Anda di halaman 1dari 41

RANCANG BANGUN MESIN PENGGULUNG BENANG

NAMA : MAHMUDDIN
NIM : 1604102010032
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………. ……. i

LEMBAR PERSETUJUAN …………………………………………. …… ii

DAFTAR NOTASI ........................................................................................ iii

ABSTRAK …………………………………………………………... …….. iv

KATA PENGANTAR ………………………………………………….….. v

DAFTAR ISI ………………………………………………………….……. viii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….…. 1

1.1 Latar Belakang Masalah ……………………………………. …. 1

1.2 Maksud dan Tujuan ………………………………………..…… 2

1.3 Pembatasan Masalah ………………………………………... …. 2

1.4 Teknik Pngumpulan Data ………………………………………. 3

1.5 Sistem Penulisan ………………………………………… …….. 3

BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………... ……… 5

2.1 Kain Pel .................………………………………………...…… 5

2.2 Metode Rancangan ..........................…………………... ……… 7

2.2.1 Proses Perancangan ..........……………………….…… 9

2.2.1.1 Material Untuk Rangka ……………………… 10

2.2.1.2 Motor Penggerak ..........……………………… 11


2.2.1.3 Puli ...............................……………………… 12

2.2.1.4 Sabuk Transmisi ..........……………………… 13

2.2.1.5 Bantalan Pada Poros Mesin ………………… 17

2.3 Hubungang Elemen ........................………………………….…. 20

BAB III PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN KOMPONEN …….. 21

3.1 Cara perhitungan Komponen Rancangan ……………...………… 21

3.2 Perenacanaa Pulli …………………………………………….…… 21

3.3 Perencanaan Sabuk ……………………………………………… 22

3.4 Perhitungan Tegangan Pada Batang Rangka …………….......….. 26

BAB IV PERHITUNGAN MESIN PENGGULUNG BENANG …. ……. 30

4.1 Spesifikasi Motor penggerak …………………………….…….. 30

4.2 Perhitungan Pulli ………………………………………… ……. 31

4.3 Perhitungan Sabuk ………………………………………………. 32

4.4 Perhitungan Tegangan Pada Batang Rangka ……………………. 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………………. ………………….. 40

VI.1 Kesimpulan ……………………………………………………. 40

VI.2 Saran ………………………………...………………………… 41

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 42

LAMPIRAN

9
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan industri yang semakin canggih dimana dalam proses


produksinya sudah tidak menggunakan tenaga manusia lagi tetapi dengan menggunakan
permesinan dan komputerisasi dikarnakan efisiensi produksi lebih baik dalam hal ini seorang
Engginer harus dituntut untuk mempunyai gagasan untuk mendisain suatu mekanisasi guna
memenuhi kebutuhan manusia dalam kehidupannya berdasarkan perkembangan teknologi.

Berdasarkan hal diatas maka penulis memiliki gagasan untuk merancang sebuah alat
yang bernama mesin penggulung benang untuk pembuatan bahan dasar pada produksi kain
pel, yang diharapkan dapat berguna untuk industri dalam bidang tekstil.

Dalam perancangan alat ini penulis hanya membuat miniatur dari alat tersebut
dikarenakan menurut analisa penulis untuk pembuatan diindustri membutuhkan dimensi yang
beserta anggaran yang relatif mahal.

1.2 Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari perancangan alat ini, adalah merancang suatu alat dengan
hasil yang dapat menunjang kebutuhan untuk pembuatan bahan dasar pada produksi kain pel,
yang diharapkan dapat berguna untuk industri dalam bidang tekstil, yang dapat mencukupi
kebutuhan pasar dan dapat di gunakan sebagai home industri sehingga dapat meningkatkan
taraf hidup masyarakat.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis hanya akan membahas tentang
perancangan motor, puli, sabuk, poros, spesifikasi motor listrik yang digunakan, data-data
yang diperoleh dari hasil perhitungan dan pengujian dari analisa hasil pengujian tersebut serta
struktur konstruksi dari mesin pengulung benang dilapangan
1.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan dalam pengumpulan data perancangan alat penggulung


beneng ini adalah

a. Metoda observasi, yaitu metoda yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan
untuk mendapatkan data-data yang dibutuhkan untuk perancangan alat penggulung
beneng ini.

b. Study literature, yaitu membaca buku-buku referensi yang berhubungan dengan apa yang
sedang dirancang.

1.5 Sistematika Penulisan

Penyusunan bab - bab dalam tugas akhir ini dimaksudkan untuk memudahkan dalam
pembahasan. Adapun sistematika penulisan dalam laporan tugas akhir ini adalah sebagai
berikut :

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR SIMBOL
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan, batasan masalah, metoda
penelitian, sistematika penulisan.

BAB II TEORI DASA

Pada bab ini dikumpulkan bahan-bahan referensi dan ilmu-ilmu terapan yang dapat
digunakan untuk menunjang dalam perancangan mesin ini.

