbentuk tirus. Pasak benam prismatic ada yang khusus dipakai sebagai
pasak luncur. Disamping macam diatas ada pula pasak tembereng dan pasak
jarum.
Pasak luntur memungkinkan pergeseran aksial roda gigi pada
porosnya, seperti pada spline, yang paling umum dipakai adalah pasak benam
yang dapat meneruskan momen yang besar. Untuk momen dengan tumbukan,
dapat dipakai pasak singgung.

Gambar 2.6. Gaya Geser pada Pasak

2.3.1 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merencanakan pasak


a. Gaya tangensial permukaan poros (F)
T
F= …………………….………………….……… ( 18 )
ds 2
Dimana:
F = gaya tangensial (kg)
ds = diameter poros (mm)

b. Tegangan geser yang ditimbulkan (k)


𝐹
𝜏𝑘 = 𝑏𝑥1 ............................................................................................. ( 19 )

Dimana:
k = tegangan geser yang ditimbulkan (kg/mm2)
b x l = luas penampang (mm2)

34
c. Tegangan geser yang diijinkan (ka)
𝜎𝑠
𝜏𝑘𝑎 = 𝑆 ...................................................................................... ( 20 )
𝑓1 𝑥𝑆𝑓2

Dimana :
ka = tegangan geser yang diijinkan (kg/mm2)
Sfk = faktor keamanan

2.4. Bantalan
Bantalan adalah elemen mesin yang menumpu poros berbeban,
sehingga putaran/gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung sacara halus,
aman, dan panjang umur. Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan
poros serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. (Sularso, 1997).

a. Klasifikasi bantalan
 Atas dasar gerakan terhadap porosnya
- Bantalan luncur, pada bantalan ini terjadi luncur antara poros dan
bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh poros dan bantalan
dengan perantara lapisan pelumas.
- Bantalan gelinding, pada bantalan ini terjadi geseran gelinding antara
bagian yang berputar dengan melalui elemen gelinding seperti bola
peluru, rol atau rol jarum dan perantara lapisan pelumas. Bantalan ini
disusun dari benda-benda guling antara cincin bergerak tinggal diam.
Benda-benda yang mengguling terdapat masing-masing dalam sebuah
sangkar atau kurungan untuk menjaga jarak-jaraknya. Berbagai macam
bagian bantalan guling harus tahan terhadap timbulnya kejenuhan beban.
Untuk itu bagian cincin luar dan dalam dipilih baja khrom bernilai tinggi,
dengan kandungan carbon (c) 1% khrom (Cr) 1,5% dan juga ditambah
silisium dan mangan. Benda-benda gelinding (peluru, rol, jarum) juga
dibuat dari khrom. Benda-benda gelinding ini mempunyai kekerasan 60
s/d 66 HRC. Bahan sangkar ialah baja, dalam beberapa hal perunggu atau

35
besi tuang tempa. Sangkar yang terbuat dari bahan sintesis mendaptkan
peningkatan.
Cincin luar B

Peluru
Sangkar

Cincin dalam d D
D = diameter luar
d = diameter dalam
B = Lebar

Gambar 2.7. Nama-nama bagian bantalan gelinding

 Atas dasar arah bebas terhadap poros


- Bantalan aksial, arah yang ditempuh bantalan ini adalah tegak lurus
sumbu poros.
- Bantalan radial, arah beban bantalan ini sejajar dengan sumbu poros
- Bantalan gelinding khusus, bantalan ini dapat penumpu ban yang arahnya
sejajar dan tegak lurus tarhadap sumbu poros. Tetapi pada laporan ini,
hanya membahas tentang bantalan gelinding yang sesuai dengan
perencanaan roda gigi yang dibuat.
2.4.1. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan bantalan

a. Beban dan umur bantalan

Pr = X.Fr + Y.Fa……………………………………………………. ( 21 )

dimana : Pa = beban aksial ekivalen dan dinamis (kg)

Fa = beban aksial (kg)

Fr = beban radial (kg)

36
b. Umur nominal

- Faktor kecepatan (fn)


1
33 .3 3
fn = ( 𝑛 ) ……………………………………......……………… ( 22 )

dimana : fn = faktor kecepatan

n = putaran mesin

- Faktor umur bantalan (fh)


𝑐
fh = fn 𝑃𝑟 ……………………………………………....……….… ( 23 )

dimana : c = kapasitas nominal dinamis (kg) (tabel 4.1.3)

Pr = beban ekivalen dinamis (kg)

- Umur nominal bantalan (Lh)


Lh = 500 fh3 ………………………………………………….....… ( 24 )

dimana : Lh = umur nominal bantalan

fh = faktor umur untuk bantalan

- Keadaan Umur
Ln = 𝑎1 × 𝑎2 × 𝑎3 × Lh …………………………………………... ( 25 )

dimana : 𝑎1 = faktor keandalan (tabel 4.10 hal 137)

𝑎2 = faktor baban

𝑎3 = faktor kerja

Lh = umur nominal

37
BAB III

ANALISA PERHITUNGAN

3.1. Spesifikasi Daihatsu Grand Max


Berdasarkan hasil survei diperoleh data sebagai berikut :
 Daya maksimum yang ditransmisikan = 95,642 HP
= 92 x 0,735
= 71,320 kW

