Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN TUGAS AKHIR KOMPUTASI DINAMIKA FLUIDA

(TKF 4805)

ANALISIS COMPUTATIONAL FLUID DYNAMIC PADA OBJEK DUA DIMENSI MENGGUNAKAN


ANSYS FLUENT 17.2

Oleh:
Ainun Pratiwi (15/378758/TK/42700)
Almira Yuniarnovitri (15/378759/TK/42701)
Hendro Supriyanto (15/378773/TK/42715)
Ichfan Kurniawan (15/378774/TK/42716)
Chantika Raudya Pratiwi (15/379880/TK/43145)

PROGRAM STUDI TEKNIK FISIKA


DEPARTEMEN TEKNIK NUKLIR DAN TEKNIK FISIKA
UNIVERSITAS GADJAH MADA
2017
A. Deskripsi Persoalan
Dalam dunia dinamika fluida, drag merupakan gaya mekanik yang dihasilkan
karena adanya interaksi pergerakan langsung antara objek padat dan fluida, bukan dari
medan gaya di mana suatu objek dapat memberikan pengaruh kepada objek lainnya tanpa
adanya kontak fisik antara keduanya. Drag dilambangkan dengan gaya drag atau drag force
(Fd) dan dapat terbentuk karena terdapat perbedaan kecepatan antara objek dengan fluida.
Ketika fluida tersebut memiliki wujud gas atau udara, istilah drag biasa disebut dengan
aerodynamic drag atau resistansi udara. Sedangkan ketika fluida tersebut memiliki wujud
cair seperti air, drag dikenal sebagai hydrodynamic drag. Dalam laporan ini, fluida yang
digunakan pada analisis merupakan udara sehingga pembahasan selanjutnya akan terfokus
pada aerodynamic drag.

Gambar 1. Ilustrasi drag antara fluida dengan objek berbentuk segitiga

Aerodynamic drag dapat terjadi karena adanya gaya gesek antara molekul udara
dengan permukaan objek padat, di mana besar gaya gesek tersebut bergantung pada
karakteristik antara keduanya. Permukaan benda padat yang licin dan rata akan
menghasilkan gaya yang lebih kecil dibandingkan dengan permukaan yang kasar.
Sedangkan jika ditinjau dari udara yang berperan sebagai fluida, besar gaya gesek yang
akan dihasilkan akan dipengaruhi oleh viskositas udara itu sendiri dan bilangan Reynolds
yang merupakan nilai relatif dari gaya viscous (resistansi fluida untuk mengalir melalui
objek padat) terhadap gerakan dari fluida tersebut, terutama untuk bilangan Reynolds yang
lebih kecil dari 104. Jika nilai bilangan Reynolds-nya lebih tinggi, koefisien drag (Cd) untuk
hampir seluruh geometri tetap konstan.

2
Selain hal-hal yang telah disebutkan, bentuk dari objek padat itu sendiri juga dapat
mempengaruhi besar nilai drag yang terbentuk. Contohnya burung yang akan mengulurkan
paruhnya ke depan dan melipat kakinya ke belakang saat terbang serta pesawat terbang
yang akan menarik rodanya saat take off untuk mengurangi drag coefficient. Bentuk yang
beragam akan menghasilkan nilai drag yang bervariasi karena drag coefficient yang dimiliki
memiliki nilai yang berbeda-beda. Variasi nilai drag coefficient untuk berbagai bentuk dua
dimensi dapat dilihat pada gambar di bawah ini (untuk Re > 104 berdasarkan frontal area A
= bD, di mana b merupakan panjang pada arah normal terhadap halaman dan hubungan
1
antara gaya drag dan koefisien drag dinyatakan dalam rumus Fd = 2 Cd A ρ V2).

Gambar 2. Variasi nilai drag coefficient pada berbagai bentuk objek

3
B. Deskripsi Pemodelan
Dalam permodelan ini, kami memodelkan sebuah bidang 2 dimensi berbentuk segitiga
sama sisi dengan panjang sisi 1,275 m. Fluida yang digunakan dalam pemodelan ini adalah
udara. Pemodelan ini dibuat dengan 2 cara, yaitu yang pertama udara dialirkan mengarah
ke ujung lancip dari segitiga dan yang kedua dengan aliran udara diarahkan ke bagian alas
dari segitiga. Dalam pembuatan pemodelan ini, kami menggunakan bantuan perangkat
lunak ANSYS FLUENT 17.2. Dari perangkat lunak tersebut, kami akan menganalisis besar
drag coefficient (Cd) yang dimiliki benda tersebut terhadap fluida.

1. Pertama kami membangun geometri segitiga dan geometri tempat fluida mengalir

4
2. Langkah selanjutnya yaitu kami membuat mesh di sekitar bangun segitiga tersebut
karena aliran yang dianalisis adalah aliran eksternal.

5
3. Selanjutnya yaitu menentukan setup dari analisis yang kita lakukan sebagai berikut.