BAB III PERANCANGAN BAHAN OLAH DAGING BAKSO


Bab ini berisikan tentang asumsi-asumsi awal yang digunakan dalam perancangan
alat ini, yang hasilnya berupa karakteristik sampai pada akhirnya ditemukan
kombinasi prinsip solusi yang terbaik

BAB IV PERHITUNGAN MESIN BAHAN OLAH DAGING BAKSO

Bab ini berisikan tentang analisa perhitungan dari data-data perancangan yang telah
dilakukan pada bab sebelumnya serta kecendrungan yang terjadi dalam proses
penggulungan benang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab terakhir ini akan disimpulkan hasil dari kerja dan rancangan yang telah
dibuat sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB II

TEORI DASAR

2.1 Kain Pel

Kain pel adalah alat yang sangat sederhana tetapi sangat di butuhkan dalam masyarakat
terutama untuk membantu perkerjaan dalam rumah tangga. dalam tugas akhir ini penulis
berusaha membuat alat penggulung benang untuk memproses pembuatan kain pel.yang
bahan dasar dari pembuatan kain pel adalah benang ukuran 0.85 katun dan material
limbahnya adalah limbah pakaian.

Karena Pada saat ini negara kita masih di landa krisis ekonomi yang berkepanjangan,
karena itu perlu dilakukan berbagai upaya dalam mencari bentuk penerapan teknologi yang
dibutuhkan untuk percepatan pemulihan ekonomi. Peranan teknologi untuk membantu
pemulihan ekonomi menjadi sangat penting. Salah satu bentuk teknologi strategis adalah
teknologi yang dapat mendukung pengembangan unit-unit industri skala kecil dan menengah
(UKM) berbasis sumber daya alam (SDA) setempat yang tersedia diberbagai pelosok tanah
air. Strategi semacam ini untuk mendorong upaya kemandirian dalam rekayasa dan rancang
bangun untuk menciptakan teknologi tepat guna yang dibutuhkan untuk pengembangan UKM
berbasis SDA tersebut, sehingga benar-benar dapat membantu mempercepat pemulihan

ekonomi sekaligus menghasilkan pembangunan yang lebih merata diseluruh tanah air.

Teknologi Tepat Guna (TTG) adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat bersifat dinamis, sesuai dengan kemampuan dan dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam meningkatkan nilai tambah.

Sebagai contoh, pakaian yang terbuat dari bahan katun yang sudah tidak terpakai dapat
didaur ulang dan kemudian diolah kembali menjadi benang yang memilki nilai jual karena
dapat dimanfaatkan untuk produksi kain pel, sumbu kompor, dan sebagainya.Teknologi
Tepat Guna adalah teknologi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, bersifat dinamis,
sesuai dengan kemampuannya, tidak merusak lingkungan dan dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat dalam meningkatkan nilai tambah.
Pengembangan teknologi tepat guna berpijak pada kepentingan masyarakat. Tujuan
dari pembuatan alat tersebut adalah untuk meningkatkan produktifitas daur ulang sehingga
waktu pengerjaan dapat dipercepat dengan hasil yang optimal. Dengan demikian proses
pengerjaan yang biasanya menggunakan manual yang hasilnya kurang produktif dan optimal
maka perlu meningkatkan produktifitas dari pengerjaan. Sehingga diperlukan suatu
rancangan alat yang mampu berdaya guna dan berteknologi tepat guna maka produsen daur
ulang benang merasakan keuntungan dari hasil produksinya dan lebih efisien serta ekonomis.

Meskipun pembuatan alat sederhana sudah dapat diselesaikan dapat digunakan untuk
menggulung benang bekas yang berasal dari bahan katun dengan hasil yang baik, model alat
sederhana ini masih perlu dikembangkan lagi sehingga dapat menghasilkan suatu proses
produksi yang lebih baik dan diharapkan biaya pembuatan dapat ditekan seminimal mungkin.

2.2 Metode Rancangan

Metode rancangan teknik secara sistematis merupakan suatu metode rancangan yang
bertujuan untuk membantu dan mempermudah suatu proses penciptaan dan pembentukan
suatu desain konstruksi. Pada dasarnya rancangan teknik merupakan usaha untuk dapat
memenuhi persyaratan-persyaratan yang diperlukan dalam pembuatan alat tersebut sehingga
memungkinkan untuk memperoleh hasil atau produk yang terbaik sesuai dengan keinginan.
Keinginan untuk memperoleh hal tersebut perlu didasari oleh latar belakang ilmu
pengetahuan yang memadai serta wawasan yang luas mengenai aspek yang berkembang di
dalam masyarakat. Ilmu pengetahuan yang dimiliki perancang diusahakan untuk memperoleh
titik temu dengan aspek-aspek lainnya seperti ekonomi, sosial-politik dan lain-lain.

Rancangan teknik merupakan suatu pekerjaan kreatif yang berdasarkan pada berbagai
disiplin ilmu seperti matematika, mekanika, thermodinamika, kinematika dan lain-lain. Serta
juga diperlukan pengetahuan dan pengalaman.

Dalam rancangan diperlukan metode rancangan untuk memecahkan masalah yang


dilakukan tahap demi tahap secara analisis dan sintetis.
Analisis adalah penguraian suatu system yang rumit atau kompleks, menjadi elemen-
elemennya dan kemudian mempelajari karakteristik masing-masing elemen tersebut beserta
kolerasinya.

Sedangkan sintetis adalah menggabungkan kembali elemen-elemen yang telah


diketahui karakteristiknya untuk kemudian diciptakan suatu system baru. Pada metode
rancangan, suatu tahap yang merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya dan menjadi bahan
acuan tahap berikutnya. Pada kenyataannya suatu tahap merupakan proses yang kompleks,

biasanya untuk memecahkan dibutuhkan iterasi. Iterasi adalah suatu proses dimana suatu
solusi dicapai secara tahap demi tahap. Dan pada iterasi dimungkinkan seorang perancang
untuk kembali pada tahap sebelumnya untuk melakukan pengulangan.