 Putaran maksimum = 6000 rpm


 Perbandingan gigi :
i1 = 3,769
i2 = 2,045
i3 = 1,376
i4 = 1,000
i5 = 0,838
iR = 4,128
 Jarak sumbu poros = 100 mm
 Jumlah gigi
2.𝑎 2.100 2.𝑎 2.100
Z1 = (1+𝑖 = (1+3,769)2 = 21 Z7 = (1+𝑖 = (1+1)2 = 50
1 )𝑚 1 )𝑚

2.𝑎.𝑖1 2.100.3,769 2.𝑎 2.100.1


Z2 = (1+𝑖 = = 79 Z8 = (1+𝑖 = = 50
1 )𝑚 (1+3,769)2 1 )𝑚 (1+1)2
2.𝑎 2.100 2.𝑎 2.100
Z3 = (1+𝑖 = (1+2,045)2 = 33 Z9 = (1+𝑖 = (1+0,838)2 = 54
1 )𝑚 1 )𝑚

2.𝑎 2.100.2,045 2.𝑎 2.100.0,838


Z4 = (1+𝑖 = = 67 Z10 = (1+𝑖 = = 46
1 )𝑚 (1+2,045)2 1 )𝑚 (1+0,838)2
2.𝑎 2.100 2.𝑎 2.100
Z5 = (1+𝑖 = (1+1,376)2 = 42 Z11 = (1+𝑖 = (1+4,128)2 = 20
1 )𝑚 1 )𝑚

2.𝑎 2.100.1,376 2.𝑎 2.100.4,128


Z6 = (1+𝑖 = = 58 Z12 = (1+𝑖 = = 80
1 )𝑚 (1+1,376)2 1 )𝑚 (1+4,128)2

3.2. Perencanaan roda gigi

38
3.2.1. Sketsa transmisi Daihatsu Grand Max

Z9 Z7
Z1 Z3 Z5
Z11

OUT IN
i1 i2 iR
i3 i5 i4
Z15

Z2 Z4 Z12 Z6 Z10 Z8

Gambar 3.1. Sketsa transmisi Daihatsu GranMax

7160 rpm

𝑖5

𝑖4
6000 rpm 6000 rpm

𝑖3

𝑖2 4360 rpm

𝑖1 2934 rpm
1592 rpm
𝑖𝑟
1453 rpm

Gambar 3.2. Diagram transmisi Daihatsu GranMax

1. Daya Rencana ( Pd)

39
Pd = fc x P

Dimana : fc= faktor koreksi


o Berkisar antara 0,8 – 1,0
o Diasumsikan fc = 1,0
Diketahui : P = 71,320 kW

maka,

Pd = 1,0 x 71,320 kW

= 71,320 kW

2. Modul ( m ) dan sudut kontak gigi (α)


mn / m = Cos β0
untuk roda gigi lurus, nilai β0 00
jadi, 2/m = Cos 0
2/m = 1
m = 2/1
=2

3. Diameter jarak bagi gigi (do)


do = m x Z

do1 = 2 x 21 = 42 mm do7 = 2 x 50 = 100 mm


do2 = 2 x 79 = 158 mm do8 = 2 x 50 = 100 mm
do3 = 2 x 33 = 66 mm do9 = 2 x 54 = 108 mm
do4 = 2 x 67 = 134 mm do10 = 2 x 46 = 92 mm
do5 = 2 x 42 = 84 mm do11 = 2 x 20 = 40 mm
do6 = 2 x 58 = 116 mm do12 = 2 x 75 = 150 mm

4. Diameter lingkar kepala ( dk )

40
dk = do + (2xm)

dk1 = 42 + (2 x 2) = 46 mm dk7 = 100 + (2 x 2) = 104 mm


dk2 = 158 + (2 x 2) = 162 mm dk8 = 100 + (2 x 2) = 104 mm
dk3 = 66 + (2 x 2) = 70 mm dk9 = 108 + (2 x 2) = 112 mm
dk4 = 134 + (2 x 2) = 138 mm dk10 = 92 + (2 x 2) = 96 mm
dk5 = 84 + (2 x 2) = 92 mm dk11 = 40 + (2 x 2) = 44 mm
dk6 = 116 + (2 x 2) = 120 mm dk12 = 150 + (2 x 2) =154 mm
5. Dimeter lingkar kaki (df)
df = do – (2,5 x m)

df1 = 42 – (2,5 x 2) = 37 mm df7 = 100 – (2,5 x 2) = 95mm


df2 = 158 – (2,5 x 2) = 153 mm df8 = 100 – (2,5 x 2) = 95mm
df3 = 66 – (2,5 x 2) = 61 mm df9 = 108 – (2,5 x 2)= 103mm
df4 = 134 – (2,5 x 2) = 129 mm df10 = 92 – (2,5 x 2) = 87mm
df5 = 84 – (2,5 x 2) = 79 mm df11 = 40 – (2,5 x 2) = 35 mm
df6 = 116 – (2,5 x 2) = 111 mm df12 =150 – (2,5 x 2)= 145mm

6. Tinggi gigi (h)


h = (2 x m) + ck

dimana :
ck = 0,25 x m
= 0,25 x 2
= 0,5

h = (2 x m) + ck
= (2 x 2 ) + 0,5
= 4 + 0,5
= 4,5

41
7. Faktor Bentuk Gigi (Y)
Z1 = 21, Y1 = 0,327  dari tabel 6.5, Sularso Kiyokatsu
79−75
Z2 = 79, Y2 = 0,434 + (0,446 – 0,434) 100−75 = 0,435
3
Z3 = 33, Y3 = 0,358 + (0,371 – 0,358) 4 = 0,367
7
Z4 = 67, Y4 = 0,421 + (0,434 – 0,421) 15 = 0,427
4
Z5 = 42, Y5 = 0,383 + (0,396 – 0,383) 5 = 0,393
8
Z6 = 58, Y6 = 0,408 + (0,421 – 0,408) 10 = 0,418