4. Lalu menjalankan perhitungan dengan pengaturan sebagai berikut.

6
5. Deskripsi Hasil Analisis Computational Fluid Dynamic

7
C. Data Hasil Pemodelan
1. Segitiga 1 (Segitiga orientasi pertama)

Gambar 3. Bentuk luasan yang ditinjau orientasi pertama

Gambar 4. Model mesh pada benda yang ditinjau

Gambar 5. Kecepatan inlet yang digunakan dalam simulasi

8
Gambar 6. Iterasi nilai Cd pada segitiga 1

Gambar 7. Kontur densitas fluida pada segitiga 1

Gambar 8. Kontur kecepatan fluida pada segitiga 1

9
Gambar 9. Kontur tekanan fluida segitiga 1

Gambar 10. Streamline segitiga 1

10
2. Segitiga 2 (Segitiga orientasi kedua)

Gambar 11. Bentuk objek yang ditinjau orientasi kedua

Gambar 12. Model mesh pada benda yang ditinjau

Gambar 13. Kecepatan inlet yang digunakan dalam simulasi

11
Gambar 14. Iterasi nilai Cd pada segitiga 2

Gambar 15. Kontur densitas fluida pada segitiga 2

Gambar 16. Kontur kecepatan fluida pada segitiga 2

12
Gambar 17. Kontur tekanan fluida segitiga

Gambar 18. Streamline segitiga 2

13
D. Analisis Hasil Pemodelan
Pada kedua pemodelan di atas, digunakanlah analisis mesh dalam bentuk segitiga.
Hal ini dilakukan karena jika pada analisis mesh untuk bentuk segitiga digunakan bentuk
persegi, maka akan terdapat persegi yang bentuknya terpotong pada bagian sekitar area
objek yang ditinjau, sehingga mesh yang dibuat akan menjadi tidak sempurna.
1. Segitiga 1 (Segitiga orientasi pertama)
Pada gambar 6, yaitu gambar grafik yang menunjukkan nilai Cd yang diperoleh
pada hasil iterasi pemodelan objek yang ditinjau, terlihat bahwa nilai yang diperoleh
adalah 1,5. Nilai ini didapatkan dengan melihat rata-rata dan nilai yang
menunjukkan nilai Cd yang akan konstan dari grafik tersebut. Kerapatan dari aliran
pada sekitar objek yang ditinjau menunjukkan adanya keseragaman kerapatan hal
ini terlihat dengan melihat warna kontur kerapatan pada segitiga 1 pada gambar 7
yang menunjukkan warna biru dengan kerapatan sebesar 1,225 kg/m3. Untuk nilai
kecepatan di sekitar segitiga 1 dari objek yang ditinjau, ditunjukkan pada gambar 8
di mana pada gambar ini terdapat persebaran warna yang didominasi warna biru
muda dan hijau. Warna biru muda menunjukkan bahwa kecepatannya adalah
0,4615 m/s sedangkan warna hijau adalah 0,833 m/s, dengan menghitung rata-rata
kecepatan aliran fluida udara melewati segitiga 1 ini didapatkan nilai kecepatan
rata-rata sebesar 0,65 m/s. Untuk mengetahui persebaran nilai tekanan fluida udara
di sekitar objek yang ditinjau, terlihat pada gambar 9 yang menunjukkan kontur
tekanan pada segitiga 1, terlihat bahwa warna didominasi oleh warna jingga dan
kuning, dan dari persebaran warna ini akan diketahui nilai rata-rata tekanan pada
segitiga 1 sebesar 1,1242 Pa. Pada gambar 10 yang menunjukkan kecepatan
streamline pada segitiga 1, pada ujung yang pertama kali dikenai oleh aliran
kecepatannya akan menunjukkan nilai yang berkisar pada nilai 0,6942 m/s namun
pada saat alirannya terkena dua ujung yang lain dari segitiga 1, kecepatannya
meningkat dengan nilai berkisar antara 1,041 m/s.

14
2. Segitiga 2 (Segitga orientasi kedua)
Pada gambar 14, yaitu gambar grafik yang menunjukkan nilai Cd yang diperoleh
pada hasil iterasi pemodelan objek yang ditinjau, terlihat bahwa nilai yang diperoleh
adalah 1,9. Nilai ini didapatkan dengan melihat rata-rata dan nilai yang menunjukkan
nilai Cd yang akan konstan dari grafik tersebut. Kerapatan dari aliran pada sekitar
objek yang ditinjau menunjukkan adanya keseragaman kerapatan, hal ini terlihat
dengan melihat warna kontur kerapatan pada segitiga 2 pada gambar 15 yang
menunjukkan warna biru dengan kerapatan sebesar 1,225 kg/m3, dari nilai yang
didapatkan menunjukkan kesamaan nilai rata-rata kerapatan dengan segitiga 2 hal ini
terjadi karena jenis fluida yang digunakan sama, yaitu fluida udara. Untuk nilai
kecepatan di sekitar objek yang ditinjau, ditunjukkan pada gambar 16 di mana pada
gambar ini terdapat persebaran warna yang didominasi warna biru tua, biru muda dan
biru, warna biru tua menunjukkan bahwa kecepatannya adalah 0,1374 m/s warna biru
muda adalah 0,4312 m/s sedangkan warna biru adalah 0,2749 m/s, dengan
menghitung rata-rata kecepatan aliran fluida udara melewati luas ini didapatkan nilai
kecepatan rata-rata sebesar 0,75 m/s. Untuk mengetahui persebaran nilai tekanan
fluida udara di sekitar luas objek yang ditinjau, terlihat pada gambar 17 yang
menunjukkan kontur tekanan pada luas objek 2, terlihat bahwa warna didominasi oleh
beberapa warna seperti warna jingga, kuning, hijau dan biru, dan dari persebaran
warna ini akan diketahui nilai rata-rata tekanan pada luas sebesar 1,0045 Pa.