Untuk menghasilkan suatu konstruksi yang baik, perlu melibatkan salah satu unsur atau
beberapa kegiatan yaitu rekayasa penelitian dan rancangan seperti :

a. Rekayasa

Adalah penerapan ilmu dan matematika untuk memanfaatkan benda dan energi
dalam ala mini sehingga berguna bagi manusia dalam kegiatan pembuatan
pembangunan, permesinan produk system dan proses.

b. Penelitian

Adalah kegiatan penyelidikan pengujian / percobaan yang ditunjukan untuk


hal-hal berikut :

Penemuan dan pemahaman fakta

Perbaikan berdasarkan fakta atas teori / hokum tyang telah ada.

Penerapan praktis suatui teori baru / yang telah diperbaiki.

c. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dijelaskan dalam bentuk diagram alir.


d. Rancangan

Adalah bagian dari kegiatan rekayasa yang merupakan usaha secara intelektual
untuk memnuhi tuntutan-tuntutan tertentu dengan cara sebaik mungkin.

2.2.1 Proses Rancangan

Dalam melakukan rancangan, maka prosedur yang berlaku yaitu prosedur


yang bertahap. Dalam tahapan-tahapan inilah yang dinamakan proses rancangan.
Seperti telah dibahas sebelumnya bahwa proses ini bersifat iteratif yang
memungkinkan perancang untuk kembali ke tahap sebelumnya.

Pada dasarnya rancangan bermula karena adanya suatu kebutuhan pada


masyarakat (consumen goods) atau industri (capital goods). Kebutuhan tersebut
dianggap sebagai ketidaksempurnaan mesin ataupun proses kerjanya, sehingga
diperlukan mesin/ proses baru yang lebih sempurna. Kesempurnaan ini seiring dengan
perubahan jaman.

Suatu produk baru dapat dikatakan sempurna pada jaman sekarang, tetapi
belum tentu sempurna dimasa depan, begitu selanjutnya seiring dengan kemajuan
teknologi. Kebutuhan inilah yang akhirnya mendorong siklus produk sekaligus
kemajuan teknologi.

biasanya untuk memecahkan dibutuhkan iterasi. Iterasi adalah suatu proses dimana suatu
solusi dicapai secara tahap demi tahap. Dan pada iterasi dimungkinkan seorang perancang
untuk kembali pada tahap sebelumnya untuk melakukan pengulangan.

Untuk menghasilkan suatu konstruksi yang baik, perlu melibatkan salah satu unsur atau
beberapa kegiatan yaitu rekayasa penelitian dan rancangan seperti :

a. Rekayasa

Adalah penerapan ilmu dan matematika untuk memanfaatkan benda dan energi
dalam ala mini sehingga berguna bagi manusia dalam kegiatan pembuatan
pembangunan, permesinan produk system dan proses.
b. Penelitian

Adalah kegiatan penyelidikan pengujian / percobaan yang ditunjukan untuk


hal-hal berikut :

Penemuan dan pemahaman fakta

Perbaikan berdasarkan fakta atas teori / hokum tyang telah ada.

Penerapan praktis suatui teori baru / yang telah diperbaiki.

c. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dijelaskan dalam bentuk diagram alir.

2.2.1.1 Material Untuk Rangka

Dalam industri mesin, material untuk konstruksi rangka mesin


pengaduk mendapat perhatian khusus jenis logam yang dipakai sangat
menentukan kekuatan dalam menahan beban yang terjadi saat mesin bekerja,
terutama yang berhubungan dengan kestabilan dan elastisitasnya terhadap
getaran. Kekuatan kontruksi mesin juga dipengaruhi oleh logam bahannya.
Material yang digunakan dapat dibedakan atas beberapa kelompok yaitu :

1. Besi Kasar (besi tuang)

Merupakan besi perkakas tanpa campuran, yang teerdiri dari Besi (Fe)
dan karbon (C) 1,7% sampai 4,5%, baik digunakan pada konstruksi
kaki atau standar mesin.

2. Baja Untuk Bangunan dan Baja Konstruks

Merupakan baja tanpa campuran, yang terdiri dari besi dan karbon
maksimal (0,45% C). Digunakan pada besi profil, seng, pasak pasang,
kawat, standar atau kaki mesin.

3. Baja Perkakas Tanpa Campuran


Baja yang terdiri 0,45% sampai 1,7% karbon dan besi. Bila dikeraskan,
baja ini dapat digunakan sebagai bahan perkakas mesin sederhana.
Tanpa pengerasan baja ini biasanya digunkan untuk perkakas tangan
saja.

4. Baja Perkakas Lapis

Merupakan baja yang dibuat dari Fe dan logam campuran krom,


kobalt, wolfram dan nikel. Digunakan untuk pembuatan perkakas
tangan bermutu baikatau perkakas mesin yang berdaya guna tinggi.

5. Logam Keras

Logam yang terdiri dari wolfram dan zat arang karbon (C) ditambah
kobalt sintetis, digunakan untuk bahan perkakas mesin.

2.2.1.2 Motor Penggerak

Putaran yang dihasilkan oleh motor penggerak ini ditransmisikan


kepada sabuk tranmisi melalui pulli untuk memutar poros sumbu / as utnuk
melilit benang.

Bahan yang digunakan pada perancangan alat penggulung


benang ini haruslah dipilih bahan yang kuat tetapi ringan, karena hal
ini dapat berpengaruh kepada daya motor yang digunanakan pada
perancangan ini.