Z7 = 50, Y7 = 0,408
Z8 = 50, Y8 = 0,408
4
Z9 = 54, Y9 = 0,408 + (0,421 – 0,408) 10 = 0,413
3
Z10 = 46, Y10 = 0,396 + (0,408 – 0,396) 7 = 0,401

Z11 = 20, Y11 = 0,320


5
Z12 = 80, Y12 = 0,434 + (0,446 – 0,434) 25 = 0,436

8. Kecepatan Keliling (V1)


 .d o1 .n1 3,14.42.6000
V1 = =
60.1000 60.1000
= 13,194 m/s

 .do 2 .n2 3,14.158.1592


V2 = =
60.1000 60.1000
= 13,16 m/s

 .do3.n3 3,14.66.6000
V3 = =
60.1000 60.1000
= 20,73 m/s

 .do 4 .n4 3,14.134.2934


V4 = =
60.1000 60.1000
= 20,59 m/s

v
 .do5 .n5 3,14.84.6000
V5 = =
60.1000 60.1000
= 26,38 m/s

 .do 6 .n6 3,14.116.4360


V6 = =
60.1000 60.1000
= 26,48 m/s

 .d o 7 .n7 3,14.100.6000
V7 = =
60.1000 60.1000
= 31,41 m/s

 .d o8 .n8 3,14.100.6000
V8 = =
60.1000 60.1000
= 31,41 m/s

 .d o 9 .n9 3,14.108.6000
V9 = =
60.1000 60.1000
= 33,92 m/s

 .d o10 .n10 3,14.92.7156


V10 = =
60.1000 60.1000
= 34,50 m/s

 .d o11.n11 3,14.40.6000
V11 = =
60.1000 60.1000
= 12,56 m/s

 .d o12 .n12 3,14.150.1454


V12 = =
60.1000 60.1000
= 12,17 m/s

vi
9. Gaya Tangensial (ft)

w Ft

Gambar 3.2 Gaya tangensial yang terjadi

102 .Pd
Ft =
v

102 .Pd 102.71,320 102.Pd 102.71,320


Ft1 = = Ft7 = =
v1 13,194 v7 31,41

= 551,35 N = 231,56 N

102.Pd 102.71,320 102.Pd 102.71,320


Ft2 = = Ft8 = =
v2 13,16 v8 31,41

= 552,78 N = 231,56 N

102.Pd 102.71,320 102.Pd 102.71,320


Ft3 = = Ft9 = =
v3 20,73 v9 33,92

= 350,92 N = 214,46 N

102.Pd 102.71,320 102.Pd 102.71,320


Ft4 = = Ft10 = =
v4 20,59 v10 34,50

= 353,48 N = 210,92 N

vii
102.Pd 102.71,320 102.Pd 102.71,320
Ft5 = = Ft11 = =
v5 26,38 v11 12,56

= 275,76 kg = 579,19 kg

102.Pd 102.71,320 102.Pd 102.71,320


Ft6 = = Ft12 = =
v6 26,48 v12 12,17

= 274,722 kg = 597,75 kg

10. Faktor dinamis ( fv )


v = 0,5 – 10 m/s termasuk kecepatan rendah
v = 10 – 20 m/s termasuk kecepatan sedang
v = 20 - 50 m/s termasuk kecepatan tinggi
6 6
Fv1 = =
6  v1 6  13,19
= 0,312 m/s
6 6
Fv2 = =
6  v2 6  13,16
= 0,313 m/s
5,5 5,5
Fv3 = =
5,5  v3 5,5  20,73

= 0,547 m/s
5,5 5,5
Fv4 = =
5,5  v4 5,5  20,58
= 0,547 m/s
5,5 5,5
Fv5 = =
5,5  v5 5,5  26,48

= 0,516 m/s
5,5 5,5
Fv6 = =
5,5  v6 5,5  26,48

= 0,516 m/s

viii
5,5 5,5
Fv7 = =
5,5  v7 5,5  31,415

= 0,495 m/s
5,5 5,5
Fv8 = =
5,5  v8 5,5  31,415

= 0,495 m/s
5,5 5,5
Fv9 = =
5,5  v9 5,5  33,92

= 0,485 m/s
5,5 5,5
Fv10 = =
5,5  v10 5,5  34,49

= 0,483 m/s
6 6
Fv11 = =
6  v11 6  12,56
= 0,608 m/s
6 6
Fv12 = =
6  v12 6  12,17
= 0,611 m/s

11. Bahan untuk roda gigi


Digunakan baja khrom SNC 3
Dari tabel 6.7. Tegangan lentur yang diijinkan ( a ) pada bahan roda gigi,
Sularso, Kiyokatsu Suga, didapat :
o Tegangan lentur yang diijinkan ( a ) = 40-60 kg/mm²
o Tegangan tarik ( b ) = 95 kg/mm²
o Kekerasan ( Hb ) = 269-321,
o Hb diambil 300 maka kh = 0,130

ix
12. Beban lentur yang diijinkan per-satuan lebar ( F’b )
F’B = a x m x Y1 x Fv
Dimana :
a1 = 60 kg/mm2 ( baja khrom nikel SNC 3 )
 Transmisi 1
F’b1 = a . m . Y1 . Fv1 = 60 . 2 . 0,327 . 0,312 =6,60 N/mm2
F’b2 = a . m . Y2 . Fv2 = 60 . 2 . 0,435 . 0,313 =16,33 N/mm2
Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar

𝑧.𝑧1 2.79
F’h = Fv1 . kh . d01 . 𝑧 = 0,312 . 0,13 . 42 . 21+ 79 = 2,69 N/mm2
1 + 𝑧2

 Transmisi 2

F’b3 = a . m . Y3 . Fv3 = 60 . 2 . 0,367 . 0,547 =24,089 N/mm2

F’b4 = a . m . Y4 . Fv4 = 60 . 2 . 0,427 . 0,547 =28,028 N/mm2

Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar


𝑧.𝑧4 2.167
F’h = Fv3 . kh . d03 . 𝑧 = 0,547 . 0,13 . 66 . 33+ 167 = 7,83 N/mm2
3 + 𝑧4

 Transmisi 3

F’b5 = a . m . Y5 . Fv5 = 60 . 2. 0,393 . 0,517 =24,334 N/mm2

F’b6 = a . m . Y6 . Fv6 = 60 . 2 . 0,418 . 0,516 =25,88 N/mm2

Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar


𝑧.𝑧6 2.58
F’h = Fv5 . kh . d05 . 𝑧 = 0,517 . 0,13 . 84 . 42+ 58 = 6,54 N/mm2
5 + 𝑧6

 Transmisi 4

F’b7 = a . m . Y7 . Fv7 = 60 . 2 . 0,408 . 0,495 =24,232 N/mm2

F’b8 = a . m . Y8 . Fv8 = 60 . 2 . 0,408 . 0,495 =24,232 N/mm2

Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar

x
𝑧.𝑧7 2.50
F’h = Fv7 . kh . d07 . 𝑧 = 0,495 . 0,13 . 100 . 50+ 50 = 6,435 N/mm2
6 + 𝑧7

 Transmisi 5

F’b9 = a . m . Y8 . Fv8 = 60 . 2 . 0,413. 0,485 = 24,036 N/mm2

F’b10 = a . m . Y8 . Fv8 = 60 . 2 . 0,401 . 0,483 =23,241 N/mm2

Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar


𝑧.𝑧10 2.46
F’h = Fv9 . kh . d09 . 𝑧 = 0,485 . 0,13 . 108 . 54+ 46 = 6,246 N/mm2
9 + 10

 Transmisi R

F’b11 = a . m . Y8 . Fv8 = 60 . 2 . 0,320 . 0,608 =23,34 N/mm2

F’b12 = a . m . Y8 . Fv8 = 60 . 2 . 0,436 . 0,611 =31,96 N/mm2

Beban permukaan yang di ijinkan per satuan lebar


𝑧.𝑧12 2.80
F’h = Fv11 . kh . d011 . 𝑧 = 0,608 . 0,13 . 40 . 80+ 80 = 5,05 N/mm2
11 + 𝑧12

13. Lebar sisi gigi (b)


Ft1 Ft 7
b1 = b7 =
F ' b1 F ' b7
551,35 231,56
= = 45,034 mm = = 9,554 mm
12,242 24,235

Ft 2 Ft 8
b2 = b8 =
F ' b2 F ' b8
350,92 214,46
= = 33,832 mm = = 9,554 mm
16,338 24,235

Ft 3 Ft 9
b3 = b9 =
F ' b3 F ' b9
275,76 214,46
= = 14,56 mm = = 8,922 mm
24,089 24,036

xi
Ft 4 Ft10
b4 = b10 =
F ' b4 F ' b10
353,48 210,920
= = 12,61 mm = = 9,074 mm
28,028 23,241

Ft 5 Ft11
b5 = b11 =
F ' b5 F ' b11
275,76 579,19
= = 11,32 mm = = 24,80 mm
24,33 23,347

Ft 6 Ft12
b6 = b12 =
F ' b6 F ' b12
274,722 597,75
= = 10,614 mm = = 18,69 mm
25,882 31,96

14. Tegangan lentur yang terjadi (b)


Ft
b =
bxmxY8

 Roda gigi 1
Ft1 552,35
b1 = =
bxmxY1 45,034 x2 x0,327
= 18,729 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman
 Roda gigi 2
Ft 2 552,35
b2 = =
bxmxY2 14,567 x2 x0,367
= 32,820 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman
 Roda gigi 3

xii
Ft 3 350,92
b3 = =
bxmxY3 14,567 x2 x0,367
= 32,820 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

 Roda gigi 4
Ft 4 353,48
b4 = =
bxmxY4 12,612 x2 x0,427
= 32,820 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

 Roda gigi 5
Ft 5 275,76
b5 = =
bxmxY5 11,332 x2 x0,393
= 30,960 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

 Roda gigi 6
Ft 6 271,04
b6 = =
bxmxY6 10,614 x2 x0,418
= 30,960 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

 Roda gigi 7
Ft 7 231,56
b7 = =
bxmxY7 9,55 x2 x0,408
= 29,700 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

xiii
 Roda gigi 8
Ft 8 231,56
b8 = =
bxmxY8 9,55 x 2 x0,408
= 29,700 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

 Roda gigi 9
Ft 9 210,920
b9 = =
bxmxY9 8,922 x2 x0,413
= 29,100 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