3. Pembahasan Hasil Simulasi


Dari hasil simulasi yang telah dilakukan dengan menggunakan software ANSYS
FLUENT 17.2, diperoleh data seperti yang ada pada gambar-gambar dalam bagian
sebelumnya. Dalam gambar tersebut, dapat diambil informasi data sebagai berikut,

15
Tabel 1. hasil data yang didapatkan dari analisis menggunakan ANSYS FLUENT 17.2

Hasil yang terlihat pada tabel merupakan hasil iterasi dari simulasi menggunakan
software ANSYS FLUENT 17.2 dengan luas berbentuk segitiga. Dari tabel dapat
diketahui data mengenai kecepatan fluida yang masuk melalui inlet dengan segitiga
pertama sebesar 0,65 m/s dan segitiga kedua sebesar 0,75 m/s. Nilai Cd atau nilai drag
coefficient kedua segitiga sebesar 1,5 dan 1,9. Kecepatan fluida di sekitar area objek
pada kedua segitiga sebesar 1,3875 m/s dan 1,374 m/s. Sedangkan tekanan fluida di
sekitar area objek pada kedua segitiga sebesar 1,1242 Pa dan 1,0045 Pa.
Kemudian hasil yang telah didapatkan dengan menggunakan software ANSYS
FLUENT 17.2 tersebut akan dibandingkan dengan hasil perhitungan berdasarkan teori
yang ada. Dalam buku yang digunakan sebagai referensi dalam menentukan nilai Cd
diketahui nilai coefficient drag untuk segitiga adalah sebagai berikut:

Gambar 19. Nilai referensi Cd pada objek yang ditinjau

Di mana nilai yang ada dalam tabel tersebut didapatkan dari hasil perhitungan
menggunakan persamaan berikut,

FD
CD =
1⁄ ρV 2 A
2
dengan,

16
FD = drag force
Cd = drag coefficient
A = frontal area
ρ = densitas fluida
V = kecepatan fluida
Kemudian, jika kita bandingkan hasil yang didapatkan melalui hasil iterasi
menggunakan ANSYS FLUENT 17.2 dengan hasil yang didapatkan melalui perhitungan
secara teori untuk segitiga pertama (objek 1), tidak ditemukan perbedaan. Nilai drag
coefficient (Cd) yang dimiliki segitiga pertama sebesar 1,5 untuk kedua metode
perhitungan. Sedangkan untuk objek segitiga kedua, terdapat perbedaan sebesar 0,1.
Dalam metode iterasi ANSYS FLUENT 17.2 yang dilakukan, nilai drag coefficient (Cd)
yang didapat adalah sebesar 1,9 sedangkan berdasarkan teori didapatkan nilai sebesar
2,0.
Hal ini dapat terjadi karena adanya perbedaan nilai yang digunakan dalam
perhitungan pada kondisi ideal dengan nilai yang digunakan dalam iterasi pada
simulasi. Dapat dilihat pada persamaan untuk mencari nilai drag coefficient (Cd) di atas,
terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi nilai Cd, seperti drag force, frontal
area, densitas fluida dan kecepatan fluida. Karena frontal area yang digunakan sama,
perbedaan besar nilai yang menyebabkan hasil akhir drag coefficient berbeda antara
hasil iterasi dengan teori yang didapatkan dari perhitungan kondisi ideal terdapat pada
variabel-variabel lainnya yaitu drag force, densitas fluida dan kecepatan fluida yang
digunakan.

17
E. Kesimpulan
 Software ANSYS FLUENT 17.2 digunakan untuk mengetahui nilai drag coefficient yang
dimiliki oleh sebuah benda dengan bentuk objek tertentu ketika dialiri suatu jenis
fluida.
 Simulasi yang dilakukan terhadap objek berbentuk segitiga dengan ujung lancipnya
dilalui fluida terlebih dahulu menghasilkan nilai Cd yang sama dengan nilai
berdasarkan teori, yaitu 1,5.
 Sedangkan pada simulasi yang dilakukan terhadap objek berbentuk segitiga dengan
bagian alasnya dilalui fluida terlebih dahulu menghasilkan nilai Cd yang berbeda tipis
dengan teorinya. Di mana nilai dari hasil simulasi adalah 1,9 dan nilai dari teori adalah
2,0.
 Perbedaan hasil simulasi dapat terjadi karena adanya perbedaan nilai variabel yang
digunakan pada simulasi dengan nilai yang digunakan dalam perhitungan pada kondisi
ideal yang sesuai berdasarkan teori.

18

Anda mungkin juga menyukai