Alat-mesin ini memiliki sistem transmisi yang digerakkan oleh motor


listrik ½ Hp/1400 rpm/1 phase. Pada perancangan ini terdapat beberapa
komponen utama dan juga terdapat komponen - komponen pendukung
lainnya. Komponen - komponen tersebut mempunyai tugas masing -
masing dan juga komponen tersebut, saling mendukung satu sama lain
sehingga mesin ini dapat berjalan sebagaimana mestinya.
2.2.1.3 Puli

Puli digunakan untuk mentransmisikan tenaga dari satu poros ke


poros lainnya dengan bantuan sabuk Tranmisi atau tali. Rasio kecepatan
puli sangat tergantung kepada besar kecilnya diameter puli penggerak
dengan diameter puli yang digerakkan. Puli ini dapat dibuat dari bahan besi

cor, kayu baja dan besi plat.

Gambar 2.1 Puli


2.2.1.4 Sabuk Tranmisi

Sabuk Transmisi dengan penampang bebentuk trapesium banyak


digunakan, sabuk ini terutama dipakai agar dalam keadaan yang paling tidak
menguntungkan (jarak sumbu kecil, perbandingan transmisi besar, atau
keduanya), prategang kecil namun masih memberi penyelesaian.

Gesekan antara sabuk V dan puli, lebih besar dari pada gesekan antara
sabuk rata dan puli, suatu kerugian adalah aus pada sisi samping sebab
kecapatan sabuk sama dengan kecepatan puli hanya dapat dijumpai di satu
tempat.

Berbagai hasil buatan pabrik terdapat dalam perdagangan, antara lain


sabuk – blauri (dari flender) dan sabuk V textropi (dari Chalmers), yang
karena kelembutannya yang besar memungkinkan jarak sumbu yang pendek.
Pada sisi luarnya sabuk tersidi dari karet lunak yang diperkuat dengan tenunan
dari nilon atau dari polyester (tubuh sabuk penarik, gambar 2.6), pada sisi
dalamnya untuk kepentingan kelembutannya hanya dari karet yang lebih keras
(b), keseluruhannya itu diselubungi dengan tenunan yang dicelup dalam karet.

Juga terdapat sabuk V yang mempunyai kawat baja sebagai tubuh


sabuk penarik. Transmisi serupa itu tidak begitu lebih banyak mengambil
tempat dibandingkan dengan transmisi roda gigi, transmisi tadi masih
mempunyai keuntungan berupa ketenangan sempurna dan dapat meredam
getaran. Karena sifat yang terakhir ini transmisi sangat baik untuk dipakai
dalam mesin perkakas yang teliti. Sabuk V tidak boleh terkena minyak, tida

boleh dibiarkan terkena temperature lebih tinggi dari 60° celcius. Juga
dijumpai sabuk V dalam perdagangan yang tahan terhadap minyak dan
temperature yang lebih tinggi dan yang dapat melepaskan listrik statik sepanjang
permukaannya. Yang belakangan ini perlu dalam hal sabuk berjalan dalam
ruangan yang mana terdapat bahaya ledakan.

Dengan jenis sabuk rata yang modern dalam hal ii seiring dicapai hasil
yang sama dengan puli lebih sempit dan yang lebih murah, Kerugian sabuk V
ialah tidak pernah ada kepastian bahwa semua sabuk memindahkan gaya yang
sama. Kalau satu sabuk meregang dari suatu bundle maka, sabuk lainnya
terbebani terlampau kuat. Kalau diambil secara ketat, setelah salah satu sabuk
rusak maka keseluruhannya harus diganti.

Sabuk V kebanyakan dijual dalam panjang normal tanpa sambungan


dengan puli yang sesuai. Dalam hal ini, puli ini harus dipasang pada ujung poros
sebelah bilik luar bantalan yang menumpuk, apabila puli ditempatkan antara blok
bantalan, maka harus dipegunakan sabuk dengan penahan sabuk, akan tetapi
penahan sabuk ini mempengaruhi umur dan berjalan tenangnya sabuk secara
tidak baik.

Untuk memungkinkan sabuk tanpa sambungan dapat dipasang sekeliling


puli, salah satu poros harus dapat digeser cukup jauh, misalnya karena motor
listrik terletak pada eretan. Apabila hal ini tidak dapat dilaksanakan maka harus
dipasang puli pemegang dengan alur, lebih baik pada sisi dalam, sangat dekat
dengan puli yang lebih besar. Puli penegang ini harus mempunyai garis tengah
yang sedikitnya sama besarnya dengan puli kecil

Apabila disebabkan kekurangan tempat hal ini dapat dilakukan, maka yang
dewasa ini dibuat Perserikatan Produsen Karet, sesuai dengan ISO, memberika

untuk b = db – d : W = 2v/Lm < 40/detik atau = 2400/menit.

Gambar 2.2 Penampang Sabuk V


Dapat dipergunakan puli penegang pada sisi luar, seekat mungkin
dengan puli kecil. Dengan menggunakan puli penegang ini, sabuk
memperoleh prategang yang diperlukan setelah dipasang disekeliling puli.
Setelah itu puli dikencangkan.

Sabuk V dan puli di normalisasikan NEN 1727. Sementara itu


diusahakan untuk menjelmakan suatu normalisasi internasional dalm bidang
ini dalam hubungan ISO. Disamping itu di negeri Belanda dijumpai banyak
sabuk V menurut norma DIN. Dengan demikian di negeri Belanda sering
terdapat sabuk V dengan ukuran yang menyimpang dari noram negeri
Belanda.