 Roda gigi 10
Ft10 210,920
b10 = =
bxmxY10 9,075 x2 x0,401
= 28,980 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

 Roda gigi 11
Ft11 579,19
b11 = =
bxmxY11 24,808 x 2 x0,32
= 36,480 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

 Roda gigi 12
Ft12 597,75
b12 = =
bxmxY12 18,699 x2 x,436
= 36,660 kg/mm2
a roda gigi (60 kg/mm²)>b adalah aman

xiv
3.3 Perhitungan Poros

Bahan poros direncanakan dari baja khrom nikel SNCM25 dengan σB = 120

Kg/mm2

1. Momen puntir; Mt (kg.mm)

Pd
Mt = 9,74.105 .
n

Dimana:

Pd = 71,295 kw

71,295
Mt = 9,74.105.
6000

= 11573,555 kg.mm

2. Gaya keliling poros l: Fm (kg)

Mt
FH =
d 01/2

Mt 11573,555
F1H =   551,121 kg
d 01/2 42/2

Mt 11573,555
F3H =   350,173 kg
d 03 /2 66/2

Mt 11573,555
F5H =   275,560 kg
d 05 /2 84/2

Mt 11573,555
F7H =   231,471 kg
d 07 /2 100/2

xv
Mt 11573,555
F9H =   214,325 kg
d 07 /2 108/2

Mt 11573,555
F11H =   578,677 kg
d 07 /2 40/2

3. Gaya radial poros l; F1V (kg)

FV = tan  . FH

dimana:  = sudut tekan gigi yaitu 20o

FV1 = tan  . F1H = tan 20 . 551,121 = 200,591 kg

FV3 = tan  . F3h = tan 20 . 350,713 = 127,649 kg

FV5 = tan  . F5H = tan 20 . 275,560 = 100,295 kg

FV7 = tan  . F7H = tan 20 . 231,471 = 84,248 kg

FV9 = tan  . F9h = tan 20 . 214,325 = 78,087 kg

FV11 = tan  . F3h = tan 20 . 578,677 = 210,621 kg

Fv1 Fv3 Fv11 Fv5 FV9 Fv7


FH1 FH3 FH1 FH5 FH9 FH7
1
FHB
A B

FvA
FvB

25 40 20 40 20 40 20

xvi
4. Gaya Dukung poros pada tumpuan A (FVA dan FHA )

Fv1 (180)  Fv3 (140)  Fv11 (120)  Fv5 (80)  Fv9 (60)  Fv7 (20)
FvA =
205
FvA =
200,591(180)  127,649 (140)  210,621(120)  127,649 (80)  78,087 (60)  84,248(20)
205

FvA = 456,808 Kg

FH 1 (180)  FH 3 (140)  FH 11 (120)  FH 5 (80)  FH 9 (60)  FH 7 (20)


FHA =
205
FBA =
551,121(180)  350,313(140)  578,677 (120)  275,560 (80)  214,325 (60)  231,471(20)
205

FHA = 1255,008 Kg

5. Gaya dukung poros pada tumpuan B (FVB dan FHB)

Fv7 (185)  Fv9 (145)  Fv5 (125)  Fv11 (85)  Fv3 (65)  Fv1 (25)
FvB =
205
FvB =
84,248(185)  78,087 (145)  100,295 (125)  210,621(85)  127,649 (65)  200,591(25)
205

FvB = 344,687 Kg
FH 7 (185)  FH 9 (145)  FH 5 (125)  FH 11 (85)  FH 3 (65)  FH 1 (25)
FHB =
205

xvii
FHB =
231,471(185)  214,325 (145)  275,560 (125)  578,677 (85)  350,313(65)  551,121(25)
205

FHB = 946,859 Kg
Cek Σ FV = FVA + FVB – FV1 – FV3 – FV11 – FV5 – FV9 – FV7

= 456,808 + 344,687 - 200,591 - 127,649 - 210,621- 100,295 - 78,087 - 84,248

= 0 , Oke

Cek Σ FH = FHA + FHB – FH1 – FH3 – FH11 – FH5 – FH9 – FH7

= 1255,008 + 946,859 - 551,121 - 350,313 - 578,677 - 275,560 - 214,325 -


231,471

= 0 , Oke

6. Momen pada Poros I


Arah Vertikal Poros I
Mv = Fv.1 ; MvA = 0; MvB = 0
Mv1 = 456,808.(25) = 11420,188 kg.mm
Mv3 = 456,808.(65) – 200,591.(40) = 21668,848 kg.mm
Mv11 = 456,808.(85) – 200,591.(60) – 127,649.(20) = 24240,199 kg.mm
Mv5 = 344,683.(80) – 84,248.(60) – 214,325.(20) = 20958,059 kg.mm
Mv9 = 344,683.(80) – 84,248.(40) = 18996,049 kg.mm
Mv7 = 344,683.(20) = 6893,670 kg.mm