Perserikatan pabrik karet (Verenigde Rubberfabrieken) negeri Belanda


menghasilkan :

Tabel 2.1 Ukuran Sabuk V (normalisasi DIN)

Seri Ukuran Dalam mm

Z 10 X 6

A 13 X 9

B 17 X 11

C 22 X 14

D 32 X 19

E 38 X 25

Dan selain itu seri S, 25 x 16 mm, menurut DIN.


Dalam hal ini ukuran yang disebutkan pertama menunjukkan sisi
sejajar terpanjang untuk penampang trapezium, ukuran kedua ialah kabel
sabuk. Sisi samping sabuk membuat sudut 38º satu sama lain.

Sabuk V harus sesuai dengan cermat dalam alur puli, sehingga sisi luar
sabuk menjadi rata dengan sisi luar puli.

Juga harus diperhatikan bahwa pada puli kecil sudut α sebagai akibat
pelengkungan sabuk menjadi lebih kecil (α = 34…38º menurut garis tengah)

Puli tersebut menurut garis tengah nominal (d), untuk keperluan ini
semula diambil garis luar db1 dikurangi dengan table sabuk. Dalam hal ini garis
netral sabuk akan terletak ditengah-tengah penampang. Tetapi pendapat ini
tidak benar lagi untuk sabuk.

2.2.1.5 Bantalan Pada Poros Mesin

Bantalan adalah elemen yang menumpu poros beban, sehingga putaran


atau gerakan bolak balik dapat berlangsung secara halus, aman dan panjang
umurnya (life time). Bantalan harus cukup kokoh untuk memungkinkan poros
serta elemen mesin lainnya bekerja dengan baik. Jika bantalan tidak berfungsi
dengan baik maka prestasi seluruh sistem akan menurun atau tidak dapat
bekerja dengan semestinya. Jadi bantalan dalam permersinan dapat disamakan
peranannya dengan potensi pada gedung. Bantalan dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :

a. Atas dasar gerakan bantalan terhadap poros

Bantalan luncur

Pada bantalan ini terjadi gesekan luncur antara poros dan


bantalan karena permukaan poros ditumpu oleh permukaan
bantalan dengan perantaraan lapisan pelumas.
Bantalan gelinding

Pada bantalan ini terjadi gesekan gelinding antara bagian yang


berputar dengan bagian yang diam melalui elemen seperti
peluru, rol atau rol jarum dan rol bulat.

b. Atas dasar arah beban terhadap poros

Bantalan radial

Arah beban yang ditumpu bantalan ini adalah tegak lurus


sumbu poros.

Bantalan radial

Arah bantalan ini adalah sejajar dengan sumbu poros.

Bantalan gelinding khusus

Bantalan ini dapat menumpu beban yang arahnya sejajar dan


tegak lurus sumbu poros.

c. Perbandingan antara bantalan luncur dan bantalan gelindingBantalan


luncur mampu menahan poros perputaran tinggi dengan beban besar.
Bantalan ini sederhana konstruksinya dan dapat dibuat serta dipasang
dengan mudah. Karena gesekannya yang besar pada waktu mulai jalan,
bantalan luncur memerlukan momen awal yang besar. Pelumasan pada
bantalan ini tidak begitu sederhana. Panas yang timbul dari gesekan
yang besar, terutama dari beban yang besar, memerlukan pendingin
khusus. Sekalipun demikian, karena
adanya lapisan pelumas, bantalan ini dapat meredam tumbukan dan getaran
sehingga hamper tidak bersuara. Tingkat ketelitian yang diperlukan tidak
setinggi bantalan gelinding sehingga lebih murah. Bantalan gelinding umumnya
lebih cocok untuk beban lebih kecil dari pada bantalan luncur,
tergantung pada bentuk elemen grelindingnya. Putaran pada bantalan
ini dibatasi oleh gaya sentrifugal yang timbul pada elemen gelinding
tersebut. Karena konstruksinya yang sukar dan ketelitiannya yang tinggi,
maka bantalan gelindingnya hanya dapat dibuat oleh pabrik-pabrik
tertentu saja. Adapun harganya pada umumnya lebih mahal dari bantalan
luncur. Untuk menekan biaya pembuatan serta mmemudahkan
pemakaian, bantalan gelinding diproduksikan menurut standar dalam
ukuran dan bentuk. Keunggulan bantalan ini adalah pada gesekannya yang
rendah. Pelumasannyapun sangat sederhan yaitu cukup dengan gemuk
bahkan pada bantalan yang memakai seal sendiri tidak memerlukan
pelumasan lagi. Meskipun ketelitiannya sangat tinggi, namun karena adanya
elemen gelinding dan sangkar, pada putaran tinggi bantalan ini sedikit
gaduh dibandingkan dengan bantalan luncur.

Pada waktu memilih bantalan, ciri masing-masing harus


dipertimbangkan sesuai dengan pemakaiannya, lokasi dan macam
beban yang akan dialami.

2.3 Hubungan Elemen

Bagaimana elemen struktur saling berhubungan sring kali merupakan masalah desain
yang sangat kritis, dan hal ini dapat mempengaruhi penentuan system structural dasarnya,
khususnya pola serta materialnya. Strategi yang mungkin dalam menggabungkan elemen-
elemen structural yang sangat bergantung pada geometrid an sifat fisik elemen-elemen yang
akan digabungkannya.