200,591 127,649 210,621 100,295 78,087 84,248

xviii
SFD
256,212

128,568
456,808

-344,683
-82,053

-182,348

-260,435

BMD

6893,670
11420,188 18996,049

21668,848
20958,059

24240,199

Arah Horisontal Poros I


MH = FH.1 ; MHA = 0; MHB = 0
MH1 = 1255,008.(25) = 31375,190 kg.mm
MH3 = 1255,008.(65) – 551,121.(40) = 59530,655 kg.mm
MH11 = 1255,008.(85) – 551,121.(60) – 350,713.(20) = 66594,127 kg.mm
MH5 = 946,859.(80) – 231,471.(60) – 214,325.(20) = 57573,991 kg.mm
MH9 = 946,859.(60) – 231,471.(40) = 52182,143 kg.mm
MH7 = 946,859.(20) = 8937,188 kg.mm
551,121 350,713 578,677 275,560 214,325 231,471

xix
703,887
SFD
1255,008 353,174

-225,503
-946,859
-501,863
-715,388

BMD

18937,188
31375,190 52182,143

59530,655
57573,991

66594,127

7. Momen Lentur Gabungan pada Poros I

MR = √(MV)2 + (MH)2

MR1 = √(11420,188)2 + (31375,190 )2 =33388,969 kg.mm

MR3 = √(21668,848)2 + (59030,655 )2 =6335,699 kg.mm

MR11 =√(24240 )2 + (66594,127 )2 =70868,649 kg.mm

MR5= = √(20958,059)2 + (57573,991 )2 =61269,933 kg.mm

MR9= = √(1896,049)2 + (52182,143 )2 =55531,207 kg.mm

MR7= = √( 6893,670)2 + (18937,188 )2 =20152,910 kg.mm


xx
8. Tegangan Geser yang diijinkan ( τa )

Bahan poros direncanakan dari baja SNCM25 dengan σB = 120 Kg/mm2


σB
τa = 𝑠𝑓1 .𝑠𝑓2

σB = kekuatan tarik (σB = 120 Kg/mm baja karbon S40C)

sf1, sf2 = factor keamanan

sf1 = 5,6 untuk bahan SF, 6,0 untuk bahan S-C

sf2 = akibat adanya poros bertingkat atau pasak ( 1,3 - 3,0 )


120
τa = = 10 kg/mm2
6,0.2,0

9. Diameter Poros I (ds)

ds = [(5,1/ τa). √(Km. Mb)2 + (Kt. Mt)2 ]1/3

Km = 1,5 – 2,0 untuk beban ringan, 2 – 3 untuk beban berat

Kt = 1 untuk beban halus, 1,0 – 1,5 untuk sedikit kejutan, 1,5 – 3,0
untuk beban kejut yang besar .

Mb = resultan momen lentur (70868,646 kg.mm, diambil yang


terbesar)

Mt = momen punter/ torsi (11573,555 kg.mm)

ds = [(5,1/ τa). √(Km. Mb)2 + (Kt. Mt)2 ]1/3

= [(5,1/ 10). √(1,5.70868,646)2 + (1.11573,555)2 ]1/3

= 37,022

10. Gaya keliling poros lI: Fm (kg)

xxi
Mt
FH =
d 01/2

Mt 11573,555
FH2 =   146,50 kg
d 02 /2 158/2

Mt 11573,555
FH4 =   172,73 kg
d 04 /2 134/2

Mt 11573,555
FH6 =   199,54 kg
d 06 /2 116/2

Mt 11573,555
FH8 =   231,471 kg
d 07 /2 100/2

Mt 11573,555
FH10 =   251,59 kg
d 07 /2 92/2

Mt 11573,555
FH12 =   144,66 kg
d 012/2 160/2

11. Gaya radial poros lI; FV (kg)

FV = tan  . FH ,  = 20

FV2 = tan  . FH2 = tan 20 . 146,50 = 53,321 kg

FV4 = tan  . Fh4 = tan 20 . 172,73 = 62,868 kg

FV6 = tan  . FH6 = tan 20 . 199,54 = 72,626 kg

FV8 = tan  . FH8 = tan 20 . 231,47 = 84,248 kg

FV10 = tan  . FH10 = tan 20 . 251,59 = 91,571 kg

FV12 = tan  . FH12 = tan 20 . 144,66 = 52,651 kg

xxii
Fv2 Fv4 Fv12 Fv6 FV1 Fv8
FH6 0
FH2 FH4 FH1 FH1 FH8
2 0
FHB
A B

FvA
FvB

25 40 20 40 20 40 50

12. Gaya Dukung poros pada tumpuan A (FVA dan FHA )

Fv2 (210)  Fv4 (170)  Fv12 (150)  Fv6 (110)  Fv10 (90)  Fv8 (50)
FvA =
235
FvA =
53,321(210)  62,868(170)  52,651(150)  72,626 (110)  91,571(90)  84,248(50)
235

FvA = 213,725 Kg

FH 2 (210)  FH 4 (170)  FH 12 (150)  FH 6 (110)  FH 10 (90)  FH 8 (50)


FHA =
205
FBA =
146,50 (210)  172,73(170)  144,66 (150)  199,54 (110)  251,59 (90)  231,47 (50)
235

FHA = 587,163 Kg

13. Gaya dukung poros pada tumpuan B (FVB dan FHB)

xxiii
FV 8 (185)  FV 10 (145)  FV 6 (125)  FV 12 (85)  FV 4 (65)  FV 2 (25)
FvB =
235
FvB =
84,248(185)  91,571(145)  72,616(125)  52,651(85)  62,868(65)  53,371(25)
235
FvB = 203,560 Kg
FH 8 (185)  FH 10 (145)  FH 6 (125)  FH 12 (85)  FH 4 (65)  FH 2 (25)
FHB =
205
FHB =
231,47 (185)  251,59 (145)  199,54 (125)  144,66 (85)  172,73(65)  146,50 (25)
205
FHB = 559,207 Kg
Cek Σ FV = FVA + FVB – FV1 – FV3 – FV11 – FV5 – FV9 – FV7