Tinjaulah elemen-elemen struktur kaku linear sederhana yang tergabung !. Jelas bahwa
titik hubung yang lazim digunakan untuk ini adalah bersifat menumpang tindih elemen-
elemen, merubah bentuk dan menguncinya.
Titik hubung banyak yang menggunakan elemen ketiga sebagai penghubung. Baut,
paku keeling dan las adalh contoh elemen ketiga dari yang di maksud. Alat penghubung
berupa elemen ketiga dari penghubung juga memerlukan potongan kecil lain sebagai
tambahan (misalnya alat penutup). Fungsi utama elemen-elemen penghubung tersebut
membantu dalam meneruskan gaya-gaya yang ada dititik hubung dari satu elemen struktur ke
elemen struktur lainnya.

Baut yang menghubungkan dari satu elemen ke elemen lainnya sehingga timbul gaya
geser pada baut tersebut. Sebagaimana akan dibahas berikut ini, tidak semua titik hubung
dalam menjelaskan fungsinya memerlukan elemen ketiga. Apabila digunakan alat-alat
hubung maupun.
BAB III

PERANCANGAN DAN PERHITUNGAN KOMPONEN

3.1 Cara Perhitungan Komponen Rancangan

Pada Rancang Bangun Mesin Penggulung Benang ini ada beberapa bagian
yang perlu dilakukan perhitungan, yaitu organ penggerak yang digunakan dalam
rancangan ini terdiri dari motor penggerak, puli, sabuk, serta perhitungan beban yang
dipikul oleh rangka, yang kesemuanya itu dihitung secara mendasar saja.

3.2 Perencanaan Pulli

Perencanaan pulli dilakukan dengan maksud untuk mengetahui diameter


lingkaran jarak bagi dan diameter pulli, serta rasio perbandingan kecepatan antara pulli
yang ada berdasarkan pada ukuran puli tersebut. Untuk jelasnya perhitungan pulli untuk
Rancang Bangun Mesin Penggulung Benang seperti dibawah ini :

Diketahui :

Diameter pulli penggerak (D1) D1 = 100 mm

Kecepatan putar motor n1 = 1400 rpm

Percepatan gravitasi g = 9,81 m/s2

Diameter pulli yang digerakkan (D2) D2 = 100 mm

Berdasarkan data diatas maka dapat dihitung parameter - parameter lainnya yang
merupakan hal penting dalam perhitungan ini :

Perhitungan kecepatan pulli besar


D1 .n1
n2

D2

Kecepatan linier sabuk

.D2.n2
v

60

Berdasarkan data diatas maka dapat di buat grafik pulli besar dan pulli kecil yang dapat
di gunakan dalam acuan dalam pemilihan diameter pulli besar dan pulli kecil :

3.3 Perencanaan Sabuk

Sabuk sebagai media transmisi harus mempunyai kriteria di antaranya jenis


sabuk, panjang sabuk.dengan demikian dapat di ketahui peranan sabuk ini dalam
penstrnsmisia

Motor penggerak yang digunakan adalah motor listrik, dengan spesifikasi sebagai
berikut :

1. Daya Motor : P ( Watt

2. Putaran Motor : n( Rpm )

3. Torsi Motor : T ( N.m

4. Efisiensi Kerja Mesin

PE = Q.V

PE
PM = 3

..
sb p
PM Ps Pb Pp

Motor
Belt Puli
S b p

PE : Daya Efektif (W)


Q : Kapasitas (N)
V : Kecepatan Translasi ( m/s )

Gambar 3.1 Mesin Mesin Penggulung Benan

Torsi pada pulli kecil

5 P1
T1 9,74.10
n1
Torsi pada pulli besar

5 P2
T2 9,74.10
n2

Perhitungan diameter poros, ds :

Karena terjadinya kejutan maka diambil faktor koreksi (kt) = 2 dan


berdasarkan adanya beban lenturan maka diambil faktor beban lentur
(Cb) = 2 berdasarkan hal-hal tersebut maka dihitung:

1. diameter poros listrik, ds1 :


1

3
5,1
 .kt.Cb.T1
ds1 = a

Diameter luar pulli kecil, Dk1 :


Dk1 = D1 + 2k

Diameter luar pulli besar Dk2 :


Dk2 = D2 + 2k

Koefesien gesek sabuk, 

42,6
0,54

152 v

Panjang keliling sabuk-V,L:

L 2.C.  1 2 C

2 (D1 D2 ) 
2
(D2 D1)
(D2 D1 ) 4.C

2
Table 3.1 Tabel Nomor Nominal Sabuk

Jarak sumbu poros untuk ke dua pulli, C :

b = 2.L - 3,14(D2 + D1)

b b 2 8(D D ) 2
2 1
C

Sudut kontak sabuk dan pulli,

57.(Dpdp)
180 o

C
Berdasarkan table koreksi didapatkan k

k = 0,94.2,717

= 2,55

Gaya pada bagian yang kendor dan tegangan pada sabuk,F1 dan F2

F1
2,3.log cos ec

F2

T = (F1-F2).r

T = Torsi pada poros = 2,45 Nm

Gaya tangensial efektif yang bekerja sepanjang lingkaran jarak bagi alur
puli, Fe

Fe = F1-F2

Besarnya daya yang dapat ditransmisikan oleh sabuk, Po

Po = Fe. v

Jumlah sabuk yang diperlukan

P
d
N=

Po .k
3.4 Perhitungan tegangan pada batang rangka

Karena penulis tidak memfokuskan pada pembahasan mengenai rangka secara


terperinci, maka perhitungan hanya dilakukan pada salah satu bagian rangka saja dengan
beramsumsi :

Beban terbagi rata dan profil rangka berbentuk siku

Semua gaya yang bekerja dianggap vertikal

Bahan rangka yang digunakan dalam hal tarikan dan tekanan :

3 y

40 X w(N)

Fa = F/2 Fb = F/2

Gambar 3.1 Dimensi dan gaya yang terjadi pada rangka


Diketahui dimensi siku 40 x 40 (mm), serta beban yang dipikul 15 kg. dari data diatas
dapat dilakukan perhitungan .