= 213,725 + 203,560 – 53,321 – 62,868 – 52,561- 72,626 – 91,571 - 84,248

= 0 , Oke

Cek Σ FH = FHA + FHB – FH1 – FH3 – FH11 – FH5 – FH9 – FH7

= 587,163 + 559,207 – 146,50 – 172,73 – 144,66 – 199,54 – 251,59 - 231,471

= 0 , Oke

14. Momen pada Poros II


Arah Vertikal Poros II
Mv = Fv.1 ; MvA = 0; MvB = 0
Mv2 = 587,163.(25) = 14679,074 kg.mm
Mv4 = 587,163 (65) – 146,500.(40) = 34379,230 kg.mm
Mv12 = 587,163.(85) – 146,500.(60) – 172,730.(20) = 37664,253 kg.mm
Mv6 = 559,207.(110) – 231,470.(60) – 251,470.(20) = 42595,172 kg.mm
Mv10 = 559,207.(90) – 231,470.(40) = 38755,132 kg.mm
Mv8 = 559,207.(50) = 27960,351 kg.mm

xxiv
160,404
97,576 SFD
44,885

213,725

-203,560

-27,711

-119,312

BMD

13709,967
5343,44

11759,256
14108,040
13709,967 15505,349

Arah Horisontal Poros II

MH = FH.1 ; MHA = 0; MHB = 0


MH1 = 1255,008.(25) = 31375,190 kg.mm
MH3 = 1255,008.(65) – 551,121.(40) = 59530,655 kg.mm
MH11 = 1255,008.(85) – 551,121.(60) – 350,713.(20) = 66594,127 kg.mm
MH5 = 946,859.(80) – 231,471.(60) – 214,325.(20) = 57573,991 kg.mm
MH9 = 946,859.(60) – 231,471.(40) = 52182,143 kg.mm
MH7 = 946,859.(20) = 8937,188 kg.mm

xxv
440,663

267,933 SFD
587,163
123,273

-76,267
-559,207

-327,857

BMD

14679,074 2796,351

34379,230

38755,132
37664,257
42595,172

15. Momen Lentur Gabungan pada Poros II

MR = √(MV)2 + (MH)2

MR2 = √(5343,114)2 + (14679,074 )2 =15621,271 kg.mm

MR4 = √(11759,256)2 + (32305,594 )2 =34379,230 kg.mm

MR6 =√(15505,349 )2 + (42595,172 )2 =45329,511 kg.mm

MR8= √(10178,022)2 + (27960,351 )2 = 29755,224 kg.mm

MR10 = √(14108,040)2 + (38755,137 )2 =41243,145 kg.mm

MR12 = √( 13709,967)2 + (37664,753)2 =40081,906 kg.mm

xxvi
16. Tegangan Geser yang diijinkan ( τa )

Bahan poros direncanakan dari baja SNCM25 dengan σB = 120 Kg/mm2


σB
τa = 𝑠𝑓1 .𝑠𝑓2

σB = kekuatan tarik (σB = 120 Kg/mm baja karbon S40C)

sf1, sf2 = factor keamanan

sf1 = 5,6 untuk bahan SF, 6,0 untuk bahan S-C

sf2 = akibat adanya poros bertingkat atau pasak ( 1,3 - 3,0 )


120
τa = = 10 kg/mm2
6,0.2,0

17. Diameter Poros II (ds)

ds = [(5,1/ τa). √(Km. Mb)2 + (Kt. Mt)2 ]1/3

Km = 1,5 – 2,0 untuk beban ringan, 2 – 3 untuk beban berat

Kt = 1 untuk beban halus, 1,0 – 1,5 untuk sedikit kejutan, 1,5 – 3,0
untuk beban kejut yang besar .

Mb = resultan momen lentur (45329,54 kg.mm, diambil yang


terbesar)

Mt = momen punter/ torsi (11573,555 kg.mm)

ds = [(5,1/ τa). √(Km. Mb)2 + (Kt. Mt)2 ]1/3

= [(5,1/ 10). √(1,5.45329,54)2 + (1.11573,555)2 ]1/3

= 32,765

3.4 Perencanaan Bantalan


3.4.1. Bantalan Poros I

xxvii
Dengan diameter poros 40 mm, maka ukuran bantalan menurut tabel 4.14
(Sularso& Kiyokatsu Suga, Elaman Mesin, 1997)didapatkan data – data sebagai
berikut :
Diameter dalam (d ) = 40 mm
Diameter luar (D ) = 68 mm
Tebal bearing (B ) = 15 mm
Radius sudut (r) = 1,5 mm
Beban dinamis diijinkan (C) = 1310 kg
Beban statis diijinkan (Co) = 1010 kg
Sehingga berdasarkan data diatas didapatkan jenis bantalan yang digunakan
adalah bantalan roll dengan nomor nominal 6408ZZ
Dimana : 6 = tipe bearing (bantalan dengan alur bola tunggal)
4 = seri bearing/ ketahanan bearing (heavy)
08 = diameter dalam bearing ( 08 x 5 = 40 mm)
ZZ = jenis bahan penutup bearing (bearing ditutup dengan plat
ganda)