1. Beban yang dipikul oleh rangka

F = mxg

2. Gaya geser tegak maksimum Q (N)

F
Q =

3. Pada titik geser nol momen lentur maksimum adalah : M

F.L
M =

12

4. Momen Inersia terhadap sumbu netral ( I )

lebar siku, b tinggi, h

5. Tegangan Lentur ( 1 )

Dimana jarak sumbu netral keelemen yang terjauh

Y = 1,112.10-2

M .Y
1 =
I

6. Moment Statis (S)

S = Y1 A1

7. Tegangan geser maksimum yang terjadi pada sumbu netral maks 


maks
= ( Q.S )/( b.I )
\

Gambar 3.2 Diagaram Alir Penelitian


BAB IV

PERHITUNGAN MESIN PENGGULUNG BENANG

4.1. Spesifikasi Motor Penggerak

Daya motor : 120 ( Watt )

Putaran poros : 1400 rpm

Tegangan listrik pada motor : 24 Volt

Arus yang dipakai pada motor listrik : 5 Ampere


Gravitasi : 9,8 m/s2
Dari data diatas didapat perhitungan sebagai berikut :
Daya yang dipakai pada motor listrik

P=V.I

= 24 . 5

= 120 Watt

4.2. Perhitungan Pulli

Perhitungan pulli dilakukan dengan maksud untuk mengetahui diameter lingkaran


jarak bagi dan diameter pulli, serta rasio perbandingan kecepatan antara pulli yang ada
berdasarkan pada ukuran puli tersebut. Untuk jelasnya perhitungan pulli untuk Mesin
Penggulung Benang seperti dibawah ini :

Diketahui :

Diameter pulli penggerak ( D1 ) = 100 mm = 0,01 m

Kecepatan putar motor ( n1 ) = 1400 rpm


Percepatan gravitasi ( g ) = 9,81 m/s2

Diameter pulli atas yang digerakkan ( D2 ) = 100 mm = 0,01 m

Diameter pulli atas yang digerakkan ( D3 ) = 100 mm = 0,01 m

Berdasarkan data diatas maka dapat dihitung parameter - parameter lainnya yang
merupakan hal penting dalam perhitungan ini :

Perhitungan kecepatan pulli yang digerakkan (D2)

D1 .n1
n2

D2

0.01 . 1400
n2 
0.01

n 2 1400 rpm

4.3. Perhitungan Sabuk

Data – data yang digunakan dalam perhitungan ini diantaranya adalah :


Daya motor : P = 120 watt = 0,12 kW

Faktor koreksi untuk beban tumbukkan : Kt = 2 ( Sularso, hal 165 )


Faktor koreksi untuk 3 – 5 jam kerja : Fc = 1,2 ( Sularso, hal 7 )
Bahan Poros S 55 C : B = 66 kg / mm2 ( Sularso, hal 3 )

Faktor keamanan : Sf1 = 6 ( Sularso, hal 8 )

Faktor keamanan : Sf2 = 1,3 ( Sularso, hal 8 )


Beban lentur : Cb = 2 ( Sularso, hal 8 )
Dari data – data diatas tersebut, maka dilakukan perhitungan sebagai berikut :

1. Daya yang ditransmisikan, Pr ( kW )


Pr = Fc x P
= 1,2 x 0,12

= 0,144 kW

3. Momen puntir rencana, T ( Nm )

6000 xPr
T1 =

2 x x n1

6000 x 0,144
T1 = 2 x 3,14 x 1400

T1 = 3,694 Nm

T2 = T1

4. Tegangan geser yang diizinkan, a ( kg / mm2 )


a
a=

sf 1 x sf 2

66
a=
6 x 1,3

a= 8,46 kg / mm2
5. Kecepatan linear sabuk – V, v ( m / s )

.D2.n2
v

60

3,14.0,1.1400
v

60

v = 0,11 ( m / s )

6. Panjang keliling sabuk – V, L ( m )

L = 2 x C + / 2 ( D1 + D2 ) + 1 / 4 C ( D2 + d1 ) 2

L = 2 x 300 + 1,57 ( 100 + 100 ) + { 1 / 4 . 300 ( 100 – 100 ) } 2

L = 801,57 mm

Untuk nomor nominal sabuk didapat sabuk type A, dengan


panjang ( L ) = 813 mm = 0.813 m.

7. Jarak sumbu poros, C dalam perhitungan ( mm )

b = 2 x L – 3,14 ( D2 + D1 ) ( mm )

b = 2 x 801,57 – 3,14 ( 19 + 12 )

b = 1200 mm = 1,2 m

Untuk jarak sumbu poros, C didapat

p2
8 8
b b 
2
(D d p1

C=
)2

( mm )

1200 2 8 (19 12 ) 2 
1200 

C=
8

C = 196,243 mm = 0,19624 m

Untuk nomor nominal sabuk didapat sabuk type A, dengan nomor 32, panjang,
L = 813 mm = 0.813 m.