1. Perhitungan Beban Ekivalen Dinamis (Pr)


Pr = X Fr + Y Fa
dimana: jenis bantalan adalah bola alur dalam pada tabel 4.9
maka didapatkan data-data sebagai berikut:
Fa
= 0,008
Co
Fa = 0,008 x Co
= 0,008 x 1010
= 8,08 kg
X = 0,56
Y = 2,30
e = 0,19
Fa
= V .e
V . Fr
xxviii
Fa
Fr =
V. e

8,08
=
1 0,19

= 42,52 kg

Pr = X Fr + Y Fa

= (0,56 x 42,52) + (2,30 x8,08 )

= 42,39 kg
2. Perhitungan Umur Nominal Bantalan (Lh)
 Faktor kecepatan (fn)
1
 33,3  3
fn = 
 n 
1
 33,3  3
= 
 3400 
= 0,21
 Faktor umur untuk bantalan (fh)
C
fh = fn x
Pr
1310
= 0,21 x
42,39
= 6,48
 Umur nominal bantalan (Lh)
Lh = 500 x (fh)3
= 500 x (6,48)3
= 136.663.18 jam
= 15,5 tahun

3.4.2 Bantalan Poros II


Dengan diameter poros 35 mm, maka ukuran bantalan menurut tabel 4.14
(Sularso,1997),didapatkan data – data sebagai berikut :
xxix
Diameter dalam (d ) = 35 mm
Diameter luar (D ) = 62 mm
Tebal bearing (B ) = 14 mm
Radius sudut (r) = 1,5 mm
Beban dinamis diijinkan (C) = 1250 kg
Beban statis diijinkan (Co) = 915 kg
Sehingga berdasarkan data diatas didapatkan jenis bantalan yang digunakan
adalah bantalan roll dengan tipe SKF 6407ZZ
Dimana : 6 = tipe bearing (bantalan dengan alur bola tunggal)
4 = seri bearing/ ketahanan bearing (heavy)
07 = diameter dalam bearing ( 07 x 5 = 35 mm)
ZZ = jenis bahan penutup bearing (bearing ditutup dengan plat
ganda)

3. Perhitungan Beban Ekivalen Dinamis (Pr)


Pr = X Fr + Y Fa
Dimana: jenis bantalan adalah bola alur dalam pada tabel 4.9
Maka didapatkan data-data sebagai berikut:
Fa
= 0,014
Co
Fa = 0,14 x Co
= 0,014 x 915
= 12,81 kg
X = 0,56
Y = 1,04
e = 0,26
Fa
=V.e
V . Fr
Fa
Fr =
V. e

xxx
12,81
=
1  0,26

= 49,27 kg

Pr = X Fr + Y Fa

= (0,56 x 49,27) + (1,04 x 12,81)

= 40,91 kg
4. Perhitungan Umur Nominal Bantalan (Lh)
 Faktor kecepatan (fn)
1
 33,3  3
fn = 
 n 
1
 33,3  3
= 
 6000 
= 0,18
3.6.2.2 Faktor umur untuk bantalan (fh)
C
fh = fn x
Pr
1250
= 0,18 x
40,91
= 5,5
3.6.2.3 Umur nominal bantalan (Lh)
Lh = 500 x (fh)3
= 500 x (5,5)3
= 83187,5 jam
Direncanakan dalam 1 tahun = 366 hari
83187 ,5
Lh = = 227,28 = 227 Tahun
366
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan
xxxi
Dari data-data hasil perhitungan perencanaan transmisi Daihatsu
GranMax dapat disimpulkan sebagai berikut :

a. Dimensi roda gigi

do dk df
Z
(mm) (mm) (mm)
roda gigi 1 21 42 46 37
roda gigi 2 79 158 162 153
roda gigi 3 33 66 70 61
roda gigi 4 67 134 138 129
roda gigi 5 42 84 88 79
roda gigi 6 58 116 120 111
roda gigi 7 50 100 104 95
roda gigi 8 50 100 104 95
roda gigi 9 54 108 112 103
roda gigi 10 46 92 96 87
roda gigi 11 20 40 44 35
roda gigi 12 75 150 154 145

Tabel 4.1. Tabel dimensi roda gigi


 Bahan untuk semua roda gigi adalah baja khrom SNC 3
b. Dimensi Poros
 Poros I
- Diameter poros ( ds) : 40 mm
- Bahan yang dipakai adalah SNCM25
 Poros II
- Diameter poros ( ds) : 35 mm
- Bahan yang dipakai adalah SNCM25
c. Bantalan

xxxii
 Poros I
Bantalan yang digunakan adalah tipe SKF 6408ZZ (bantalan roda)
 Poros II
Bantalan yang digunakan adalah tipe SKF 6407ZZ (bantalan roda)

4.2. Saran
1. Perlunya efisiensi waktu dalam menyusun perencanaan mesin
2. Perlunya data langsung dari spesifikasi mesin
3. Perbanyak referensi atau dasar teori yang harus mendukung dalam
penyusunan perencanaan mesin
4. Perlunnya ketelitian dalam setiap penyusunan perencanaan mesin
5. Dikerjakan dengan sungguh-sungguh.

xxxiii
xxxiv
LAMPIRAN

xxxv
(Sumber : Sularso, 1997)

(sumber : Sularso,1997)

xxxvi
(Sumber : Sularso,1997)

xxxvii
(Sumber :Sularso,1997)

(Sumber : Sularso,1997)

xxxviii
(Sumber : Sularso,1997)

(Sumber :Sularso,1997)

xxxix

Anda mungkin juga menyukai