4.4. Perhitungan tegangan pada batang rangka

Karena penulis tidak memfokuskan pada pembahasan mengenai rangka secara


terperinci, maka perhitungan hanya dilakukan pada salah satu bagian rangka saja
dengan beramsumsi :

Beban terbagi rata dan profil rangka berbentuk siku

Semua gaya yang bekerja dianggap vertikal

Bahan rangka yang digunakan dalam hal tarikan dan tekanan :

40 x w(N)
L

Fa = F/2 Fb = F/2

Gambar 3.1 Dimensi dan gaya yang terjadi pada rangka

Diketahui dimensi siku 40 x 40 mm, serta beban yang dipikul 30 kg. Dari data
diatas dapat dilakukan perhitungan .
1. Beban yang dipikul oleh rangka

F = mxg

= 15 kg x 9,81 m/s2

= 294 kg. m/s2

= 294 N

2. Gaya geser tegak maksimum Q (N)

F
Q =

294
=

= 147 N

3. Pada titik geser nol momen lentur maksimum adalah : M

F.L
M =

12

294.1
=

12

= 24,5 Nm
4. Momen Inersia terhadap sumbu netral ( I )

lebar siku, b
tinggi siku, h

A1 = 0,3 x 3,7 = 1,11 cm2 = 0.0111 m2

Y1 = 0,3 + (3,7/2) = 2,15 cm = 0.0215 m

A2 = 0,3 x 4 = 1,20 cm2 = 0.012 m2

Y2 = (0,3/2) = 0,15 cm = 0.0015 m

A1.Y1A2.Y2
Y =

A1 A2

1,11.2,15 1,20.0,15
=

1,11 1,20

= 1,112 cm

= 0.0112 m

bh 3
Ix = 12 + Y2 .A

0,3.3,73 2 4.0,33 2

=  1,04 .1,11 + 0,96 .1,20 

12 12

= 2,467 + 1,115

= 3,582 cm4
= 3,582. 10-8 m4

bh 3
Iy = 12

3,7.0,33 4.0,3
= + 3

12 12

= 0,083 + 0,009

= 0,0173 cm4

= 1,73. 10-10 m4

karena Iy < Ix maka harga I yang dipilih adalah harga yang lebih kecil yaitu Iy

5. Tegangan Lentur ( 1 )

Dimana jarak sumbu netral keelemen yang terjauh

Y = 1,112.10-2

M .Y
1 =
I

12,25 . 1,112 10 2
=
1
1,73 10 10

= 7.873 . 108 N/m2


6. Moment Statis (S)

S = Y1 A1

= ( 1,04.10-2.3,7.10-2.3.10-3 ) + ( 0,96.10-2.4.10-2.3.10-3 )

= 1,154.10-6 + 1,152 10-6

= 2,306.10-6 m3

7. Tegangan geser maksimum yang terjadi pada sumbu netral maks 


maks
= ( Q.S )/( b.I )

147 . 2,306 10 6

= 4 10
2 10
.1,73 10

= 48,99 . 106 N/m2


BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil perancangan, mesin Perhitungan Mesin Penggulung Benang serta


melakukan perhitungan maka kita dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Rangka dapat menunjang beban sebesar 294 N. Ini terbukti bahwa profil siku
berdimensi 40 x 40 mm mempunyai tegangan geser sebesar 48,99 x 106 N/m2

2. Perbandingan pulli pada poros penggerak dengan pulli yang di gerakan adalah 1 : 1

3. Putaran mesin 1400 Rpm yang menggerakkan tiga buah pulli yang sama besar

D1 = D2 = D3 = 100 mm.

4. Perhitungan Sabuk – V dari data standarisasi sabuk maka dihasilkan daya yang
ditransmisikan ( Pr ) = 0.144 kW, Momen puntir T1 = T1 = 3.694 Nm, Tegangan
geser yang diijinkan a 8.46 kg / mm2, Kecepatan linear v = 0.11 m/s, untuk jenis
ini adalah sabuk type A dengan nomor 32 yang memiliki panjang keliling sabuk
L = 813 mm serta jarak sumbu poros C = 0.19624 m.

5.2. Saran

1. Dalam desain harus mempunyai rumusan yang pasti terhadap pemakaian material
yang akan digunakan, pernyataan lengkap mengenai permasalahan yang akan
dihadapi oleh material, menentukan gaya yang bekerja pada material sehingga dapat
menetapkan ukuran-ukuran material serta titik lelah (fatigue) dan perubahan bentuk
dari material (deformasi).

2. Diharapkan akan ada lagi rekan-rekan mahasiswa yang dapat mengembangkan desain
menjadi lebih baik lagi dari yang sudah ada.

3. Mudah di gunakan oleh para konsumen.Untuk menjaga usia mesin, haruslah


diperhatikan sistem perawatan serta komponen – komponen yang perlu mendapat
perhatian khusus.
DAFTAR PUSTAKA

1. Amstread, B.H Phillif. F, Ostwald. Myron L. Begeman, “ Teknologi Mekanik “. Jilid

II, Erlangga, Jakarta, 1993.

2. Niemann, G, “ Elemen Mesin, Desain dan Kalkulus Dari Sambungan, Bantalan dan

Poros “. Jilid I, Erlangga, Jakarta, 1987.

3. Sularso, Kiyokatsu Suga, “ Dasar – dasar Perencanaan dan Pemilihan Bahan “, PT.

Pradiya Paramitha, Jakarta, 1983.

4. Popov. E. P. (1986). Mekanika Teknik (Mechanics of Material). Edisi II. Jakarta.

Erlangga. 501-535.

Anda mungkin juga menyukai